NILAI-NILAI SUMPAH PEMUDA DALAM PEMBENTUKKAN KARAKTER Abdul Rahman HS. Ma’ruf, Trisnowaty Tuahunse*, Surya Kobi** Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Abdul Rahman HS. Ma’ruf, Nim 231 409 004. 2013. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda Dalam Pembentukkan Karakter.Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pemahaman pemuda saat ini tentang nilai-nilai sumpah pemuda dalam pembentukkan karakter. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif deskriftif serta jenis penelitian yang digunakan penelitian sejarah. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : observasi, angket serta wawancara langsung. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda yaitu nilai patriotisme. Sikap rela berkorban . Nilai patriotisme ini dikaji dalam beberapa aspek yaitu bidang sosial-ekonomi, bidang sosial-politik dan bidang sosial budaya, dimana pengukuran ketiga aspek setelah disebarkan angket menunjukkan: nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-ekonomi informan memberikan tanggapan positif sebesar 40%, nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-politik informan memberikan tanggapan positif sebesar 30% dan nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-budaya informan memberikan tanggapan positif sebesar 40%. Presentase tersebut menunjukkan masih kurangnya nilai patriotisme masyarakat Indonesia zaman sekarang dilihat dari tiga aspek tersebut. Untuk itu perlu pemahaman kembali nilai-nilai luhur sumpah pemuda untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Kata Kunci: Nilai, Sumpah Pemuda, Karakter.
PENDAHULUAN Perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari perjalanan sejarah Bangsa dimasa lampau. Catatan sejarah, rakyat Indonesia pernah mengalami satu fase dimana kebebasan rakyat terbelenggu akibat praktek penjajahan oleh kaum kolonialis Eropa. Perjuangan rakyat untuk melawan nasib buruk yang melanda bangsa indonesia muncul secara bergelombang di daerah-daerah, namun serentetan perlawanan rakyat tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan. Kendala yang utama dalam proses perlawanan tersebut adalah belum kokohnya persatuan diantara anak-anak bangsa. Perjuangan yang dilakukan hanya bersifat kedaerahan. Tahun 1908 merupakan titik balik perjuangan rakyat untuk melawan kolonialisme di Indonesia yang di kenal dengan kebangkitan nasional. Gerakan ini dimulai ketika sekelompok pemuda pelajar ditahun 1908 mendeklarasikan berdirinya Budi Utomo sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan. Beberapa tahun kemudian muncul pula suatu gebrakan politik yang dipelopori oleh aktivitas muda ditahun 1928 yang diilhami oleh perjuangan rakyat sebelumnya. Gerakan pemuda terpelajar tahun 1928 yang memuncak dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, pada dasarnya merupakan pencerminan dari semangat generasi muda untuk menegakkan demokrasi serta upaya untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Sumpah Pemuda merupakan babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah. Karena, perjuangan yang bersifat lokal (kedaerahan) berubah menjadi perjuangan yang bersifat nasional. Para pemuda jaman dahulu sadar bahwa perjuangan yang bersifat lokal sia-sia belaka. Penjajah dapat mematahkan perlawanan mereka. Mereka juga sadar bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan cita-cita kemerdekaan dapat diraih. Jika dicermati secara arif dan bijaksana, pergerakan pelajar dan pemuda pada tahun 1928, paling tidak telah berhasil mewariskan kepada generasi berikutnya berupa nilai dan semangat perjuangan yang berlandaskan pada satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia.
