STRATEGI PENYUNTINGAN GAMBAR PROGRAM “REAL ESTAT” DI METRO TV DALAM UPAYA MENINGKATKAN RATING DAN SHARE ( Periode November Tahun 2008 )
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
Nama
: Andi Purwoko
Nim
: 4410412-013
Jurusan
: Broadcasting
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta 2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Andi Purwoko
NIM
: 4410412-013
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Broadcasting Judul
: Strategi Penyuntingan Gambar Program “Real Estat” di Metro TV Dalam Upaya Meningkatkat Rating dan Share (Periode November tahun 2008)
Jakarta, 28 Februari 2009
Disetujui Oleh: Pembimbing
(Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comn.)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
: Andi Purwoko
NIM
: 4410412-013
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Broadcasting Judul
: Strategi Penyuntingan Gambar Program “Real Estat” di Metro TV Dalam Upaya Meningkatkat Rating dan Share (Periode November tahun 2008)
Jakarta, 28 Februari 2009
Mengetahui,
1. Ketua Sidang Dra. Tri Dhiah Cahyowati, M. Si.
(.....................................)
2. Penguji Ahli Feni Fasta, SE., M. Si.
(.....................................)
3. Pembimbing Skripsi Ponco B. Sulistyo, M. Comn.
(.....................................)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama
: Andi Purwoko
NIM
: 4410412-013
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang Studi : Broadcasting Judul
: Strategi Penyuntingan Gambar Program “Real Estat” di Metro TV Dalam Upaya Meningkatkat Rating dan Share (Periode November tahun 2008) Jakarta, 28 Februari 2009
Disetujui dan diterima oleh: Dosen Pembimbing Skripsi
(Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comm.)
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
(Dra. Diah Wardhani, M.Si.)
Ketua Bidang Studi
(Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comn.)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BROADCASTING UNIVERSITAS MERCU BUANA
Nama NIM Judul
: Andi Purwoko : 4410412-013 : Strategi Penyuntingan Gambar Program “Real Estat” di Metro TV Dalam Upaya Meningkatkat Rating dan Share (Periode November tahun 2008) 5 bab + 83 halaman + 7 gambar + lampiran Bibliografi : 25 bahan acuan (tahun 1984-2008) ABSTRAKSI
Dunia pertelevisian dewasa ini berkembang cepat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronik. Kemajuan tersebut menjadikan siaran televisi lebih berwarna dan membuat pihak stasiun televisi bersaing dalam menghasilkan program-program yang berkualitas. Program tersebut dapat berupa berita, hiburan atau pengetahuan. Program “Real Estat” sebagai referensi properti bagi orang yang ingin membeli perumahan, apartemen dan rukan, namun tidak hanya itu saja, “Real Estat” juga membahas tentang perkembangan properti di Indonesia dan sebagai wawasan, informasi bagi para pemirsa. Kualitas program “Real Estat” tidak lepas dari proses penyuntingan gambar. Dengan cara memilih dan memotong gambar, menentukan backsound audio hingga memberikan efek visual dan efek audio. Dan tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” di Metro TV dalam upaya meningkatkat rating dan share. Kerangka konsep yang penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain adalah mengenai komunikasi massa, televisi, program televisi, penyuntingan gambar, rating dan share. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengenai strategi penyuntingan gambar yang meliputi unsur perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian, menyimpulkan dengan metode studi kasus yang dilakukan melalui wawancara mendalam (indept interview) dengan narasumber yang terkait langsung dengan program “Real Estat”, diantaranya produser, asiten produksi dan penyunting gambar. Berdasarkan pembahasan yang penulis peroleh dapat disimpulkan bahwa strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” merupakan hal yang taktis dan akurat untuk menghasilkan sebuah tayangan yang baik. Dimana suatu mekanisme yang peliputi dari perencanaan yaitu bagaimana proses sebelum penyuntingan gambar, pengorganisasian bagaimana keterkaitan antara produser, asisten produksi dan penyunting gambar, penggerakan yaitu pemilihan gambar yang sesuai narasi, penggunaan efek video dan audio, terkahir pengawasan yaitu kontrol yang dilakukan oleh seorang produser.
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum, Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT semata serta junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu membimbing umatnya dengan tabah dan tawakal, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu seiring dengan Do’a, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Ibu dan bapakku atas doanya, kesabarannya dan ketulusan hatinya, mendorong penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi ini. 2. Adik-adikku atas doanya, pengertiannya dan bantuan kalian. 3. Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 4. Bapak Ponco Budi Sulistyo S.Sos., M.Comn, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan masukan pada penulis. 5. Ibu Feni Fasta, SE., M. Si, yang telah memberikan jalan mengenai judul skripsi penulis. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yang telah menyumbangkan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
7. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Komunikasi, seluruh staf perpustakaan, dan seluruh staf administrasi dan keuangan Universitas Mercu Buana yang telah banyak membantu penulis selama ini. 8. Bapak Ronald Tasliman, selaku chief Editor Non News di Metro TV yang
telah
memberikan
kesempatan
kepada
penulis
untuk
menyelesaikan skripsi ini. 9. Tim produksi program “Real Estat” Willy Dharmawan (Produser) Budi Purnomo (Asisten Produksi) dan Deki Joko Susilo (editor) 10. Tim penyunting gambar Editor Non News Metro TV, yang tidak penulis sebutkan satu persatu namanya, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis. 11. Seluruh rekan-rekan didepartemen produksi yang banyak membantu penulis. 12. Orang-orang yang mulia yang telah banyak membantu Imam Suwandi, Iwan Dharmawan, Dedi Nurtanio, Dian, Eka, Oloy, Santi, Djudur, Om Ijul. 13. Teman-teman angkatan VI Broadcasting Universitas Mercu Buana, pa Heru, pa Kuwat, Bang Gulfi, Syamsul, Agus, Gunadi, Slamet, Hari, Dindin, Fita, Fera, Qori. 14. Firdaus Noor yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kebaikan kalian dibalas dengan setimpal oleh Allah SWT, Amin Ya Robbal Alamin. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis mohan dibukakan pintu maaf yang selebar-lebarnya, bahwa menyadari adanya kekurangan dan menerima dengan terbuka atas masukan dari segala pihak untuk menjadikan kesempurnaan dari penelitinan ini. Serta rasa bangga dan tenang bahwa ini merupakan tanggung jawab yang telah di emban sebagai mahasiswa. Semoga dengan hasil ini dapat bermanfaat untuk segala pihak, Amin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, 28 Februari 2009 Penulis
Andi Purwoko
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI …………………………. LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI......................................................... LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI.................................. ABSTRAKSI …………………………………………………………....... KATA PENGANTAR…………………………………………………….. DAFTAR ISI ……………………………………………………………... DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
BAB I
BAB II
i ii iii iv v viii x
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 1.4 Signifikansi Penelitian .................................................... 1.4.1 Signifikansi Akademis ........................................ 1.4.2 Signifikansi Praktis .............................................
1 6 7 7 7 7
TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 2.1 Komunikasi Massa .......................................................... 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa ........................... 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa ...................... 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa ................................. 2.1.4 Media Komunikasi Massa ................................ 2.2 Televisi .......................................................................... 2.2.1 Televisi Sebagai Salah Satu Media Massa .......... 2.2.2 Karakteristik Televisi ......................................... 2.2.3 Fungsi Televisi .................................................. 2.3 Program Televisi .......................................................... 2.3.1 Format Program Televisi ................................... 2.4 Program Magazine ....................................................... 2.4.1 Produksi Program Magazine ............................ 2.4.2 Tahapan Pelaksanaan Produksi ......................... 2.5 Strategi Penyuntingan Gambar Program Televisi ........ 2.6 Pengertian Penyuntingan Gambar ................................ 2.6.1 Definisi dan Peran Penyunting Gambar ........... 2.6.2 Hak dan Kewajiban Penyunting Gambar ......... 2.6.3 Jenis Editing ..................................................... 2.6.4 Jenis Perpindahan Shot dan Transisi ............... 2.6.5 Fungsi Editing ................................................. 2.6.6 Proses Editing ................................................. 2.6.7 Mengontrol Hasil Editing ............................... 2.7 Rating dan Share ........................................................
8 8 8 10 11 13 13 15 16 18 19 21 23 24 24 26 30 32 32 34 38 41 42 44 45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 3.1 Tipe Penelitian ................................................................ 3.2 Metode Penelitian ........................................................... 3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ...................... 3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ................. 3.4 Definisi Konsep ............................................................. 3.5 Fokus Penelitian ............................................................ 3.6 Narasumber (Key Informan) .......................................... 3.7 Teknik Analisis Data .....................................................
47 47 48 49 49 49 50 50 52 53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. 4.1 Gambaran Umum Program ”Real Estat” ...................... 4.1.1 Struktur Organisasi Program Real Estat Metro TV 4.1.2 Program Magazine Real Estat Metro TV .......... 4.2 Analisa Data ................................................................. 4.2.1 Perencanaan (Planning) .................................... 4.2.2 Pengorganisasian (Organizing) ........................ 4.2.3 Penggerakan (Action) ....................................... 4.2.4 Pengawasan (Conrtolling) ................................ 4.3 Pembahasan ................................................................. 4.3.1 Perencanaan ...................................................... 4.3.2 Pengorganisasian .............................................. 4.3.3 Penggerakan ..................................................... 4.3.4 Pengawasan ...................................................... 4.4 Rating dan Share..........................................................
55 55 56 56 59 59 63 65 74 75 76 78 79 81 82
BAB V
PENUTUP ........................................................................... 5.1 Kesimpulan ................................................................. 5.2 Saran ...........................................................................
83 83 85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil wawancara dengan Narasumber Metro TV Lampiran 2: Rating dan Share Program Real Estat Pada Bulan November 2008 Lampiran 3: Rating dan Share Permenit Program Real Estat tanggal 29 November 2008 Lampiran 4: Narasi (Script) Program Real Estat Bulan November 2008 Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dan Permintaan Data dari Universitas Mercu Buana Lampiran 6: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Program Real Estat di Metro TV Lampiran 7: Daftar Riwayat Hidup Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian dewasa ini berkembang cepat sejalan dengan
perkembangan teknologi elektronik. Kemajuan tersebut menjadikan siaran televisi lebih berwarna dan menarik untuk disimak. Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi di bandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini.1 Pada masa pembangunan, peranan komunikasi sangat penting agar dapat menyampaikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pembangunan itu sendiri. Penyampaian selain menggunakan media cetak, juga melalui media elektronik yang dianggap lebih efektif dan efisien. Salah satunya adalah melalui siaran televisi. Di lihat dari kharakteristik media televisi, dapat diketahui bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada masyarakat. Oleh sebab itulah banyak instansi-instansi, lembaga-lembaga, maupun individu yang menggunakan media
1
Morissan, Jurnalis Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, Jakarta, 2008. hal.1
yang satu ini untuk menyampaikan pesan yang di inginkan kepada masyarakat luas. Televisi sebagai media massa tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi, pendidikan, hiburan dan kebudayaan, tetapi juga telah tumbuh sabagai sarana bisnis. Kini informasi telah menjadi komoditi yang dapat diperjual belikan untuk mendapat keuntungan. Perkembangan yang terjadi di dunia
termasuk
Indonesia, menunjukkan bahwa sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi komunikasi, media massa telah tumbuh menjadi industri yang cukup vital dalam suatu negara.2 Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan masyarakat. Di tambah lagi dengan adanya persaingan yang ketat diantara stasiun televisi untuk memperoleh pemirsa sebanyak-banyaknya. Televisi merupakan medium terfavorit bagi para pemasang iklan, dan karena itu mampu menarik investor untuk membangun industri televisi. Kini penonton televisi Indonesia memiliki banyak pilihan dalam menikmati berbagai program acara televisi. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Untuk itu pengelola televisi harus tahu siapa-siapa pemirsanya dan apa kebutuhannya ?. Beberapa stasiun televisi di Indonesia saat ini memiliki target kelompok pemirsa tertentu. Bila suatu stasiun televisi ingin pemirsanya anak muda, maka stasiun televisi tersebut akan memilih lebih banyak berita yang 2
Sanovri, Veri.Lynx Films Membidik Niche Market. Majalah Behind The Screen, Mei 2005 hal. 4
berhubungan dengan kelompok umur tersebut, misalnya musik atau fashion. Bila sebuah stasiun ingin lebih menargetkan laki-laki maka stasiun tersebut akan lebih memilih lebih banyak berita mengenai olahraga. Bila sebuah stasiun televisi ingin menargetkan perempuan maka stasiun itu akan memilih lebih banyak berita mengenai gaya hidup dan kesehatan. Berbagai tayangan berita dan informasi yang ditayangkan di layar telivisi dapat dengan mudah ditangkap oleh pemirsa juga tidak lepas dari peran penyuntingan gambar. Informasi yang disajikan dengan visualisasi yang menarik akan membuat pemirsa nyaman. Tayangan berita tidak hanya menyajikan gambar video saja tetapi kadang juga data, tabel, grafik, dan lain sebagainya sebagai informasi tambahan. Strategi penyuntingan gambar dalam sebuah proses produksi secara keseluruhan sangatlah penting. Karena dari strategi penyuntingan gambar yang tepat dapat pula membuat program tertentu diminati oleh para penonton dibandingkan dengan program yang sejenis. Selain memperindah tayangan sebuah program, penyunting gambar juga dapat membuat sebuah tayangan memiliki arti dan kesan tersendiri bagi penonton. Hingga memperoleh penonton yang banyak.3 Penyuntingan gambar adalah suatu proses memilih shot dan menyusun rangkaian shot yang akhirnya menjadi suatu cerita yang utuh. Shot demi shot dirangkai menjadi satu scene, scene diikuti oleh scene berikutnya menjadi satu sequence, sequence ke sequence berikutnya dan hasilnya adalah suatu rangkaian shot dari suatu ceritera yang utuh. Tujuan dasar dari proses penyuntingan gambar adalah menyajikan suatu cerita dengan jelas kepada penonton.4
3
Dmytryk, Edward. On Film Editing: An Introduction to the Art of Film Construction. Focal Press, Eoston 1984. Hal. 24 4 PUSKAT, Studio Audio Visual, Yogjakarta 2004
Program “ Real Estat “ yang dibuat oleh Metro TV ini dilatar belakangi oleh pesatnya perkembangan properti baik perumahan dan apartemen. Ledakan jumlah penduduk terus mendorong dibangunnya rumah-rumah baru. Lahan sawah ladang pun banyak beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan perkantoran. Dan program ini memberikan informasi mengenai perumahan, apartemen yang meliputi lokasi, desain, harga dan fasilitas - fasilitas yang diberikan. Dan tidak ketinggalan pula tips-tips yang diberikan dalam hal bidang properti. Program yang berformat Magazine ini ditayangkan setiap hari sabtu pukul 09.05 WIB. Dalam kinerjanya, tim program “ Real Estat “ memerlukan sarana yang dapat menunjang kerja mereka yang dinamakan dengan strategi. Strategi adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata,
untuk menjamin keberhasilan mencapai
tujuan. Seiring dengan makin maraknya channel televisi, acara televisi pun menjadi sangat bervariatif. Para pengusaha televisi mau tidak mau dituntut untuk lebih kreatif guna berlomba-lomba mendapatkan rating dan share yang tertinggi. Tentu saja tingginya rating dan share akan berdampak positif dalam meraup iklan. Pada akhirnya pengusaha televisi tersebut akan memperoleh keuntungan yang berlimpah. Rating program adalah rata-rata pemirsa pada program tertentu yang dinyatakan sebagai prosentase dari kelompok sampel atau potensi total. Angka rating program didasarkan atas unit waktu terkecil 1 menit. Lebih sederhananya, rating program(%)= pemirsa program TVx100%:universe.5
5
www.agbnielsen.net (15 Oktober 2008)
Mengapa rating di perlukan, hal ini disebabkan karena jaringan stasiun televisi, produser program ingin mengetahui apakah ada orang yang menyaksikan tayangan mereka atau tidak. Mengenai kapan rating program dipakai, yakni ketika ingin mengetahui banyaknya pemirsa yang menonton suatu program pada lintas waktu tertentu. Sedangkan share adalah merupakan persentasi kepemirsaan TV pada suatu program. Sederhananya dirumuskan sebagai berikut: share = rating program x 100% : rating total. Share dipakai untuk mengukur persentase pemirsa yang menonton program tertentu dibandingkan dangan program-program lainnya dalam periode waktu yang sama.6 Meski sebuah program memperoleh suara terbanyak bukan berarti program tersebut adalah yang terbaik. Pada kenyataannya, kualitas dan popularitas tidak selalu berlajalan beriringan. Namun tetap saja berbagai macam cara akan ditempuh pengusaha televisi untuk mendapatkan rating tertinggi. Oleh sebab itu pihak stasiun televisi harus jeli terhadap tuntutan masyarakat tersebut. Mereka dipaksa harus membuat program acara yang diminati oleh masyarakat. Berbagai cara dilakukan oleh pihak stasiun televisi agar mereka memperoleh penonton yang banyak. Mulai dari membuat acara yang khusus untuk segmentasi audiens tertentu, hingga memilih informasi dari bidang tertentu pula. Penulis memilih tayangan “Real Estat” sebagai objek penelitian karena kemunculan Real Estat di Metro TV adalah hal yang menarik mengingat program ini adalah program magazine yang di dalamnya berisi mengenai perkembangan properti di Indonesia dan satu-satunya yang diproduksi oleh stasiun televisi. 6
Ibid
Dalam penyuntingan gambar program “Real Estat” penulis sangat tertarik apa yang telah ditampilkannya baik itu dari pemilihan musik latar, pengambilan shot gambar, efek yang diberikan dalam tayangan tersebut baik efek audio maupun videonya, kesesuaian antara narasi dan gambar. Dan program ini yang awalnya ditayangkan selama tiga puluh menit dan berubah menjadi satu jam dan mulai November 2008 kembali lagi menjadi tayangan yang berdurasi tiga puluh menit. Dari tiga segmen yang dibuat tiap segmennya berisi ulasan yang berbeda dan penyuntingan gambar baik audio, video visual yang ditampilkan agak berbeda dengan program “Real Estat” yang masih berdurasi satu jam. Dengan pemilihan musik latar, pengambilan shot gambar, efek yang diberikan dalam tayangan tersebut baik efek audio maupun videonya, kesesuaian antara narasi dan gambar. Menandakan strategi program ini untuk meraih penonton yang sebanyak-banyaknya melalui penyuntingan gambar dalam upaya meningkatkan rating dan share. Dari sinilah penulis ingin sekali meneliti bagaimana strategi penyuntingan gambar program Real Estat di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ Bagaimana Strategi Penyuntingan Gambar Program Real Estat di Metro TV Dalam Upaya Meningkatkan Rating dan Share periode November tahun 2008 ?
