STRATEGI PRODUKSI PROGRAM KUPAS TUNTAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN RATING & SHARE DI TRANS|7 (PERIODE SEPTEMBER 2006 – APRIL 2007)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh
VICKY MOCHAMMAD FURQON A.D 4410412-002 Jurusan Komunikasi Broadcasting
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
: Vicky Mochammad Furqon A.D
NIM
: 4410412-002
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Broadcasting Judul
: Strategi Produksi Program Kupas Tuntas dalam Upaya Meningkatkan Rating dan Share di Trans|7 (Periode September 2006 – April 2007)
Jakarta, 3 Juni 2007 Disetujui Oleh, Pembimbing
(Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comm)
i
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
Nama NIM Judul
: VICKY MOCHAMMAD FURQON A. D : 4410412-002 : Strategi Produksi Program Kupas Tuntas dalam Upaya Meningkatkan Rating dan Share di Trans|7 (Periode September 2006 - April 2007) Bibliografi : 21 bahan acuan bacaan ABSTRAK Persaingan televisi yang semakin ketat menuntut setiap televisi untuk menyajikan program yang terbaik. Bergabungnya Trans|7 dengan PT. Trans Corpora berimplikasi pada kemunculan kembali program news talk show bertajuk Kupas Tuntas yang sudah tidak ditayangkan lagi di Trans TV karena perolehan rating dan share yang kian menurun. Program ini diproduksi dan ditayangkan kembali di Trans|7 karena dinilai masih berpotensi untuk meraih penonton Trans|7. Selama periode September 2006 – April 2007, program ini mengalami beberapa kali perubahan terhadap kemasan program yang menandakan upaya program ini dalam meningkatkan rating dan share di Trans|7. Berdasarkan alasan tersebut penulis ingin mengetahui lebih jauh mengenai strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7. Konsep dan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori komunikasi massa seperti yang dikemukakan oleh Tan dan Wright bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Serta Gerbner yang menyatakan komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan beberapa narasumber yang terkait langsung dengan program Kupas Tuntas Trans|7, diantaranya Produser Eksekutif, Produser, Reporter, Juru Kamera, Host, dan Video Editor. Hasil penelitian memberikan gambaran strategi produksi yang dipakai oleh tim program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7. Pada tahap pra produksi tim melakukan penyesuaian jam tayang, format, tema, rundown serta on air look sesuai dengan karakter penonton. Pada tahap produksi tim berupaya menghadirkan narasumber utama, konflik dalam perbincangan, serta package yang menarik. Pada tahap pasca produksi tim menyempurnakan program agar lebih dapat dinikmati oleh pemirsa.
iv
DAFTAR ISI No. LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN I.
II.
III.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Signifikansi Penelitian 1.4.1 Signifikansi Akademis 1.4.2 Signifikansi Praktis
Hal. i ii iii iv v vii ix
1 8 8 8 8 9
KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa 2.1.4 Media Komunikasi Massa 2.2 Televisi 2.2.1 Karakteristik Televisi 2.2.2 Fungsi Televisi 2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Televisi 2.3 Produksi Program Televisi 2.4 Program Televisi 2.4.1 Strategi Program Televisi 2.5.Program Talk Show Televisi 2.5.1. Kriteria Program Talk Show Televisi 2.5.1.1 Produksi Program Talk Show Televisi 2.5.1.2 Strategi Produksi Program Talk Show Televisi 2.6 Rating dan Share 2.6.1 Rating 2.6.2 Share 2.6.3 Fungsi Rating dan Share
10 10 12 13 15 16 19 21 22 23 30 32 34 35 35 39 42 42 43 44
METODOLOGI 3.1 Sifat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer
45 46 47 47
vii
IV.
V.
3.3.2 Data Sekunder 3.4 Definisi Konsep 3.5 Fokus Penelitian 3.6 Nara Sumber / Key Informan 3.7 Teknik Analisa Data
47 48 48 49 51
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Program Kupas Tuntas Trans|7 4.1.1 Struktur Organisasi Program Kupas Tuntas Trans|7 4.1.2 Proses Kerja Program Kupas Tuntas Trans|7 4.2 Analisis Data 4.2.1 Strategi Pra Produksi Program Kupas Tuntas 4.2.2 Strategi Produksi Program Kupas Tuntas 4.2.3 Strategi Pasca Produksi Program Kupas Tuntas 4.3 Pembahasan
55 56 57 58 59 65 68 70
PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
75 77
viii
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Daftar Pustaka Draft Wawancara Transkrip Wawancara Rundown Kupas Tuntas Trans|7 Script Package Kupas Tuntas Trans|7 Biodata Penulis
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah Persaingan media audio visual atau televisi semakin ketat dengan dikeluarkannya peraturan dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 tahun 2002 yang akan memicu hadirnya televisi lokal dan televisi jaringan. Hal ini akan membangun prinsip diversity of ownership, yaitu keanekaragaman pemilikan stasiun televisi (TV) dan diversity of content, yaitu keanekaragaman program siaran. Apalagi saat ini Indonesia sedang mengembangkan otonomi daerah. Dengan ketentuan itu memungkinkan di masing-masing daerah berdiri lembaga-lembaga penyiaran lokal. Tentu materi siaran akan beragam dan sesuai dengan kultur masyarakat setempat. Lebih jauh dari itu sistem ini akan bisa mendorong pengembangan ekonomi daerah. Sebagai contoh, selama ini apabila ada produk lokal mau diiklankan di televisi maka dia harus ke Jakarta. Konsekuensinya tentu akan memakan biaya besar. Dengan ketentuan yang baru justru akan sebaliknya. Produk nasional yang ingin berpromosi di daerah maka dia harus datang ke daerah tersebut, dan ini akan menjadi pendapatan daerah. Selain itu akan tumbuh rumah-rumah produksi (production house), usaha-usaha pasca produksi (post production), dan usaha lainnya yang berkaitan dengan industri penyiaran. Hal ini tentu akan membuka kesempatan lapangan kerja di daerah bersangkutan. Televisi sebagai media massa tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi, pendidikan, hiburan, dan kebudayaan, tetapi juga telah tumbuh sebagai sarana bisnis.
2
Kini, informasi telah menjadi komoditi yang dapat diperjualbelikan untuk mendapat keuntungan. Perkembangan yang terjadi di dunia, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi komunikasi, media massa telah tumbuh menjadi industri yang cukup vital dalam suatu negara.1 Kondisi ini sesuai dengan pendapat Dennis McQuail dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa”,(1989;hal. 3), yang mengatakan : “Media massa adalah suatu industri yang tumbuh dan berkembang, yang menciptakan lapangan kerja, memproduksi barang dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait; media massa juga merupakan suatu institusi yang memiliki aturan-aturan dan norma-norma yang menghubungkan dirinya dengan masyarakat dan institusi-institusi sosial lainnya, dan sebagai institusi sosial, media massa di atur oleh masyarakat”. 2 Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, bisa pula informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan.
1 2
Sanovri, Veri. “Lynx Films Membidik Niche Market.” Majalah Behind The Screen, Mei 2005, hal. 4. Dennis McQuail,Teori Komunikasi Massa; Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga), 1989, hal. 3
3
Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar dan terlihat secara visual.3 Kompetisi yang ketat terjadi di Jakarta, karena televisi-televisi di daerah belum banyak berdiri dan dikenal masyarakat. Ada 11 TV yang beroperasi secara nasional di Jakarta, yaitu TVRI, RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, Anteve, Metro TV, TV7, Trans TV, Lativi, dan Global TV. Beberapa TV bekerjasama untuk meningkatkan daya saing, salah satunya adalah Trans TV dan TV7 yang membuat kesepakatan Strategic Partnership pada tanggal 4 Agustus 2006. Setelah di-relaunch pada 15 Desember 2006 maka TV7 berganti nama menjadi Trans|7 di bawah naungan PT. Trans Corpora. Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai pemirsa, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.4 Program siaran dapat dianalogikan dengan produk atau barang yang ditawarkan kepada pihak lain, dalam hal ini pemirsa dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu
3
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi; Cetakan Pertama; (Jakarta : PT. Rineka Cipta), Maret 1996, hal 8. 4 Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi; Cetakan Pertama; (Tangerang : Ramdina Prakasa), Agustus 2005, hal 100
4
program yang baik akan mendapatkan penonton yang lebih besar, sedangkan program yang buruk tidak akan mendapatkan penonton.5 Ukuran keberhasilan sebuah program dalam meraih banyaknya pemirsa dapat dilihat dari perolehan rating dan share. Perhitungan nilai rating dan share bergantung pada jumlah stasiun televisi dan populasi penonton pada suatu wilayah siaran. Hal ini membuat ukuran rating dan share di setiap negara berbeda. Salah satu perusahaan riset media yang mengukur rating dan share bernama AC Nielsen yang di Indonesia kini bernama AGB Nielsen Media Research Indonesia. Perusahaan ini telah menyediakan informasi dan pelayanan untuk TV, koran, majalah, dan radio ke para pemilik media dan industri periklanan sejak tahun 1950 di Amerika Serikat dan tahun 1976 di Indonesia.6 Suatu program siaran yang memiliki rating 100 berarti bahwa seluruh (100 persen) rumah tangga di suatu wilayah siaran tengah menonton program tersebut. Namun rating 100 mungkin tidak akan pernah terjadi dalam kenyataan karena tidak semua pesawat televisi digunakan dalam satu waktu tertentu. Menurut Head Sterling (1982), program siaran televisi yang mencatat rating tertinggi dalam sejarah di Amerika Serikat adalah serial “Dallas” yang menurut AC Nielsen mencapai rating 53.3%.7 Di Indonesia, program yang pernah memiliki rating tertinggi diantaranya sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” dengan rating 22.2% serta program musik “Akademi Fantasi Indosiar” dengan rating 16.6% dan share 46.3%.8 Berdasarkan
5
Ibid., 97 Website AGB Nielsen Media Research, http://www.agbnielsen.net/whereweare/dynPage.asp?lang=local&id=321&country=Indonesia 7 Morissan, op.cit., hal 193 8 Website Suara Merdeka, http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/29/nas6.htm 6
5
data dari AGB Nielsen hingga akhir April 2007, program yang berada di urutan teratas adalah sinetron “Intan” yang ditayangkan RCTI dengan rating 9.4% dan share 32.2%.9 Program yang mempunyai nilai rating dan share tinggi berarti memiliki penonton yang lebih banyak dan jumlah pemasang iklan yang lebih besar sehingga menguntungkan perusahaan televisi. Program tersebut berarti mempunyai kualitas. Namun untuk menghasilkan program yang berkualitas harus didukung dengan proses produksi yang baik serta strategi tertentu. Hal menarik dari lahirnya Trans|7 adalah munculnya program-program yang pernah tayang di Trans TV kemudian diproduksi dan ditayangkan kembali di Trans|7. Salah satunya adalah program news talk show bertajuk Kupas Tuntas. Program ini ditayangkan di Trans TV sejak tahun 2002 sampai 2005. Berdasarkan perolehan rating dan share yang kian menurun, akhirnya program ini tidak ditayangkan kembali. Kemudian program ini hadir kembali di Trans|7 sejak tanggal 4 September 2006 setiap hari Senin sampai Kamis pukul 22.00 dengan durasi 1 jam. Menurut Julius Sumant (Associate Producer Kupas Tuntas), alasan Kupas Tuntas tidak ditayangkan lagi di Trans TV adalah karena dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2005, tidak berhasil mencapai target share 15%. Rata-rata pencapaian share-nya adalah 8-9%10. Nilai share tersebut dianggap rendah oleh Trans TV karena tidak menguntungkan dalam hal perolehan iklan dan profit. Namun karena program talk show dinilai penting untuk dimiliki sebuah stasiun TV, maka program Kupas Tuntas diproduksi dan ditayangkan kembali di Trans|7. Selain itu 9
Nielsen Media Research, Kupas Tuntas Diagnostic, September 2005 Nielsen Media Research, Top Program by Station National, Week 0717 (22 - 28 April 2007)
10
6
program ini dinilai masih berpotensi untuk meraih penonton Trans|7 yang memiliki segmentasi penonton berbeda dengan Trans TV. Belajar dari pengalamannya terdahulu, kekhawatiran akan tidak ditayangkannya kembali program ini di Trans|7 tetap ada. Berbeda dengan target share Trans TV, Trans|7 memasang target share 12%, oleh karena itu Kupas Tuntas diharapkan dapat mencapai target share tersebut agar keberadaannya terjaga. Lebih lanjut menurut Julius Sumant, sampai saat ini Kupas Tuntas belum memperoleh nilai share yang signifikan, masih perlu diperjuangkan lagi agar menembus target share 12%.11 Kehadiran sebuah news talk show di stasiun televisi nampaknya cukup penting untuk mendampingi tayangan yang sudah ada. Hal ini dikarenakan sebuah news talk show memiliki beberapa kelebihan, diantaranya pemirsa bisa mendapatkan informasi jauh lebih lengkap dan mendalam. Kehadiran narasumber utama menjadikan kontroversi sebuah berita lebih berimbang. Sementara kredibilitas stasiun televisi tersebut akan lebih kuat dengan kehadiran narasumber dan host yang ada. Tayangan ini hadir menemani pemirsa dengan mengangkat tema bahasan yang berbeda dalam setiap episodenya. Setiap materi berkaitan dengan fenomena penting, unik, dan juga menarik yang berkenaan dengan kehidupan pemirsa sehari-hari. Narasumber yang hadir tentunya disesuaikan dengan tema yang diangkat.12 Penulis memilih tayangan Kupas Tuntas sebagai objek penelitian karena kemunculan Kupas Tuntas di Trans|7 adalah hal yang menarik mengingat program ini
11
Hasil wawancara dengan Julius Sumant, Associate Producer Kupas Tuntas, pada tanggal 2 Maret 2007 12 Website Trans 7, profil Kupas Tuntas, http://www.trans7.co.id/trans7/index.php?option=com_content&task=view&id=49
7
adalah program yang tidak diproduksi dan ditayangkan lagi di Trans TV. Periode penelitian yang dilakukan adalah dari bulan September 2006 hingga April 2007. Alasan pemilihan periode ini karena terjadi beberapa kali perubahan kemasan program pada periode tersebut. Perubahan yang pertama yaitu mulai pada tanggal 30 Oktober 2006 menjadi tayang setiap hari Senin sampai Kamis pukul 23.00 dengan durasi 30 menit. Kemudian berubah lagi untuk kedua kalinya dimulai pada tanggal 5 Desember 2006 menjadi tayang dua kali seminggu setiap hari Selasa dan Kamis pukul 24.00 selama 30 menit. Perubahan yang terakhir ini dipertahankan hingga bulan April 2007 untuk melihat performa program dalam mencapai target share. Apabila belum mencapai target share 12%, maka perubahan akan dilakukan kembali. Perubahan-perubahan tersebut menandakan strategi program ini untuk meraih penonton melalui penyesuaian jam tayang program agar meningkatkan rating dan share. Namun untuk tujuan tersebut tentu saja harus diikuti dengan strategi produksi tertentu agar hasil tayangan sesuai dengan yang diharapkan dan diterima oleh penonton. Menurut pendapat Soenarto R.M dalam bukunya “Manajemen Penyiaran Televisi”, bagi produk-produk yang harus dibuat akan ditentukan terlebih dahulu pola siarannya. Berapa persen jam siaran yang harus disiapkan untuk diproduksi, lalu kapan akan disiarkan. Dengan patokan itu, maka produser bersangkutan akan menjadwalkan produksi-produksinya secara matang, agar jadwal penyiaran yang diprogramkan dapat berjalan dengan baik. Memproduksi suatu acara siaran televisi
8
memerlukan persiapan yang matang. Hasil acara yang bagus biasanya dapat diukur dari kematangan persiapannya.13
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7?”