Rentetan peristiwa dan kisah perjuangan pemuda pada tahun 1928 pada dasarnya menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi generasi saat ini, bahwa untuk mengemban tugas pembentukkan karakter pemuda dimasa kini dan masa depan harus tetap berpijak pada pengalaman masa lalu bangsa. Mencermati sikap pemuda dan kaum pelajar saat ini, maka terdapat perbedaan yang teramat menyolok dengan kehidupan pelajar yang hidup pada zaman kebangkitan nasional lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada upayaupaya untuk membangun semangat nasionalisme demi perjuangan untuk mencapai kemerdekaan melalui jalur pendidikan dan pergerakan organisasi kepemudaan. Bagi pelajar yang hidup pada masa awal kebangkitan nasional, jiwa nasionalisme dimanfaatkan untuk perjuangan merebut kemerdekaan. Akan tetapi, pada fase sekarang ini, berbagai organisasi pemuda pelajar telah menjamur dimana-mana, kegiatan pendidikan lebih meluas keberbagai pelosok daerah, akan tetapi tidak jarang dijumpai pula sekelompok pemuda dan pelajar yang bersifat apatis. Kecenderungan yang nampak saat ini mengenai pemuda dan kaum pelajar antara lain berupa kasus penggunaan narkoba, tawuran antara pelajar, penganiayaan, masalah pornografi dan sebagainnya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan sikap yang kurang memahami tentang patriotisme serta tidak mewarisi nilai-nilai yang terkandung dalam sumpah pemuda yang menandakkan semangat perjuangan dimasa lampau. Kita harus sadar bahwa untuk membawa bangsa ini menjadi sejahtera akan banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi. Namun, karakter nasional dari kita sendiri akan menentukan arah gerakan kita ke arah itu. Sumpah pemuda 1928 menjadi momentum akan tumbuhnya karakter nasional bangsa Indonesia. Sebagai Bangsa yang besar, sudah seharusnya belajar dari sejarah bangsa sendiri. Karakter yang kuat akan menentukan lingkungan yang dihadapi, sedangkan karakter yang lemah akan ditentukan oleh lingkungan yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori nilai, Sumpah Pemuda, dan teori Karakter.
Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Pertama teori tentang nilai, Nilai sebagai kumpulan perasaan mengenai apa yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan. Dengan kata lain nilai didefinisikan sebagai kondisi psikologi seseorang yang berhubungan dengan kehendak mempertimbangkan aspek sosial. Menurut Dictionary of Sosciology and Related Sciences (dalam Kaelan 2008:87) dikemukakan bahwa nilai adalah kemampan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok, (The believed capacity of any object to statisfy a human desire). Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Max Sceler (dalam Kaelan 88:2008) mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Walter G Everest (dalam Kaelan 89:2008) menggolong-golongkan nilainilai manusiawi kedalam delapan kelompok yaitu: Nilai-nilai ekonomis, Nilainilai kejasmanian Nilai-nilai hiburan, Nilai-nilai sosial, Nilai-nilai watak, Nilainilai estetis, Nilai-nilai intelektual, Nilai-nilai keagamaan. Berbagai macam definisi tentang nilai di atas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang dianggap berguna oleh masyarakat. Kedua teori tentang Sumpah pemuda, Sumpah Pemuda merupakan babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah. Karena, perjuangan yang bersifat lokal (kedaerahan) berubah menjadi perjuangan yang bersifat nasional. Pemuda zaman dahulu sadar bahwa perjuangan yang bersifat lokal sia-sia belaka, penjajah dapat mematahkan perlawanan mereka. Menurut Emil (dalam yayasan gedung-gedung bersejarah 1986 : 276), ikrar pemuda atau lebih dikenal dengan sumpah pemuda merupakan penyatuan berbagai perkumpulan yang bersifat kedaerahan. Ditegaskan dalam sumpah pemuda itu terdapat tiga sendi persatuan Indonesia, yaitu persatuan tanah air, persatuan bangsa dan persatuan bahasa. Sumpah pemuda 1928 diilhami oleh sumpah palapa Gajah Mada yang sangat terkenal dalam rangka usaha Gajah Mada menyatukan Nusantara.
