STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
Hubungan Motivasi Kerja Dengan Perilaku Nelayan Pada Usaha Perikanan Tangkap Helena Tatcher Pakpahan*) *) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Quality
ABSTRACT Community of fisherman is on social segment who considensyas having daily live worse them other social segment, such is farmers, factory labourers. Certain effort can be done to improve the level of live of the fishermen, i.e to indrease the product of their haul of fish. Way of which can be done by improvedly is unit or productive arrest so that can awaken motivation work fishermen for better behavior. Recently fishermen are not able to go out from their miserable socio economic situation, mainly due to (a) bargaining position weakness, (b) locking of capital, (c) low level knowledge and skill, (d) lacking of supervision, (e) no guarante of pomising market. Mazed on those evidence iti is worth to study the relationship between fisherman motivation and their behavior to increase production of haul of fish. Keywords : fisherman motivation, production of haul of fish Pendahuluan
Pantai Timur Sulawesi umumnya potensi pantai belum dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan penduduk disepanjang garis pantai tersebut (Nikijuluw, 2002: 2). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau pendapatan nelayan tidak hanya bertumpu pada peningkatkan produksi hasil tangkapan semata, tetapi mencakup seluruh aspek. Salah satu cara meningkatkan produksi adalah dengan mengusahakan unit penangkapan yang lebih produktif dalam jumlah dan hasil tangkapan. Unit penangkapan haruslah bersifat ekonomis, efisien dan sesuai dengan kondisi setempat dengan tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup yang didukung oleh pengembangan agroindustri, prasarana dan peningkatan kualitas tenaga kerja
Indonesia dikaruniai Tuhan dengan lautan yang lebih luas dari daratan. Dua pertiga Wilayah Indonesia adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Menurut Wisudo (1994: 31), Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai 81.000 km. Wilayah kedaulatan Indonesia adalah laut yang meliputi 0,3 juta km2 laut perairan pantai dan 2,8 juta km2 laut nusantara serta Laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 km2. Potensi sumberdaya perikanan yang dapat di tangkap sekitar 6,7 ton/tahun dan baru dimanfaatkan sebesar 45%. Indonesia sebagai Negara kepulauan belum dimanfaatkan secara optimal. Kawasan pantai utara Jawa dan
[ 20 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
dengan memasang berbagai atribut partai pada perahu/sampan mereka demi kepentingan eliti politik itu, bukan kepentingan nelayan Politik negara belum berorientasi pada masyarakat bawah termasuk nelayan, karena terikat oleh berbagai kepentingan politik. Ketidakmampuan secara sosial, ekonomi dan politik ini menjadi ganjalan bagi nelayan-nelayan untuk bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan sesama saudara yang lain yang secara sosial dan ekonomi telah berhasil. Gambaran umum kehidupan para nelayan merupakan gambaran masyarakat Nelayan di Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Secara umum tidak ada perbedaan yang mencolok antara apa yang diuraikan di atas dengan kondisi kehidupan nelayan di Muara Angke. Karaketeristik kehidupan nelayan di Indonesia tidak berbeda jauh satu sama yang lain. Kalaupun ada perbedaan, maka perbedaan itu tidak terlalu jauh dan pada umumnya hampir sama. Kendatipun fakta di atas itu merupakan gambaran umum kehidupan para nelayan kita di Indonesia, termasuk nelayan di Muara Angke namun usaha membangun dan mengembangkan rasa percaya diri dan potensi-potensi masyarakat nelayan masih harus diperjuangkan secara terus menerus Usaha membangun dan meningkatkan kualitas hidup seluruh warga bangsa termasuk para nelayan baik secara sosial, ekonomi maupun sudah merupakan tujuan bersama. Mengatasi masalah ekonomi dari nelayan tersebut diatas ditemukan berbagai mekanisme sosial ekonomi yang dikenal dengan gotong royong (social exchange) yang dinamakan etos subsistensi. Etos subsistensi berakar dari ekonomi dan kegiatan sosial yang
