STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012
Pengaruh Perlakuan Interaksi Antara Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair Bio Exstrim Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Nurhayati 1) 1)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Quality
ABSTRACT From the results of research and testing based on statistical data can be concluded as follows: 1. Compound Liquid Fertilizer Dose on Biological real influence on plant height 4 MST, the weight of tuber per sample, the weight of tubers per plot at a dose of P2 which is 10 ml / L of water, but no real effect on Plant Height, Number of main stems per sample, number of tubers per sample, the number of tubers per plot, and Classification Bulbs Class A, B, C and D. 2. Interval Biological Compound Liquid Fertilizer give real effect to the Higher Plants 4 MST, Bulbs Per Sample Weight, Weight Bulbs Per Plot on the A2 interval at planting and 20 days, but no real influence on Higher Plants, Number of Trunk Main Per sample, the number of tubers per sample, number of tubers per plot and Classification Bulbs Class A, B, C and D. 3. Interaction between dose treatment with Interval Giving Liquid Compound Fertilizer Biological give real effect to the classification of class B bulbs but no real effect on Plant Height, Number of Samples Per Trunk Main, Number of tubers per sample, number of tubers per plot, weight of tubers per sample, Weight Bulbs tubers per plot and Classification of Class A, C and D. 4. Providing High Production Compound Liquid Fertilizer on Biological Treatment dose of 10 ml / L of water and the interval time of planting and the provision of 20 days (P2A2) = 13.93 tons / ha. Keywords : Dose, Liquid Fertilizer, Interval, Potato Pendahuluan Negara Belanda pada tahun 1890, kulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. Kelemahan kentang ini adalah peka terhadap penyakit busuk daun dan virus Y, dan peka terhadap layu (Soelarso, 1997). Kelemahan para petani kentang di Indonesia adalah pemborosan biaya produksi terutama untuk pembelian pupuk anorganik (Setiadi dan Surya Fitri N, 1993). Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura penting di Indonesia yang diusahakan secara komersial terutama di daerah dataran tinggi. Kentang berasal dari Negara beriklim dingin (Belanda, Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia (Pengalengan, Lembang, Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini merupakan hasil seleksi di
[7]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012
1. Untuk mendapatkan Dosis Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang. 2. Untuk mengetahui Interval Pemberian yang sesuai bagi Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang. 3. Untuk mengetahui Interaksi Dosis dan Pemberian Pupuk Hayati Majemuk dan Interval Pemberian Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang.
peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi lebih cepat mengeras, kurang mampu menyerap air, dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Indrakusuma, 2000). Berdasarkan pada uraian diatas maka timbullah niat penulis untuk melakukan penelitian tentang “ Respon Dosis Dan interval Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) ”. Manfaat Pupuk Hayati Majemuk Cair Memperbaiki struktur tanah dengan cara menambah secara extrim jumlah penambat N, pelarut P, K dan hara lainnya. 1. Meningkatkan kadar hara makro dan mikro secara alami dengan ekstra cepat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan lingkungan. 2. Menghasilkan fitohormon / zat perangsang tumbuh berbahan dengan alami. 3. Memacu percepatan proses keluarnya akar, pertumbuhan, pembungaan, dan pembuahan secara ekstrim tapi tetap alami. 4. berbahan organik, sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi (Anonim, 2008). 5. Menekan tingkat kesibukan, biaya produksi, dan meningkatkan hasil produksi secara ekstrim. 6. Menjaga kelestarian lahan pertanian karena memakai bahan organik sehingga ketergantungan terhadap pupuk kimia diminimalkan. 7. Memberikan apresiasi kepada yang mengkonsumsi hasil pertanian karena Penelitian ini bertujuan ;
Bahan Dan Metode Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Quality Kabanjahe, dengan ketinggian ± 1.200 m dari atas permukaan laut. Jenis tanah andosol dengan pH 5,5 – 6,0. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret – Juli 2010. Bahan dan Alat Bahan Penelitian - Bibit Kentang Varietas Granola Le - Pupuk Kandang Ayam yang telah matang dengan dosis 20 ton/Ha - Pupuk N dari urea dengan dosis 100 Kg/Ha - Pupuk P dari SP36 dengan dosis 650 Kg/Ha - Pupuk K dari KCl dengan dosis 250 Kg/H - Pupuk Hayati Majemuk Cair Bio Ekstrim - Fungisida : Dithane M-45,Antracol dengan dosis sesuai dengan label - Insektisida : Orthene,Drusban 20 EC dengan dosis sesuai dengan label - Nematisida : Curater dengan dosis 80 Kg/Ha - Perekat - Air
[8]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 Alat Penelitian - Cangkul - Tali Plastik - Bambu - Handsprayer - Cat - Triplek - dll
Berat Umbi / Sampel ( g) Garu Meteran Timbangan Gembor Kuas Alat Tulis Menulis