Akibatnya Majapahit mencapai puncak kejayaan. Substansi utamanya adalah persatuan dan kesatuan untuk mencapai Indonesia yang bebas dari belenggu penjajahan. (Sudiyo 2002:52). Gaung Sumpah Pemuda 1928 memang mampu menginspirasi gerakan para pejuang bangsa sehingga mereka memiliki tekad dan semangat juang pantang mundur untuk membela bangsa dan tanah air. Menilik besarnya gaung Sumpah Pemuda 1928 mengarusi nilai-nilai perjuangan bangsa, tentu tak satupun warga bangsa Indonesia yang meragukan peran peristiwa itu sebgai tonggak sejarah yang selalu diingat dan dikenang para generasi bangsa. Ketiga, teori karakter, Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Sumber dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter) Karakter merupakan kondisi dinamis struktur antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi kodratinya melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus menerus. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang karakteristik objek penelitian sesuai dengan data-data empirik serta fakta-fakta yang terjadi dilapangan serta penelitian ini menggunakan jenis penelitian sejarah dimana peneliti mengumpulkan berbagai macam sumber-sumber yang mempunyai kaitan erat dengan objek yang akan di teliti untuk merekonstruksi kembali peristiwa sejarah masa lampau. Sumber data penelitian ini dapat diperoleh dari informan melalui wawancara dan penyebaran angket. Wawancara dalam peneltian ini bertujuan untuk menghimpun ataupun merampung semua data-data empirik sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan tentang objek penelitian dari responden yang telah ditentukan yang dianggap mengetahui dan mampu menjelaskan tentang objek penelitian. Sasaran peulis dalam mewancarai informan yaitu para pemuda-pemuda dari berbagai daerah yang sedang kuliah di Universitas Negeri Gorontalo. Penulis menganggap bahwa
mahasiswa-mahasiswi ini bisa mewakili pemuda-pemuda Indonesia karena mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sumpah pemuda yang dicetuskan pemuda 1928 memiliki peranan yang sangat penting. Terutama dalam proses mempersatukan bangsa Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda, tanah air, bangsa dan bahasa dapat diwujudkan untuk bersatu. Dengan sumpah pemuda pula perjuangan yang dilakukan oleh bangsa indonesia tidak lagi bersifat kedaerahan, namun sifatnya sudah nasionalis hingga akhirnya kemerdekaan dapat dicapai. Adapun nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda yaitu nilai patriotisme. Patriotisme adalah sikap dan perilaku seseorang yang dilakukan dengan penuh semangat rela berkorban untuk kemerdekaan, kemajuan, kejayaan dan kemakmuran bangsa. Menurut Stanford Encycloedia of Philosophy (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/patriotisme), patriotisme bisa didefinisikan sebagai kecintaan terhadap bangsa dan negara, rasa kebanggaan sebagai warga negara, serta perhatian khusus terhadap sisi positif dari negara dan rakyatnya. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga. Seseorang yang memiliki sikap dan perilaku patriotik, ditandai oleh adanya: Rasa cinta pada tanah air, Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, Menempatkan persatuan, kesatuan,serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, Berjiwa pembaharu, Tidak mudah menyerah. (Nur Wahyu Rochmadi 2008 :114). Penelitian ini mengkaji nilai patriotisme dalam beberapa aspek yaitu : a. Nilai Patriotisme Dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi. Informan 1 2 3 4 5 6
Tanggapan Positif
Negatif
√ √ √ √ √ √
7 8 9 10
√ √ √ √
Presentase Berdasarkan hasil dari table diatas, menunjukkan bahwa nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-ekonomi masih kurang nampak pada masyarakat indonesia, ini terlihat dengan presentase 40%. 60% informan memberikan pandangan bahawa masyarakat kurang menggunakan produk-produk buatan Indonesia dibandingkan dengan produksi luar negeri. Hal ini didukung oleh beberapa pernyatan dari informan. Kehidupan sosial-ekonomi di Indonesia tidak begitu menampakkan lagi nilai-nilai patriotisme. Jiwa patriotisme dizaman sekarang mulai luntur. Era globalisasi membawa dampak bagi Indonesia. Salah satu contoh, berkembangnya budaya konsumerisme di masyarakat. Konsumerisme merupakan penggunaan barang dan jasa yang berlebihan yang dilakukan oleh konsumen.
Banyak
masyarakat menggunakan produk-produk buatan luar negeri. Misalnya kehadiran produk smart phone di Indonesia, masyarakat rela antri berjam-jam demi mendapatkan produk tersebut walaupun harganya berkisar pada angka 5-10 jutaan. Nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-ekonomi masih kurang nampak di masyarakat, ini bisa terlihat masyarakat lebih banyak menggunakan barangbarang impor yang kualitasnya lebih baik dibandingkan kualitas produk dalam negeri. Solusi untuk menigkatkan rasa patriotisme dalam kehidupan sosial ekonomi yaitu selain dimulai dari diri kita sendiri, harus ada campur tangan dari Pemerintah dalam upaya peningkatan ini, yaitu dengan cara: Pemerintah harus menunjukkan kecintaanya terhadap produk dalam negeri, Menaikkan harga barang produk dari luar negeri yang hendak dipasarkan di Negara Indonesia, Mengurangi komoditas Impor, Merangsang masyarakat untuk memproduksi produk dalam negeri (dengan memberikan kemudahan-kemudahan, seperti izin membuka usaha, menurunkan harga barang-barang baku).