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui strategi penyuntingan gambar
program Real Estat di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share periode November tahun 2008.
1.4.
Signifikansi Penelitian
1.4.1. Signifikansi Akademis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pengembangan
bagi ilmu
komunikasi. Khususnya, mengenai bidang penyuntingan gambar yang diperoleh penulisan selama ini. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Signifikansi Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi insan pertelevisian di Indonesia khususnya kepada pihak yang memproduksi tayangan program televisi (produser) dan diharapkan bisa memberikan pemikiran dan masukan mengenai tayangan “Real Estat” di Metro TV demi kualitas siarannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi Massa
2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang menggunakan alatalat yang dikenal dengan media massa, seperti surat kabar, majalah, film, televisi dan internet. Komunikasi massa juga sering disebut komunikasi media massa. Tan and Wright mendefinisikan komunikasi massa sebagai bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang terpencar, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.7 Pengertian yang agak panjang dikemukakan oleh Michael W Gamble dan Teori Kwal Gamble. Menurut mereka sesuatu bisa di definisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan moderen untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas 7
audience
dalam
komunikasi
massa
inilah
yang
Elvirano Ardianto & Lukita Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, Hal.3
membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa di dapatkan dan di terima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi massa formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa di kontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya pesan-pesan yang disebarkan atau di pancarkan di kontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikator antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan, contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik dapat bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung di lakukan alias tertunda (delayed). Jalaluddin Rakhmat mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen
dan anonim melalui media cetak atau elektonik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.8 Jadi singkatnya komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa.
2.1.2
Karakteristik Komunikasi Massa Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, yakni seperti diuraikan dibawah ini:9 1. Komunikasi massa bersifat umum Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Benda-benda tercetak, film, radio, dan televisi apabila digunakan untuk keperluan pribadi dalam lingkungan organisasi yang tertutup, tidak dapat dikatakan komunikasi massa. 2. Komunikasi massa bersifat heterogen Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berbagai dari lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenisjenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.
8
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 189 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bhakti, Bandung 2003, hal. 81-83
9
3. Media massa menimbulkan keserempakan Yang dimaksud keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan yang terpisah. 4. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang masal dan sebagian lagi disebabkan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum.
2.1.3
Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001),
terdiri dari surveillance, interpretation, linkage, transmission of values dan entertainment:10 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, pengawasan
peringatan
dan
pengawasan
instrumental.
Fungsi
pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau 10
Elvirano Ardianto & lukiati Komala Erdiyana, Op.cit,. hal.15-18
penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Interpretation (Penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. 5. Entertainment (Hiburan) Fungsi dari media massa sebagai fungsi hiburan tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan mereka membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
2.1.4
Media Komunikasi Massa Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa
yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).11 Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.12 Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, hadir bentuk lainnya dari media massa yaitu internet.13 Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk dari media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, film, dan internet.
2.2
Televisi Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society An Incuest and
Agenda” (1965), dibandingkan dangan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, bisa pula informatif, hiburan, dan pendidikan atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesenjangan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-olah lansung antara komunikator dan komunikan.
11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984, hal. 39 12 Ibid., 3 13 Ibid., 140
Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar dan terlihat secara visual.14 Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dangan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar diberbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa A2, selanjutnya Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2P, Palapa B2R dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala dalam Karlinah, dkk. 1999). TVRI yang berada dibawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi lain, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersil. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi yang juga menjangkau siaran nasional, yaitu Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (Anteve).15 Pada era reformasi, televisi swasta baik nasional maupun local ikut beridri, diantaranya: Indosiar, Metro TV, Trans TV, TV7, Lativi dan sekarang TVONE dan Global TV, hingga 2009 Indonesia memiliki 11 stasiun televisi nasional dan sepuluh stasiun televisi lokal.
14
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, Cetakan Pertama (Jakarta: PT. Rineka Cipta), Maret 1996, hal. 8 15 Mila Day, Buku Pintar Televisi, (Trilogos Library) Jakarta, 2004. hal.11
2.2.1
Televisi Sebagai Salah Satu Media Massa Keberadaan media massa ditengah peradaban masyarakat modern
memang sulit di abaikan. Tidak ada satu pun masyarakat dan bangsa modern yang tidak memerlukan media massa, karena media massa itu sendiri merupakan salah satu produk kebudayaan atau peradaban modern.16 Televisi tampaknya telah menjadi media massa yang sangat populer untuk saat ini. Bisa di bilang abad ini adalah abad pertelevisian. Keunggulan mendasar yang di miliki media televisi bila dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio adalah bisa dilihat dan di dengar (audio visual). Media yang paling cepat menyampaikan isi pernyataannya adalah radio dan televisi. Sedangkan media yang paling lengkap dan jelas menyampaikan isi pernyataannya adalah televisi.17 Media televisi mempunyai banyak kelebihan disamping beberapa kelemahan. Kelebihan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi melalui satelit). Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi, cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif). Satu hal yang sangat paling berpengaruh dari daya tarik televisi ialah bahwa informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.18
16
A.Alatas Fahmi, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, YPKMD, Jakarta, 1997, hal. 23 Hoeta Soehoet, Pengantar Ilmu Komunikasi, IISIP, Jakarta, 2002, hal. 24 18 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 23 17
Ada kelebihan tentu saja ada kelemahan. Kelemahan televisi adalah karena bersifat transitory maka isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klipingan koran). Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan saja dan dimana saja. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa, sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas.19
2.2.2
Karakteristik Televisi Drs. J.B. Wahyudi dalam bukunya “Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan
Televisi”, menjelaskan tentang sifat-sifat media televisi adalah sebagai berikut: a. Proses pemancaran /transmisi. b. Isi pesan audiovisual dapat dilihat dan di dengar sekilas sewaktu ada siaran. c. Tidak dapat diulang. d. Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi. e. Dapat menyajikan pendapat (audiovisual) narasumber secara langsung orisinil. f. Penulisan dibatasi oleh detik, menit dan jam. g. Makna berkala dibatasi oleh detik, menit dan jam. h. Distribusi melalui pemancaran/transmisi. i. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur). j. Kalimat singkat, padat, sederhana dan jelas.20
19 20
Ibid. hal. 24 J.B. Wahyudi, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Grafiti, Jakarta, 1996, hal. 8-9
Menurut Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, karakteristik televisi: 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). 2. Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar. Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Ada dua tahap yang dilakukan dalam berfikir dalam gambar. Tahap pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan katakata yang mengandung gagasan menjadi gambar secara individual. Sedangkan tahap kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehinggga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan sebuah program televisi yang telah diprosuksi melibatkan produser, asisten produser, kameramen, peñata suara, peñata cahaya, dan penyunting gambar, dan lain-lain. Peralatan yang digunakannya pun
lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang tampil dan terlatih.21
2.2.3
Fungsi Televisi Menurut Prof. Dr. Onong U. Effendy, M.A dalam bukunya “Televisi
Siaran Teori dan Praktek”. Televisi pada pokoknya mempunyai 3 fungsi yakni fungsi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Menurut fungsi ini, segala sesuatu yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung pada sistem negara dan pemerintah negara yang bersangkutan. a. Fungsi penerangan ( the information function ) Ada 2 faktor yang terdapat pada media massa audiovisual, yaitu: 1. Immediacy Mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa berlangsung, seolah-olah mereka berada ditempat peristiwa itu terjadi. 2. Realism Mengandung makna kenyataan ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasi secara audiovisual sesuai dengan kenyataan.
b. Fungsi pendidikan ( the educational function ) Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang 21
Elvirano Ardianto & lukiati Komala Erdiyana, Op.cit, hal.128-130.
jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara implisit mengandung pendidikan seperti film, kuis dan sebagainya yang disebut Educational Television (ETV), yaitu acara pendidikan yang disisipkan kedalam siaran yang sifatnya umum.
c. Fungsi Hiburan (the entertain function ) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran sangat dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran di isi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati sekalipun oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara.22 Dengan demikian televisi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pemirsa akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Selain itu televisi juga berfungsi untuk membujuk pemirsanya, dalam hal ini contohnya adalah pemirsa dibujuk untuk menonton suatu program atau membeli produk yang di iklankan di televisi.
2.3
Program Televisi Kata ‘program’ berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang
berarti
acara
atau
rencana.
Undang-undang
penyiaran
Indonesia
tidak
menggunakan kata program untuk acara. Tetapi menggunakan istilah ‘siaran’ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam 22
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984. hal. 27-30.
berbagai bentuk. Namun , kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia, dari pada kata ‘siaran’ untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan pemirsanya.23 Dengan demikian, program memiliki pengertian yang lebih luas. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat pemirsa tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran , apakah itu radio maupun televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini pemirsa dan pemasang iklan. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran, yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton.24 Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya, apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai pemirsa, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun televisi dituntut untuk memiliki kreatifitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (news) dan program hiburan
23
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Cetakan Pertama; (Tangerang: Ramdina Prakasa), Agustus 2005, hal. 27 24 Ibid., 97-99
(entertainment). Program informasi dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu hard news yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan juga ada soft news yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu: musik, drama, permainan (game show) dan pertunjukan. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema diatas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi: program berita, dokumenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.25
2.3.1
Format Program Televisi Format program televisi ialah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep
acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kreteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.26 Ada tiga bagian dari format acara televisi yaitu Drama, Non drama dan Berita, Olahraga. Bisa juga di kategorikan menjadi Fiksi, Non fiksi dan News-Sport. 1. Fiksi (Drama) Sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara 25 26
Ibid., 100 Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, Grasindo, Jakarta, 2004 hal. 63
realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Contoh: Drama percintaan, tragedi, horor, komedi, legenda, aksi. 2. Non Fiksi (Nondrama) Format acara televisi yang di produksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasikan ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format program acara non drama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. Contoh: Talk Show, Musik, Variety Show, Magazine. 3. Berita dan Olahraga Sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independent. Contoh: Berita Ekonomi, Liputan Siang dan laporan Olahraga.27
27
Ibid., 65-66
2.4
Program Magazine Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah udara.
Contoh bentuk program itu, seperti acara Real Estate di Metro TV. Sebagaimana majalah cetak, program magazine memiliki jangka waktu terbit, mingguan, bulanan, dwi bulanan. Dalam program ini terdapat rubrik-rubrik tetap yang berisi bahasan-bahasan. Program magazine mirip dengan program feature. Perbedaanya, kalau program feature satu pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan disajikan lewat berbagai format. Sementara itu, program magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format. Biasanya program magazine berdurasi antara 30 sampai 50 menit. Setiap rubrik dapat disajikan dengan format yang berbeda-beda, misalnya wawancara, uraian, vox-pop, dan pergelaran. Yang perlu diingat program magazine bukan majalah cetak, melainkan majalah udara audio visual. Kalau dalam majalah cetak dua-tiga foto cukup sebagai ilustrasi, dalam program magazine seluruhnya berupa gambar. Hindari talking head (kepala yang berbicara) yang terlalu panjang sebab dapat membuat acara terasa lamban dan menjemukan. Suatu uraian dari seseorang sedapatdapatnya 75 persen tersaji dalam wujud gambar-gambar ilustrasi dan uraian.28 Ada perbedaan antara magazine show dan news magazine, secara garis besar magazine show lebih ke entertainment, sedangkan news magazine cenderung ke news atau berita. Magazine Show adalah acara TV yang mempunyai format menyerupai majalah (Media Cetak), yang didalamnya terdiri dari berbagai macam rubrik dan 28
Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997, hal. 196
tema yang disajikan dalam reportase aktual atau timeless sesuai dengan minat dan tendensi dari target penontonnya.29 Contoh: Planet Remaja dan Lensa Olahraga (antv). News Magazine adalah format program televisi berbentuk features, dokumenter dan investigative dengan durasi lebih panjang dibanding news features atau hard news. Contoh Oasis dan Archipelago (Metro TV), Kejamnya Dunia (Trans TV).
2.4.1
Produksi Program Magazine Sebagaimana dalam program feature, sajian program magazine diantarkan
oleh satu atau dua presenter (penyaji) yang sekaligus menjadi link (penghubung) antara rubrik yang satu ke rubrik yang lain. Penyaji akan lebih bagus kalau dipilih mereka yang cukup mengenal bidang bahasan. Program magazine bukan siaran berita. Oleh karena itu, gaya sajian, penampilan dan kostum penyaji juga perlu menyesuaikan dangan spesifikasi program itu.30
2.4.2
Tahapan Pelaksanaan Produksi Dalam pengerjaan produksi televisi terdiri dari tiga tahap yaitu pra
produksi, produksi dan pasca produksi. a.
Pra-produksi Tahap praproduksi memperlihatkan bahwa sebuah program berawal dari
sebuah ide atau gagasan seseorang atau sekelompok orang, yang diteruskan dengan proses tukar pikiran
(brainstorming). Baru setelah itu dilakukan
penyesuaian-penyesuaian (adaptasi) agar didapat sebuah program yang terstruktur 29 30
Naratama, op.cit., hal. 171 Fred Wibowo, op.cit., hal. 197
rapi, biasanya berupa naskah skenario untuk drama atau rundown acara untuk news dan non drama. Setelah ide dan topik telah disetujui oleh produser tahap salanjutnya melakukan menyusun kru produksi, survey lokasi, penyiapan perangkat produksi dan menentukan budget. Setelah konsep praproduksi selesai baru dilanjutkan tahap berikutnya yaitu merealisasikan atau tahap produksi. b. Produksi Prinsip pada tahap produksi adalah memvisualisasikan naskah
atau
rundown agar bisa dinikmati pemirsa. Selain departemen produksi, tahap produksi juga sudah melibatkan perlengkapan teknis serta departemen teknik. Posisi dan fungsi proses produksi: 1. Eksekutif Produser Eksekutif produser bertanggung jawab hal-hal strategis dalam sebuah produksi acara TV. 2. Produser Merancang
dan
mempersiapkan
program
acara
televisi
yang
pelaksaannya (setelah melalui proses briefing dan diskusi) bersama tim kreatif untuk kemudian diterjemahkan secara visual oleh Director Program baik di dalam (indoor) maupun diluar studio (outdoor). 3. Asisten Produser Membantu produser dalam melakukan sebuah produksi acara televisi. Dalam
proses
produksi
pengambilan
gambar
harus
bervariasi.
Pengambilan gambar dalam format program news magazine sebaiknya multi camera. Namun, walau hanya menggunakan satu kamera, kita harus mampu membuat kamera tersebut punya angle yang beragam.
c. Pasca produksi Sebuah program televisi sebenarnya bukan sekedar membuat atau mengangkat ide cerita dalam wujud audiovisual secara lugas apa adanya. Namun berhubungan dengan cita rasa seni untuk menarik selera penonton. Dalam tahap pasca produksi, saat hasil pengambilan gambar lalu diedit
sebelum di
tayangkankan. Pascaproduksi lebih berorientasi pada produksi program-program acara tidak langsung atau bukan live. Pasca produksi sifatnya memberi hal-hal yang sifatnya menunjang atau melengkapi agar program terlihat lebih bagus atau lebih menarik. Kegiatan pasca produksi meliputi: logging, digitizing, offline editing, online editing, mixing.