(Setyohadi, 1997: 35, dalam Prosiding, Simposium Perikanan Indonesia II). Masalah Penelitian Nelayan yang pada umumnya terdiri dari masyarakat yang pendidikannya relatif rendah dan hidupnya miskin. Nelayan bekerja pada juragan yang mempunyai kapal dan alat tangkap yang memadai untuk melakukan penangkapan ikan di laut. Kegiatan ditentukan oleh alam dan lingkungannya. Kemampuan dari nelayan ini dalam meningkatkan pendapatan, menghidupi keluarga serta membangun hari depan yang lebih baik sangat rendah. Kehidupan miskin yang dialami oleh sebagian besar nelayan di Indonesia di atas menyebabkan ‘bargaining position” mereka sangat lemah. Nelayan merasa ‘terisolasi’ baik secara sosial, ekonomi maupun politik; secara sosial mereka tetap teridentifikasi sebagai masyarakat marginal (terpinggirkan) dan tidak memiliki modal sosial yang memadai untuk bersaing dengan nelayan-nelayan kapitalis atau nelayan-nelayan yang adalah pengusaha perikanan dan kalaupun ada HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) sebagai wadah, anggotanya tidak melibatkan para nelayan kecil, tetapi nelayan-nelayan kapitalis yang memiliki modal besar dan “bargaining position” tinggi dengan pemerintah atau berbagai stakeholders yang lainnya; secara ekonomis pendapatan sangat kecil dan hanya mampu menghidupi keluarganya untuk sehari; secara politik tetap tertindas oleh struktur dan sistem politik state (negara) yang belum berorientasi pada masyarakat kalangan bawah. Partaipartai politik berlomba-lomba mengeksploitasi para nelayan ini
[ 21 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. (5) Menganalisis hubungan antara motivasi kerja nelayan dengan perilaku nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
bersifat timbal balik dalam masyarakat. Pendapatan yang minim berpengaruh terhadap perkembangan fisiologik masyarakat nelayan itu sendiri termasuk akibat sosial budaya yang tercermin dalam sikap mereka. Pengaruh ekonomi sangat besar terhadap diri nelayan sehingga melahirkan norma yang timbal balik dalam menikmati bantuan sosial selain itu terdapat sikap yang secara extrim disebut eksploitasi diri dan anti resiko (Susanto, dalam Purnamasari, 2003: 55). Masyarakat nelayan, rumah tangga nelayan melahirkan norma yang timbal balik dan sikap eksploitasi diri. Beberapa hal yang dilakukan oleh nelayan khususnya rumah tangga nelayan untuk bertahan hidup (melalui kekuatan sosial) dengan memanfaatkan ruang bertahan hidup, waktu berlebih, pengetahuan dan keterampilan serta melibatkan diri dalam organisasi sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Metode Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian dilaksanakan di Kampung Nelayan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Lokasi penelitian diambil berdasarkan kriteria, yaitu: (1) Muara Angke merupakan salah satu sentra produksi perikanan di Wilayah Jakarta, (2) sebahagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai nelayan. Populasi penelitian ini adalah nelayan yang berada di Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara. Jumlah nelayan sebanyak 1323 orang. Penarikan sampel dilakukan secara purposive random sampling. Peneliti mengambil suatu contoh acak, dari sebuah daftar anggota populasi yang didapatkan dari Kantor RW 01 dan RW 11, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Muara Angke, Jakarta Utara. Jumlah responden adalah 100 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2005 sampai dengan bulan Januari 2005.
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang diungkapkan, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan kehidupan nelayan. tujuan penelitian ini di rinci sebagai berikut: (1) Menemukan karakteristik (faktor internal dan eksternal) nelayan. (2) Menemukan motivasi kerja nelayan turut berperan serta dalam kegiatan ekonomi keluarga. (3) Menganalisis hubungan karakteristik dengan motivasi kerja nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. (4) Menganalisis hubungan karakteristik dengan perilaku
Rancangan Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga peubah bebas yaitu (X1) adalah faktor internal serta faktor eksternal nelayan (X2) dan (X3) adalah motivasi kerja nelayan dan peubah tidak bebasnya (Y) adalah perilaku nelayan.
[ 22 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Pengumpulan Data
Ketersediaan Informasi
Data yang dikumpulkan terdiri atas dua jenis data, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan mengenai variabel utama berupa faktor intrinsik, ekstrinsik, dan motivasi kerja nelayan. Data primer diambil berdasarkan wawancara dan pengamatan yang sesuai dengan sasaran penelitian. Data Sekunder diperoleh dari instansi, dari UPT PKPP dan PPI Muara Angke Jakarta Utara. Data yang diambil adalah keadaan wilayah bersangkutan, keadaan perikanan.