Mencintai dan menggunakan produk-produk dalam negeri merupakan bagian dari cinta tanah air. Menggunakan produk dalam negeri berarti kita memberi keuntungan kepada warga Indonesia sendiri. Baik pembuatnya ataupun pedagangnya, berarti juga memberi keuntungan kepada negara. Sebenarnya produk-produk dalam negeri tak takkalah dengan produk luar negeri. Bahkan banyak produk-produk asli buatan Indonesia yang ditiru orang luar negeri. Mudah-mudahan secara perlahan masyarakat akan mencintai produk dalam negeri dan meningkatkan perekonomian Negara Indonesia sehingga kita tidak akan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki rasa patriotisime. b. Nilai Patriotisme Dalam Kehidupan Sosial-Politik Tanggapan
Informan Positif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Negatif
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Presentase Berdasarkan hasil dari table diatas, menunjukkan bahwa nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-politik masih kurang nampak pada wakil rakyat di pemerintahan, ini terlihat dengan nilai presentase 30%. 70% informan memberikan pandangan bahwa wakil rakyat di pemerintahan lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan mereka. Hal ini didukung oleh beberapa pernyatan dari informan. Kehidupan sosial-politik di Indonesia lebih menunjukkan dominasi dan kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Terlihat jelas dengan adanya peningkatan korupsi di Indonesia. Para koruptor hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan rakyat Indonesia.
Kegiatan partai politik di Indonesia hanya memikirkan bagaimana rasa persatuan dan kesatuan di golongan mereka. kepentingan rakyat lebih banyak diabaikan. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa patriotisme pada kehidupan politik di Indonesia. Nilai patrotisme dalam kehidupan sosial-politik masih kurang nampak, ini disebabkan perilaku oknum-oknum yang hanya mementingkan kepentingan pribadi. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari setiap orang yang terjun ke dunia politik untuk lebih mengutamakan kepentingan orang banyak. Nasib rakyat adalah yang benar-benar harus dibela serta diperjuangkan dan bukan diposisikan sebagai obyek untuk meraih keuntungan. Sudah menjadi kewajiban utama bagi siapapun yang berkuasa untuk senantiasa memihak kepada rakyat. Harus ada pemahaman bahwa rakyat harus benar-benar diposisikan sebagai pemegang kedaulatan. Pendelegasian kekuasaan oleh rakyat hendaknya tak diartikan menghilangkan kedaulatannya. c. Nilai Patriotisme Dalam Kehidupan Sosial-Budaya Tanggapan Informan
Positif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
√
Negatif √ √ √
√ √ √ √ √ √
Presentase Berdasarkan hasil dari table diatas, menunjukkan bahwa nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-budaya masih kurang nampak pada pemuda Indonesia sekarang. 60% informan memberikan pandangan bahwa pemuda saat ini kurang menjaga serta kurang mencintai budaya-budaya lokal di indonesia. Hal ini didukung oleh beberapa pernyatan dari informan.
