PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA dan PROGRAM PELATIHAN TERHADAP KUALITAS PENGENDALIAN INTERN (Studi Kasus Pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Di susun oleh: RIKHI DEWI RACHMAWATI NIM: 205082000275
PROGRAM STUDI AKUNTANSI/ AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/ 2011
PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA dan PROGRAM PELATIHAN TERHADAP KUALITAS PENGENDALIAN INTERN (Studi Kasus Pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia)
Di susun oleh: RIKHI DEWI RACHMAWATI NIM: 205082000275
PROGRAM STUDI AKUNTANSI/ AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/ 2011
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI Nama
: Rikhi Dewi Rachmawati
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 02 September 1987
Alamat
: Jl. Mawar Raya Rt03/07 No. 54, Pisangan, Ciputat
No. Telpon
: 08787121372972
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN TK Tunas Harapan
Tahun 1992-1993
SDN X Ciputat
Tahun 1993-1999
SMP 85 Pondok Labu Jakarta Selatan
Tahun 1999-2002
SMA Sumbangsih Ampera Ps. Minggu
Tahun 2002-2005
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2005
LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: Drs. H. M. Musta’in. S
Pekerjaan
: PNS
Ibu
: Dra. Hj. Ch. Suhartini
Pekerjaan
: PNS
Kakak
: H. Faried Amrullah. SE
Pekerjaan
: PNS
Adik
: Desy Sayidah Arofah
Pekerjaan
: Mahasiswi UIN Psikologi
v
ABSTRACT This research has the goal to mengalisis whether variables simultaneously independency, professional expertise, work experience, training programs have a significant effect on the quality of internal control, to analyze whether the partial variable independency, professional expertise, work experience, training programs have a significant effect on the quality of internal control. This study uses multiple regression analysis. Data used in this study using primary data obtained from respondents' answers are transmitted to the Office of Intellectual Property Rights. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously at Independence, Professional Expertise, and Training Program on the Quality of Internal Control Internal Control. The results of this study also show variable Independence, Professional Expertise, and Internal Audit Training Program has a significant partial on the Quality of Internal Control, while the variable work experience have no effect partially on the quality of internal control. In this study, the analysis found the most dominant variable is the independency. Results of determination coefficient of 0,655, this means the ability of the independent variables explain the dependent variable at 65,5%, while the remaining 34,5% are influenced by other variables and not included in this regression analysis.
Keywords: independency, professional expertise, work experience, courses pelatihan quality of internal control
vi
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengalisis apakah secara simultan variabel indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern, untuk menganalisis apakah secara parsial variabel indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban responden yang disebarkan pada Kantor Hak Kekayaan Intelektual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan terhadap Kualitas Pengendalian Interen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kualitas Pengendalian Intern , sedangkan variabel pengalaman kerja tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap kualitas pengendalian intern. Pada penelitian ini ditemukan hasil analisa variabel yang paling dominan adalah Indepedensi. Hasil koefisien determinasi sebesar 0,655, hal ini berarti kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 65,5%, sedangkan sisanya 34,5% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
Kata kunci: indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan kualitas pengendalian internal
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh indepedensi, keahlian professional, pengalaman kerja, program pelatihan terhadap Kualitas Pengendalian Internal”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan sematamata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Untuk Ayahku tercinta, dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan masukan, motivasi, sandaran dari setiap permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta kasih sayangnya sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu yang didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga. amin.
2.
Untuk kakak dan adik ku trutama kak Faried dan Desi yang selama ini telah banyak membantu baik berupa materi maupun semangat. Terima kasih atas semua doa yang telah diberikan kepadaku.
viii
3.
Untuk Hendrik kandaku terima kasih yang tak terhingga atas segala doa, materi dan support yang tak henti-henti dan terimakasih atas kesabarannya yang telah lama menunggu. Semoga ini adalah penantian tidak sia-sia.
4.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Prof. Dr., Amilin. SE. Ak, M. Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.
6.
Ibu Rahmawati SE, MM selaku dosen pembimbing II
yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi. 7.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
8.
Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Mbak Ani, Mas Ajis, Mas Alfred, Mas Heri, dan Mpok).
9.
Teman- teman akuntansi A dan B, Thanks ya bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, teman seperjuanganku “ Kokom, Leti, Wijdi terima kasih atas silahturahmi yang telah terjalin selama ini. Waktu yang telah kita lewati bersama akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Tetap semangat untuk kalian.
10. Para responden yang telah bersedia membantu peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. 11. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh penulis. Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Juni 2011
Rikhi Dewi Rachmawati
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..........................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................... iv ABSTRACT ...............................................................................................
v
ABSTRAK.................................................................................................. vi KATA PENGANTAR................................................................................ vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.................................................
1
B. Perumusan Masalah..........................................................
6
C. Tujuan Penelitian .............................................................
7
D. Manfaat Penelitian ...........................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing...........................................................................
9
B. Independensi .................................................................... 19 C. Keahlian........................................................................... 26 D. Profesionalisme................................................................ 29 E. Pengalaman Kerja............................................................. 36 F. Program Pelatihan............................................................ 40 G. Pengendalian Intern.......................................................... 46 H. Keterkaitan Antara Variabel............................................. 59 I. Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 62 j. Kerangka Pemikiran.......................................................... 64 K. Hipotesis.......................................................................... 65 BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 66
x
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 66 C. Metode Pengumpulan Data............................................... 67 D. Metode Analisis Data....................................................... 68 E. Operasional Variabel Penelitian........................................ 74 BAB IV.
ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitan ................................... 84 B. Hasil Uji Kualitas Data..................................................... 89 C. Analisis dan Pembahasan ................................................. 93
BAB V.
PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................... 105 B. Implikasi...........................................................................106 C. Keterbatasan..................................................................... 106 D. Saran.............................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 108 LAMPIRAN ............................................................................................... 112
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Tabel check list ...............................................................
41
2.2
Hasil Penelitian Sebelumnya ..........................................
66
3.1
Operasional Variabel Penelitian .....................................
81
4.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................
87
4.2
Data Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ........
87
4.3
Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ..........
88
4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Independensi .....................
90
4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Profesional ........
90
4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Kerja .............
91
4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Program
91
Pelatihan......................................................................... 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Pengendalian Intern …………………………………………………..
92
4.9
Hasil Uji Reliabilitas…………………………………...
92
4.10
Hasil Uji Multikolonieritas .............................................
94
4.11
Hasil Uji Regresi Linear berganda..................................
97
4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi ………………………
99
4.13
Hasil Uji Secara Simultan (Uji Statistik F) ……………
100
4.14
Hasil Uji Secara Individual (Uji Statistik t) ...................
101
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Model Kerangka Pemikiran ...........................................
65
4.1
Grafik Scatterplot ..........................................................
94
4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram .............
95
4.3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........
96
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Surat Ijin Perusahaan.......................................................
110
2
Struktur Bagan Organisasi...............................................
111
3
Daftar Kuesioner Penelitian.............................................
117
4
Hasil Tabulasi................................................................... 122
5
Hasil Uji Data SPSS……………………………………. 127
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis saat ini, bergerak secara dinamis dan terus menerus, dimana hal ini tentunya dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha pun dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut. Oleh karena itu, dituntut adanya pengawasan (control) agar tidak terjadi penyimpangan kecurangan (fraud) dalam setiap kegiatan usaha. Salah satu bentuk kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak perusahaan dalam kaitannya dengan pengawasan (control) adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu akuntan publik. Laporan keuangan biasanya digunakan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangan perusahaan, selain itu juga dapat digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengelolaan manajemen perusahaan kepada pemilik. Dalam perkembangannya, informasi yang diberikan oleh akuntan publik tidak hanya berguna bagi perusahaan itu saja, akan tetapi pihak-pihak luar perusahaan pun juga memerlukan informasi mengenai perusahaan, dimana hal ini dimaksudkan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman modal (investasi) atau yang berhubungan dengan perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan atau informasi keuangan yang diberikan oleh 1
akuntan publik maka kredibilitas suatu perusahaan dapat terjaga dengan baik, sehingga perusahaan mempunyai rasa kepercayaan yang tinggi untuk tetap bekerja sama, serta untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya karena begitu pentingnya arti laporan keuangan yang diberikan oleh auditor terhadap suatu perusahaan, maka akuntan publik dalam melaksanakan setiap pemeriksaan akuntan, dituntut agar memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan lainnya, dimana hal ini dimaksudkan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan untuk klien. Pada faktanya tidak menutup kemunginan klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri. Kasus yang telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun lalu. Mulai dari kasus enron di Amerika yang manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan 2
agar saham tetap diminati investor. Manipulasi tersebut dilakukan atas kerja sama dengan KAP Arthur Anderson sehingga sudah melanggar kode etik auditor yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya bukan untuk dilanggar (Uwi, 2009:1). Laporan keuangan Enron sebelumnya dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan Arthur Anderson, salah satu kantor akuntan publik (KAP) dalam jajaran big four, namun secara mengejutkan pada 2 Desember 2001 dinyatakan pailit. Kepailitan tersebut salah satunya karena Arthur Anderson memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis (Trisnaningsih, 2009:3). Sampai kasus PT. Telkom
di Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus PT. Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus
mengapa mereka tidak mengakui keberadaan Eddy Pianto. Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap PT. Telkom oleh KAP yang lain. Kasus keterlibatan 10 KAP yang melakukan audit terhadap Bank Beku Operasi (BBO) dan bank beku kegiatan usaha, dalam kasus ini melibatkan KAP papan atas. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi
akuntansi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan mempertanyakan eksistensi akuntansi publik sebagai pihak independensi (Oky, 2008:1). Selain sikap independen yang harus dimiliki oleh setiap akuntan publik, auditor atau akuntan publik pun dituntut untuk bersikap profesional serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Lebih lanjut seorang auditor harus terusmenerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya 3
dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diatur dalam Standar Auditing Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dimana akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh IAPI tersebut. Adapun standar-standar yang ditetapkan dalam SPAP adalah meliputi: standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu. Merujuk pada salah satu point IAPI didalam SPAP diatas, terdapat standar umum yang mengatur tentang keahlian auditor yang independen. Lebih jelas, standar umum ini diatur dalam paragraph 03-05 SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor Independen, yang secara tegas menyebutkan: “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor” (IAPI, 2009: 11). Dapatlah disimpulkan bahwa, keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian yang dimiliki auditor yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal harus terusmenerus ditingkatkan, dimana salah satu sumber peningkatan keahlian auditor dapat berasal dari pengalaman-pengalaman dalam bidang audit dan akuntansi. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui proses yang bertahap, seperti: pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan, pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang 4
berkaitan
dengan
pengembangan
keahlian
auditor.
Semakin
banyak
pengalaman maka semakin ahli seseorang dan akan semakin profesional mereka dalam menyelesaikan tugasnya. Salah satu faktor yang mendukung terciptanya kualitas pengawas intern yang berimplikasi pada pengendalian intern menurut Munandar dan Ashar (2009:85) adalah program pelatihan bagi setiap akuntan publik atau auditor. Dimana pelatihan disini didefinisikan sebagai, suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja nonmanejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu. Pelatihan yang sering dilakukan adalah pelatihan gaya seminar atau lokakarya yang biasanya diselenggarakan oleh pihak lain dan karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk mengikutinya. Melalui seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak peserta bisa memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keahlian dari peserta lain dan dari organisasi lainya. Selanjutnya dalam korelasinya dengan Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual atau yang lebih dikenal dengan Ditjen HKI maka, auditor intern ini dilaksanakan oleh pengawas intern. Salah satu masalah yang dihadapi oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) mengenai merangkapnya tugas pengawas intern, selain itu juga pengawas intern adalah seseorang yang memiliki kedekatan atau memiliki hubungan yang erat dengan pimpinan HKI, dan permasalahan yang terakhir adalah ketidakkompetenan
5
seorang pengawas intern pada di Ditjen HKI, atas dasar inilah kualitas pengendalian intern pada Ditjen HKI dipertanyakan oleh banyak pihak. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merumuskan judul penelitian sebagai
berikut
Pengalaman
“Pengaruh
Kerja
dan
Independensi, Program
Keahlian
Pelatihan
Profesional,
Terhadap
Kualitas
Pengendalian Intern Pada Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI)”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ratnadi Dwi dan Yadnyana (2009), adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan variabel program pelatihan
sebagai
variabel
independensi.
Program pelatihan
merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas output, karena itu penelitian ini menambahkan satu variabel tersebut karena diduga berpengaruh terhadap kualitas pengendalian intern. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah secara simultan variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern? 2. Apakah secara parsial variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengendalian intern? 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menemukan bukti empiris bahwa variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh secara simultan terhadap kualitas pengendalian intern. b. Untuk menemukan bukti empiris bahwa variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan berpengaruh parsial terhadap kualitas pengendalian intern.