Berdasarkan hasil penelitian sebesar (84%) responden menyatakan cukup tersedia informasi tentang perikanan, sebesar (16%) responden menyatakan kurang tersedia informasi tentang perikanan Hasil wawancara berkaitan dengan ketersediaan informasi, peneliti menyimpulkan bahwa: (1) jumlah informasi tentang perikanan masih dirasakan kurang oleh nelayan, (2) informasi yang ada hanya seputar surat ijin melaut, padahal informasi yang dibutuhkan nelayan adalah informasi informasi tentang cara menjaga mutu hasil produksi tangkapan, dan informasi tentang harga ikan dipasaran. Hal ini harus mendapat prioritas utama untuk meningkatkan usaha nelayan, karena semakin beragam informasi tentang perikanan, dan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan nelayan, maka akan meningkatkan usaha nelayan.
Hasil Dan Pembahasan 1. Faktor Internal Nelayan Karakteristik internal nelayan dalam penelitian ini yang diduga berhubungan dengan motivasi kerja, yaitu: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) jumlah tanggungan keluarga, (4) pengalaman berusahatani, (5) pendapatan nelayan. Tabel 1 menunjukkan karakteristik internal nelayan
Akses Terhadap Informasi Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68%) menyatakan bahwa cukup mudah dalam mengakses informasi perikanan. Hasil wawancara terhadap tokoh-tokoh masyarakat, di lokasi penelitian ditemukan akses terhadap informasi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: (1) nelayan mendapatkan informasi tentang perikanan terbanyak berasal nelayan satu kepada nelayan yang lain (dari mulut ke mulut) (2) nelayan juga mendapatkan informasi berasal dari penyuluh, nelayan merasa materi yang disampaikan penyuluh mudah dimengerti tetapi nelayan hanya sebagai penerima informasi fasif, artinya hanya menerima informasi yang
Tabel 1 Faktor Internal Nelayan No
Karakteristik Nelayan
(1) 1
(2) Ketersediaan informasi (X2.1) Akses terhadap informasi (X2.2) Kekosmopolitan (X2.3) Intensitas penyuluhan (X2.4) Permintaan pasar (X2.5) Kemudahan fasilitas (X2.6)
2 3 4 5 6
Jumlah Jiwa % (3) (4) 84 84 68
68
80
80
80
80
89
89
94
94
[ 23 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 masuk ke dalam sistem sosialnya, dan kurang mencari informasi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan usahanya. Nelayan yang kurang aktif mencari informasi tentang usahanya biasanya kurang inovatif.
dalam operasi penangkapan di laut, yang sedikit banyaknya mengurangi kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.
Kekosmopolitan
Responden sebesar (89%) cukup memperhatikan permintaan pasar. Permintaan pasar tidak selalu terpenuhi di sebabkan: (1) tidak adanya kepastian harga yang tetap dari ikan-ikan yang di tangkap, (2) ikan yang di peroleh tidak selamanya akan mereka peroleh tergantung dari musim ikan.
Permintaan Pasar
Sebesar (80%) responden menyatakan cukup sering mencari informasi perikanan di luar sistem sosialnya. Intensitas responden mencari informasi di dalam sistem sosialnya, menyebabkan nelayan bersifat lokalit. Sifat lokalit ini di sebabkan karena nelayan menggantungkan hidupnya kepada juragan (pemilik kapal). Ketergantungan ini disebabkan jumlah pemilik kapal lebih sedikit dari pada nelayan yang membutuhkan pekerjaan. Nelayan memelihara hubungan baik dengan juragan. Sifat ini akan menghambat usaha untuk meningkatkan usaha nelayan menjadi maju.
Kemudahan Fasilitas Responden sebesar (94%) cukup mendapat kemudahan fasilitas. Nelayan beranggapan bahwa kapal motor/perahu dan alat tangkap yang mereka gunakan tidak ubahnya seperti rumah tangga sewaktu berada di darat, disebut pekarangan. Pekarangan yang di maksudkan sebagai tempat untuk mendapatkan sumber kehidupan maka sebagaimana layaknya pekarangan maka semua peralatan yang ada di atas kapal di pelihara dan di jaga keamanannnya yang dapat memberikan kehidupan bagi pemilik dan penggunanya.
