PENGARUH MUNCULNYA ISLAMIC FULLDAY SCHOOL TERHADAP EKSISTENSI MADRASAH ( Studi kasus di SD Muhammadiyah PK, SDIT An Nur, MI Tukangan, MI Sruwen 04, MI Tegalrjo, dan MI Gatak)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh : M. ZAINIL IMTIHAN NIM : 121 06 001
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bukti konkrit yang membedakan manusia dengan binatang adalah akal. Binatang sebesar dan seganas apapun akan dapat dikalahkan dengan mudah oleh manusia melalui akalnya. Sedangkan akal hanya dapat berfungsi jika diberi fasilitas yaitu belajar. Manusia akan berada ditempat atau level yang tinggi setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk mendapatkan ilmu atau pendidikan. Peristiwa dimana Allah menyuruh seluruh penghuni Surga untuk bersujud kepada Adam adalah bukti sekaligus landasan akan tingginya status akal sebagai ciptaan Allah SWT. Alqur‟an telah banyak memberi petunjuk pada manusia, bahwa orang yang menggunakan akalnya akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, hal ini mengindikasikan bahwa ilmu pengetahuan dalam Islam sangat dihormati. Subyek dari ilmu pengetahuan adalah akal, sedangkan akal hanya dimiliki oleh manusia, maka secara tidak langsung manusia ( dalam hal ini setiap Muslim ) diprioritaskan untuk menuntut ilmu dimanapun dan sampai kapan pun. Melalui ilmulah kita akan disebut sebagai manusia. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa kewajiban manusia menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat, yang artinya sepanjang hidup manusia harus digunakan untuk menuntut ilmu. Selain itu tempat untuk menuntut ilmu pun Nabi menyuruh
sampai ke negeri China, yang artinya menuntut ilmu itu tidak harus di tempat dimana ia tinggal, tetapi dimanapun ilmu itu ada maka carilah meskipun tempat itu jauh. Allah SWT. Ber firman: Artinya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, ” ( Al Qur‟an dan terjemahnya : 1992 : 911 ) Nabi menjelaskan pula dalam Sabdanya : Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Salim Bahreisyi ( 1990 : 321 ) Begitu tingginya derajat orang yang menuntut ilmu sehingga Nabi pun menetapkannya sebagai hukum wajib. Sebagaimana kita ketahui Islam mengalami puncak kejayaan paska masa Rasulullah adalah saat bani Abbasiyah di Bahgdad menjadi pusat dari segala ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Bani Umayah di Andalusia juga tak kalah dalam menyumbangkan kemajuan Islam masa itu. Universitas Al-Hambra, dan Cordova ramai didatangi oleh mahasiswa dari luar Andalusia untuk belajar. Semua itu menjadi bukti kemajuan Islam yang saat ini hanya menjadi kenang-kenangan para pemeluknya.
Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) ada beberapa istilah yang berkaitan dengan proses belajar antara lain: Pendidikan, Pendidikan nasional, Sistem Pendidikan nasional, Peserta didik, dan Pendidik. Kelima hal tersebut harus saling berkaitan demi tercapainya hasil pembelajaran yang baik. Dalam UUD 1945 pasal 31 disebutkan bahwa setiap warga Negara Republik Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. ( Naskah UUD 1945, ITA : 2004 : 11 ) Pasal ini menunjukkan bahwa Negara menjamin bagi terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara tanpa membedabedakan latar belakang mereka. Ayat ini sekaligus memberikan kebebasan pada masyarakat untuk memilih lembaga pendidikan yang sesuai dengan keinginannya. Di kecamatan Tengaran terdapat berbagai macam lembaga pendidikan, baik yang dikelola oleh pemerintah atau sekolah Negeri, maupun yang dikelola oleh swasta di bawah naungan yayasan. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut masing-masing berbenah dalam rangka untuk meraih simpati dari masyarakat. Harapannya sudah tentu agar masyarakat menjatuhkan pilihan pada lembaga tersebut untuk menyekolahkan anakanaknya. Dari sekian banyak sekolahan di atas yang saat ini menjadi sorotan masyarakat adalah SD Muhammadiyah Program Khusus Ampel, dan SDIT An-Nur Ampel. Kedua sekolah ini memakai model pembelajaran Full Day
School. Meskipun baru berdiri beberapa tahun namun sekolahan ini dapat melampaui sekolah-sekolah lain yang usiannya jauh lebih tua, baik di bidang prestasi, jumlah siswa maupun bangunan fisiknya. Melihat keberadaan SD Muhammadiyah Program Khusus dan SDIT An-Nur serta animo masyarakat yang cukup tinggi tersebut, maka sangat menarik diadakan penelitian terhadap masyarakat guna mengetahui motivasi mereka memilih SD tersebut sebagai sarana pendidikan bagi anak-anaknya dari pada Madrasah Ibtidaiyah yang sebenarnya kurikulumnya pun tak beda jauh. Di Desa Sugihan Kecamatan Tengaran ada 5 buah sekolahan yang lokasinya berdekatan. Sekolah-sekolah tersebut adalah : MI Gatak, SDN 01 Sugihan, SDN 02 Sugihan, SDN Sugihan 03, SD INPRES. Sedangkan di sekitar Sekolah – sekolah tersebut juga berdiri sekolah – sekolah diantaranya SDN 03 Urut Sewu, SD Muhammadiyah Program Khusus Ampel, SDIT AnNur Ampel, MI As-Salafiyah Tukangan ( keempat sekolahan yang terakhir ini meskipun jaraknya berdekatan namun sudah masuk dalam wilayah kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ) bahkan dalam jarak kurang lebih 2,5 KM ada lagi 6 sekolahan yaitu MI Tegalrejo, MI Gading, MI Sruwen 01, dan MI Sruwen 04, SDN 1 Sruwen, dan SDN 4 Sruwen. Ada hal yang sangat menarik untuk dicermati bahwa belum tentu sekolah-sekolah yang berstatus negeri akan menjadi favorit bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dalam kenyataan meski prosentasenya sedikit, sekolah-sekolah swasta di wilayah kecamatan Tengaran justru lebih
diminati oleh orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya. SDIT Nurul Islam, MI Sruwen 01, MI Sruwen 04, adalah bukti bahwa lembaga pendidikan swasta tak kalah dalam bersaing menarik simpati masyarakat. Namun demikian banyak pula sekolah-sekolah swasta yang semakin surut, seperti MI Gatak, MI Tukangan, MI Tegalrejo, MI Gading. Begitu juga ada banyak SD Negeri yang surut seperti SDN 03 Sugihan, atau malah justru bubar karena kehabisan murid seperti SDN 02 Sugihan. Surutnya sebuah sekolah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : jauh dari pemukiman, buruknya manajemen, dan persaingan dengan sekolah yang lokasinya berdekatan. Berangkat dari realitas tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang PENGARUH MUNCULNYA ISLAMIC FULL DAY SCHOOL TERHADAP EKSISTENSI MADRASAH ( STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS AMPEL, SD ISLAM TERPADU ANNUR AMPEL, MI TUKANGAN, MI SRUWEN 04, MI TEGALREJO, DAN MI GATAK Tahun 2009 ). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana manajemen / pengelolaan SD Muhammadiyah Program Khusus ( PK ) Ampel, dan SDIT An-Nur Ampel.
2. Bagaimana manajemen/ pengelolaan MI Tukangan kecamatan Ampel, MI Sruwen 04, MI Tegalrejo, MI Gatak kecamatan Tengaran. 3. Apa pengaruh keberadaan SD Muhammadiyah program khusus ( PK ) Ampel, dan SDIT An-Nur terhadap Madrasah di sekitarnya. 4. Bagaimana model Madrasah berkualitas yang sesuai dengan aspirasi masyarakat C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui manajemen / pengelolaan SD Muhammadiyah program khusus ( PK ) Ampel, dan SDIT An-Nur Ampel. 2. Untuk mengetahui Manajemen / pengelolaan MI Tukangan, MI Sruwen IV, MI Tegal Rejo, dan MI Gatak. 3. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Ampel, dan SDIT An-Nur Ampel terhadap Madrasah disekitarnya. 4. Menemukan model Madrasah berkualitas yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. D. KEGUNAAN PENELITIAN Dengan latar belakang tersebut diatas, penulis ingin mengetahui apa pengaruh keberadaan Islamic Full Day School, dan sejauh mana eksistensi Madrasah ditengah tuntutan masyarakat bagi pendidikan anak-anak mereka.
Penelitian ini dapat dijadikan pijakan dasar dalam meningkatkan kualitas Madrasah ditengah tuntutan lapisan masyarakat di bidang pendidikan, terlebih di era Globalisasi ini. Oleh karena itu judul yang dipilih adalah PENGARUH
MUNCULNYA
ISLAMIC
FULL
DAY
SCHOOL
TERHADAP EKSISTENSI MADRASAH ( STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM
KHUSUS
AMPEL,
SD ISLAM
TERPADU ANNUR AMPEL, MI TUKANGAN, MI SRUWEN 04, MI TEGALREJO, DAN MI GATAK Tahun 2009 ) E. PENEGASAN ISTILAH Untuk menghindari kesalahan pemahaman dan penafsiran dalam penulisan judul ini, maka penulis akan memberikan batasan pengertian mengenai judul diatas sebagai berikut : 1. Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu ( orang, atau benda ) yang akan membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen pendidikan Nasional : 2003 : 849 ) 2. Eksistensi : Keberlanjutan, Berlangsung terus, Tetap hidup. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen pendidikan Nasional : 2003 : 289 ). 3. SD Muhammadiyah PK ( Program Khusus ) : Sekolah yang bernaung dibawah yayasan Muhammadiyah terletak di Desa Urut Sewu,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. ( Wawancara dengan kepala sekolah SD Muhammadiyah PK Ampel : 2009) 4. SDIT An-Nur : Sekolah dasar berlabel Islam, yang berdiri atas prakarsa Bapak Slamet Budi Santoso sekaligus donator utama sekolah tersebut, yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan Islam di Desa Selodoko Kecamatan Ampel dan sekitarnya ( Wawancara dengan kepala SDIT An- Nur Ampel : 2009 ). 5.
Madrasah : Sekolah yang berdasarkan Agama Islam dan bernaung dibawah Departemen Agama. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen pendidikan Nasional : 2003 : 694 ) Jadi yang dimaksud dengan PENGARUH MUNCULNYA ISLAMIC
FULL DAY SCHOOL TERHADAP EKSISTENSI MADRASAH ( STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS, SD ISLAM TERPADU ANNUR, MI TUKANGAN, MI SRUWEN , MI TEGALREJO, DAN MI GATAK Tahun 2009 )
terhadap eksistensi Madrasah adalah
bagaimana lembaga pendidikan agama Islam diluar instansi Kementrian Agama dapat mempengaruhi eksistensi lembaga pendidikan Agama Islam dibawah naungan Kementrian Agama ( Madrasah ) baik dari segi kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun manajemennya. F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab, dimana masing-masing bab merupakan sistem yang
berdiri sendiri namun saling berkaitan. Sebagai perinciannya penulis jelaskan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis uraikan meliputi :
A. Latar belakang masalah Latar belakang masalah adalah alasan penulis memilih judul skripsi yang sesuai dengan realita dan teori dalam penulisan karya skripsi. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah garis besar yang dijadikan penulis mencari data – data untuk skripsi yang berisi 4 rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut akan menjadi patokan pencarian data bagi Penulis di setiap permasalahan atau obyek penelitian. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ditujukan untuk mengetahui rumusan masalah atau fokus penelitian yang di ajukan. Tujuan tersebut nantinya akan menjadi bahan untuk dijadikan data bagi Penulis dalam penulisan skripsi. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian di tulis untuk menjadi bahan acuan bagi setiap pembaca akan permasalahan yang ada sesuai dengan fokus
penelitian . Hasil dari penelitian tersebut di harapkana dapat di jadikan acuan dalam momentum perubahan Pendidikan di Indonesia terutama Pendidikan Islam.
E. Penegasan Istilah Penegasan istilah ditulis untuk menjelaskan bagian kata-kata atau kalimat dalam penulisan judul penelitian, yang mungkin masih menjadi ganjalan dalam hal memaknai kata-kata atau kalimat tersebut. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ditulis sebagai landasan pembahasan pada Bab-bab berikutnya . setiap Bab dirinci secara urut dengan cara menulisnya sesuai uraian yang akan dijelaskan pada pembahasan Babbab berikutnya. BAB II LANDASAN TEORI 1. Islamic Full Day School a. Pengertian b. Karakteristik c. Kurikulum 2. Madrasah a. Pengertian b. Sejarah
c. Karakteristik d. Kurikulum 3 . Manajemen sekolah a. Kurikulum b. Sarana prasarana c. Siswa BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian 2. Subyek penelitian 3. Obyek penelitian 4. Tehnik pengumpulan data 5. Tehnik pemeriksaan keabsahan data 6. Tehnik Analisis data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum SD Muhammadiyah PK dan SDIT An-Nur Ampel 1. Sejarah singkat 2. Letak geografis 3. Struktur organisasi 4. Kurikulum 5. Sarana prasarana 6. Keadaan Guru dan Siswa
B. Keadaan umum Madrasah-madrasah disekitar SD Muhammadiyah PK dan SDIT An-Nur 1. MI Tukangan 2. MI Sruwen 04 3. MI Tegalrejo 4. MI Gatak C. Temuan atas fenomena Islamic Full Day School D. Temuan atas fenomena Madrasah E. Aspirasi Masyarakat F. Pembahasan atas temuan fenomena di Islamic Full Day School dan Madrasah G. Penyajian tabel atas temuan pada pembahasan H. Model Madrasah berkualitas BAB V PENUTUP Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran, dalam bab ini dibahas kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian yang telah diteliti dan di bahas dengan suatu harapan merupakan solusi dari permasalahan- permasalahan yang muncul.
BAB II LANDASAN TEORI 1. Islamic Full Day School a.
Pengertian Islamic Full Day School ( Sekolah Islam Sehari Penuh ) adalah sekolah tingkat dasar berlabel Islam yang memberlakukan jam belajar sehari penuh antara jam 07.00 – 15.30 atau 16.00. Adapun jenis atau macam dari Islamic Full Day School adalah Sekolah Dasar Program Khusus, Sekolah Dasar Islam Terpadu, Sekolah Dasar Integral, dan Sekolah Dasar Islam Plus. Sekolah program khusus merupakan sekolah yang memadukan kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama ditambah dengan program pelajaran tambahan sesuai yang ditentukan sekolah masing – masing. Dengan kata lain Islamic Full Day School adalah paduan dari sistem sekolah umum dan agama atau madrasah. Menutrut Karel A. Steenbrink ( 1991 : 225 ) cita-cita integrasi antara sistem sekolah dan madrasah, telah
diperjuangkan masyarakat Aceh, oleh kalangan ulama‟, tokoh masyarakat, kalangan pemerintah non Departemen Agama. b. Karakteristik Islamic Full Day School merupakan satuan sistem pendidikan pada jenjang usia Sekolah Dasar yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Memiliki tujuan yang jelas Secara operasional Islamic Full Day School
bertujuan
untuk melatih dan mengajarkan kemampuan dasar baca, tulis, dan hitung, pemahaman dasar agama ( Aqidah, Akhlaq, Fiqih, Al Qur‟an, dan Hadits ) Serta mengajarkan kemampuan dasar dan ketrampilan yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya
serta
mempersiapkan
mereka
melanjutkan pendidikan ditingkat lebih tinggi yaitu SLTP. 2. Memberikan pelayanan pendidikan kepada anak didik dengan baik. Sarana dan prasarana menjadi tumpuan bagi terlaksananya metode pembelajaran analitif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) 3. Memiliki tenaga pendidik yang memadai dan profesional.