2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang memadai mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan dalam kualitas output pada struktur pengendalian audit intern yang berkaitan dengan keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan khususnya dalam mengambil kebijakan perusahaan. b. Bagi Pengembangan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa-mahasiswi untuk digunakan sebagai sumber dalam melakukan penelitian di masa mendatang. 7
c. Bagi Pihak Lainnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing dengan memberikan gambaran bukti empiris pada literatur auditing, khususnya mengenai pengaruh keahlian
professional,
pengalaman
kerja,
program
pelatihan
pengawasan intern terhadap pengendalian audit intern. d. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan teoritis khususnya terkait masalah pengambilan keputusan pengendalian intern untuk meningkatkan manajemen audit perusahaan sehingga peneliti dapat menerapkan ilmu ekonomi dalam bidang Auditing yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing 1. Pengertian Auditing Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian audit yang dikemukakan beberapa ahli, diantaranya: Menurut Accounting Review (vol.48) dalam Boynton (2009:5), auditing adalah: “Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersiasersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Menurut Arens, Alvin et.al (2010:4), auditing adalah: “The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report an the dgree of correspondence betwee the information and estabilished criteria. Auditng should be done by a competent, independent person”. Sedangkan menurut Rahayu, Ely et.al (2010:1), auditing adalah: ”Proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti secara objekif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan aau peristiwa ekonomi dengan kritera yang ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditng haris dilakukan oleh orag yang berkompeten dan independen. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan dari definisi audit yang menjadi substansi dari beberapa pengertian tersebut diatas yakni:
9
Audit merupakan suatu proses sistematis, dimana dibutuhkan bukti yang cukup kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara obyektif selama menjalankan tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Serta dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan pendapat audit berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran yang ditetapkan oleh manajemen, dan prinsip akuntansi berlaku umum (SAK). Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaannya terhadap laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. 2. Tujuan audit Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:94), tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan menurut Arens, Alvin et.al (2010:200) tujuannya adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP). Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah 10
tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan. Asersi manajemen (management assertion) adalah representasi yang diberikan atau disampaikan oleh manajemen tentang kelas-kelas transaksi dan akun-akun yang terkait dengannya dalam laporan keuangan. Asersi manajemen secara langsung berkaitan dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP), sehingga auditor harus memahami asersiasersi manajemen agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai. Menurut
Arens,
Alvin
et.al
(2010:216)
asersi
tersebut
diklasifikasikan kedalam lima kategori utama, yaitu: keberadaan atau keterjadian (existence or occurance), kelengkapan (completeness), penilaian dan alokasi (valuation and allocation), hak dan kewajiban (right and obligation), penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material serta untuk menerbitkan laporan audit yang tepat sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Asersi yang telah disebutkan diatas merupakan bagian dari kriteria yang dipergunakan untuk manajemen dalam mencatat serta mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
11
3. Jenis Audit Menurut Arens, Alvin et.al (2010:10), akuntan publik melaksanakan tiga tipe audit utama yang menunjukkan karakteristik kunci dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut ialah: audit laporan keuangan, audit kepatuhan, audit operasional. a. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukkan seluruh laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan, walaupun hal yang umum untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan dibuat dengan metode kas atau metode akuntasi lainya yang cocok bagi organisasi tersebut. Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:5),
hasil akhir audit dalam
bentuk opini auditor yang dihasilkan oleh akuntan publik sebagai auditor independen. Adapn pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntan independent tersbut biasanya untuk pihak ekstern perusahaan, seperti analisis keuangan, kreditor, supplier, investor, dan pemerintah. b. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah klien (auditee) telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi. Audit kepatuhan pada perusahaan pribadi didalamnya dapat mencakup penentuan apakah staf akuntasi telah mematuhi peraturan-peratran yang disusun oleh pengawas (controller) 12
perusahaan, meninjau tingkat upah apakah telah memenuh aturan upah minumum, atau menguji kontrak perjanjian dengan pihak bank serta pihak kreditur lainya. Sedangkan dalam mengaudit unit organisasi pemerintahan, seperti sekolah negeri didaerah, terdapat suatu lingkup audit kepatuhan yang cukup luas akibat adanya aturan-aturan ekstensif dari otorisasi pemerintah yang lebih tinggi. Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:13), Hasil audit kepatuhan berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan. Hasil audit kepatuhan dilaporkan kepada pemberi tugas yaitu pimpinan organisasi, karena pimpinan organisasi yang paling berkempentingan atas dipatuhinya prosedur danperaturan yang telah ditetapkan. Sehingga auditor yang dipekerjakan untuk melakukan tugas itu adalah auditor intern, auditor pemerintah, dan akuntan publik. c. Audit Operasional Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta efektivitas prosedur serta metode tersebut. Pada saat suatu audit operasional selesai dilaksanakan, manajemen biasanya akan mengharapkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:11), pekerjaan yang terpenting dari audit operasional adalah melaporkan hasil audit kepda manajemen untk diambil tindakan perbaikan terhadap masalah yang dilaporkan. Nilai 13
pekerjaan audit bukanlah pengumpulan informasi akan tetapi berasal dari penilaian dan penyajian informasi yang dikupulkan tersebut. Kesimpulan dari pemaparan diatas adalah jenis audit terdiri dari tiga macam yaitu audit atas laporan keuangan, audit operasional dan audit kepatuhan. Audit laporan keuangan diperlukan karena untuk keputusan ekternal dalam memberikan kebuuhan suatu entitas, akan didasarkan pada faktor-faktor hubungan usaha dengan entitas yang bersangkutan pada waktu lalu dan keadaan entitas tersebut yang disajikan dalam laporan keuangannya, selain itu kondisi masyarakat yang kompleks menjai penyebab kemungkinan pengambilan keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan. Audit operasional diperlukan oleh pihak manajemen apabila mengalami penurunan laba perusahaan secara terus menerus, prestasi suatu departemen dibawah standar, alasan untuk dicurigai karena laporan keuangan mengalami masalah yang besar dalam area fungsional dan operasioal sehinga tidak mengungkapkan semua fakta. Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah audit telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otorisasinya lebih tinggi. 4. Jenis Auditor Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:13), ada tiga jenis auditor yang dikenal dalam masyarakat, yaitu: auditor independen (akuntan publik), auditor pemerintah, internal auditor (auditor intern). 14
a. Auditor Independen Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik, bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya. Persyaratan professional yang dituntut dari auditor inependen adalah seorang auditor yang memiliki pendidikan dan pengalaman praktik sebagai auditor independen, dan bukan termasuk orang yang terlatih dalam profesin dan jabatan lain. Pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh auditor independen dapat berupa; assurance services, attestation sevices, accounting & compilation services, other services. Auditor Independen memiliki hubungan profesional dengan manajemen perusahaan, dewan komisaris dan komite audit, Internal auditor dan pemegang saham dalam melaksanakan pekerjaanya yaitu melakukan audit atas laporan keuangan suatu organisasi. Menurut Arens, Alvin et.al (2010:21), kantor akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua prusahaan yang sahamnya diperdagangkan dibursa saham, mayoritas perusahaan besar lainya, sera banyak perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersil. Kantor akutan publik sering kali dinamakan sebagai auditor eksternal atau auditor independen. b. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksaan pemerintah. Di Indonesia lembaga yang bertanggung jawab 15
secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tingkat tinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah. Fungsi auditor pemerintah adalah melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi atau perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah. Menurut Arens, Alvin et.al (2010:22), general accounting office auditors (GAO) merupakan suatu badan netral yang berada dalam lingkup legislatif pemerintah federal. GAO diketuai oleh seorang pengawas keuangan yang bertanggung jawab hanya pada kongres. Tanggung jawab utama staf audit adalah melaksanakan fungsi audit bagi kongres. c. Internal Auditor (Auditor Intern) Auditor internal adalah pegawai dari suatu organisasi/ perusahaan yang berkerja di organisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan untuk membantu manajemen organisasi untuk menetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi terhadap kebijakkan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pelaksanaan audit sebagian besar tugasnya adalah melakukan audit kepatuhan (Compliance audit) dan audit operasional (Management atau Operational Audit) secara rutin.
16
Menurut Arens, Alvin et.al (2010:23), tugas auditor internal adalah appraisal independent (internal auditing): 1) Menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasi 2) Menelaah sistem-sistem yang diciptakan 3) Menentukan tingkat kepatuhan entitas 4) Menelaah sarana untuk melidungi asset erusahaan 5) Mengukur ekonomi dan efisiensi Auditor internal wajib memberikan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, sehingga selalu memerlukan dukungan dari manajemen. Informasi dari auditor internal tidak banyak dimanfaatkan bagi pihak ekstern karena indepedensinya terbatas (tidak independen bagi pihak ekstern). Menurut Arens, Alvin et.al (2010:24), seorang auditor intern harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam suatu organsasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dengan pekerja. Auditor intern menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasi perusahaan. d. Auditor Pajak Menurut Arens, Alvin et.al (2010:23), tanggung jawab utama auditor pajak adalah mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak 17
untuk menentukan apakah mereka telah mematuhi undang-undang perpajakan yang berlaku. Audit ini merupakan jenis audit kepatuhan. Pajak penghasilan yang diaudit sangat beragam, mulai dari perhitungan pajak sederhana bagi individu yang bekeja pada seorang pemberi kerja hingga perhitungan pajak yang sangat kompleks pada perusahaan multinasional. Masalah perpajakan meliputi pembayaran pajak oleh wajib pajak perorangan, pajak hadiah, pajak bumi dan bangunan, dan seterusnya. Seorang auditor yang terlibat dalam salah satu area audit harus memiliki pengetahuan perpajakan serta keahlian audit yang cukup agar dapat melaksanakan suatu audit yang efektif. Kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan diatas adalah auditor pajak bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakkan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksana DJP di lapangan adalah KPP (kantor pelayanan pajak) dan kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak (Karikpa). Auditor Intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Auditor pemerintah adalah suatu lembaga atau badan yang bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan Negara, pada tingkatan tertinggi terdapat badan pemeriksaan keuangan (BPK).
18
B. Independensi 1. Definisi Independensi Menurut Arens, Alvin et.al (2010:124), independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya, dan membuat laporan audit. Bila auditor adalah penasehat untuk klien, seorang bankir, atau orang lainya,maka auditor tidak bisa dianggap sebagai independen. Dalam mempertahankan perilaku yang independen bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab mereka merupakan hal penting, bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi tersebut. Ada dua aspek independensi adalah independensi
dalam
fakta
dan
independensi
dalam
penampilan.
Independensi dalam fakta adalah kemampuan auditor untuk mengambil sudut pandang tidak bias dalam penampilan dari jasa profesional. Sedangkan independensi dalam penampilan adalah kemampuan auditor untuk mempertahankan sudut pandang tidak bias dalam penampian dari jasa profesional. Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:51), ada dua aspek independensi seorang
auditor,
diantaranya
Independence
in
fact
(independensi
senyatanya), dan Independence in appearance (independensi dalam penampilan). a. Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. Independen dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataanya audtor mampu mempertahankan sikap yang tidak 19
memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Maksudnya adalah sebagai suatu kejujuran yang tidak memihak dalam merumuskan dan meyatakan pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus obyektif dan tidak berprasangka. b. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga
pihak
lain
akan
mempercayai
sikap
independensi
dan
objektivitasnya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor memiliki hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen. Akuntan publik dalam melaksanakan auditnya memiliki rasa percaya diri. Akuntan publik menerima fasilitas yang berlebihan dari klien selama melaksanakan audit. Menurut Nikholaus (2010:529), independensi merupakan sikap bebas tidak memihak kondisi netral, terbuka tanpa berpihak pada salah satu pihak. Sikap independensi dalah salah satu syarat mutlak yang wajib ditaati oleh auditor dalam melaksanakan audit, sesuaiyang diisyaratkan dalam norma-norma pemeriksaan akuntan. Untuk menjadi auditor tidak boleh memiliki kepentingan pribadi, baik dalam memiliki saham atau hubungan dengan perusahaan tersebut, dengan demikian dapat dijamin bahwa hasil
20
audit merupakanopini yang wajar dan tidak berpihak atas laporan keuangan yang disajikan. Masalah perilaku pengambilan keputusan yang selalu dihadapi oleh auditor. Problem Independensi sering muncul bila terjadi konflik kepentingan antara pihak auditor dengan pihak manajemen. Auditor diharuskan tetap independent terhadap klien, namun pada saat yang sama kehidupan ekonominya bergantung pada klien melalui fee yang dibayarkan oleh klien. Internal auditor adalah pegawai dari suatu organisasi atau perusahaan yang bekerja diorganisasi tersebut untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan tugas pokok Auditor yang bekerja dalam perusahaan adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Menurut Tugiman (2009:16), status organisasi atau integritas dan objektifitasnya harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : a. Status Organisasi Status organisasi adalah kedudukam formal dalam organisasi secara keseluruhan. Status organisasi auditor internal haruslah memberikan keleluasaan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan memberikan 21
dukungan dari manajemen sehingga mereka dapat bekerjasama dengan pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. Dalam melaksanakan audit agar pelaksanaan audit internal memadai maka seorang audit internal harus mempunyai independensi yang tinggi dan bertindak secara objektif. b. Objektifitas Objektifitas
adalah
sikap
mental
yang
independen
yang
harus
dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya. Auditor tidak boleh menempatkan penilaian sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan secara lebih rendah dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain atau menilai sesuatu berdasarkan penilaian orang lain. Para pemeriksa internal haruslah melakukan tugasnya secara objektif. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 2009 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan
pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan 22
kejujuran intelektual akuntan, sedangkan objektivitas berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan audit. Menurut Rahayu, Ely et.al (2010:51), terdapat upaya memelihara Independensi, yaitu dapat berupa persyaratan atau dorongan lain. Hal-hal tersebut terdiri dari enam upaya antara lain: a. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang
tidak
independen. b. Standar auditing yang berlaku umum,
sebagai pedoman yang
mengharuskan auditor mempertahankan sikap independen, untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan. c. Standar pengendalian mutu, salah satu standar pengendalian mutu masyarakat kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan yang cukup kepada semua staf independent. d. Komite audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. e. Komunikasi dengan auditor pendahulu. Auditor pengganti melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum menerima penugasan, dengan
tujuan
untuk
mendapat
informasi
mengenai
integritas
manajemen.
23
f. Penjajagan pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi. Tujuan untuk meminimasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik membeli pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap independensi. Menurut Christiawan (2009:86), ada empat hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu: (a) Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien, (b) Mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri, (c) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien, dan (d) Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest terjadi jika akuntan publik berhubungan dengan audit committee yang ada di perusahaan, sedangkan conflict interest jika akuntan publik berhubungan dengan manajemen. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya memelihara Independensi antara lain adalah kewajiban hukum, standar auditing yang berlaku umum, standar pengendalian mutu, komite audit, komunikasi dengan auditor pendahulu, dan penjajagan. Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari situasi yang menimbulkan kesan pada pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan dan keobjektifan sudah tidak dapat dipertahankan.
24
2. Konsep-Konsep Independensi Menurut Mautz dan Sharaf (1993) dalam Ahmad (2009:2) mengemukakan sejumlah indikasi yang dapat bertindak sebagai pembela ketika independensi ditantang. Mereka membicarakan khususnya pada akuntan publik tentang konsep yang dapat diterapkan pada auditor internal untuk mencoba mendemonstrasikan kenyataan dan bukti-bukti secara obyektif. Konsep-konsep independensi, yaitu: menyusun independensi, menguji independensi, pelaporan independensi. a. Menyusun independensi 1) Bebas dari segala campur tangan manajerial dalam penyusunan program audit. 2) Bebas dari segala campur tangan dalam penyusunan prosedur audit. 3) Bebas dari segala macam syarat untuk meninjau kerja audit kecuali berkaitan dengan proses audit yang normal. b. Menguji independensi 1) Bebas memasuki segala catatan, harta, dan pegawai yang berhubungan dengan pemeriksaan. 2) Kerjasama aktif dari manajemen sepanjang proses audit. 3) Bebas dari segala usaha manajerial untuk menetapkan aktivitasaktivitas yang akan diperiksa atau untuk menetapkan bukti-bukti yang dapat diterima.
25
4) Bebas dari segala kepentingan individu atas peranan penting audit internal
sehingga
timbul
keinginan
untuk
membatasi
atau
mengeluarkannya dari pelaksanaan pemeriksaan. c. Pelaporan independensi 1) Bebas dari segala rasa berkewajiban untuk mengubah dampak dari fakta-fakta yang dilaporkan. 2) Bebas dari segala tekanan untuk menghilangkan masalah-masalah yang penting dalam laporan auditor internal. 3) Penghindaran penggunaan bahasa yang memiliki arti ganda, baik sengaja maupun tidak sengaja dalam menyatakan fakta, pendapat, dan rekomendasi serta interpretasi mereka. 4) Bebas dari segala usaha untuk menolak keputusan auditor termasuk fakta-fakta dan pendapat-pendapat di dalam laporan audit internal. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa auditor internal harus memiliki sifat profesional yang utama yaitu indepedensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, untuk menyuarakan suatu kebebasan, tidak berat sebelah, pendapat yang tidak dibatasi, dan untuk melaporkan masalahmasalah seperti apa adanya daripada memenuhi apa yang diinginkan beberapa eksekutif. Para auditor internal haruslah tidak terkekang oleh batasan-batasan dalam audit, audit apa yang boleh dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, agar hal tersebut dapat berjalan dengan baik maka diperlukanlah konsep-konsep independensi. 26
C. Keahlian 1. Pengertian Keahlian Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Murtanto, Gudono (2009:39) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan. Sedangkan
Dwi
(2009:4)
mendefinisikan
keahlian
sebagai
keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu: keahlian teknis, dan keahlian non teknis. a. Keahlian teknis Adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. b. Keahlian non teknis Merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman. Menurut Praptomo (2002) dalam Dwi (2009:15) auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai 27
audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan Menurut Dwi (2009:4) komponen keahlian berdasarkan model dapat dibagi menjadi lima, ialah: 1) Komponen pengetahuan (knowledge component) yang meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur, dan pengalaman. 2) Ciri-ciri psikologis (pshycological traits) yang ditujukan dalam komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan bekerja dengan orang lain. 3) Kemampuan berpikir untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi. 4) Strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal. 5) Analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Kesimpulan menurut pemaparan diatas ialah seorang auditor harus mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kompeensi lain yang diperlukan unuk melaksanakan tanggung jawabnya. Tenaga ahli dapat berupa pengacara, konsultan lingkungan, insinyur dan lain-lain. Tenaga ahli harus memiliki kualifikasi profesional, kompetensi dan pengalaman
28
yang relevan, independen dan memiliki proses pengendalian kualitas, selain itu tenaga ahli juga harus disupervisi sebagaimana mestinya. 2. Standar Auditing Tentang Keahlian Auditor Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum Seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari dua bagian, yaitu: Standar Umum Pertama, paragraph 01-02, Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen, paragraph 03. Secara lengkap isi standar auditing dalam Seksi 210 ini, sebagai berikut: a. Standar Umum Pertama 1) Paragraph 01 Standar umum pertama berbunyi: “Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. 2) Paragraph 02 Standar umum pertama menegaskan bahwa: “Betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidangbidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing”. b. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen 1) Paragraph 03 menyatakan bahwa: “Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit.