2.5
Strategi Penyuntingan Gambar Program Televisi Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.31 Menurut George R. Terry Manajemen adalah usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.32 Dalam proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang mutlak harus dilaksanakan agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan efektif dan efisien.33
31
Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 300 Nunung Chozanah dan Ating Tedjasutisna, Dasar-Dasar Manajemen, Armico, Bandung, 1996, hal. 22 33 Ibid. hal. 45 32
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen.34 1. Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi-organisasi dan pribadi. 2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihakpihak yang berkepentingan dalam organisasi. 3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu yang umum adalah efisiensi dan efektifitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematik, atau merupakan perhitungan ratio antara keluaran (output) dan masukan (input). Sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di kalangan para ahli belum terdapat adanya keseragaman dalam membagi jumlah fungsi manajemen. Namun pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, saling menunjang dan saling melengkapi dalam pelaksanaannya, agar tercapai tujuan yang dikehendaki. Fungsi-fungsi manajemen itu diantaranya adalah:35
34 35
Hani Handoko, Manajemen (edisi kedua), BPFE, Yogyakarta, 1999, hal. 6-7 Opcit. Hal. 47-59
a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan fungsi penentu tentang apa yang akan dilaksanakan dalam batas waktu tertentu, biaya dan fasilitas tertentu untuk mencapai hasil yang telah ditentukan. Perencanaan adalah suatu pemikiran pendahuluan dalam usaha mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan perencanaan adalah suatu hasil akhir yang secara efektif dan efisien menjadi pokok dari proses manajemen, sesuai dengan kebijaksanaankebijaksanaan umum yang telah dibuatnya. Dalam penyuntingan gambar program ”Real Estat” perencanaan mencakup tujuan penyuntingan gambar dan tahapan-tahapan perencanaan sebelum melakukan proses penyuntingan gambar program ”Real Estat”. b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah menciptakan suatu kerangka atau struktur kerja yang tersusun rapi, sehingga setiap bagian akan merupakan satu kesatuan dan bersifat saling mempengaruhi. Dengan kata lain bisa juga disebut penyusunan tugas kerja dan tanggung jawabnya. Tujuan pengorganisasian yaitu mempermudah pelaksanaan tugas dan pengawasan setiap unit organisasi, sehingga manajemen berhasil secara efektif dan efisien. Dalam penyuntingan gambar program ”Real Estat” pengorganisasian mencakup bagaimana keterkaitan antara produser, asisten produksi dan penyunting gambar (editor).
c. Penggerakan (Actuating) Penggerakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, mengarahkan, mengatur segala kegiatan-kegiatan orang yang telah diberi tugas di dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha. Tujuan penggerakan adalah agar proses manajemen dapat berhasil sesuai dengan rencana yang diharapakann secara efektif dan efisien. Dalam penyuntingan gambar program ”Real Estat” penggerakan mencakup kesesuaian antara narasi dan gambar, penggunaan shot-shot gambar yang sesuai, efek audio maupun video yang dibutuhkan, dan pemilihan musik latar yang sesuai. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah tugas untuk mencocokkan sampai dimanakah program atau rencana yang telah digariskan itu dilaksanakan sebagaimana mestinya dan apakah telah mencapai hasil yang dikehendaki. Dengan pengawasan yang dilakukan
secara
dini
dapat
diketahui
kelemahannya,
kekurangannya,
pemborosan, penyelewengan dan dapat diketahui serta dapat dicari upaya untuk mengatasinya. Tujuan pengawasan adalah agar proses manajemen secara keseluruhan dapat berhasil dangan efektif dan efisien. Dalam penyuntingan gambar program ”Real Estat” pengawasan dilakukan oleh produser yang bersangkutan agar tidak keluar dari konsep yang telah dibuat pada saat awal program ini dibuat. Dalam dunia penyiaran khususnya dalam produksi program acara, strategi penyuntingan gambar sangatlah diperlukan karena dengan adanya strategi kita dapat membuat sebuah program acara yang nantinya akan diminati oleh penonton.
Dalam produksi program acara, strategi dapat berupa langkah-langkah yang diambil oleh semua tim produksi secara keseluruhan. Baik dapat berupa ide-ide dan juga konsep acara, pemasaran program tersebut, penempatan jam tayang, hingga langkah-langkah yang diambil untuk proses penyuntingan gambar program tersebut. Dalam penyuntingan gambar, strategi diperlukan agar hasil penyuntingan dapat menjadi sebuah program yang diminati oleh para penonton. Sedangkan dalam program “Real Estat” selain bertujuan untuk memperoleh penonton sebanyak mungkin, strategi juga digunakan untuk membedakan dan memperlihatkan ciri khas dari program tersebut dengan program-program yang sejenis. Penerapan strategi pada penyuntingan gambar salah satunya adalah dengan cara memilih dan membuat efek baik audio maupun visual pada gambar atau menggunakan transisi pada setiap potongan klip gambar.
2.6
Pengertian Penyuntingan Gambar (Editing) Kata editing berasal dari bahasa latin editus yang artinya ‘menyajikan
kembali’. Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betulbetul mampu merekonstruksi (menata ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Sementara pendapat lain “editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat”. (Nardi, 1977: 47).
Selain itu, J.M. Peters (1980: 9) menyatakan “bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai 60 sintesis atau analisis dari bahan yang diambil”. Di sini, Peters mengungkapkan, dengan editing, film sintesis atau sutradara televisi dapat menghidupkan cerita, menjernihkan suatu keterangan, menyatakan ide-ide atau menimbulkan rasa haru pada penonton. Nyata sekali Peters menekankan pada aspek ‘pemberian’ suasana dan nuansa sebuah film setelah melalui proses editing. Pada saat editing berlangsung, tentunya tugas editor tidak hanya menyambung-nyambung belaka. Karena selain unsur visualisasi, unsur picturisasi (penceritaan lewat rangkaian gambar) juga penting. Unsur inilah yang membedakan kegiatan sambung menyambung dengan editing. Selain itu, keindahan sebuah film tidak melulu disampaikan lewat rangkaian gambar, tetapi juga tingkahan musik dan sound effect yang menjadikan sebuah film bernuansa. Di zaman film bisu, rangkaian gambar diupayakan semaksimal mungkin membangun cerita film, tetapi setelah era film bersuara, kolaborasi antara film dan musik begitu menyatu. Terlepas dari beberapa pendapat tentang editing film tersebut, yang jelas proses editing memang menduduki posisi penting dalam menghasilkan karya film yang menarik dan tidak membosankan. Oleh karena itu, tugas seorang editor begitu berat dan mengandung resiko sebab bisa jadi stock shot yang sebetulnya sudah bagus malah tidak bisa ‘bercerita’ karena kegagalan sang editor.
2.6.1
Definisi dan Peran Penyunting Gambar (Editor) Penyunting gambar (Editor) ialah orang yang memiliki kemampuan
mengedit video, menyusunnya sehingga menjadi sajian yang utuh, juga bertugas merancang, menetapkan dan membuat grafis yang tepat untuk sebuah tayangan. 36 Saat belum dikenal istilah Video Editor, yang ada hanya istilah “tukang gunting dan sambung”. Peran seorang editor sangat penting, karena hasil pengambilan gambar yang bagus pun bisa jadi berantakan, jika dikerjakan oleh editor yang buruk. Pada proses produksi editor juga berperan untuk memoles sebuah hasil pengambilan gambar menjadi sebuah tayangan yang menarik. Dengan kata lain editor sangat berperan terhadap menariknya sebuah kemasan suatu program atau drama televisi untuk nanti ditayangkan.
2.6.2
Hak dan Kewajiban Penyunting Gambar (Editor) Dalam mengerjakan tugasnya, seorang editor mempunyai hak dan
kewajibanya. Berikut penjelasan mengenai hak dan kewajiban seorang editor. a. Kewajiban Seorang Editor 1. Tahap persiapan Pada tahap persiapan seorang editor film dapat bekerjasama dengan kameramen dalam melakukan analisis skenario mengenai konstruksi dramatiknya, dan bekerja sama dengan sutradara untuk mendapatkan penyesuaian penafsiran mengenai editingnya.
36
(http://kurtek.upi.edu/media/sources/PEDOMAN%20mediavideo.pdf).
2. Tahap pengerjaan a.
Melakukan pemisahan shot yang terpakai (OK) dengan yang tidak (NG) dengan catatan shooting report atau penjelasan langsung sutradara.
b.
Melakukan editing pendahuluan untuk mendapatkan penyesuaian atas konsep dasar editing yang diinginkan bersama dan memberikan gagasan-gagasan perekaman dalam hubungannya dengan editing.
3. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan suara kesan (efek suara). 4. Mendampingi juru suara dalam melakukan rekaman kembali untuk memenuhi kebutuhan serta memberikan gagasan-gagasan perekaman dalam hubungannya dengan editing. 5. Mendapatkan persetujuan sutradara atas hasil akhir editing. 6. Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk editing. b. Hak Seorang Editor Selain kewajiban seorang editor yang telah dibahas sebelumnya, ada pula hak seorang editor dalam mengerjakan tugasnya menurut yaitu: 1. Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan gambar dari yang tercantum dalam skenario guna mendapatkan konstruksi dramatik yang lebih baik. 2. Mengajukan usul kepada sutradara untuk memenuhi bahan materi gambar ataupun suara yang kurang.
2.6.3
Jenis Editing Di dalam dunia Audio Visual, khusunya dalam hal produksi. Sebuah karya
Audio visual, terdapat tahapan yang disebut pasca produksi atau yang lebih dikenal editing. Editing itu sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Editing Berdasarkan Media Rekamnya Pembagian ini merupakan pembagian editing berdasarkan media perekaman datanya yaitu ada yang dengan media seluloid dan ada yang menggunakan media video. b. Editing Dengan Media Seluloid Editing dengan media seluloid secara fisik memotong dan menyambung pita seloluid. Biasanya menggunakan alat editing dengan merek STEINBECK dan MOVIOLA”.37 c. Editing Dengan Media Video Pada dasarnya, editing film dengan video tidak ada bedanya. Hal yang membedakannya,
yakni
pada
aspek
teknologinya.
Karena
dalam
perkembangannya muncul teknologi digital, untuk lebih jelasnya dibedakan antara linear dan non linear. Berikut penjelasan mengenai editing linear dan non linear. Gambar. 1 RUANG EDITING
37
http://misteridigital.wordpress.com/2007/09/19/editing/
1. Editing Linear Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan. Pada akhirnya, editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan bermutu untuk menjaga kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Gambar. 2 PERANGKAT EDITING LINEAR
Editing dengan proses seperti ini biasanya dilakukan dengan media video Pada umumnya, peralatan semacam ini hanya dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan production house (PH) skala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan editing yang memakan cukup banyak biaya”.38 Untuk kalangan pembuat film indie, sistem ini jarang dipakai. Dalam sistem ini, seorang editor harus teliti dan cermat dalam mengedit. Jika terjadi kesalahan sedikit saja, pekerjaan yang hampir selesai bisa jadi harus diulang dari awal. Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan satu atau lebih pemutar kaset (Video player) dan sebuah mesin perekam (video recorder), switcher dan sebuah remote. Setiap mesin tersambung pada beberapa monitor
38
(http://elearning.unej.ac.id/courses/SSI1037/document/Materi/009_teori_editing.pdf)
untuk menunjukkan hasil output. Berikut ini cara kerja dalam sistem editing linear menurut fadly, editor Metro TV: Gambar. 3 SISTEM EDITING LINEAR
Monit
Monit
Player
Player B
Title Maker
Editin g
Swither Mixer
Monit
Record
Sistem Editing Linear ( Fadly, 2008)
2. Editing Non-Linear (NLE) Hadirnya teknologi digital video editing menggunakan bantuan komputer mampu mengatasi berbagai persoalan edit linear dengan menghadirkan NonLinear Editing (NLE). Dengan metode editing ini video disimpan dalam harddisk terlebih dahulu sehingga dapat dilakukan proses editing yang lebih fleksibel, yaitu editing dengan menyusun gambar secara acak (tidak berurutan). Dengan editing seperti ini, kita tidak lagi harus memulai editing dari awal dan berurutan hingga akhir. Kita bisa saja memulainya dari tengah, akhir, atau darimana pun. Tergantung dari materi mana yang telah siap terlebih dahulu.
Dengan editing ini juga, memungkinkan kita untuk merubah susunan dan panjang gambar yang telah kita buat sebelumnya. Editing dengan proses seperti ini hanya mungkin dilakukan pada media seluloid dan tekhnologi digital (komputer). Karena editing dengan media film sudah sangat jarang digunakan dan pemakaian komputer untuk editing semakin sering kita temui, maka Non Linear Editing identik dengan Digital Video Editing. Langkah-langkah non linear editing adalah sebagai berikut:39
(1)
Logging: Mencatat dan memilih gambar yang akan kita pilih berdasarkan timecode yang ada dalam masing-masing kaset.
(2)
NG Cutting: Memisahkan shot-shot yang tidak baik (NG/Not Good)
(3)
Capture / Digitize: Proses memindahkan gambar dari kaset ke komputer
(4)
Assembly: Menyusun gambar sesuai dengan skenario
(5)
Rough Cut: Hasil edit sementara. Sangat dimungkinkan terjadinya perubahan.
(6)
Fine Cut: Hasil edit akhir. Setelah mencapai tahapan ini, susunan gambar sudah tidak bisa lagi berubah.
(7)
Visual Graphic: Penambahan unsur-unsur graphic dalam film. Seperti teks, animasi, color grading, dsb.
(8)
Sound Editing/Mixing: Proses editing dan penggabungan suara. Suara meliputi Dialog, Musik dan Efek Suara
(9)
Married Print: Proses penggabungan suara dan gambar yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan.
39
(http://dikiumbara.wordpress.com/2007/02/01/whats-editing-mean/:)
(10) Master Edit: Hasil akhir film. Gambar. 4 SYSTEM EDITING NON-LINEAR RCA VGA VGA
In
Out Monitor Computerr
VTR / Player
Monitor Computer r
Monitor TV
Sistem Editing Non Linear (Fadly, 2008)
2.6.4 Jenis Perpindahan Shot (Transisi) a. CUT Cut adalah perpindahan langsung dari satu shot ke shot berikutnya secara tajam. Cut sering digunakan dalam penyuntingan gambar. Fungsi Cut untuk mempertunjukkan:40 1. Kesinambungan action. Apabila satu kamera tidak mampu mengikuti suatu action, misalnya karena halangan objek lain, kita potong atau ganti shot lain dengan kamera angle berbeda yang menyajikan kesinambungan dari shot yang pertama. 2. Detail Obyek Misalnya dengan Long Shot kita sajikan seseorang yang sedang membaca buku, untuk membantu penonton melihat buku apa yang sedang dibaca, kita pertunjukkan Close UP dari judul buku tersebut.
40
PUSKAT, Studio Audio Visual, Yogjakarta 2004
3. Peningkatan atau penurunan irama kejadian (Progresi) Dengan Long Shot kita sajikan seseorang sedang ditodong pistol oleh seseorang yang lain, kemudian shot berikutnya kita nampakkan Medium Shot si penodong dengan pistolnya, atau Medium Close Up wajah orang yang ditodong. Cut to Close Up - mempertunjukkan pengembangan kejadian Cut to Long Shot - menunjukkan penurunan kejadian. 4. Perubahan tempat dan waktu Cut dari interior ke eksterior. Lokasi adegan kedepan atau kebelakang dari satu peristiwa (Flash Back) atau peristiwa lain yang berbeda ditempat lain pada saat yang sama. 5. Menciptakan irama kejadian Fast Cutting, cut to cut secara tepat menyajikan kesan merangsang penonton, perasaan tegang. Slow Cutting, menunjukkan kesan lambat dan tenang.
Macam-macam cutting: a. Jump Cut Suatu pengertian shot dimana kesinambungan waktunya terputus karena loncatan dari satu shot ke shot berikutnya yang berbeda waktunya. b.Cut In, Insert Suatu shot yang disisipkan pada shot utama (master shot) dengan maksud untuk menunjukan detail. c. Cut Away, Intercut, Reaction Shot Shot action yang di ambil pada saat yang sama sebagai reaksi dari shot utama.
d. Cut On Direction Suatu sambungan shot dimana shot pertama dipertunjukkan suatu obyek yang bergerak menuju ke suatu arah, shot berikutnya obyek lain yang mengikuti arah gerakan shot pertama atau sebaliknya. e. Cut On Movement Sambungan shot dari satu obyek yang bergerak kearah yang sama, dengan latar belakang yang berbeda. f. Cut Rhime Pergantian shot atau adegan dengan loncatan ruang dan waktu pada kejadian yang hampir sama dalam suasana yang berbeda.
b. Dissolve Dissolve adalah perpindahan shot secara berangsur-angsur, akhir dari suatu shot sedikit demi sedikit bercampur dangan shot berikutnya, shot pertama hilang secara perlahan-lahan ditimpa oleh shot kedua yang muncul secara perlahan makin lama semakin jelas. c. Fade Fading biasanya digunakan pada awal atau akhir adegan. Fade In ialah suatu shot secara perlahan muncul dari kegelapan (black screen), dari redup menjadi terang sepenuhnya. Fade Out ialah suatu shot secara perlahan-lahan hilang dalam kegelapan (black screen).
d. Wipe Wipe, efek sapuan, efek dimana suatu shot disapu atau dihapus oleh shot yang lain, sehingga shot yang pertama nampak terdorong keluar dari bingkai layar. Seperti halnya dengan fade, wipe kebanyakan di gunakan sebagai permulaan atau penutup adegan. e. Split Screen Efek khusus dimana layar dibagi menjadi dua bagian atau lebih yang masing-masing bagian menampilkan gambar yang berbeda.