Intensitas Penyuluhan Hasil analisis menunjukkan bahwa (80%) responden menyatakan jarang mengikuti penyuluhan. Penyebab nelayan jarang mengikuti penyuluhan adalah: (1) responden kesehariannya berada di laut, (2) responden merasa materi yang disampaikan penyuluh hanya untuk orang-orang tertentu saja. Operasi penangkapan ikan berpengaruh terhadap partisipasi nelayan dalam berbagai kegiaatan, khususnya kegiatan penyuluhan. Hal ini menyangkut kesempatan yang berkenaan dengan waktu untuk berperan serta dalam keorganisasian nelayan ataupun kegiatan lain yang menyangkut bimbingan penyuluhan. Nelayan yang berstatus melaut lebih tersita waktunya
Menemukan Motivasi Anggota Rumahtangga Nelayan Turut Berperan Serta dalam Kegiatan Ekonomi Keluarga. Pekerjaan penangkapan ikan di Muara Angke hanya di lakukan oleh penduduk laki-laki, sedangkan perempuan dan anak-anak hanya melakukan pekerjaan lain yang menangani hasil tangkapan. Rumahtangga nelayan suami, istri, dan anak-anak usia sekolah memiliki
[ 24 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
penangkapan ikan. Pekerjaan ini belum di hargai dengan uang dan tidak dihiraukan oleh juragan bahkan keterampilan ini merupakan syarat bagi nelayan dalam memperbaiki jaring yang rusak. Istri nelayan dari ragam lapisan sosial (dari alat tangkap yang digunakan) terlibat dalam kegiatan ekonomi di luar rumah tangga dan memiliki bermacam-macam motivasi. Istri nelayan terlibat dalam kegiatan ekonomi di luar rumah tangganya terdorong oleh desakan kebutuhan keluarga karena penghasilan suaminya sebagai nelayan tidak mencukupi. Sekitar 27 % istri nelayan yang mempunyai kegiatan ekonomi di luar rumahtangga sebagai buruh tidak tetap pada usaha pengeringan ikan. Kegiatan istri nelayan ini tidak secara langsung mendatangkan penghasilan bagi keluarga, namun peran serta istri para nelayan ini dapat menunjang kelancaran usaha tangkap ikan. Anak-anak usia sekolah, baik lakilaki maupun perempuan dapat berperan serta dalam usaha perikanan. Anak lakilaki pada usia sekitar 14 tahun sudah di persiapkan oleh orang tuanya untuk mengenal lebih jauh mengenai pekerjaan menangkap ikan, hal ini dilakukan sebagai proses sosialisasi keluarga nelayan, terpatri di benak juragan apabila mereka meninggal maka anak laki-laki mereka dapat melanjutkan usaha tangkap ikannya. Berbeda dengan nelayan pekerja, anak laki-laki maupun anak perempuan tidak secara sengaja terlibat dalam kegiatan yang memberi penghasilan tambahan bagi orang tua. Anak-anak secara berkelompok sekitar 4-5 orang menawarkan jasa kepada juragan yang baru mendaratkan kapalnya untuk membantu mengangkat ikan dari palkah ke keranjang-keranjang ikan untuk di angkut ke TPI. Imbalan
kesempatan untuk berperan serta dalam kegiatan ekonomis dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Nelayan berangkat menuju daerah penangkapan sekitar petang hari untuk kembali lagi menjelang pagi hari dengan membawa hasil tangkapan. Kegiatan nelayan dalam ”trip penagkapan” dapat digambarkan sebagai berikut. Pada umumnya nelayan mempersiapkan segala kebutuhan bekal selama waktu penangkapan menjelang pukul 1.30 dini hari. Meskipun hari masih gelap ditepian kali dimana perahu mesin ditambatkan, terlihat beberapa rombongan bersiap-siap bertolak ke laut menuju daerah penangkapan. Alat tangkap payang biasanya mereka kembali ke daratan pada pukul 13.00 siang. Nelayan yang bekerja pada alat tangkap Gillnet berangkat menuju daerah penangkapan pada sore hari sekitar pukul 17.00. Nelayan mempersiapkan segala kebutuhan bekal selama di laut menjelang pukul 15.00. Seluruh keadaan kapal (mesin) di periksa untuk menghindari kematian kapal yang mendadak di tengah laut. Nelayan mempersiapkan bekal untuk sebulan lamanya. Nelayan bertolak ke laut menuju daerah penangkapan. Kapal penangkapan ikan ini di perlengkapi dengan mesin pendingin untuk menyimpan ikan hasil tangkapan. Setelah sebulan berada di laut maka mereka kembali ke darat untuk menjual hasil tangkapan yang di peroleh. Nelayan beristirahat dan berkumpul bersama dengan keluarga hanya 4-5 hari saja setelah itu kembali ke laut untuk sebulan lamanya. Nelayan memiliki keterampilan merajut dan memperbaiki jaring pada umumnya. Pekerjaan ini dilakukan selagi tidak ke laut atau sedang dalam perjalanan menuju daerah