I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk memberi gambaran strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7.
I.4 Signifikansi Penelitian I.4.1 Signifikansi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi dalam pengembangan studi Ilmu Komunikasi khususnya bidang penyiaran televisi mengenai strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
13
Soenarto R.M, Manajemen Penyiaran Televisi, (Jakarta : FFTV IKJ), 2002, hal 11
9
I.4.2 Signifikansi Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna bagi Trans|7 khususnya pemangku program Kupas Tuntas sebagai masukan untuk mengevaluasi penyajian program Kupas Tuntas dan strategi produksinya dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7.
10
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa. Menurut Astrid S. Susanto dalam bukunya “Komunikasi Sosial di Indonesia”, komunikasi massa adalah suatu kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak dan tidak dikenal (anonim) selain itu sifat dari massa yang heterogen dalam latar belakang ekonomi, budaya, dan pendidikan.14 Merujuk pada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. 15 Menurut Bittner (1980:10), “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)”16. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
14
Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Bandung : Bina Cipta), 1984, hal 39 Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media), 2005, hal 3 16 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1998, hal 188. 15
11
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi – keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah – keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. 17 Menurut Gerbner (1967), “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continousflow messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesanpesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.18 Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”, merangkum definisi komunikasi massa yaitu sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
17 18
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, loc.cit. Ibid., 4
12
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 19 Jadi singkatnya komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa.
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Terdapat lima ciri komunikasi massa, seperti yang disebutkan oleh Prof. Dr. Onong U. Effendy, M.A dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, yaitu: a. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Komunikator menyampaikan pesan secara satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) biasanya berlangsung secara tertunda. b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator dalam komunikasi massa disebut komunikator kolektif karena pesan yang dihasilkan merupakan hasil kerjasama sejumlah kerabat kerja. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Pesan yang disebarluaskan pada komunikasi massa ditujukan untuk umum dan mengenai kepentingan umum pula, jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau pada sekelompok orang tertentu.
19
Rakhmat, op.cit., 189
13
d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (stimultanaeity) pada pihak khalayak yang menonton televisi, khalayak secara serentak dan sesaat menerima pesan yang diberikan oleh media massa tersebut. e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Khalayak ini dalam keberadaanya terpencar-pencar, tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, dan masing-masing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. 20 Dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi massa harus ada media massa yang menyampaikan pesan yang bersifat umum, secara satu arah dan serempak, kepada khalayak yang heterogen.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Menurut pendapat Joseph R. Dominick dalam bukunya “The Dynamics of Mass Communication”, fungsi komunikasi massa dapat dibagi menjadi lima, yaitu: a. Pengawasan (surveillance) Fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance). 20
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1984, hal. 20-25
14
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai bencana alam, krisis ekonomi, ancaman terhadap negara, dan sebagainya. 2) Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance). Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Contohnya berita tentang filmfilm di bioskop, harga kebutuhan pokok, dan sebagainya. b. Interpretasi (interpretation) Fungsi ini erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya, adalah: tajuk rencana surat kabar, komentar radio, atau siaran televisi. Juga berupa karikatur yang berupa sindiran. c. Hubungan (linkage) Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. d. Sosialisasi Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka
15
seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa yang penting. e. Hiburan Tampak jelas pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah punya rubrik hiburan seperti cerita pendek, cerita panjang, dan cerita bergambar. 21 Fungsi komunikasi massa tersebut dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni:
Menyampaikan informasi (to inform)
Mendidik (to educate)
Menghibur (to entertain)
Mempengaruhi (to influence)
2.1.4 Media Komunikasi Massa Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).22 Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi – keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah – keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media
21 22
Ibid., 29-31 Ibid., 39
16
komunikasi massa adalah film bioskop.
23
Seiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi, hadir bentuk lainnya dari media massa yaitu internet. 24 Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dari media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, film, dan internet.
2.2 Televisi Televisi paling berpengaruh pada kehidupan manusia dibandingkan dengan semua media komunikasi yang ada. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agge et. al. 2001: 279)25 Komunikasi massa media televisi terbagi dalam beberapa bagian, yaitu: siaran informasi (pemberitaan), news buletin (berita koran), news magazine (berita berkala), wawancara televisi, serta laporan investigasi terhadap suatu kasus.26 Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, bisa pula informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. TV menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian 23
Ibid., 3 Ibid., 140 25 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, op.cit., 125 26 Wawan Kuswandi, op.cit., 17 24
17
isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar dan terlihat secara visual.27 Menurut Fred Wibowo dalam bukunya “Dasar-dasar Produksi Program Televisi”, televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual baru merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu, seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu, dan hiburan.28 Televisi di Amerika Serikat diperkenalkan atas temuan ilmuwan kelahiran benua Eropa, Vladimir Kosma Zworkin. Tahun 1929 di depan RCA (Radio Corporation of America) dia memperkenalkan prototype tube iconoscope yang bekerja sinkron dengan tabung televisi premature waktu itu. RCA adalah induk perusahaan satu stasiun radio dan TV tertua di Amerika. Televisi penemuan Zworkyn dipresentasikan di sebuah acara tahunan internasional World’s Fair di New York, AS tahun 1939.29
27
Ibid., 8 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi (Jakarta : Grasindo), 1997, hal 1 29 Mila Day, Buku Pinter Televisi, (Jakarta : Trilogos Library), 2004, hal 11 28
18
Siaran televisi pertama kali dioperasikan di Eropa oleh seorang ilmuwan bernama Denes von Mihaly (Jerman) tahun 1928. Ia mengoperasikan televisi pertama yang diberi nama “Telehor” (tele = berjarak, jauh, horen = mendengar). 30 Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa A2, selanjutnya Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2P, Palapa B2R dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk.1999). TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi lain, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi yang juga menjangkau siaran nasional, yaitu Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANteve).31 Pada era reformasi, televisi swasta baik nasional maupun lokal ikut berdiri, diantaranya : Indosiar, Metro TV, Trans TV, TV7, Lativi, dan Global TV. Hingga 30 31
Ibid., 13 Ibid., 127
19
2006 Indonesia memiliki 11 stasiun TV nasional dan puluhan stasiun televisi lokal. Pada tanggal 4 Agustus 2006, terjadi kesepakatan Strategic Partnership antara Trans TV dan TV7. Setelah di-relaunch pada 15 Desember 2006 maka TV7 berganti nama menjadi Trans|7 di bawah naungan PT. Trans Corpora.
2.2.1 Karakteristik Televisi Drs. J.B. Wahyudi dalam bukunya ”Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi”, menjelaskan tentang sifat-sifat media televisi adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Proses pemancaran/transmisi Isi pesan audiovisual dapat dilihat dan didengar sekilas sewaktu ada siaran Tidak dapat diulang Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi. Dapat menyajikan pendapat (audiovisual) narasumber secara langsung orisinil. f. Penulisan dibatasi oleh detik, menit, dan jam. g. Makna berkala dibatasi oleh detik, menit, jam. h. Distribusi melalui pemancaran/transmisi. i. Bahasa yang digunakan formal dan non-formal(bahasa tutur). j. Kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas.32 Menurut Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, karakteristik televisi: 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). 2. Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia
32
J.B Wahyudi, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, (Jakarta : Grafiti), 1996, hal. 8-9
20
harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Ada dua tahap yang dilakukan dalam berpikir dalam gambar. Tahap pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan menjadi gambar secara individual. Sedangkan tahap kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Apalagi bila menyangkut acara drama musik yang lokasinya di luar studio, tentu lebih banyak lagi melibatkan kerabat kerja televisi (crew). Peralatan
yang
digunakannya
pun
lebih
banyak
dan
untuk
mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
33
Dengan demikian media televisi berbeda dan lebih
mahal daripada surat kabar, majalah, dan radio siaran.
33
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, op.cit., 128-130
21
2.2.2 Fungsi Televisi Fungsi televisi yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk.34 Menurut Prof. Dr. Onong U. Effendy, M.A dalam bukunya “Televisi Siaran Teori dan Praktek”, televisi pada pokoknya mempunyai 3 fungsi yakni fungsi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Menurut fungsi ini, segala sesuatu yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung pada sistem negara dan pemerintah negara yang bersangkutan. a. Fungsi penerangan (the information function) Ada 2 faktor yang tedapat pada media massa audio visual, yaitu: 1. Immediacy Mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa berlangsung, seolah-olah mereka berada di tempat peristiwa itu terjadi. 2. Realism Mengandung makna kenyataan. Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasi secara audiovisual sesuai dengan kenyataan. b. Fungsi pendidikan (the educational function) Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu
34
Ibid., 128
22
banyak
secara
simultan.
Sesuai
dengan
makna
pendidikan,
yakni
meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara implisit mengandung pendidikan seperti film, kuis, dan sebagainya yang disebut Educational Television (ETV), yaitu acara pendidikan yang disisipkan ke dalam siaran yang sifatnya umum.
c. Fungsi Hiburan (the entertain function) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran sangat dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati sekalipun oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara.35 Dengan demikian televisi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pemirsa akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Selain itu televisi juga berfungsi untuk membujuk pemirsanya, dalam hal ini contohnya adalah pemirsa dibujuk untuk menonton suatu program atau membeli produk yang diiklankan di televisi.
2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Televisi Kelebihan televisi antara lain adalah selain dapat mengatasi jarak, ruang dan waktu, media televisi juga dapat menjangkau massa yang lebih besar daripada media massa lainnya. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan beritanya juga sangat cepat dan biasanya berita atau informasi yang disampaikan singkat, jelas, dan sistematis. 35
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), 1984, hal. 27-30
23
Namun selain kelebihan-kelebihannya, televisi juga mempunyai kekurangankekurangan, yaitu: bersifat “transitory” (tidak kekal), isi pesan hanya didengar atau dilihat sekilas. Karena sifatnya yang “transitory”, maka isi yang akan disampaikan harus singkat dan jelas, cara penyampaian kata per kata harus benar, serta informasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. 36
2.3 Produksi Program Televisi Produksi sebuah program televisi adalah upaya merubah bentuk naskah menjadi bentuk audio visual.37 Dalam merencanakan sebuah produksi program TV, seorang produser profesional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, seperti materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi. Berpikir tentang produksi televisi bagi seorang produser profesional berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, yang memiliki makna. Apa yang disebut nilai itu akan tampil apabila sebuah produksi acara bertolak dari suatu visi. Masalahnya apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideologi, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau apakah visi itu sekedar mengikuti arus yang sedang mengalir. Sekadar ikut-ikutan atau mengikuti arus boleh disebut tanpa visi.