Berat umbi ditimbang pada saat panen dari tiap tanaman sample pada tiap perlakuan. Hasil Penelitian Tinggi Tanaman (cm)
Rancangan Percobaan
Data hasil pengamatan rataan tinggi tanaman dan sidik ragamnya pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) hingga 8 MST dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 8. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis dan interval pupuk hayati majemuk cair berbeda nyata pada umur 4 MST, serta interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kentang. Hasil pengujian beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh perlakuan dosis dan interval pupuk hayati majemuk cair, serta interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan,yaitu : - Faktor I : Dosis Pupuk Cair Bio Extrim dengan symbol “ P ” P0 = Kontrol P1 = 5 ml / Liter air P2 = 10 ml/ Liter air P3 = 15 ml/ Liter air - Faktor II : Interval Penyemprotan dengan symbol “A” A0 = Saat Tanam A1 = Saat Tanam dan 10 Hari Sekali A2 = Saat Tanam dan 20 Hari Sekali Parameter Yang Diamati Tinggi Tanaman ( cm ) Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah yang terlebih dahulu diberi stick pengukur sampai dengan ujung daun yang tertinggi. Pengukuran dimulai setelah tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, dengan interval waktu pengukuran 14 hari sampai dengan umur tanaman 75 hst.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan dosis dan interval serta interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair terhadap tinggi tanaman (cm)
Jumlah Batang Utama / Sampel
Perlakuan PO P1 P2 P3 AO A1 A2 POAO POA1 POA2 P1AO
Yang dihitung adalah jumlah batang yang muncul diatas permukaan tanah. Waktunya bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman. Jumlah Umbi Tanaman / Sampel Jumlah umbi per sample dihitung pada saat panen dari tanaman sample pada tiap perlakuan.
[9]
4 MST 26,1 29,7 33,6 32,6 28,4 31,2 31,9 23,0 27,3 28,0 28,9
6 MST 44,7 45,2 45,8 44,3 45,9 46,0 43,1 45,9 44,2 44,0 46,7
8 MST 53,0 53,8 56,9 54,5 54,3 55,5 53,9 53,7 51,6 53,6 53,5
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 P1A1 P1A2 P2AO P2A1 P2A2 P3AO P3A1 P3A2
31,7 28,5 31,4 32,4 37,1 30,3 33,4 34,17
47,2 41,8 45,2 47,6 44,5 45,8 44,9 42,2
55,7 52,4 54,9 58,8 57,1 55,1 56,0 52,5
Pada Tabel 2. terlihat bahwa 8 MST perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair tinggi menghasilkan tanaman tertinggi pada perlakuan P2 yaitu 56,9 cm berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P3. Perlakuan interval pupuk hayati majemuk cair menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan A1 yaitu 55,5 cm berbeda tidak nyata dengan perlakuan A0 dan A2. Perlakuan interaksi antara dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair menghasilkan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2A1 yaitu 58,8 cm berbeda tidak nyata dengan perlakuan interaksi lainnya. Berdasarkan Tabel 2. dapat dibuat grafik pertumbuhan tinggi tanaman 4 MST hingga 8 MST untuk berbagai dosis dan interval pupuk hayati majemuk cair seperti disajikan pada Gambar 1. dan Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada Berbagai Interval Pupuk Hayati Majemuk Cair pada umur 4 MST hingga 8 MST Jumlah Batang Utama Per Sampel (Buah) Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis, interval, dan interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah batang utama per sample tanaman kentang. Hasil pengujian beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh perlakuan dosis, interval, dan interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair terhadap jumlah batang utama per sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh perlakuan dosis, interval, dan interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair terhadap jumlah batang utama per sampel (buah) Perlakuan PO P1 P2 P3
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada berbagai Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair pada umur 4 MST hingga 8 MST
[ 10 ]
4 MST 3,7 3,2 3,6 3,8
6 MST 4,0 3,6 4,1 4,3
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 AO A1 A2
3,4 3,9 3,5
3,8 4,3 3,9
POAO POA1 POA2 P1AO P1A1 P1A2 P2AO P2A1 P2A2 P3AO P3A1 P3A2
3,2 4,2 3,8 3,5 3,4 2,9 3,3 3,6 3,9 3,7 4,3 3,3
3,4 4,7 3,9 3,7 3,8 3,3 3,9 3,8 4,5 4,1 4,8 4,0
Tabel 4. Pengaruh perlakuan dosis dan interval pupuk hayati majemuk cair terhadap jumlah umbi per sampel (knol) Perlakuan PO P1 P2 P3
AO 10,2 12,5 12,1 11,5
A1 9,4 9,6 12,0 12,5
A2 11,0 11,9 12,0 13,8
Rataan 10,2 11,3 12,0 12,6
Rataan
11,6
10,9
12,2
-
Pada Tabel 4. terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah umbi per sampel tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 12,6 biji berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2. Perlakuan interval pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah umbi per sampel tertinggi pada perlakuan A2 yaitu 12,2 knol berbeda tidak nyata dengan perlakuan A0 dan A1. Perlakuan interaksi antara dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan P3A2 yaitu 13,8 knol berbeda tidak nyata dengan perlakuan interaksi lainnya.