Realita membuktikan bahwa pemuda saat ini telah banyak yang lupa serta tak acuh atas eksistensi budaya Indonesia. Kebudayaan yang asli dari leluhur banyak dipinggirkan, terkalahkan oleh budaya barat. Jika dari para pemuda tidak menghargai, sudah pasti kebudayaan bangsa menjadi hal yang rapuh termakan faktor internalnya. Negara lainlah yang akhirnya memanfaatkan budaya kita. Kenyataan yang ada sekarang ini banyak budaya Indonesia yang dikalim negara lain. Misalnya belum lama ini, Malaysia mengklaim tari Pendet sebagai bagian dari budaya mereka. Klaim ini tentu sangat mengejutkan bangsa Indonesia. Akan tetapi ini merupakan cerminan sikap acuh tak acuh rakyat indonesia dalam melestarikan budaya-budaya lokal. Tindakan klaim ini sebenarnya bukan sepenuhnya salah negara tetangga Para pemuda harus sadar, klaim budaya oleh bangsa lain adalah akibat ketidakpedulian pemuda Indonesia dalam menjaga serta melestarikan kebudayaan sendiri. Nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-budaya perlu ditingkatkan lagi terutama oleh pemuda penerus bangsa. Bangsa yang maju berawal dari keperdulian para pemudanya dalam melestarikan kebudayaan. Ada beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian pemerintah termasuk juga masyarakat secara umum, dalam upaya pelestarian budaya nasional pada saat era globalisasi ini untuk bisa menegakkan nilai-nilai patriotisme yang mulai luntur. Indonesia memiliki budaya yang beranekaragam yang masingmasing daerah memiliki ciri khas budaya sendiri namun mengalami hambatan, misalnya kurangnya kesadaran seseorang dalam upaya melestarikan budaya dan masih banyaknya masyarakat yang kurang pengetahuan. Agar ini semua tidak terjadi lagi, upaya yang harus dilakukan adalah mengajak para pemuda untuk tetap selalu melestarikan budaya bangsa. Ini adalah sebuah keharusan karena pemuda adalah sosok utama yang diberikan tanggng jawab untuk melanjutkan sejarah suatu bangsa. Jika pemudanya perduli untuk mengembangkan budaya, maka kebudayaan suatu bangsa akan terus berlnjut dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dari penjelasan hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Patriotisme merupakan sikap kecintaan terhadap bangsa dan negara yang
diwujudkan dalam bentuk rasa bangga sebagai warga negara. Implementasinya adalah kerelaan untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun, jiwa patriotisme ini sepertinya sudah mulai luntur dari hati dan sanubari rakyat Indonesia. Konflik antargolongan, kejahatan korupsi, dan kecenderungan masyarakat untuk mengikuti western style, merupakan sebagian kecil dari fenomena di masyarakat yang menunjukkan lunturnya jiwa patriotisme tersebut. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja karena jiwa patriotisme bagaimana pun sangat diperlukan karena menjadi pengikat warga negara dengan negara yang didirikannya. Patriotisme yang diaktualisasi dan dikontekstualisasi ini akan berkaitan dengan rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara. Maksudnya, kita perlu menilik kembali nilai positif apa yang membuat bangsa dan negara Indonesia ini pantas untuk kita cintai, kita bela, dan kemudian kita bangga menjadi warga negaranya. Hal ini bisa menjadi alternatif baru bagi implementasi jiwa dan semangat patriotisme yang menitikberatkan pada rasa kecintaan kita atas bangsa dan negara tersebut. Nilai patriotisme yang terpatri dalam jiwa pemuda 1928 perlu dinampakkan lagi pada jiwa pemuda sekarang. Perjuangan pemuda Indonesia melawan penjajahan Kolonial Belanda membentuk karakter bangsa yang kuat. Dari peristiwa kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda hingga peristiwa Kemerdekaan Indonesia membentuk yang namanya karakter atau jati diri bangsa Indonesia itu sendiri. Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi
nilai
intrinsik
yang
melandasi
sikap
dan
perilaku
kita.