36 37
Wawan Kuswandi, op.cit., 27 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, Duta Wacana University Press, 1994, hal. 159
24
Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Produksi yang tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja. Tidak memukau dan mempesona. Tidak mampu stop the eyes and the ears. 38 Menurut Fred Wibowo dalam bukunya “Dasar-dasar Produksi Program Televisi”, lima hal yang perlu dipikirkan secara mendalam oleh produser dalam merencanakan produksi program televisi, antara lain : 1. Materi Produksi Materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, manusia, merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Materi produksi dalam program Kupas Tuntas adalah berita atau masalah terhangat serta tokoh yang akan diwawancarai berkaitan dengan masalah tersebut. 2. Sarana Produksi Sarana produksi yang menjadi sarana penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kupas Tuntas dalam hal ini sudah menggunakan kualitas alat standar yang dimiliki Trans|7. 3. Biaya Produksi Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana
38
Fred Wibowo, op.cit., 7 - 8
25
produksi itu akan memperoleh dukungan finansial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu financial oriented dan quality oriented. a. Financial Oriented Perencanaan
biaya
produksi
yang
didasarkan
pada
kemungkinan keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi, misalnya tidak menggunakan artis kelas satu yang pembayarannya mahal; menggunakan lokasi shooting yang dekat, dan sebagainya. b. Quality Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada tuntutan hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun finansial, sangat bernilai, berguna bagi masyarakat, tanpa mempermasalahkan biaya. 4. Organisasi Pelaksanaan Produksi Sebuah program yang baik pasti ditangani oleh kerabat kerja yang baik. Suatu produksi program TV melibatkan banyak orang, misalnya para artis, kru dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, pejabat yang
26
bersangkut-paut dengan masalah perizinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksanaan produksi yang serapi-rapinya. Organisasi dalam program Kupas Tuntas terdiri dari produser eksekutif, produser, associate produser, reporter, juru kamera, video editor, sekretariat, unit production manager, penata suara, penata cahaya, dan lain-lain. Masing-masing kerabat kerja harus profesional dalam bidangnya dan mampu bertanggung jawab sungguh-sungguh pada tugasnya.
5. Tahap Pelaksanaan Produksi Proses produksi setiap program TV memerlukan tahapan yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi program TV terdiri dari tiga bagian yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), yaitu : a. Pra-produksi (ide, perencanaan, dan persiapan). Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian seperti berikut ini : 1. Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi
27
naskah sesudah riset. Ide program Kupas Tuntas didapatkan dari fenomena penting, unik, dan juga menarik yang berkenaan dengan kehidupan pemirsa sehari-hari. 2. Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan narasumber, lokasi dan kru. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3.
Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat-menyurat. Menghubungi narasumber yang akan diundang ke studio. Meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan.
b. Produksi (pelaksanaan). Setelah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai. Pada program Kupas Tuntas, shooting dilakukan di studio, baik secara langsung maupun rekaman. Produser bekerjasama dengan Program Director (Pengarah Acara) dan kru di studio yang terdiri dari Juru Kamera, Penata Cahaya, Penata Suara, dan lain-lain.
28
Tahap produksi dalam program Kupas Tuntas juga mencakup kegiatan Reporter dan Juru Kamera yang melakukan liputan di lapangan sesuai dengan tema yang akan dibahas. Materi yang didapat oleh tim liputan ini akan disiarkan sebagai materi pendukung program untuk menjelaskan fenomena yang akan jadi pembahasan dalam wawancara.
c. Pasca-produksi (penyelesaian dan penayangan). Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing off line, editing on line, dan mixing. 1. Editing off line Setelah shooting selesai, juru kamera membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) hasil pengambilan setiap shot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu juru kamera akan membuat editing kasar yang disebut editing off line. Sesudah editing kasar ini jadi, reporter membuat naskah yang dilengkapi dengan uraian narasi, timecode, dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Kemudian petugas pengisi suara merekam suaranya / voice over ke dalam kaset sesuai uraian narasi. Selanjutnya
29
naskah, kaset hasil shooting asli dan kaset narasi diserahkan kepada editor untuk dibuat editing on line.
2.
Editing on line Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shot dan adegan dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula suara asli dimasukkan dengan level sempurna. Setelah editing on line ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
3. Mixing Suara narasi dan ilustrasi musik yang sudah direkam digabungkan ke dalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi, dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian terpenting dalam post production sudah selesai. Secara menyeluruh produksi juga sudah selesai. Setelah itu diadakan preview sebelum program tersebut
30
ditayangkan. Bila tak ada lagi yang harus diperbaiki, maka program tersebut siap ditayangkan.39
2.4 Program Televisi Kata ‘program’ berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang – undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah ‘siaran’ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun, kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia, daripada kata ‘siaran’ untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya. 40 Dengan demikian, program memiliki pengertian yang lebih luas. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat pemirsa tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran, apakah itu radio maupun televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini pemirsa dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran, yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih
39 40
Ibid., 20-24 Morissan, op.cit., 27
31
besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar ataupun penonton.41 Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya, apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai pemirsa, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun televisi dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu hard news yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan juga ada soft news yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita, dokumenter, atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.42
41 42
Ibid., 97-99 Ibid., 100
32
2.4.1 Strategi Program Televisi Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.43 Tujuan program televisi pada umumnya adalah untuk menarik dan mendapatkan sebanyak mungkin penonton. Maka strategi program televisi adalah perencanaan dan manajemen untuk mendapatkan sebanyak mungkin penonton. Bagian program suatu media penyiaran harus menyadari suatu prinsip dasar dalam mengelola program siarannya bahwa setiap menit dalam setiap hari waktu siaran memiliki perhitungan sendiri. Ada penonton untuk setiap waktu siaran selama 24 jam sehari dan ada persaingan untuk merebut penonton itu dalam setiap menitnya. Pengelola program idealnya akan berupaya agar penonton dapat terus menerus menonton acara yang disiarkan tanpa berpindah saluran. Salah satu strategi program agar penonton tidak berpindah saluran adalah dengan menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling dramatis, mengandung ketegangan, menggoda, dan memancing rasa penasaran yang hanya bisa terjawab jika penonton tetap mengikuti saluran itu.44 Hal ini dapat dilakukan melalui on air promotion seperti layaknya iklan yang mempromosikan produknya agar penonton tertarik untuk membelinya. Head-Sterling (1982) menyatakan bahwa stasiun televisi memiliki sejumlah strategi dalam upaya menarik penonton masuk ke stasiun sendiri (inflow) dan 43 44
Effendy, op.cit., 32 Morissan, op.cit., 167
33
menahan penonton yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadi aliran penonton keluar (outflow) yaitu :45 •
Head to head Suatu program yang menarik penonton yang sama sebagaimana penonton yang dimiliki satu atau beberapa televisi saingan.
•
Program Tandingan (Counter Programming) Strategi untuk merebut penonton yang berada di stasiun saingan untuk pindah ke stasiun sendiri dengan cara menjadwalkan suatu program yang memiliki daya tarik berbeda untuk menarik penonton yang belum terpenuhi kebutuhannya.
•
Blocking Program (Block Programming) Penonton
dipertahankan
untuk
tidak
pindah
saluran
dengan
menyajikan acara yang sejenis selama waktu siaran tertentu. •
Pendahuluan Kuat (Strong Lead-in) Strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin penonton dengan menyajikan program yang kuat pada awal segmen waktu siaran.
•
Strategi Buaian (Creating Hammock) Menempatkan acara yang kurang populer diantara dua program unggulan.
•
Strategi Penghalangan (Stunting) Strategi merebut perhatian penonton dengan cara melakukan perubahan jadwal program secara cepat.
45
Ibid., 168
34
•
Strategi Lainnya Beberapa strategi lainnya adalah dengan tetap mempertahankan program-program yang sudah berhasil dalm posisinya serta menayangkan program unggulan pada saat tersedia banyak penonton misalnya pada waktu prime time. Strategi-strategi program tersebut merupakan cara-cara yang dilakukan oleh
pengelola program televisi yang bertujuan untuk meraih penonton sebanyak mungkin melalui perencanaan pola jam siaran. Namun strategi program tidak akan berhasil apabila produksi program tersebut kurang baik. Menurut pendapat Soenarto R.M dalam bukunya “Manajemen Penyiaran Televisi”, memproduksi suatu acara siaran televisi memerlukan persiapan yang matang. Hasil acara yang bagus biasanya dapat diukur dari kematangan persiapannya.46 Hal inilah yang membedakan antara strategi program dan strategi produksi program televisi. Strategi produksi lebih menekankan kepada perencanaan dan manajemen untuk menghasilkan tayangan yang baik.
2.5 Program Talk Show Televisi Menurut Fred Wibowo, program uraian (the talk), vox-pop, interview (wawancara) baik di dalam studio maupun di luar studio dan diskusi di televisi disebut Program Mimbar Televisi (The Talk Show Program). Program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibicarakan masyarakat. Apabila pembicaraan dilakukan oleh satu orang, program itu dinamakan program uraian
46
Soenarto R.M, op.cit., 11
35
pendek (the talk program). Wawancara dilakukan oleh dua orang dan diskusi oleh lebih dari dua orang. Semua itu disebut program talk show atau the talk show program.47 Menurut Darwanto S. Subroto dalam bukunya “Produksi Acara Televisi”, program talk show/wawancara adalah siaran dalam bentuk tanya jawab antara dua orang atau lebih untuk menggali fakta yang sedang menjadi perhatian masyarakat. 48 Menurut Soenarto dalam bukunya “Manajemen Penyiaran Televisi”, bentuk acara talk show mengetengahkan perbincangan, percakapan orang per orang atau beberapa orang. Agar pembicaraan terarah maka dapat ditunjuk seorang pengarah diskusi/pembicara. Agar acara lebih menarik dan tidak membosankan maka bisa saja di-insert visual tentang topik yang sedang dibahas pada waktu perbincangan berlangsung. 49 Kupas Tuntas merupakan program talk show karena program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibicarakan masyarakat.
2.5.1 Kriteria Program Talk Show Televisi 2.5.1.1 Produksi Program Talk Show Televisi Fred Wibowo dalam bukunya, “Dasar-dasar Produksi Program Televisi”, berpendapat bahwa memproduksi program wawancara yang baik di televisi merupakan suatu kerja keras, karena program itu memerlukan persiapan-persiapan
47
Fred Wibowo, op.cit., 37 Darwanto Sastro Subroto, op.cit., 227 49 Soenarto R.M, op.cit., 59 48
36
yang cukup banyak. Tanpa persiapan yang sungguh-sungguh program ini hanya menjadi program yang membosankan dan ditinggalkan para penonton. Jika program ini disajikan dengan baik, penonton memperoleh sesuatu yang sungguh-sungguh berguna, bermakna, dan bukan sekedar program untuk membuang waktu luang. Terdapat dua macam wawancara, yaitu wawancara luar studio dan wawancara studio. Kupas Tuntas merupakan program wawancara berita atau news talk show di studio. Menurut Fred Wibowo, cara memproduksi program wawancara studio memiliki beberapa persiapan dan cara memproduksi program yang berbeda, yaitu : a. Perencanaan Pertama-tama seorang produser atau pewawancara harus menentukan siapa tamunya. Untuk itu, biasanya dipilih seorang tokoh yang populer di masyarakat dalam bidangnya, atau bisa jadi seorang tokoh kontroversi tatkala masyarakat biasanya ingin tahu pandangan-pandangannya mengenai suatu peristiwa aktual.
Setelah itu, produser atau pewawancara harus mencari
informasi sebanyak-banyaknya mengenai tokoh itu guna merencanakan daftar pertanyaan. Pribadi tokoh yang akan diwawancarai sering juga kurang dikenal masyarakat. Jika demikian, produser atau pewawancara harus memiliki alasan kuat mengapa tokoh itu diwawancarai. Alasan-alasan itu perlu ditulis untuk menolong pewawancara membuat suatu daftar pertanyaan agar tokoh itu dapat memberikan jawaban secara tepat dan mengungkapkan hal-hal yang menarik karena menguasai bahan dan bidang yang ditanyakan.
37
Kemungkinan yang lain tokoh itu dipilih untuk memperoleh informasi, pendapat atau kesaksian mengenai suatu kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Dalam hal ini, produser atau pewawancara bukan hanya harus mengenal baik hal-hal kecil dari kejadian, melainkan juga mengenal banyak hal tentang pribadi tokoh itu terlebih dalam kaitannya dengan kejadian. Produser atau pewawancara sebaiknya bertanya dengan pertanyaanpertanyaan yang diinginkan oleh para penonton di rumah yang telah berpikir mengenai tokoh itu. Ia mencoba berpikir dari apa yang menarik bagi penonton televisi dan bukan bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, titik tolak berpikirnya pada pemikiran dari audiens. Hal itu dilakukan ketika ia bekerja menyusun pertanyaan.
b. Persiapan Setelah produser memiliki data lengkap tentang tokoh yang diwawancarai dan kurang lebih mengetahui pada apa yang ingin diketahui oleh audiens serta permasalahan apa yang ingin dimintakan penjelasan pada sang tokoh, produser siap membuat pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara. Pertanyaan wawancara seyogianya disusun mulai dari pertanyaan yang tidak terlalu berat. Satu atau dua pertanyaan disiapkan dengan jawaban tokoh berupa penjelasan atau ikhtisar dari permasalahan yang dibahas. Dengan pertanyaan itu diharapkan audiens kurang lebih memahami permasalahan yang dibahas dan posisi tokoh dalam permasalahan itu.
38
Sesudah itu pewawancara harus masuk pada inti permasalahan yang menunjukkan jawaban spesifik atau opini dan pandangan sang tokoh mengenai permasalahan. Pertanyaan-pertanyaan perlu disusun dengan sangat kritis, meskipun jangan sampai memojokkan sang tokoh. Pertanyaan kontroversial kadang-kadang sangat disukai penonton, namun pertanyaan demikian sering membuat tamu kurang senang. Pewawancara perlu menjaga agar dalam wawancara, tamu tokoh kita tidak menjadi tersinggung atau dipermalukan. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan tajam dicobakan terlebih dahulu kepada teman kita atau produser lain untuk melihat reaksinya. Jika dirasa susunan pertanyaan sudah baik maka sampailah kita pada tahapan pelaksanaan produksi.
c. Tahapan Pelaksanaan Produksi Produser kemudian mengundang tokoh tersebut untuk melaksanakan wawancara di studio rekaman video. Caranya dengan mengundang tokoh 30 menit sebelum rekaman. Selama 30 menit pewawancara dapat memberi kesempatan kepada tokoh untuk membiasakan diri dengan suasana studio. Hal ini perlu, terlebih bagi tokoh yang baru pertama kali ke studio televisi. Suasana, keributan persiapan, lampu-lampu, dapat membuat sang tokoh menjadi gugup. Jika terjadi demikian, pewawancara harus berusaha membuat santai dengan sedikit humor atau mengajukan pertanyaan informal yang membangkitkan antusiasmenya.
