STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012
Manajemen Pembinaan Hutan Alam PT. Inhutani IV Di HPH Sijunjung Sumatera Barat Juliana Simbolon 1) 1)
Dosen Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Quality
ABSTRACT Activities are included in the guidance of natural forest PT.INHUTANI IV in HPH Sijunjung West Sumatra such as : 1. Clearing, Just Stand Inventory (ITT), Liberation of phase I (Et + 1) was less effective because it does not work entirely, so it needs quite a long period of time (approximately one year). Clearing ITT team must return again to clarify the boundaries of blocks and plots Measure (PU) which is not clear that all the plot lines will be more effective measurement and can be used by the team that followed, 2. Just Stand Inventory (ITT), ITT note that table based on PU size 20 x 20 m has no core tree (Meranti) then in the area ITT enrichment is not necessary, 3. Nursery; nurseries in the area there are 3 place in HPH Sijunjung, second place is the nursery, while place (place 01 and 02) and a fixed nursery (place 03) with major crops Meranti, 4. Planting Meranti, done to improve the spread of tree species and stand value Keywords : Natural forest, clearing, Just Stand Inventory (ITT), nursery Pendahuluan
Kegiatan perapihan merupakan kegiatan penataan ulang yang dimaksudkan untuk membenahi batasbatas petak atau blok yang rusak akibat kegiatan pemanenan sehingga memudahkan kegiatan pengecekan dan pengawasannya. Inventarisasi tegakan tinggal merupakan suatu kegiatan pencatatan dan pengukuran pohon dan permudaan alam pada suatu areal hutan yang didalamnya telah dilakukan kegiatan penebangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis pohon inti dan permudaan jenis komersial pengganti pohon inti pada tingkat pancang, tiang dan semai. Pembebasan tahap I merupakan kegiatan membebaskan tanaman inti dari tanaman pengganggu maupun tanaman komersial yang kurang menguntungkan dan dipandang menghambat pertumbuhan dari pohon komersial.
Kegiatan pembinaan hutan merupakan kegiatan yang sangat penting dan menentukan kelangsungan pengusahaan hutan. Dalam pengusahaan hutan, selain aspek ekonomi dan finansial, aspek kelestarian sumber (tegakan yang bernilai) juga harus diperhatikan baikbaik. Kegiatan yang dilaksanakan diharapkan dapat memperbaiki tegakan yang rusak setelah kegiatan logging adalah kegiatan pembinaan hutan ini. Dengan demikian diharapkan dimasa mendatang hutan akan mempunyai nilai yang sama dengan saat menjelang dilakukan pemanenan. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pembinaan hutan antara lain: 1. Perapihan, inventarisasi tegakan tinggal, pembebasan tahap I (Et + 1)
[ 16 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 Secara teknis kegiatan perapihan dilakukan, sesuai dengan aturan/ ketentuan di BKT. Akan tetapi didalam kenyataan dilapangan kegiatan perapihan jarang dilakukan, biasanya dalam 1 petak ukur hanya 1 ha saja yang dilakukan perapihan. Kegiatan perapihan yang biasa dilakukan di HPH Sijunjung hanya membersihkan lantai hutan dari semak belukar dan memperjelas batas petak.
2. Pengadaan bibit (Et + 2) Mempunyai sasaran menyiapkan bahan-bahan tanaman bagi kegiatan pengayaan dan rehabilitasi. Kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bibit ini adalah kegiatan persemaian. 3. Pengayaan dan rehabilitasi (Et + 3). Merupakan kegiatan penanaman pada areal bekas tebangan yang kurang dan mengandung permudaan dengan tujuan untuk memperbaiki komposisi jenis, penyebaran pohon dan meningkatkan nilai tegakan.
Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) -
Rumusan Masalah Bagaimanakah proses-proses serta tahapan manajemen pembinaan hutan alam PT. INHUTANI IV di HPH Sijunjung Sumatera Barat.
- Luas masing-masing petak kerja yang akan dilakukan kegiatan inventarisasi tegakan tinggal harus sama dengan luas petak yang telah dilakukan penebangan dua tahun sebelumnya dengan ukuran petak kerja 1 x 1 km ( dengan luas 100 ha).
Tujuan Penelitian Mengetahui dan mempelajari proses-proses serta tahapan manajemen kegiatan pembinaan hutan alam PT. INHUTANI IV di HPH Sijunjung Sumatera Barat.
- Kegiatan inventarisasi tegakan tinggal dilakukan dengan membuat jalur-jalur pengamatan secara sistematik dengan lebar jalur 20 m, yang didalamnya dibuatkan petak ukur sebagai berikut :
Metodologi Bahan dan alat 1. 2. 3. 4.
