HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI SUAMI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PENERAPAN BREASTFEEDING FATHER DI KELURAHAN TUNGGULO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2014 Suci Trisnawaty Djunu, Dian Saraswati, Vik Salamanja1 Jurusan S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] ABSTRAK Breastfeeding father adalah berupa dukungan penuh dari seorang suami kepada istrinya dalam proses menyusui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi suami tentang ASI eksklusif dengan penerapan breastfeeding father di Kelurahan Tunggulo Kabupaten Gorontalo. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif. Populasi yaitu suami yang memiliki istri yang mempunyai bayi berumur >6 bulan – 2 tahun. Sampel berjumlah 39 orang, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data digunakan uji kendall’s tau. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 18 responden yang menjadi breastfeeding father dan 21 responden tidak menjadi breastfeeding father. Hasil tidak didapatkan hubungan yang signifikan (p = 0,123) antara tingkat pengetahuan suami dengan penerapan breastfeeding father, terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,019) antara sikap suami dengan penerapan breastfeeding father, dan terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,004) antara motivasi suami dengan penerapan breastfeeding father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo. Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada petugas kesehatan hendaknya memberikan edukasi mengenai pentingnya penerapan breastfeeding father kepada suami untuk meningkatkan pemberian ASI secara eksklusif.
Kata Kunci: ASI Eksklusif, Breastfeeding Father, Penerapan, Pengetahuan, Sikap, Motivasi.
1
Suci Trisnawaty Djunu, Dian Saraswati, Vik Salamanja, Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Iluilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
Pada tahun 2006 WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Di Indonesia, anjuran ini dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Walaupun demikian masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Pada umumnya banyak bayi yang diberikan susu formula dibandingkan dengan ASI. Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat-zat esensial yang menjamin kecukupan gizi bayi serta bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Sayangnya, tidak semua bayi beruntung mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sejak kelahirannya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk ASI Eksklusif 80%. Akan tetapi, berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Indonesia mulai tahun 2008 sampai 2011 menunjukkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif hingga pada tahun 2010 angka tersebut hanya mencapai 15,30%. Sedangkan data dari RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) untuk Capaian ASI Eksklusif di Indonesia hanya sebanyak 30%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Padahal kandungan ASI kaya akan karotenoid dan selenium, sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula. Di Provinsi Gorontalo, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, pemeriksaan status gizi menyatakan bahwa presentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif pada tahun 2012 adalah sebanyak 37,65%. Selain itu data capaian ASI Eksklusif pada tahun 2013 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tunggulo, Kabupaten Gorontalo, hanya sebanyak 1,11%. Itulah alasan peneliti mengambil tempat penelitian di kelurahan Tunggulo karena persentasi bayi yang diberikan ASI Eksklusif sangatlah sedikit. Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif di Indonesia terutama di Provinsi Gorontalo disebabkan oleh beberapa faktor, dalam kewajibannya memberikan ASI seorang ibu membutuhkan dukungan dari banyak pihak terutama suami orang terdekat karena kondisi kejiwaan ibu sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Pikiran istri yang tenang akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Disini peran suami terasa sangat penting (Roesli, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan motivasi suami mengenai ASI Eksklusif. Sedangkan variabel dependen adalah penerapan breastfeeding father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini yaitu para suami yang memiliki istri yang mempunyai bayi berumur >6 bulan – 2 tahun. Metode pengambilan sampel dalam peneltian ini menggunakan purposive sampling sejumlah 39 responden. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah suami yang memiliki bayi usia 6 bulan – 2 tahun, dapat membaca dan menulis, dan bersedia menjadi responden.
Hasil penelitian berupa analisis univariat dan analisis bivariat. Pada analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel dependen dan independen. Karakteristik responden berupa tingkat pengetahuan, sikap, motivasi dan penerapan breastfeeding father. Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen yaitu tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi suami dengan penerapan breastfeeding father.
Axis Title
Tingkat Pengetahuan Suami 30 20 10 0 Jumlah
Kurang
Cukup
Tinggi
2
13
24
Gambar. 4.1. Grafik Pengetahuan Suami di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo Tahun 2014 (n=39) Dari Gambar 4.1. didapatkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (5,2%), cukup sebanyak 13 orang (33,3%), dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah sebanyak 24 orang (61,5%).
Axis Title
Sikap Suami 30 25 20 15 10 5 0 Jumlah
Kurang
Cukup
Baik
1
14
24
Gambar 4.2. Diagram Persentase Sikap Suami di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo Tahun 2014 (n=39) Dari Gambar 4.2 didapatkan bahwa responden yang memiliki sikap negatif mengenai ASI Eksklusif sebanyak 1 orang (2,6%), dan responden yang memiliki sikap positif mengenai ASI Eksklusif sebanyak 38 orang (97,4%).
Axis Title
Motivasi Suami 25 20 15 10 5 0 Jumlah
Rendah
Cukup
Tinggi
1
15
23
Gambar 4.3 Diagram Persentase Motivasi Suami di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo Tahun 2014 (n=39) Dari Gambar 4.3 didapatkan bahwa responden yang memiliki motivasi kurang sebanyak 1 orang (2,6%), motivasi cukup sebanyak 15 orang (38,4%) dan responden yang memiliki motivasi baik sebanyak 23 orang (59%).
Penerapan Breastfeeding Father Menjadi Breastfeeding Father
Tidak Menjadi Breastfeeding Father
46% 54%
Gambar 4.4. Diagram Persentase Penerapan Breastfeeding Father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo (n=39) Dari Gambar 4.4 didapatkan bahwa responden yang tidak menjadi breastfeeding father sebanyak 21 orang (53,8%) dan menjadi breastfeeding father sebanyak 18 orang (46,2%). Analisa bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen yaitu tingkat pengetahuan, sikap, motivasi dengan variabel dependen penerapan breastfeeding father.
Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Suami tentang ASI Eksklusif dengan Penerapan Breastfeeding Father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo Tahun 2014. Penerapan Breastfeeding Father Tingkat Pengetahuan Total P Value Tidak Ya Kurang 0 2 2 0,123 Cukup 5 8 13 Baik 16 8 24 21 18 39 Total (Sumber : Data Primer, 2014) Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa responden dengan kategori berdasarkan tingkat pengetahuan kurang yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 2 orang (5,1%), dengan tingkat pengetahuan cukup menerapkan breastfeeding father sebanyak 8 orang (20,5%), dan responden dengan kategori berdasarkan tingkat pengetahuan baik yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 8 orang (20,5%). Dari hasil uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p = 0,123 (p > 0,05). Ketentuan signifikan jika nilai p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Siti Syamsiah pada tahun 2010 dengan memperoleh nilai p = 0,275 (p > 0,05). Dari hasil tersebut maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father (p = 0,275).
Tabel 4.6 Hubungan Sikap Suami dengan Penerapan Breastfeeding Father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo Tahun 2014. Penerapan Breastfeeding Father Sikap Suami Total P Value Tidak Ya Kurang 0 1 1 0,019 Cukup 12 2 14 Baik 9 15 24 21 18 39 Total (Sumber : Data Primer, 2014) Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh bahwa responden dengan kategori berdasarkan sikap yang kurang yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 1 orang (2,6%), berdasarkan sikap yang cukup yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 2 orang (5,1%) dan responden dengan kategori berdasarkan sikap yang baik yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 15 orang (38,5%). Dari hasil uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p = 0,019 (p < 0,05). Ketentuan signifikan apabila nilai p<0,05 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa seorang suami yang ingin menjadi breastfeeding father harus mempunyai niat terlebih dahulu untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. (Ariani, 2010). Tabel 4.7 Hubungan Motivasi Suami tentang ASI Eksklusif dengan Penerapan Breastfeeding Father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo Tahun 2014. Penerapan Breastfeeding Father Tidak Ya Rendah 1 0 Cukup 12 3 Tinggi 8 15 21 18 Total (Sumber : Data Primer, 2014) Motivasi Suami
Total
P Value
1 15 23 39
0,004
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa responden dengan kategori berdasarkan motivasi yang rendah didapatkan tidak ada responden yang menerapkan breastfeeding father, motivasi yang cukup yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 3 orang (7,7%) dan responden dengan kategori berdasarkan motivasi yang tinggi yang menerapkan breastfeeding father sebanyak 15 orang (38,5%). Dari hasil uji Kendall’s Tau diperoleh nilai p = 0,004 (p < 0,05). Ketentuan signifikan apabila nilai p<0,05 maka dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang ada bahwa seorang suami yang ingin menjadi breastfeeding father harus mempunyai niat terlebih dahulu untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Selain itu suami harus mendapatkan dukungan dari teman, kerabat maupun saudara dekat tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif sehingga suami akan termotivasi untuk menjadi breastfeeding father (Ariani, 2010). Kesimpulan 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,123) antara tingkat pengetahuan suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo. 2. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,019) antara sikap suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo. 3. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,004) antara motivasi suami tentang ASI Eksklusif dengan penerapan breastfeeding father di Kelurahan Tunggulo Kab. Gorontalo. Saran 1. Petugas Kesehatan hendaknya memberikan edukasi mengenai pentingnya penerapan breastfeeding father secara bertahap untuk meningkatkan pemberian ASI Ekslusif. 2. Untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penerapan breastfeeding father agar memperhatikan variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti :
Faktor usia, faktor pendapatan, kurangnya petugas kesehatan, jumlah anak, komunikasi interpersonal, sosial budaya dan faktor lainnya. Daftar Pustaka Anwar, Faisal. Khomsan, Ali. 2009. Makan Tepat Badan Sehat, Jakarta: Hikmah PT. Mizan Publika. Ariani. 2010. http://parentingislami.wordpress.com/2009/02/11/breastfeedingfather-wujud-cinta-ayah/ Diakses pada tanggal 14 Desember 2013. Bakhtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Departemen Kesehatan Indonesia. 2013. http://depkes.go.id Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2012. Efendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Eveline. Djamaludin, Nanang. 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita, Jakarta: PT. Wahyu Media. Indarto, Trihendradi. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan Buku Wajib Bagi Calon Ayah, Yogyakarta:Andi. Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan, Jakarta: ECG. Maulana, Mirza. 2009. Reproduksi Kehamilan & Merawat Anak, Jogjakarta:TunasPublishing. Nolan, Mary. 2003. Kehamilan dan Melahirkan, Jakarta:Arcan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika. Setiawan, Dedi. 2012. http://menyusui.info/menyusui/ayah-asi/breastfeedingfather-ayah-menyusui/ Diakses pada tanggal 14 Desember 2013. Syamsiah, Siti. 2010. Tingkat Pengetahuan Mengenai ASI Eksklusif dan Hubungannya dengan Penerapan Breastfeeding Father. Jurnal Kesehatan Prima Vol. 3. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta: ECG. Sunardi. 2008. Ayah Beri Aku ASI, Solo : Aqwamedika. Widyastuti, Palupi. 2003. Pedoman Praktis Safe Motherhood, Jakarta: ECG.