2.6.5 Fungsi Editing Editing memiliki beberapa fungsi, antara lain adalah: 1. Combine, yaitu menggabungkan bagian-bagian shot, ini merupakan pekerjaan editing yang paling sederhana, yaitu dengan cara mengaitkan gambar-gambar atau video yang bervariasi bersama-sama ke dalam skuens yang tepat. Ini artinya melalui editing kita bisa memilih shot mana saja yang sekiranya sesuai untuk saling digabungkan satu dengan berikutnya. 2. Shorten, yaitu memperpendek, maksudnya adalah memotong atau mengurangi durasi (waktu). Beberapa tugas atau pekerjaan editing termasuk diantaranya adalah memotong atau mengurangi materi yang tersedia untuk membuat hasil akhir video sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau untuk menghilangkan materi yang kurang atau tidak ada hubungannya dengan cerita atau kisah yang hendak disampaikan.
3. Correct, yaitu mengoreksi masalah-masalah yang ada, yaitu dengan mengurangi atau membuang bagian-bagian yang tidak tepat dari sebuah adegan maupun mengganti bagian-bagian tersebut dengan gambar lain yang lebih bagus. 4.
Build, yaitu membangun atau menyusun gambar-gambar dengan berbagai variasi menjadi sebuah program yang utuh. Ini tugas yang paling sulit, namun juga bisa memuaskan bila kita dapat berhasil menyusun satu skuens utuh sesuai dengan maksud atau cerita yang di inginkan.41
2.6.6
Proses Editing
Tahapan-tahapan editing yang harus dilakukan adalah:42 1. Logging 2. Digitizing 3. Offline editing 4. Online editing 5. Mixing
1. Logging Logging adalah proses editor memotong gambar, mencatat waktu pengambilan gambar, dan memilih shot-shot yang ada yang disesuaikan dengan kamera report. Proses logging itu diperlukan sebagai antisipasi dari penuhnya kapasitas harddisk sehingga pemilihan gambar yang paling baik akan membuat harddisk tidak terlalu penuh.
41
Zettl, Television Production Handbook, Amerika, Thomson Wadsworth, 2003, hal. 318-319 M. Bayu Widagdo, Winastwan Gora S, Bikin Film Indie Itu Mudah, Deli Publishing, Semarang 2007, hal.104-105.
42
2. Digitizing Digitizing adalah proses merekam/memasukkan gambar dan suara yang telah di logging. Di sini, editor mulai mengontrol kualitas gambar dan suara yang disetarakan dan sesuai dengan konsep film dan konsep edit yang telah disetujui oleh sutradara.
3. Offline Editing Offline editing merupakan sebuah proses menata gambar digitized sesuai dengan skenario dan urutan shot yang telah ditentukan oleh sutradara. Dalam proses offline editing terdapat aktivitas memanggil file gambar yang telah dilogging dan di-digitized untuk diurutkan sesuai konsep cerita. 4. Online Editing Online editing adalah proses editing ketika seorang editor mulai memperhalus hasil offline, memperbaiki kualitas hasil, dan memberikan tambahan transisi serta efek khusus yang dibutuhkan. 5. Mixing Mixing berkaitan dengan proses synchronizing audio dan juga pemberian ilustrasi musik maupun audio effect. Bagian yang harus di-mixing pada proses ini adalah dialog, efek, dan musik.Dialog adalah suara yang berasal dari dialog adegan, atau narasi yang direkam di studio atau dubbing. Efek suara digunakan untuk mempertegas suasana dan memberi informasi benda, misalnya pesawat, mobil melaju, ataupun suara gelas pecah karena jatuh ke lantai.
2.6.7
Mengontrol Hasil Editing Untuk mengetahui faktor dan elemen terkecil sebuah program televisi
yang jika diteliti lebih mendalam ternyata memiliki peran dan fungsinya masingmasing dalam membentuk sebuah shot. Permasalahan klasik dalam mengerjakan editing program televisi adalah mengontrol shot sesuai kebutuhan cerita. Berikut akan dikupas lebih lanjut cara mengontrol shot yang dipilah menurut fungsinya dalam cerita. 1. Fungsional Shot difungsikan secara jelas, baik sebagai fungsi informatik, dramatik, ritmik, atau sekedar sebagai transisi. Pentingnya memilih shot sesuai fungsi adalah sebagai sarana untuk menuntun perhatian penonton. 2. Struktural Struktural sangat berkaitan dengan ketepatan posisi sebuah shot yang menempati kedudukannya dalam tuntutan urutan sebuah cerita. Shot tidaklah berdiri sendiri, melainkan berkaitan dan saling mendukung antara satu sama lain. 3. Proporsional Proporsi shot yang dimaksud sangat berkaitan dengan panjang pendeknya durasi sebuah shot. Dengan demikian, kekuatan nilai setiap shot tersebut bisa dihadirkan untuk mengantarkan sebuah cerita.43
43
Ibid,. hal.110
2.7
Rating dan Share Peringkat program atau rating menjadi hal yang sangat penting bagi
pengelola stasiun penyiaran komersial. Rating merupakan hal yang sangat penting karena pemasang iklan selalu mencari stasiun penyiaran atau program siaran yang paling banyak ditonton orang. Keberhasilan penjualan barang dan jasa melalui iklan sebagian besar ditentukan oleh banyaknya audien yang dimiliki suatu program. Rating menjadi indikator apakah program itu memiliki audien atau tidak. Rating menjadi perhatian pula bagi pemasang iklan yang ingin mempromosikan produk atau jasanya. Dengan demikian laporan rating memiliki peran yang menentukan bagi stasiun penyiaran.44 Perhitungan rating secara matematis sangat sederhana yaitu hanya membagi jumlah rumah tangga yang tengah menonton suatu program tertentu dengan jumlah keseluruhan rumah tangga yang memiliki televisi disuatu wilayah siaran. Share dari suatu stasiun televisi A diperoleh dengan cara membagi jumlah penonton yang menyaksikan acara televisi A dengan keseluruhan rumah tangga yang betul-betul menyaksikan televisi. Hasil pembagian ini merupakan jumlah audien yang betul-betul menyaksikan acara televisi A dan hasil pembagian ini disebut dengan Audience Share. Stasiun penyiaran televisi akan selalu memiliki nilai audience share yang lebih tinggi dari pada nilai rating-nya (hal ini disebabkan angka pembaginya yang lebih kecil).45 Sebagai sebuah industri, televisi sangat tergantung pada keberadaan khalayaknya. Sebab, ketika seluruh pendapatan televisi ditopang sepenuhnya oleh iklan, maka klaim-klaim tertentu berdasarkan khalayak menjadi sangat signifikan.
44
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Cetakan Pertama; (Tangerang: Ramdina Prakasa), Agustus 2005, hal. 190 45 Ibid., hal. 194 - 195
Perusahaan pengiklan konon, hanya mau cendrung akan beriklan disuatu stasiun (atau program acara) jika diketahui jumlah penontonnya banyak.46
46
Erica L. Panjaitan & TM. Dhani Iqbal, Matinya Rating Televisi (Ilusi Sebuah Netralitas), Obor Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 20-21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Pada penelitian ini tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa secara objektif, sistematis dan cermat sebagaimana adanya keadaan yang sebenarnya yang menjadi objek tersebut, sehingga bersifat analisa dalam mengungkapkan fakta mengenai keadaan yang sebenarnya yang menjadi objek penelitian. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan- pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif peneliti bisa saja membandingkan fenomenafenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.47 Penelitian deskriptif ditujukan untuk:48 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 47 48
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 63-64 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 1997, hal. 25
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Pendekatan kualitatif menurut Bogdan da Taylor (1975:5) adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sabagai bagian dari suatu keutuhan.49 Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggali informasi melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tim program Real Estate. Data deskriptif berupa uacapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dalam penelitian ini akan dianalisa untuk mendapatkan gambaran mengenai strategi penyuntingan gambar program real estat di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share.
3.2.
Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode penelitian studi kasus atau penelitian kasus (case study). Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi sosial. Penelitian studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti,
49
Ibid., hal. 25
dengan menggunakan metode : wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci.50 Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas diatas akan jadikan hal yang bersifat umum.51
3.3
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian ini,
maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer Untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam (indepth Interview) dengan pihak terkait dan yang bertanggung jawab terhadap penayangan program Real Estate di Metro TV. Peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara detil untuk memperoleh data yang diinginkan. Data yang dikumpulkan adalah mengenai bagaimana strategi penyuntingan gambar program real estate di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur, data-data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 50 51
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya Bandung, 2006, hal. 201 Ibid. hal. 66-67.
3.4
Definisi Konsep Guna memberikan gambaran menyeluruh atas pemakaian istilah-istilah
dan konsep kunci dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang dianggap perlu untuk didefinisikan : 1. Strategi penyuntingan gambar adalah hal-hal yang dilakukan oleh seorang editor untuk menciptakan sebuah tampilan gambar yang menarik untuk ditonton oleh pemirsa dirumah baik itu berupa, pemilihan gambar, penggunaan musik, visual efek, maupun transisi. 2. Program “Real Estat” ialah program properti yang memberikan informasi mengenai perumahan, apartemen yang meliputi lokasi, desain, harga dan fasilitas – fisilitas yang diberikan. Dan tidak ketinggalan pula tips-tips yang diberikan dalam hal bidang properti. Selain kualitas isi pesan yang disampaikan, tampilan gambar secara keseluruhan juga diambil agar program ini diminati dan digemari oleh pemirsa dirumah. 3. Rating dan Share adalah ukuran yang dipakai oleh stasiun televisi untuk mengetahui seberapa besar program diterima oleh pemirsa.
3.5
Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian dan
dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitiannya adalah strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share, yang meliputi: a. Planning a.
Tujuan penyuntingan gambar.
b.
Tahapan-tahapan perencanaan penyuntingan gambar.
b. Organizing a. Bagaimana keterkaitan antara produser, asisten produksi dan penyunting
gambar dalam mengerjakan program Real
Estat. c. Action 1. Kesesuaian gambar dengan narasi a. Apakah harus sesuai antara gambar dan narasi dalam program real estat. b. Kesesuaian antara narasi dan gambar untuk menunjukkan gambar yang dibicarakan sesuai dangan pembahasan. 2. Penggunaan shot-shot gambar yang sesuai a. Penentuan dalam pemilihan shot sangat penting karena mempengaruhi enak tidaknya sebuah program untuk ditonton baik untuk kita sendiri maupun orang lain. 3. Kesesuaian penggunaan efek audio video visual yang bertujuan untuk memberikan tampilan yang berbeda. a. Menciptakan keharmonisan antara visual dengan audio yang nantinya akan menghasilkan sebuah tayangan program yang baik. b. Memberikan penjelasan informasi lebih mendalam dari sebuah gambar. c. Memperindah dalam tampilan gambar.
4. Penggunaan transisi audio video visual apakah sesuai dengan hal-hal yang mendasar dari penggunaan transisi tersebut. a. Memperhalus perpindahan audio yang satu dengan yang lain maupun perpindahan audio dengan keadaan mute (tidak ada suara). b. Apa tujuan yang ingin di raih dari pengguan transisi. c. Pertahankan isi atau kandungan (content) dari gambar. d. Memberi kesan adanya perubahan waktu atau lokasi. d. Controlling a. Apakah tujuan atau strategi penyuntingan gambar program Real Estat sesuai dengan konsep program yang di inginkan dan pengawasan ini dilakukan oleh produser ”Real Estat”.
3.6
Narasumber / Key Informan Guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan strategi penyuntingan
gambar program Real Estat di Metro TV, maka peneliti akan menggali informasi melalui wawancara mendalam untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban orang-orang yang terlibat antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai atau pengalamannya. Format wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak berstruktur, wawancara diajukan kepada orang-orang yang terlibat dalam program Real Estat seperti : 1. Willy Dharmawan (Produser) Yang bertanggung jawab terhadap suatu program yang dipegangnya, Memutuskan properti apa yang akan di tayangkannya dan membuat urutan segmennya.
2. Budi Purnomo (Production Asistance) Sebagai orang yang meliput gambar dengan kameramen, dan mengikuti penyuntingan gambar pada saat pasca produksi. 3. Deki Joko Susilo (Editor) Sesuai dengan judul penelitian ini, maka yang menjadi sumber informasi yang utama adalah penyunting gambar program “Real Estat” tersebut. Karena penyunting gambar program “Real Estat” adalah objek dari penelitian ini.
3.7
Teknik Analisis Data Analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Dari rumusan tersebut diatas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data..52 Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan di interpretasikan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan dikumpulkan untuk kemudian jawaban-jawaban dari hasil wawancara itu dianalisa dan ditarik kesimpulan. Tujuan dari analisis data di dalam penelitian adalah meyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal objek penelitian. 52
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 103
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul melalui hasil wawancara mendalam (indepth interview), maka cara yang digunakan adalah melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dan peneliti hanya memaparkan data yang diperoleh secara apa adanya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Program “Real Estat” Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian mengenai Strategi
penyuntingan gambar program Real Estat di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share periode November 2008. Data tersebut diperoleh melalui wawancara mendalam (indept interview) dengan narasumber, Willy Dharmawan selaku produser, Budi Purnomo sebagai staf produksi dan Deki Joko Susilo sebagai penyunting gambar, di stasiun televisi swasta Metro TV, jl. Pilar mas raya, Kedoya Jakarta Barat. Seperti yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, Bahwa strategi komunikasi menurut Prof. Drs. Onong Uchajana (Ilmu teori dan filsafat komunikasi), berarti (planning) komunikasi dan management (pelaksanaan) komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu.. Sedangkan strategi penyuntingan gambar merupakan tahapan untuk membuat suatu tayangan setelah semuanya telah dipersiapkan dengan matang baik dari gambar dan suara, untuk menghasilkan suatu tayangan yang menarik bagi pemirsa dan memperoleh rating dan share yang maksimal. PT. Media Televisi Indonesia memiliki ijin penyiaran uji coba untuk Metro TV pada 25 Oktober 1999, ini merupakan bagian dari media grup, yang dipimpin oleh Bapak Surya Paloh, dan ditahun 2000 Metro TV resmi mengudara secara penuh, untuk sementara ditujuh kota besar di Indonesia. Pada bulan April 2001 Metro TV menambah jumlah jam mengudaranya menjadi 24 jam secara
nonstop. Hingga kini Metro TV mempekerjakan kurang lebih 1000 orang bekerja di Metro TV.