39
Jika semua sudah siap, rekaman dapat dimulai. Pertanyaan demi pertanyaan dapat diajukan dengan tenang atau disela sedikit dengan humor tanpa menyelewengkan permasalahan. Dalam hal ini, pewawancara tidak boleh memberi komentar atau arahan pada jawaban atau penjelasan tokoh. Pewawancara yang baik akan disiplin pada pertanyaan-pertanyaan saja. Satu hal lagi yang perlu, pewawancara biasanya menyediakan pertanyaan kejutan, baik bagi sang tokoh maupun bagi penonton tanpa mempermalukan tokoh itu. Pada akhirnya pewawancara menutup program dengan ucapan terima kasih.50
2.5.1.2 Strategi Produksi Program Talk Show Televisi Strategi produksi program televisi merupakan perencanaan dan manajemen untuk menghasilkan tayangan yang baik sesuai dengan kebutuhan penonton. Strategistrategi tersebut dilakukan pada tahap pelaksanaan produksi yang terbagi dalam tiga tahap, yaitu : pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Menurut Fred Wibowo dalam bukunya “Dasar-dasar Produksi Program Televisi”, sebuah program talk show memerlukan persiapan-persiapan yang cukup banyak. Tanpa persiapan yang sungguh-sungguh program ini hanya menjadi program yang membosankan dan ditinggalkan para penonton. Jika program ini disajikan dengan baik, penonton memperoleh sesuatu yang sungguh-sungguh berguna, bermakna, dan bukan sekedar program untuk membuang waktu luang.51 Menurut Darwanto S. Subroto dalam bukunya “Produksi Acara Televisi”, terdapat lima acuan dasar dalam memproduksi program siaran. Hal ini berlaku untuk 50 51
Ibid., 44 - 47 Fred Wibowo, op.cit., 44
40
semua jenis program baik talk show maupun yang lain. Lima acuan dasar tersebut, antara lain :52 1. Ide Semua acara televisi dimulai dari sebuah ide atau gagasan. Ide merupakan rencana pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penonton. Oleh karena itu dalam menuangkan idenya dalam bentuk naskah siaran, seorang produser harus selalu memperhatikan faktor penonton agar tepat sasaran. Dalam program talk show, ide didapat dari masalah terhangat yang beredar di masyarakat.
2. Pengisi Acara Pengisi acara siaran dapat berupa seorang pembaca berita, artis, sampai dengan para cendekiawan. Siapa saja dapat menjadi pengisi acara selama hal itu membuat acara menjadi menarik. Narasumber utama dan host yang kredibel dalam suatu program talk show merupakan daya tarik program tersebut. Menurut Vane-Gross, pemain adalah unsur kunci; format program dirancang berdasarkan keahlian pemain utamanya. Kekuatan program berdasarkan dominasi bintang adalah program itu dapat secara otomatis membentuk daya tariknya sendiri. Salah satu program talk show yang sukses dengan cara ini adalah “The Oprah Winfrey Show”.
52
Darwanto Sastro Subroto, op.cit., 47
41
3. Peralatan Peralatan yang baik dan memenuhi standar siaran sangat diperlukan agar menghasilkan gambar-gambar yang baik dan berkualitas. Tampilan sebuah program tergantung pada hal ini. Perlu kreativitas dalam mengemas sebuah program dengan peralatan tertentu sehingga memanjakan mata penonton. Dalam hal ini contohnya kamera, lampu-lampu, dekorasi, set, microphone, peralatan editing, dan sebagainya.
4. Kelompok kerja produksi Kelompok kerja produksi ini merupakan satuan kerja yang akan menangani kerja produksi secara bersama-sama (kolektif) sampai hasil karyanya dinyatakan layak untuk disiarkan. Kerabat kerja harus mempunyai tujuan yang sama sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
5. Penonton Penonton adalah sasaran dari setiap acara yang disiarkan dan merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya acara yang telah dibuat. Perencanaan dalam produksi harus memperhatikan selera dan keinginan penonton agar program tersebut berhasil dalam meraih penonton.
Kelima acuan tersebut dijadikan pertimbangan untuk melakukan strategi dalam memproduksi sebuah program agar hasil tayangan sesuai dengan kebutuhan pemirsa sehingga meningkatkan rating dan share program tersebut.
42
2.6 Rating dan Share 2.6.1
Rating “A rating is the percent of households tuned to a particular program from the
total available TV households in a designated area.” (Rating adalah jumlah rumah tangga yang menonton sebuah program tertentu dibagi dengan jumlah keseluruhan rumah tangga yang memiliki televisi di suatu wilayah tertentu.)53 Pengelola stasiun penyiaran pada umumnya sangat peduli dengan peringkat atau rating dari suatu program yang ditayangkan di stasiun penyiarannya. Rating yang tinggi berarti penonton yang lebih banyak dan jumlah pemasang iklan yang lebih besar. Sydney Head dan Christopher Sterling mendefinisikan rating sebagai : “A comparative estimate of set tuning in any given market,” yaitu perkiraan komparatif dari jumlah pesawat televisi yang sedang digunakan pada suatu wilayah siaran tertentu. Kata ‘komparatif’ digunakan dalam definisi tersebut karena suatu rating akan membandingkan estimasi jumlah audien yang sebenarnya dengan kemungkinan jumlah total audien. Rating adalah suatu perkiraan karena perhitungannya didasarkan pada jumlah pesawat televisi yang digunakan oleh satu kelompok audien yang dijadikan sampel, dan sampel tidak akan pernah menghasilkan ukuran yang mutlak (absolut) tetapi hanya perkiraan. Perhitungan rating secara matematis sangat sederhana yaitu hanya
53
Ron Wittaker, Ph.D, Ratings, Shares, HUTS, and CPM, Cyber College Internet Campus, http://www.cybercollege.com/ratings.htm, 2006
43
membagi jumlah rumah tangga yang tengah menonton suatu program tertentu dengan jumlah keseluruhan rumah tangga yang memiliki televisi di suatu wilayah siaran.54
2.6.2
Share “A share is the percentage of TV households with sets turned on that are
watching your program.” (Share adalah jumlah persentase rumah tangga yang sedang menyalakan pesawat televisi untuk menonton suatu program).55 Jumlah audien stasiun televisi juga dihitung berdasarkan persentase rumah tangga yang sedang menggunakan pesawat televisi atau households using television (HUT). Dengan demikian pengukuran HUT berdasarkan atas jumlah rumah tangga yang betul-betul menggunakan pesawat televisinya (tidak dimatikan) dan bukan berdasarkan jumlah televisi secara keseluruhan. Share dari suatu stasiun televisi A diperoleh dengan cara membagi jumlah penonton yang menyaksikan acara televisi A dengan keseluruhan rumah tangga yang betul-betul menyaksikan televisi. Hasil pembagian ini disebut dengan Audience Share. Stasiun penyiaran televisi akan selalu memiliki nilai audience share yang lebih tinggi dari pada nilai rating-nya (hal ini disebabkan angka pembaginya yang lebih kecil).56
54
Morissan, op.cit., 193-194 Ron Wittaker, Ph.D, Ratings, Shares, HUTS, and CPM, Cyber College Internet Campus, http://www.cybercollege.com/ratings.htm, 2006 56 Morissan, op.cit., 194-195 55
44
2.6.3
Fungsi Rating dan Share Memperkirakan jumlah penonton televisi diperlukan oleh setiap stasiun
penyiaran televisi. Begitu juga oleh pengiklan produk tertentu. Dengan mengetahui jumlah penonton yang menonton acara siaran tertentu dapat dijadikan “ukuran” bahwa acara itu disenangi dan ditunggu kehadirannya oleh penonton pada jam-jam tertentu. Kalau penontonnya banyak maka pemasang iklan sangat berkepentingan memasang iklannya.57 Hasil perhitungan audience share biasanya lebih disukai pengelola stasiun televisi untuk menarik pemasang iklan dari pada rating, selain karena angkanya yang lebih tinggi daripada rating, juga karena audience share memberikan informasi kepada pemasang iklan secara lebih real mengenai posisi suatu stasiun televisi terhadap televisi lainnya.58 Hal ini jugalah yang menjadi alasan bagi Trans|7 untuk menggunakan share sebagai ukuran atas keberhasilan dalam meraih target jumlah pemirsa, baik program maupun stasiun, bukan rating.
57 58
Soenarto R.M, op.cit., 9 Morissan, op.cit., 194-195
45
BAB III METODOLOGI
3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.59 Penelitian deskriptif ditujukan untuk : (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan dan evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.60 Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.61 Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggali informasi melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tim program 59
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal 24. 60 Ibid., 25 61 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal 3.
46
Kupas Tuntas. Data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dalam penelitian ini akan dianalisa untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7.
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study). Studi kasus merupakan salah satu teknik penelitian untuk mengembangkan analisis mendalam tentang satu kasus atau kasus majemuk dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam metode penelitian studi kasus peneliti menggali kesatuan atau fenomena tunggal (“kasus”) yang dibatasi oleh waktu dan aktivitas (program, kejadian, proses, institusi, atau kelompok sosial) dan mengumpulkan informasi rinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode waktu yang lama (Merriam, 1988; Yin, 1989).62 Metode studi kasus pada penelitian ini digunakan untuk menggali kasus tunggal yaitu strategi produksi program Kupas Tuntas secara keseluruhan selama periode September 2006 – April 2007 dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7. Jadi peneliti tidak mengembangkan analisis mendalam mengenai strategi produksi program Kupas Tuntas dari setiap episode.
62
John W. Creswell, Research Design Qualitative & Quantitative Approaches, KIK Press, Jakarta, 2002, hal 11.
47
3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
3.3.1 Data Primer Data primer didapat dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) terhadap para key informan, yaitu dilakukan tanya jawab secara langsung dengan Produser Eksekutif, Produser, Reporter, Juru Kamera, Host, dan Video Editor program Kupas Tuntas Trans|7. Wawancara dilakukan tidak berstruktur, yaitu adanya kebebasan peneliti dalam mengajukan pertanyaan yang dapat beralih-alih dari satu pokok pertanyaan ke pokok pertanyaan yang lain, sedangkan data yang terkumpul dari wawancara bebas itu dapat beraneka ragam, tetapi tetap berpedoman kepada tema yang akan diteliti. Data hasil wawancara tersebut dibuat dalam bentuk tulisan di atas kertas atau transkrip wawancara. Selain itu catatan lain mengenai reaksi dari key informan
dan
gesture
(bahasa
tubuh)
ketika
menjawab
pertanyaan
juga
diikutsertakan. Hasil dari catatan-catatan tersebut akan dianalisis dan dibuat suatu kesimpulan.
3.3.2 Data Sekunder Data sekunder didapat dengan cara studi kepustakaan (literature) yaitu membaca buku-buku, koran, majalah, serta data dan bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti guna melengkapi data-
48
data yang sudah ada. Selain itu data-data dari program Kupas Tuntas dan juga bahan tertulis maupun teori yang didapat selama kuliah.
3.4 Definisi Konsep Untuk pelaksanaan penelitian ini, berbagai konsep dan istilah perlu diperjelas. Definisi konsepnya yaitu : 1. Strategi produksi adalah perencanaan dan manajemen yang ditetapkan oleh tim Kupas Tuntas dalam upaya mencapai tujuan, yaitu hasil tayangan yang dapat meningkatkan rating dan share di Trans|7. 2. Produksi adalah upaya untuk menghasilkan sesuatu. Dalam penelitian ini produksi merupakan upaya untuk merubah bentuk naskah menjadi bentuk audio visual berupa program televisi. 3. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya. 4. Kupas Tuntas adalah program talk show, yaitu program wawancara yang dilakukan oleh dua orang dan diskusi oleh lebih dari dua orang mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibicarakan masyarakat. 5. Rating dan Share adalah ukuran yang dipakai oleh stasiun televisi untuk mengetahui seberapa besar program diterima oleh pemirsa.
3.5 Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, dan dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah strategi produksi
49
program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7, yang meliputi : 1. Strategi pra produksi program, antara lain : - Strategi penentuan ide dan tema - Strategi perencanaan dan persiapan produksi, termasuk di dalamnya pemilihan narasumber dan host. 2. Strategi produksi program, antara lain : - Strategi peliputan berita - Strategi wawancara dengan narasumber - Strategi pengambilan gambar 3. Strategi pasca produksi program, antara lain : - Strategi editing - Evaluasi program
3.6 Nara Sumber / Key Informan Posisi narasumber sangat penting, bukan sekedar memberi respons, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena itu ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber data) atau disebut juga subjek yang diteliti, karena ia bukan saja sebagai sumber data, melainkan juga aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan.63
63
Imam Suprayogo dan Tobroni, M.Si., Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2001, hal.176
50
Wawancara dilakukan dengan format tidak terstruktur, wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Wawancara jenis ini lebih bebas iramanya dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons. Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi serta lebih mengetahui informasi yang diperlukan.64 Narasumber yang akan berkompeten untuk diwawancarai dan dimintai informasi sehubungan dengan penelitian ini adalah tim program Kupas Tuntas di Trans|7, antara lain : 1. Teguh Satyawan Usis (Produser Eksekutif / Host) Bertanggung jawab pada program secara keseluruhan baik dari segi format acara, biaya produksi, editorial, maupun manajemen personil tim Kupas Tuntas. Sebagai host bertanggung jawab sebagai pembawa acara, riset terhadap masalah, dan menggali informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber. 2. Niki Charles Laoh dan Mufthi Akbar (Produser) Bertanggung jawab terhadap isi (content) program, rundown (susunan acara), menyunting naskah berita yang didapat dari reporter, menghubungi narasumber yang akan jadi tamu wawancara, dan memastikan kelancaran siaran.