Inventarisasi tegakan tinggal dilakukan dalam tahun kedua setelah penebangan (Et + 2) pada seluruh blok atau petak kerja yang telah dilakukan kegiatan penebangan.
Peralatan kegiatan perapihan Peralatan kegiatan ITT Peralatan pembuatan persemaian Peralatan kegiatan pengayaan dan rehabilitasi
a. Pada petak ukur 20 x 20 m dilakukan pengamatan pengukuran dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah, jenis, diameter dan tingkat kerusakan. Penunjukan dan penandaan pohon inti hanya dilakukan pada jenis-jenis komersial yang baik dan sehat.
Cara Kerja Mengamati masing-masingkegiatan tersebut dengan seksama dan bilaperlu dapat menanyakan pada petugas.
b. Pada petak ukur 10 x 10 m dilakukan pengamatan dan pencatatan dan permudaan tingkat tiang, yang meliputi
Hasil Pengamatan Perapihan
[ 17 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 a. Memperbaiki atau memperjelas batas blok atau petak tebangan yang telah dibuat 4 tahun sebelumnya, dengan membuat jalur rintis selebar dua meter untuk batas blok dan satu meter untuk batas petak ITT.
jumlah dan jenis dari permudaan jenis komersial. c. Pada petak ukur 5 x 5 m dilakukan pengamatan dan pengamatan permudaan tingkat pancang, yang meliputi jumlah dan jenis dari permudaan jenis komersial.
b. Membuat jalur-jalur pengamatan dengan lebar 20 m dan diusahakan sesuai dengan jalur cruising yang telah dibuat sebelumnya, dengan diberi nomer urut 1- 50 dari masingmasing petak kerja. c. Batas tanda jalur ITT diberi tanda biru. - Pengamatan ITT
d. Pada petak ukur 2 x 2 m dilakukan pengamatan, pencatatan permudaan tingkat semai, yang meliputi jumlah dan jenis dari permudaan jenis komersial. - Regu kerja pelaksanaan ITT 1. 1 orang ketua regu merangkap sebagai pencatat 2. 1 orang pemegang kompas 3. 2 orang pembuat jalur 4. 2 orang pemberi tanda 5. 1 orang pemegang tali 6. 1 orang pengenal pohon 7. 1 orang pembantu umum - Peralatan a. Peta kerja skala 1 : 25.000, 1 : 20.000, atau 1 : 10.000 b. Buku lapangan, alat ukur, tally sheet c. Kompas d. Parang dan tali plastik e. Kuas dan cat f. Alat tulis
Gambar 1. PU 20 x 20 m Batas jalur diberi tanda biru pada pohon (melingkar dan dibersihkan tumbuhan bawah dengan lebar kurang lebih 2 m).
- Pelaksanaan dilapangan
Tabel 1. Pohon di areal ITT dalam PU 20 x 20 m No
Nama Jenis
Diameter (cm)
Tinggi (m)
Tingkat pertumbuhan
1
Jabon
40
20
Pohon
2
Meranti
9
9
Sapling
3
Meranti
-
15 cm
seedling
4
Meranti
-
20 cm
seedling
5
Meranti
-
12 cm
seedling
[ 18 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 6
Resak
30
16
Pohon
7
Resak
35
12
Pohon
8
30
10
Pohon
9
Pisangpisang Resak
30
9
pohon
10
Meranti
17
8
poles
11
Meranti
15
11
poles
12
Meranti
25
45
pohon
Persemaian
624 = 66,24% Rata-rata tinggi sampel semai = 14,88 cm Ukuran bedeng sapih = 2,5 x 1 m Tahun tanam disapih = 16-09-2001 Media = tanah disekitar persemaian
- Persemaian 01 Semai tertinggi = 28 cm Semai terendah = 10 cm Jumlah semai = 996 semai/ bedeng sapih Jumlah semai mati= 22 semai/ bedeng sapih Persentase semai yang hidup = 996-22 x 100% 996 = 97,79 % Rata-rata tinggi sampel semai = 16,98 cm Ukuran bedeng sapih 4 x 1m Tahun tanam di sapih = 23-08-2001 Jenis semai = Meranti Media = top soil
- Persemaian 03 Dipersiapkan untuk Hutan Tanaman Meranti Luas persemaian untuk saat ini 1 ha dan direncanakan menjadi 3 ha. Pengisian kantong plastik telah dilaksanakan dengan jumlah kurang lebih 194.000 kantong. Jumlah bedeng sapih : dengan ukuran 2,5 x 1 m Persiapan persemaian baik pengisian kantong dan pembuatan bedeng sapih telah dilaksanakan tetapi untuk sementara kegiatan pengadaan bibitnya terhenti karena belum ada kepastian tender dari Departemen Kehutanan tentang pengelolaan HTM. Pengisian Kantong Plastik telah dilaksanakan 4 bulan yang lalu.