Patokan tenaga pendidik yang ditentukan oleh Islamic Full Day School adalah lulusan SI. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pada poin nomor dua. c. Kurikulum Kurikulum Islamic Full Day School memiliki rincian yang jelas. Model kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditambah Kurikulum dari Kemenag dipakai dan diolah dengan strategi khusus sehingga makna dan kandungannya tidak bertentangan dengan syariat Islam namun memiliki nilai Global. 2. Madrasah a. Pengertian Kata Madrasah dalam bahasa Arab adalah bentuk kata keterangan tempat ( dhorof makan ) dari akar kata „ darasa “ secara harfiah „ Madrasah “ diartikan sebagai “ Tempat belajar para pelajar “ atau “ Tempat untuk memberikan pelajaran “.( Departemen Agama RI Direktorat jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004 : 1 ) Kata Madrasah juga ditemukan dalam bahasa “ Hebrew “ atau “ Aramy “ dari akar kata yang sama yaitu “ darasa “ yang berarti “ membaca dan belajar “ atau “ “ tempat duduk untuk belajar “. Dari kedua bahasa tersebut kata “ Madrasah “ mempunyai arti yang sama “ Tempat belajar ‟‟. Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kata Madrasah memiliki arti “ Sekolah “ kendati pada mulanya kata sekolah
itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school atau scola. ( Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004 : 1 ) Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kata Madrasah di Indonesia berarti Sekolah Agama. b. Sejarah Istilah Madrasah masuk ke Indonesia, menurut Mahmud Yunus pada awalnya pendidikan Islam diadakan disurau – surau dengan tidak berkelas – kelas dan tidak memakai bangku, meja, dan papan tulis, namun hanya duduk bersila saja. Kemudian mulailah perubahan sedikit demi sedikit sampai sekarang. Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja dan papan tulis, adalah sekolah Adabiyah ( adabiyah school) di Padang. Inilah Madrasah pertama di Minangkabau bahkan di Indonesia.( Mahmud Yunus :1995 : 63 ) Awal mula berdirinya sekolah adabiyah dicikal bakali dengan berdirinya syarikat oesha pada tahun 1889. pendirinya Abbas, dan Majid ibnu Sultan. Mahmud yunus menjelaskan bahwa madrasah tempo dulu hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab, di tambah tarikh ( Sejarah Islam ) Akhlaq, dan sedikit ilmu bumi. Kitab – kitab yang digunakan adalah kitab- kitab baru karangan ulama Mesir dan untuk kelas rendah dipakai kitab karangan Zainuddin Labay al Yunusi. Perkembangan Semenjak dikeluarkanya surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri yaitu menteri agama, menteri pendidikan
dan kebudayaan, dan menteri dalam negeri, semua Madrasah mengubah kurikulumnya menjadi 70% bidang studi umum, dan 30 % bidang studi agama.( Zakiah Daradjat :1985 : 82 ) Namun selang waktu kurang lebih 20 tahun harapan bersama itu tidak tercapai, dikarenakan sarana, guru, dan pengelolaan Madrasah kurang terdukung sehingga lulusan yang cetak oleh madrasah kebanyakan kurang bermutu. Oleh karena itu masyarakat menjadikan Madrasah sebagai sekolah level kedua. Hanya sebagian masyarakat saja yang tetap mempercayakan anak-naknya untuk belajar di Madrasah, dikarenakan mereka ingin anak-anaknya mendapatkan ilmu agama, dengan biaya yang murah tentunya. c. Karakteristik Sebagaimana telah dikemukakan, secara harfiah Madrasah bisa diartikan dengan sekolah, dan secara tehnis keduannya memiliki kesamaan yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar secara formal. Namun demikian
keduanya terdapat perbedaan
menonjol, masing - masing memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbeda.. Madrasah memiliki metode, kurikulum dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah, meskipun mengajarkan ilmu pengetahuan umum sebagaimana yang diajarkan disekolah, Madrasah memiliki karakter tersendiri yaitu sangat menonjolkan nilai religiusitas masyarakatnya. Sementara itu sekolah merupakan lembaga pendidikan
umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh oleh iklim pencerahan Barat. “.( Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004 : 7 ) Menurut hemat penulis perbedaan karakter antara Madrasah dan Sekolah itu dipengaruhi oleh perbedaan tujuan antara keduanya secara historis. Tujuan dari pendirian Madrasah ketika untuk pertama kalinya diadopsi di Indonesia ialah untuk mentransmisikan nilai-nilai Islam, selain untuk memenuhi kebutuhan modernisasi pendidikan, sebagai jawaban atau respon dalam menghadapi kolonialisme dan Kristen, disamping itu untuk mencegah memudarnya semangat keagamaan penduduk akibat meluasnya lembaga pendidikan Belanda. d. Kurikulum Kurikulum Madrasah era modern tidak banyak berubah dengan era sebelumnya, yaitu masih mengajarkan ilmu- ilmu Agama yang terdiri dari ilmu Al Qur‟an, Hadits, Sejarah Islam ( Tarikh ), Fiqh, Aqidah dan ilmu lainnya yang tergolong ilmu-ilmu keagamaan Islam. Perubahan kurikulum atau dengan kata lain gonta – ganti model kurikulum pendidikan Indonesia tak begitu banyak mempengaruhi sistem pembelajaran Madrasah di Indonesia ( untuk tidak mengatakan terlalu ketinggalan ). 3. Manajemen Sekolah a. Kurikulum
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistemik atas dasar normanorma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. ( H. Dakir, 2004 : 3 ) Kurikulum yang sering berubah memang berpengaruh pada manajemen sebuah Sekolah / Madrasah. Sistem yang terkadang baru akan berjalan dengan baik, sudah diganti dengan sistem baru yang memaksa sebuah Sekolah / Madrasah merubah manajemennya. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum ( E. Mulyasa : 2002 : 40 ). Ia menambahkan bahwa Manajer Sekolah diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program
pengajaran
serta
melakukan
pengawasan
dalam
pelaksanaannya. ( E. Mulyasa : 2002 : 41 ) Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menyusun kurikulum berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Siswa bukan pemaksaan pada materi tanpa metode yang baik. b. Sarana Prasarana Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar seperti, Gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi bisa dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran Biologi, halaman sekaligus sebagai lapangan olah raga. ( E. Mulyasa, 2002 : 49 ) . Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki sarana prasarana yang memadai untuk jalannya proses KBM. Siswa dan Orang Tua akan senang jika Sekolahannya memiliki sarana yang menunjang
pendidikannya.
Berdasarkan
fakta
tersebut
maka
manajemen Sekolah / Madrasah harus mengikuti keinginan Masyarakat. c. Siswa Siswa atau dengan kata lain peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu ( Pustaka Pelajar, 2003 : 4 ). E. Mulyasa ( 2002 : 46 ) menjelaskan bahwa manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Aktifitas Kepala Sekolah, Guru, dan Tata laksana Sekolah berikut semua daya dukung pendidikan dan pembelajaran harus dimuarakan pada kepentingan siswa atau peserta didik sebagai salah satu subyek pendidikan. Peserta didik di ibaratkan sebagai sekelompok komunitas penghuni Hutan. Setiap komunitsas memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Maka
pengelolaan dan manajemen pendidikan yang baik sangat menetukan langkah menuju kemajuan sebuah Sekolah. d. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tenaga pendidik atau Guru adalah salah satu sumber belajar bagi KBM tingkat dasar. Kualitas Guru akan menentukan keberhasilan KBM pada setiap instansi pendidikan baik di Sekolah maupun Madrasah. ( E. Mulyasa 2002 : 42 ) menambahkan Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif, dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. e.
Humas Berhubungan dengan Masyarakat tidak bisa di laksanakan sepenuhnya oleh pihak Sekolah / Madrasah. Pihak luar, baik itu
Wali Murid atau Tokoh Masyarakat sangat di butuhkan dalam hal ini. Sumbangsih mereka sangat dibutuhkan karena Guru atau Tenaga pendidik seharusnya fokus pada proses belajar mengajar di Sekolah. Adapun pihak tersebut adalah Komite, Alumni, dan Donatur. E. Mulyasa ( 2002 : 50 ) hubungan Sekolah dengan Masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di Sekolah. Maka pihak-pihak tersebut harus dimanej dengan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan Sekolah secara optimal.
BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk jenis kualitatif. Semua yang dilihat, didengar, dan terekam akan menjadi bahan yang akan ditulis sebagai data penelitian. Metode ini diharapkan dapat memberikan data serta hasil yang sesuai dengan obyek penelitian. Sesuai penjelasan E. Mulyasa ( 2002 : 27 ) bahwa penelitian Kualitatif
itu
berakar
pada
latar
alamiah
sebagai
keutuhan,
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiaannya pada usaha menemukan teori-teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan
data,rancangan penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak : peneliti dan subyek penelitian. 2. Subyek penelitian Subyek
dalam
penelitian
ini
adalah
Muhammadiyah PK dan SDIT An-Nur, serta
stakeholder
SD
Madrasah sekitarnya.
Subyek – subyek penelitian tersebut adalah :
a. Kepala Sekolah / Madrasah Kepala Sekolah / Madrasah sebagai supervisor pada instansinya akan menjadi sumber wawancara pertama dan utama untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan jumlah sebaran responden 6 orang. b. Dewan guru Dewan Guru sangat dibutuhkan informasinya yang berkenaan dengan sistem dan strategi pembelajaran, serta kegiatan maupun sikap siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu dengan jumlah sebaran responden 6 orang. c. Komite Komite adalah Lembaga mandiri yang beranggotakan Orang tua / Wali murid, komunitas sekolah, serta tokoh Masyarakat yang peduli pendidikan ( Pustaka Pelajar, 2003 : 5 )
Tugasnya untuk mengatur jalannya hubungan khususnya dengan masyarakat serta wali murid Dengan jumlah sebaran responden 6 orang. d. Wali murid Wali murid dibutuhkan informasinya mengenai alasan mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah / Madrasah dengan jumlah sebaran responden 6 orang.
3. Obyek penelitian Obyek dalam Penelitian ini adalah Manajemen Madrasah, persepsi dan aspirasi Masyarakat tentang Islamic Full Day School dan Madrasah. 4. Tehnik pengumpulan data a.
Dokumentasi Studi Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan manajemen Islamic Full Day School dan Madrasah. Dokumen tersebut diantaranya adalah kurikulum, administrasi guru, administrasi kesiswaan administrasi Kepala Sekolah dan dokumen-dokumen lain yang sesuai dengan pokok permasalahan.
b.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.( Lexy J. Moleong : 2008 : 186 ) Wawancara dapat dilakukan dengan cara terstruktur dan tidak terstruktur (
E. Mulyasa : 2002 : 138 ).
Wawancara terstruktur dilakukan dengan mengacu pada pedoman wawancara yang berisi serangkaian pertanyaan yang telah disusun secara urut dan sistematis. Sedangkan wawancara tak terstruktur dilakukan dengan tidak mengacu pada urutan pertanyaan yang tertuang dalam pedoman wawancara melainkan hanya berpegang pada pokok persoalan yang akan diungkap dari informan dengan mengembangkan suasana percakapan informal ( kekeluargaan ) c. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek
dengan
sistematika
fenomena
yang
diselidiki
(
Sukandarrumidi : 67 ). Observasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap cara pengelolaan atau manajemen, lokasi serta kegiatan pembelajaran di Islamic Full Day School dan Madrasah. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomen-fenomen yang diselidiki. ( Sutrisno Hadi : 1989 :136 ) Observasi tak lepas dari pengamatan di
lapangan dengan membuat catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan yang berupa coretan seperlunya, yang sangat dipersingkat,
berisi kata-kata inti,
pembicaraan,
atau
pengamatan,
frase,
mungkin
pokok-pokok isi gambar,
sketsa,
sosiogram, diagram, dan lain-lain ( E. Mulyasa : 2002 : 153 ) 4. Tehnik pemeriksaan keabsahan data Untuk memeriksa kredebilitas data digunakan tehnik ketekunan pengamatan, Triangulasi, dan pengecekan teman sejawat. Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci.( E. Mulyasa : 2002 : 177 ). Ketekunan pengamatan akan menyediakan kedalam pengungkapan data. Tehnik Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu ( E. Mulyasa : 2002 :178 ). Tehnik Trianggulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah Trianggulasi metode dan sumber. Triangulasi metode berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
pengecekan kredibilitas data dilakukan melalui
metode yang berbeda
untuk data yang sama, sedangkan
Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan cek silang pada sumber yang berbeda untuk suatu data. Pengecekan sejawat dilakukan melalui diskusi analitik atas data temuan dilapangan dan hasil penelitian dengan rekan sejawat yang dipandang kompenten dalam penelitian kualitatif dan tema persoalan. Diskusi analitik sejawat ini dimaksudkan untuk mempertahankan keterbukaan dan kejujuran serta untuk menjajagi kebenaran analisis pemikiran peneliti atas data temuan di lapangan. 4.
Tehnik Analisis data Tehnik analisis data dilakukan melalui analisis diskriptif model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman analisis data model ini terdiri atas komponen – komponen yang saling berinteraksi, yaitu reduksi data penyajian data, penarikan kesimpulan
dan
verifikasi.
Mathew
dan
Miles
telah
mengemukakan tiga hal utama, yaitu reduksi data, Penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verivikasi sebagai suatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentu yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. ( Miles dan Huberman : 1992 : 20 ) Langkah- langkah analisis data model interaktif di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengumpulan data ( data collection ) Data-data yang diperoleh dari lapangan dicatat atau direkam dalam kaset tape recorder kemudian dipindah menjadi catatan kecil untuk dikomentari oleh peneliti. 2. Reduksi Data ( data reduction ) Reduksi data adalah proses pemilihan data-data penting yang ditemukan dilapangan, untuk kemudian disalin dalam bentuk catatan kecil dan berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. 3. Penyajian Data ( data display ) Ada tahapan ini disajikan data yang ditemukan dilapangan dalam wujud teks lengkap atau diskriptif. 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi ( conclusion and verification ) Verifikasi adalah penarikan kesimpulan melalui diskusi dengan teman sejawat atau berdasarkan analisis data dari peneliti Komponen-komponen tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara terus menerus, yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulanVerivi kasi data
Gambar I
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum SD Muhammadiyah PK 1. Sejarah Singkat SD Muhammadiyah PK berdiri pada tahun 2003 diatas tanah wakaf seluas 1925 m2 milik Haji Iman Maksum dan Haji Nurul. SD ini adalah realisasi dari tujuan Ormas Islam Muhammadiyah di bidang pendidikan. Sejak berdirinya, Muhammadiyah memang aktif, konsekuen, dan komitmen dengan tujuan didirikannya Organisasi Muhammadiyah. Berawal dari Pendirian TK Aisyiah Ampel Pengurus Muhammadiyah cabang Ampel ingin mengembangkan perannya dibidang pendidikan, dengan mendirikan SD Muhammadiyah PK. Berangkat dari keprihatinan besar akan surutnya minat masyarakat terhadap pendidikan Agama Islam maka Muhammadiyah memakai tehnik pembelajaran dengan mengikuti metode pendidikan modern yang mulai berkembang yaitu full day school. Hal ini ditujukan untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap pendidikan Agama Islam. SD Muhammadiyah PK semula bernama Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), namun karena terdapat perbedaan pemahaman politik dikalangan
pengurus
maka
Yayasan
Muhammadiyah
mengambil
kebijaksanaan dengan mengubah nama SDIT menjadi SD Muhammadiyah PK tersebut. ( Wawancara dengan Kepala sekolah SD Muhammadiyah PK Ampel ) Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan SD ini masih menyatakan bahwa mereka masih tertinggal dengan Sekolah lain dengan model yang sama. Keberadaan SDIT Nurul Islam adalah yang paling menonjol dalam hal persaingan mendapatkan siswa, namun pengurus berjanji akan bersaing secara sehat. 2. Letak Geografis SD Muhammadiyah PK terletak di Jalan Anak Pelajar, Tegal Sari, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, 11km dari Kabupaten Boyolali. Walaupun sekolah tersebut berada di kecamatan Ampel namun jaraknya sangat dekat dengan Madrasah-madrasah di kecamatan Tengaran
yang
menjadi obyek penelitian. Jarak SD Muhammadiyah PK ke kecamatan Ampel sejauh 4 KM, sedangkan jarak ke kecamatan Tengaran hanya sekitar 2,5 KM. Sekolah ini terletak ditempat yang sejuk ditengah perkampungan yang berjarak sekitar160 m dari jalan raya Solo-Semarang. Sebuah tempat yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
3. Struktur Organisasi
KEPALA SEKOLAH
KHOIRUL ANAM
WAKIL KEPALA NUR YASIN
SEKRETARIS SUROTUL KHOLISOH, S.Pd
BENDAHARA DURROTUN NAFISOH
SEKSI ANGGOTA
KESISWAAN MAHMUDI SITI MARYAM
PENGENDALIAN MUTU HERI PRAYITNO TOHA MUNHANIF
HUMAS FAUZAN AHMADI M. DHOFIR
KURIKULER SLAMET SUNARNO SUMARDI
Gambar 2 : Susunan Organisasi SD Muhammadiyah PK Ampel
KETUA KOMITE Ir. YUSUF FATAH
WAKIL KETUA MARGONO
SEKRETARIS SUROTUL KHOLISOH, S.Pd
BENDAHARA MUSTARI
ANGGOTA
KESISWAAN M. RUBA‟I SITI MARYAM
PENGENDALIAN MUTU ZAYID TOBI‟IN TOHA MUNHANIF
HUMAS SLAMET SARJONO M. DHOFIR
KURIKULER WINARSIH SUMARDI
Gambar 3 : Susunan Komite SD Muhammadiyah PK Ampel
4. Kurikulum Kurikulum yang dipakai di SD ini sama dengan sekolah - sekolah lain pada umumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Diknas di tambah kurikulum dari Depag. Hal yang membedakan hanyalah pada muatan lokal yang ditambahkan yaitu hafalan Juz Amma, Hafalan Hadits Bukhori Muslim, hafalan Do‟a do‟a sehari-hari, serta metode pembelajaran yang menyenangkan peserta didik ( Learning By Fun ). Patokan bagi Guru SD Muhammadiyah PK adalah SI, hal ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dari target yang ingin dicapai oleh lembaga. 5. Keadaan Guru dan Siswa SD Muhammadiyah PK memiliki tenaga Guru sebanyak 11 orang yang semuanya berstatus Guru Yayasan Muhammadiyah. SD Muhammadiyah memang tidak menggunakan tenaga Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena berdasarkan pengalaman bahwa Guru Negeri kinerjanya kurang baik. Berikut daftar nama- nama Tenaga Pendidik. Tabel 1 Daftar Tenaga Pendidik SD Muhammadiyah PK Ampel NO NAMA PENDIDIKAN 1
Khoirul Anam, ST
SI Tehnik
2
Nur Yasin, S.Pd
SI Pendidikan
3
Qurrotu Aini, S.Pd.I
SI PAI
4
Durrotun Nafisah, S.E
SI Ekonomi
5
Slamet Sunarno, S.S
SI Sastra Inggris
6
Fauzan Ahmadi, S.T
SI Tehnik
7
Nurul Isnaini, S.Pd.I
SI PAI
8
Kuni Mustafidah, S.Pd
SI PAI
9
Mahmudi, S.Pd.I
SI PAI
10
Tarwiyah, S.S
SI Sastra Arab
11
Heri Prayitno, S.Pd.I
SI PAI
Keadaan siswa mulai tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011 adalah : TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tabel 2 Keadaan Siswa SD Muhammadiyah PK Ampel TA 2009/2010
No
Kelas
Laki- laki
Perempuan
Jumlah
1
I
25
21
46
2
II
11
20
31
3
III
14
14
28
4
IV
15
12
27
5
V
15
20
35
6
VI
12
14
26
JUMLAH
92
101
193
Ket.