64
Lexy J. Moleong, op.cit., 139
51
3. Irfan Yulianto dan Jamal Idris (Reporter) Bertanggung jawab untuk mencari berita di lapangan, pengumpulan data dan pencarian informasi, serta membuat naskah berita. 4. Dominicus (Juru Kamera) Bertanggung jawab atas pengambilan gambar di lapangan dan membuat catatan timecode atas hasil gambar yang diambil untuk keperluan editing dan penyusunan naskah. 5. Risnaldi (Video Editor) Bertanggung jawab dalam penyuntingan gambar dan pengemasan program sehingga layak tayang.
3.7 Teknik Analisa Data Analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Dari rumusan tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data.65 Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan dikumpulkan untuk kemudian jawaban-jawaban dari hasil wawancara itu dianalisa dan ditarik kesimpulan. 65
Lexy J. Moleong, op.cit., 103
52
Tujuan dari analisis data di dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal objek penelitian. Untuk menganalisa data yang telah terkumpul melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview), maka cara yang digunakan adalah melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dan peneliti hanya memaparkan data yang diperoleh secara apa adanya.
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7 akan dilaksanakan dengan menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.66 Penelitian deskriptif ditujukan untuk : (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan dan evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.67 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan menggali informasi melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tim program Kupas Tuntas. Data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dalam penelitian ini akan dianalisa untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi apa yang digunakan tim program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7.
66
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal. 24. 67 Ibid., 25
54
Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.68 Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang merupakan salah satu teknik penelitian untuk mengembangkan analisis mendalam tentang strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7. Studi kasus merupakan salah satu teknik penelitian untuk mengembangkan analisis mendalam tentang satu kasus atau kasus majemuk dengan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam metode penelitian studi kasus peneliti menggali kesatuan atau fenomena tunggal (“kasus”) yang dibatasi oleh waktu dan aktivitas (program, kejadian, proses, institusi, atau kelompok sosial) dan mengumpulkan informasi rinci dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode waktu yang lama (Merriam, 1988; Yin, 1989).69 Wawancara secara mendalam dilakukan dengan beberapa narasumber yang terkait langsung dengan program Kupas Tuntas Trans|7, diantaranya Produser Eksekutif, Produser, Reporter, Juru Kamera, Host, dan Video Editor.
68 69
Lexy J. Moleong, op.cit., hal 3. John W. Creswell, op.cit., hal 11.
55
4.1 Gambaran Umum Program Kupas Tuntas Trans|7 Kupas Tuntas adalah program news talk show yang dulu pernah ditayangkan di Trans TV sejak Januari 2002 sampai dengan Juni 2005. Program ini hadir dengan tujuan mendudukkan permasalahan, mengupas, dan membahasnya sampai tuntas. Kehadiran sebuah news talk show di stasiun televisi nampaknya cukup penting untuk mendampingi tayangan yang sudah ada. Hal ini dikarenakan sebuah news talk show memiliki beberapa kelebihan, diantaranya pemirsa bisa mendapatkan informasi jauh lebih lengkap dan mendalam. Kehadiran narasumber utama menjadikan kontroversi sebuah berita lebih berimbang. Sementara kredibilitas stasiun televisi tersebut akan lebih kuat dengan kehadiran narasumber dan host yang ada. Tayangan ini hadir menemani pemirsa dengan mengangkat tema bahasan yang berbeda dalam setiap episodenya. Setiap materi berkaitan dengan fenomena penting, unik, dan juga menarik yang berkenaan dengan kehidupan pemirsa sehari-hari. Narasumber yang hadir tentunya disesuaikan dengan tema yang diangkat. Kupas Tuntas sempat menjadi unggulan di Trans TV dengan meraih rating 4.5 pada saat mengangkat tema tentang Inul Daratista. Pada zaman keemasannya, rata-rata rating-nya tidak pernah kurang dari 2.5. Namun seiring dengan menurunnya performa rating dan share , program ini tidak ditayangkan lagi di Trans TV.70 Ratarata pencapaian share di tahun 2005 adalah 8-9%, jauh dari target share 15%.71 Pada tanggal 4 Agustus 2006, terjadi kesepakatan Strategic Partnership antara Trans TV dan TV7. Setelah di-relaunch pada 15 Desember 2006 maka TV7 berganti
70
Hasil wawancara dengan Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 71 Nielsen Media Research, Top Program by Station National, Week 0717 (22 - 28 Apr 2007)
56
nama menjadi Trans|7 di bawah naungan PT. Trans Corpora. Kupas Tuntas menjadi program baru pertama yang diproduksi dan ditayangkan di Trans|7 pada tanggal 4 September 2006. Hadirnya kembali Kupas Tuntas di Trans|7 memiliki beberapa alasan seperti yang dikemukakan oleh Teguh Satyawan Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas. Menurut Teguh, program ini dianggap mempunyai peluang untuk meraih penonton Trans|7 karena karakter penonton Trans|7 berbeda dengan Trans TV. Penonton Trans|7 berada di kelas A B, dengan tingkat pendidikan akademi dan universitas. Selain itu menjelang Pemilu 2009, Trans|7 harus memiliki program talk show dengan tema politik.72 Hingga kini Kupas Tuntas hadir setiap hari Selasa dan Kamis pukul 24.00 selama 30 menit di Trans|7.
4.1.1 Struktur Organisasi Program Kupas Tuntas Trans|7 Program Kupas Tuntas Trans|7 berada di bawah Departemen Bulletin & Current Affairs Divisi News Trans|7. Kerabat kerja yang tergabung dalam tim Kupas Tuntas antara lain : Penanggung Jawab
: Titin Rosmasari
Produser Eksekutif
: Teguh Satyawan Usis
Produser
: Niki Charles Laoh Mufthi Akbar Cut Ika Melanie
72
idem
57
Associate Produser
: Julius Sumant
Reporter
: Irfan Yulianto Jamal Idris Thomas
Juru Kamera
: Dominicus Ilham
Production Assistant
: Ferdy
Host
: Teguh Satyawan Usis Hadijah Al Jufri Nina Melinda
Video Editor
: Risnaldi
4.1.2 Proses Kerja Program Kupas Tuntas Trans|7 Proses kerja di program Kupas Tuntas Trans|7 diawali dari rapat program. Pada rapat ini dibahas tentang tema yang akan diangkat, biaya produksi, pemilihan narasumber, penyusunan rundown atau susunan acara, pembagian tugas, perencanaan liputan, dan evaluasi terhadap tayangan sebelumnya. Rapat secara rutin diadakan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Waktu rapat bisa kapan saja, tergantung isu yang sedang hangat di masyarakat. Rapat ini dihadiri oleh : Produser Eksekutif, Produser, Associate Produser, Reporter, Juru Kamera, Host, Video Editor, Production Assistant, Research & Creative Development. Setelah rapat kemudian tahap produksi dimulai. Produser menyiapkan rundown, riset tentang tema yang akan diangkat, dan menghubungi narasumber untuk
58
datang ke studio. Reporter dan Juru Kamera berangkat meliput materi untuk package. Ketika liputan, Reporter juga bertugas untuk melobi narasumber yang dipilih untuk datang ke studio. Selesai liputan, Reporter menyusun naskah dan menyerahkannya kepada Produser untuk diedit. Juru Kamera mencatat timecode gambar yang akan dipakai dalam package. Naskah yang sudah jadi kemudian di-dubbing oleh narator. Kemudian Video Editor menggabungkan antara narasi, gambar, ilustrasi musik, menjadi satu package mendalam yang siap untuk ditayangkan. Produksi kemudian beralih ke studio, program pun dimulai. Host kemudian membawakan acara bersama narasumber. Produser memantau jalannya acara di ruang Control Room bersama Program Director sampai selesai.
4.2 Analisis Data Kemunculan kembali program Kupas Tuntas di Trans|7 adalah hal yang menarik karena program yang dahulu pernah menjadi unggulan dengan di Trans TV ini tidak ditayangkan lagi dengan alasan rating dan share yang kian menurun dan jauh dari target share yang ditetapkan Trans TV yaitu 15%. Rata-rata pencapaian share-nya di tahun 2005 adalah 8-9%73. Target share yang harus dicapai Kupas Tuntas di Trans|7 adalah 12%. Sampai saat ini rata-rata pencapaiannya adalah 6-8%. Jika dalam waktu tertentu tidak juga mencapai target tersebut, maka program ini bisa mengalami hal yang sama seperti di Trans TV dulu, yaitu tidak diproduksi dan ditayangkan lagi. Mengingat hal yang sama dapat terjadi di Trans|7, penulis ingin menggali strategi produksi yang
73
Nielsen Media Research, Top Program by Station National, Week 0717 (22 - 28 Apr 2007)
59
dipakai oleh tim Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7 yang meliputi tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Berikut hasil indepth interview dengan tim Kupas Tuntas, antara lain : Teguh Satyawan Usis (Produser Eksekutif / Host), Niki Charles Laoh dan Mufthi Akbar (Produser), Irfan Yulianto dan Jamal Idris (Reporter), Dominicus (Juru Kamera), dan Risnaldi (Video Editor), mengenai strategi produksi program Kupas Tuntas dalam upaya meningkatkan rating dan share di Trans|7.
4.2.1 Strategi Pra Produksi Program Kupas Tuntas Pada tahap pra produksi, tim Kupas Tuntas berupaya menemukan segmentasi penonton, format, tema, dan image yang sesuai untuk Trans|7 melalui berbagai percobaan. Program ini mengalami beberapa kali perubahan jam tayang dan durasi sejak hadir pertama kali pada tanggal 4 September 2006. Awalnya Kupas Tuntas tayang empat kali seminggu pada hari Senin sampai Kamis pukul 22.00 dengan durasi 1 jam. Kemudian pada tanggal 30 Oktober 2006 berubah menjadi setiap hari Senin sampai Kamis pukul 23.00 dengan durasi 30 menit. Perubahan selanjutnya pada tanggal 5 Desember 2006 menjadi tayang dua kali seminggu setiap hari Selasa dan Kamis pukul 24.00 selama 30 menit. Perubahan terakhir ini dipertahankan sampai sekarang karena berdasarkan hasil penelitian RCD (Research & Creative Development), segmentasi penonton yang cocok untuk Kupas Tuntas adalah laki-laki, ber-status ekonomi sosial A B, dengan tingkat pendidikan akademi dan universitas. Penonton tersebut berada di jam 24.00, bukan di jam 22.00 atau 23.00. Seperti yang disampaikan oleh Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas berikut ini :
60
“Kupas Tuntas itu awalnya tayang jam 22.00-23.00. Itu untuk sementara memang sudah didesain sedemikian rupa. Kupas Tuntas itu dalam tanda kutip mengganjal dulu-lah karena belum ada program in-house di Trans|7 pada saat itu. Oleh karena itu dibuat 4 kali dalam seminggu, Senin sampai Kamis selama 1 jam, jam 22.00 – 23.00. Hal ini juga untuk melihat peluang apa yang pas di jam tersebut. Setelah diteliti oleh RCD, ternyata segmentasi penonton yang pas untuk Kupas Tuntas berada di jam 24.00. 1 jam pun dinilai terlalu lama, 74 takutnya penonton bosan, oleh karena itu durasi pun kita kurangi menjadi 30 menit saja.”
Dari segi format tayangan, tim Kupas Tuntas membuat format tayangan yang berbeda dengan program talk show di televisi lain. Kupas Tuntas merupakan program talk show plus karena dalam program ini tidak seluruhnya berupa talk show, tapi ada package yang menjadi pengantar berkenaan dengan topik yang akan dibahas bersama narasumber. Package adalah format berita yang lead in-nya dibacakan penyiar, tetapi isi berita dibacakan (dubbing) oleh reporter bersangkutan atau narator lainnya. Pada bagian tubuh berita disisipkan SOT narasumber dan berita ditutup dengan narasi yang dibacakan reporter atau narator lainnya.75 Hal ini juga dilakukan untuk menjadi tontonan alternatif pada jam tayang 24.00. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa dan Kamis selama bulan April 2007, kompetitor pada jam tersebut antara lain program sinetron di TVRI, RCTI, SCTV dan Indosiar, program film bioskop di Trans TV, program berita di Global TV (Saksi Mata), program berita olahraga di Anteve (Lensa Olahraga), Metro TV (Highlights Sepakbola Nasional), dan Lativi (Sport One), program kuis di TPI (Teka Teki Malam). Program-program yang ditayangkan kompetitor tersebut tidak ada yang berjenis talk show. Oleh karena itu Kupas Tuntas menjadi satu-satunya program talk show dan bertujuan untuk menjadi tontonan alternatif pada jam tersebut. 74
Hasil wawancara dengan Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 75 Drs. Arifin S. Harahap, M.Si., Jurnalistik Televisi Teknik Memburu dan Menulis Berita, Jakarta, PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006, hal.58
61
Peneliti juga melakukan observasi terhadap program sejenis yang berbeda dari segi waktu penayangan di TV lain, diantaranya “Today’s Dialogue” di Metro TV pukul 22.05 dan “Topik Minggu Ini” di SCTV hari Rabu pukul 23.00. Dari segi format, kedua program tersebut hampir sama dengan Kupas Tuntas, yaitu news talk show. Kedua program tersebut juga memiliki package pengantar untuk mengantarkan ke perbincangan. Letak perbedaan Kupas Tuntas dengan program tersebut terletak dari cara penyusunan package itu sendiri. Package untuk Kupas Tuntas dibuat secara mendalam, berisi latar belakang suatu masalah untuk memutar ulang ingatan penonton serta perkembangan terkini dari masalah tersebut. Package ini juga berfungsi agar penonton mengerti dulu permasalahan sebelum mengikuti perbincangan. Gabungan antara package dan perbincangan merupakan daya tarik tersendiri bagi Kupas Tuntas. Sehingga ketika penonton menyaksikan Kupas Tuntas, mereka akan mendapatkan informasi yang lengkap secara keseluruhan. Rundown atau susunan acara dibuat dengan pertimbangan agar penonton tahu gambaran besar cerita serta untuk menghindari kejenuhan penonton. Menurut Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas, apabila narasumber utama tidak dapat dihadirkan, Kupas Tuntas akan memilih narasumber lain yang terkait dengan masalah dan memperkuat tayangan dengan memperbanyak package-nya. Strategi menghindari kejenuhan penonton melalui package ini terbukti menaikkan share, seperti yang disampaikan oleh Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas berikut ini : “Berdasarkan riset, pada saat dialog, share-nya turun. Ada kebiasaan orang Indonesia yang lebih suka dengan package dibanding dialog, itu habit yang kita pelajari selama beberapa lama. Oleh karena itu package itu sangat vital. Kita bikin dramatis, bercerita, mudah dicerna, dan lain-lain. Jadi pada saat share-nya turun karena dialog, pada
62
saat itu pula kita masukkan package. Dan itu berhasil menaikkan share dibanding maju 76 dengan dialog penuh.”