[ 25 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (68%) responden merasa cukup termotivasi oleh kebutuhan rasa aman/keselamatan, seperti: menabung, dan asuransi. Responden cukup termotivasi oleh alasan kebutuhan sosial (relatedness), yaitu kebutuhan untuk bermasyarakat bergaul sesama anggota sistem sosial yang lain sebesar (88%), data ini menunjukkan bahwa kebutuhan berafiliasi, sayang-menyanyangi sesama anggota masyarakat cukup mendorong nelayan. Aspek kebutuhan akan penghargaan (growth need), terdapat (81%) responden yang merasa cukup termotivasi oleh kebutuhan penghargaan, data ini menunjukkan kebutuhan berkembang cukup mendorong nelayan untuk maju tetapi kebutuhan akan penghargaan ini perlu ditingkatkan untuk mendorong nelayan menjadi nelayan yang maju. Responden sebesar (86%) memiliki keinginan untuk berprestasi yaitu meningkatkan usahanya lebih baik dari keadaan sekarang. Niat untuk selalu melakukan pekerjaan dengan giat dan bersungguh-sungguh, niat untuk selalu bekerja dengan mutu hasil kerja yang terbaik, dan niat untuk selalu mencapai tatanan kerja secara efisien dan efektif. Penelitian di dukung oleh pendapatnya Maslow, (1987) bahwa masyarakat yang memiliki n-Ach tinggi akan menghasilkan wiraswasta yang lebih giat, dan akan menghasilkan pembangunan ekonomi lebih pesat.
atas jasa anak-anak ini di beri dengan 10 ikan. Ikan-ikan yang di peroleh ini kemudian di jual kepada bakul ikan. Uang hasil penjualan ikan sebagai uang saku yaitu 3000-5000. Uang yang di peroleh digunakan untuk membeli makanan. Ikan yang di peroleh bisa juga tidak di jual tetapi di bawa pulang ke rumah untuk konsumsi keluarga. Motivasi merupakan dorongan dari diri nelayan untuk berusaha, baik dorongan yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Motivasi intrinsik responden ini dapat ditelusuri dari berbagai aspek, yaitu: (1) aspek kebutuhan dasar (exixtence needs), (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial (relatedness needs), (4) kebutuhan akan penghargaan (growth needs), dan (5) kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach). Motivasi kerja nelayan intrinsik dan ekstrinsik dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2 Motivasi Kerja Nelayan No
Karakteristik Nelayan
Motivasi Intrinsik Kebutuhan Dasar (X3.1) 2 Akses terhadap informasi (X3.2) 3 Kekosmopolitan (X3.3) 4 Intensitas penyuluhan (X3.4) 5 Permintaan pasar (X3.5) Motivasi Ekstrinsik (X3.6) 1
Jumlah Jiwa % (3) (4) 82 82 68
68
88
88
81
81
86
86
77
77
Motivasi Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (82%) responden merasa cukup termotivasi oleh kebutuhan dasar, seperti: makan, minum, pakaian, perumahan dan kesehatan.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri nelayan bersifat menekan, sehingga nelayan meningkatkan usahanya. Hasil penelitian diperoleh sebesar (77%)
[ 26 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 merasa cukup termotivasi karena tekanan dari faktor-faktor diluar diri mereka.. Hal-hal yang menekan nelayan, yaitu: (1) permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan-ikan tertentu bisa mencapai Rp. 50.000/Kg, (2) peluang untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar, (3) kemudahan memperoleh saprodi, (4) harga saprodi yang dapat terjangkau nelayan.