4.1.1. Struktur Organisasi Program Real Estat di Metro TV Program Real Estat di Metro TV berada di bawah departemen produksi. Kerabat kerja yang tergabung dalam tim Real Estat antara Lain: Penanggung Jawab Produksi : Agus Mulyadi Produser Eksekutif
: Nick Tobing
Produser
: Willy Dharmawan
Staf Produksi
: Budi Purnomo Bayu
Penulis Naskah
: Imam Wibowo
Juru Kamera
: Purnomo David
Host
: Maudy Koesnaedi Melanie Putria
Penyunting Gambar
: Deki Joko Susilo
4.1.2. Program Magazine Real Estat Metro TV “ Real Estat “ dibuat awal tahun 2007, tepatnya pada bulan Januari 2007. Program yang berjenis magazine ini adalah kelanjutan dari program magazine yang membahas tentang perumahan yang pernah dibuat oleh Metro TV, seperti Design & Decor. Sebagai tayangan informasi tentang properti Metro TV ingin menghadirkan sebuah tayangan yang cukup berbeda dengan tayangan sejenisnya di program properti yang lain. Pesatnya pertumbuhan di bidang properti saat ini,
baik perumahan, apartemen dan rumah kantor (rukan). Akibat ledakan jumlah penduduk terus mendorong dibangunnya perumahan dan apartemen baru. Lahan sawah ladang pun banyak beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan perkantoran. Maka jadilah program “Real Estat” dengan visi misi memberikan informasi tentang perkembangan dunia properti saat ini. Oleh sebab itulah program ini diberi nama “ Real Estat”. Seperti yang disampaikan oleh Willy Dharmawan, produser Real Estat berikut ini: ”Awal dibuatnya program Real Estat ialah bagaimana caranya Metro TV mempunyai program acara properti sendiri in house yaitu produksi Metro TV. Karena sebagian program properti yang ada di Metro TV yaitu program Bloking Time yang artinya program dari luar namun beli jam tayang di Metro TV. program Real Estat ialah sebagai referensi properti bagi orang yang ingin membeli perumahan, apartemen dan rukan, namun tidak hanya itu saja Real Estat juga membahas tentang perkembangan properti di Indonesia dan sebagai wawasan, informasi bagi para pemirsa”.53
Selain memberikan informasi tentang perumahan, apartemen dan rukan, program ini juga memberikan tips-tips dalam melakukan misalnya dalam perawatan rumah, bagaimana cara pengambilan baik rumah, apartemen dan rukan secara kredit melalui bank mandiri. Gambar. 5. Logo Real Estat
”Real Estat” yang ditayangkan pada hari sabtu pukul 09.05 Wib memiliki segmentasi para professional dengan rentang umur 20 tahun keatas. Segmentasi 53
. Hasil Wawancara dengan Willy Dharmawan, Produser, 7 Januari 2009
ini dipilih karena pada tahapan tersebutlah masyarakat membutuhkan informasi tentang perkembangan dunia properti dewasa ini dan bagi orang yang ingin memiliki tempat tinggal yang sesuai dengan keinginannya. Sedangkan waktu penayangannya merujuk kepada waktu kebiasaan segmen audiens yang mereka pilih untuk beristirahat setelah lima hari bekerja dan biasanya sabtu dan minggu libur. Dalam setiap minggu penayangannya rating dan share program Real Estat tidak terlalu bagus, paling tinggi pernah mencapai ratingnya 0,8 dan sharenya 6,1 biasanya hanya memperoleh rating 0,2 – 0,4 begitu juga sharenya. Walaupun demikian yang menarik dari program ini adalah informasi mengenai tentang para pengembang baik perumahan, apartemen dan rukan dalam pembangunannya memberikan penjelasan mengenai fasilitas-fasilitas yang diberikan, dan tidak ketinggalan pula mengenai kerjasama antara pengembang dengan pihak bank dalam memberikan pinjaman kredit dengan segala kemudahan yang diberikan. Informasi yang diberikan oleh “Real Estat” dapat dibilang up-date. Karena tim “Real Estat” selalu mengikuti perkembangan seputar dunia properti baik luar negeri dan khususnya dunia properti di Indonesia. Informasi-informasi tersebut di dapatkan dari para pengembang, survei lokasi dan sumber-sumber lainnya.
4.2.
Analisa Data
4.2.1. Perencanaan (Planning) Peneliti mengacu pada kerangka pemikiran dalam strategi atau manajemen suatu program tayang. Perencanaan merupakan awal konsep sebelum melakukan sesuatu, guna arahan suatu kinerja, agar berjalan dengan baik dan lancar. Hal seperti inilah yang dilakukan Real Estat dalam merencanakan kinerja mulai dari awal konsep. Dalam menguraikan hasil penelitian, program Real Estat melakukan meliputi:
Tujuan
penyuntingan
gambar,
tahapan-tahapan
perencanaan
penyuntingan gambar.
1. Tujuan Penyuntingan Gambar Menurut Willy Dharmawan selaku produser “Real Estat”. Penyuntingan gambar program “Real Estat”
memiliki tujuan untuk menghasilkan sebuah
tayangan yang baik secara keseluruhan baik dari gambar dan kemasan program itu sendiri sehingga dapat menarik perhatian pemirsa dan pemasang iklan itu sendiri. Selain itu dalam penyuntingan gambar program “Real Estat” ada hal- hal yang masih harus diperhatikan tidak hanya pada gambar saja, namun efek audio dan video yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, editor Real Estat berikut ini: ”Pertama kita lihat terlebih dahulu hasil dari syutingan gambar dilapangan. Kedua perhatikan rundown dan narasi yang ada. Ketiga penggunaan efek visual dan audio termasuk transisi itu diperbolehkan tapi jangan berlebihan karena juga bisa membuat orang enggan menonton”.54
Dalam periode November 2008 program “Real Estat” penyuntingan gambar yang dilakukan tidak hanya sebatas memberikan tampilan gambar yang indah dan bagus. Namun juga membuat alur cerita menurut narasi yang telah ada 54
Hasil Wawancara dengan Deki Joko susilo, Editor, 10 Januari 2009
dalam bentuk paket informasi. Hal ini memang sulit dilakukan bila dalam proses penyuntingan gambar hanya sebatas mengandalkan kreatifitas belaka. Tetapi untuk menyampaikan informasi yang memiliki alur cerita maka penyunting gambar harus memiliki logika dalam melakukan penyuntingan gambar. Yang pasti tujuan akhirnya adalah agar program “Real Estat” ini bisa di nikmati oleh pemirsa, karena itu tangggung jawab kita untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat.
2. Tahapan-Tahapan Perencanaan Penyuntingan Gambar. Pada periode November 2008 yaitu episode 85 sampai dengan episode 89 program acara “Real Estat” perencanaan penyuntingan gambar dilakukan untuk menentukan apa-apa saja yang ingin dilakukan dalam proses penyuntingan gambar program acara “Real Estat”. Merencanakan sebuah kegiatan dalam penyuntingan gambar program “Real Estat” sangat matang dan jelas, tentunya dengan tujuan untuk memperoleh hasil penyuntingan gambar yang memuaskan agar tidak ada tahapan-tahapan dalam proses penyuntingan gambar yang terlewat sedikitpun. Juga agar proses penyuntingan gambar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Proses penyuntingan gambar pada program “Real Estat” menggunakan sistem editing non-linier dengan menggunakan Final Cut Pro 03. Deki Joko Susilo selaku penyunting gambar program “Real Estat” dalam wawancaranya dengan penulis mengatakan bahwa kenapa menggunakan alat editing Final Cut Pro, karena kualitas hasil outputnya warna gambar tidak turun sesuai dengan kualitas awalnya tidak seperti alat editing non-linier lainnya seperti Avid, dan
Final Cut Pro mempunyai kelebihan untuk penggunaan efek dan transisi yang beragam jenisnya. Willy Dharmawan selaku produser
yang bertanggung jawab terhadap
program “Real Estat” dalam wawancaranya dengan penulis menjelaskan bahwa sebelum penyuntingan gambar, tim produksi “Real Estat” memiliki beberapa tahapan yang harus mereka lakukan. Seperti mem-preview materi gambar yang telah di syuting, setelah itu mencatat time code gambar apa saja yang diperlukan, setelah itu diserahka kepada editor untuk di capture, semua itu dilakukan oleh asisten produksi. Seperti yang disampaikan oleh Willy Dharmawan, produser Real Estat berikut ini: ”Setelah pengambilan gambar dilapangan hasilnya di priview oleh asisten produksi sambil di time code. Setelah selesai di time code editor mengcapture gambar ke dalam komputer. Kalau di program Real Estat ini style gaya editingnya bersifat dinamis pergantian gambarnya, tetapi narasi dan gambar harus mempunyai kesinambungan dan tidak lupa dengan pemilihan jenis musik backsoundnya dan tambahan grafis pada tampilan visualnya agar menarik perhatian pemirsa”.55
Dalam tahapan perencanaan penyuntingan gambar program “Real Estat” tidak lupa harus menentukan backsound musik apa yang akan digunakan dalam episode kali ini, agar saat penyuntingan gambar editor tidak kesulitan dalam menentukan musiknya. Penggunaan efek visual, efek audio dan tidak lupa juga angle atau shot gambar yang akan dipakai pada program “Real Estat” pada periode November ini juga dipikirkan pada saat perencanaan penyuntingan gambar. Agar dalam mengerjakan editingnya lebih terkonsep, selain itu juga kita dapat mengefisienkan waktu dengan baik.
55
Hasil Wawancara dengan Willy Dharmawan, Produser, 7 Januari 2009
3. Rating dan Share Metro TV sejak awal berdiri sudah berkonsentrasi membidik kelas menengah atas (A,B, 20+). Untuk mengetahui apakah benar pemirsa yang diharapkan itu menonton televisinya atau tidak, juga seberapa banyak pemirsa yang menonton program acara tertentu, hal tersebut dapat dilihat melalui rating dan share yang diperoleh setiap program. Dari hasil rating dan share program top Metro TV, program Real Estat pada minggu terakhir bulan November 2008 tepatnya pada episode 89 dengan tema “Krisis Global” masuk atau berada pada 20 Program Top Metro TV. Bagi sebagian stasiun televisi rating dan share dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam menentukan keberlangsungan suatu program. Tetapi bagi Metro TV rating dan share bukan patokan utama untuk menentukan keberlangsungan suatu program. Seperti yang disampaikan oleh Willy Dharmawan, produser Real Estat berikut ini: “Rating dan share merupakan tolak indikasi jumlah penonton program tertentu. Namun untuk program Real Estat rating dan share bukan menjadi patokan utama untuk menentukan keberlangsungan program, karena selama masih ada kerjasama baik antara pengembang properti atau pihak bank yang menseponsori program Real Estat kami tetap bisa jalan”.56
Dalam wawancara dengan penulis produser “Real Estat” berpendapat bahwa bagi kami selama masih ada pihak- pihak yang bekerjasama dalam menseponsori program “Real Estat” ini kami akan tetap bisa jalan walaupun rating dan share-nya tidak terlalu besar, namun kami akan tetap berusaha untuk memperoleh rating dan share yang baik salah satunya dalam strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” agar tayangan program “Real Estat” lebih baik dan dapat menarik perhatian pemirsa. (Hasil rating dan share program “Real Estat” selama periode bulan November 2008 dapat dilihat pada lampiran). 56
Hasil Wawancara dengan Willy Dharmawan, Produser, 7 Januari 2009
4.2.2. Pengorganisasian (Organizing) Suatu program dapat berjalan dengan baik, disebabkan karena terdapat suatu pengorganisasian yang baik pula. Tim produksi, merupakan sebuah organisasi yang kecil, meski demikian perlu pengaturan yang baik pula demi kelancaran program. Produser dengan asisten produksi harus ada komunikasi dalam sebuah program begitu pula dengan editor walaupun komunikasi dengan editor hanya saat pasca produksi saja. Seperti yang disampaikan oleh Willy Dharmawan, produser Real Estat berikut ini: ”Karena struktur kami hanya ada satu orang produser dan dibawahi oleh dua orang asisten produksi. Jadi keterkaitan saya dengan para asisten produksi ialah menjaga koordinasi baik itu untuk persiapan maupun untuk eksekusi syuting dilapangan dan pada saat proses penyuntingan gambar. Kalau dengan editor hanya berkoordinasi pada saat pasca produksi”.57
Willy Dharmawan selaku produser “Real Estat” mencoba untuk selalu berkomunikasi, baik dengan asisten produksi maupun dengan editor pada saat penyuntingan gambar, baik dalam menentukan sot (sound bite) narasumber yang akan dipakai dan hal-hal yang tidak perlu di masukan kedalam program contohnya narasi yang tidak sesuai dengan tema. Seperti yang disampaikan oleh Willy Dharmawan, produser Real Estat berikut ini: ”Pada program Real Estat ini yang berperan dalam penyuntingan gambar ialah semua tim produksi Real Estat terlibat baik dari asisten produksi ataupun script writer, tetapi semua kontrol pada program Real Estat tetap ada di tangan produser”.58
1. Penerapan Fungsi dan Wewenang Masing-masing Jabatan Sebuah organisasi dapat berjalan, bila didalamnya memiliki fungsi dan tugas tersendiri, sehingga segala tujuan dapat tercapai. Begitu pula “Real Estat”, merupakan tim produksi yang kecil, hanya terdiri dari beberapa orang saja. 57 58
Hasil Wawancara dengan Willy Dharmawan, Produser, 7 Januari 2009 Hasil Wawancara dengan Willy Dharmawan, Produser, 7 Januari 2009
Real Estat memiliki struktur organisasi yang terdiri dari produser dan dua orang asisten produksi. Masing-masing memiliki peranannya, namun satu sama lain harus mendukung demi keberhasilan program. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini: “Pada intinya asisten produksi itu membantu pekerjaan seorang produser, tugas dan kewenangannya merupakan pelimpahan dari produser dalam memproduksi tayangan Real Estat seperti peliputan gambar di lapangan. Dalam proses produksi yang terdiri dari pra produksi, produksi dan pasca produksi, asisten produksi melakukan tugas-tugasnya berdasarkan pelimpahan tugas dari produser, pada intinya asisten produksi bertanggung jawab terhadap produser”.59
Untuk menghasilkan sebuah tayangan yang baik antara tim produksi dangan kameramen juga harus berkesinambungan, karena pada saat pengambilan gambar dimana objek-objek visual yang akan digunakan pada saat penyuntingan gambar harus sesuai dengan yang dibutuhkan baik dari angle atau shot gambar yang dihasilkan, juga untuk kesesuaian gambar dengan narasi. Itu tergantung bagaimana koordinasi
asisten produksi dengan kameramen pada saat
pengambilan gambar. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini: ”Pada saat pengambilan gambar yang seharusnya menentukan adalah asisten produksi karena kita yang mengetahui kebutuhan gambar yang dibutuhkan pada saat kita melakukan pasca produksi, tetapi kita tidak lupa berkoordinasi dengan kameramen mengenai shot dan anglenya”.60
59 60
Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009 Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009
4.2.3. Penggerakan (Action) Dalam proses penyuntingan gambar program “Real Estat” terdapat beberapa tahapan yang harus dijalankan sebelum sebuah program tersebut siap untuk di tayangkan. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, editor Real Estat berikut ini: “Setelah mendapat materi dari lapangan atau dari asisten produksi materi tersebut sudah di time code terlebih dahulu setelah itu di capture ( dimasukan datanya kedalam komputer editing). Setelah gambar di capture gambar disusun, disertai dengan narasi, backsound musik dan grafis yang dibutuhkan. Setelah program tersusun rapi sesuai dengan narasi dan selesai di kerjakan dilakukan finishing, lalu di print dan siap untuk di tayangkan”.61
Dalam proses penyuntingan program “Real Estat” editor tidak bekerja sendiri, namun ditemani oleh asisten produksi yang bersangkutan karena segala kebutuhan tentang materi gambar baik dari syuting di lapangan, materi dari media lainnya seperti gambar still (Jpeg), asisten produksilah yang mengetahui apabila editor membutuhkan gambar-gambar tersebut. Di dalam proses penyuntingan gambar program “Real Estat” ada tahapan-tahapan yang harus di lalui.
1. Mem-preview Gambar (Logging) Tahap pertama adalah pra-editing yaitu langkah yang diambil sebelum melakukan penyuntingan gambar dengan tujuan mempermudah dan mempercepat proses penyuntingan gambar. Langkah tesebut adalah dengan melakukan preview pada gambar yang telah di syuting oleh kameramen dan asisten produksi yang terdapat dalam kaset, lalu di time code setelah selesai, diserahkan kepada editor untuk di capture. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini:
61
Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Editor, 10 Januari 2009
”Dengan mempriview dan shoting list selain memperkecil penggunaan hardisk, dalam mengerjakan editingnya lebih terkonsep karena gambar-gambar dari hasil syuting sudah kita pilih terlebih dahulu, selain itu juga kita dapat mengefisienkan waktu dengan baik”.62
Proses mem-preview gambar sangat penting karena memudahkan penyunting gambar dalam menentukan footage gambar mana saja yang akan digunakan, selain itu preview dapat menghemat waktu karena penggunaan alat penyuntingan sangat terbatas waktunya. Belum lagi dengan banyaknya jumlah kaset yang ada. Jadi dengan preview kita bisa memilih gambar mana saja yang mau kita capture untuk nantinya kita gunakan dalam program.
2. Memasukan Gambar ke Dalam Komputer (Capture) Setelah tahapan pra-editing (preview) selesai barulah masuk ketahapan berikutnya yaitu melakukan proses capture atau memasukan gambar yang akan dipergunakan melalui VTR kedalam komputer berupa file data. Proses ini cukup memakan waktu yang banyak, karena durasi waktu yang dibutuhkan untuk mentransfer sama dengan banyaknya durasi atau waktu video yang terdapat pada kaset tersebut. Untuk menghemat waktu dan juga kapasitas penyimpanan file di dalam komputer maka proses capture ini hanya dilakukan pada gambar-gambar yang dipilih pada saat tahapan preview. Caranya adalah time code gambar yang ingin di capture dari kaset yang telah dicatat, dicari terlebih dahulu. Setelah ketemu barulah melakukan proses capture gambar. Dan begitu seterusnya hingga semua gambar yang dibutuhkan selesai di capture.