29
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan
teknik
tersebut,
dan
keinginan
untuk
mencapai
kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang profesional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.
D. Profesionalisme 1. Pengertian Profesionalisme Profesionalisme dalam suatu pekerjaan atau profesi telah lama mendapatkan perhatian dari para cendekiawan dan praktisi. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan profesi atau tidak. Menurut Nikholaus (2010:847), professional accountant adalah akuntan profesional dimana seseorang akuntan terdaftar, seseorang yang bekerja pada kantor akuntan publik sebagai akuntan 30
Menurut Jusuf (2008:78), kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan. profesionalisme berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural yang karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan sekolah pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik, sedangkan sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Dari
definisi
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pengertian
pofesionalisme adalah sikap seseorang dalam menjalankan suatu profesinya. 2. Dimensi Profesionalisme Menurut Herawaty (2008:4) menyatakan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai akuntan publik. Ada lima dimensi profesionalisme, yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi Penjelasan sebagai berikut: a. Pengabdian pada Profesi Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
31
ekstrinsik kurang memadai. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. b. Kewajiban Sosial Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun oleh para profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial juga merupakan komitmen untuk melayani kepentingan orang banyak atau masyarakat. c. Kemandirian Kemandirian dimaksudkan bahwa sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat
keputusan bekerja tanpa diawasi
secara ketat.
Rasa
kemandirian dapat berasal dari kebebasan untuk melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus. d. Keyakinan Terhadap Profesi Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luas yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 32
e. Hubungan dengan Sesama Profesi Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan syarat seseorang untuk bekerja sebagai akuntan publik karena dapat mengurangi kesalahan dalam mengaudit. 3. Standar Profesionalisme Akuntan Publik Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2009:16) standar auditing merupakan paduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggunhg jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman dengan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar pekerja lapangan, dan standar pelaporan. Seperti telah diatur dalam SPAP yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum seksi 210 yang terdapat pada paragraph 03, sebagai berikut: a. Standar umum audit paragraph 03, berbunyi: Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama”.
33
Standar umum yang ketiga ini berhubungan dengan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek audit. Secara sederhana, ini berarti auditor wajib melaksanakan tugastugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan,
atau kepedulian
profesional. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidak jujuran walaupun tidak dapat diharapkan bertindak sempurna dalam situasi. b. Standar pekerjaan lapangan, terdiri dari: 1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyan, dan komfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh, harus merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat yang harus diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang di auditnya.
34
c. Standar pelaporan terdiri dari: 1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntan yang berlaku umum di Indonesia. 2) Laporan auditor harus menunjukan jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan perinsip akuntan tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus di pandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pertanyaan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Kesimpulan
dari
pemaparan
diatas
adalah
auditor
harus
bertanggung jawab secara profesional dalam pelaksanaan tugasnya untuk bersikap tekun dan penuh kehati-hatian. Sebagai seorang profesional, auditor harus menghindari terjadnya kecerobohan serta sikap asal percaya, tetapi auditor tidak diharapkan untuk membuat suatu pertimbangan yang sempurna dalam setiap kesempatan. 3. Ciri-ciri Profesionalisme Menurut Ahmad (2009:1), sifat-sifat profesional adalah kondisikondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik 35
tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Sifat-sifat profesional telah ada pada ahli hukum, dokter, akuntan publik, termasuk juga seorang atlet, penjahit, juru masak, dan mandor. Tetapi dalam pengevaluasian disiplin ilmu yang dipelajari, dibedakan antara keterampilan dengan keahlian dan digunakan kriteria untuk membedakannya. Ada dua kriteria yang harus diketahui, yaitu Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit. Hal tersebut harus berasal dari perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Selain itu, profesional harus memiliki standar kinerja yang disahkan oleh badanbadan profesional. Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai. Profesi harus memiliki nilai-nilai moral tertentu. Perhatian mereka tidak hanya kepada keuntungan semata, melainkan harus memahami benar apa yang diinginkan klien. Pelayanan merupakan atribut yang penting dalam profesi. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa profesional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa pelayanan profesional
harus
diperoleh
dari
belajar,
latihan,
pengalaman,
penyempurnaan kemampuan dan didukung juga dengan dua kriteria. 36
Pertama, pekerjaan tersebut secara teknis sulit, maksudnya pengetahuan yang berasal melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai serta kompetensi yang dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan atapun konsumen. Kedua, profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai.
E. Pengalaman Kerja 1. Definisi Pengalaman Kerja Menurut Hasibuan (2010:108), pengalaman (seniorits) yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya pengalaman kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang lama bekerja dalam perusahaan mendapat periorotas utama dalam tindakan promosi. Dengan pengalaman, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu akan dipromosikan. Menurut Knoers dan Haditono (2007:26), pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek.
37
Dari definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa pengalaman kerja
adalah menunjukkan lamanya dalam melaksanakan, mengatasi suatu pekerjaan dari beragam pekerjaan bahkan berulang-ulang dalam perjalanan hidup. 2. Manfaat Pengalaman Menurut Dwi (2009:12), seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan, dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan menurut Abriyani (2004:35). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin 38
cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja. 3. Keuntungan Auditor Berpengalaman Menurut Putri (2008:483) dengan bertambahnya pengalaman auditor tentang audit, maka akan semakin bertambahnya pengalaman kerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Jika seorang auditor berpengalaman, maka: a. Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, b. Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, c. Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan d. Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Dari
uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
banyaknya
pengalaman yang kita peroleh dari hasil audit sangat bermanfaat, salah satunya dalam mengoreksi hasil audit atau memberikan opini audit agar lebih berhati-hati kembali sehingga tidak terulang kembali kekeliruan. 4. Pentingnya Pengalaman dalam Meningkatkan Keahlian Auditor Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor, pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya juga diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan 39
pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup dalam mejalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja menurut Hadiwiryo (2007:135). Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang Audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalamanpengalaman dalam praktek audit. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai auditor independen. Dapat disimpulkan bahwa semakin berpengalamanya auditor maka apabila terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugas auditnya dapat diminimalisasi, diatasi dengan cepat dan efisien.
40
F. Program Pelatihan 1. Pengertian Program Pelatihan Menurut Munandar (2009:85) Pelatihan adalah: Proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja nonmanejerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu. Menurut Rai (2008:65), Supaya auditor memiiki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang memadai, maka diperlukan pelatihan bagi auditor kinerja . Pelatihan sangat diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksa. Kemampuan ini dikembangkan dan dipelihara melalui pendidikan profesional berkelanjutan. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dinyatakan bahwa auditor dalam dua tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional auditor untuk melaksanakan audit. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam tersebut harus terkait
langsung dengan audit keuangan negara dilingkungan
pemerintah atau lingkungan khusus dimana entitas tersebut beroperasi. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaian dalam 1 tahun. Untuk melakukan pelatihan diperlukan analisis untuk menentukan perlu atau tidaknya pelatihan bagi auditor yang akan melaksanakan audit kinerja. Tabel 2.1 menunjukkan check list untuk menentukan perlu atau tidaknya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi audit kinerja. 41
Tabel 2.1 Contoh Check list untuk Menentukan Perluya Pelatihan Berdasarkan Kompetensi Audior Kinerja. Kompetensi yang Dimiliki Auditor Pengetahuan Umum: Metode analitis Ilmu sosial Teori Organisasi Sektor Publik Masalah-masalah yang terkini
Pentingnya Selisih dalam Pelaksanaan Audit
1 2 2 1 3
Keahlian Khusus Wawancara Teknik kuesioner Presentasi Statistik
4 2 4 4 3
4 1 2 2 2 3 2 2 Kompetensi Pentingnya yang dalam Dimiliki Pelaksanaan Auditor Audit 3 2 Penggunaan basis data (database) dan kepustakaan 2 3 Teknik observasi 3 3 Membaca dengan cepat 3 4 Pengetahuan komputer 1 4 Penulisan laporan 2 2 Pekerjaan proyek
Analisis Kebutuhan Pelatihan
-3 0 -2 -3 0
Perlu Belum perlu Perlu Perlu Belum perlu
-3 0 1 0 Selisih
Perlu Belum perlu Tidak perlu Belum perlu Analisis Kebutuhan Pelatihan
1
Tidak perlu
-1 0
Perlu Belum perlu
1
Perlu
-3 0
Perlu Belum perlu
Kolom Kompetensi yang Dimiliki Auditor dapat diisi dengan memberi penilaian kepada auditor. Penilaan dapat dilakukan oleh supervisor ditempat auditor bekerja. Peringkat dapat diisi antara skala 1-4. Angka 1 mengacu pada kemampuan yang sangat rendah, sedangkan angka 4 mengacu pada kemampuan sangat tinggi.
42
Kolom Pentingnya dalam pelaksanan Audit merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh auditor sehingga dia dapat melakukan tugas pemeriksaan dengan baik. Kolom ini diisi dengan skala 1-4, dimana angka 1 berarti tidak penting sama sekali dan angka 4 berarti sangat penting. Kedua kolom tersebut dapat dikombinasikan menjadi suatu diagram untuk menggambarkan perlu tidaknya suatu pelatihan (training) dilakukan berdasarkan aspek kompetensi auditor dan aspek pentingnya dalam pelaksanaan audit. Kolom Selisih menunjukkan deviasi antara kolom kompetensi yang Dimiliki Auditor dan Pentingnya dalam Pelaksanaan Audit. Angka negatif
menunjukkan bahwa kompetensi
auditor masih dibawah kemampuan yang dibutuhkan dalam melaksanakan audit kinerja. Angka positif menunjukkan bahwa kompetensi auditor sama dengan kemampuan yang dibutuhkan. Kolom Analisis Kebutuhan Pelatihan menunjukkan perlu atau tidaknya suatu pelatihan bagi auditor berdasarkan pelatihan kompetensi. Angka negatif menunjukkan perlunya pelatihan untuk meningkatkan kompetensi. Angka nol dan angka positif menunjukkan kompetensi auditor sama dengan atau diatas kemampuan yang dibutuhkan, sehingga perlu atau tidaknya pelatihan bergantung pada pertimbangan organisasi yang bersangkutan. Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan juga diperlukan mengingat dalam standar umum dinyatakan bahwa auditor
43
secara kolektif harus memilki kecakapan prfesional unuk melaksanakan tugas pemeriksaan. 2. Jenis-jenis Program Pelatihan Menurut Salusu (2008:299), ada banyak cara untuk melaksanakan pelatihan, tetapi umumnya ada beberapa yang biasanya dipakai, yaitu Onthe-job training, Seminar, belajar sendiri, Pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi sendiri, lokakarya, simposium, atau dengan mengundang konsultan pelatihan dari luar organisasi, dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. a. Pelatihan dengan cara on-the-job training dilakukan setiap hari dengan menjawab pertanyaan,
mendemonstrasikan
bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan memeberikan pedoman kerja. Menyempurnakan sistem pelatihan di tempat, memerlukan analisis pekerjaan terlebih dahulu, termasuk seperangkat sasaran pelatihan, kemudian melatih karyawan dengan hati-hati, diikuti dengan evaluasi terhadap hasil pelatihan. b. Pelatihan dengan belajar sendiri dilakukan dengan menyediakan buku petunjuk terinci, lalu karyawan mempelajari sendiri. Ada beberapa orang cocok dengan cara ini, tetapi ada pula yang tidak. Salah satu kelemahan cara ini adalah kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan, dan bawahan sendiri satu dengan yang lain. c. Pelatihan yang dilaksanakan dalam organisasi sendiri, dapat berupa lokakarya, simposium atau pelatihan biasa. Pilihan orang yang tepat untuk mengikuti penataran yang sesuai, dan harus yakin bahwa sesudah 44
orang tersebut mengikuti pelatihan, pengetahuannya akan bertambah dan kemampuan serta hasil kerjanya akan meningkat. Penyelenggara pelatihan ini adalah orang dalam sendiri atau unit pelatihan khusus. Salah satu kelemahan adalah seringnya materi penataran yang kurang dikuasai oleh orang dalam tersebut, selain
itu masih perlu
dipertanyaakan apakah pelatihan dari dalam cukup objektif dalam menyampaikan bahan latihan dan tidak cenderung memasukkan unsurunsur yang dapat melemahkan posisi organisasi. Melaksanakan pelatihan seperti tidak mudah dilakukan apalagi organisasi tersebut tidak mempunyai unit pelatihan sendiri. d. Pelatihan gaya seminar dan lokakarya biasanya diselenggarakan oleh pihak lain dan karyawan organisasi diutus sebagai peserta untuk mengikutinya. Melalui seminar, simposium atau lokakarya ini, banyak pengetahuan yang bisa diperoleh apabila diikuti dengan sungguhsungguh terutama juga pengalaman dari peserta dari organisasi lainnya. e. Konsultan pelatihan yang tersedia dalam masyarakat biasanya menyediakan berbagai paket pelatihan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Salah satu kelemahan dari sitem ini ialah apabila tim belum pernah mengetahui dan mengenal budaya organisasi yang mengundang mereka, biasanya menimbulkan kekurang serasian. Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. 45
Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor pemula (yunior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan. Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelatihan adalah karyawan dapat melaksaanakan tugasnya dengan baik, dan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjan baru, dan dapat mengikuti serta menciptakan perubahan-perubahan dalam pekerjaanya sehingga iklim segar senantiasa tampak dalam organisasi. Menurut Ahmad (2009:2) Institute of internal auditor (IIA) merupakan asosiasi profesi. Lembaga ini merupakan salah satu lembaga yang memiliki sertifikasi praktik auditor internal. Lembaga memiliki dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program pendidikan berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga tahun. Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII). Ujian merupakan salah satu jalan terakrir agar seseorang tersebut menjadi profesional. Calon anggota harus mengikuti ujian dua hari yang 46
mencakup subyek yang luan. Setelah calon yang berhasil menerima gelar sebagai Certified Internal Auditor (Auditor Internal Bersertifikat). Institut menerbitkan Common Body of Knowledge untuk peserta yang ingin mempersiapkan menghadapi ujian. Pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa para calon profesional auditor internal juga harus mengikuti pelatihan spesialis yang lama. Pemberian gelar auditor internal profesional kepada seseorang tidak bisa secara otomotis langsung diberikan, untuk memenuhi kriteria tersebut harus mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus tes khusus dan barulah memperoleh sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan mendapat pengukuhan sebagai Certified Internal Auditor yang dapat diakui sebagai auditor internal profesional.