Perilaku nelayan dalam memanfaatkan pelabuhan perikanan
Perilaku Nelayan
Perilaku nelayan dalam bagi hasil
Perilaku nelayan yang dianalisis dari aspek-aspek sebagai berikut: (1) perilaku dalam memanfaatkan pelabuhan perikanan, (2) perilaku dalam bagi hasil, (3) perilaku dalam menjalin kerjasama dalam kelompok, dan (4) perilaku nelayan pada koperasi perikanan. Tabel 3 menunjukkan perilaku nelayan. Tabel 3 Perilaku Nelayan No Karakteristik Jumlah Nelayan Jiwa % (1) (2) (3) (4) 1 Perilaku dalam 89 89 memanfaatkan pelabuhan perikanan (Y1.1)
Pada umumnya dapat di katakan bahwa upah kerja dengan sistem bagi hasil merupakan bentuk hubungan kerja yang paling banyak di pakai di Indonesia. Sistem ini tidak hanya berlaku dalam usaha perikanan antara majikan pemilik unit penangkapan dan nelayan yang menjadi awak kapal (perahu), melainkan berlaku juga di antara pemilik tanah dan petani penggarap. Hasil penelitian diperoleh sebesar (88%) responden cukup puas terhadap bagi hasil yang ada. Sistem bagi hasil yang ada di tempat penelitian belum sesuai dengan sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh pemerintah tetapi kenyataanya nelayan tidak keberatan dengan sistem bagi hasil tersebut karena kepatuhan dan rasa hutang budi pada juragan membuat tidak mempedulikan sistem bagi hasil. Berapapun hasil yang di dapat selalu di terima dengan lapang dada. Bagi hasil yang berlaku di daerah penelitian berdasarkan kekuatan pasar yang berlaku sedangkan menurut UU No 16 tahun 1964 sistem bagi hasil berdasarkan campur tangan pemerintah untuk melindungi kepentingan para nelayan. Menurut kekuatan pasar yang berlaku di daerah penelitian nelayan menerima 50% dari
2
Perilaku dalam bagi hasil (Y1.2)
88
88
3
Perilaku dalam menjalin kerjasama dalam kelompok (Y1.3)
78
78
4
Perilaku pada koperasi perikanan (Y1.4)
48
48
Tabel 3 menggambarkan perilaku nelayan, sebesar (89%) responden cukup memanfaatkan pelabuhan perikanan. Nelayan belum memanfaatkan pelabuhan perikanan yang tersedia secara optimal karena nelayan berpendapat bahwa pelabuhan tempat untuk beristirahat.
[ 27 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
diberikan kepada nelayan dalam bentuk motor atau alat tangkap. Kebijaksanaan kredit bertujuan untuk meningkatkatkan usaha nelayan serta menjaga kelangsungan dan pengembangan usahanya, dengan bantuan fasilitas usaha melalui pemberian kredit diharapkan dapat menambah pendapatan nelayan. Pemberian kredit modal usaha bagi nelayan memberikan partisipasinya terhadap berbagai kegiatan pembinaan bagi nelayan dalam mewujudkan peranan PPI baik menyangkut kegiatan Tempat Pelelangan Ikan maupun kegiatan bimbingan dalam rangka pembinaan dan pengembangan bagi nelayan. Koperasi yang ada di tempat penelitian belum dapat menggantikan peranan juragan/tengkulak yang masih dominan dan mengendalikan usaha perikanan bagi nelayan. Golongan nelayan hanya memiliki tenaga kerja saja dan masih belum terjangkau oleh program pemerintah. Kelompok penerima kredit terdiri atas ketua kelompok (penerima kredit) dan dua orang nelayan yang baru. Dua anggota kelompok penerima kredit tetap bekerja pada perahu milik juragan.