Tabel 3 Keadaan Siswa SD Muhammadiyah PK Ampel TA 2010/2011 No Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah Ket. 1
I
28
30
58
2
II
25
21
46
3
III
11
20
31
4
IV
14
14
28
5
V
15
12
27
6
VI
15
20
35
108
117
225
JUMLAH
6. Sarana Prasarana Tabel 4 Keadaan Sarana Prasarana SD Muhammadiyah PK Ampel NO RUANG JUMLAH KET. 1
Kantor Guru
2 Lokal
2
Ruang kelas
6 Lokal
3
UKS
1 Lokal
4
Perpustakaan
1 Lokal
5
Musholla
1 Lokal
6
Toilet / WC
4 Lokal
7
Halaman
1 Lokal
30 x 75 m
8
Sarana Olah Raga
1 Lokal
Lap. Sepak bola mini
B. Keadaan umum SDIT An – Nur 1. Sejarah singkat SD ini berdiri pada tahun 2004 di Dusun Asrirejo, Selodoko, kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Awal mula berdirinya dipelopori oleh Bapak Slamet Budhi Santoso, sebagai ketua Paguyuban Masyarakat Ampel di Jakarta. Para urban itu megumpulkan dana dengan tujuan menginfakkan sebagian hartanya untuk pendidikan Islam bagi saudara – saudaranya di Ampel khususnya. Tak terduga sebelumnya uang itu terkumpul sejumlah 1 milyar rupiah. Berdasarkan tujuan awal bahwa pengumpulan uang diniati infak atau Shodaqoh di bidang pendidikan Islam, maka Bapak Slamet Budi Santoso sebagai ketua paguyuban bekerja sama dengan Yayasan Muhammadiyah cabang Ampel untuk mendirikan sebuah sekolah yang berlabel Islam di Ampel. Maka di bangunlah sebuah sekolah yang di beri nama Sekolah Dasar Islam (SDIT) An – Nur Ampel. Sekolah ini bertujuan untuk mencetak generasi Islam yang siap menghadapi era Globalisasi dengan IPTEK dan IMTAQ. Pada awal pembukaan sekolah baru tersebut pengurus membuka pendaftaran Tenaga pendidik dengan cara menempelkan pengumuman – pengumuman di tempat – tempat strategis. Pada saat itu di terima 9 orang Tenaga pendidik, setelah melalui tahap seleksi. Adapun untuk memperoleh siswa maka pengurus menggunakan cara perekrutan anak usia sekolah di
sekitar SD tersebut dengan menggratiskan semua biaya administrasi dan pendidikan. Pada saat itu mendapatkan Siswa sebanyak 12 orang. Seiring dengan perkembangannya, SD ini mengembangkan kualitasnya sebagai sekolah yang bertujuan menjadi sekolah berstandar Nasional. Didukung dengan dana besar, sarana prasarana dan segala fasilitasnya yang lengkap, maka tujuan itu bukan tak mungkin bisa terwujud. Meskipun Masyarakat di sekitar SD tersebut di tinjau dari segi keagamaan tidak kuat, namun dengan manajemen dan metode pembelajaran yang baik lambat laun Masyarakat percaya untuk menitipkan Putra – putrinya menuntut ilmu disana. Lima tahun berjalan, SD ini sudah memiliki 99 Siswa. Sampai dengan penelitian ini dilakukan SD ini terus mengembangkan kualitasnya, terbukti dengan tanggapan baik dari Masyarakat yang berduyun – duyun menyekolahkan anaknya ke SD tersebut. 2. Letak Geografis SD ini berdiri di Dusun Asrirejo, Selodoko, Kecamatan Ampel, 3 KM dari jalan raya Solo – Semarang. SD ini berada ditengah perkampungan padat penduduk yang memungkinkan untuk menyerap siswa dari daerah itu. Jarak dengan Sekolah lain lumayan jauh, SD paling dekat berjarak sekitar 300 m. Sebelah utara SD ini adalah Lapangan sepak bola yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan olah raga Siswa. SD ini berada di jalur ramai kendaraan jurusan Ampel – Simo, sehingga mudah di jangkau oleh siapapun.
3. Kurikulum Kurikulum yang dipakai di SD ini sama dengan sekolah - sekolah lain pada umumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di gabung dengan kurikulum SD Al Azhar Jakarta. Selain itu SD ini menambahkan muatan lokal yaitu hafalan Juz Amma, Hafalan Hadits Bukhori Muslim, hafalan Do‟a do‟a sehari-hari, serta metode pembelajaran yang menyenangkan peserta didik ( Learning By Fun ). Patokan bagi Guru SDIT An – Nur Ampel adalah SI, hal ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dari target yang ingin dicapai oleh pengurus. 4. Struktur Organisasi
KEPALA SEKOLAH
M. SYUKRON
WAKIL KEPALA ERMA YULIANTI
SEKRETARIS LISA PISTIA
BENDAHARA BUDIATI
DEWAN GURU
Komite
Walimurid
Gambar 4 : Susunan Organisasi SDIT An-Nur
Masyarakat
KETUA KOMITE Ir. YUSUF FATAH
WAKIL KETUA MARGONO
SEKRETARIS SUROTUL KHOLISOH, S.Pd
BENDAHARA MUSTARI
ANGGOTA
KESISWAAN M. RUBA‟I SITI MARYAM
PENGENDALIAN MUTU ZAYID TOBI‟IN TOHA MUNHANIF
HUMAS SLAMET SARJONO M. DHOFIR
KURIKULER WINARSIH SUMARDI
Gambar 5 : Susunan Komite SDIT An-Nur 5. Keadaan Guru dan Siswa SDIT AN – Nur memiliki tenaga Guru sebanyak 9 orang yang semuanya berstatus Guru tetap Yayasan Muhammadiyah. Dibawah ini adalah daftar nama – nama Guru :
NO
Tabel 5 Keadaan Tenaga Pendidik SDIT An-Nur NAMA PENDIDIKAN
1
M. Syukron, S.Pd.I
SI PAI
2
Lisa Pistia, S.Pd.I
SI PAI
3
Sumyani, S.Pd.I
SI PAI
4
Budiati, S.E
SI Ekonomi
5
M. Arifin, S.Pd.I
SI PAI
6
Erma Yulianti, S.Pd
SI Pendidikan
7
Deni Pratama, S.Pd
SI Pendidikan
8
Elmi Setiawan, S.HI
SI Hukum Islam
9
Indah Musyarofah, S.Ag
SI PAI
Keadaan siswa mulai tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011 adalah :
No
Tabel 6 Keadaan Siswa SDIT An-Nur TA 2009/2010 Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah
1
I
15
14
29
2
II
14
9
23
3
III
10
7
17
4
IV
9
9
18
5
V
5
7
12
53
46
99
JUMLAH
Ket.
Tabel 7 Keadaan Siswa SDIT An-Nur TA 2010 / 2011 Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah
No 1
I
17
20
37
2
II
15
14
29
3
III
14
9
23
4
IV
10
7
17
5
V
9
9
18
6
VI
5
7
12
70
36
106
JUMLAH
Ket.
6. Sarana Prasarana
NO
Tabel 8 Keadaan Sarana Prasarana SDIT An-Nur RUANG JUMLAH KET.
1
Kantor Guru
2 Lokal
2
Ruang kelas
6 Lokal
3
UKS
1 Lokal
4
Perpustakaan
1 Lokal
5
Masjid
1 Lokal
6
Toilet / WC
6 Lokal
7
Halaman
1 Lokal
8
Sarana Olah Raga
1 Lokal
27,5 x 35 m Lap. Sepak bola
C . Keadaan Umum Madrasah – Madrasah disekitar SD Muhammadiyah PK dan SDIT An - Nur 1. MI Tukangan a. Sejarah singkat MI ini berdiri pada tahun 1955 diatas tanah wakaf. Nama lengkapnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Tukangan. Ketika awal berdirinya Madrasah ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Masyarakatnya yang religi mempengaruhi tetap eksistnya Madrasah ini. Berdirinya MI ini dipelopori oleh Bapak K.H. Ahmad Sidiq sebagai tokoh Agama di desa Tukangan kala itu. Dulunya kegiatan Belajar Mengajar dilaksanakan di Masjid, dan hanya duduk beralaskan tikar. Tujuan didirikannya MI Tukangan adalah untuk mencetak generasi Islam yang bermanfaat bagi Nusa, Bangsa, dan Agama. Madrasah ini baru saja mengadakan pergantian Kepala Madrasah, pergantian baru saja dilangsungkan pada tahun ini tepatnya 02 Januari 2010, dari Bapak Nasiri kepada Bapak M. Rofiq, S.S S.P. Pergantian ini ditujukan untuk mereformasi sistem yang selama ini dirasa pihak Sekolah terlalu tertinggal dengan sistem sekolah ditempat lain atau lebih tepatnya dunia pendidikan masa kini. Madrasah ini tergolong kuat keorganisasiannya karena menjadi bagian dari Yayasan Islamic Centre Sudirman (YICS). Yayasan ini
mengelola Pendidikan Islam mulai tingkat Taman kanak – kanak, sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Semuanya berada dalam satu lokasi dan pengelolaannya dilaksanakan secara bersama – sama oleh pengurus Yayasan. Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan MI ini masih dalam tahap pembangunan baik fisik maupun mutu pendidikannya, tenaga pendidik yang dalam kategori muda masih semangat untuk diajak memacu ketertinggalan. Hal inilah yang dikerjakan oleh pengurus sesuai permintaan Masyarakat yang menginginkan nilai lebih bagi anak – anaknya dalam mengenyam pendidikan. b. Letak Geografis Letaknya berada di Dusun Tukangan, Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Lokasinya sangat strategis ditengah – tengah perkampungan dan hanya berjarak 500 m dari jalan raya Solo – Semarang. Sekitar 150 m dari MI ini juga berdiri SD Negeri Urut Sewu 02, MI Gatak, dan SDN 01 Gladag Sari. MI ini berdiri ditengah – tengah sekolah lanjutan, baik pertama maupun atas yaitu : SMP N 01 Ampel, SMP PGRI Ampel, SMP N 02 Ampel, SMP Islam Sudirman Ampel, SMU Islam Sudirman Ampel, dan SMK Bhineka Karya 03 Ampel. c. Kurikulum Kurikulum Madrasah ini mulai tahun 2006 memakai kurikulum yang sama dengan Sekolah / Madrasah lain yaitu kurikulum tingkat
satuan pendidikan ( KTSP). Namun hal ini kurang sesuai dengan pernyataan pihak sekolah ketika penulis melihat daftar buku – buku yang dipakai oleh para Guru dalam proses pembelajaran. Muatan lokal yang seharusnya menambah daya fikir siswa kurang diperhatikan, hanya bahasa Jawa dan Bahasa Inggris yang itu pun kurang di dukung dengan tenaga pendidik yang sesuai jalurnya. d. Struktur Organisasi
KEPALA SEKOLAH M. ROFIQ
WAKIL KEPALA HIDAYATUL M.
SEKRETARIS MUSYRIFAH
BENDAHARA SRI HARTATI
SEKSI-SEKSI Dewan Guru
Gambar 6: Susunan Organisasi MI Tukangan
KETUA KOMITE H. Mujtahid
WAKIL KETUA Bil‟un
SEKRETARIS Siti Sarwanah H. Hayyi Mawardi
BENDAHARA Subari H. Muhlasin
ANGGOTA
KESISWAAN Burhanudin Badrus
PENGENDALIAN MUTU Sugiarto Munjayin
Harno Bajuri M
KURIKULER Mabruri Qosim
Gambar 7 : Susunan Komite MI Tukangan e. Keadaan Guru dan Siswa MI Tukangan memiliki 8 orang tenaga guru, 1 diantaranya berstatus PNS yaitu : Ibu Hidayatul Muallimah, S.Pd.I. Berikut adalah data nama – nama Guru di MI Tukangan: Tabel 9 Keadaan Tenaga Pendidik MI Tukangan NO
NAMA
PENDIDIKAN
1
M. Rofiq, S.S S.P
SI Sastra Arab, Pertanian
2
Hidayatul Muallimah, S.Pd.I
SI PAI
3
Musyarofah, S.Ag
SI PAI
4
Iin Khotimah, S.Pd.I
SI PAI
5
Sri Hartati, A.Ma
Ahli Madya
6
Irfani, A.Ma
Ahli Madya
7
Sujiyem, A.Ma
Ahli Madya
8
Junaidi, A.Ma
Ahli Madya
Keadaan siswa mulai tahun pelajaran 2009/2010 dan 2010/2011 adalah : Tabel 10 Keadaan Siswa MI Tukangan TA 2009/2010 No
Kelas
Laki- laki
Perempuan
Jumlah
1
I
9
10
19
2
II
6
14
20
3
III
5
9
14
4
IV
11
6
17
5
V
5
6
11
6
VI
8
6
14
44
51
95
JUMLAH
Ket.
Tabel 11 Keadaan Siswa MI Tukangan TA 2010/2011 No
Kelas
Laki- laki
Perempuan
Jumlah
1
I
9
10
19
2
II
6
14
20
Ket.
3
III
5
9
14
4
IV
11
6
17
5
V
5
6
11
6
VI
6
7
13
42
52
94
JUMLAH
F. Sarana Prasarana
NO
Tabel 12 Keadaan Sarana Prasaran MI Tukangan RUANG JUMLAH
KET.
1
Kantor Guru
1 Lokal
2
Ruang kelas
6 Lokal
3
UKS
1 Lokal
4
Perpustakaan
-
5
Masjid
-
6
Toilet / WC
2 Lokal
7
Halaman
1 Lokal
8,5 x 30,75 m
8
Sarana Olah Raga
1 Lokal
Lap.Badminton
2. MI Sruwen 04 a. Sejarah singkat MI ini berdiri pada tahun 1976 diatas tanah wakaf seluas 990 m2. Sejak awal berdirinya Madrasah ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Masyarakatnya yang religi mempengaruhi tetap eksistnya Madrasah ini. Pelopor berdirinya MI ini adalah Bapak Multazam, sebagai tokoh Masyarakat kala itu. Adapun tujuannya untuk mencetak generasi yang beriman dan berilmu, berguna untuk Bangsa dan Negara. Dahulu MI ini adalah Madrasah Diniyah yang hanya melaksanakan pembelajaran diwaktu sore dan hanya mengajarkan ilmu Agama saja. Tenaga Gurunya adalah para pemuda setempat yang telah belajar di Pondok Pesantren di berbagai tempat. Setelah diadakan pertemuan – pertemuan tokoh masyarakat, maka diputuskan untuk mengubah Madrasah Diniyah menjadi Madrasah Ibtidaiyah pada tahu 1976 dan melaksanakan proses belajar mengajar di pagi hari dengan menggunakan kurikulum dari Depag. Mulai saat itu MI ini mengembangkan kualitas dan mencapai puncaknya pada tahun 1980 an. Hal ini dikarenakan Masyarakat sangat antusias menyekolahkan Putra – Putri mereka untuk menuntut ilmu di MI ini. Kepercayaan masyarakat dibayar oleh para dewan Guru dengan semangat untuk mencetak generasi Islam yang berguna untuk Bangsa, Negara, dan Agama, sesuai cita – cita awal didirikannya MI ini.