Pada tahap penentuan tema yang sesuai dengan target penonton Trans|7, tim Kupas Tuntas melakukan penjajakan. Pada awalnya Kupas Tuntas mengangkat berbagai macam tema yang sedang hangat dan menarik di masyarakat, mulai dari berita-berita terkini sampai tema seputar dunia malam, seperti ‘Kawin Kontrak di Bogor’, ‘PSK ABG’, dan lain-lain. Berdasarkan pertimbangan dari segi penonton Trans|7, perolehan share pada tema politik yang bagus, perkembangan suhu politik yang kian menghangat, serta persiapan Trans|7 menuju Pemilu 2009, maka tema pun diprioritaskan pada bidang politik. Namun tidak menutup kemungkinan untuk tema lain yang sangat menarik perhatian masyarakat. Perolehan share pada tema politik terbukti cukup signifikan, yaitu 9.4% pada tema Cagub DKI, 9 % pada tema Laptop DPR, dan 8.8% pada tema Cawagub DKI. Sementara pada tema lain seperti ‘Timnas Lapindo’ yang bukan politik, hanya mendapat share 2.9%.77 Seperti yang disampaikan oleh Mufthi Akbar, Produser Kupas Tuntas berikut ini : “Dari pelajaran yang sudah-sudah, topik-topik politik memang selalu yang membuat rating dan share kita tinggi. Strateginya kita bermain hard politik dan apa yang sekarang sedang laku. Kan yang sedang ramai menjelang Pilkada DKI, dan Jakarta seperti kita tahu adalah share tertinggi untuk AGB Nielsen. Jadi kita pacu di Pilkada itu sendiri dan memang hasilnya juga cukup signifikan, bisa 10-11%. Begitu kita angkat isu-isu nasional lainnya, paling dapatnya 5-6%. Hard politik tidak menjadi kiblat kita, kita masih bisa bermain hal 78 lain, seperti kemarin main IPDN. Tergantung headline yang lagi laku di media sekarang.”
Mengingat Kupas Tuntas merupakan program talk show, maka hal yang diutamakan adalah perbincangannya. Dalam perbincangan dibutuhkan host yang
76
Hasil wawancara dengan Niki C. Laoh, Produser Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 Nielsen Media Research, Audiences Profile Kupas Tuntas Trans|7, (2 January – 19 April 2007) 78 Hasil wawancara dengan Mufthi Akbar, Produser Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 77
63
menguasai masalah serta kehadiran narasumber yang menjadi pelaku utama atas suatu masalah yang sedang hangat di masyarakat. Kupas Tuntas mengalami beberapa kali pergantian host. Hal ini dilakukan karena tim Kupas Tuntas ingin menghadirkan host yang menguasai masalah dan sanggup menggali informasi dengan narasumber yang utama. Agar perbincangan tidak membosankan, para narasumber dipilih melalui pertimbangan pro dan kontra atas suatu masalah, sehingga akan terjadi konflik dan perdebatan. Namun untuk kasus tertentu seperti bencana alam, narasumber tidak harus pro dan kontra, karena pada tema tersebut, yang diinginkan penonton adalah kejelasan informasi. Tim Kupas Tuntas berupaya untuk meningkatkan kesadaran pemirsa akan program tersebut melalui perbaikan terhadap on air look. Awalnya program ini menggunakan virtual set, namun setelah ditinjau kembali ternyata tidak bagus karena kurang mencerminkan image mewah yang ingin ditampilkan. Oleh karena itu, set pun diubah ke bentuk real set agar tampilan menjadi mewah sesuai dengan target penonton Kupas Tuntas yang berada pada kelas A dan B. Perubahan terhadap tampilan set yang semula virtual set menjadi real set diharapkan dapat membentuk image yang sesuai dengan target penontonnya. Selain itu set yang bagus diharapkan dapat mendukung host dan program itu sendiri agar penonton lebih menikmati tayangan dan tidak pindah saluran. Tim Kupas Tuntas pun siap untuk tayang kapan saja dengan banner ‘Kupas Tuntas Spesial’. Hal ini dilakukan untuk mengejar berita terkini dan demi kepuasan pemirsa dalam mendapatkan informasi yang lengkap atas masalah yang sedang hangat dibicarakan. ‘Kupas Tuntas Spesial’ pernah hadir pada hari Rabu 7 Maret
64
2007 dengan tema ‘Tragedi Garuda’ dan mendapatkan share yang cukup baik, yaitu 8.6 %.79 Seperti yang disampaikan oleh Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas berikut ini : “Beberapa kali Kupas Tuntas hadir dengan banner Kupas Tuntas Spesial, dan itu 80 topiknya sangat current. Untuk yang mendadak-mendadak biasanya hasilnya bagus.”
Upaya lain yang dilakukan tim Kupas Tuntas dalam tahap pra produksi adalah menolak permintaan blocking time, yaitu satu pemasang iklan membayar untuk keseluruhan program siaran.81 Bentuk blocking time pada program Kupas Tuntas adalah
ketika sebuah instansi pemerintah memesan tema untuk dibahas dengan
tujuan promosi. Instansi tersebut kemudian membayar kepada Trans|7. Dari segi pemasukan dana, hal ini menguntungkan perusahaan, namun dari segi perolehan share tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan ciri khas Kupas Tuntas yang selalu mengadirkan topik utama dan narasumber utama hilang. Tim Kupas Tuntas pun tidak dapat mengkritisi suatu masalah karena tema yang diangkat lebih ke promosi. Apabila blocking time dilakukan terus menerus ada kekhawatiran bahwa program ini akan ditinggalkan oleh pemirsa setianya. Seperti yang disampaikan oleh Teguh dan Niki berikut ini : “Kalau kita balik ke sejarah Trans TV, dulu Trans TV belum dikenal orang, jadi artinya ketika itu yang penting uang dulu masuk. Urusan rating dan share itu belakangan. Ketika Trans TV sudah bagus, semua program itu dituntut untuk mendapatkan revenue dan mendapatkan share. Itu juga yang sekarang dicoba diterapkan di Trans|7. Makanya Kupas Tuntas belakangan sangat selektif dengan blocking time karena dikhawatirkan akan 82 melorotkan share.”
79
Nielsen Media Research, Audiences Profile Kupas Tuntas Trans|7, (2 January – 19 April 2007) Hasil wawancara dengan Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 81 Morissan, op.cit., 223 82 Hasil wawancara dengan Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 80
65
“Kita termasuk yang paling diminati untuk blocking time dari kebanyakan departemen. Buat kita itu menyulitkan produksi karena penentuan narasumbernya ada koridor yang sangat ketat. Bahkan narasumber bukan ditentukan oleh redaksi, tapi oleh si pemesan blocking itu sendiri. Jadi kita tidak bisa kritis. Dan itu adalah kelemahan untuk sebuah program talk show. Ketika blocking time, share-nya itu jelek. Efeknya panjang. Misalnya ketika pemirsa menonton yang blocking time dan ternyata mereka hanya mendapatkan promosi dan tidak ada kritis-kritisnya disitu, mereka akan meninggalkan 83 Kupas Tuntas episode selanjutnya.”
4.2.2 Strategi Produksi Program Kupas Tuntas Pada tahap produksi, tim Kupas Tuntas berupaya untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan pada tahap sebelumnya. Kekuatan Kupas Tuntas sebagai program talk show terletak pada perbincangan tentang tema terhangat bersama narasumber utama. Selain itu package yang dibuat secara mendalam juga berfungsi sebagai pengantar ke perbincangan agar pemirsa mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas. Agar selalu dapat menghadirkan narasumber yang utama, tim selalu memperkuat jaringan untuk melengkapi bank data narasumber. Kendala yang dihadapi dalam mengundang narasumber adalah ketika narasumber utama tidak dapat hadir. Hal ini dapat diatasi dengan mengundang narasumber cadangan. Apabila narasumber cadangan juga tidak dapat hadir, maka topik akan diganti asalkan tetap mengangkat topik yang menarik dengan narasumber utama. Alasan atas ketidakhadiran narasumber utama di studio juga dapat disebabkan oleh desain set yang hanya dapat menampung dua orang narasumber. Hal ini menjadi kendala ketika harus mengundang lebih dari dua narasumber yang terkait langsung dengan permasalahan. Namun keadaan ini bisa disiasati dengan wawancara melalui telepon atau dengan menampilkan rekaman wawancara yang dilakukan reporter
83
Hasil wawancara dengan Niki C. Laoh, Produser Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007
66
bersama narasumber utama di lapangan. Seperti yang disampaikan oleh Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas berikut ini : “Kalau tamu tidak bisa datang bisa kita siasati. Lewat phoner atau kita buat reporter kita untuk wawancara di lapangan, sebagaimana di studio. Jadi kru itu harus punya kemampuan itu. Reporter harus bisa melakukan wawancara seperti host di studio. Akhirnya itu menjadi package tersendiri, ada dialog tapi di lapangan bukan di studio. Yang penting 84 kita dapat narasumber utama dalam isu utama.”
Dari segi liputan, Reporter dan Juru Kamera berupaya untuk mendapatkan hasil liputan yang akan menjadi package pengantar untuk perbincangan. Selain itu yang cukup penting dari liputan ini adalah mendapatkan pernyataan dari narasumber. Apabila berhasil mendapatkan pernyataan eksklusif dari narasumber, hal ini menjadi kekuatan tersendiri untuk program Kupas Tuntas dan dapat menaikkan share. Seperti yang disampaikan oleh Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas berikut ini : “Misalnya kita dapat pembunuh Munir, tapi wajah orangnya harus disamarkan, dalam teori Jurnalistik TV, soundbite tidak lebih dari 20 detik. Tapi ini kan orang yang mengaku membunuh Munir, jadi tayangkan saja 5 menit kalau perlu. Kan eksklusif, gak ada yang punya. Pokoknya gimana caranya agar penonton menikmati siaran, apapun 85 caranya.”
Naskah untuk package dibuat dengan bahasa yang ringan, sederhana, dan mudah dimengerti. Pertimbangan dalam pemilihan bahasa ini karena kompetitor di jam 24.00 adalah program-program ringan seperti film dan sinetron. Sebagai tayangan alternatif di jam tersebut, Kupas Tuntas harus menyajikan informasi yang mudah dicerna oleh penonton. Seperti yang disampaikan oleh Jamal Idris, Reporter Kupas Tuntas berikut ini : “Sebenarnya kalau malam itu idealnya berita ringan, kita itu bertolak belakang. Ketika malam itu harusnya berita ringan kita malah agak berat, high politik, orang-orang
84 85
Idem Idem
67
sudah capek. Tapi kalau penyampaiannya itu bagus, kita bisa menjadi satu-satunya tontonan 86 alternatif high politik di jam itu. Ketika terlalu rumit bisa jadi tidak ditonton.”