hasil bersih (produksi total di kurangi dengan biaya operasi penangkapan dan 50% lainnya di terima oleh juragan). Undang-Undang Bagi Hasil (UUBH) Perikanan yang telah di sahkan secara tegas menyatakan bahwa seluruh biaya pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal menjadi tanggung jawab pemilik. Ongkos perbekalan selama di laut, ongkos sedekah laut di pikul bersama oleh pemilik dan nelayan pekerja. Perilaku nelayan dalam kerjasama dalam kelompok
menjalin
Responden menyatakan terlibat dalam suatu kelompok sebesar (78%). Hubungan kerjasama dalam kelompok terjadi karena keseharian nelayan berada pada kelompok yang sama yaitu kelompok sesama nelayan. Susah dan duka di jalani bersama. Kerjasama dalam kelompok di luar dari kelompok nelayan (kelompok di darat) masih rendah, hal ini disebabkan karena nelayan berada di laut. Istri nelayan banyak terlibat pada kelompok yang berada di darat. Partisipasi perikanan
nelayan
pada
koperasi
Hubungan Faktor Internal dengan Motivasi
Responden sebesar (67%) telah menjadi anggota koperasi. Responden yang turut serta di koperasi sebagai upaya untuk menjaga harga ikan agar tetap sesuai dengan usaha mereka. Harga ikan masih dimonopoli oleh pedagang dan pemodal. Bantuan fasilitas nonfisik dari pemerintah berupa pemasaran hasil tangkapan ikan di TPI, bimbingan /pengarahan bagi nelayan. Bantuan fasilitas usaha dari pemerintah berupa pemberian kredit modal usaha baik yang di sebut kredit investasi kecil,
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri nelayan yang berhubungan dengan motivasi kerja nelayan terdiri atas lima peubah, yaitu: umur, pendidikan formal, pengalaman berusaha, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan nelayan. Satu peubah berhubungan negatif sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan, yakni jumlah tanggungan keluarga. Meningkatkan motivasi kerja nelayan terhadap faktor internal yang
[ 28 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
tentang usaha perikanan cukup tersedia, nelayan mampu mengakses informasi, nelayan berusaha mencari ide-ide baru diluar lingkungan, nelayan mengikuti kegiatan penyuluhan dan fasilitas yang memadai di sediakan selama melaut. Ketersediaan informasi berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan pada kebutuhan dasar, kebutuhan bersosialisasi, dan kebutuhan akan penghargaan. Motivasi kerja nelayan meningkat terhadap ketersediaan informasi akan mempengaruhi pemenuhan hidup keluarga. Akses terhadap informasi berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan pada kebutuhan rasa aman dan kebutuhan berkembang. Tingkat akses terhadap informasi. Hubungan antara tingkat ketersediaan informasi dan akses terhadap informasi bahwa informasi tentang usaha perikanan tersedia, tetapi nelayan tidak mengaksesnya. Informasi yang ada belum dirasa penting dan dibutuhkan oleh nelayan. Mereka merasa belum cukup terdorong untuk mengakses informasi karena nelayan beranggapan informasi tersebut tidak menghasilkan uang. Akses terhadap informasi berhubungan sangat nyata pada kebutuhan berprestasi, artinya informasi yang nelayan peroleh akan mampu mewujudkan diri mereka kepada usaha yang lebih maju. Nelayan yang memiliki akses akan mampu untuk mengembangkan diri. Sifat kekosmopolitan nelayan berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan pada tingkat kebutuhan berkembang, kebutuhan berprestasi dan motivasi ekstrinsik. Nelayan bergaul mencari informasi tentang usaha perikanan di luar sistem sosialnya akan meningkatkan usahanya
terutama adalah umur. Nelayan yang melaut memiliki umur yang produktif dengan kemampuan fisik yang baik. Kondisi fisik yang baik membuat nelayan dapat melakukan kegiatan secara optimal dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Umur berhubungan nyata dengan motivasi kerja dengan kebutuhan rasa aman, dengan kebutuhan sosial, artinya semakin tua usia nelayan maka kebutuhannya cenderung kepada kebutuhan rasa aman. Fenomena tersebut dapat dipahami karena semakin tua nelayan semakin kuatlah mempertahankan keyakinan dan budaya yang telah berlaku dan semakin mudah nelayan untuk bersosialisasi. Pengalaman berusaha tidak menentukan tinggi rendahnya motivasi kerja nelayan, pada sisi lain terdapat hubungan nyata dengan kebutuhan berprestasi dan motivasi ekstrinsik, artinya semakin lama pengalamannya maka akan semakin tinggi motivasi kerjanya untuk berprestasi. Jumlah tanggungan keluarga nelayan dengan peubah motivasi kerja nelayan terdapat hubungan negatif nyata pada kebutuhan berprestasi, artinya semakin banyak jumlah tanggungan nelayan maka akan semakin sulit untuk berprestasi karena nelayan memusatkan diri pada tanggungan keluarga yang ada. Hubungan Faktor Eksternal dengan Motivasi Kerja Nelayan Faktor eksternal nelayan yang berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan adalah sumber informasi, ketersediaan informasi, dan sifat kekosmopolitan. Motivasi kerja nelayan meningkat jika informasi yang di peroleh nelayan