Sampai dengan penelitian ini dilakukan MI ini tetap konsisten dalam menjaga mutu, terbukti masyarakat Sruwen menjadi Masyarakat yang Religi karena telah bertahun – tahun, Anak – anak atau Alumni yang berhasil menjadi orang berguna di Masyarakat dulunya belajar di MI ini. Image bahwa MI ini akan mencetak manusia yang berguna sudah menempel di Dada Masyarakat. Hal yang kurang dari MI ini adalah kurang luasnya halaman yang seharusnya dapat dijadikan lahan kreatifitas siswa. Namun begitu MI ini tak kalah dalam kreatifitas seni Islami, terutama Hadrah. Bahkan banyak piala berhasil dibawa pulang setelah memenangi lombalomba diberbagai tempat. Sampai penelitian ini dilakukan MI ini masih tetap eksis karena konsistennya
dalam
menjaga
kualitas
dengan
dukungan
penuh
Masyarakatnya. b. Letak Geografis Letaknya berada di Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Lokasinya berada di sebelah timur desa, paling ujung dari pemukiman penduduk namun sangat strategis karena berdampingan dengan Masjid di Desa tersebut. Berbeda dengan MI Sruwen 01, MI Sruwen 04 jauh dari jalan raya. MI ini terletak dipinggir sungai dan
area persawahan
sehingga jauh dari kebisingan. Jarak dengan MI Sruwen 01 sekitar 200 m.
c. Kurikulum Madrasah ini mulai tahun 2006 memakai kurikulum yang sama dengan Sekolah / Madrasah lain yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). Namun pihak sekolah menambahkan muatan lokal yang dirasa berguna bagi masa depan siswa yaitu Komputer, dan Hadrah. Meskipun mengklaim mengikuti Kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) namun MI ini masih memakai buku – buku dari Kurikulum KBK dan Kurikulum 2004. hal ini penulis buktikan dengan melihat buku – buku yang dipakai dalam proses pembelajaran. d. Struktur Organisasi
KEPALA SEKOLAH WARNO, A.Ma WAKIL KEPALA M. FATAH AMIN SEKRETARIS FAJAR ANDI S.
BENDAHARA TITIN AINURRAHMAH
Kurikulum
Drs. Jaroni
Kesiswaan Hanik Taslimah
Gambar 7 : Struktur Organisasi MI Sruwen 04
KETUA KOMITE Nur khanani
WAKIL KETUA Zulkarnain
SEKRETARIS Sa‟roni
BENDAHARA M. Maksum
ANGGOTA
PENDIDIKAN Jaroni
PENGEMBANGAN TU Mukalip Nazari
HUMAS M. Sodiq
KURIKULER Suroso
Gambar 8 : Susunan Komite MI Sruwen 04 e. Keadaan Guru dan Siswa MI Sruwen 04 memiliki 9 orang tenaga guru, 3 diantaranya berstatus PNS yaitu Bapak Warno ( Kepala Madrasah ), dan M. Fatah Amin ( Wakil Kepala ) dan Drs. Jaroni. Sedangkan yang lain masih berstatus Wiyata Bhakti
NO
Tabel 13 Keadaan Tenaga Pendidik MI Sruwen 04 NAMA PENDIDIKAN
1
Suwarno, A.Ma
Ahli Madya
2
M. Fatah Amin, S.Pd.I
SI PAI
3
Titin Ainurrahmah, A.Ma
Ahli Madya
4
Fajar Andi Saputra, A.Ma
SI PAI
5
Sumarno, A.Ma
Ahli Madya
6
Hanik Taslimah, S.Pd.I
SI PAI
7
Giarti, A.Ma
Ahli Madya
8
Drs. Jaroni
SI PAI
9
Siti Sholihatun, S.Ag
SI PAI
Keadaan siswa mulai tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011 adalah : TAHUN PELAJARAN 2009/2010
No
Tabel 14 Keadaan siswa MI Sruwen 04 TA 2009/2010 Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah
1
I
20
19
39
2
II
9
9
18
3
III
9
9
18
4
IV
8
7
15
5
V
8
7
15
6
VI
5
9
14
JUMLAH
59
60
119
Ket.
Tabel 15 Keadaan siswa MI Sruwen 04 TA 2010/2011 No
Kelas
Laki- laki
1
I
15
Perempuan 17
Jumlah 32
Ket.
2
II
20
19
39
3
III
9
9
18
4
IV
9
9
18
5
V
8
7
15
6
VI
8
7
15
JUMLAH
69
68
137
f. Sarana dan Prasarana Tabel 16 Keadaan Sarana Prasarana MI Sruwen 04 RUANG JUMLAH KET.
NO 1
Kantor Guru
1 Lokal
2
Ruang kelas
6 Lokal
3
UKS
-
4
Perpustakaan
1
5
Tempat Ibadah
1 Lokal
6
Toilet / WC
2 Lokal
7
Halaman
1 Lokal
8
Sarana Olah Raga
-
Berupa Masjid
5 x 15 m -
3. MI Tegalrejo a. Sejarah singkat MI ini berdiri pada tahun 1967 diatas tanah wakaf. Nama lengkapnya MI Tahdibul Banin Ngesrep, Tegalrejo. Pada awal berdirinya Madrasah ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Masyarakatnya yang religi mempengaruhi tetap eksistnya Madrasah ini, hingga sekitar tahun 1990 an. Selain faktor Masyarakat, yang membuat MI ini tetap eksis karena Pengurus sekaligus Kepala Madrasahnya adalah Kepala Desa setempat yaitu Bapak Slamet Syamsuddin. Sekitar tahun 1998 Madrasah ini mulai surut, dikarenakan masyarakat setempat kurang percaya lagi terhadap pendidikan di MI ini yang dianggap kurang memberi harapan dimasa depan. Munculnya SD Muhammadiyah PK pada tahun 2003 benar –benar membuat pengurus MI ini kalang kabut, banyak Orang tua yang memilih menyekolahkan Putra – Putrinya kesana. Alasannya hampir seragam bahwa selain dekat dan di antar jemput Mobil, SD Muhammadiyah PK dirasa akan mengantarkan anak – anak mereka menjadi anak yang pandai dan membanggakan Orang Tua. Namun sejak tahun 2007, ketika kepemimpinan Madrasah dipegang oleh Putra dari Bapak Kades ( Slamet Syamsuddin ) yaitu Febru Ahmad Syaifuddin, MI ini mulai ada sedikit perubahan. Jiwa muda dan semangatnya untuk merubah status Madrasah mulai menampakkan hasil. Hal itu sampai dengan penelitian ini diadakan.
Untuk mewujudkan cita – citanya pada tahun ajaran 2008 / 2009 Kepala Madrasah Bapak Febru A. Syaifudin merubah strategi dengan merekrut anak – anak usia TK ( Usia 4 – 6 tahun ) di desanya yang masuk kategori miskin untuk di Sekolahkan ke MI Ngesrep dengan memberikan level kelas I A kepada anak – anak yang Sekolah disana ( dengan maksud untuk menghemat biaya bagi wali murid dari pada untuk membiayai di tingkat TK yang notabene lebih mahal ). Strategi ini berhasil, terbukti orang tua yang menitipkan anaknya ke MI ini lebih banyak dari pada tahun tahun yang lalu. Mereka percaya bahwa jika anaknya dimasukkan langsung ke MI akan memperingan biaya sekolah TK selama satu tahun. Saat ini gedung yang dimiliki MI Ngesrep sudah layak pakai karena sudah diadakan pemugaran dengan menambah ruang kelas setelah mendapat bantuan dana Rehab dari pemerintah sebesar 90 juta. Sampai dengan penelitian ini di lakukan MI Ngesrep masih terus mereformasi diri untuk mengejar ketertinggalan dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terutama kepada pendidikan Agama. Kekurangan dari MI ini adalah tidak adanya halaman yang memadai sebagai sarana Olah raga serta area bermain, dan berkreasi anak – anak ketika istirahat. b. Letak Geografis Letaknya berada di Dusun Ngesrep, Desa Tegalrejo, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Lokasinya sangat strategis ditengah – tengah perkampungan. Jarak dari jalan raya Solo – Semarang hanya sekitar
250 m. 100 m dari MI ini juga berdiri SDN 01 Tegalrejo yang letaknya juga strategis. Disebelah utara MI ini ada Musholla yang digunakan untuk melatih siswa agar terbiasa melaksanakn ibadah, khususnya sholat berjama‟ah. MI ini dekat dengan kantor kecamatan Tengaran hanya sekitar 100 m, sehingga sedikit lebih cepat dalam menerima informasi yang datang dari UPTD maupun PPA kecamatan Tengaran. c. Kurikulum Madrasah ini mulai tahun 2006 memakai kurikulum yang sama dengan Sekolah / Madrasah lain yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). MI ini belum mengembangkan Kurikulumnya karena keterbatasan dana dan SDM. Ekstra yang ditambahkan baru sekedar Pramuka yang dilaksanakan setiap hari Jum‟at. Adapun untuk muatan lokal ditambahkan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. d. Sruktur Organisasi
Kepala Pebru A. Syaifuddin Waka Kurikulum Nur Said Sekretaris Siti Fatimah
Waka Kesiswaan Irham Fathoni BENDAHARA Paryati
Gambar 09 Susunan Organisasi MI Tegalrejo
Seksi 2
KETUA KOMITE Suyoto
WAKIL KETUA Slamet M.
SEKRETARIS Triyadi M. Hidayat
BENDAHARA Daman Kahuri
ANGGOTA
KESISWAAN Zubaidi
PENGENDALIAN MUTU Irham B.S.
HUMAS Minarto
KURIKULER Mulyono
Gambar 10 Susunan Komite MI Tegalrejo e. Keadaan Guru dan Siswa MI Tegalrejo memiliki 7 orang tenaga guru yang semuanya berstatus Wiyata Bhakti. Keistimewaan MI ini adalah Kepala Madrasahnya masih berusia muda yaitu 28 tahun dan berani merombak manajemen lama yang dirasa kurang merespon keinginan Masyarakat.
NO
Tabel 17 Keadaan Tenaga Pendidik MI Tegalrejo NAMA PENDIDIKAN
1
Pebru Ahmad Syaifuddin, S.Pd.I
SI PAI
2
Paryati, A.Ma
Ahli Madya
3
Nur Said, S.Pd.I
SI PAI
4
Irham Fathoni, A.Ma
Ahli Madya
5
Nurul Faizah, A.Ma
Ahli Madya
6
Mualifah, A.Ma
Ahli Madya
7
Siti Fatimah, A.Ma
Ahli Madya
Keadaan siswa mulai tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011 adalah :
No
Tabel 18 Keadaan Siswa MI Tegalrejo TA 2009/2010 Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah
1
I
5
5
10
2
II
5
5
10
3
III
5
6
11
4
IV
7
2
9
5
V
7
2
9
6
VI
5
4
9
JUMLAH
34
24
58
No
Tabel 19 Keadaan Siswa MI Tegalrejo TA 2010/2011 Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah
1
I
22
15
37
2
II
5
5
10
3
III
5
5
10
4
IV
5
6
11
5
V
7
2
9
Ket.
Ket.
6
VI
7
2
9
JUMLAH
51
35
86
f. Sarana dan Prasarana Tabel 20 Keadaan Sarana Prasarana MI Tegalrejo RUANG JUMLAH
NO 1
Kantor Guru
1 Lokal
2
Ruang kelas
6 Lokal
3
UKS
-
4
Perpustakaan
-
5
Musholla
-
6
Toilet / WC
1 Lokal
7
Halaman
1 Lokal
KET.
-
8 x 11 m
4. MI Gatak a. Sejarah singkat MI ini berdiri pada tahun 1966 diatas tanah wakaf dari Bapak Ibrahim, Wiryo Tono, dan Darso Suparto. Nama lengkapnya adalah MI Darul Ulum Gatak. Pada awal berdirinya Madrasah ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Pelopor berdirinya Madrasah ini adalah Bapak Iman Syaroni selaku Kadus di Dusun Gatak waktu itu. Pada awal
berdiri kelas – kelasnya hanya menumpang di rumah-rumah penduduk, karena gedung belum bisa ditempati. Tiga tahun kemudian Madrasah ini sudah memiliki 60 orang siswa dan gedung sudah dapat ditempati walau hanya terbuat dari Gedhek ( Anyaman dari Bambu ). Menurut Kepala Madrasah dan ketua Komite, MI ini mulai surut setelah berdirinya SDN 01 Urutsewu yang terletak di Dusun Sendang pada awal tahun 1990 an.. Pendirian SD ini dipelopori oleh Lurah Desa Urutsewu Bapak Basirun yang beragama Kristen, dengan maksud untuk mencegah masyarakat Desa Urutsewu untuk belajar Agama Islam di MI Gatak. Hal ini dikarenakan hampir 50 % warga Sendang, Urutsewu menyekolahkan anakanaknya di MI Gatak. Sehingga warga Dusun Sendang banyak yang pandai ilmu Agama Islam. Sepuluh tahun MI ini mengalami kemerosotan jumlah siswanya. Pada tahun 2003 berdirilah SD Muhammadiyah Program Khusus Ampel yang banyak sekali menyedot animo Masyarakat dengan program pendidikan yang di tawarkan. Berdirinya sekolahan ini benar – benar membuat MI Gatak seperti mati rasa, sebab banyak sekali orang tua terutama di desa Gatak dan sekitarnya yang menyekolahkan anaknya kesana. Alasan orang tua macam – macam , ada yang karena dijemput mobil sekolah, ada yang karena mutunya bagus, ada yang karena lebih menjanjikan, ada yang karena lebih bisa konsentrasi bekerja karena anak – anak mereka dalam pengawasan penuh
oleh para Guru hingga sore sepulang kerja, ada yang karena itu menunjukkan level sosial karena biaya yang mahal. Dan masih banyak alasan yang lain. Pada awal tahun 2009 pengurus sepakat untuk merubah sistem pembelajaran sesuai dengan permintaan pasar atau Masyarakat. Seiring dengan tugas Kepala Madrasah yang sudah paripurna tugas sebagai PNS, maka pengurus segera mengadakan reorganisasi. Kepala Madrasah masih tetap memegang tampuk kepemimpinan namun untuk segala urusan administrasi di laksanakan oleh wakil kepala. Semua hal ini di tetapkan untuk menghormati jasa kepala Madrasah yang lama, akan jasa – jasanya yang telah berjuang demi kehidupan MI ini. Hal pertama yang dilakukan oleh pengurus baru adalah merombak seluruh program lama diganti dengan model pembelajaran yang sesuai situasi dan kondisi saat ini, termasuk mengganti susunan Komite Sekolah dengan tenaga muda. Islamic Full Day School adalah hal pertama yang diajukan untuk meningkatkan mutu dan menarik simpati Masyarakat untuk menyekolahkan Putra – Putrinya ke MI ini. Langkah kedua yang dilakukan adalah menambah tenaga pendidik yang dulunya hanya 7 orang sekarang ditambah 5 orang sehingga berjumlah 12 orang yang kesemuanya adalah tenaga muda. Kedisiplinan menjadi motto yang utama dan harus dilaksanakan oleh semua warga sekolah. Kepala Madrasah menuliskan disetiap ruang kelas dan kantor “ Kita harus berlari dengan langkah yang lebih cepat dan baik
ketimbang orang lain “ . Selain itu MI ini adalah satu – satunya Sekolah di Desa Sugihan dan sekitarnya yang sudah memiliki seperangkat Drum Band yang dijadikan sebagai salah satu alat untuk menarik siswa, selain sebagai Program Ekstrakurikuler. Sampai dengan penelitian ini dilakukan MI ini terus merubah bentuknya baik fisik maupun mutu pendidikan untuk menunjukkan pada Masyarakat bahwa Madrasah tidak kalah dengan Sekolah yang berlabel negeri maupun yang lain. b. Letak Geografis Letaknya berada di Dusun Gatak, Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Lokasinya sangat strategis ditengah – tengah perkampungan dan sangat kondusif untuk proses belajar bengajar. Jarak dengan jalan raya Solo – Semarang sangat jauh, yaitu + 1 KM, namun MI ini terletak di pusat pendidikan Kecamatan Ampel, sebab sekitar 100 m dari MI ini berdiri 8 Sekolahan dari tingkat dasar sampai SLTA. Sekolahsekolah tersebut adalah SDN 01 Urutsewu, MI Tukangan, SMPN 01 Ampel, SMPN 02 Ampel, SMP PGRI, SMP Islam Sudirman, SMA Islam Sudirman, dan SMK Bhineka Karya 02 Ampel. MI Darul Ulum Gatak sendiri tepat berada di perbatasan antara kecamatan Tengaran dan Kecamatan Ampel sekaligus antara Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Sebagai Madrasah yang berada di
perbatasan dengan daerah lain dan jauh dari ibu kota kecamatan, MI ini selalu ketinggalan dalam menerima informasi dari PPA maupun UPTD. c. Kurikulum Kurikulum Madrasah ini sama dengan Sekolah lain dengan memakai kurikulum terbaru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ). Muatan lokal yang ditambahkan mulai tahun 2009 adalah B. Inggris Conversation,dan Komputer. Sedangkan untuk Ekstrakurikulernya adalah Drum Band, Pramuka, Hafalan Juz Amma, dan Qiro‟ah. d. Sruktur Organisasi
Kepala Madrasah Mahfudh Sidiq
Wakil Kepala M.Zainil Imtihan
Sekretaris M.Muttaqin
BENDAHARA
Mardliyah
Sie.Kesiswaan Nur Arifah
Sie. Kurikulum Hidayat
Sie. Peng. Mutu M.Syaiful
Gambar 11 Susunan Organisasi MI Gatak
KETUA KOMITE Qomari,S.Pd WAKIL KETUA Mughni Imron ANGGOTA
BENDAHARA
SEKRETARIS Syaifudin Zuhri
Mirwanti Mardliyah KESISWAAN Nur Kholis Handik Nastain
PENGENDALIAN MUTU
HUMAS Syarwan Widodo
PEMBANGUNAN
Hasyim Asyari Mansur Ibrahim Yusuf Martono
KURIKULER Zaenal Arifin Syahid Irawan
Gambar 12 Susunan komite MI Gatak e. Keadaan Guru dan Siswa MI Gatak memiliki 12 orang tenaga guru yang semuanya berstatus Wiyata Bhakti. Tabel 21 Keadaan Tenaga Pendidik MI Gatak PENDIDIKAN
NO
NAMA
1
Mahfudh Sidiq, A.Ma
Ahli Madya
2
Mardliyah, S.Pd.I
SI PAI
3
M. Muttaqin, S.Pd.I
SI PAI
4
Arfiatul Muizzah, S.Pd.I
SI PAI
5
Nur Arifah, A.Ma *
Ahli Madya
6
Siti Kusmiyati, A.Ma *
SI PAI
7
M. Zainil Imtihan *
SLTA
8
M. Syaiful, A.Ma *
Ahli Madya
9
Hidayat, A.Ma *
Ahli Madya
10
Zaenal *
SLTA
11
Latifah Fatmawati *
SLTA
12
Nani Lafifah *
SLTA
Ket : * masih kuliah di STAIN Salatiga
No
Tabel 22 Keadaan Siswa MI Gatak TA 2009/2010 Kelas Laki- laki Perempuan Jumlah
1
I
3
10
13
2
II
6
7
13
3
III
3
8
11
4
IV
6
6
12
5
V
8
7
15
6
VI
7
8
15
JUMLAH
33
46
79
Ket.