Jadi, karena karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai intrinsik dalam diri kita, yang akan melandasi sikap dan perilaku kita, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun. Nilai patriotisme yang terkandung dalam sumpah pemuda merupakan pondasi kuat yang dibentuk pemuda 1928. Kenyataan yang ada, nilai patriotisme
dalam jiwa pemuda zaman sekarang masih kurang nampak di beberapa aspek. Misalnya dalam kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya. Hal ini perlu perhatian penuh untuk lebih meningkatkan jiwa patriotisme pemuda zaman sekarang. Menggunakan produk-produk buatan dalam negeri merupakan bagian dari rasa patriotisme, dengan kebiasaan menggunakan produk-produk dalam negeri membentuk karakter pemuda lebih mencintai bangsa indonesia. Bidang politik, masih perlu kesadaran orang-orang yang berkecimpung dalam bidang tersebut. Citra Indonesia tercoreng oleh para koruptor yang merajalela, Indonesia merupakan peringkat keenam di dunia yang korupsi. Hal ini sangat mencengangkan, untuk itu perlu menanamkan kembali rasa patriotisme didalam diri masing-masing individu. Dengan demikian terbentuk namanya karakter bangsa dalam melawan korupsi. Bidang sosial-budaya, Indonesia terkenal akan keragaman budaya, dengan keragaman ini banyak budaya Indonesia yang mulai tersisikan, yang paling mencengangkan beberapa budaya yang dimiliki Indonesia mulai diklaim oelh bangsa lain, hal ini perlu juga perhatian kita semua, dengan melestarikan budayabudaya ini, dapat menanmpakkan identitas bangsa indonesia itu sendiri. Hal yang paling mendasar dalam pembentukan karakter bangsa yaitu melalaui bahasa. Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter bangsa. Penggunaan bahasa dalam berbagai cara kreatif dan sesuai dengan kondisi bangsa dapat mengembalikan nilai-nilai karakter bangsa yang hilang. Peristiwa sumpah pemuda dapat mengingatkan kita akan hal ini. Peran bahasa dalam membangun karakter bangsa juga dapat kita telusuri dari
penggunaan
bahasa
dalam
kehidupan
sosial.
Tanpa
bahasa
dan
penggunaannya, kehidupan sosial tidak akan terjadi. Masyarakat menggunakan bahasa dalam membangun kebudayaannya. Pembentukkan karakter bangsa diupayakan pemerintah sekarang ini melalui jalur pendidikan. Namun pembangunan karakter bangsa ini kerap kali hanya bersifat teoritis ketika dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Terlepas dari berbagai masalah pendidikan yang menghambat proses membangun karakter
bangsa, nilai-nilai dalam karakter bangsa memang sudah mulai terdegradasi dalam kehidupan
berbangsa
dan
bernegara
sehingga
menekankan
pentingnya
membangun karakter bangsa. Aksi kekerasan yang dilakukan generasi muda marak terjadi, Angka korupsi semakin tinggi, dan kita akan sering menemui kepentingan kelompok atau individu didahulukan dalam negeri ini. Karakter bangsa yang mulai hilang ini harus dibangun kembali dengan cara-cara yang tepat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian pada bab sebelumnya tentang nilai-nilai sumpah pemuda dalam pembentukkan karakter, maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda yaitu nilai patriotisme, Kegagahan pemuda-pemuda angkatan 28 memperlihatkan komitmen yang tinggi pada sikap patriotisme memberikan pelajaran yang sangat penting dalam perlawanan penjajahan kolonial Belanda di Indonesia. b. Nilai patriotisme dalam kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masih kurang nampak di jiwa pemuda zaman sekarang, untuk itu perlu adanya kesadaran masyarakat untuk lebih meningkatkan nilai patriotisme dalam kehidupan sehari-sehari. Saran 1. Kepada Pemerintah. Diharapkan kepada pemerintah Indonesia agar memperbaiki sistem pendidikan. Karena melalui pendidikan, akan terbentuk karakter anak bangsa dan juga pemuda penerus bangsa Indonesia akan selalu mengingat semangat perjuangan pemuda di masa kebangkitan nasional Indonesia. Kepada Generasi Muda 2. Kepada Generasi Muda Diharapkan agar pemuda selalu memelihara dan melestarikan serta menanamkan jiwa patriotisme yang terkandung dalam Sumpah Pemuda 1928 karena generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Menanamkan nilai patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat akan membentuk karakter pemuda yang kuat
DAFTAR PUSTAKA Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, 1986, Bunga Rampai Soempah Pemoeda, Jakarta : Balai Pustaka. Kaelan M.S, 2008, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Paradigma. Nur Wachyu Rochmadi, 2008, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Sudiyo, 2002, Pergerakan
Nasional
Mencapai
Dan
Mempertahankan
Kemerdekaan, Jakarta : PT Rineka Cipta. Wikipedia.2013. (http://id.wikipedia.org/wiki/karakter). pada tanggal 12 Juni 2013. Wikipedia.2013.(http://en.wikipedia.org/wiki/Social
tanggal 12 Juni 2013
Patriotism)
diakses
pada