62
Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009
3. Off- Line Editing Selesai meng-capture baik gambar hasil syutingan, maupun dari materi lain serta voice over untuk narasi, setelah itu penyuntingan gambar program “Real Estat” selanjutnya adalah melakukan off-line editing. Pada tahapan ini narasi yang telah di capture di potong-potong dan diberi jarak sesuai dengan narasi yang dibuat oleh script writer (penulis naskah). Setelah narasi tersusun baru dimasukan gambar yang sesuai dengan narasi yang di informasikan, pada proses ini gambar yang disusun masih bersifat kasar. Pada proses off-line pergantian gambar dibuat secara dinamis namun sesuai dengan kebutuhan, ini merupakan salah satu strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” dengan tujuan agar pemirsa tidak cepat jenuh pada saat menontonnya. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, editor Real Estat berikut ini: “Untuk penyuntingan gambarnya di buat secara dinamis antara gambar yang satu dengan gambar berikutnya dan gambarnya tidak telalu lama dalam pergantiannnya, ini merupakan salah satu cara agar pemirsa tidak bosan dalam melihat tayangan Real Estat”. 63
A. Kesesuaian Gambar dengan narasi Untuk kesesuaian gambar dengan narasi sangat dibutuhkan karena untuk memberikan informasi yang sejelas-jelas kepada pemirsa dan menunjukkan keadaan gambar yang sebenar-benarnya. Namun pada kenyataannya pada saat pengambilan gambar dilapangan asisten produksi mengalami kesulitan dalam pengambilan gambar yang dibutuhkan, karena narasi atau script belum dibuat oleh penulis naskah. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini: “Dalam peliputan dilapangan kami mempunyai kendala dimana narasi yang dibuat oleh script writer baru jadi setelah kami selesai liputan, padahal narasi itu memudahkan kami pada saat syuting jadi kami mengetahui gambar apa saja 63
Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Editor, 10 Januari 2009
yang harus diambil interiorkah atau eksterior. Dan kami mempunyai strategi dalam mengambil gambar yaitu melihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh script writer yang ditujukan oleh narasumber, dari pertanyaan tersebut kita dapat mengetahui konsep rumahnya seperti apa, fasilitas apa saja yang disediakan. Dari situ kita dapat menentukan pengambilan gambar yang dibutuhkan”.64
Pada saat penyuntingan gambar, narasi yang dibuat oleh penulis naskah terkadang tidak sesuai dengan gambar hasil syuting dilapangan, dalam hal ini asisten produksi memberitahu produser langkah apa yang akan di ambil, apakah membuang narasi atau terpaksa di isi gambar lainnya. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini: “Kalau bagi saya selama gambar itu masih agak sesuai dengan narasi yang ada itu sah-sah saja, namun kalau sudah keluar dari narasi itu tidak mungkin kita pakai misalnya di narasi sedang membahas tentang senayan city namun gambar yang kita tampilkan plaza senayan. Dan kalau tidak ada alterntif lainnya apabila narasi itu tidak terlalu penting saya potong dan kalau itu penting kita cari di internet atau kita cari library”.65
B. Penggunaan Shot-shot gambar yang sesuai Program “Real Estat” yang bertujuan menginformasikan mengenai properti yang sedang berkembang saat ini. Dalam pengerjaan penyuntingan gambar
selain
narasi
yang
harus
sesuai
dengan
gambar
agar
tidak
membingungkan pemirsa, disini tim produksi “Real Estat” Juga memberikan tampilan gambar yang menarik pada saat pengambilan gambar di lapangan dengan shot atau angle yang baik sehingga menimbulkan minat pemirsa dalam melihatnya. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini: “Dan untuk estetika pengambilan gambar kita berkoordinasi dengan kameramen, angle apa yang baik untuk menunjukkan misalnya eksterior atau interior dari bagunan tersebut agar lebih menarik”.66 64
Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009
65
Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009 Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009
66
Dalam pengambilan gambar angle atau shot yang diberikan tim “Real Estat” mencoba untuk memberikan tampilan gambar yang baik. Seperti memberikan tampilan gambar mengenai salah satu perumahan, bagaimana perumahan tersebut kelihatan megah bila di lihat dari luar, tentunya dengan menggunakan angle atau shot yang sesuai. Sehingga memudahkan untuk penyunting gambar dalam pengerjaan program “Real Estat”. Seperti yang disampaikan oleh Budi Purnomo, Asisten produksi Real Estat berikut ini: “Dalam pengambilan gambar misalnya sebuah rumah yang kita liat dengan kasat mata eksteriornya biasa saja, kadang kami mensiasatinya dengan low angle agar tampak bangunan itu terlihat lebih megah. Dan itu hanya salah satu variasi angle saja dan selebihnya kita sesuaikan dengan kebutuhan gambar”.67
Gambar. 6. Jenis shot atau angle
4. On–line Editing Setelah narasi sudah terisi gambar semua disertai dengan backsound (musik latar), langkah selanjutnya ialah proses on-line editing.Gambar yang telah tersusun rapi diperiksa satu per satu apabila ada gambar yang gelap bisa di terangi dengan colour correction. Apabila ada perpindahan gambar yang tidak enak untuk
67
Hasil Wawancara dengan Budi Pornomo, Asisten Produksi, 5 Januari 2009
dilihat diberi transisi gambar, juga sebaliknya dengan audio. Apabila ada penggunaan efek baik untuk gambar ataupun suara dilakukan pada saat on-line.
a. Kesesuaian penggunaan efek audio Deki Joko Susilo menjelaskan bahwa efek audio ialah suatu efek suara yang gunanya untuk mendukung tampilan gambar yang bersumber dari selain suara natural. Efek audio pada periode November 2008 dari episode 85 sampai dengan 89 digunakan oleh penyunting gambar program “Real Estat” untuk menciptakan mood tersendiri bagi pemirsa program “Real Estat”. Efek Audio yang digunakan oleh penyunting gambar program “Real Estat” hanya berupa musik latar (backsound) dan jinggel yang digunakan untuk memperjelas natural sound yang terekam kurang jelas dan juga berupa transisi yang diciptakan sendiri oleh penyunting gambar program “Real Estat”. Musik latar yang digunakan dalam program “Real Estat” berupa ilustrasi musik atau biasa dikenal dengan musik instrument. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, penyunting gambar program “Real Estat” berikut ini: “Dalam memilih efek atau jenis musik yang tepat dalam program Real Estat, pertama saya melihat dari narasi atau tema yang dibuat pada episode kali ini, misalnya minggu ini Real Estat bertemakan Go Green dan musik yang dapat di gunakan berjenis instrumental modern tanpa vokal yang bersentuhan dengan suasana alam”.68
Dengan memberikan musik latar (backsound) dalam program ”Real Estat” dapat memberikan mood tersendiri bagi pemirsa sehingga tidak terpaku dengan narasi dan gambar saja. Memang bila diperhatikan secara seksama dari episode pertama hingga saat ini, “Real Estat” selalu menggunakan musik latar yang sesuai dengan tema
68
Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Edito, 10 Januari 2009
namun berjenis instrumental. Konsistensi inilah yang membuat
“Real Estat”
semakin dicintai oleh para pemirsanya
b. Kesesuaian penggunaan efek video Efek visual digunakan dalam progam “Real Estat” pada periode November 2008 ini bertujuan memperindah tampilan gambar dan memperjelas informasi. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, penyunting gambar program “Real Estat” berikut ini: “Efek video ialah suatu efek yang menambahkan tampilan gambar agar telihat lebih jelas atau memperindah gambar misalnya koreksi warna terhadap gambar yang gelap agar kelihatan lebih terang dari hasil syutingan”.69
Memperjelas informasi pada program “Real Estat” dilakukan dengan cara memberikan title pada gambar. Title ini berisikan informasi-informasi yang dirasa sangat penting, misalnya keterangan harga rumah, apartemen dan cicilan berapa kali bayar. Selain memberikan title pada gambar, penyunting gambar juga mencoba memberikan keterangan pada saat narasumber berbicara agar apa yang sedang dibicarakan oleh narasumber dapat di megerti oleh pemirsa tentunya dengan disertai insert gambar yang sesuai. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, penyunting gambar program “Real Estat” berikut ini: ”Efek video yang saya lakukan dengan multi frame misalnya SOT dari narasumber disertai dengan gambar yang sedang dibicarakan, jadi satu frame terdiri dari dua gambar yang satu disisi kiri dan satunya lagi disisi kanan”.70
69 70
Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Editor, 10 Januari 2009 Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Editor, 10 Januari 2009
Gambar.7. Split Frame
c. Penggunaan efek transisi audio Dalam wawancaranya bersama penulis Deki Joko Susilo mengatakan transisi ialah sebuah cara yang biasa digunakan untuk menjembatani antara footage yang satu dengan yang lain atau audio satu dengan audio berikutnya agar perpindahannya halus. Sedangkan transisi audio ialah transisi yang digunakan untuk perpindahan audio ataupun untuk memperhalus besar kecilnya suara yang ingin dihasilkan. Untuk episode 85 sampai dengan 89, penggunaan transisi audio dilakukan oleh penyunting gambar “Real Estat” untuk menghindari kesan jumping audio dari perpindahan musik atau perubahan volume pada audio yang digunakan. Seperti yang disampaikan oleh Deki Joko Susilo, penyunting gambar program “Real Estat” berikut ini: “Transisi audio sebagai perpindahan antara audio satu dengan audio berikutnya agar terdengar halus, misalnya pergantian backsound musik agar tidak patah kedengarannya diberi transisi audio. Selain itu penggunaan transisi audio juga dapat digunakan pada perbedaan audio yang secara mendadak”.71
71
Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Editor, 10 Januari 2009
d. Penggunaan efek transisi visual Deki Joko Susilo selaku penyunting gambar program “Real Estat” dalam wawancaranya dengan penulis menjelaskan bahwa transisi visual adalah cara menjembatani antara footage yang satu dengan yang lain. Selain itu juga transisi visual memiliki tujuan yang lainnya. “Transisi visual ialah perpindahan antara gambar satu dengan gambar berikutnya misalnya shot tampak luar ruangan kemudian berganti shot tampak dalam ruangan agar tidak kelihatan kaget pergantiannya diberi tansisi video, menjelaskan perubahan sequence atau scene”.72
Penggunaan transisi visual pada program “Real Estat” lebih banyak bertujuan untuk menjelaskan perpindahan tempat dan menghindari jumping shot. Selain itu juga berfungsi untuk perubahan sequence maupun scene. Untuk perpindahan tempat, perpindahan waktu, dan menghindari jumping shot penyunting gambar menggunakan transisi visual berjenis dissolve. Transisi ini memiliki ciri membuat dua buah footage berubah secara perlahan-lahan, footage yang pertama perlahan-lahan menghilang sedangkan footage berikutnya perlahanlahan muncul. Proses on-line sudah selesai semua maka langkah terakhir ialah mixing audio, dimana proses ini untuk mengatur besar kecilnya suara agar seimbang, sehingga tidak ada suara yang levelnya dibawah normal atau diatas normal. Setelah proses mixing selesai maka program “Real Estat” yang selesai di edit bisa langsung di out put atau di transfer kedalam sebuah kaset.
72
Hasil Wawancara dengan Deki Joko Susilo, Editor, 10 Januari 2009
4.2.4. Pengawasan (Controlling) Proses penyuntingan gambar ialah proses terakhir dalam produksi suatu tayangan. Biasanya produser mempunyai kewenangan penuh dalam hal ini, karena produser akan bertanggung jawab pula dengan atasannya. Hasil tayangan yang baik dan berkualitas dapat di bantu pada saat proses penyuntingan gambar dan sini produser “Real Esat” sangat memberikan kebebasan dalam memunculkan ide atau kreatifitas dalm program ini. Seperti yang disampaikan oleh Willy Dharmawan, produser Real Estat berikut ini: “Kalau dari sisi kreatifitas saya memberikan kebabasan, namun kontrol tetap ada di tangan produser. Jadi seorang penyunting gambar bebas berkreasi, juga seorang asisten produksi, namun tetap terkontrol agar tidak keluar dari konsep program Real Estat”.73
Dalam wawancara dengan penulis produser “Real Estat” dalam pengawasan terhadap penyuntingan program “Real Estat” sangat memperhatikan dari awal acara sampai akhir acara itu harus terkontol, yang gunanya untuk memperkecil tingkat kesalahan, baik dari penempatan gambar yang harus sesuai dengan narasi atau dalam memberi keterangan mengenai klasifikasi misalnya harga rumah atau apartemen. Pada saat finishing program, editor, produser dan asisten produksi terlibat karena untuk menghindari kesalahan pada saat penyuntingan gambar dan untuk menghasilkan program dengan baik dengan begitu dapat menarik perhatian pemirsa. Hasil dari evaluasi menjadi dasar untuk perbaikan di episode selanjutnya, evaluasi itu tidak hanya detail dari pengambilan gambar atau proses penyuntingan gambar tetapi evaluasi itu menjadi dasar untuk ide-ide tema berikutnya.
73
Hasil Wawancara dengan Willy Dharmawan, Produser, 7 Januari 2009
4.3.
Pembahasan Setelah menghimpun semua data-data yang ada pada hasil penelitian, maka
pembahasan ini penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan kerangka pemikiran
dan
teori-teori
yang
digunakan,
sehingga
dapat
menjawab
permasalahan yang ada. Sebagian besar dari program tayangan yang dibuat Metro TV adalah program paket berita, baik itu yang bersifat berita acara secara umum maupun yang bersifat secara khusus. Di antara jenis program yang bersifat khusus seperti feature, documenter dan magazine. Dan salah satu program magazine yang dibuat oleh Metro TV ialah program “Real Estat”. Dimana program “Real Estat” merupakan program yang memberikan informasi dan referensi properti bagi orang yang ingin membeli perumahan, apartemen dan rukan, namun tidak hanya itu saja “Real Estat” juga membahas tentang perkembangan properti di Indonesia dan sebagai wawasan, informasi bagi para pemirsa. Target audien program “Real Estat” adalah sesuai dengan target audien Metro TV yaitu A,B, 20+ dengan target penonton diantaranya adalah para pejabat, pengusaha, kaum professional, kaum intelektual, mahasiswa, pengambil keputusan dan sebagainya yang sesuai dengan statusnya. Sehingga pemilihan penayangan program “Real Estat” setiap hari sabtu pukul 09.05 cukup beralasan dengan target penontonnya. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit, dalam karangan
Hani Handoko “Manajemen (edisi kedua)” dijelaskan bahwa ada tiga alasan utama yang diperlukan dalam manajemen.74 1. Untuk mencapai tujuan. 2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan 3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Dalam penyuntingan gambar program “Real Estat” sangat berpengaruh terhadap hasil tayangan program yang baik agar supaya menarik perhatian pemirsa sehingga dapat menghasilkan rating dan share yang tinggi. Berarti di dalam strategi penyuntingan gambar “Real Estat” memerlukan manajemen, baik untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan dan mencapai efisiensi dan efektifitas. Hal tersebut terdapat pada strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” di Metro TV dalam upaya meningkatkan rating dan share, yang meliputi :
4.3.1. Perencanaan Menurut George R. Terry yang dimaksud perencanaan adalah usaha-usaha untuk
mencapai
tujuan
yang
telah
ditetapkan
lebih
dahulu
dengan
mempergunakan kegiatan orang lain. Tahap perencanaan penyuntingan gambar dilakukan untuk menentukan apa-apa saja yang ingin dilakukan dalam proses penyuntingan gambar program acara “ Real Estat”. Merencanakan sebuah kegiatan dalam penyuntingan gambar program “Real Estat” harus sangat matang dan jelas, tentunya dengan tujuan untuk memperoleh hasil penyuntingan gambar yang memuaskan agar tidak ada 74
Hani Handoko, Manajemen (edisi kedua), BPFE, Yogyakarta, Opcit. Hal. 6-7
tahapan-tahapan dalam proses penyuntingan gambar yang terlewat sedikit pun. Juga agar proses penyuntingan gambar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dalam penyuntingan gambar program “Real Estat” diawali dengan pemilihan gambar yang dilakukan oleh asisten produksi setelah melakukan syuting dilapangan, setelah itu memilih jenis musik latar apa yang akan digunakan dalam episode kali ini, tidak lupa efek atau grafis tambahan lain yang akan digunakan dalam program “Real Estat” pada episode ini agar menarik perhatian pemirsa. Program “Real Estat” memberikan informasi dan referensi properti bagi orang yang ingin membeli perumahan, apartemen dan rukan, namun tidak hanya itu saja program “Real Estat” juga membahas tentang perkembangan properti di Indonesia dan sebagai wawasan, informasi bagi para pemirsa. Berkaitan dengan penayangan program “Real Estat” di Metro TV berarti dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai dunia properti khususnya di Indonesia, dan ini berhubungan dengan fungsi televisi yang ditulis dalam karangan Effendy, Onong Uchjana dalam bukunya “Ilmu teori komunikasi dan praktek”. Tentu jelas fungsi televisi, diantaranya:75 1. Sebagai penerangan. 2. Sebagai pendidikan 3. Sebagai hiburan. Dari hasil penjabaran diatas bahwa program “Real Estat”, mengacu pada fungsi media itu sendiri bahwa unsur penting program “Real Estat” adalah 75
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984. hal. 27-30.
memberikan informasi melalui tayangan sebagai referensi bagi pemirsa televisi yang ingin mengetahui tentang dunia properti saat ini. Bahwa setelah mengamati secara seksama, program “Real Estat” berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah disepakati bersama oleh tim produksi “Real Estat” dimana di dalamnya terdapat produser, asisten produksi dan penulis naskah, pada saat proses penyuntingan gambar.