G. Pengendali Internal 1. Definisi Pengendali Internal Menurut The Institute of Internal Aditor (IIA) dalam Tunggal (2009:79) pengendalian (control) adalah: ”any action taken by management, the board, and other parties to manage risk and increase the likelihood that established objectives and goals will be achieved. Management plans, organizes, and directs the performance of sufficient actions to provide reasonable assurance the objectives and goals wil be achieved.” Definisi ini dapat diartikan pengendalian adalah menurut IIA, sebagai setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan
tercapainya
tujuan
dan
sasaran
yang
ditetapkan. 47
Pengendalian bisa bersifat preventif (untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk menyebabkan atau mengarahkan
terjadinya
hal
yang
diinginkan).
Konsep
sistem
pengendalian merupakan gabungan komponen pengendalian yang terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Pengendalian
intern
menurut
Committee
of
Supporting
Organizations (COSO) dalam Tunggal (2009: 81): “Internal controls is a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, complience with external laws and regulations. Definisi ini dapat diartikan pengendalian internal adalah suatu proses, yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini adalah: efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan dari laporan keuangan, ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Sedangkan, menurut Tunggal (2009:81) definisi Pengendalian Internal adalah: a. Pengendalian internal merupakan suatu proses. Pengendalian internal mrupakan “a mean to or end” bukan an end in itself.”
48
b. Pengendalian internal dipengaruhi oleh orang-orang. Pengendalian internal bukan semata-mata manual kebijakan dan formulir-formulir, tetapi orang pada setiap tingkat organisasi. c. Pengendalian internal diharapkan memberikan hanya keyakinan memadai (reasonable assurance) bukan keyakinan mutlak (absolute assurance), kepada manajemen dan dewan komisaris suatu entitas. d. Pengendalian internal digunakan untuk pencapaan tujuan dalam satu dan lebih kategori yang tepisah, namun saling menutupi sebagian (overlapping). Jadi, kesimpulan dari definisi pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Disamping itu sistem pengendalian intern dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi. Menurut Mulyadi (2009:180), definisi struktur pengendalian intern adalah: ”Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personalia lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan golongan berikut: (1) keandalan laporan keuangan, (2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3) efektifitas dan efisiensi operasi”. Pengertian
diatas
menyatakan
bahwa
pengendalian
intern
merupakan proses yang dilakukan oleh dewan komisaris, manajemen dan
49
pemimpin yang beradadibawah mereka untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendalian tercapai. Menurut Standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319. part 06 struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Menurut Tawaf (2008:19), pengendalian intern meliputi: Kebijakan, Susunan organisasi, serta, semua cara-cara dan peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan usaha. 2. Tujuan Pengendali Internal Tujuan perusahaan mengadakan pengendalian intern adalah untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Tujuan intern secara terperinci harus dipenuhi untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam menjurnal dan pencatatan. Pengendalian intern harus mencukupi untuk memberikan kepastian dan keyakinan bahwa: a. Setiap transaksi yang dicatat benar-benar ada (eksistensi). Pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi fiktif dan yang sebenarnya tidak terjadi didalam catatan akuntansi. b. Semua transaksi yang terjadi dicatat (kelengkapan). Setiap prosedur yang dimiliki perusahaan harus meberikan pengendalian untuk mencegah penghilngan untuk setiap transaksi dari catatan.
50
c. Semua transaksi yang dicatat disajiakan dengan nilai yang benar (akurasi). Tujuan yang dilakukan adalah menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi akuntansi. d. Semua transaksi diklasifikasikan perkiraan yang tepat (klasifikasi). Klaifikasi yang pantas sesuai dengan bagian perkiraan perusahaan dibuat dalam jurnal supaya laporan keuangan dinyatakan dengan wajar. e. Semua transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu). transaksi dicatat pada tanggal terjadinya. Setiap pencatatan transaksi sebelum dan setelah waktu terjadinya memperbesar kemunkinan adanya mencatat atau dicatatnya transaksi dalam jumlah yang tidak pantas sehingga mengakibatkan salah saji dalam laporan keuangan. f. Semua transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan iktisar). Selain metode yang digunakan untuk memasukkan setiap transaksi, kedalam berkas induk dan untuk mengikhtisarkan setiap transaksi pengendalian yang memadai selalu diperlukan untuk menjamin kebenaran klasifikasi pengikhtisaran. Menurut Tunggal (2009:79), pengendalian internal berguna untuk membantu manajemen mencapai tujuan utamanya, yaitu: a. Informasi keuangan dan operasi yang relevan, dapat diandalkan, dan dapat dipercaya. b. Pemanfaatan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien. c. Pengamanan aktiva organisasi. 51
d. Ketaatan terhadap hukum: regulasi, norma, etika bisnis, dan kontrak. e. Identifikasi resiko dan penggunaan strategi yang efektif untuk mengendalikannya. f. Menetapkan tujuan dan sasaran operasi atau program Menurut
pemaparan
diatas
kesimpulanya
adalah
sistem
Pengendalian Internal terdiri dari serangkaian prosedur dan kebijakan yang dirancang agar manajemen memperoleh keyakinan bahwa perusahaan dapat mencapai tujuan sasarannya. Menurut Suharli (2007:55) pengendalian intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat otorisasi dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan pengendalian Intern atas transaksi, yaitu Otoritas (wewenang), Pencatatan, Perlindungan, Rekonsiliasi, Penilaian. a. Otoritas (wewenang). Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalahmasalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus. b. Pencatatan. Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap.
52
c. Perlindungan. Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan atau penjagaan dari mereka yang bertanggung jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun. d. Rekonsiliasi. Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang. e. Penilaian Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved atas harta tersebut. Dari hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan diperlukan pengendalian intern untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Serta mencegah terjadinya kesalahan dalam menjurnal dan pencatatan. 3. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Setiap perusahaan memiliki karakteristik atau sifat khusus yang berbeda karena perbedaan karakteristik tersebut. Pengendalian intern yang baik pada perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan yang lain. Oleh sebab
itu
untuk
menciptakan
suatu
pengendalian
intern
harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan 53
secara keseluruhan. Pengendalian yang baik harus memenuh kriteria atau unsur-unsur. Unsur-unsur pengendalian intern mencakup lima komponen dasar kebijakan dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Dalam perencanaan audit, auditor harus memperoleh suatu pemahaman yang memadai atas komponen pengendalian internal untuk merencanakan audit dengan cara melaksanakan prosedur guna memahami desain pengendalian yang relevan bagi penyusunan laporan keuangan. Menurut Rahayu, Ely (2010:223) terdapat lima komponen pokok pengendalian internal adalah lingkungan pengendalian, penetapan resiko manajemen, aktivitas pengendalian dan pemantauan, sistem informasi dan komunikasi akuntansi, pemantauan. Penjelasannya sebagai berikut: a. Lingkungan pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian berkenaan dengan tindakan-tindakan, dan
prosedur-posedur
yang
merefleksikan
keseluruhan
sikap
manajemen, dewan komisaris, pemilik, dan pihak lainnya terhadap pentingnya pengendalian intern bagi entitas. Lingkungan pengendalian menetapkan corak dan suasana suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian personil dalam organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
54
intern yang lain, dengan menciptakan dan menyediakan disiplin dan struktur. Faktor-faktor yang membentuk Lingkungan Pengendalian antara lain: (1) Integritas dan nilai etika. (2) Komitment terhadap kompetensi. (3) Partisipasi dewan komisaris dan komite audit. (4) Falsafah manajemen dan gaya operasinya. (5) Penetapan wewenang dan tanggung jawab. (6) Kebijakkan dan praktik dibidang sumber daya manusia. b. Penentuan Risiko Manajemen (Risk Asessment Management) Penentuan risiko untuk pelaporan keuangan mencakup identifikasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penentuan risiko bertujuan untuk pelaporan keuangan melibatkan identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai ujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan yang andal juga berkaitan dengan peristiwa dan transaksi khusus. c. Aktivitas pengendalian (Control Activities) Aktivitas
pengendalian
adalah
kebijakan
dan
prosedur
untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu satuan usaha akan tercapai. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi, dan
55
pemprosesan data, serta di integrasikan dalam komponen-komponen pengendalian lainnya. d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Untuk berfungsi secara efisien dan efektif, organisasi memerlukan informasi relevan yang disediakan bagi orang dan pada saat yang tepat. Selain
itu
informasi
harus
pula
andal
dalam
akurasi
dan
kelengkapannya. Sistem informasi yang relevan dengan tujan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibagun untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan dan untuk menyelenggarakan akuntanbilitas terhadap aktiva, utang, ekuitas yang bersangkutan. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelapoan keuangan. Komunikasi dapat diambil dalam berbagi bentuk seperti panduan kebijakan, akuntans, dan panduan pelaporan keuangan serta momerandum. Komunikasi dapat juga dilakukan secara lisan dan melalui tindakan manajemen. Saluran komunikasi yang terbuka adalah esensial bagi pemfungsian sistem informasi akuntansi. e. Pemantauan (monitoring) Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Penilaian efektifitas pengendalian intern secara 56
terus menerus atau periodic oleh manajemen, untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan. Tujuan monitoring adalah untuk menentukan apakah pengendalian masih berjalan sesua dengan tujuan yang ingin dicapai atau perlu adanya perbaikan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan. Komponenkomponen tersebut diturunkan dari cara manajemen menjalankan usaha, dan terintegrasi dalam proses manajemen. 4. Keterbatasan Pengendalian Internal Pengendalian internal yang memadai tidak selalu menjamin sepenuhnya bahwa tujuan perusahaa dapat tercapai karena pengendalian internal memiliki keterbatasan yang melemahkan pengendalian internal tersebut. Keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2009:181), adalah kesalahan dalam pertimbangan, ganguan, kolusi, pengabdian oleh manajemen dan biaya lawan manfaat: a. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali manajemen dan personil lainya salah dalam pertimbangan dan keputusan bisnis yang diamil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi keterbatasan waktu atau tekanan lain
57
b. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membat kealahan karena kelalaian, ketidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifa sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem prosedur dapat pula mengakibatkan kelalaian. c. Kolusi Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan hubungan pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan terungkapnya ketidak beresan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh struktur pengendalian yang dirancang. d. Pengabdian oleh manajemen Manajemen dapat mengabdikan kebijakkan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepathan semu. e. Biaya lawan manfaat Biaya yang perlu untuk mengoprasikan struktur pengendalian intern tidak boleh melebuhi manfaat yang iharapkan dari pengndalian intern tesebut, karena pengaturan secara tepat baik biaya maupun manfaat biaya mungkin dilakukan. Manajemen harus memperkirakan dan
58
mempertimbangkan
secara
kualitatif
dan
kuantitatif
untuk
mengevaluasikan iaya dan manfaat suatu struktur pengendalian intern. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bawa dengan keterbatasan pengendalian intern adalah hal-hal yang menjadi sebab tidak tercapainya pengendalian intern, seperti yang direncanakan. Jadi, penerapan
pengendalian
intern
bukan
dimaksudkan
untuk
menghilangkan semua kemungkinan yang akan terjadinya hal-hal tersebut seminimal mungkin dan kalaupun terjadi kesalahan atau penyelewengan dapat segera diatasi.
H. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Hubungan Independensi dengan Kualitas Pengendalian Intern Dalam Kode Etik akuntan tahun 2008 disebutkan bahwa Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Menurut Abdul, Halim (2009:21) ada dua aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut. (1) Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang 59
tinggi. (2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan
pelaksanaan
audit.
Auditor
harus
menjaga
kedudukannya
sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. Lenny Krisnawati (2007) meneliti bahwa pengaruh independensi dan keahlian profesional internal auditor terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung. Dari Penelitian tersebut didapat bahwa Independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di kabupaten Bandung. Uji Panca Mahendrawati (2007) meneliti pengaruh independensi dan keahlian profesional internal auditor terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Dempasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor berpengaruh positif terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Dempasar. Auditor internal harus memiliki sifat profesional yang utama yaitu indepedensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, untuk menyuarakan suatu kebebasan, tidak berat sebelah, pendapat yang tidak dibatasi, dan untuk melaporkan masalah-masalah seperti apa adanya daripada memenuhi apa yang diinginkan beberapa eksekitif. Para auditor internal haruslah tidak 60
terkekang oleh batasan-batasan dalam audit, audit apa yang boleh dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, agar hal tersebut dapat berjalan dengan baik maka diperlukanlah konsep-konsep independensi. Hal ini terkait dengan sistem pengendalian intern yang terdiri dari serangkaian prosedur dan kebijakan yang dirancang agar manajemen memperoleh keyakinan bahwa perusahaan dapat mencapai tujuan sasarannya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah. Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independensi secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern. 2. Hubungan Keahlian Profesional dengan Kualitas Pengendalian Intern Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang profesional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi Krishnan (2008) yang meneliti kualitas auditor internal dan pengendalian intern: suatu analisis empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independen auditor
61
internal dengan keahlian bidang keuangan adalah signifikan jika dikaitkan dengan kejadian masalah-masalah pengendalian intern. Menurut Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks,
termasuk
dalam
melakukan
pengawasan
dan
pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah. Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keahlian profesional secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern. 3. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Kualitas Pengendalian Intern Menurut Knoers dan Haditono (2007:26) Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. Penelitian tentang pengalaman akuntan dilakukan oleh Sri Sularso dan Ainun Na’im (2008). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman akuntan dalam mendeteksi kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 35 akuntan pemeriksa yang berpangalaman dari Kantor Akuntan Publik di Solo dan Jakarta serta 35 Mahasiswa akuntansi S1 Fakultas 62
Ekonomi Universitas Negeri Surakarta sebagai pengganti akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk akuntan pemeriksa sebagai satu-satunya ukuran keahlian adalah kurang tepat. Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor dilakukan oleh Putri Noviyani (2008:25). Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap pengetahuan auditor tentang kekeliruan pada struktur pengendalian intern. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di Kantor Akuntan Publik di Jawa yang memiliki posisi partner, supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan pada sruktur pengendendali intern . Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu dan Ni Made meneliti bahwa penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern dari hasil regresi menunjukkan besarnya t hitung (3,156) > t tabel 63
(1,980) dan signifikan sebesar 0,002< α = 0,05 hal ini berarti bahwa pengalaman kerja pengawas intern secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah. Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengalaman kerja secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern. 4. Hubungan Program Pelatihan dengan Kualitas Pengendalian Intern Menurut Salusu (2008) Bertambahnya pengetahuan yang muncul dari penambahan program pelatihan dalam rangka memenuhi syarat sebagai seorang profesionalisme. Pelatihan ini berupa kegiatan seperti: Seminar, Simposium, Lokakarya dan kegiatan penunjang keterampilan lainya yang berhubungan dengan profesi. Tujuan dari Pogram Pelatihan adalah meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan. Hasil penelitian Rendy Christofel (2010) menunjukkan bahwa kualitas prosedur pengendalian internal sebagai variabel moderating pada pengaruh keadilan organisasi terhadap kecurangan karyawan. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas pengendalian internal dapat dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh program pelatihan karena dengan menetapkan serta menerapkan pengendalian internal secara baik dan benar pada suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan menjadi lebih 64
mudah dalam mencapai suatu tujuan dan dapat meminimalkan resiko dan apabila suatu pengendalian internal telah ditetapkan maka semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor serta di bawah kendali sehingga tujuan akan tercapai, risiko menjadi kecil, dan informasi yang dihasilkan akan baik. Hal tersebut tidak lepas dari keikutsertaan seseorang yang sudah ngikuti program pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka, dengan ini
hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah. Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel program pelatihan secara parsial dan simultan terhadap kualitas pengendalian intern.