Pada Tabel 3. terlihat bahwa 6 MST perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah batang utama per sampel tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 4,3 buah berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2. Perlakuan interval pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah batang utama per sample tertinggi pada perlakuan A1 yaitu 4,3 buah berbeda tidak nyata dengan perlakuan A0 dan A2. Perlakuan interaksi antara dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah batang utama per sample tertinggi terdapat pada perlakuan P3A1 yaitu 4,8 buah berbeda tidak nyata dengan perlakuan interaksi lainnya.
Pembahasan Pengaruh Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang
Jumlah Umbi Per Sampel Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis, interval, dan interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per sampel tanaman kentang. Hasil pengujian beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pengaruh perlakuan dosis, interval, dan interaksi perlakuan dosis dengan interval pupuk hayati majemuk cair terhadap jumlah umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 4.
Dari daftar sidik ragam dapat dilihat bahwa Perlakuan Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair berpengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman 4 MST, Berat Umbi Per Sampel, Berat Umbi Per Plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Batang Utama Per Sampel, Jumlah Umbi Per Sampel. Pada Tabel 2. terlihat bahwa 8 MST , perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan
[ 11 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012
Pada tabel 6. terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan berat umbi per sampel tertinggi pada perlakuan P2 yaitu 850,6 g berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P1 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2. Pada tabel 7. terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan berat umbi per plot tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 11.287,8 g berbeda nyata dengan perlakuan P0 tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 dan P2. Pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh nyata terhadap berat umbi. Pengaruh ini disebabkan adanya perbaikan sifat fisik dan kimia tanah oleh kerja pupuk organik cair. Unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair menghasilkan pengaruh yang komplek terhadap pembentukan dan produksi karbohidrat. (Poerwowidodo, 1992) Hal ini sesuai dengan pendapat subhan (1990) yang mengatakan bahwa produksi umbi kentang juga dipengaruhi oleh kandungan kalium yang dapat mengakibatkan proses metabolisme tanaman berjalan dengan lancar, demikian juga proses metabolisme tanaman berjalan dengan lancar, demikian juga proses fotosintesis sehingga akan mampu membentuk umbi besar karena penyerapan air dan hara yang lebih baik dan translokasi zat hara lebih lancar. Oleh Anonim (2007) dan Longman, B (1989) dalam Salisbury and Ross (1995) mengatakan bahwa peningkatan biomassa umbi dipengaruhi oleh banyaknya absorpsi air dan penimbunan hasil fotosintesis. Perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair berpengaruh nyata terhadap berat umbi per plot. Hal ini
tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan P2 yaitu 56,9 cm berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P3. Pemberian pupuk organik dengan berbagai dosis yaitu 0 ml/L, 5 ml/L, 10 ml/L, dan 15 ml/L terhadap parameter tinggi tanaman memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Pemberian pupuk organik cair yang mengandung unsur N, P, K, Mg dan Ca akan menyebabkan terpacunya sintesis dan pembelahan dinding sel secara antiklinal sehingga akan mempercepat pertambahan tinggi tanaman. (Anonim, 2007) Dengan semakin tingginya Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair diberikan sampai batas tertentu maka semakin tinggi pula tinggi tanaman, meningkatnya tinggi tanaman akibat peningkatan Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair Bio Extrim. Hal ini diduga karena unsur hara P lebih berperan ke arah pertumbuhan tinggi tanaman. Pada tabel 4. terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah umbi per sampel tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 12,6 knol berbeda tidak nyata dengan perlakuan Po, P1 dan P2. Pada tabel 5. terlihat bahwa perlakuan dosis pupuk hayati majemuk cair menghasilkan jumlah umbi per plot tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 50,3 knol berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1, dan P2. Pemberian pupuk organik cair memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Jumlah umbi yang terbentuk merupakan respon dari ukuran bibit yang digunakan. Umbi bibit yang berukuran kecil dan seberat 30 gram dalam perkembangannya akan menghasilkan umbi yang berukuran besar dengan jumlah sedikit. Permukaan umbi dan jumlah mata tunas akan mempengaruhi jumlah umbi yang terbanyak. ( Fisher, 1992 )
[ 12 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012
lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Dijelaskan oleh Sutejo dan Kartasapoetra (1995) bahwa kebutuhan tanaman akan bermacam-macam unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangannya adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Sehingga dalam hal pemupukan, sebaiknya diberikan pada waktu/saat tanaman memerlukan unsur hara secara intensif agar pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung dengan baik.
disebabkan karena pada P2 kebutuhan hara untuk berat umbi per plot telah terpenuhi secara optimal (Rinsema,1986) sedangkan pada P0 tanaman kekurangan unsur hara sehingga proses Fotosintesis menjadi berkurang dan keadaan ini menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman kentang menjadi rendah. (Lubis,1986) Adanya pengaruh tidak nyata diduga sebagai akibat faktor genetik tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Hartman and Kestler (1987) yang menyatakan bahwa umur berbunga, jumlah batang utama, umur panen dipengaruhi oleh faktor genetik.
Pengaruh Interaksi antara Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang
Pengaruh Waktu Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang
Dari data yang telah diolah secara statistik dapat dilihat bahwa Perlakuan Interaksi antara Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair Bio Exstrim berpengaruh nyata terhadap Klasifikasi umbi klas tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Batang Utama Per Sampel, Jumlah Umbi Per Sampel, Jumlah Umbi Per Plot, Berat umbi per Sampel, Berat umbi per Plot dan Persentase Umbi Klas A, C, dan D. Adanya pengaruh nyata disebabkan karena tanaman kentang memiliki respon positif terhadap pemupukan (Sarief,1985). Sedangkan adanya perbedaan tidak nyata disebabkan perlakuan interaksi tersebut bekerja masing-masing. Selanjutnya dinyatakan oleh Stell dan torrie (1991), bahwa bila pengaruh interaksi berbeda tidak nyata maka disimpulkan bahwa diantara faktor perlakuan tersebut bertindak bebas satu sama lainnya.
Dari daftar sidik ragam dapat dilihat bahwa Perlakuan Waktu Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair berpengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman 4 MST, Berat Umbi Per Sampel, Berat Umbi Per Plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Batang Utama Per Sampel, Jumlah Umbi Per Sampel, Jumlah Umbi Per Plot, dan Persentase Klas A,B,C dan D. Pengaruh interval pemberian pupuk hayati majemuk cair tidak berpengaruh nyata hampir pada setiap parameter kecuali berat umbi per sampel dan berat umbi per plot. Hal ini disebabkan kadar N pada pupuk cair rendah dan hasil pemberian pupuk cair pada setiap perlakuan memiliki hasil yang tidak terlalu signifikan. Menurut Hanolo (1997) bahwa dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang
[ 13 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 Kesimpulan Dan Saran
Saran
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian disarankan untuk menggunakan perlakuan P2A2 (Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair 10 ml/L air serta Interval Pemberian saat tanam dan 10 hari sekali) menghasilkan 1007,5 g berat umbi per sampel. 2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perlakuan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman Kentang (Solanum tuberosum) pada tempat dan musim yang berbeda.