4.3.2. Pengorganisasian Pengorganisasian menurut George R Terry adalah menciptakan suatu kerangka atau struktur kerja yang tersusun rapi, sehingga setiap bagian merupakan satu kesatuan dan bersifat saling mempengaruhi. Pada tahap ini tim “Real Estat” sudah mulai bergerak untuk bekerja berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Willy Dharmawan selaku produser “Real Estat” selalu berkomunikasi baik dengan asisten produksi maupun dengan editor pada saat penyuntingan gambar. Dan disini produser berperan sebagai pengambil keputusan pada saat penyuntingan gambar mengenai sot (sound bite) narasumber yang akan dipakai dan hal-hal yang tidak perlu di masukan kedalam program contohnya narasi yang tidak sesuai dengan tema. Dan penulis mengamati bahwa Willy Dharmawan selaku produser program “Real Estat” memberikan kebebasan kepada setiap asisten produksi seperti pada saat pengambilan dilapangan. Dan editor diberikan kebebasan untuk berkreatifitas pada program “Real Estat”, namun dari kebabasan yang diberikan tetap produser mengontrol itu semua. Dan disini penulis mengamati peran asisten produksi pada saat penyuntingan gambar sangat membantu editor yang bersangkutan. Apabila editor
membutuhkan gambar yang diperlukan, Budi Purnomo selaku asisten produksi program “Real Estat” selalu siap untuk membantu. Penulis mengamati untuk strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” yang dilakukan oleh editor sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh produser pada saat koordinasi sebelumnya.
4.3.3. Penggerakan Pada saat proses penyuntingan program “Real Estat” Tahap pertama adalah pra-editing yaitu langkah yang diambil sebelum melakukan penyuntingan gambar dengan tujuan mempermudah dan mempercepat proses penyuntingan gambar. Langkah tesebut adalah dengan melakukan preview pada gambar yang telah di syuting oleh kameramen dan asisten produksi yang terdapat dalam kaset, lalu di time code setelah selesai, diserahkan kepada editor untuk di capture. Pada saat pra- editing penulis mengamati peran asisten produksi sangat membantu sekali penyunting gambar karena hasil syutingan telah di time code semua sehingga mempermudah pekerjaan editor dalam memasukan shot gambar kedalam komputer dan sekaligus dapat mengefisienkan dalam hal waktu pengerjaan. Setelah tahap memasukan gambar kedalam komputer telah selesai tahap selanjutnya ialah off-line. Pada proses off-line pergantian gambar dibuat secara dinamis namun sesuai dengan kebutuhan, ini merupakan salah satu strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” dengan tujuan agar pemirsa tidak cepat jenuh pada saat menontonnya. Menurut Zettl dalam buku “Television Production Handbook” menggabungkan bagian-bagian shot, ini merupakan pekerjaan editing yang paling sederhana, yaitu dengan cara mengaitkan gambar-
gambar atau video yang bervariasi bersama-sama ke dalam skuens yang tepat. Ini artinya melalui editing kita bisa memilih shot mana saja yang sekiranya sesuai untuk saling digabungkan satu dengan berikutnya. Program “Real Estat” yang bertujuan menginformasikan mengenai properti yang sedang berkembang saat ini. Dalam pengerjaan penyuntingan gambar
selain
narasi
yang
harus
sesuai
dengan
gambar
agar
tidak
membingungkan pemirsa, disini tim produksi “Real Estat” Juga memberikan tampilan gambar yang menarik pada saat pengambilan gambar di lapangan dengan shot atau angle yang baik sehingga menimbulkan minat pemirsa dalam melihatnya. Setelah narasi sudah terisi gambar semua disertai dengan backsound (musik latar), langkah selanjutnya ialah proses on-line editing.Gambar yang telah tersusun rapi diperiksa satu per satu apabila ada gambar yang gelap bisa di terangi dengan colour correction. Apabila ada perpindahan gambar yang tidak enak untuk dilihat diberi transisi gambar, juga sebaliknya dengan audio. Penulis mengamati pada saat pemberian efek dan transisi terutama pada visual atau gambar yang dilakukan oleh penyunting gambar sudah sesuai yang dinginkan oleh pihak produser. Dan untuk pemilihan musik latar yang gunanya untuk mendukung tampilan gambar sudah sesuai dengan tema yang diangkat. Langkah terakhir ialah mixing audio, dimana proses ini untuk mengatur besar kecilnya suara agar seimbang, sehingga tidak ada suara yang levelnya dibawah normal atau diatas normal. Menurut M. Bayu Widagdo dan Winastwan Gora S dalam bukunya “Bikin film indie itu mudah” tahapan-tahapan dalam penyuntingan gambar yang terdiri dari logging, capture, off-line, on-line dan mixing.
Penulis mengamati bahwa strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada.
4.3.4. Pengawasan Pengawasan menurut George R. Terry adalah tugas untuk mencocokkan sampai dimanakah program atau rencana yang telah digariskan itu dilaksanakan sebagaimana mestinya dan apakah telah mencapai hasil yang dikehendaki. Pengawasan dilakukan untuk melihat seberapa jauh kinerja dan efektifitas tim produksi program “Real Estat” yang bertujuan agar tidak terjadi hambatan dalam proses penyuntingan gambar program “Real Estat”. Dan apabila terjdi hambatan, melalui pengawasan dapat memperkecil dampak kesalahan yang terjadi. Dalam strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” pengawasan dilakukan terhadap pemilihan shot gambar agar berkesinambungan dengan narasi serta dalam penggunaan efek dan transisi baik untuk visual maupun audio. Menurut M. Bayu Widagdo dan Winastwan Gora S dalam bukunya “Bikin film indie itu mudah” untuk mengontrol hasil editing dilihat dari shot gambar menurut fungsinya ialah: 1. Fungsional (shot difungsikan secara jelas). 2. Struktural (berkaitan dengan ketepatan posisi sebuah shot). 3. Proporsional (berkaitan dengan panjang pendeknya durasi sebuah shot). Penulis mengamati bahwa, strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” menitik beratkan pada shot gambar yang harus sesuai dengan narasi ditambah dengan peggunaan efek dan transisi yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
4.4.
Rating dan Share Dari hasil pengamatan penulis terhadap hasil rating dan share program
“Real Estat” dalam periode November 2008 episode 85 sampai dengan 89 adalah mengalami sedikit peningkatan di setiap episodenya, rata-rata program tersebut memperoleh rating 0,2 – 0,4 sedangkan share mengalami fluktuasi, rata-rata program tersebut memperoleh share 0,1 – 0,3. Dan untuk program “Real Estat” pada episode 89 minggu terakhir di bulan November rating dan share sempat menduduki dalam 20 program top Metro TV, dengan rating 0,8 dan share 6,1. Dan penulis melihat bagaimana strategi penyuntingan gambar terhadap program “Real Estat” yang meliputi pemilihan musik latar, pengambilan shot-shot gambar yang lebih diperhatikan, efek audio dan video yang digunakan sesuai dengan yang dibutuhkan dan kesesuaian antara narasi dan gambar yang disetiap episodenya pada bulan November 2008 semakin baik. Bila dibandingkan dengan programprogram yang masuk kedalam 20 program top Metro TV, perolehan rating dan share untuk program “Real Estat” bisa katakan baik meskipun perolehannya naik turun. Sedangkan bila dibandingkan dengan perolehan rating televisi lain, bisa saja perolehan rating Metro TV cukup kecil. Akan tetapi Metro TV tidak bisa disejajarkan dengan televisi lain karena Metro TV adalah televisi berita dengan target audiennya kelas A, B 20+ (kalangan tertentu saja). Sedangkan target audien televisi lain walaupun ada yang memilih kelas A,B tetapi untuk semua kalangan yang targetnya jauh lebih luas. Yang terpenting bagi Metro TV adalah selalu menjaga kualitas program, agar tetap diminati pemirsa televisi maupun para pengiklan. (Rating dan share program “Real Estat” selama periode November 2008 bisa dilihat pada lampiran).
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian penulis dengan judul Strategi Penyuntingan Gambar Program “Real Estat” di Metro TV Dalam Upaya Meningkatkan Rating dan Share.
5.1.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam (Indept
Interview) dengan produser, asisten produksi dan penyunting gambar, program “Real Estat” di Metro TV. Dan strategi penyuntingan gambar program “Real Estat” di lakukan dengan melalui tahap perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengawasan (controlling), yaitu:
a. Tahap perencanaan (planning) Tahap perencanaan yang dilakukan tim produksi program “Real Estat” pada saat penyuntingan gambar, sebelum melakukan proses penyuntingan gambar visual yang telah di syuting di priview terlebih dahulu untuk memudahkan pada saat penyuntingan gambar, tidak lupa menentukan backsound yang akan digunakan. Dalam penggunaan efek visual dan efek audio pada program “Real Estat” ini di gunakan sesuai dengan kebutuhannya dan tidak lupa juga penentuan angle-angle atau shot gambar yang akan di pakai pada program “Real Estat”.
b. Tahap pengorganisasian (organizing) Pada tahap pengorganisasian yang dilakukan tim produksi program “Real Estat” yaitu keterkaitan antara produser, asisten produksi, penyunting gambar dan tim “Real Estat” lainnya, dapat saling bekerjasama dengan baik. Dan di program “Real Estat” ini penerapan fungsi dan wewenang masing-masing jabatan berjalan sebagai mana mestinya.
c. Tahap penggerakan (actuating) Pada tahap penggerakan yang dilakukan tim produksi program “Real Estat” saat penyuntingan gambar yang diawali dengan memasukkan gambar kedalam komputer, lalu keproses off-line dimana proses ini melakukan penyusunan narasi dan gambar yang sesuai, selanjutnya on-line tahap ini memberikan tampilan yang berbeda sehingga menarik perhatian pemirsa penyunting gambar memberikan efek baik visual dan audio namun sesuai dengan yang dibutuhkan dan terakhir mixing.
d. Tahap pengawasan (controlling) Pada tahap pengawasan yang dilakukan oleh produser program “Real Estat”, walaupun dalam berkreatifitas di program ini diberikan kebebasan, namun produser program “Real Estat” tetap melakukan kontrol agar tayangan program “Real Estat” tidak keluar dari konsep yang telah direncanakan.
5.2.
Saran Saran yang dapat penulis berikan bagi program “Real Estat” dalam
penyuntingan gambar diantaranya : 1. Dalam pemilihan musik latar agar lebih bervariasi jenis musiknya sehingga tidak membosankan pemirsa. 2. Dalam menggunakan efek video split frame (satu layar terdapat dua gambar) agar tidak terlalu lama karena dapat membuat pemirsa jenuh dalam melihatnya. 3. Lebih diperbanyak lagi shot-shot gambar yang diambil pada saat syuting sehingga mempermudah proses penyuntingan gambar. 4. Pertahankan koordinasi antara produser, asisten produksi dan penyunting gambar yang sudah berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvirano dan Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004 Day, Mila, Buku Pintar Televisi, Trilogos Library, Jakarta, 2004 Edward, Dmytryk, On Film Editing: An Introduction to the Art of Film Construction, Focal Press, Eoston, 1984 Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984 ______________________, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2003 Fahmi, A. Alatas, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, YPKMD, Jakarta, 1997. Iskandar Muda, Dedy, Jurnalistik Televisi, Rosdakarya, Bandung, 2003 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta. Jakarta, 1996 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 2006 Morissan, Jurnalis Televisi Mutakhir, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2005 ________, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & TV, Ramdina Prakarsa, Tangerang, 2005 ________, Jurnalis Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, Jakarta, 2008 Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 2006 Naratama, Menjadi Sutradra Televisi, Grasindo, Jakarta, 2004 Nazir, Moh, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia Jakarta, 1988 PUSKAT, Studio Audio Visual, Yogjakarta, 2004 Panjaitan, Erica L & TM. Dhani Iqbal, Matinya Rating Televisi (Ilusi Sebuah Netralitas), Obor Indonesia, Jakarta, 2006 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 1997 _________________, Psikologi Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2001
Soehoet, Hoeta, Pengantar Ilmu Komunikasi, IISIP, Jakarta, 2002 Veri, Sanovri, Lynx Films Membidik Niche Market, Majalah Behind The Scene, Mei 2004 Widagdo, M. Bayu dan Winastwan Gora S, Bikin Film Indie Itu Mudah, Deli Publishing, Semarang, 2007 Wahyudi, J.B, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Grafiti, Jakarta, 1996 Wibowo, Fred, Dasar- Dasar Produksi Program Televisi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997 Zettl, Television Production Handbook, Amerika, Thomson Wadsworth, 2003
Sumber-Sumber Lain: www.agbnielsen.net (15 Oktober 2008) http://kurtek.upi.edu/media/sources/PEDOMAN%20mediavideo.pdf). (16 Oktober 2008) http://misteridigital.wordpress.com/2007/09/19/editing (16 Oktober 2008) http://elearning.unej.ac.id/courses/SSI1037/document/Materi/009_teori_editing. pdf (16 Oktober 2008) http://dikiumbara.wordpress.com/2007/02/01/whats-editing-mean (16 Oktober 2008)
Draf Wawancara Broadcaster
: Produser Real Estat
Bertempat
: Metro TV
Date
: 7 Januari 2009
Full Name
: Willy Dharmawan
1. Apa konsep awal dibuatnya program di Real Estat ? 2. Jelaskan proses produksi secara keseluruhan dari program Real Estat mulai dari konsep hingga menjadi tayangan yang siap di siarkan ? 3. Jelaskan tahapan perencanaan penyuntingan gambar program Real Estat ? 4. Jelaskan tujuan dari penyuntingan gambar yang dilakukan pada program Real Estat ? 5. Apa saja yang menjadi dasar atau landasan untuk menentukan penyuntingan gambar ? 6. Siapa saja yang berperan dalam melakukan proses penyuntingan gambar program Real Estat ? Jelaskan alasannya! 7. Apakah penyunting gambar di berikan kebabasan dalam kreatifitas editing program Real Estat ? 8. Bagaimana keterkaitan antara anda sebagai produser dengan bawahan anda dalam memproduksi tayangan Real Estat ini ? 9. Siapa sajakah yang terlibat dalam proses pemantauan dan evaluasi proses penyuntingan gambar program Real Estat ini ? 10. Bagaimana mekanisme kontrol dan evalusi penyuntingan gambar Real Estat ? Jelaskan! 11. Dari hasil evaluasi yang telah didapatkan, nantinya akan digunakan untuk apa ? 12. Bagaimana anda melihat Rating dan share program Real Estat? Seberapa penting Rating dan share menurut anda?
Draf Wawancara Broadcaster
: Asisten Produksi Real Estat
Bertempat
: Metro TV
Date
: 5 Januari 2009
Full Name
: Budi Purnomo
1. Apa tugas dan tanggung jawab asisten produksi ? 2. Bagaimana mekanisme kerja shoting program Real Estat, terkait dengan tugas anda ? 3. Bagaimana pertimbangan teknis estetis yang diterapkan dalam program Real Estat berhungan visual yang harus anda hasilkan ? 4. Apakah di program Real Estat mempunyai ciri khusus dalam angle atau shot pengambilan gambar? Jelaskan! 5. Pada saat dilapangan siapakah yang menentukan angle atau shot pada saat pengambilan gambar ? 6. Jelaskan proses Pra-Editing ? Seperti priview, shoting list dan seberapa pentingkah tahapan tersebut dilakukan ? 7. Jika antara gambar dan narasi dalam program Real Estat tidak sesuai dikarenakan ketidak lengkapan gambar, apa yang anda lakukan ?
Draf Wawancara Broadcaster
: Editor Real Estat
Bertempat
: Metro TV
Date
: 8 Januari 2009
Full Name
: Deki Joko Susilo
1. Jenis alat editing apakah yang digunakan dalam proses penyuntingan gambar program Real Estat ? apa kelebihannya ? 2. Bagaimana langkah-langkah melakukan penyuntingan gambar
pada
program Real Estat ? 3. Apakah ada kiat-kiat khusus dalam melakukan penyuntingan gambar ? agar hasilnya menjadi program yang baik. 4. Agar tayangan Real Estat menarik penonton, hal apa yang anda lakukan dalam melakukan editing videonya ? Jelaskan! 5. Jelaskan pemahaman dan pendapat anda tentang efek audio dan efek visual di dalam penyuntingan gambar ? Seberapa penting itu dilakukan! 6. Darimana saja ide untuk pembuatan sebuah efek visual yang di gunakan untuk program ini tercipta ? 7. Bagaimanakah cara menentukan efek audio atau jenis backsound apa yang tepat untuk digunakan dalam sebuah penyuntingan gambar? Khususnya 8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan transisi? Dan bagaimanakah perbedaan antara transisi audio dan transisi visual ? Kapan di gunakannya! 9. Bagaimana cara menentukan tujuan dalam penggunaan efek audio dan efek visual tertentu dalam program ini ? Dan bagaimana pula dengan tujuan penggunaan transisi audio dan visual dalam program ini ? 10. Adakah mekanisme evaluasi dan control proses penyuntingan gambar ? Apakah anda terlibat ?