Dalam pengambilan gambar, tipe shot gambar yang dipilih baik untuk package maupun perbincangan lebih diutamakan Close Up dan Medium Close Up. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa mayoritas penonton di Indonesia memiliki pesawat televisi berukuran 21 inch. Jadi gambar yang terlalu kecil akan sulit untuk dinikmati penonton. Pengambilan gambar di studio ketika perbincangan pun diatur sedemikian rupa agar menarik dan berbeda dengan program talk show lainnya. Tipe shot seperti Over Shoulder antara host dengan narasumber, serta pergerakan kamera sering dipakai untuk menciptakan variasi dalam tayangan sehingga penonton tidak jenuh. Dalam perbincangan, Kupas Tuntas senantiasa menghadirkan konflik dan perdebatan yang menarik. Pertanyaan yang pertama kali diajukan oleh host merupakan pertanyaan paling penting dan memojokkan narasumber. Pertanyaanpertanyaan selanjutnya juga merupakan pertanyaan yang memojokkan. Hal ini dilakukan mengingat durasi yang terbatas, sementara informasi yang penting harus didapatkan. Host juga berperan untuk mengajak penonton agar memperhatikan tayangan melalui sapaan pada setiap opening segment atau pembukaan acara, seperti : “Terima kasih anda masih bersama Kupas Tuntas, kami sekarang sedang membicarakan masalah bersama.....”. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan penonton bahwa mereka sedang menonton Kupas Tuntas dan mengerti permasalahan yang akan dibahas. Strategi kata pembuka dari host tersebut diharapkan akan menarik
86
Hasil wawancara dengan Jamal Idris, Reporter Kupas Tuntas, pada tanggal 18 April 2007
68
minat penonton terhadap Kupas Tuntas. Seperti yang disampaikan oleh Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas berikut : “Ketika hostnya bilang,”Terima kasih anda masih bersama Kupas Tuntas kami sekarang sedang membicarakan masalah ini dan di studio sudah hadir ini dan ini, kita lanjutkan pembicaraan kita.” Itu kan bukan sekedar basa-basi. Tapi untuk reminding orang bahwa mereka sekarang bersama Kupas Tuntas dan kita membahas tema ini. Jadi itu semacam kewajiban yang harus dikasih di setiap opening segment, tidak boleh langsung, 87 biar penonton mengerti dulu, apa yang sedang dibicarakan.”
Selain itu untuk mencegah kejenuhan penonton akan perbincangan, tim Kupas Tuntas memasukkan VT sesuai dengan topik yang menjadi pembicaraan. Visual News adalah format berita TV yang hanya menyajikan gambar-gambar menarik dan dramatis.88 Trans|7 menggunakan istilah Video Tape (VT) untuk Visual News. Kupas Tuntas berusaha untuk menghadirkan tema yang terkini. Terkait dengan isu yang mendadak, Kupas Tuntas siap hadir kapan saja dengan banner ‘Kupas Tuntas Spesial’. Dalam hal ini, tim Kupas Tuntas akan segera menghubungi narasumber utama dan mengambil gambar dari program berita harian karena tidak ada waktu untuk liputan. Apabila gambar masih kurang, maka tim akan mencari gambar dari library Trans|7 atau Trans TV. Penambahan grafis juga dilakukan untuk memperjelas informasi yang ingin disampaikan kepada penonton.
4.2.3 Strategi Pasca Produksi Program Kupas Tuntas Pasca produksi Kupas Tuntas dilakukan dengan tujuan agar penonton puas dalam menikmati tayangan dan mendapatkan informasi selengkap mungkin. Proses editing dilakukan untuk membuat package dan menyempurnakan keseluruhan
87 88
Hasil wawancara dengan Niki C. Laoh, Produser Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 Arifin S. Harahap, op.cit., 64
69
program apabila produksi dilakukan secara taping atau rekaman, tidak secara live atau langsung. Pada proses editing untuk package, gambar-gambar yang diutamakan adalah gambar yang dramatis dan memiliki natural sound yang kuat. Penambahan efek, grafis, dan ilustrasi musik pada package perlu dilakukan agar penonton menikmati tayangan dan mendapatkan informasi sejelas mungkin. Seperti yang disampaikan oleh Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas berikut ini : “Karena kita di Current Affairs, kita boleh bermain efek. Tapi kita tetap highly informatif dan up to date. Targetnya adalah bagaimana caranya agar orang menikmati siaran. Ketika efek, backsound itu diperlukan untuk sebuah cerita dramatik, kita pakai. Yang penting bagaimana caranya agar orang menikmati package itu. Akhirnya kita berharap 89 idealnya bisa menahan orang untuk nonton dan tidak pindah channel.”
Selain untuk membuat package, proses editing juga dilakukan untuk membenarkan yang salah apabila produksi Kupas Tuntas dilakukan secara taping atau rekaman. Tim Kupas Tuntas lebih memilih produksi secara taping karena bisa diperbaiki dalam tahap pasca produksi, sehingga dapat menyempurnakan tayangan. Pemilihan alat untuk proses editing pun fleksibel. Hal ini tergantung waktu yang tersedia. Pada kasus isu yang mendadak, Video Editor Kupas Tuntas bisa menggunakan alat baik linear maupun non linear. Tergantung mana yang lebih cepat agar target waktu yang ditetapkan tercapai. Seperti yang disampaikan oleh Risnaldi, Video Editor Kupas Tuntas berikut ini : “Kendala utama proses editing Kupas Tuntas adalah soal waktu. Ini sangat berhubungan dengan sifat materi Kupas Tuntas yang selalu mengangkat topik terbaru. Tidak jarang materi editing berubah di saat-saat terakhir. Kalau sudah begitu kita pakai alat cut to cut dulu dan di mixing di Final Cut Pro untuk menambahkan musik, segala macam. Kalau 90 tidak sempat di Final Cut Pro, kita finishing dan mixing di A/B Roll karena lebih cepat.”
89 90
Hasil wawancara dengan Niki C. Laoh, Produser Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 Hasil wawancara dengan Risnaldi, Video Editor Kupas Tuntas, pada tanggal 9 Mei 2007
70
Menurut Niki, program Kupas Tuntas akan sempurna bila package dan perbincangannya sama-sama bagus. Kemampuan menghadirkan topik utama dan narasumber utama merupakan sesuatu yang harus dicapai oleh Kupas Tuntas. Apabila salah satu kurang, berarti tayangan ini tidak sempurna dan akan membuat penonton jenuh sehingga mereka beralih ke saluran lain. Seperti yang disampaikan oleh Niki Charles Laoh, Produser Kupas Tuntas berikut ini : “Kupas Tuntas sekarang itu Kupas Tuntas update, jadi musti dapat narasumber utama. Kalau narasumber kedua itu biasanya jelek. Kita siasati dengan banyakin package, atau pendekin durasi program. Package dan narasumber harus bagus, kalau salah satu jelek 91 tetap tidak sempurna sebagai tayangan.”
Pada tahap pasca produksi ini, tim Kupas Tuntas juga melakukan evaluasi terhadap tayangan sebelumnya untuk memaksimalkan tayangan selanjutnya sehingga mampu meningkatkan share.
4.3 Pembahasan Program Kupas Tuntas menjadi program baru pertama yang diproduksi dan ditayangkan di Trans|7 setelah terjadinya kesepakatan Strategic Partnership antara Trans TV dan TV7 pada tanggal 4 Agustus 2006. Kemunculan kembali program Kupas Tuntas di Trans|7 adalah hal yang menarik karena program yang dahulu pernah menjadi unggulan di Trans TV ini tidak ditayangkan lagi dengan alasan rating dan share yang kian menurun. Alasan hadirnya kembali program ini karena dinilai mempunyai peluang untuk meraih penonton Trans|7 yang karakternya berbeda dengan Trans TV. Penonton Trans|7 berada di
91
Hasil wawancara dengan Niki C. Laoh, Produser Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007
71
kelas A B, dengan tingkat pendidikan akademi dan universitas. Selain itu menjelang Pemilu 2009, Trans|7 harus memiliki program talk show dengan tema politik. Share menjadi ukuran yang dipakai oleh Trans|7 untuk mengetahui seberapa besar program diterima oleh pemirsa. Menurut Teguh, alasannya adalah karena share adalah jumlah persentase rumah tangga yang sedang menyalakan pesawat televisi untuk menonton suatu program, sehingga perhitungan share dinilai lebih adil dibanding rating. Rating tidak lagi menjadi ukuran bagi Trans|7 karena rumah tangga yang tidak menyalakan televisi diikutsertakan dalam perhitungan.92 Hal ini sesuai dengan pendapat Morissan, M.A., dalam bukunya “Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi”, yang mengatakan bahwa “hasil perhitungan audience share biasanya lebih disukai pengelola stasiun televisi untuk menarik pemasang iklan dari pada rating, selain karena angkanya yang lebih tinggi daripada rating, juga karena audience share memberikan informasi kepada pemasang iklan secara lebih real mengenai posisi suatu stasiun televisi terhadap televisi lainnya.”93 Target share yang harus dicapai Kupas Tuntas di Trans|7 adalah 12%. Sampai saat ini rata-rata share-nya baru mencapai 6-8%. Berbagai strategi produksi dilakukan tim Kupas Tuntas agar program ini dapat meningkatkan share dan tidak mengalami hal yang sama seperti di Trans TV dulu, yaitu tidak diproduksi dan ditayangkan lagi. Pada tahap awal kemunculannya tim Kupas Tuntas melakukan penyesuaian terhadap segmentasi penonton Trans|7. Setelah diteliti oleh pihak RCD Trans|7,
92
Hasil wawancara dengan Teguh S. Usis, Produser Eksekutif Kupas Tuntas, pada tanggal 19 April 2007 93 Morissan, op.cit., 194-195
72
ternyata Kupas Tuntas cocok untuk tayang pukul 24.00 dengan durasi 30 menit. Tema yang semula masalah-masalah hangat di masyarakat pun berubah menjadi politik dengan prinsip selalu mengangkat topik yang utama dan menghadirkan narasumber utama. Berdasarkan data dari RCD, upaya mengganti tema menjadi politik ini terbukti meningkatkan share dari rata-rata 6-8% menjadi 9.4% pada tema Cagub DKI, 9 % pada tema Laptop DPR, dan 8.8% pada tema Cawagub DKI. Sementara pada tema lain seperti ‘Timnas Lapindo’ yang bukan politik, hanya mendapat share 2.9%.94 Format program Kupas Tuntas dibuat berbeda dengan program talk show di televisi lain, yaitu adanya package yang berfungsi agar penonton mendapatkan informasi pendahuluan sebelum dibahas dalam perbincangan. Gabungan antara package dan perbincangan merupakan strategi agar penonton tidak jenuh dengan perbincangan dan mendapatkan informasi yang lengkap. Package diperbanyak apabila narasumber yang dihadirkan bukan yang utama. Menurut Niki, strategi menghindari kejenuhan penonton melalui package ini terbukti menaikkan share. Beberapa strategi produksi agar acara menarik dilakukan tim Kupas Tuntas dengan merubah tampilan set menjadi real set agar menimbulkan image yang sesuai dengan target penonton, menyederhanakan bahasa agar mudah dicerna, memancing konflik dan perdebatan dalam perbincangan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang memojokkan, variasi dalam tipe shot ketika perbincangan serta mengutamakan gambar close up agar mayoritas penonton yang memiliki ukuran pesawat televisi 21 inch dapat melihat jelas. Selain itu tim Kupas Tuntas juga
94
Nielsen Media Research, Audiences Profile Kupas Tuntas Trans|7, (2 January – 19 April 2007)
73
memasukkan VT sesuai dengan topik yang menjadi pembicaraan dalam perbincangan untuk mencegah kejenuhan penonton. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenarto dalam bukunya “Manajemen Penyiaran Televisi”, yang mengatakan, “agar acara lebih menarik dan tidak membosankan maka bisa saja di-insert visual tentang topik yang sedang dibahas pada waktu perbincangan berlangsung.”95 Tim Kupas Tuntas juga berupaya meningkatkan kesadaran penonton akan program ini melalui banner ‘Kupas Tuntas Spesial’ yang siap hadir kapan saja. Tujuannya adalah agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pemirsa akan informasi terkini yang disajikan secara mendalam. Upaya lain yang dilakukan tim Kupas Tuntas adalah menolak permintaan blocking time karena dari segi perolehan share tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan ciri khas Kupas Tuntas yang selalu menghadirkan topik utama dan narasumber utama hilang serta tidak dapat mengkritisi suatu masalah karena tema yang diangkat lebih ke promosi. Apabila blocking time dilakukan terus menerus ada kekhawatiran bahwa program ini akan ditinggalkan oleh pemirsa setianya. Pada tahap pasca produksi, tim Kupas Tuntas berupaya menyempurnakan tayangan dan meminimalisir kekurangan yang bertujuan agar penonton lebih menikmati tayangan dan tidak berpindah saluran. Hal ini sesuai pendapat Morissan, yang mengatakan bahwa, “Program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar ataupun penonton.96
95 96
Soenarto R.M, op.cit., hal 59 Ibid., 97-99
74
Sampai saat ini, tim Kupas Tuntas masih berupaya dalam meningkatkan share dan berharap situasi politik kian menghangat karena terbukti bahwa tema politik yang diangkat Kupas Tuntas mampu meningkatan share. Selain itu, adanya package sebagai pengantar dialog serta host yang berani dalam mengajukan pertanyaan memojokkan merupakan ciri khas Kupas Tuntas yang berbeda dengan tayangan lain sehingga diharapkan dapat menjadi tontonan alternatif pada jam tayangnya. Upaya dalam menimbulkan ciri khas sesuai dengan pendapat Fred Wibowo, yang mengatakan, “Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Produksi yang tidak memiliki kekhasan atau keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja. Tidak memukau dan mempesona. Tidak mampu stop the eyes and the ears.” 97
97
Fred Wibowo, op.cit., 7 - 8
75
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Strategi Pra Produksi a. Penentuan jam tayang disesuaikan dengan karakter penonton Trans|7. b. Format dibuat berbeda dengan program talk show di televisi lain dengan adanya package sebagai pengantar ke perbincangan. c. Tim memprioritaskan tema pada bidang politik karena melihat peluang dari situasi politik yang kian menghangat terutama menjelang Pilkada DKI dan Pemilu 2009. d. Tim menyusun rundown dengan strategi memperbanyak package apabila perbincangan dinilai akan membosankan. e. Dari segi on air look, tim melakukan perubahan pada virtual set menjadi real set agar image tayangan sesuai dengan target penonton dan tayangan lebih dapat dinikmati. f. Pembentukan image program Kupas Tuntas yang senantiasa menghadirkan topik terhangat secara mendalam juga dilakukan dengan adanya banner ‘Kupas Tuntas Spesial’ yang siap hadir kapan saja. g. Tim menolak permintaan blocking time untuk menjaga kepercayaan pemirsa.