Tabel 23 keadaan Siswa MI Gatak TA 2010/2011 Laki- laki Perempuan Jumlah Ket.
No
Kelas
1
I
4
10
15
pindahan satu
2
II
4
10
14
Pindahan satu
3
III
6
7
13
4
IV
4
8
12
5
V
6
6
12
6
VI
8
7
15
JUMLAH
32
48
81
Pindahan satu
f. Sarana dan Prasarana Tabel 24 Keadaan Sarana Prasarana MI Gatak NO
RUANG
JUMLAH
KET.
1
Kantor Guru
1 Lokal
2
Ruang kelas
6 Lokal
3
UKS
-
4
Perpustakaan
-
5
Musholla
1 Lokal
4x7m
6
Toilet / WC
4 Lokal
3,5 x 8 m
7
Halaman
1 Lokal
10 x 22 m
8
Sarana Olah Raga
2 Lokal
Lap. Badminton,
Basket, Lompat Jauh, Loncat Tinggi
D. Temuan atas fenomena Islamic full day school Menurut A : “ SD ini dipercaya Masyarakat karena kami menawarkan bentuk dan sistem pembelajaran yang berbeda dengan sekolah tingkat dasar pada umumnya, dengan sistem full day school, masyarakat yang pekerjaannya dikantor atau dipasar yang hampir setiap hari pulang sore sangat tertarik dengan model ini karena mereka tidak perlu mengawasi anak – anaknya dalam hal belajar dan bermain…. “ B mengatakan : “ SD ……ini memang didirikan dalam rangka memberikan pelayanan pada masyarakat yang sibuk dalam hal pekerjaan, sehingga mereka kurang memperhatikan belajar anak – anaknya. Selain itu kami juga menawarkan model pembelajaran yang baru yang mungkin bisa dikatakan modern yaitu full day school. Model pembelajaran ini selain untuk mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia dengan bangsa lain juga untuk meringankan para orang tua untuk mengawasi waktu belajar anak – anak mereka.” C menuturkan : “ ….Ya kami itu mengajar sesuai tuntutan dari pihak pengurus, buku – bukunya sudah disediakan…..untuk gaji alhamdulillah saya per bulannya itu mendapat 500 ribu, tapi makan dan sarapan sudah ditanggunng sekolah, jadi nggak bingung dan repot – repot masak.. saya senangnya di sini itu semua fasilitas sudah ada jadi ngajarnya itu enak…” Menurut D : “….Kalau saya ngajar sini itu dah sejak berdirinya SD ini, ya kira kira dah 5 tahunan, dulu masih berjuang mas, tapi sekarang dah nemu ( menemukan ) enaknya….ya kurikulum itu kan sudah paket dari pemerintah ya kita melaksanakan saja, kalau dari pihak pengurus itu menambahakan muatan lokal, banyak lho yang dah hafal juz Amma tapi jujur saja saya juga baru hafal setengah masalahe dah tua mas jadi pikirannya nggak nyandak ( Kuat )…kalau kinerjanya sangat bagus, sama Guru – guru yang lain itu perhatian, benar – benar memikirkan nasib kita –kita ini, ya semua program itu dilaksanakan dengan tegas dan disiplin jadi kami ya harus ikut yang
dicontohkan oleh beliau.. beliau itu dulunya mahasiswa teladan, saya tahu itu dari temen – temennya… “ Sedangkan E mengatakan : “…. Ya kami berjuang dan selalu berusaha mencapai cita – cita kami, tujuannya agar rakyat Indonesia itu pandai dalam segala hal namun tak lupa Agamanya…ya visi misi kita laksanakan dengan baik, itu yang menjadi tonggak keberhasilan kita kalau visi misi berjalan ya kita maju tapi kalau nggak ya bisa disaksikan seperti sekolahan – sekolahan yang ada di sekitare kita, ….ya tahu lha saya itu dulu ya pernah wiyata di MI juga jadi ya tahu kondisi MI bagaimana…. “…kami memang mulai babat alas ( Mulai dari awal ), maka saya mencari sosok tenaga pendidik yang berkualitas, …..pada awalanya mereka kami gaji 200 ribu, setengah tahun kemudian karena Yayasan menyuplai dana besar maka kami naikkan menjadi 400 ribu. …ya harus bersaing mas…..kami berani, dan harus berani kalau nggak ada SPP terus ngurusnya pakai apa, lha wong sekarang itu semua pakai duit. ….sekarang per bulannya itu 20 ribu mas, wah tapi itu perlu waktu lama, memberikan pengertian pada Orang tua tentang arti pentingnya pendidikan itu sangat sulit….kalau yang miskin kita pakai subsidi silang…. F menjelaskan : “ ….Kami berusaha menjadikan Sekolahan ini sebagai model percontohan sekolah lain, sama sekali tidak ada rasa untuk menghancurkan Sekolah lain. Apa dikira kami itu nggak sedih po melihat kondisi negeri ini. …..memang kalau dana kami akui mendapat modal dari Yayasan, tapi kalaupun punya modal besar tapi tak bisa mengelola kan bisa jadi modal madul, ha…ha… lho itu lho lagikanya. ….oh, kalau kurikulum kami memang pakai KTSP, tapi kami lebih mengedepankan kemampuan siswa ketimbang pemaksaan kurikulum. ….ya kami memperbanyak muatan lokal yang nantinya berguna di Masyarakat, kaya tahfidhul Juz Amma sama Komputer itu. ….Alhamdulillah Fasilitas kami sudah lebih dari cukup sampeyan bisa lihat sendiri ke sana. G menuturkan : “…Pertama gurunya ramah-ramah, terus fasilitase ada, dan yang paling penting itu pendidikannya bermutu….wah masalah biaya nggak masalah mas berapa aja saya bayar yang penting anak saya pinter….” H lugas menuturkan : “….Ya kami senang karena kelasnya itu bagus – bagus, terus Guru – gurunya itu ramah – ramah. Saya dulunya ragu mau menyekolahkan anak saya ke sana, kan biasanya SDIT itu orangnya pakai celana jegrang – jegrang ( diatas lutut ) itu nanti saya takutnya malah jadi teroris, tapi ternyata kok nggak, Gurunya biasa – biasa saja…..biayanya murah mas, lha kalau sebulan 20 ribu kan sama saja dengan sehari itu 1500 to mas, bayangkan itu dari jam 7 sampai jam 2 lho. ….ya kalau dilihat dari buku –
buku yang dibawa pulang anak saya itu saya percaya kurikulumnya bagus, tapi saya yo nggak mudeng kalau disuruh mengerjakan PR anak saya itu lha pelajaran saya dulu beda jauh sama sekarang….yang membuat saya bangga yaitu anak saya itu sudah hafal juz Amma lho mas padahal bapaknya kaya gini…..
E. Temuan atas fenomena Madrasah 1. Kurikulum Menurut I, Kepala MI Tukangan : “…Kalau dulu ya pakai kurikulum dari Depag tapi setelah ada kurikulum baru KTSP itu ya kita pakai itu…”. Sedangkan J, Kepala MI Sruwen 04 : “…Kurikulum kita itu kita sesuaikan dengan kebutuhan siswa, sebenarnya semua baik, tapi sehubungan dengan adanya program UAS BN ini saya bingung harus pakai kurikulum yang mana, lha semua di pukul rata, bagi saya yang penting siswa paham dan bisa lulus, lha wong keinginan orang tua yang penting anaknya diajari Agama saja kok…” K menjelaskan, Kepala MI Tegalrejo : “…Saya pernah ikut pelatihan tentang KTSP, tapi saat ini seperti nggak ada gunanya, lha wong proses belajar siswa hanya di tentukan dalam waktu 3 hari thok, terus mau diapakan KTSP ini, tapi ya karena kurikulum pemerintah sudah diganti ya kita ikut saja pakai KTSP itu…” Menurut L, Kepala MI Gatak : “…Lha saya itu yo ngikut temen – temen itu toh, pakai istilah apa itu KTSP, ya itu yang paham rekan –rekan Guru yang lain masalahnya yang saya kirim pelatihan kan yang masih muda, saya nggak paham komputer…”. Penuturan M, Guru dari MI Sruwen “…Buku yang kita pakai semua dari pemerintah dan semua berlabel KTSP maka sudah jelas toh kami pakai kurikulum KTSP..”.
Senada dengan M, N seorang Guru dari MI Gatak menambahkan sebenarnya isinya sama Cuma diubah tehniknya saja..”. Pernyataan senada
juga dikatakan oleh O dan P sebagai Guru dari MI Tegalrejo dan MI Tukangan. Q sebagai Ketua komite MI Sruwen menuturkan : “ …Kalau dalam setiap rapat komite dan pihak sekolah kami tekankan bahwa yang penting pelajaran Agama harus lebih dari 60 %...”. Hal berbeda diungkapkan oleh R dan S selaku ketua Komite MI Tegalrejo dan MI Gatak bahwa yang penting saat ini adalah penyetaraan mutu pendidikan dengan sekolah lain agar MI tidak disepelekan orang. Sedangkan T sebagai ketua Komite MI Tukangan menyatakan : “…Kami itu ngikut Yayasan aja, semua yang di canangkan Yayasan saya ikuti dengan dibantu teman – teman kami jalankan, ..ya KTSP itu yang kita pakai. “. 2. Tenaga Kependidikan Menurut I : “…Alhamdulillah ada 1 Guru PNS disini, jadi kami agak ringan buat mikir honor Guru..”. J menuturkan, : “…Disini Cuma ada satu Guru Negeri itu pak Fatah tapi Wiyatanya ya lama sekali..yang lain masih Wiyata murni ”. K mengatakan : “… Kalau anak buah saya Alhamdulillah masih Wiyata Bhakti, dan semua masih muda sampai saat ini mereka masih semangat…”. L mengatakan : “…Dulunya kami hanya punya 7 orang Guru, tapi sekarang setelah ada perubahan strategi kami merekrut 5 Guru baru jadi jumlahnya 12 orang, masalahnya kalau tetap 7 ya kerepotan, kan sekarang jamnya ditambah pulangnya jam 2...”. U wali murid MI Sruwen mengatakan : “… Saya salut lho kok mereka itu betah ngajar, padahal sama saja nggak dibayar lho..”. Sedangkan V Walimurid MI Tukangan menuturkan : “... Saya
yakin Guru – gurunya akan membimbing anak saya dengan baik, kan saya sering lihat mereka juga masih ngajar TPA di Masjid, kalau bayarannya saya nggak tahu, tapi kayane nggak sesuai dengan keringatnya itu, lha wong saya yang cerita malah temannya.”.
W wali murid MI Gatak mengatakan :
“...Guru sini itu dah kaya PNS Aja sekarang itu, semua sudah naik Honda sendiri – sendiri, terus sragamnya bagus – bagus, nggak kalah sama Guru SD itu, tapi masih ada yang belum patut jadi Pak Guru, tapi ya maklum kan belum lama jadi Gurune...”. 3. Pembiayaan Pendidikan Sebagai Kepala Madrasah I,J,K,L, hampir senada bahwa Pembiayaan Pendidikan termasuk honor Guru diambilkan dari dana Biaya Operasional Sekolah ( BOS ). J menambahkan : “... Selain dari dana BOS kami juga mendapat donatur dari Wali murid yang kaya,... ya jumlahnya macammacam, tapi dari dana BOS saja kami sudah cukup...”. O menerangkan : “...Gara – gara iklan sekolah gratis di TV – TV itu wali murid sulit sekali kalau ditarik dana, padahal kami benar – benar butuh...”. S mengatakan, : “...Kami beranikan diri untuk meminta sumbangan dari wali murid setiap bulannya sebesar 2500 rupiah,......caranya ya kita adakan pertemuan terus diberi pengertian ...”. Sedangkan X selaku mantan Ketua Komite MI Gatak mengatakan : “ ....Wah Masyarakat sini itu sulit, pokoke setelah ada SD Sendang sama SDIT itu kami mumet ( Pusing )nggak seperti dulu. Saya itu sampai nggak kuat mikirnya... “.
4. Sarana Prasarana Ketika ditanya tentang Sarana prasarana, I menjelaskan : “....Kami masih pinjam ke SMP atau SMA, kan satu Yayasan jadi milik bersama...” . Sedangkan K menuturkan : “...Kami terus terang masih minim, nggak ada pihak yang membantu cuma sekolah saja yang ngurusi...”. L mengatakan: “...Kalau fasilitas kami lumayan ada, olah raga kita sudah lengkap, karena Gurunya berani modali dulu yang penting anak – anak seneng, tahun lalu kami malah berani beli Drum Band...itu komputer sekarang ada 3...”. J juga menjelaskan : “.... Untuk mebeler kami lebih dari cukup cuma halaman kami masih kurang luas...ya kami punya, tapi rebananya sudah lawas ( Usang ) karena sering dipakai kalau ada acara di desa sini...” U menuturkan : “...Saya senang
karena
sekolahannya
dekat
masjid
itu
kan
sarana
penting...komputernya juga punya....” 5. Keadaan orang Tua K mengatakan : “...Wah lha yang namanya masyarakat desa ya paling mereka lulusan SMP, ada sebagian yang lulus SMA...banyak yang nani( Bertani ), tapi Agamanya baik... ” Senada dengan K, J juga menjelaskan : “...Itu rata – rata Bapaknya alumni sini, setahu saya kaya pak Padi itu lulusan PGA tapi ada juga yang nggak bisa mbaca kaya pak Parlan itu, tapi anaknya pandai...” L menerangkan : “...Kalau dilihat dari buku induk ya banyak yang lulus SMA, ...pekerjaannya macem – macem, tapi rata – rata pedagang sama Petani...makanya pilih sekolahan ya yang nggak ragat (Banyak biaya )....” O
menambahkan : “ ...Saya itu sampai Gregeten ( jengkel ) mau minta uang buat bayar LKS aja kok ya nggak punya itu lho...” 6. Hubungan Masyarakat Ketika ditanya tentang hubungan MI dengan Masyarakat I,J,K hampir senada, mereka mengatakan bahwa sosialisasi MI ke Masyarakat lewat Pengajian umum dan kumpulan RT atau RW di desa masing – masing. Berbeda dengan L, beliau menjelaskan : “...Kalau dulu kita sosialisasi Cuma lewat wali murid TK itu, karena disini ndak ada pengajian kaya gitu, dulu memang ada tapi sekarang dah macet, tapi sekarang kita sudah merubahnya, sekarang pakai sepanduk dan pamflet, itu semua Guru-guru muda yang usul...”