- Persemaian 02 Semai tertinggi = 33,5 cm Semai terendah = 4 cm Jumlah semai = 624 semai perbedeng Jumlah semai mati = 210 semai/bedeng Persentase semai yang hidup = 624210 x 100%
[ 19 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 Tabel 2. Penanaman HTM (Hutan Tanaman Meranti) No
T (cm)
D (cm)
No
T (cm)
D (cm)
No
T (cm)
D (cm)
No
T (cm)
D (cm)
1
90
1
11
210
2,5
21
170
1,8
31
140
1,2
2 3 4 5 6 7 8 9 10
250 230 140 6 40 240 170 65
2,5 2,5 1,5 110 3 1,5 1,2
12 13 14 15 16 17 18 19 20
180 135 95 30 195 205
1,8 1,3 0,8 1,8 1,8
22 23 24 25 26 27 28 29 30
120 150 60 148 125 126
1,5 1,7 1 1,5 1,2 1
32 33 34 35 36 37 38 39 40
105 240 110 144 155 180
1 2,2 0,7 1,3 1,3 1,3
Keterangan : Umur = 18 bulan Jarak tanam =5x5m Jumlah tanaman mati = 10 buah Luas seluruh areal HTM = 11 ha Persen hidup tanaman = 30 x 100% 40 = 75% jalur setiap 20 m menembus petak juga biasa dilakukan tanpa sia-sia, artinya langsung jalur tersebut bisa digunakan oleh tim ITT yang menyusul sesudahnya.
Pembahasan Perapihan Pada kegiatan perapihan yang dilakukan hanya memperbaiki batas blok dan petak serta membersihkan lantai hutan disekitar batas petak. Melihat kondisi dilapangan, perapihan yang dilakukan pada Et + 1 ternyata kurang efektif karena tidak dikerjakan seluruhnya, sehingga akan menyebabkan kesulitan pada tahap selanjutnya. Dengan rentang waktu yang cukup lama (kurang lebih satu tahun), tim ITT harus melakukan perapihan ulang untuk memperjelas kembali batas-batas blok maupun petak yang sudah tidak jelas lagi (tertutup semua) semua titik akan menjadi efektif kalau kegiatan perapihan dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan kegiatan ITT pada tahun yang sama. Dengan tata waktu seperti itu maka pembuatan
Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) Tujuan utama dari kegiatan ITT adalah untuk mengetahui potensi hutan setelah penebangan. Manfaat dari kegiatan ITT adalah : 1. Mengetahui potensi hutan yang tersisa setelah kegiatan penebangan 2. Luasan yang akan ditanami (menyangkut kebutuhan bibit) 3. Untuk informasi pada kegiatan pembebasan (memerlukan data ITT) dalam hal pohon binaan. Kegiatan ITT memerlukan ketelitian data untuk itu diperlukan tenaga kerja ahli yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya. Hal itu disebabkan karena kegiatan ITT membutuhkan keahlian
[ 20 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 2. tidak ada 2 poles 3. tidak ada 4 sampling 4. tidak ada 8 semai/ seedling
sendiri, terutama dalam hal mengetahui jenis-jenis komersial yang harus dipelihara untuk kepentingan standing stock.