I. Hasil Penelitian Terdahulu Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu yang berhubungan dengan variabel independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja, program pelatihan pengawasan intern terhadap kualitas output struktur pengendalian audit intern beserta hasil penelitiannya. Tabel tersebut disajikan pada tabel 2.2 berikut ini.
65
No
1.
2.
Nama Peneliti dan Tahun Lenny Krisnawati (2007)
Tabel 2.2 Tabel Penelitian Terdahulu Judul Metodologi Penelitian Penelitian Perbedaan Persamaan Pengaruh Variabel: Independensi a) Pengalaman dan Keahlian Kerja Profesional b) Program Internal Auditor Pelatihan terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Sampel: Pengendalian Hotel Intern pada Berbintang di Hotel kabupaten Berbintang di Bandung kabupaten Bandung
Panca Pengaruh Mahenrawat Independensi i (2007) dan Keahlian Profesional Internal Auditor terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Hotel Berbintang di kabupaten Bandung dan Kota Denpasar
Variabel: a) Independensi b) Keahlian profesional c) struktur pengendalian internal Metode: Regresi linier berganda
Variabel: a) Pengalaman Kerja b) Program Pelatihan
Variabel: a) Independensi b) Keahlian profesional Struktur c) pengendalian internal
Sampel: Hotel Berbintang di kabupaten Bandung dan Kota Denpasar
Metode: Regresi linier berganda
Hasil Penelitian
Dari penelitian tersebut didapat bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung. Dari penelitian tersebut didapat bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Sumber: diolah berbagai sumber
66
No
3.
4
5
Nama Penelitian dan Tahun Jayanthi Krishnan (2008
Arlen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008)
Rendy Cristofel (2010)
Judul Penelitian
Tabel 2.2 (lanjutan) Tabel Penelitian Terdahulu Metodologi Penelitian Perbedaan
Persamaan
Kualitas Auditor Internal dan Pengendalian Intern: suatu analisis empiris
Kualitas Auditor Intern
Pengendalian Intern
Sampel: KAP Jakarta dan Bandung
Metode: Regresi linear berganda
Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas
Variabel: a) Pengetahuan Auditor b) Etika Profesi c) Materialitas
Variabel: Profesionalisme
Sampel: KAP Surabaya
Metode: Regresi linier berganda
Moderasi Variabel: Pengendalian a) Pengendalian Internal pada Internal Hubungan b) Keadilan Pengaruh Organisasi Keadilan c) Fraund Organisasional terhadap tingkat Sampel: KAP Jakarta kecurangan Barat (Fraud)” Sumber: diolah berbagai sumber
Hasil Penelitian
Variabel: a.Profesionalisme b.Keahlian profesional c.Pengalaman kerja Metode: Regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa independen auditor internal dengan keahlian bidang keuangan adalah signifikan jika dikaitkan dengan kejadian masalahmasalah pengendalian intern. Dari penelitian tersebut didapat bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Dari penelitian tersebut didapat bahwa kualitas pengendalian internal dapat dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh program pelatihan.
67
No
6
7
Nama Penelitian dan Tahun Sri Sularso dan Ainun Na’im (2008)
Judul Penelitian
Tabel 2.2 (lanjutan) Tabel Penelitian Terdahulu Metodologi Penelitian Perbedaan
Pengaruh pengalaman akuntan pemeriksa terhadap pengetahuan dan penggunaan intuisinya, mengenai kekeliruan
Variabel: a)Independensi b)Keahlian profesional c)Program pelatihan Sampel: KAP Solo, Jakarta dan Mahasiswa Surakarta
Pengaruh Variabel: Independensi, Program Keahlian Pelatihan Profesional, dan Pengalaman Sampel: Kerja Pengawas Bank Intern Terhadap Perkreditan Efektivitas Rakyat di Penerapan Kabupaten Struktur Bandung Pengendalian Intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung Sumber: diolah berbagai sumber
Ni Putu eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi (2006)
Hasil Penelitian
Persamaan Variabel: a)Pengalaman Kerja b)Pengendalian internal Metode: Regresi linier berganda
Dari penelitian tersebut diatas bahwa penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk akuntan pemeriksa sebagai satu-satunya ukuran keahlian adalah kurang tepat.
Variabel: a. Independensi b. Keahlian Profesional c. Pengalaman Kerja d. Pengendalian intern
Pengalaman kerja pengawas intern secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
Metode: Regresi linier berganda
68
J. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai pengaruh indepedensi, keahlian prfesional, Pengalaman kerja dan program pelatihan terhadap kualitas pengendalian audit intern. Berdasarkan landasan teori dan hubungan antar variabel yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disederhanakan dalam bentuk model gambar 2.1 sebagai berikut. Gambar 2.1 Kerangka Pemikira
Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja dan Program Pelatihan Terhadap Kualitas Pengendalian Intern.
Variabel Dependen: Pengendalian Intern
1. 2. 3. 4.
Variabel Independen: Independensi Keahlian Profesional Pengalaman Kerja Program Pelatihan
Metode Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik
Uji T (Parsial)
Uji F (Simultan)
Kesimpulan dan Implikasi
69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kausalitas. Menurut Indriantoro dan Bambang (2004:27), kausalitas adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji dan menganalisa signifikansi indepedensi, keahlian profesional, Pengalaman kerja, program pelatihan, terhadap kualitas pengendalian intern perusahaan. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas pengendalian internal sebagai variabel terikat dan independensi (X1), keahlian profesional (X2), pengalaman kerja (X3), program pelatihan (X4) sebagai variabel bebas.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:55). Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang 70
bekerja pada HKI di wilayah Tangerang. Menurut Sugiyono (2005 :56), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang responden yang merupakan karyawan kantor HKI. Teknik pengambilan sampling dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode simple random sampling yaitu metode penarikan sampel probabilitas dilakukan dengan cara acak sederhana dan setiap responden memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai responden (Abdul, Hamid, 2007:25). Jadi, sample ditentukan berdasarkan kemudahan bagi peneliti. Teknik ini diambil karena melihat dari keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk mendukung penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder, berikut ini penjelasan mengenai penggunaan kedua metode tersebut, yaitu: 1. Data Primer Menurut Sugiyono (2005 :129), Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui studi lapangan dengan metode kuesioner melalui 71
daftar pertanyaan tertulis kepada auditor. Kuesioner yang digunakan diadopsi dari pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam jurnal-jurnal SNA, skripsi dan buku Auditing. Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan
tersebut
dimodifikasi dan direvisi agar dapat dimengerti oleh responden. Kuesioner dibagikan kepada responden dengan mendatangi langsung ke HKI di wilayah Tangerang, melalui surat pos, dan memberikan pada teman yang bekerja pada kantor tersebut. 2. Data Sekunder Menurut Indriantoro dan Bambang Supomo (2004:147), Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dari pihak lain. Data sekunder ini diperlukan sebagai landasan teori yang dikumpulkan dengan cara membaca literatur, buku akuntansi, majalah, surat kabar, dan internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
D. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 16.0. 1. Deskriptif Data Penyusunan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis regresi berganda untuk menganalisis
72
variabel independen (X) yaitu manajemen audit dan internal audit terhadap variabel dependen (Y) yaitu audit sampling. 2. Uji Kualitas Data Menurut Indriantoro, Bambang (2004:180), ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Uji Validitas Menurut Imam Ghozali (2006:49), Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk melakukan uji validitas instrumen penelitian digunakan teknik Pearson Correlation yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan r tabel dengan r hitung (korelasi). Bila koefisien korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (Product Moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid. 2. Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel 73
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung besarnya cronbach alpha coefisient (α) untuk masingmasing instrument kuisioner yang akan diuji. Suatu variable dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha coefficient (α) > 0,06 (Imam Ghozali, 2006 : 46). 3. Uji Asumsi Klasik Menurut Imam Ghozali (2006:95), Uji asumsi klasik terdiri dari: Uji normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable dependen, variable independent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Imam Ghozali, 2006 : 110). Menurut Santoso (2003:67), Dasar pengambilan keputusan adalah jika signifikan lebih besar dari 0,05 maka variabel terdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka variabel tidak terdistribusi normal.
74
b. Uji Heteroskedastisitas Menurut Imam Ghozali (2006:125), Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk
menguji
apakah
dalam
model
regresi
terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas,
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Pada gambar Scatter plot, jika titik-titik menyebar merata diatas dan dibawah atau sekitar angka 0, maka tidak terjadi heteroskedastisitas sedangkan jika titik-titik data membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit atau mengumpul di satu titik, maka telah terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Multikoliniearitas Menurut Imam Ghozali (2006:95), Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Salah satu asumsi model garis regresi linier adalah tidak ada kolerasi yang sempurna atau kolerasi tidak sempurna tetapi relatif sangat tingi pada variabel-variabel bebasnya (Independ) yang biasa disimbolkan dengan X1,X2,X3....Xn.
75
4. Uji Hipotesis Menurut Santoso (2003:57), Dalam pengolahan data, penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan menggunakan uji t dan uji F, dimana dasar pengambilan keputusan adalah apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sebaliknya jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. 1) Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel bebas (X1, X2, dan X3) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linear dengan persamaan matematis berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Dimana: Y = Pengendalian intern α = Konstanta, harga Y bila X=0 β = Koefisien Regresi atau nilai sensitivitas variabel terikat (Y) terhadap besar perubahan variabel bebas (X) dimana jika nilai b positif maka akan terjadi kenaikan, sedangkan jika b negatif maka akan terjadi penurunan. X1 = Independensi (variabel bebas) X2 = Keahlian profesional (variabel bebas) X3 = Pengalaman kerja (variabel bebas) X4 = Program pelatihan (variabel bebas) e
= Error 76
2) Output Regresi (Goodness of Fit) Menurut Imam Ghozali (2006:87), Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari: a) Uji Koefisien Determinasi b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistif F) c) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Uji Koefisien Determinasi Menurut Imam Ghozali (2006:87), koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi
variabel
dependen.
Nilai
koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperediksi variasi variabel dependen. Untuk mengetahui besar atau kecilnya persentase pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dipergunakan koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut:
77
KD = R² x 100% Dimana: KD = Koefisien Determinasi R
= Koefisien Korelasi
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistif F) Menurut Imam Ghozali (2006:88), Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha diterima. c) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Imam Ghozali (2006:88), Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Maka dipergunakan uji t (t-test) dua pihak. Kriteria pengujian alfa = 0,05 Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha1 ditolak Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha1 diterima.
78
E. Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan jurnal, skripsi dan buku yang terkait dengan penelitian yang telah dimodifikasi dan menjadi acuan dalam pengukuran variabel, maka operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Variabel bebas ( Independent variable) Menurut Indriantoro dan Bambang Supomo (2004:63), Variabel Independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen dirinci sebagai berikut: a. Indepedensi Untuk mengukur variabel pengaruh indepedensi, menggunakan instrumen Lenny Krisnawati (2007), Panca Mahendrawati (2007) dan dimodifikasi sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada dalam Rahayu, Ely et.al (2010) serta Arens, Alvin (2010) dengan delapan pertanyaan. Variabel ini diukur berdasarkan skala likert, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju. b. Keahlian professional Untuk
mengukur
variabel
keahlian
profesional,
menggunakan
instrumen Dwi (2009), Murtanto dan Gudono (2009) dengan empat belas pertanyaan. Variabel ini diukur berdasarkan skala likert yaitu (1) Tidak Penting, (2) Kurang Penting, (3) Cukup Penting, (4) Penting, (5) Sangat Setuju. 79
c. Pengalaman Kerja Untuk mengukur variabel pengalaman kerja, menggunakan instrumen Hasibuan (2010), Knoers dan Haditono (2007), Abriyani (2004), Putri Noviyani dan Bandi (2008). Variabel ini diukur berdasarkan skala likert, yaitu (1) Sangat Tidak SetujU, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju. d. Program pelatihan Untuk mengukur variabel program pelatihan menggunakan instrumen Rai (2008), Salusu (2008), Ahmad (2009). Variabel ini diukur berdasarkan skala likert, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju. 2. Variabel terikat (Dependent Variable) Menurut Indriantoro dan Bambang Supomo (2004:60), Variabel Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Pengendalian intern. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pengendalian intern. Untuk mengukur variable tersebut menggunakan instrument Rahayu, Ely (2010), menurut Tawaf (1999:19) pengendalian intern meliputi kebijakan, susunan organisasi, serta semua cara-cara dan peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan usaha. Masing-masing item pertanyaan dinilai menggunakan skala linteral yaitu: (1) Sangat tidak setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju, (5) Sangat Setuju. 80
No. 1.
Variabel
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Sub variabel Indikator
Indepedensi 1. Indepedensi a) (X1 ). dalam sikap mental. Sumber: Arens Alvin b) dan Rahayu Ely (2010)
c)
d)
No. Pertanyaan akuntan publik 1 dan 2 bersikap jujur dan adil. Akuntan 3 publik objektif dalam memberikan pertimbangan Akuntan 4 dan 5 publik haruslah merdeka Akuntan publik diberi 6, 7, 8, kebebasan dan 9 dalam mengaudit.
a). Akuntan publik memiliki rasa percaya diri b). Akuntan publik menerima fasilitas. 2.Independensi c). Auditor dalam bersikap penampilan. hati-hati d). Auditor memiliki keahlian. e). Akuntan publik tidak boleh memberikan jasa lain.
Skala
Interval
10
11
12
13, dan 14
15
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber. 81
No
Variabel
2
Keahlian Profesionalisme Sumber: Dwi (2009), Murtanto dan Gudono (2009)
3
Pengalaman Kerja Sumber Hasibuan (2010), Knoers dan Haditono (2007), Abriyani (2004), Putri Noviyani dan Bandi (2008).
4
Tabel 3.1 (Lanjutan) Operasional Variabel Penelitian Sub Variabel Indikator Pengetahuan
Pengetahuan
Program Pendidikan Pelatihan jangka pendek Sumber: Rai (2008), Salusu (2008), Ahmad (2009). Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber.
a) Memiliki Pengetahuan audit b) Ketelitian seorang auditor c) Berdiskusi memperluas pengetahuan d) Kondisi sirkulasi bekerja baik. a) Pengalaman untuk rotasi pada bagian lain b) Memiliki banyak penugasan audit c) Tingkat kesalahan dalam melaksanakan tugas d) Pengetahuan dan pengalaman merupakan elemen terpenting dalam mengaudit a) Program pelatihan meningkatkan kualitas perusahaan
No. Pertanyaan 16, 17, dan 18
Skala
19 20, 21, dan 22 23 dan 24
25 26, 27, 28, dan 29
Interval
30
31 dan 32
33, 34, 35, 36, dan 37
82
No 5
Variabel Pengendalian internal Sumber: Rahayu, Ely (2010), menurut Tawaf (2008) Reni Widyastuti (2009)
Tabel 3.1 (Lanjutan) Operasional Variabel Penelitian Sub Variabel Indikator a) Struktur Organisasi
a) Pembagian tugas dan fungsi
b) Wewenang dan prosedur
a) Koreksi hasil pekerjaan b) Pembuat keputusan dengan standar spesifikasi c) Koordinasi dengan pihak terkait
No. Pertanyaan 39
Skala Interval
40 41
42, 43, dan 44
Sumber : Diolah dari Berbagai Sumber.