M menuturkan : “...Kami sering berkunjung ke rumah siswa
terutama yang agak kurang dalam hal belajar, nanti disana sambil ngobrol sama ortunya sekalian silaturrahmi...itu yang nyuruh komite...” W mengatakan : “...Kayane ( Sepertinya ) udah 3 bulan ini ada dua Guru MI kesini tapi saya pas nggak ada dirumah, istri saya yang nemui katanya ya nanya – nanya anak saya di rumah belajar nggak gitu...” 7. Kepemimpinan Kepala Sekolah Ketika ditanya tentang kepemimpinan kepala sekolah W mengatakan : “...Saya kira dah bagus itu, lha nyatanya mbangun terus gitu kok, terus ada Drum Bandnya, beliau itu dulu Guru saya sekarang masih semangat mengurusi MI itu, makanya anak saya tak sekolahke disitu..”
Di MI Tukangan ada sedikit ganjalan manajemen, hal itu penulis buktikan ketika mewawancarai seorang Guru di sana, P mengatakan : “...Seharusnya kepala kita itu dah diganti, masalahnya dah nggak di gugu ( Ditaati ) sama temen –temen, dia itu merasa paling senior ya jadi ndak mau mendengar usul dan saran dari kita –kita...” T menjelaskan : “...Kita dah konfirmasi ke Guru – guru, lalu kami rapatkan dengan Yayasan dan kami sampaikan dengan baik – baik agar beliau berkenan mundur demi kemajuan MI ini, akhirnya beliau menyadari, kami lalu mencari kepala baru ya yang sekarang disana itu, dia itu dulunya Guru SD Muhammadiyah Urutsewu sana, terus kami rayu agar mau jadi kepala disini kita bayar 600.000 rupiah sebulan...ya untuk memajukan MI ini to...” 8. Pembinaan dari Lembaga terkait Ketika ditanya tentang peranan Yayasan K mengatakan : “ Kita itu sebenarnya nginduk ke YASPINAMAT ( Yayasan Pendidikan Islam Amanat Ummat ) Tengaran sana, tapi cuma sebagai syarat thok, lha wong sananya ya nggak ngurus kita....memang rata – rata MI di Tengaran ini nginduk kesana.....lha mau bikin Yayasan sendiri nggak kuat biayanya.....sekitar 5 juta gitu, kan saya tanya ke Pengacara...” L menambahkan : “ Hallah jangankan ngurus, lha wong datang kesini aja nggak pernah kok, kita dah ada rapat sama komite mau nginduk ke Yayasan lain atau itu mau buat apa itu namanya...oya Lembaga, kan biayanya lebih murah...katanya Cuma 300 ribu...” I menjelaskan : “ ....Ya kalau bantu sih iya, kan kita satu lokasi tapi kadang – kadang nundanya sampai sebulan padahal kita butuhnya segera, ya akhirnya serba repot....mereka itu yang dipentingkan SMP sama SMAnya MI ini kok kayane ( Sepertinya ) kurang dipikir...” Ketika di tanya tentang peranan Depag, J menjelaskan : “...Wah kalau nanyanya peran Depag saya nggak bisa jawab, masalahe ra tau bantu ( Masalahnya nggak pernah membantu ), lha saya itu juga sering ke Kandepagnya pak Wahuri Muhtar itu yo udah curhat tentang MI – MI di Tengaran itu tapi kok ya nggak ada tindakan jadi males saya itu....lha PPAnya sendiri juga nggak mutu, berangkatnya siang pulangnya juga siang ha..ha...ha... jadi nggak kerja apa – apa...”
L menambahkan : “...Depag kan semboyannya IKHLAS BERAMAL, tapi ya sudah lumayan kita sekarang sudah di bantu 90 juta ini, katanya tahun depan ada lagi, tapi ngurusnya itu lho ribet banget....untuk Gurunya Alhamdulillah sudah dapet Fungsional semua....” I juga senada dengan itu, ia mengatakan : “...Mungkin tiap daerah beda – beda, kalau kabupaten Boyolali kurang, itu anak – anak saya yang wiyata bhakti disini sama PPAnya malah ndak dilaporkan ke atasan sana jadi itu ya ada 3 Guru yang belum dapet tunjangan Fungsional....” 9. Mutu Pendidikan Ketika ditanya tentang mutu pendidikan di MI, U menjelaskan : “...Setahu saya anak – anak yang sekolah disana di ajari Drum Band sama Rebana terus komputer juga ada....malah pernah jadi juara se Kecamatan....wah kalau saya semua sekolah sama saja, yang penting itu anaknya belajar ndak.....kalau lulus itu urusan nanti ...lha pak Nur itu ya Alumni sini malah sekarang jadi Dokter, terus Pak Asof itu yo teman saya dulu, sekarang jadi DPR...pokoknya kalau visi misinya jelas dan masyarakat tahu ya bisa maju...” Sedangkan V mengatakan : “...Anak saya tak sekolahke disana itu karena belajar Agamanya lebih banyak, wah kalau nggak kenal Agama nanti saya yang repot lha itu anak – anaknya tetangga itu sama maknya ( Ibunya ) nggak pernah sholat kok, masalahe di SD kan nggak di warahi ( Diajari ) tapi kalau di rumah ndak dikontrol ya sama saja ....ya sudah bagus tapi masih kurang anak saya itu masih bingung kalau ada PR Matematika katanya kalau Gurunya nerangkannya kurang jelas....” W menjelaskan : “ ...MI situ itu sebenarnya sejak dulu bagus, saya kan juga sekolah disitu dulu, Cuma sekarang itu orang – orang sini kepingin gaul jadi ya anake disekolahke neng ( Anaknya disekolahkan di ) SD sana itu, kalau saya ndak kuat mbayarnya sama saja kok hasilnya.....lha iya no waktu kemarin lomba cerdas cermat 17an itu yang menang kan anaknya kang Pardi sama lek Zuhdi terus yang satu itu anaknya Pak Min, semua itu sekolahnya sini....ya saya percaya Kurikulumnya dah bagus Cuma kurang promosi sama bilang ke orang desa kalau visi misine itu gini-gini, yang penting yang bagusbagus gitu saja...”
F. Aspirasi Masyarakat Menurut S : ”...Sebenarnya Out Put dari MI itu sudah bagus, buktinya siswa yang bisa meraih prestasi pas UAS BN di Tengaran itu rata – rata dari MI, alasannya mungkin bermacam – macam, tapi yang pasti cara berfikir antara anak MI dan SD itu beda jauh. Kekurangan dari MI mungkin kurang sosialisasi pada Masyarakat, sekarang image masyarakat tentang MI itu kan sekolah nomor dua, jadi ya bagaimana MI bisa merubah image itu. Hasilnya mungkin tidak bisa di lihat sekarang mungkin 5 sampai delapan tahun baru kelihatan, ya memang harus sabar, tapi itu jalannya...oya visi misinya itu ditulis di tembok itu lho biar orang yang lewat bisa mbaca...” Q menambahkan : ”.....Ya saya berharap, Guru – guru MI ndak minder dengan SDIT itu. Biar saja orang – orang mau bilang kalau anaknya di Sekolahkan di MI itu ketinggalan jaman, tapi kan nanti kalau sudah besar bisa dilihat hasilnya. Pokoknya yang penting ndableg ( Cuek ) saja. Butuh uang buat aja proposal, masyarakat pasti mbantu, selama hubungan antara pihak MI sama Komite berjalan lancar pasti semua rintangan bisa diatasi. .....lho iya jadi hubungan Madrasah sama Masyarakat sekitar atau Wali murid harus baik. ...” V menjelaskan lebih lengkap : ”...Yang saya tahu kekurangan di MI itu rata – rata kan masalah dana, tapi memang benar, sekolah zaman sekarang itu kan di buat model bisnis, maka ikuti alur itu. Yang namanya bisnis itu harus pakai modal mas. Kalau dalam bisnis itu kan 30 % untuk promosi atau iklan, sisanya untuk operasional, ya itu dipakai. Anda lihat sendiri di TV – TV itu kalau iklannya menarik ya yang minat banyak, begitu juga sebaliknya meskipun sama – sama rasanya yang membedakan adalah di masalah iklan. BMT ini bisa seperti ini kan dulu juga pakai cara ini. Ya untuk awalnya memang perlu perjuangan berat tapi hasilnya bisa di lihat sendiri to. Yang jelas semua perlu manajemen yang baik. Visi misinya jelas dan dijalankan, jangan Cuma buat pajangan saja, inilah bedanya MI sini, sama SD sana itu. Mulai sekarang MI harus di rubah manajemennya...” Menurut W sebagai wali murid MI Gatak : “...Seharusnya MI itu di model seperti pondok pesantren, harus hafal Juz Amma, atau menguasai Bahasa Arab, lho itu kan keunggulan MI ada di situ. Kalau saya pribadi anak saya pulang jam 4 ndak masalah, malah justru nggak banyak main. Tapi kalau lihat kondisi Masyarakat sekitar ya kita pakai cara lain. Kalau pinginnya Masyarakat anak anaknya bisa pinter Bahasa Inggris ya di turuti ( Di penuhi ) to. Terus sekarang komputer itu kan penting ya itu di turuti ( Di penuhi )
juga, jangan sampai kalah dengan SDIT. O ya Kepalanya harus yang tegas, kalau ada Guru yang mbalelo ( Agak melenceng ) ya di tegur, biar yang lain nggak ngikut-ngikut. Terus anunya itu administrasi sama manajemennya itu di perbaiki biar kalau ada Akreditasi nggak gedandapan ( Terburu – buru ) lagi kaya dulu...lha itu visi misinya kok banyak banget, lha yang penting di jalankan, biar hasile baik.” Y menambahkan : ” .....Harapan saya itu ya pokoe MI harus kembali seperti saat saya kecil dulu, muridnya banyak, alumninya hebat – hebat,...Kalau usul saya ya tenaganya itu di ganti dengan yang muda – muda, yang tua itu ngalah. Saya yakin kok yang muda punya inisiatif untuk maju. Untuk dana harus lebih di pikir panjang, kasian tu Guru – guru yang masih Wiyata, memangnya ndak butuh makan po. Yang kedua harapan saya MI itu mau belajar sama Sekolah yang maju – maju itu, terus koreksi kegagalan masa lalu baru memperbaiki sistemnya. Saya malah senang anak saya banyak kegiatan di Sekolah itu, kan waktu bermain yang ndak berguna tu bisa dikurangi, itu kan sudah program bagus, ya ditingkatkan yang lainnya, misalnya ekstra musik, apa nari, apa kethoprak, apa apalah yang penting anak itu bisa senang di sana orang tuanya juga bangga nyekolahkan anaknya ke MI gitu lho...” F. Pembahasan atas temuan fenomena Islamic full day school dan Madrasah Dalam pembahasan ini, akan dikupas demi terjawabnya permasalahan yang di ajukan penulis. 1. Kurikulum Kurikulum yang dikembangkan di Islamic full day school merupakan modifikasi dari kurikulum Kementrian Agama dan Kementrian pendidikan nasional. Pengelola mengemas kurikulum dengan sedemikian rupa sehingga anak didik merasa enjoy dan senang dalam mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran. Muatan lokal yang di ajarkan adalah program tahfidzul Qur‟an dan hafalan do‟a – do‟a harian yang nantinya sangat berguna dikemudian
hari. Program ini dimaksudkan untuk menyiapkan generasi Islam mendatang yang lebih unggul sesuai dengan visi dan misi Sekolah. Penambahan jam pelajaran sekitar 2 – 4 jam, diisi dengan muatan lokal yang dikemas dengan tehnik learning by fun menjadikan anak didik tetap semangat mengikuti proses pembelajaran. Seluruh materi dikemas dengan praktis
agar anak didik dapat dengan mudah menerima dan
menerapkan ajaran – ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya pada kegiatan pengajarannya tidak hanya menggunakan satu atau dua macam metode pembelajaran, namun semua metode dipakai dan dipadukan sehingga menghasilkan peserta didik yang benar – benar unggul. Di suatu waktu Guru bukan hanya sebagai sumber pembelajaran namun sebagai pengarah jika peserta didik sedikit melenceng dari jalurnya. 2. Tenaga kependidikan Sembilan puluh persen Guru di SD Muhammadiyah Program Khusus, dan SDIT An – Nur adalah tenaga muda. Dilihat dari segi usia, rata – rata mereka berumur 25 – 35 tahun. Pendidikan mereka minimal SI, serta memiliki catatan prestasi yang bagus. Mereka masuk menjadi Tenaga pendidik melalui proses dan tahap seleksi, bahkan di SD Muhammadiyah PK sampai memasang pengumuman dan Pamflet ketika membutuhkan tenaga Pendidik. Sedangkan di SDIT An – Nur sampai dikirim diklat ke SD Al Azhar Jakarta selama satu bulan.
Model dan metode mengajar mereka ditentukan oleh Pengurus, maka bagi yang melenceng dari aturan harus siap di pecat. Honor bulanan disesuaikan dengan prestasi kerjanya, hal inilah yang membuat mereka bekerja keras untuk membawa nama baik dirinya serta Pengurus. Prinsip ini sesuai dengan yang di sarankan oleh Pengurus SD Muhammadiyah PK Ampel :...“ Bahwa yang membuat maju anda dan sekolah ini adalah anda sendiri, maka bekerjalah dengan baik, buat Masyarakat percaya dan kami akan membayarnya setimpal dengan kerja keras anda “ ( Wawancara dengan Ketua Komite SD Muhammadiyah Pk Ampel : 2009 ). Oleh karena itu, kualitas dari Islamic full day school bisa di percaya oleh Masyarakat, karena memiliki Tenaga pendidik dan Kurikulum yang baik Meskipun hampir 80 % tenaga Pendidik MI di Kecamatan tengaran masih muda, namun perlu di catat bahwa status mereka masih Guru Wiyata Bhakti. Status mereka menjadi Guru di MI hanya sebatas ajakan dari pihak Madrasah untuk meneruskan perjuangan para pendahulu, atau karena ia adalah Alumni dari MI itu. Tenaga pendidik muda memiliki segi positif dan negatif, segi positifnya, mereka masih memiliki semangat untuk maju demi harga dirinya terutama, karena mereka adalah Sarjana. Ide –ide baru banyak muncul dari mereka, ilmu – ilmu dari Dosen dan hasil belajar teori – teori di buku membuat mereka kaya akan inovasi baru, sehingga pihak Madrasah sangat di untungkan akan hal ini. Namun segi negatif dari tenaga Pendidik muda
pertama, rasa putus asa jika setelah berwiyata bertahun – tahun Pemerintah tak juga memikirkan nasib mereka, hal ini akan menyebabkan mereka mencari lahan lain untuk menggantungkan masa depannya, sehingga mengajar di Madrasah hanya di jadikan sebagai pekerjaan sampingan. Kedua, sikap ikhlas berjuang di MI akan menguji kesabaran Guru – guru di MI terutama yang laki – laki dalam hal ekonomi, jika di prosentase sebagian besar Guru laki – laki yang Wiyata Bhakti di MI, mereka belum berani menikah sebelum memiliki pekerjaan tetap. Hal seperti ini bisa mengganggu proses KBM di Madrasah. 3. Biaya Pendidikan Apa yang membuat sarana dan prasarana di Islamic full day school terpenuhi, jawabnya adalah karena penggalian dana untuk proses KBM sangat giat. Selain dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah, Pengurus tidak menerapkan sekolah gratis. Meskipun Pemerintah melarang pihak sekolah menarik biaya dari orang tua, hal ini tidak berlaku bagi SD Muhammadiyah PK Ampel. Pihak Sekolah menyadarkan Wali murid akan arti pentingnya pendidikan. Falsafah Jer Basuki Mawa Bea yang artinya Untuk memperoleh kebaikan memerlukan biaya, menjadi senjata yang di gunakan pihak sekolah untuk mengajak Wali murid untuk berperan serta dalam proses pendidikan anak – anak mereka. Pihak Sekolah juga berjanji akan membayar kepercayaan Wali murid dengan hasil pendidikan yang baik untuk anak – anak didik mereka.