76
2. Strategi Produksi a. Tim berupaya menghadirkan narasumber utama sesuai dengan tema terhangat yang dibahas. Narasumber yang hadir dipilih berdasarkan pro dan kontra agar terjadi konflik dan perdebatan dalam perbincangan sehingga tayangan berlangsung menarik. b. Pertanyaan
yang
diajukan
host
merupakan
pertanyaan
yang
memojokkan agar informasi yang diinginkan tercapai. c. Tim mencegah kejenuhan penonton dengan memasukkan VT selama perbincangan berlangsung. d. Dari segi package, penggunaan bahasa yang sederhana dan pemilihan gambar yang dramatis dilakukan agar mudah dimengerti oleh penonton. e. Penambahan grafis dilakukan untuk memperjelas informasi yang ingin disampaikan.
3. Strategi Pasca Produksi a. Tim berusaha menyempurnakan program dengan memberi efek, grafis, dan ilustrasi musik pada package serta memperbaiki kesalahan yang ada agar penonton lebih menikmati tayangan. b. Tim melakukan evaluasi terhadap tayangan sebelumnya untuk memaksimalkan tayangan selanjutnya sehingga mampu meningkatkan share.
77
Strategi-strategi dalam produksi tersebut dilakukan untuk menghasilkan tayangan yang baik sesuai dengan kebutuhan pemirsa sehingga dapat meningkatkan rating dan share program Kupas Tuntas di Trans|7.
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan rating dan share program Kupas Tuntas di Trans|7, yaitu : 1. Konsisten dalam menghadirkan tema terhangat dan eksklusif bersama narasumber utama karena hal ini merupakan kekuatan program Kupas Tuntas. 2. Kupas Tuntas memiliki kendala dengan keterbatasan desain set yang hanya dapat menampung dua orang narasumber. Penulis menyarankan untuk merubah desain set sehingga tidak lagi menjadi halangan dalam menghadirkan narasumber yang banyak. 3. Sebagai program talk show yang sering berganti-ganti host, penulis menyarankan untuk menetapkan satu host saja yang kredibel di mata pemirsa dan menguasai berbagai permasalahan. Hal ini mengingat kesuksesan program talk show di Amerika Serikat berjudul The Oprah Winfrey Show.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa, 2005 Creswell, John W. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches, Jakarta : KIK Press, 2002 Day, Mila. Buku Pinter Televisi, Jakarta : Trilogos Library, 2004
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek., Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1984 Effendy,Onong Uchjana. Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1984 Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi Teknik Memburu dan Menulis Berita, Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006 J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1998 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi; Cetakan Pertama; Jakarta : PT. Rineka Cipta, Maret 1996 McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa; Edisi Kedua, Penerbit Erlangga; Jakarta : 1989 Morissan. Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi; Cetakan Pertama; Tangerang : Ramdina Prakasa, Agustus 2005 Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1990 Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999 R.M, Soenarto. Manajemen Penyiaran Televisi, Jakarta : FFTV IKJ, 2002
S. Susanto, Astrid. Komunikasi Sosial di Indonesia, Bandung : Bina Cipta, 1984 Sanovri, Veri. “Lynx Films Membidik Niche Market.” Majalah Behind The Screen, Mei 2005 Sastro Subroto, Darwanto. Produksi Acara Televisi, Yogyakarta : Duta Wacana University Press, 1994 Suprayogo, Imam dan Tobroni, M.Si. Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Wahyudi, J.B. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Jakarta : Grafiti, 1996 Wibowo, Fred. Dasar-dasar Produksi Program Televisi , Jakarta : Grasindo, 1997 Sumber lain : Website Cybercollege / Internet Campus : http://www.cybercollege.com
Website Trans|7 : http://www.trans7.co.id
Website AGB Nielsen Media Research Indonesia : http://www.agbnielsen.net
Website Suara Merdeka : http://www.suaramerdeka.com Nielsen Media Research, Kupas Tuntas Diagnostic, September 2005
Nielsen Media Research, Audiences Profile Kupas Tuntas Trans|7, (2 January – 19 April 2007) Nielsen Media Research, Top Program by Station National, Week 0717 (22 - 28 April 2007)
DRAFT WAWANCARA Produser Eksekutif / Produser : 1. Mengapa Kupas Tuntas diproduksi dan ditayangkan kembali di Trans|7? 2. Bagaimanakah format program Kupas Tuntas? 3. Mengapa membuat format seperti itu? 4. Apa perbedaan Kupas Tuntas dengan acara lain yang sejenis di stasiun TV lain? 5. Berapa target rating dan share yang harus dicapai? 6. Bagaimana pencapaian rating dan share saat ini? 7. Berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai target rating dan share? 8. Ketika pertama kali tayang di Trans|7, Kupas Tuntas tayang 4 kali seminggu. Mengapa sekarang menjadi tayang dua kali seminggu? 9. Mengapa jam tayang berubah dari pukul 22.00, 23.00, kemudian menjadi pukul 24.00? 10. Mengapa durasi berkurang dari 1 jam menjadi 30 menit? 11. Informasi seperti apa yang ingin disampaikan kepada pemirsa? 12. Mengapa informasi itu yang ingin disampaikan kepada pemirsa? 13. Bagaimana memilih topik untuk Kupas Tuntas? 14. Mengapa topik itu yang dipakai? 15. Materi apa saja yang harus disiapkan? 16. Terkait dengan isu penting yang mendadak, bagaimana meyiasati pengumpulan materi dengan waktu yang sedikit? 17. Berapa budget untuk satu episode? 18. Bagaimana menyesuaikan budget agar hasil produksi maksimal? 19. Presenter Kupas Tuntas berganti-ganti. Bagaimana memilih presenter untuk Kupas Tuntas? 20. Adakah kriteria khusus untuk presenter Kupas Tuntas? 21. Mengapa kriteria untuk presenternya demikian? 22. Bagaimana memilih narasumber? 23. Mengapa memilih mereka sebagai narasumber? 24. Bagaimana mengundang narasumber? 25. Berapa narasumber yang diundang? 26. Bagaimana apabila narasumber tidak mau diundang? 27. Bagaimana apabila narasumber tidak datang? 28. Kendala apa yang dihadapi dengan narasumber di studio? 29. Bagaimana menyiasati kendala dengan narasumber di studio? 30. Apakah para narasumber harus pro dan kontra? Mengapa? 31. Bagaimana membuat pertanyaan untuk wawancara? 32. Pertanyaan seperti apa yang dibuat? 33. Berapa jumlah pertanyaan untuk satu narasumber? Mengapa? 34. Bagaimana menyusun pertanyaan? 35. Mengapa penyusunan pertanyaan dibuat demikian? 36. Adakah pertanyaan kejutan untuk narasumber? Mengapa? 37. Bagaimanakah strategi agar acara menjadi menarik? 38. Kapan rapat program diadakan? 39. Siapa saja yang diundang?
40. Apa saja yang dibahas dalam rapat? 41. Mengapa tampilan set berubah? 42. Mengapa tampilan set demikian? 43. Image apa yang hendak dibangun dengan tampilan set demikian? 44. Alat / equipment apa saja yang digunakan untuk produksi? 45. Apa materi yang harus diliput untuk Kupas Tuntas? 46. Mengapa liputannya demikian? 47. Berapa paket berita yang harus disiapkan? 48. Apa fungsi dari paket berita yang disajikan Kupas Tuntas? 49. Informasi apa yang dimasukkan dalam paket berita? 50. Berapa durasi untuk satu paket berita? 51. Mengapa durasinya demikian? 52. Bagaimanakah naskah berita untuk Kupas Tuntas? 53. Mengapa naskah berita dibuat demikian? 54. Gambar seperti apa yang dipilih untuk paket berita? 55. Adakah penambahan efek dalam gambar? 56. Mengapa menggunakan efek tersebut? 57. Adakah penambahan ilustrasi musik dalam paket berita? 58. Mengapa memilih ilustrasi musik tersebut? 59. Adakah penambahan grafis dalam program/paket berita? Mengapa? 60. Alat apa yang digunakan dalam editing? 61. Mengapa alat itu yang dipakai? 62. Bagaimana apabila alat tersebut tidak tersedia? 63. Kendala apa yang dihadapi dalam proses editing? 64. Bagaimana menyiasati kendala tersebut? 65. Tipe shot seperti apa yang dipilih dalam pembuatan paket berita? 66. Bagaimanakah memilih pengisi suara / voice over untuk Kupas Tuntas? 67. Intonasi seperti apa yang diinginkan dalam paket berita? 68. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi satu episode? 69. Bagaimana strategi produksi untuk meningkatkan rating dan share? 70. Mana yang lebih diutamakan, wawancara di dalam studio atau di luar studio? 71. Mengapa memilih lokasi tersebut? 72. Kendala apa saja yang ditemui ketika siaran di lokasi tersebut? 73. Bagaimana mengatasi kendala di lokasi tersebut? Reporter : 1. Apa yang dibahas dalam rapat? 2. Bagaimana proses liputan untuk Kupas Tuntas? 3. Apa saja yang diliput? 4. Kendala apa yang dihadapi ketika meliput? 5. Bagaimana cara mengatasinya? 6. Bagaimana pendekatan terhadap narasumber agar mau memberikan informasi? 7. Bagaimana apabila narasumber enggan memberikan informasi? 8. Bagaimanakah menyusun naskah untuk paket? 9. Adakah hal-hal tertentu yang harus diperhatikan dalm menyusun naskah? 10. Mengapa penyusunan naskahnya demikian?
11. Berita seperti apa yang ingin disajikan? 12. Berapa paket berita yang harus dihasilkan? 13. Berapa kali liputan dilakukan untuk satu episode? 14. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk meliput? 15. Terkait dengan isu penting yang mendadak, bagaimana meyiasati liputan dengan waktu yang sedikit? Juru Kamera : 1. Apa yang dibahas dalam rapat? 2. Type of shot seperti apa yang diambil? 3. Mengapa type of shot itu yang diambil? 4. Angle-angle bagaimanakah yang harus diambil? 5. Mengapa angle gambar seperti itu yang diambil? 6. Kendala apa yang dihadapi dalam proses pengambilan gambar? 7. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? 8. Berapa jumlah shot minimal yang harus dihasilkan untuk membuat satu paket berita? 9. Bagaimana apabila terjadi kekurangan gambar? 10. Kamera apa yang dipakai? 11. Mengapa memilih kamera tersebut? 12. Adakah trik khusus dalam pengambilan gambar? 13. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengambil gambar? 14. Adakah penggunaan aksesoris kamera seperti filter, lensa, dan sebagainya? 15. Mengapa demikian? Host : 1. Adakah hal khusus yang harus dikuasai oleh presenter Kupas Tuntas dalam membawakan acara? 2. Bagaimanakah gaya berbicara dalam membawakan acara? 3. Berapa jumlah pertanyaan untuk satu narasumber? 4. Bagaimanakah cara mengajukan pertanyaan agar narasumber memberikan informasi? 5. Pertanyaan seperti apa yang didahulukan? Mengapa? 6. Pertanyaan apa yang boleh diajukan? Mengapa? 7. Pertanyaan apa yang tidak boleh diajukan? Mengapa? 8. Bagaimana pendekatan terhadap narasumber agar ia mau memberikan informasi? 9. Kendala apa yang dihadapi dengan narasumber? 10. Bagaimana menyiasati kendala dengan narasumber? 11. Adakah pertanyaan kejutan? 12. Bagaimana strateginya apabila pembicaraan keluar dari jalur? 13. Apabila narasumber terlihat tegang, bagaimana menyiasatinya? 14. Apabila narasumber terpancing emosinya, bagaimana menyiasatinya? 15. Bagaimana mengarahkan pembicaraan agar menarik?
Video Editor : 1. Bagaimana proses editing Kupas Tuntas? 2. Alat apa yang digunakan dalam editing? 3. Mengapa alat itu yang dipakai? 4. Bagaimana apabila alat tersebut tidak tersedia? 5. Kendala apa yang dihadapi dalam proses editing? 6. Bagaimana ritme/tempo yang dipakai dalam pengemasan paket berita untuk Kupas Tuntas? 7. Mengapa ritme/tempo itu yang dipilih? 8. Gambar seperti apa yang dipilih untuk paket berita? 9. Adakah penambahan efek dalam gambar? 10. Mengapa menggunakan efek tersebut? 11. Adakah penambahan ilustrasi musik dalam paket berita? 12. Mengapa memilih ilustrasi musik tersebut? 13. Adakah penambahan grafis dalam program/paket berita? Mengapa? 14. Tipe shot seperti apa yang dipilih dalam pembuatan paket berita? 15. Adakah hal khusus yang dilakukan dalam editing? Mengapa?
BIODATA PENULIS
Nama
: VICKY MOCHAMMAD FURQON ALVAREZ DANANJAYA
Jenis kelamin
: Pria
Agama
: Islam
Tempat Tanggal Lahir : Soroako, 21 February 1980 Alamat
: Jl. Cabe 1 no. 77 RT 05/04 Pd. Cabe Ilir - Pamulang Tangerang 15418
Telepon
: (021) 7421932
Pendidikan
: D3 Broadcasting FISIP Universitas Indonesia SMUN 82 Jakarta SMPN 85 Pondok Labu Jakarta Selatan SDN 01 Pagi Pondok Labu Jakarta Selatan
Pekerjaan
: Karyawan PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh
Hobi
: Musik, Film, dan Komputer
*******