Dari hasil penelitian dan berdasarkan pengujian data secara statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dosis Pupuk Hayati Majemuk Cair memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST, berat umbi per sampel, berat umbi per plot pada dosis P2 yaitu 10 ml/L air, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Batang Utama Per Sampel, Jumlah Umbi Per Sampel, Jumlah Umbi Per Plot, dan Klasifikasi Umbi Klas A, B, C dan D. 2. Interval Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair memberikan pengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman 4 MST, Berat Umbi Per Sample, Berat Umbi Per Plot pada interval A2 yaitu saat tanam dan 20 hari sekali, tetapi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Batang Utama Per Sampel, Jumlah Umbi Per Sampel, Jumlah Umbi Per Plot dan Klasifikasi Umbi Klas A, B , C dan D. 3. Perlakuan Interaksi antara Dosis dengan Interval Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair memberikan pengaruh nyata terhadap klasifikasi umbi klas B tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Batang Utama Per Sampel, Jumlah umbi per Sampel, Jumlah umbi per plot, Berat Umbi Per Sampel, Berat Umbi Per Plot dan Klasifikasi Umbi Klas A, C dan D. 4. Produksi Tertinggi Pemberian Pupuk Hayati Majemuk Cair pada Perlakuan Dosis 10 ml/L air dan Interval Pemberian saat tanam dan 20 hari sekali (P2A2) = 13,93 Ton / Ha.
Daftar Pustaka Anonim. 2007. Pupuk dan Kesuburan Tanah. Departemen Pertanian Balai Informasi. Pertanian Ungaran. Anonimous. 2009. Brosur Pupuk Hayati Majemuk Cair Bio Extrim. CV. Bangkit Jaya Abadi. Bangun, M.K,1989. Rancangan Percobaan Fakultas Pertanian USU. Medan. Burton dan Hoker. 1983 : 1996 . The Potato, H.H Veenvar and Zoonen, N.V.Wageringer. Holland. Cahyono, B. 1996. Budidaya Intensif Tanaman Kentang. Anggrek. Solo. Deanon. 1967. Vegetable Production in South East Asia. University of The Philiphines Laguna. Philipphines. Fisher,N.M dan P.R.Goldsworthy. 1992.. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI-Press Jakarta. Hanolo,W.1997. Tanggapan Tanaman Selada dan Sawi terhadap Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Cair Stimulan.Jurnal Agrotropika 1(1):25-29
[ 14 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 Hartman and Kestler, 1987. Plant Propagation Principles and Practices. New Jersey.
Soelarso, B.P.1997. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Alam Lestari. PT.Surya Pratama Alam. Yogyakarta.
Soewito, D.s. 1990. Memanfaatkan Lahan : Bercocok Tanam Mentimun. Catatan I. CV.Titik Terang. Jakarta.
Lakitan,B.1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Cetakan I. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Setiadi dan Surya Fitri N. 2000. Kentang Varietas dan Pembudidayaan. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Lingga, 1994. Pupuk dan Pemupukan, Gramedia. Jakarta.
Setijo Pitojo. 2004. Penangkaran Benih Kentang. Kanisius. Yogyakarta.
Lubis, A.M.A.G. Amroh, M.A.Pulung, M.Y. Nyakpa, Nurhayati Hakim, 1986. Pupuk dan Pemupukan, Jurusan Ilmu Tanah.
Stell,R.G.D dan J.H.Torrie.1991. Prinsip dan Prosedur Statistika; Suatu Pendekatan Biometrik (Terjemahan oleh Bambang Sumantri). Gramedia. Jakarta
Permadi dkk, 1985. Memperbaiki Mutu Bibit Kentang. Jakarta. Poerwowidodo, 1992. Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Suandi N. Sumarni, Kusniadan Z, Abidi. 1985. Bercocok Tanam Kentang. Badan Penelitian Hortikultura Lembang.
Telaah Penerbit
Subhan,1990. Pengaruh Ukuran Umbi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Kultivar Granola. Lembaga Penelitian Hortikultura, Jakarta.
Prihmantoro, H. 1996. Memupuk Tanaman Buah. Cetakan I. Penerbit Swadaya. Jakarta. Rinsema,W., 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan, Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Sumarjono, H. 1975. Budidaya Kentang (Solanum tuberosum L.). PT.Soeroeng. Jl.Pacanoan. Jakarta.
Rukmana, R. 1997. Kentang Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta. Rukmana,R.2002. Usaha Tani Kentang di Dataran Medium. Kanisius. Yogyakarta.
Sutejo,M.M.&A.G.Kartasapoetra.1995 Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Longman,B,Salisbury,B.F. dan C.C.W Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.ITB. Bandung. Samadi, B. 1997. Usaha Tani Kentang, Kanisius. Yogyakarta. Sarief, 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
[ 15 ]