Temuan atas pembiayaan Pendidikan di MI adalah, hampir 90 % MI di kecamatan Tengaran, dan Ampel menggratiskan siswanya dari biaya pendidikan. Inilah yang menjadi kekurangan MI. Ajaran Ki Hajar Dewantoro kiranya perlu jadi kajian penting atau bahkan menjadi Falasafah bagi pengurus MI bahwa Jer Basuki Mawa Bea , Jika ingin hasil yang baik maka biayanya tak sedikit, itulah kira – kira yang di inginkan Ki Hajar Dewantoro di masa lalu untuk pendidikan di Indonesia. Namun tentunya semua tidak lepas dari manajemen yang bagus, sehingga bisa di katakan bahwa modal adalah hal pertama dan manajemen adalah yang utama. Selain itu dana pendidikan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tentang pendidikan harus selalu berorientasi pada mutu pendidikan dan perhitungannya harus sesuai kebutuhan. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah hanya berperan sebagai Funding Agency , pemicu dana, untuk selanjutnya sekolah sendiri yang mengembangkannya ( Mastuhu : 2003 : 143 ) 4. Sarana Dalam strategi baru untuk mencapai “ pendidikan bermutu “ perpustakaan dan laboratorium merupakan komponen yang sangat
penting dan
menentukan, keduanya merupakan dua hal yang complement atau saling melengkapi satu sama lain ( Mastuhu : 2003 : 121 ). Sarana di Islamic full day school sangat memadai, hal ini di dorong dengan sistem yang diterapkan pada poin nomor tiga tentang biaya
pendidikan. Di SD Muhammadiyah PK Ampel, memiliki komputer 12 unit yang memungkinkan peserta didik menguasai tehnologi modern. Gedung yang megah membuat siswa semangat untuk belajar dalam kelas, orang tua pun bangga putra – putrinya mendapat tempat yang layak. Hal ini sesuai hasil observasi di SD Muhammadiyah PK Ampel. Sementara di SDIT An – Nur, sudah memiliki gedung megah serta seperangkat alat Drum Band. Untuk menyesuaikan kemajuan tehnologi pembelajaran, SD ini membeli 8 unit Komputer yang di gunakan untuk proses pembelajaran. Seperangkat alat musik Tradisional juga di sediakan untuk memenuhi kebutuhan siswa di bidang seni musik. Sedikit berbeda dengan kondisi di MI adalah, ada sebagian MI yang sangat minim sarananya, dikarenakan minimnya dana. Meskipun Kementrian Agama akhir – akhir ini mulai gencar memikirkan Madrasah namun semua itu belum bisa menutupi kekurangan sarana yang dibutuhkan MI. Hal ini telah dijelaskan pada poin nomor tiga tentang Biaya pendidikan. Hanya sebagian MI di Kecamatan Tengaran yang memiliki sarana sedikit lebih lengkap meskipun masih kurang dalam hal Manajemen. Hal inilah yang menjadi alasan terkuat mengapa banyak orang tua kurang berminat menyekolahkan anaknya ke MI. MI Tegalrejo telah merasakan hal ini, namun pihak Sekolah belum bisa memecahkan solusinya. Hal ini di buktikan ketika penulis melakukan observasi ke MI tersebut.
5. Orang Tua Taraf pendidikan Orang Tua berpengaruh pada pendidikan anaknya. Rata – rata pendidikan Orang Tua Islamic full day school adalah lulusan SMA ke atas, tak sedikit yang bertitel Sarjana. Selain taraf pendidikan, taraf ekonomi dan Agama juga berperan penting. Taraf ekonomi menengah ke atas akan mudah di ajak memikirkan kegiatan pendidikan anaknya, sehingga terjadi sinkron antara hak serta kewajiban masing – masing pihak sekolah dan orang tua. Dari kedua taraf di atas Agamalah yang menentukan minat Orang Tua menyekolahkan anaknya ke Islamic full day school. Sebagian besar MI terletak di Kampung – kampung, maka yang sekolah pun anak – anak kampung yang notabene adalah anak – anak Petani dan pedagang kecil atau taraf ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar mereka hanya lulusan SMA ke bawah, sehingga kesadaran akan pendidikan anaknya masih kurang. Meskipun sikap keagamaan mereka baik, hal ini tidak mendukung sikap keinginan untuk meyekolahkan anaknya ke pendidikan yang lebih baik dari pada Ia dulu. Bahkan saking miskinnya ada yang berpendapat bahwa ...Yang penting anak saya sekolah yang dekat rumah sehingga tidak usah memberi uang saku... 6. Hubungan Masyarakat Sosialisasi di Islamic full day school dikemas dengan rapi. Ada berbagai macam strategi yang digunakan, antara lain : mensosialisasikan Sekolah ke TK-TK, memasang Spanduk dan pamflet di berbagai tempat strategis, atau
mengumumkan pendaftaran siswa baru di media cetak ( Koran ) dan elektronik ( Radio ). Selain menggunakan strategi internal pihak sekolah juga mengiklankan melalui pengajian – pengajian umum di Masjid yang di bawa oleh Pengurus. Sementara di MI – MI, sosialisasi memang di rasa kurang. Pengurus hanya mengandalkan berita dari mulut ke mulut, meskipun tidak semua MI seperti itu. Sesuai observasi penulis belum ada MI di Kecamatan Tengaran yang mengiklankan MI nya melalui spanduk, pamflet atau bahkan media massa. Hal ini di karenakan kurangnya perhatian pengurus serta minimnya SDM yang siap memanaj administrasi di MI, karena di MI belum mengenal kerja untuk uang namun mereka memakai istilah berjuang ( Mungkin sesuai slogan Kemenag Ikhlas Beramal ). Bahkan ada sebagian pengurus yang anaknya justru tidak di Sekolahkan di MI nya sendiri. Ada sebagian kecil MI yang sudah mulai merombak sistemnya, seperti MI Gatak, dan MI Tegalrejo. Namun image Masyarakat tentang MI ternyata tidak bisa di ubah dalam waktu singkat perlu waktu untuk menjadikan MI sejajar dengan sekolah bermodel Islamic full day school yang semakin hari semakin meninggalkan MI. 7. Kepemimpinan Kepala Sekolah Pemilihan Kepala Sekolah di SD Muhammadiyah PK Ampel, ditentukan oleh rapat Yayasan. Rapat itu melibatkan banyak pihak untuk menyeleksi siapa yang pantas menjadi Kepala Sekolah tanpa melihat asal
usulnya, namun yang di pentingkan adalah komitmen serta mau bekerja keras. Hal yang sama juga di terapkan di SDIT An – Nur Ampel. Mereka untuk pertama kalinya memilih Kepala Sekolah yang memiliki inisiatif memajukan pendidikan di SD tersebut. Sedangkan di MI rata – rata Kepala Madrasahnya sudah tua, bahkan di MI Gatak, Tukangan, dan MI Sruwen Kepalanya sudah purna tugas, namun pihak sekolah belum menggantinya dikarenakan memang belum ada yang sanggup. Kepemimpinan yang dipaksakan memang hal yang menjadikan MI sangat minim pembaharuan Organisasi Sekolah. Namun semua itu tak lepas dari perhatian Pemerintah, dalam hal ini Kementrian Agama yang sangat kurang merespon keterpurukan pendidikan di Madrasah. Kepala sekolah adalah supervisor, jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan ( Mulyasa : 2006 : 111 ). Semua kinerja kepala sekolah akan menjadi kendali atau kontrol terhadap keberlangsungan kegiatan akademik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu sebuah sekolah. 8. Pembinaan Lembaga Terkait Yayasan Muhammadiyah sangat serius menangani Pendidikan di SD Muhammadiyah PK Ampel. Dari segi Tenaga Pendidik, Manajemen Kepegawaian, sampai kesejahteraan Guru menjadi hal yang sangat serius bagi Pengurus. Hal yang sama juga di lakukan oleh pengurus SDIT An – Nur
Ampel, bahkan pengurus pusat mengadakan pertemuan untuk membahas kekurangan maupun kemajuan yang di capai SD ini. Sementara itu lembaga terkait, dalam hal ini Departemen pendidikan Nasional sangat peduli terhadap pembinaan di sekolah – sekolah formal. Hal berbeda terlihat di MI, baik di Kecamatan Tengaran maupun Ampel. Sebagian besar MI tersebut tidak memiliki Yayasan yang kuat serta peduli pada persoalan MI. YASPINAMAT adalah sebuah Yayasan yang menjadi induk dari sebagian besar MI di Kecamatan Tengaran, namun Yayasan ini bisa di katakan “ hidup tidak mati pun segan “. Sepeninggalan Almarhum K.H Zaenal Mahmud, Yayasan ini tidak memiliki kepengurusan yang kuat, hal ini di karenakan pengurusnya hanya pihak keluarga yang kurang memikirkan MI di bawah naungannya. Putra beliau bahkan mendirikan SDIT Nurul Islam yang justru tidak bernaung di Bawah YASPINAMAT dengan membuat Lembaga sendiri yang di beri nama Lembaga pendidikan Islam (LPI) Sabilul Khoirot. Ketidakpedulian Yayasan sangat berpengaruh pada kinerja pengurus MI, terutama yang masih muda. Sebab anak muda yang masih membutuhkan bimbingan dari Induknya dalam hal ini Yayasan, justru menjadi seperti anak tiri yang siap mencari penghidupan sendiri. Yayasan yang seharusnya memberikan bimbingan justru tidak pernah menengok anak asuhnya yang di karenakan perbedaan pemahaman idealisme antara pengurus dan anak asuhnya.
9. Mutu Pendidikan Mutu dari SD Muhammadiyah PK memang sudah di percaya Masyarakat. Meskipun baru meluluskan 1 angkatan, namun out put yang di hasilkan di luar UAS BN di acungi jempol oleh Orang Tua siswa. Dapat di bayangkan betapa bahagianya jika Orang Tua tahu bahwa di usia 10 tahun Putra – putri mereka dapat menghafalkan Juz Amma dan membaca Al Qur‟an dengan lancar. Selain itu budi pekerti yang semakin baik kian menambah image Orang Tua bahwa mutu SD Muhammadiyah PK memang bagus. Hal yang sama juga dirasakan oleh Wali murid dari SDIT An – Nur Ampel, meski belum meluluskan siswa, namun Wali murid merasa puas menyekolahkan anaknya ke SDIT itu. Dari kedua penemuan itu bisa di simpulkan bahwa Islamic full day scholl sedang mencapai kejayaannya dan mungkin dalam hitungan tahun akan mencapai puncak kejayaannya. Pada era 80 an memang MI di kecamatan Tengaran berjaya, dengan memunculkan alumni – alumni yang sekarang menjadi tokoh – tokoh penting di kecamatan Tengaran, dan Ampel. Sebagai contoh Bapak Asof, S.E. adalah Alumni MI Sruwen 04, yang kini menjadi anggota Dewan Legislatif di Kabupaten Semarang, Bapak Edi Munhanif, S.E alumni MI Gatak, adalah mantan ajudan Bupati Kabupaten Semarang. Bahkan sebenarnya banyak alumni dari MI Tukangan yang kini menjadi Muballigh ternama, seperti K.H. Ahmad Bajuri, KH. Mahbub, dan K.H. Hayyi Mawardi. Kejayaan itu bukannya hilang, namun tertutup oleh kejayaan pihak lain yang kini sedang
di atas daun. Meskipun masih ada sebagian lulusan dari MI yang berprestasi di Sekolah barunya, namun hal itu belum bisa membalikkan image masyarakat tentang MI. 10. Alasan menyekolahkan Dalam hal ini sebenarnya Orang Tua hampir senada. Orang Tua yang menyekolahkan anak – anaknya ke Islamic full day school dan Madrasah Ibtidaiyah memiliki niatan supaya anak – anak mereka mendapatkan ilmu Agama dan ilmu umum secara seimbang. Satu hal yang membedakan adalah manajemen dan strategi promosi yang dilakukan sekolah dan madrasah. H. Penyajian Data Atas Temuan Pada Pembahasan Setelah menyimak dan mempelajari hasil pembahasan, dapat digambarkan fenomena Islamic full day school dan Madrasah sebagai berikut. No
Aspek Kelembagaan
Islamic full day school
1
Kurikulum
KTSP Kurikulum
dan
Madrasah
Modifikasi Depag ( KTSP ),
Depag,
Diknas,
Muatan lokal
Yayasan, dan Muatan lokal Muatan Materi
Umum dan Agama
Agama
dan
Umum Model
Memakai bermacam – macam Hanya memakai
Pembelajaran
metode pembelajaran
2 – 3 metode pembelajaran
Kemasan Materi
2
Menyesuaikan
dengan Terpaku
pada
kebutuhan siswa
Silabus
Pendidikan
SI
DII / SI
Usia
Dibawah 35 th
Dibawah 35 th
Etos kerja
Tinggi ( karena gaji tinggi )
Tinggi ( karena
Tenaga Pendidik
niat berjuang ) Status kepegawaian
3
Pegawai tetap Yayasan
Wiyata Bhakti
Pendidikan
SLTA / Sarjana
SLTP / SLTA
Pekerjaan
Wiraswasta dan PNS
Buruh / Tani /
Orang Tua
Pedagang kecil Keberagamaan
Modern Religus
Tradisional
Tingkat Ekonomi
Menengah ke atas
Menengah bawah
4
Sarana / Media
Sebagian
besar
ada
dan Banyak
kondisinya bagus
kekurangan, meskipun sebagian ada
5
Komite
Bekerja dengan tehnik jemput
Mengandalkan
bola
sumbangsih Masyarakat
ke
6
Pembinaan
lembaga
terkait
Diawasi
secara
ketat
oleh Lembaga terkait
Yayasan yang menjadi induk dan Organisasi
Yayasan
kurang memperhatikan
I. Pengaruh Keberadaan Islamic Full Day School (SDIT) Keberadaan SDIT memiliki dua pengaruh yaitu bagi masyarakat dan Madrasah. Perubahan paradigma masyarakat mulai berubah ketika sekolahsekolah berlabel Agama muncul di akhir tahun 1990 an dengan nama SDIT. Hal itu tentu membawa pengaruh positif bagi Pendidikan Agama Islam di Indonesia.
Merebaknya
SDIT
sebanding
dengan
minat
orang
tua
menyekolahkan anak – anak mereka dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu Agama yang seimbang dengan ilmu umum. Sepuluh tahun terakhir ini, SDIT telah membuktikan pada Masyarakat akan kualitas dan kinerjanya di bidang pendidikan Islam. Meskipun masih tergolong muda namun SDIT sudah membuktikan pada Masyarakat bahwa mereka tak kalah dalam berprestasi demi prestasi. Manajemen dan kinerja yang baik adalah kunci dari keberasilan SDIT pada sepuluh tahun terakhir ini. Bagi Madrasah, munculnya SDIT sangat berpengaruh pada sebagian Madrasah Ibtidaiyah (MI). Tiga dari empat MI yang penulis jadikan obyek penelitian, merasakan pengaruh berdirinya Islamic Full Day School yang letak geografisnya berdekatan. MI Gatak dan MI Tegalrejo merasakan
pengaruh adanya SD Muhammadiyah PK dengan berkurangnya minat Orang tua menyekolahkan anaknya ke MI tersebut. Hal ini dibuktikan pada saat penulis mengadakan wawancara pada wali murid dari MI tersebut. Sedangkan MI Tukangan yang posisinya di antara SDIT An-Nur dan SD Muhammadiyah PK jumlah siswanya semakin surut selama 4 tahun terakhir ini. Berikut ini adalah data siswa MI Tukangan 4 tahun terakhir : Tabel 25 Keadaan siswa MI Tukangan Tahun 2007-2010 NO Tahun Ajaran Jumlah Siswa 1
2007 / 2008
105
2
2008 / 2009
102
3
2009 / 2010
95
4
2010 / 2011
94
Ket.
Selain pengaruh negatif yang menimpa MI dengan munculnya Islamic Full Day School ada sisi positif yang dapat diambil. Belajar dari kesalahan dan kekurangan, para pengelola MI menjadi giat dalam memikirkan masa depan dan eksistensi MI. MI Gatak merubah sistem KBMnya dengan mencontoh metode pembelajaran serta Manajemen dari Islamic Full Day School dengan cara menambah jam pelajaran dan ekstra kurikuler, serta Tenaga Pendidik. Berkut adalah data yang dapat penulis sajikan :
Jam pelajaran dan ekstrakurikuler : Tabel 26 Daftar Mapel MI Gatak Tahun 2010 KELAS
ALOKASI WAKTU
A. Qur‟an Hadits
1-6
3
B. Aqidah Akhlaq
1–6
3
C. Fiqih
1–6
3
D. Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI )
3–6
3
2.
Bahasa Indonesia
1–6
6
3.
Bahasa Inggris
1–6
4
4.
Bahasa Arab
3–6
3
5.
Matematika
1–6
6
6.
IPA
1–6
6
7.
IPS
3–6
6
8.
Seni Budaya dan Kesenian
1 -6
4
9.