83
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia (HAM) Pelayanan jasa hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Untuk pertama kalinya didaftar merek no. 1 (satu) oleh Hulpbureua Voor den Industrieelen Eigendom pada tanggal 10 Januari 1894 di Batavia. Berdasarkan Reglement Industrieelen Eigendom 1912 Stbl. 1912545 jo 1913-214, yang melakukan pendaftaran merek di Indonesia adalah Hulpbureua Voor den Industrieleen Eigendom di bawah Department Van Justitie yang waktu itu hanya khusus menangani pendaftaran merek. Kemudian berdasarkan Stbl. 1924 no. 576 ayat 2 ruang lingkup tugas Department Van Justitie meliputi pula bidang milik perindustrian. Dalam masa kemerdekaan RepubIik Indonesia sesuai dengan Pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945, Stbl. 1924 no. 576 masih tetap berlaku dengan perubahan nama menjadi Kantor Milik Kerajinan. Pada tahun 1947 Kantor Milik Kerajinan pindah ke Surakarta dan pada tanggal 9 Oktober 1947 berubah namanya menjadi Kantor Milik Perindustrian.
84
Pada masa pemerintahan RIS Kantor Milik Perindustrian pindah ke Jakarta. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 60 tahun 1948 tentang lapangan pekerjaan, susunan, pimpinan dan tugas kewajiban Kementerian Kehakiman yang meliputi pula Kantor Milik Perindustrian, Kantor Milik Perindustrian terdiri atas: Bagian Pendaftaran Cap Dagang. Bagian Perlindungan atas Pendapatan-pendapatan Baru (Octrooi). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 12 Pebruari 1964 no. J.S. 4/4/4 tentang Tugas dan Organisasi Departemen Kehakiman, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Kehakiman no. J.S.4/4/24 tanggal 27 Juni 1965 tentang Tugas dan Organisasi Departemen Kehakiman, nama Kantor Milik Perindustrian diganti menjadi Direktorat Urusan Paten yang bertugas menyelenggarakan peraturan-peraturan mengenai perlindungan penemuan dan penciptaan. Dengan demikian, sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman tersebut Direktorat Urusan Paten tidak saja menangani urusan bidang merek dan bidang paten tetapi juga menangani bidang hak cipta. Tahun 1966, Presidium Kabinet mengeluarkan keputusan no. 75/U/Kep/11/1966 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian tugas Departemen. Dalam Keputusan ini Direktorat Urusan Paten berubah menjadi Direktorat Paten, Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan dan Perundang-undangan, yang terdiri dari:
85
• Dinas Pendaftaran Merek • Dinas Paten • Dinas Hak Cipta 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah disebar, dengan objek penelitian adalah auditor yang bekerja di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia (HAM). Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada responden yang bekerja pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal September 2010 hingga Oktober 2010. Peneliti mengambil sampel sebanyak 75 responden yang bekerja pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. 3.
Karakteristik Profil Responden Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, posisi terakhir, dan pengalaman kerja responden. a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin dalam penelitian ini terdiri dari pria dan wanita, adapun data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1: 86
Tabel 4.1 Data Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Pria 47 62,7% Wanita 28 37,3% Total 75 100% Sumber: Data primer yang diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa sekitar 47 orang atau 62,7% responden didominasi oleh jenis kelamin pria, dan sisanya sebesar 28 orang atau 37,3% responden berjenis kelamin wanita. b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan terakhir dalam penelitian ini terdiri dari D3, sedang menempuh S1, lulus S1, lulus S2, adapun data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Jenis Kelamin Jumlah Persentase D3 5 6,67% Sedang Menempuh S1 15 20% Lulus S1 48 64% Lulus S2 7 9,3% Total 75 100% Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 48 responden atau sebesar 64%. Responden yang berpendidikan terakhir serta responden yang sedang menempuh Strata Satu (S1) berjumlah 15 orang atau sebesar 20%. sebesar 6,9% atau 5 orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2), sisanya Diploma Tiga (D3) berjumlah 5
87
orang atau sebesar 6,67%, Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja c. Deskripsi responden berdasarkan pengalaman kerja Pengalaman kerja yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari kurang dari 3 tahun, 3 sampai dengan 5 tahun, 5 sampai dengan 10 tahun, lebih dari 10 tahun, adapun data responden berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada tabel 4.3: Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Lama Bekerja Jumlah Persentase < 3 Tahun 46 61,3% 3-5 Tahun 17 22,6% 5-10 Tahun 7 9,3% > 10 Tahun 5 6,7% Total 75 100% Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden atau sebanyak 61,3% atau sekitar 46 auditor memiliki pengalaman bekerja kurang dari 3 tahun, 22,6% atau sekitar 17 auditor memiliki pengalaman kerja antara 3 sampai 5 tahun. Sedangkan 9,3% atau sekitar 7 auditor memiliki pengalaman kerja 5 hingga 10 tahun dan sisaya 6,7% atau sekitar 5 auditor memiliki pengalaman di atas 3 tahun. B. Hasil Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Validitas Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pernyataan dengan total skor konstruk atau variabel. 88
Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pernyataan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pernyataan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2004:45). Pada penelitian ini, Jumlah sampel (n) yang akan diuji adalah 75 responden dengan taraf signifikan (α) 5%, dengan ketentuan df= 75 - 2 = 73, maka didapat r tabel sebesar 0,191. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung) > r tabel. menunjukkan hasil uji validitas dari variabel lingkungan kerja dengan 75 sampel responden. Tabel 4.4 di bawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel independensi dengan 75 sampel responden. Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Pernyataan Corrected Itemr tabel Keterangan Total (r hitung) IDS1 0.748 0,191 Valid IDS2 0.799 0,191 Valid IDS3 0.755 0,191 Valid IDS4 0.731 0,191 Valid IDS5 0.757 0,191 Valid IDS6 0.673 0,191 Valid IDS7 0.712 0,191 Valid IDS8 0.645 0,191 Valid IDS9 0.576 0,191 Valid IDS10 0.556 0,191 Valid IDS11 0.664 0,191 Valid IDS12 0.757 0,191 Valid IDS13 0.757 0,191 Valid IDS14 0.799 0,191 Valid IDS15 0.664 0,191 Valid Sumber: Data primer yang diolah 89
Variabel Indepedensi terdiri atas 15 butir pernyataan, dari ke- 15 butir pernyataan adalah valid (r hitung > r tabel).
Tabel 4.5 di bawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel keahlian profesional dengan 75 sampel responden. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Profesional Pernyataan Corrected Itemr tabel Keterangan Total (r hitung) KP1 0.839 0,191 Valid KP2 0.842 0,191 Valid KP3 0.843 0,191 Valid KP4 0.723 0,191 Valid KP5 0.438 0,191 Valid KP6 0.814 0,191 Valid KP7 0.822 0,191 Valid KP8 0.840 0,191 Valid KP9 0.842 0,191 Valid Sumber: Data primer yang diolah Variabel Keahlian Profesional terdiri atas 9 butir pernyataan, dari ke-9 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r tabel). Tabel 4.6 di bawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Pengalaman Kerja dengan 75 sampel responden. Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Pengalaman Kerja Pernyataan Corrected Itemr tabel Keterangan Total (r hitung) PK1 0.701 0,191 Valid PK2 0.727 0,191 Valid PK3 0.642 0,191 Valid PK4 0.679 0,191 Valid PK5 0.526 0,191 Valid PK6 0.658 0,191 Valid PK7 0.689 0,191 Valid PK8 0.552 0,191 Valid Sumber: Data primer yang diolah
90
Variabel pengalaman kerja terdiri atas 8 butir pernyataan, dari ke-8 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r tabel). Tabel 4.7 di bawa menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Program Pelatihan dengan 75 sampel responden. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Program Pelatihan Pernyataan Corrected Itemr tabel Keterangan Total (r hitung) PPP1 0.587 0,191 Valid PPP2 0.585 0,191 Valid PPP3 0.655 0,191 Valid PPP4 0.535 0,191 Valid PPP5 0.766 0,191 Valid Sumber: Data primer yang diolah Variabel Program Pelatihan terdiri atas 5 butir pernyataan, dari ke5 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r tabel). Tabel 4.8 dibawah menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Pengendalian Interen. Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kualitas Pengendalian Interen Pernyataan Corrected Itemr tabel Keterangan Total (r hitung) KPI1 0.538 0,191 Valid KPI2 0.565 0,191 Valid KPI3 0.529 0,191 Valid KPI4 0.566 0,191 Valid KPI5 0.570 0,191 Valid KPI6 0.573 0,191 Valid KPI7 0.474 0,191 Valid Sumber: Data primer yang diolah Variabel Kualitas Pengendalian Interen terdiri atas 7 butir pernyataan, dari ke-7 butir pernyataan tersebut adalah valid (r hitung > r
tabel) 91
2. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha diatas 0,6. Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's Alpha Indepedensi 0.944 Keahlian Profesional 0.941 Pengalaman Kerja 0.880 Program Pelatihan Pengawasan Interen 0.826 Kualitas Pengendalian Interen 0.808 Sumber: Data primer yang diolah
N of Items 15 9 8 5 7
Tabel 4.9 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel Indepedensi sebesar 0,944, variabel Keahlian Profesional sebesar 0,941, variabel pengalaman kerja sebesar 0,880, Variabel program pelatihan sebesar 0,826 dan variabel kualitas pengendalian intern sebesar 0,808. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2005: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika 92
pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
C. Analisis dan Pembahasan 1. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor (VIF). Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji multikolinieritas data hasil statistik:
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) IDS
.237
4.218
KP
.784
1.276
PK
.337
2.967
.449
2.225
PPPI a. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah Tabel
4.10
menunjukkan
bahwa
tidak
ada
problem
mutikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10.
93
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian heteroskedastisitas berupa grafik scatterplot berikut hasil pengujiannya. Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah Dari hasil uji statistik pada gambar di atas terlihat bahwa titiktitik menyebar secara acak serta menyebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. c. Hasil Uji Normalitas Hasil pengujian normalitas berupa grafik dan histogram, berikut hasil pengujian normalitas:
94
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah Pada gambar 4.2 di atas merupakan hasil Uji Normalitas yang berbentuk histogram. Dengan demikian, dapat disimpulkan grafik histogram (gambar 4.2) menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas.
95
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah Dengan melihat tampilan hasil uji statistik pada gambar 4.3 (normal probability plot) dapat disimpulkan bahwa grafik normal plot terlihat
titik-titik
menyebar
di sekitar
garis diagonal,
serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. 2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih independen variabel dengan satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis menggunakan Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) terhadap Kualitas Pengendalian Intern (Y). Berdasarkan pada pengolahan data, menggunakan Software
96
SPSS 16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear berganda dalam tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Uji Regresi Linier Berganda Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
9.906
2.349
IDS
.250
.064
KP
.132
.052
PK
.041 .313
PPPI a. Dependent Variable: KPI
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
4.217
.000
.546
3.891
.000
.194
2.510
.014
.088
.055
.469
.641
.103
.308
3.026
.003
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut: Y= 9.906 + 0.250 X1 + 0.132 X2 + 0.041 X3 + 0.313 X4+ e Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 9,906. hal ini menyatakan bahwa jika variabel Indepedensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja, dan Program Pelatihan dianggap konstan, maka Kualitas Pengendalian Intern akan konstan sebesar 9,906 satuan. Koefisien regresi pada variabel Indepedensi sebesar 0.250, hal ini berarti jika variabel Indepedensi bertambah satu satuan maka variabel kualitas pengendalian intern bertambah sebesar 0.250 satuan. Koefisien regresi pada variabel keahlian profesional sebesar 0132, hal ini berarti jika variabel keahlian profesional bertambah satu satuan maka variabel kualitas pengendalian intern bertambah sebesar 0.132 satuan. Koefisien regresi pada variabel pengalaman kerja sebesar 0.041, hal ini berarti jika variabel pengalaman kerja bertambah satu satuan maka variabel kualitas 97
pengendalian intern bertambah sebesar 0.041 satuan. Koefisien regresi pada variabel program pelatihan sebesar 0.313, hal ini berarti jika variabel program pelatihan bertambah satu satuan maka variabel kualitas pengendalian intern bertambah sebesar 0.313 satuan. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Panca Mahendrawati (2007) variabel yang dianalisis adalah Independensi, Keahlian professional, Struktur pengendalian internal. Dari penelitian tersebut didapat bahwa independensi dan keahlian profesional internal auditor, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Penelitian lain dinyatakan oleh Libby (1995) dalam artikel Koroy (2005:917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugastugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern.
98
a. Hasil Uji Determinasi Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi untuk Hipotesis
Model 1
R
Adjusted R Square
R Square .821a
.673
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
.655
.761
1.885
a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.12 Model Summary dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai
koefisien
korelasi
kekuatan
hubungan
antara
variabel
Independensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) terhadap variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y) adalah sebesar 0,821. Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2), Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) terhadap variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y) adalah kuat sebesar 82,1%. 2. Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi antara variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) terhadap variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y) adalah sebesar 0,655 atau 65,5%. Hal ini berarti bahwa variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y) dapat dijelaskan oleh 99
variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2), Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan (X4) sebesar 65,5% selebihnya 34,5% (100% - 65,5%) berasal dari variabel lain atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini. Variabel lain yang dapat mempengaruhi Kualitas Pengendalian Intern (Y). b. Hasil Uji F (Simultan) Untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F untuk hipotesis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.13 sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji F untuk Hipotesis Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
447.832
4
111.958
Residual
217.155
70
3.102
Total
664.987
74
F 36.090
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI
Sumber: Data primer yang diolah F-test atau uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antar variabel independen terhadap variabel dependen. Bedasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 36,090 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < α = 0,05) maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa antara variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan 100
Program Pelatihan (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y). c. Hasil Uji t (Parsial) Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0.05. jika p-value lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa
variabel-variabel
independen
secara
parsial
mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen Hasil uji t untuk hipotesis dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Uji t untuk Hipotesis Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
9.906
2.349
IDS
.250
.064
KP
.132
.052
PK
.041
PPPI .313 a. Dependent Variable: KPI
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
4.217
.000
.546
3.891
.000
.194
2.510
.014
.088
.055
.469
.641
.103
.308
3.026
.003
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) dan Program Pelatihan (X4) 101
terhadap Kualitas Pengendalian Internal menunjukkan pengaruh yang signifikan, dengan probabilitas signifikansi 0.000 Indepedensi, 0.014 Keahlian Profesional dan Program Pelatihan yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis (Ha) diterima dan (Ho) ditolak, yang artinya bahwa variabel Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) dan Program Pelatihan (X4)
berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Pengendalian Internal. Sedangkan variabel Pengalaman Kerja tidak berpengaruh terhadap Kualitas Pengendalian Internal karena nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,641.
102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Indepedensi (X1) Keahlian Profesional (X2) Pengalaman Kerja (X3) dan Program Pelatihan Pengawasan Intern (X4) terhadap variabel Kualitas Pengendalian Intern (Y) pada kantor Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Kuesioner disebarkan sebanyak 75 responden, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan Pengawasan Interen berpengaruh secara parsial signifikan positif terhadap Kualitas Pengendalian Interen. Sedangkan Pengalaman kerja tidak signifikan terhadap Kualitas pengendalian interen. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan Knoers dan Haditono (2007:26). 2. Hasil penelitian ini secara simultan Independensi, Keahlian Profesional, dan Program Pelatihan Pengawasan Interen berpengaruh signifikan positif terhadap Kualitas Pengendalian Interen. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lenny Krisnawati (2007) dan Resi (2009).