[ 29 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
1. Karakteristik (faktor internal dan eksternal) nelayan tergolong baik dan mendukung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga 2. Kebutuhan hidup keluarga melahirkan motivasi. Motivasi kerja nelayan cenderung kepada kebutuhan dasar 3. Karakteristik (faktor internal dan eksternal) nelayan berpengaruh terhadap motivasi kerja nelayan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga 4. Hubungan karakteristik nelayan dengan perilaku nelayan didasarkan atas adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan didasarkan oleh rasa suka antara nelayan dan juragan 5. Hubungan antara motivasi kerja dengan perilaku nelayan kategori baik, semakin tinggi motivasi kerja nelayan maka perilaku nelayan semakin baik untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
dan nelayan akan mampu untuk mengemukakan pendapatnya sehingga usaha yang nelayan kerjakan akan membuahkan hasil, menjadi nelayan pemilik kapal (juragan). Intensitas penyuluhan berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan pada kebutuhan akan penghargaan, pada kebutuhan berprestasi dan pada motivasi ekstrinsik. Penyuluh merasa informasi yang disampaikan sangat diperlukan oleh nelayan dan sesuai dengan kebutuhan nelayan, sehingga nelayan sering untuk mengikuti kegiatan penyuluhan. Nelayan yang mengikuti penyuluhan secara terataur akan mampu mengembangkan diri dan usahanya menjadi lebih baik lagi. Permintaan pasar berhubungan sangat nyata dengan motivasi kerja nelayan pada kebutuhan rasa aman dan pada kebutuhan akan penghargaan, semakin tinggi motivasi kerja nelayan untuk berusaha, maka akan meningkatkan orientasi nelayan pada pasar, perhatian nelayan pada harga, dan jumlah produksi. Kemudahan fasilitas berhubungan sangat nyata dengan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan akan penghargaan. Semakin lengkap fasilitas yang disediakan baik fasilitas untuk sehari-hari maupun fasilitas tangkapan ikan menyebabkan semakin tinggi pula motivasi kerja pada diri nelayan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, bergaul antar sesama nelayan, dan mengemukakan pendapat.
Saran Dalam rangka melindungi nelayan dari dominasi juragan kapal disarankan agar : 1. Agar nelayan di perlakukan secara adil dalam proses bagi hasil sehingga pemenuhan kebutuhan dasarnya terpenuhi maka Pemerintah menetapkan kebijakan dimana upah minimum pekerja ditetapkan secara bertanggung jawab oleh para pengusaha perikanan. 2. Untuk meminimalisasikan (mengurangi) eksploitasi ekonomi pengusaha perikanan terhadap nelayan, pemerintah harus selalu mengawasi hak-hak pekerja sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku.
Simpulan Dan Saran Simpulan Dari keseluruhan pembahasan penelitian ini, ada beberapa kesimpulan yaitu:
[ 30 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013
Konsepsi Benua Maritim Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta: Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II.
3. Pemerintah agar lebih meningkatkan fungsi koperasi perikanan yang di kelolah oleh masyarakat nelayan 4. Usaha membina kemampuan nelayan dalam menggelola usaha mereka dengan pemberian bantuan kredit. Penambahan secara kuantitas dan kualitas tenagatenaga penyuluh akan memberikan dampak positif bagi nelayan dalam mengadopsi teknologi baru dan penggelolaan usaha nelayan yang lebih baik.
Sukadi M. F. 1998. Penelitian Perikanan Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Kelautan dan Perikanan. Wijaya A. W. 1986. Peranan Motivasi dalam Kepemimpinan. Jakarta: Akademia Presindo.
Daftar Pustaka Anwar A. 1994. Masalah Ekonomi Perikanan dan Kelembagaan Penggelolaan Sumberdaya Bahari. Jakarta: Rineka Cipta. Direktur Jendral Perikanan. 1997. Pelabuhan Perikanan Sebagai Basis Usaha di Daerah Perikanan. Jakarta. Direktur Jendral Perikanan. 1998. Statistik Perikanan Indonesia. Jakarta. Maslow A. H. 1994. Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Nikijuluw V. P. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R). Purnamasari E. 2003. Strategi Rumah Tangga Nelayan dalam Menanggulangi Kemiskinan. Frontir. Universitas Mulawarman. Setyohadi. 1997. Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pemberdayaan Sumberdaya Perikanan sebagai Perwujudan
[ 31 ]