Pendidikan Jasmani
1–6
6
1–6
2
a. Bahasa Jawa
1–6
2
b. English Conversation
1–6
2
c. BTA
1-3
2
NO 1
MAPEL
PENDIDIKAN AGAMA
10. Tehnik Komputer 11. Muatan Lokal
Tenaga pendidik di MI Gatak :
NO
Tabel 27 Daftar Tenaga Pendidik MI Gatak Tahun 2010 NAMA PENDIDIKAN
1
Mahfudh Sidiq, A.Ma
Ahli Madya
2
Mardliyah, S.Pd.I
SI PAI
3
M. Muttaqin, S.Pd.I
SI PAI
4
Arfiatul Muizzah, S.Pd.I
SI PAI
5
Nur Arifah, A.Ma *
Ahli Madya
6
Siti Kusmiyati, A.Ma *
SI Tehnik
7
M. Zainil Imtihan *
SLTA
8
M. Syaiful, A.Ma *
Ahli Madya
9
Hidayat, A.Ma *
Ahli Madya
10
Zaenal *
SLTA
11
Latifah Fatmawati *
SLTA
12
Nani Lafifah *
SLTA
Ket : * masih kuliah di STAIN Salatiga MI Tegalrejo mengaktifkan kinerja Komite untuk menarik simpati Masyarakat menyekolahkan Putra – putrinya ke MI itu dengan cara perekrutan anak usia TK untuk masuk ke MI Tegalrejo dengan memberi level kelas satu A. MI Tukangan mereformasi pengurus melalui pergantian Kepala Madrasah dengan tenaga muda dan inovatif.
Implementasi dari semua itu akan sangat bermanfaat untuk kemajuan pendidikan Agama Islam khususnya dan pendidikan umum di Indonesia. Islamic Full Day School menjadi perintis dan Madrasah harus mengikutinya, karena keduanya sebenarnya adalah sama. Jika keduanya tumbuh dengan baik, maka
Masyarakat
dapat
dipastikan
akan
bergairah
kembali
untuk
mengirimkan anaknya ke Sekolah yang dapat dipercaya kualitasnya. Harapan dari semua ini adalah kemajuan Pendidikan di Indonesia, khususnya Pendidikan Agama Islam. J. Model Madrasah Berkualitas Madrasah sebenarnya adalah SDIT, karena SDIT adalah Sekolah Dasar yang memadukan pelajarannya dengan Kurikulum Madrasah. Faktor yang membedakan adalah kepercayaan Masyarakat pada kedua lembaga Pendidikan ini. Masyarakat percaya pada SDIT karena beberapa alasan dibawah ini : 1. Menggunakan mobil antar jemput, sehingga orang tua lebih tenang menitipkan anak-anak mereka di Sekolah tersebut. 2. Berangkat pagi, pulang sore atau full day school, sehingga orang tua merasa bahwa ilmu yang diperoleh anak-anaknya lebih banyak dibanding dengan sekolah lain. 3. Model pembelajaran yang bermutu dan hasil yang baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat hafalan baik juz ‘amma maupun hadits oleh anak-anak mereka.
4. Tenaga pendidiknya bertitel SI. Sehingga dari segi keilmuan dirasa sudah memadai. Maka Madrasah sebagai yang dituakan seharusnya belajar dari pengalaman. Pertanyaannya bukanlah “ Mengapa Masyarakat tidak suka belajar Agama di Madrasah lagi? “ tetapi “ Bagaimana Madrasah dapat memberikan kebutuhan Masyarakat dalam hal pendidikan Islam saat ini. Oleh karena itu, dari berbagai persoalan yang menimpa Madrasah harus ditanggapi serius oleh para pengelola Madrasah. Kementrian Agama adalah instansi yang sangat harus bertanggung jawab dalam hal ini. Namun lemahnya (untuk tidak mengatakan tidak memikirkan) instansi ini sudah diakui banyak pihak, oleh sebab itu masing – masing Madrasah harus berbenah diri mulai dari yang terkecil, mulai dengan diri sendiri, dan mulai saat ini. Berdasarkan penelitian yang diadakan penulis, bahwa harapan Masyarakat pada pendidikan Islam sebenarnya sangat tinggi. Oleh karena itu MI yang selayaknya mengengemban amanah tersebut harus melihat situasi ini dengan mengambil hikmah dari kesalahan di masa lalu. Pengurus MI seharusnya tidak malu belajar pada pihak lain meskipun pihak tersebut masih muda ( dalam hal usia ), namun memilki segala hal yang diperlukan untuk kemajuan. Kepala Sekolah sebagai Supervisor adalah langkah pertama dalam pembentukan Madrasah berkualitas. Program kerja dijalankan serta pengelolaan fungsi dan tugas masing – masing pengurus adalah hal pertama menuju Madrasah berkualitas. Hal kedua adalah semangat, etos kerja tinggi, serta kualitas out put
berkualitas baik, adalah hal paling penting yang dilihat oleh Masyarakat untuk memilih Sekolah dimana Anak – anak mereka nanti akan di titipkan. Hal kedua yang juga penting bagi kemajuan MI adalah pengelolaan atau manajemen yang baik, oleh SDM yang profesional. Setelah memiliki etos kerja yang baik, manajemen yang profesional maka modal menjadi hal penunjang ketiga yang akan meningkatkan kualitas MI. Pepatah mengatakan “ Uang bukan segala-galanya “ yang artinya tanpa pengelolaan yang baik modal justru akan menimbulkan masalah besar. Adapun sebagai acuan perubahan dibawah ini penulis tawarkan model Madrasah berkualitas yang siap menjawab kebutuhan Masyarakat dalam hal pendidikan terutama Agama.
SDM
DANA
MANAJEMEN YANG BAIK
SUPERVISI
BUDAYA AKADEMIK ISLAMI
1. Madrasah yang berkualitas diawali dengan kualitas pengelola madrasah. Maka pendidikan dan pengalaman sangatlah diperlukan untuk menciptakan madrasah yang siap bersaing dengan sekolah-sekolah lain dalam hal keilmuan. 2. Modal menjadi hal kedua dalam membentuk madrasah berkualitas. SDM yang baik dan berkompenten dalam bidangnya, akan mampu mengolah dana berapapun yang dimiliki. Maka modal dalam pengelolaan madrasah penulis jadikan hal kedua dalam menciptakan madrasah yang berkualitas. Dana biaya operasional sekolah (BOS) sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan madrasah jika dikelola dengan baik. 3. SDM yang profesional dan berkompenten akan mampu mengelola administrasi menjadi lebih baik. Pengelola madrasah harus menerapkan manajemen yang baik, baik manajemen kurikulum, ekstrakurikuler, maupun honorium, sehingga proses belajar mengajar akan lancar. 4. Semua yang penulis jelaskan di atas akan berjalan dengan baik jika Kepala sekolah memiliki supervisi yang baik pula. Kepala sekolah harus menjadi supervisor, dan teladan bagi rekan-rekannya. Kepala sekolah harus memiliki wawasan luas, serta SDM yang baik, agar dapat mengelola madrasah menjadi berkualitas. 5. Madrasah adalah tangga awal menuju insan Islami. Maka madrasah harus menerapkan budaya yang pada akhirnya, anak-anak didik di madrasah dapat menerapkan budaya Islami di lingkungannya masing-masing. Berawal dari madrasah yang berkualitas, diharapkan akan muncul generasi-generasi Islam
yang berkualitas pula, yang dapat menjunjung tinggi Negara, Agama, dang Bangsa Indonesia.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Islamic Full Day School a. Manajemen di Islamic Full Day School dikelola dengan modern tanpa meninggalkan nilai Religiusnya. b. Etos kerja Pengelola Islamic Full Day School sangat tinggi. Hal ini dilandasi semangat untuk memajukan lembaganya. c. Model Kurikulum di Islamic Full Day School dikemas dengan prakris, kreatif, dan menyenangkan ( learning by fun ) 2. Madrasah a. Minimnya dana pengelolaan menjadikan Madrasah sulit untuk berkembang. Banyaknya kebutuhan tidak diiringi dengan dana yang tersedia. Madrasah hanya mendapat masukan dana dari dana operasional sekolah (BOS). Hal ini ditambah manajemen Madrasah kurang berani membuat keputusan untuk menarik dana dari walimurid yang sebenarnya sangat dibutuhkan. b. Perhatian lembaga terkait masih minim, mulai dari pembinaan kualitas Tenaga Pendidik, kesejahteraannya, serta model kurikulumnya. 1)
Kementrian Agama sebagai lembaga yang menaungi madrasah kurang memberikan pembinaan baik berupa diklat maupun
penataran bagi Guru yang sebenarnya sangat diperlukan demi menunjang kualitas pengajaran. 2)
Kementrian Agama masih sangat minim dalam memperhatikan kesejahteraan Guru madrasah. Beratnya tugas yang dibebankan tidak sesuai dengan tanda jasa dari pemerintah. Sebagian besar Guru MI di Tengaran masih berstatus wiyata bhakti, dan belum mendapatkan kesejahteraan yang setimpal dengan kerja kerasnya.
3)
Kurikulum dari Kementrian Agama belum memiliki kurikulum yang pakem, yang dapat dijadikan acuan bagi para pengelola Madrasah. Belum adanya profesionalisme di instansi kementrian agama adalah problem yang sampai saat ini belum terpecahkan.
c. Kurangnya promosi pihak Madrasah membuat Masyarakat kurang berminat untuk menyekolahkan anaknya ke Madrasah, walaupun mutu lulusan MI tak kalah dengan lulusan SD. d. Masih banyak ditemukan tenaga pendidik yang baru berpedidikan diploma, sehingga masih dirasa kurang dalam segi keilmuan, meskipun soal pengalaman mengajar tidak diragukan lagi. 3.
Pengaruh munculnya Islamic full day school terhadap madrasah Ada dua pengaruh yang diakibatkan atas munculnya SDIT, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positifnya, para pengelola
madrasah
menjadi
tergugah
untuk
merubah
sistem
pembelajaran dan kinerjanya. Pengelola madrasah banyak belajar dari
kesalahan masa lalu, Guru-guru negeri yang sudah tua dan tidak produktif dan
lemahnya
manajemen telah
membuat
madrasah
kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Pengaruh negatifnya, akibat persaingan yang tidak seimbang, masyarakat sudah memilih SDIT dari pada madrasah. Berbagai alasan dalam penelitian menjadi bukti bahwa masyarakat sudah memiliki pandangan yang lebih luas untuk pendidikan anak-anak mereka. Berikut adalah dampak negatif yang ditimbulkan akibat munculnya SDIT. a. MI Tukangan dalam 4 tahun terakhir mengalami kemerosotan siswanya sesuai tabel berikut : Tabel 28 Keadaan Siswa MI Tukangan Tahun 2007 - 2010 NO Tahun Ajaran Jumlah Siswa Ket. 1
2007 / 2008
105
2
2008 / 2009
102
3
2009 / 2010
95
4
2010 / 2011
94
b. MI Tegalrejo juga mengalami penurunan minat masyarakatnya untuk menyekolahkan anak-anak mereka meskipun saat ini sudah mengalami perubahan. Berikut adalah tabel keadaan siswa MI Tegalrejo sebelum Reformasi pengurus mulai tahun 2006 – 2009.
Tabel 29 Keadaan Siswa MI Tegalrejo Tahun 2006 - 2010 NO Tahun Ajaran Jumlah Siswa Ket. 1
2006 / 2007
75
2
2007 / 2008
60
3
2008 / 2009
62
4
2009 / 2010
58
c. MI Gatak begitu juga halnya dengan MI Tukangan dan MI Tegalrejo, sebelum mengadakan perubahan sistem KBM MI ini juga mengalami penurunan jumlah siswa mulai tahun 2006. berikut adalah daftar keadaan siswa MI Gatak dari tahun 2006 – 2008 : Tabel 30 Keadaan Siswa MI Gatak Tahun 2006 - 2009 NO Tahun Ajaran Jumlah Siswa Ket. 1
2006 / 2007
75
2
2007 / 2008
75
3
2008 / 2009
77
4. Model Madrasah berkualitas yang sesuai aspirasi Masyarakat Kemajuan zaman seperti sekarang memaksa masyarakat berfikir maju pula, tidak terkecuali pada masalah pendidikan. Masyarakat akan memilih lembaga pendidikan yang berkualitas atau bahkan bonafit untuk
menitipkan putra – putri mereka. Adapun model Madrasah berkualitas yang diinginkan masyarakat adalah sebagai berikut : No
Aspek kelembagaan
1
Kurikulum
Aspirasi masyarakat Materi pelajaran Agama
dan
umum seimbang Sesuai
dengan
perkembangan
dunia pendidikan saat ni. Menyenangkan dan membentuk pribadi
anak
menguasai
yang
dapat
IPTEK
tanpa
meninggalkan IMTAQ. 2
Tenaga Pendidik
Bermutu dan bisa di pertanggung jawabkan ( minimal SI ) Disiplin Kreatif dan inovatif
3
Sarana
Media
pembelajaran
lengkap
sesuai dengan situasi dan kondisi dunia pendidikan saat ini. 4
Budaya akademik
Islami namun tidak meninggalkan modernisasi di era globalisasi ini.
5
Manajemen
Terbuka
dan
fleksibel,
serta
dikelola dengan profesional Lebih
berani
namun
dalam
promosi
disesuaikan
dengan
kinerja Madrasah. 6
Visi dan misi serta program
Memiliki visi, misi dan program
kerja
kerja yang nyata dan diketahui khalayak
umum
serta
dilaksanakan dengan sungguh – sungguh.
B. Rekomendasi dan Saran-saran 1.
Para penyelenggara pendidikan harus memahami kultur Masyarakat yang saat ini mengalami perubahan dalam segala hal. Pendidikan Agama dan etika kiranya harus dijadikan patokan utama untuk menghadapi tantangan zaman.
2.
Bagi para pengelola Islamic Full Day School a. Para
pengelola
Islamic
Full
Day
School
sebaiknya
terus
meningkatkan mutunya. Karena kemajuan pendidikan Islam di Indonesia kini sebagian berada di tangan Islamic Full Day School. b. Para pengelola Islamic Full Day School sebaiknya tetap konsukuen dan berkomitmen bahwa pendidikan terutama pendidikan Islam di
Indonesia
harus
diubah,
sesuai
dengan
perubahan
kultur
masyarakatnya. 3.
Bagi pengelola Madrasah a. Para pengelola MI sebaiknya lebih berkreasi, serta berani berkompetitif untuk mengembalikan kepercayaan Masyarakat luas dalam hal pendidikan terutama pendidikan Islam. b. Meskipun dalam segi umur MI lebih tua, jangan malu belajar pada pihak yang lebih muda demi kemajuan mutu pendidikan di MI. c. Para pengelola MI harus berani merenovasi, mereformasi dan berrevolusi disemua bidang. d. Para pengelola MI jangan terpaku pada “ Mengajar sebatas berjuang, namun berjuanglah untuk meraih kemenangan “
4. Bagi Lembaga terkait a. Yayasan 1. Sebaiknya Yayasan lebih peka terhadap zaman, sebagai lembaga pendidikan maka sudah seharusnya yayasan berkonsentrasi pada bidang pendidikan. 2. Sebaiknya yayasan lebih sadar situasi dan kondisi saat ini, dimana dunia sudah semakin maju. Pengelola yayasan yang menaungi bidang pendidikan harus peka dengan perkembangan zaman, dan selalu siap untuk berkompetisi secara sehat demi kemajuan pendidikan terutama pendidikan Islam di Indonesia.
3. Profesionalisme pengelola Yayasan perlu di tambah, jangan hanya terpaku pada satu metode atau strategi yang menjenuhkan dan kurang bermutu, sehingga pendidikan terutama pendidikan Islam justru kurang diminati masyarakat. b. Kementrian Agama 1
Kementrian Agama sebaiknya segera mengubah pola pikir dan kinerjanya. Sebagai pengelola pendidikan Agama maka harus fokus dan tanggap pada situasi dan kondisi yang berkembang saat ini.
2
Kementrian Agama sebaiknya lebih memikirkan kesejahteraan Tenaga pengajar dan memberikan pembinaan kepada para Tenaga pendidik secara rutin dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan kualitas kinerjanya.
3
Sebaiknya Kementrian Agama berani berspekulasi dengan memperbaiki gedung – gedung Madrasah yang sudah tidak layak pakai, agar masyarakat dapat memilih Madrasah sebagai tempat belajar dan menitipkan putra – putrinya dengan tenang dan nyaman.
C. Penutup Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Hidayah, dan InayahNya dalam penulisan skripsi ini. Tidak ada kata lain selai Alhamdulillahirobbil a’lamin a’la kulli nikmatika. Akhirnya semoga semua
yang tertulis disini dapat memberi manfaat bagi pembaca, meskipun hanya sebiji Dzarrah. Amin .