103
B. Implikasi Indepedensi, keahlian profesional, pengalaman kerja dan program pelatihan mempengaruhi kualitas audit interen secara signifikan. Sehingga dalam suatu perusahaan harus lebih meningkatkan variabel independen agar tercipta pengendalian interen semakin baik lagi dan perlu adanya peraturan yang lebih ketat dan disiplin agar tercipta pengendalian yang baik lagi. Program pelatihan perlu ditingkatkan lagi sebagai tujuan menambah profesionalnya seorang auditor sehingga akan menguntungkan perusahaan dari segi pengendalian interen. Dengan adanya pelatihan maka akan meningkatkan kinerja auditor yang akan meningkatkan pengendalian interen. Dan pada variabel indepedensi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengendalian intern, sehingga perlu adanya peningkatan kualitas dari independesi.
Dengan
indepedensi
yang
ditingkatkan,
maka
akan
meningkatkan kualitas pengendalian intern. C. Keterbatasan Beberapa keterbatasan dari penelitian ini meliputi: 1. Jumlah variabel yang digunakan dalam penggukuran yang dianalisis masih kurang. 2. Jumlah responden yang dianalisis masih sedikit dan kurang luas wilayah penelitiannya. D. Saran Dalam suatu perusahaan auditor sangat diperlukan sebagai pengendali dan control terhadap perusahaan maka perlu adanya penelitian 104
yang meneliti cara kerja auditor, adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: a. Bagi
perusahaan
harus
meningkatkan
program
pelatihan
dan
meningkatkan profesionalisme auditor dalam melaksanakan pekerjaanya agar tercipta pengendalian yang lebih baik lagi. b. Bagi penelitian selanjutnya, menambah variabel selain penelitian ini sehingga akan lebih baik lagi dan menambah data responden yang baik lagi sehingga akan lebih akuratnya suatu data penelitian dan memperluas wilayah penelitian.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abriyani, Puspaningsih (2004) Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur, J A A I Abdul, Hamid.”Buku Panduan Penulisan Skripsi”.FEIS UIN Press.Jakarta,2007. Ahmad, Toha. “Menuju Profesionalisme Aiditor Internal”, Media Komunikasi dan Informasi Akuntansi dan Keuangan PPA & K Newsletter Vol.2 No.2/th 1, Oktober 2009. Ananing, Dwi. “Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing”, Skripsi UII, Yogyakata, 2009. Arens, Alvin A, Loebbecke K. James. 2010. Auditing and Assurance Service:An Integrated Approach, 11st edition, Pearson Prentice Hall. Arya, Suhendra. ”Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”. http://bluegulzz.wordpress.com/2010/03/03/jurnalakuntansi-perilaku/. Boynton, Johnson, dan Kell. “Modern Auditing”, Edisi Kesembilan, Jilid 3, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009. Christiawan, Yulius J. ” Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4, No.2, Nopember 2009. Dian, Prastamawati. Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Independensi Dan Karakteristik Personal auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi UIN, Jakarta 2009 Dwi, Ratnadi, 2009. Pengaruh Indepedensi, Keahlian Profesional dan Pengalaman Kerja Pengawasan Intern Terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern, Jurnal Riset Akuntansi Universitas Udayana, Bandung. Halim, Abdul. 2009. Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta:AMP YKPN. Hadiwryo, Siswanto (2007), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta. 106
Hasibuan. 2010. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Cetakan ke-16, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Herawaty, Arlen, Yulius, Kurniawan. Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan , Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Meterialitas. The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya 6 September 2008. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta, Salemba Empat Imam, Gozhali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Indriantoro, Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen”, Penerbit : BPFE Yogyakarta, 2004. Institut Akuntan Publik Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta, 2009. Jusuf, Amir Abadi. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta:Salemba Empat. Jusup, Al. Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta : STIEYKPN. Jayanthi, Krishnan. 2008. “Kualitas Auditor Internal dan Pengendalian Intern: Suatu analisis empiris”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Knoers dan Haditono. 2007. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Cetakan ke-12, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Lenny, Krisnawati. 2007. ”Pengaruh Independensi dan Keahlian Profesional Internal Auditor terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Mulyadi. 2009. Auditing. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. Munandar, Sunyoto, dan Ashar. 2009. “Psikologi Industri dan Organisasi”. Universitas Indinesia Press, Jakarta Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta: Liberty. 107
Murtanto dan Gudono 2009. ”Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit”.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6 (1) :37-51. Yogyakarta: STIE. Nikholaus, Bill dan Fanuel. 2010. Accouting Dictionary (Kamus Akuntansi). Jakarta: Atalya Rileni Sudeco. Oky, Dwi, Prasetyo. Kasus KAP dan Telkom Harus Menjadi Pelajaran Bersama. Senin, 20 Oktober 2008. http://okydwiprasetyo.blogspot.com/2008/10/kasus-kap-telkom-harusmenjadi.html. Putri, Noviyani dan Bandi. 2008. ”Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan”. Simposium Nasional Akuntansi V, h:481— 488. Rahayu, Kurnia K dan Ely S. 2010, Auditing: “Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Publik”. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rani, Widyastuti.” Analisis Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteks Audit”. Skripsi UIN. Jakarta. 2009. Rai, I Gusti, Agung. 2008, “Audit Kinerja pada Sektor Publik”. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Rendy, Christofel. S. “Moderasi Pengendalian Internal pada Hubungan Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap tingkat kecurangan (Fraud)”. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. 2010. Resi, Andriani. “Hubungan Independen Auditor dengan Audit Fee”. Skripsi UGM. Jakarta. 2009.http://resiandriani.com/2009/06/10/skripsitentang-audit-hubungan-independen-auditor-dengan-audit-fee/. Rizmah, Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti. 1999 „Analisis Faktorfaktor Penentu Kualitas Audit“. Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen : 47—60. Yogyakarta: STIE. Salusu, J. 2008. “Pengambilan Keputusan Stratejik: Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit”. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT Grasindo Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Jakarta: P.T Elex Media Komputindo, 2007. 108
Sekar, Mayangsari. 2009. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit“. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6 (1) : 1—22. Yogyakarta: STIE. Sri, Sularso, dan Ainun, Na’im. 2008. ”Pengaruh Pengalaman Akuntan Pemeriksaan terhadap Pengetahuan dan Penggunaan Instuisinya mengenai Kekeliruan”. Fakultas Ekonomi. Universitas Surakarta. 2008. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Bandung : C V. Alfabeta, 2005. Suharli, Michell. Audit Finansial, Audit Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2007/01/BEJ-v3-n1artikel3-agustus2006.pdf. Susanti. “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan Publik Dalam Pengungkapan Kecurangan”. Skripsi UIN. Jakarta.2009 Tawaf, Tjukria P. 2008. Audit Intern Bank. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat. The Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commision (COSO), Internal Control-Integrated Framework, Evaluation Tools, September 1992. The Institute of Internal Auditors Malaysia, 2004 National Conference On Internal Auditing, New Governance Partnership Mandate, 27 dan 28 September 2004. Trisnaningsih, Sri. ”Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai mediasi pengaruh pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap kinerja Auditor”. Simposium Nasional akuntansi X UNHAS Makasar 26-28 juli 2009. Tugiman, Hiro. 2009. “Pandangan Baru Internal Auditing”. Bandung. Tunggal, Widjaja, Wijaya, Audit Berbasis Risiko: Meningkatkan efektifitas dan efisien Audit, Harvarindo, Jakarta, 2009. Uwi.
Kasus Enron dan Arthur Anderson, 14 November 2009. http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthurandersen/.
109
STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Lampiran Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.09.PR.07.10.Th 2007 Tanggal :20 April 2007
Direktur Jenderal
Komisi Banding
Sekretaris Direktorat Jenderal
Direktur Hak Cipta, DI, DTLST, dan Rahasia Dagang
Direktur Paten
Direktur Merek
Direktur Kerjasama dan Pengembangan HKI
Direktur Teknologi Informasi
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL Sekretaris Direktorat Jenderal
Bagian Penyusunan Program dan Laporan
Subbagian Penyusunan rencana dan Anggaran
Bagian Tata Usaha
Bagian Keuangan
Bagian Kepegawaian
Subbagian Umum Kepegawaian
Subbagian Evaluasi & Laporan
Subbagian Mutasi, Pemberhentian dan Pensiun
Subbagian Hubungan Masyarakat
Subbagian Administrasi Penyidik
Subbagian Pelaksana Anggaran
Subbagian Perbendaharaan
Subbagian Akuntansi dan Pelaporan
Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga
Subbagian Persuratan
Subbagian Perlengkapan
Subbagian Pengetikan dan Penggandaan
Subbagian Rumah Tangga
Subbagian Administrasi HKI
Subbagian Perjalanan Dinas dan Kendaraan Operasional
Subbagian Tata Usaha Pimpinan
DIREKTORAT HAK CIPTA, DESAIN INDUSTRI, DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU, DAN RAHASIA DAGANG Direktorat Hak Cipta Disain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Administrasi dan Pelayanan Teknis
Subdirektorat Desain Industri
Subdirektorat HC, DTLST, dan Rahasia Dagang
Seksi Permohonan dan Pelayanan Teknis
Subdirektorat Pelayanan Hukum
Seksi Hak Cipta
Seksi Pemeriksaan dan Publikasi Seksi DTLST dan Rahasia Dagang Seksi Sertifikasi, Mutasi dan Lisensi
Kelompok Jabatan Fungsional
Seksi Pertimbangan Hukum
Seksi Penyidikan dan Litigasi
DIREKTORAT PATEN Direktorat Paten
Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Administrasi dan Pelayanan Teknis
Subdirektorat Pemeriksaan Paten I
Subdirektorat Pemeriksaan Paten II
Subdirektorat Pemeriksaan Paten III
Subdirektorat Pelayanan Hukum
Seksi Permohonan Formalitas
Seksi Pertimbangan Hukum
Seksi Pelayanan Teknik
Seksi Penyidikan dan Litigasi
Seksi Publikasi
Seksi Sertifikasi
Kelompok Jabatan Fungsional
Seksi Administrasi Komisi Banding
Seksi Pemeliharaan Pengalihan Hak dan Lisensi
DIREKTORAT MEREK Direktorat Merek
Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Permohonan dan Pelayanan Teknis
Subdirektorat Pemeriksaan
Seksi Permohonan
Seksi Mutasi dan Lisensi
Seksi Pelayanan Teknis
Seksi Klasifikasi
Subdirektorat Indikasi Geografis
Seksi Pemeriksaan Formalitas
Seksi Evaluasi Tehnis Indikasi Geografis
Kelompok Jabatan Fungsional
Subdirektorat Sertifikasi dan Pengumuman
Seksi Sertifikasi
Seksi Pengumuman
Subdirektorat Pelayanan Hukum
Seksi Pertimbangan Hukum
Seksi Penyidikan dan Litigasi
Seksi Administrasi Komisi Banding
DIREKTORAT KERJASAMA DAN PENGEMBANGAN
Direktorat Kerjasama dan Pengembangan
Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Kerjasama Internasional
Subdirektorat Pengembangan
Subdirektorat Kerjasama Nasional
Seksi Penyebaran Informasi
Seksi Kerjasama Regional
Seksi Kerjasama Institusi Pemerintah
Seksi Pengkajian dan Pengembangan
Seksi Kerjasama Bilateral
Seksi Kerjasama Institusi Non Pemerintah
Seksi Pelatihan
Seksi Perpustakaan
Seksi Kerjasama Multilateral
DIREKTORAT TEKNOLOGI INFORMASI Direktorat Teknologi Informasi
Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Pengembangan Sistem
Seksi Administrasi dan Pengembangan Database
Seksi Pengembangan Aplikasi
Subdirektorat Pengembangan Proses
Subdirektorat Pendukung Sistem
Seksi Helpdesk Dan Pemeliharaan
Seksi Administrasi Sistem Jaringan
Kelompok Jabatan Fungsional
Seksi Pengembangan Proses Kerja Teknologi Informasi
SubDirektorat Dokumentasi
Seksi Dokumentasi Hak Cipta, DI, DTLST dan Rahasia Dagang
Seksi Dokumentasi Hak Paten Seksi Situs Internet
Seksi Dokumentasi Hak Merek
LAMPIRAN 3 KUESIONER PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA DAN PROGRAM PELATIHAN TERHADAP KUALITAS PENGENDALIAN INTERN Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu
DISUSUN OLEH: RIKHI DEWI RACHMAWATI 205082000275
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 117
Hal
: Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i Responden Di Tempat
Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Nama
: Rikhi Dewi Rachmawati
NIM
: 205082000275
Jurusan
: Akuntansi/Audit
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kuesioner ini akan dijadikan data dalam penelitian saya. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk membaca dengan teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang
terpenting
adalah
memilih
jawaban
sesuai
dengan
pendapat
Bapak/Ibu/Saudara/i. Segala informasi yang diterima dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan akademis. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdra/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam eksperimen ini, saya sampaikan terima kasih.
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Amilin, SE, Ak, M. Si NIP. 197306152005011009
Rahmawati, SE., MM NIP. 197708142006042003
Peneliti,
Rikhi Dewi Rachmawati
118
KUESIONER PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA DAN PROGRAM PELATIHAN TERHADAP KUALITAS PENGENDALIAN INTERN Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kuliah Strata Satu (S1) BAGIAN 1: KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berilah tanda silang (x) sesuai dengn jawaban yang anda pilih: Jenis Kelamin : A.Pria B. Wanita Jabatan : Pendidikan Terakhir : A. D3 B. Sedang menempuh S1 C.S1 D.S2 Lama bekerja : A.< 3 tahun B.3 - 5 tahun C. 5-10 tahun D.>10 tahun BAGIAN II: PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Anda diminta untuk mengisi sejumlah pertanyaan dibawah ini dengan memberi anda (X) atau dengan tanda (√) pada angka tersedia pada kolom jawaban 2. Anda diminta untuk mengisi sejumlah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda Ya atau Tidak dengan cara mencoret salah satunya. Adapun makna dari alternatif jawaban dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Sangat Tidak Setuju 2) Tidak Setuju 3) Netral 4) Setuju 5) Sangat Setuju INDEPENDENSI
Pilihlah pernyatan berikut dengan memberi tanda (X) pada alternatf kolom jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Sdr. Ket : STS: Sangat Tidak Setuju TS: Tidak Setuju N: Netral S: Setuju ST: Sangat Setuju NO
PERTANYAAN
1
5
Dalam melaksanakan audit akuntan publik bersikap jujur dan adil Penyusunan program audit bebas dari campur tangan atau sikap tidak mau bekerja sama mengenai penerapan prosedur yang dipilih. Akuntan publik harus objektif dalam memberikan pertimbangan atau saran terhadap klien Penyusunan program bebas dari campur tangan untuk menentukan, mengeliminasi dan memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa. Auditor dalam bekerja bebas dari tekanan pihak
6
Dalam melaksanakan audit harus memiliki rasa
2
3 4
STS T S TS
N
S
ST
119
7
8 9 10 11
12 13 14 15
percaya diri Penyusunan program audit bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subyek pekerja pemeriksaan selain untuk proses pemeriksaan yang disediakan Akuntan publik menerima fasilitas yang berlebihan dari klien selama melaksanakan audit Akuntan publik memiliki hubungan khusus dengan klien Akuntan publik memberikan jasa lain selain jasa audit terhadap klien Auditor harus menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja atau tidak sengaja dalam melapirkan fakta, opini, dan reomendasi dalam interprestasi auditor. Dalam melaksanakan audit akuntan publik memiliki kemampuan dan keahlian Dalam setiap perikatan audit akuntan publik memegang teguh pada sikap independensi Sikap independensi merupakan ukuran profesionalisme seorang auditor Akuntan publik tidak boleh memberikan jasa lain selain jasa audit terhadap klien.