Transkrip Wawancara Broadcaster
: Produser Real Estat
Bertempat
: Metro TV
Date
: 7 Januari 2009
Full Name
: Willy Dharmawan
1. Apa konsep awal dibuatnya program di Real Estat ? Awal dibuatnya program Real Estat ialah bagaimana caranya Metro TV mempunyai program acara properti sendiri in house yaitu produksi Metro TV. Karena sebagian program properti yang ada di Metro TV yaitu program Bloking Time yang artinya program dari luar namun beli jam tayang di Metro TV. Sedangkan konsep program Real Estat ialah sebagai referensi properti bagi orang yang ingin membeli perumahan, apartemen dan rukan, namun tidak hanya itu saja Real Estat juga membahas tentang perkembangan properti di Indonesia dan sebagai wawasan, informasi bagi para pemirsa. Dan Real Estat ini di tayangkan setiap hari sabtu jam 09.05 - 09.30 Wib.
2. Jelaskan proses produksi secara keseluruhan dari program Real Estat mulai dari konsep hingga menjadi tayangan yang siap di siarkan ? Pertama kita menentukan tema apa yang kita akan angkat minggu ini, walaupun tema itu sudah kita buat sebulan sebelumnya dengan rekan-rekan tim Real Estat. Kedua kita merencanakan syutingnya, angle atau shot apa yang akan diambil.
3. Jelaskan tahapan perencanaan penyuntingan gambar program Real Estat ? Setelah pengambilan gambar dilapangan hasilnya di priview oleh asisten produksi sambil di time code. Setelah selesai di time code editor mengcapture gambar ke
dalam komputer. Kalau di program Real Estat ini style gaya editingnya bersifat dinamis pergantian gambarnya, tetapi narasi dan gambar harus mempunyai kesinambungan dan tidak lupa dengan pemilihan jenis musik backsoundnya dan tambahan grafis pada tampilan visualnya agar menarik perhatian pemirsa.
4. Jelaskan tujuan dari penyuntingan gambar yang di lakukan pada program Real Estat ? Proses penyuntingan gambar pada program Real Estat memiliki tujuan untuk membuat tayangan yang baik. Dengan cara memilih gambar yang bagus dan sesuai dengan narasi agar tidak membingungkan pemirsa, misalnya narasi sedang menginformasikan tentang detail-detail ruangan namun gambar yang diberikan shotshot rumah tampak dari luar. Dan untuk tujuan penyuntingan gambar Real Estat ini kami tidak mempunyai segmentasi tertentu bagi yang melihatnya. Tapi yang pasti kami yakin bagi kaum muda dan tua yang ingin menambah wawasan tentang property di Indonesia ya program inilah yang di butuhkannya.
5. Apa saja yang menjadi dasar atau landasan untuk menentukan penyuntingan gambar ? Karena program Real Estat ini merupakan program magazine, yang boleh dibilang dalam pengerjaannya cukup sulit. Jadi kami harus membuat tayangan ini sedinamis mungkin dalam mengemasnya baik dari pergantian gambarnya, transisinya atau efekefek apa yang akan digunakannya serta pemilihan musik yang tepat.
6. Siapa saja yang berperan dalam melakukan proses penyuntingan gambar program Real Estat ? Jelaskan alasannya! Pada program Real Estat ini yang berperan dalam penyuntingan gambar ialah semua tim produksi Real Estat terlibat baik dari asisten produksi ataupun script writer, tetapi semua kontrol pada program Real Estat tetap ada di tangan produser.
7. Apakah penyunting gambar di berikan kebabasan dalam kreatifitas editing program Real Estat ? Kalau dari sisi kreatifitas saya memberikan kebabasan, namun kontrol tetap ada di tangan produser. Jadi seorang penyunting gambar bebas berkreasi, juga seorang asisten produksi, namun tetap terkontrol agar tidak keluar dari konsep program Real Estat.
8. Bagaimana keterkaitan antara anda sebagai produser dengan bawahan anda dalam memproduksi tayangan Real Estat ini ? Karena struktur kami hanya ada satu orang produser dan dibawahi oleh dua orang asisten produksi. Jadi keterkaitan saya dengan para asisten produksi ialah menjaga koordinasi baik itu untuk persiapan maupun untuk eksekusi syuting dilapangan dan pada saat proses penyuntingan gambar. Kalau dengan editor hanya berkoordinasi pada saat pasca produksi.
9. Siapa sajakah yang terlibat dalam proses pemantauan dan evaluasi proses penyuntingan gambar program Real Estat ini ? Kalau untuk setiap episode semua tim Real Estat itu terlibat, namun untuk proses evaluasi, supervisi itu dari produser dalam setiap episodnya.
10. Bagaimana mekanisme kontrol dan evaluasi penyuntingan gambar Real Estat? Jelaskan! Kalau bicara mengenai kontrol program Real Estat yaitu dari awal acara sampai akhir acara itu harus terkontol, yang gunanya untuk memperkecil tingkat kesalahan, baik dari penempatan gambar yang sesuai dengan narasi atau dalam memberi keterangan mengenai klasifikasi misalnya harga rumah atau apartemen.
11. Dari hasil evaluasi yang telah didapatkan, nantinya akan digunakan untuk apa ? Hasil dari evaluasi menjadi dasar utnuk perbaikan di episode selanjutnya, evaluasi itu tidak hanya detail dari pengambilan gambar atau proses penyuntingan gambar tetapi evaluasi itu menjadi dasar untuk ide-ide tema berikutnya.
12. Bagaimana anda melihat Rating dan share program Real Estat? Seberapa penting Rating dan share menurut anda? Rating dan share merupakan tolak indikasi jumlah penonton program tertentu. Namun untuk program Real Estat rating dan share bukan menjadi patokan utama untuk menentukan keberlangsungan program, karena selama masih ada kerjasama
baik antara pengembang properti atau pihak bank yang menseponsori program Real Estat kami tetap bisa jalan.
Transkrip Wawancara Broadcaster
: Asisten Produksi Real Estat
Bertempat
: Metro TV
Date
: 5 Januari 2009
Full Name
: Budi Purnomo
1. Apa tugas dan tanggung jawab asisten produksi ? Pada intinya asisten produksi itu membantu pekerjaan seorang produser, tugas dan kewenangannya merupakan pelimpahan dari produser dalam memproduksi tayangan Real Estat seperti peliputan gambar di lapangan. Dalam proses produksi yang terdiri dari pra produksi, produksi dan pasca produksi, asisten produksi melakukan tugastugasnya berdasarkan pelimpahan tugas dari produser, pada intinya asisten produksi bertanggung jawab terhadap produser.
2. Bagaimana mekanisme kerja shoting program Real Estat, terkait dengan tugas anda? Mekanisme shoting program Real Estat, setiap bulan kita menentukan tema apa yang akan diangkat selama satu bulan kedepan, dalam satu bulan Real Estat tayang setiap hari sabtu. Karena itu dapat membantu dalam mencari, menentukan, menghubungi narasumber yang bersangkutan yang sesuai dengan tema yang akan diangkat. Setelah mendapatkan narasumber dan perumahan apa yang akan diangkat baru kita melakukan syuting dilapangan.
3. Bagaimana pertimbangan teknis estetis yang diterapkan dalam program Real Estat berhungan visual yang harus anda hasilkan ? Dalam peliputan dilapangan kami mempunyai kendala dimana narasi yang dibuat oleh script writer baru jadi setelah kami selesai liputan, padahal narasi itu memudahkan kami pada saat syuting jadi kami mengetahui gambar apa saja yang harus diambil interiorkah atau eksterior. Dan kami mempunyai strategi dalam mengambil gambar yaitu melihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh script writer yang ditujukan oleh narasumber, dari pertanyaan tersebut kita dapat mengetahui konsep rumahnya seperti apa, fasilitas apa saja yang disediakan. Dari situ kita dapat menentukan pengambilan gambar yang dibutuhkan. Dan untuk estetika pengambilan gambar kita berkoordinasi dengan kameramen, angle apa yang baik untuk menunjukkan misalnya eksterior atau interior dari bagunan tersebut agar lebih menarik.
4. Apakah di program Real Estat mempunyai ciri khusus dalam angle atau shot pengambilan gambar ? Jelaskan! Dalam pengambilan gambar misalnya sebuah rumah yang kita liat dengan kasat mata eksteriornya biasa saja, kadang kami mensiasatinya dengan low angle agar tampak bangunan itu terlihat lebih megah. Dan itu hanya salah satu variasi angle saja dan selebihnya kita sesuaikan dengan kebutuhan gambar.
5. Pada saat dilapangan siapakah yang menentukan angle atau shot pada saat pengambilan gambar ? Yang seharusnya menentukan adalah asisten produksi karena kita yang mengetahui kebutuhan gambar yang dibutuhkan pada saat kita melakukan pasca produksi, tetapi kita tidak lupa berkoordinasi dengan kameramen.
6. Jelaskan proses Pra-Editing ? Seperti priview, shoting list dan seberapa pentingkah tahapan tersebut dilakukan ? Dengan mempriview dan shoting list selain memperkecil penggunaan hardisk, dalam mengerjakan editingnya lebih terkonsep karena gambar-gambar dari hasil syuting sudah kita pilih terlebih dahulu, selain itu juga kita dapat mengefisienkan waktu dengan baik.
7. Jika antara gambar dan narasi dalam program Real Estat tidak sesuai dikarenakan ketidak lengkapan gambar, apa yang anda lakukan ? Kalau bagi saya selama gambar itu masih agak sesuai dengan narasi yang ada itu sahsah saja, namun kalau sudah keluar dari narasi itu tidak mungkin kita pakai misalnya di narasi sedang membahas tentang senayan city namun gambar yang kita tampilkan plaza senayan. Dan kalau tidak ada alterntif lainnya apabila narasi itu tidak terlalu penting saya potong dan kalau itu penting kita cari di internet atau kita cari library.
Transkrip Wawancara Broadcaster
: Editor Real Estat
Bertempat
: Metro TV
Date
: 8 Januari 2009
Full Name
: Deki Joko Susilo
1. Jenis alat editing apakah yang digunakan dalam proses penyuntingan gambar program Real Estat ? apa kelebihannya ? karena kualitas hasil outputnya warna gambar tidak turun sesuai dengan kualitas awalnya tidak seperti alat editing non-linier lainnya seperti Avid, dan Final Cut Pro mempunyai kelebihan untuk penggunaan efek dan transisi yang beragam jenisnya.
2. Bagaimana langkah-langkah melakukan penyuntingan gambar pada program Real Estat ? Setelah mendapat materi dari lapangan atau dari asisten produksi materi tersebut sudah di time code terlebih dahulu setelah itu di capture ( dimasukan datanya kedalam komputer editing). Setelah gambar di capture gambar disusun, disertai dengan narasi, backsound musik dan grafis yang dibutuhkan. Setelah program tersusun rapi sesuai dengan narasi dan selesai di kerjakan dilakukan finishing, lalu di print dan siap untuk di tayangkan.
3. Apakah ada kiat-kiat khusus dalam melakukan penyuntingan gambar ? agar hasilnya menjadi program yang baik! Pertama kita lihat terlebih dahulu hasil dari syutingan gambar dilapangan. Kedua perhatikan rundown dan narasi yang ada. Ketiga penggunaan efek visual dan audio termasuk transisi itu diperbolehkan tapi jangan berlebihan karena juga bisa membuat orang enggan menonton.
4. Agar tayangan Real Estat menarik penonton, hal apa yang anda lakukan dalam melakukan editing videonya ? Jelaskan! Untuk penyuntingan gambarnya di buat secara dinamis antara gambar yang satu dengan gambar berikutnya dan gambarnya tidak telalu lama dalam pergantiannnya, ini merupakan salah satu cara agar pemirsa tidak bosan dalam melihat tayangan Real Estat. Tidak lupa disertai dengan efek-efek video
yang sesuai, kemudian bisa
dilakukan dengan multi frame misalnya SOT dari narasumber disertai dengan gambar yang sedang dibicarakan, jadi satu frame terdiri dari dua gambar yang satu disisi kiri dan satunya lagi disisi kanan.
5. Jelaskan pemahaman dan pendapat anda tentang efek audio dan efek visual di dalam penyuntingan gambar ? Seberapa penting itu dilakukan ? Efek audio ialah suatu efek suara yang gunanya untuk mendukung tampilan gambar sedangkan efek video ialah suatu efek yang menambahkan tampilan gambar agar
telihat lebih jelas atau memperindah gambar misalnya koreksi warna gambar agar kelihatan lebih terang dari hasil syutingan. Sedangkan penggunaan efek audio dan video menurut saya sangat penting karena agar gambar telihat dinamis atau bervariasi dan untuk menarik perhatian pemirsa agar tidak jenuh dalam melihat program Real Estat.
6. Darimana saja ide untuk pembuatan sebuah efek visual yang di gunakan untuk program ini tercipta ? Pertama kita lihat gambar bisa dari hasil syutingan dilapangan dari situ kita dapat menemukan ide bagaimana sebuah efek visual dapat digunakan sesuai dengan yang dibutuhkan. Kedua bisa dari ide produser atau asisten produksi, efek visual apa saja yang digunakan dalam episode kali ini. Jadi antara produser, asisten produksi dan editor bebas mengungkapkan ide namun harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan agar tidak merusak gambar atau tampilan program tersebut.
7. Bagaimanakah cara menentukan efek audio atau jenis musik backsound yang tepat untuk digunakan dalam sebuah penyuntingan gambar? Khususnya program Real Estat ! Dalam memilih efek atau jenis musik yang tepat dalam program Real Estat, pertama saya melihat dari narasi atau tema yang dibuat pada episode kali ini, misalnya minggu ini Real Estat bertemakan Go Green dan musik yang dapat di gunakan berjenis instrumental modern tanpa vokal yang bersentuhan dengan suasana alam.
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan transisi? Dan bagaimanakah perbedaan antara transisi visual dan transisi audio ? Kapan digunakannya! Transisi ialah perpindahan untuk memperhalus baik video ataupun audio. Transisi visual ialah perpindahan antara gambar satu dengan gambar berikutnya misalnya shot tampak luar ruangan kemudian berganti shot tampak dalam ruangan agar tidak kelihatan kaget pergantiannya diberi tansisi video. Sedangkan transisi audio ialah perpindahan antara audio satu dengan audio berikutnya, misalnya pergantian backsound musik agar tidak patah kedengarannya diberi transisi audio. Namun transisi tidak dipakai dalam setiap perpindahan gambar, hanya dipakai pada perpindahan yang dibutuhkan agar tampilan gambar menjadi lebih baik.
9. Bagaimana cara menentukan tujuan dalam penggunaan efek audio dan efek visual tertentu dalam program ini ? Dan bagaimana pula dengan tujuan penggunaan transisi audio dan visual dalam program ini ? Kembali melihat informasi apa yang ingin kita sampaikan kepada pemirsa, lalu lihat narasi dan gambar, apakah sudah tepat kita menggunakan efek transisi tersebut.
10. Adakah mekanisme evaluasi dan kontrol proses penyuntingan gambar ? Apakah anda terlibat ? Mekanisme evaluasi dan kontrol ada pada saat finishing penyuntingan gambar, dimana antara narasi dan gambar sudah sesuai yang dibutuhkan, musik atau backsound sudah sesuai dan efek-efek baik video. Setelah itu di preview oleh produser setelah tidak ada revisi lalu di print ke kaset.
Pada saat finishing program, editor, produser dan asisten produksi terlibat karena untuk menghindari kesalahan pada saat penyuntingan gambar dan untuk menghasilkan program dengan baik dengan begitu dapat menarik perhatian pemirsa.
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Andi Purwoko
Tempat/Tgl. Lahir
: Banyumas, 07 Februari 1981
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl. H. Bilin Rt.02/05 Paninggilan Utara Ciledug Tangerang Banten.
Telp.
: 081310637346
Pendidikan : 1987 – 1993
: SDN Paninggilan I Ciledug, Tangerang
1993 – 1996
: SMPN 2 Ciledug, Tangerang
1996 – 1999
: SMEA PGRI 11 Ciledug, Tangerang
2005 – 2009
: S1 Ilmu Komunikasi (Broadcast) Universitas Mercu Buana – Jakarta.
Pekerjaan : 1999 – 2000
: SPB di Puri Mall
2000 – 2004
: Editor Offline di Prima Imaji Media, Tebet – Jakarta Selatan.
2004 – 2009
: Editor Non News di Departemen Teknik Metro TV, Kedoya - Jakarta Barat.