Persemaian
Dari kegiatan ITT akan diperoleh data mengenai :
Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit atau semai yang siap tanam dilapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal dilapangan dari kegiatan penanaman hutan, oleh karena itu kegiatan dipersemaian adalah termasuk kegiatan penting karena dapat merupakan kunci pertama didalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi dua jenis/tipe yaitu : persemaian sementara dan persemaian tetap. Jenis persemaian sementara biasanya berukuran kecil, terletak didaerah yang akan ditanami dan berlangsung hanya untuk beberapa periode penanaman bibit (semai). Adapun jenis persemaian tetap biasanya berukuran besar, lokasinya menetap disuatu tempat dan untuk menangani areal penanaman yang luas. Ditinjau dari jenisnya persemaian di 01 dan di 02 merupakan persemaian sementara (karena ukurannya kecil) sedangkan di persemaian 03 direncanakan sebagai persemaian tetap dengan luas lebih kurang 3 (tiga) ha. Di areal HPH Sijunjung ini semainya 90% merupakan jenis Meranti, khususnya Meranti merah dan sedikit Balam. Pada persemaian 01 persen hidup semai tinggi 97,7% akan tetapi bila tetap dilakukan persemaian ditempat tersebut (dibawah naungan Akasia) maka dalam waktu satu bulan lagi semai-semai akan mati, karena akar Akasia menembus kontiner
1. Potensi tegakan pada areal bekas tebangan Data ini akan sangat berguna untuk mengetahui perlu tidaknya atau seberapa besar perlunya dilakukan pengayaan maupun rehabilitasi. Dari sini akan diketahui jumlah bibit yang harus disediakan, termasuk jenisnya. Dari data ini juga dapat diperkirakan potensi permudaan alam untuk rotasi selanjutnya. 2. Struktur dan komposisi tegakan tinggal Data ini sangat berguna untuk kegiatan pemeliharaan terutama pada pembebasan tahap I, guna menentukan pohon-pohon binaan. Halhal yang perlu dilaporkan dalam ITT ini adalah : - Potensi (jumlah dan jenis) pohon inti dan permudaannya. - Rekapitulasi rata-rata per-ha untuk masing-masing tingkat permudaan per petak yang dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis komersial. - Luas tempat-tempat terbuka atau yang kurang permudaannya - Peta realisasi kegiatan ITT dengan skala 1 : 1000 untuk pohon binaan dan peta 1 : 2000 untuk pohon inti Berdasarkan tabel ITT diketahui bahwa pada PU ukuran 20 x 20 m telah ada pohon inti (Meranti) maka didalam areal ITT tersebut tidak perlu dilakukan pengayaan. Perlu dilakukan pengayaan jika dalam 1 (satu) ha : 1. tidak ada 1 pohon inti ( diameter 20 cm up)
[ 21 ]
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. II No. 01-Januari 2012 3. Persemaian merupakan kegiatan untuk menyediakan benih yang akan dijadikan bibit untuk kegiatan penanaman dilapangan. 4. HPH Sijunjung, persemaiannya ada tiga tempat, 2 tempat merupakan persemaian sementara (01 dan 02) dan persemaian tetap (03) dengan jenis tanaman utama Meranti. 5. Penanaman bertujuan untuk memperbaiki jenis penyebaran pohon dan nilai tegakan.
sehingga semai akan kekurangan zat makanan. Penanaman Meranti Penanaman Meranti di HPH Sijunjung merupakan kegiatan pengayaan karena bibit Meranti ini ditanam pada areal bekas tebangan dimana masih ada tegakan, dengan tujuan untuk memperbaiki komposisi jenis penyebaran pohon dan nilai tegakan. Tanaman Meranti merupakan jenis toleran (tahan naungan pada waktu muda) sehingga di areal ini dilakukan penanaman HTM. Pada areal yang diamati petak 182, tanaman Meranti ditanam dengan jarak tanam 5 x 5 m dan sudah berumur 18 bulan. Dari data dilapangan diketahui persen hidup tanaman Meranti 75%. Persen hidup Meranti di HPH Sijunjung dapat ditingkatkan dengan melakukan pemeliharaan disekitar tanaman Meranti dengan menyiangi rumput, memberi pupuk dan sebagainya. Karena berdasarkan pengamatan tanaman Meranti yang mati ini akibat tidak dilakukannya penyiangan rumput, sinar matahari dapat menembus lantai hutan dengan intensitas tinggi.
Daftar Pustaka Anonimous, 2002. Petunjuk Praktek Magang Pengelolaan Hutan Luar Jawa. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Simon, Hasanu dkk, 1996. Memantapkan Bina Desa Hutan Dalam Upaya Pengelolaan Hutan Lestari. Jayanti Mitra Grafika, Yogyakarta. Subyanto, 1987. Perlindungan Hutan. Kerja sama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Proyek pendidikan latihan dan pengendalian tenaga kerja pengusahaan hutan Departeman Kehutanan, Yogyakarta.
Kesimpulan
Suginingsih, 1999. Diktat Persemaian. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1. Kegiatan perapihan dilakukan untuk memperjelas kembali batas-batas blok maupun petak yang sudah tidak jelas, disamping membersihkan semak belukar diareal bekas tebangan. 2. Data ITT sangat berguna untuk kegiatan pembebasan, penanaman dan rehabilitasi serta pengadaan bibit, maka data ITT harus benarbenar sesuai dengan kenyataan.
Supriyanto, N, 1995. Silvikultur Hutan Alam Tropika. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tantra.I. Gusti, 1981. Flora Pohon Indonesia. Balai Penelitian Hutan Bogor.
[ 22 ]