KEAHLIAN PROFESIONAL No
16
17 18 19 20
21
22
23 24
Pertanyaan
STS
TS
N
S
Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan. Memiliki pengetahuan tentang tekhnik audit. Memiliki pengetahuan prosedur audit. Ketelitian seseorang auditor sangat diutamakan Dengan seringnya berkumpul dan berdiskusi dengan sesame profesi akan mendapatkan banyak masukan dari sumber yang lebih professional. Jika orang atau masyarakat memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan maka saya akan menarik diri dari penugasan tersebut. Saya sering mengajak rekan-rekan seprofesi untuk bertukar pendapat tentang masalah yang ada baik dalam satu organisasi maupun lain organisasi. Saya merasa bahwa saya menghayati pekerjaan saya. Kondisi sirkulasi saya tempat bekerja sudah baik.
120
ST
PENGALAMAN KERJA No
Pertanyaan
25
Perusahaan tidak memberi kesempatan pada karyawan untuk rotasi pada bagian lain Memiliki banyak penugasan audit akan memudahkan mendeteksi adanya kesalahan dalam audit. Semakin banyak pengalaman yang dimilki auditor semakin besar auditor dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada. Pengalaman membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan Pengalaman dapat membantu auditor mengetahui kecurangan disuatu perusahaan berikut penyelesaiannya Pengalaman merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan prediksi dan deteksi auditor Pengalaman dan pengetahuan merupakan elemen terpenting dalam mengaudit Pengalaman audit akan meningkatkan kompetensi auditor dalam menjalankan setiap penugasan
26
27
28
29
30 31 32
STS
TS
N
S
ST
STS
TS
N
S
ST
STS
TS
N
S
ST
PROGRAM PELATIHAN N0
33 34 35 36 37
Pertanyaan
Dapat mengaplikasikan yang diperoleh dari pelatihan Jumlah program pelatihan yang anda lakukan sudah banyak anda lakukan Program pelatihan yang dilakukan anda sangat bermanfaat bagi profesi yang anda tekuni Program pelatihan yang dilakukan perusahaan telah menjadikan anda lebih baik lagi dari segi profesi Program pelatihan sangat bermanfaat bagi peningkatan perusahaan
PENGENDALIAN INTERNAL N0
Pertanyaan
38
Bentuk struktur organisasi dalam perusahaan jelas dan berstruktur 39 Pembagian tugas karyawan menurut keahlian 40 Koreksi hasil pekerjaan 41 Pembuatan keputusan dengan standar spesifikasi 42 Koordinasi perusahaan dengan pihak-pihak terkait 43 Pembagian tugas tiap-tiap fungsi organisasi 44 Pembagian tugas anggota dalam perusahaan Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdr.I atas kerjasamanya dalam pengisian lembar kuesioner ini.
121
LAMPIRAN 4 : Tabulasi INDEPEDENSI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
IDS1 IDS2 IDS3 IDS4 IDS5 IDS6 IDS7 IDS8 IDS9 IDS10 IDS11 IDS12 IDS13 IDS14 IDS15 TOTAL_IDS 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 66 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 67 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 64 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 3 3 3 3 66 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 55 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 71 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 59 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 55 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 56 5 3 3 4 5 5 5 3 4 4 3 4 5 5 5 63 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 3 3 57 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 69 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 61 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 64 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 56 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 55 5 3 3 3 5 3 3 3 4 4 3 5 5 4 4 57 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 66 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 52 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 3 3 4 4 58 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4 47 5 4 4 4 4 3 5 3 4 5 4 5 5 5 5 65 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 4 4 62 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 3 3 3 4 4 56 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 3 3 3 3 57 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5 5 5 4 5 5 64 4 5 4 4 3 5 3 4 4 3 4 4 3 4 4 58 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 62 5 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 3 4 3 3 60 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 65 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 59 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 55 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 58 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 5 5 61 4 4 4 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 62 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 3 61 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 62 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 63 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 44 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 3 3 3 63 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 57 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 64 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 61 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 4 5 4 4 37 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 59 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 68 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 5 4 5 5 60 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 55 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 3 3 4 4 63 5 5 5 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 4 62 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 70 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 60 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4 60 3 2 2 1 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 35 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 65 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 60 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 61 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 65 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 68
122
KEAHLIAN PROFESIONAL NO
KP1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
KP2 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 3 4 5 4 4 5 3 5 5 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5 3 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 3 4 5 4 4 5 3 5 5 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5
KP3 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 3 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 5 5 3 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5
KP4 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 4 5 5 3 4 4 3 5 3 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 4 5 5 3 4 4 3 5 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5
KP5 5 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4 4 3 4 5 3 4 4 5 5 3 4 5 4 4 3 5 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4 4 3 4 5 3 4 4 5 5 3 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5
KP6 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 5 5 3 3 4 5 5 3 4 4 3 5 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 5 5 3 3 4 5 5 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3
KP7 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5
KP8 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 3 5 3 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 3 5 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5
KP9 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 5 3 4 5 4 3 4 4 5 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5
4 4 4 3 2 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 5 4 4 3 1 1 5 3 4 2 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 2 3 5 4 3 2 3 5 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3
TOTAL_KP 38 42 30 33 42 36 26 35 40 39 33 36 41 38 34 39 32 40 39 27 32 34 43 41 34 34 40 31 37 27 39 41 30 32 43 36 27 35 40 38 33 35 41 38 33 40 30 38 39 28 33 34 42 41 34 34 39 30 39 31 36 36 29 36 41 34 41 34 36 29 36 36 29 36 41
123
PENGALAMAN KERJA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
PK1 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 5 4 4 4 2 4 4 4 4 5 5 5 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5
PK2 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 5 4 4 2 5 4 4 4 2 4 5 4 3 5 5 5 4 4 2 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4
PK3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 3 5 3 4 4 2 4 5 4 4 4 5 5 5 4 2 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4
PK4 4 3 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 2 5 5 4 4 5 4 4 4 5 1 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 4 3 4
PK5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 1 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 2 4
PK6 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 3 3
PK7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 2 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 2 5
PK8 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 3 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 3 5 4 4 2 4 4 3 4 2 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 3
TOTAL_PK 32 32 34 36 30 33 34 32 29 33 29 30 35 32 33 31 31 34 38 34 30 21 32 32 30 33 31 32 33 35 33 34 32 32 31 31 32 36 33 32 23 35 30 32 33 15 34 37 31 31 36 34 37 31 33 16 33 33 31 33 29 33 29 30 35 32 33 31 31 34 38 34 30 21 32
124
PROGRAM PELATIHAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
PPPI1 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 3 5 3 4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 4 4 2 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 4 3 5 4 3 4 5
PPPI2 5 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 4 5 4 5 5 5 3 5 3 4 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 5 5 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 5 4 5 4 3 4 5
PPPI3 4 5 3 5 3 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 5 4 2 5 5 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 5 3 5 4 4 3 2 5 4 4 3 4 4 5 4 3 1 4 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 5 3 5 4 3 5 5
PPPI4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 2 5 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 4 4 2 5 4 5 4 5 4 3 5 4 4 3 5 4 4 5 4 3 4 5
PPPI5 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 5 4 4 5 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 5 5 4 4 5 4 3 4 5 3 4 5 5 3 5 4 3 4 4
TOTAL PPPI 21 20 18 23 19 22 18 20 18 19 19 18 21 21 20 17 20 17 19 19 21 14 20 21 19 19 19 20 22 18 21 18 20 19 18 19 22 22 19 23 13 23 21 20 19 11 22 21 20 20 22 21 22 20 18 8 24 22 21 20 25 20 15 21 24 16 19 25 23 17 25 20 15 21 24
125
KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 74
KPI1 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4
KPI2 5 5 4 5 3 5 4 4 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 5 4 2 5 5 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 5 3 5 4 4 3 2 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 3 5 4 4 3 3 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4
KPI3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 3 4 5 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 5
KPI4 5 4 4 5 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 2 3 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 3 4 3 4 4 5 3 4 3 4 3 4 4 4 4
KPI5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 4 5 4 4 2 5 4 4 4 2 4 5 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
KPI6 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 5 4 4 5 3 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
KPI7 4 4 4 5 4 5 3 4 4 5 3 4 5 3 4 4 3 3 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 3 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 2 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 3 4 4 4 3 5 4
TOTAL KPI 31 30 29 32 26 31 28 28 24 29 26 27 31 26 31 25 26 25 28 27 30 19 29 29 28 31 24 32 29 26 29 26 28 27 27 28 27 29 26 31 20 28 30 27 28 16 29 30 28 25 28 27 30 27 28 19 29 32 26 31 28 28 24 29 29 32 26 31 28 28 28 28 26 29 29
126
LAMPIRAN 5 : Hasil Uji Regresi Linier Berganda Uji Validitas Reliabilitas INDEPEDENSI
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
75
75.0
25
25.0
100
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.944
15 Item Statistics
Mean IDS1 IDS2 IDS3 IDS4 IDS5 IDS6 IDS7 IDS8 IDS9 IDS10 IDS11 IDS12 IDS13 IDS14 IDS15
4.16 4.03 4.03 4.01 4.11 3.96 3.89 3.88 4.11 4.00 3.99 4.11 4.11 4.03 3.99
Std. Deviation .638 .771 .735 .744 .709 .667 .746 .697 .689 .753 .688 .709 .709 .771 .688
N 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
127
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted IDS1 IDS2 IDS3 IDS4 IDS5 IDS6 IDS7 IDS8 IDS9 IDS10 IDS11 IDS12 IDS13 IDS14 IDS15
56.23 56.36 56.36 56.37 56.28 56.43 56.49 56.51 56.28 56.39 56.40 56.28 56.28 56.36 56.40
Corrected ItemTotal Correlation
56.880 54.774 55.666 55.805 55.961 57.248 55.983 57.199 57.961 57.565 57.108 55.961 55.961 54.774 57.108
.748 .799 .755 .731 .757 .673 .712 .645 .576 .556 .664 .757 .757 .799 .664
Cronbach's Alpha if Item Deleted .939 .938 .939 .940 .939 .941 .940 .942 .943 .944 .941 .939 .939 .938 .941
Scale Statistics Mean 60.39
Variance 64.484
Std. Deviation 8.030
N of Items 15
128
KEAHLIAN PROFESIONAL Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 75
75.0
25
25.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.941
9 Item Statistics
Mean KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9
Std. Deviation
4.05 4.11 4.05 4.05 3.97 4.11 4.05 4.03 4.11
N
.751 .669 .715 .715 .753 .628 .676 .697 .669
75 75 75 75 75 75 75 75 75
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9
32.48 32.43 32.48 32.48 32.56 32.43 32.48 32.51 32.43
Corrected ItemTotal Correlation
20.469 21.113 20.739 21.442 23.006 21.599 21.172 20.902 21.113
.839 .842 .843 .723 .438 .814 .822 .840 .842
Cronbach's Alpha if Item Deleted .930 .930 .929 .936 .953 .932 .931 .930 .930
Scale Statistics Mean 36.53
Variance 26.739
Std. Deviation 5.171
N of Items 9
129
PENGALAMAN KERJA
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 75
75.0
25
25.0
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.880
8 Item Statistics
Mean PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8
Std. Deviation
4.11 4.16 3.99 4.05 3.88 3.79 3.88 3.84
N
.583 .717 .647 .715 .677 .643 .697 .754
75 75 75 75 75 75 75 75
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8
27.59 27.53 27.71 27.64 27.81 27.91 27.81 27.85
Corrected ItemTotal Correlation
12.840 11.982 12.724 12.206 13.073 12.680 12.262 12.586
.701 .727 .642 .679 .526 .658 .689 .552
Cronbach's Alpha if Item Deleted .860 .856 .865 .861 .877 .863 .860 .876
Scale Statistics Mean 31.69
Variance 16.107
Std. Deviation 4.013
N of Items 8
130
PROGRAM PELATIHAN
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
75
75.0
25
25.0
100
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.826
5
Item Statistics Mean PPP1 PPP2 PPP3 PPP4 PPP5
Std. Deviation
3.97 3.96 3.87 4.03 3.87
N
.697 .796 .859 .697 .741
75 75 75 75 75
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted PPP1 PPP2 PPP3 PPP4 PPP5
15.72 15.73 15.83 15.67 15.83
Corrected ItemTotal Correlation
6.042 5.685 5.226 6.198 5.361
.587 .585 .655 .535 .766
Cronbach's Alpha if Item Deleted .802 .803 .784 .815 .750
Scale Statistics Mean 19.69
Variance 8.540
Std. Deviation 2.922
N of Items 5
131
KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
75
75.0
Excludeda
25
25.0
100
100.0
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.808
7 Item Statistics
Mean KPI1 KPI2 KPI3 KPI4 KPI5 KPI6 KPI7
Std. Deviation
3.93 3.85 3.84 3.87 4.21 3.96 4.01
N
.622 .783 .638 .644 .664 .667 .707
75 75 75 75 75 75 75
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted Item Deleted KPI1 KPI2 KPI3 KPI4 KPI5 KPI6 KPI7
23.75 23.83 23.84 23.81 23.47 23.72 23.67
Corrected ItemTotal Correlation
8.138 7.415 8.109 7.965 7.874 7.853 8.036
.538 .565 .529 .566 .570 .573 .474
Cronbach's Alpha if Item Deleted .784 .780 .786 .779 .778 .778 .796
Scale Statistics Mean 27.68
Variance 10.437
Std. Deviation 3.231
N of Items 7
132
HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Regression Descriptive Statistics Mean KPI IDS KP PK PPPI
Std. Deviation
27.65 59.88 35.68 31.69 19.75
N
2.998 6.549 4.415 4.013 2.955
75 75 75 75 75 Correlations
KPI Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
IDS
KP
PK
PPPI
KPI
1.000
.761
.002
.673
.718
IDS
.761
1.000
.281
.776
.736
KP
.002
.281
1.000
-.012
.139
PK
.673
.776
-.012
1.000
.621
PPPI
.718
.736
.139
.621
1.000
KPI
.
.000
.494
.000
.000
IDS
.000
.
.007
.000
.000
KP
.494
.007
.
.458
.118
PK
.000
.000
.458
.
.000
PPPI
.000
.000
.118
.000
.
KPI
75
75
75
75
75
IDS
75
75
75
75
75
KP
75
75
75
75
75
PK
75
75
75
75
75
PPPI
75
75
75
75
75
b
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
PPPI, KP, PK, IDSa
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KPI Model Summaryb Model 1
R
R Square a
.821
.673
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.655
.761
Durbin-Watson 1.885
133
Model Summaryb Model
R
R Square .821a
1
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.655
.761
.673
Durbin-Watson 1.885
a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
447.832
4
111.958
Residual
217.155
70
3.102
Total
664.987
74
F
Sig. .000a
36.090
a. Predictors: (Constant), PPPI, KP, PK, IDS b. Dependent Variable: KPI Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
9.906
2.349
IDS
.250
.064
KP
.132
PK PPPI a. Dependent Variable: KPI
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
4.217
.000
.546
3.891
.000
.237
4.218
.052
.194
2.510
.014
.784
1.276
.041
.088
.055
.469
.641
.337
2.967
.313
.103
.308
3.026
.003
.449
2.225
a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) IDS
.237 4.218
KP
.784 1.276
PK
.337 2.967
PPPI
.449 2.225
a. Dependent Variable: KPI
134
Charts
135
136