1
PEMAN NFAATAN N RUMPU UT LAUT COKLAT T (Sargassum sp.) SEBA AGAI SER RBUK MIN NUMAN PELANGS P SING TUB BUH
KA ARTIKA HASTARI H INA PUTR RI
DE EPARTEM MEN TEK KNOLOGII HASIL P PERAIRA AN FAK KULTAS PERIKAN NAN DAN N ILMU KELAUTA K AN INS STITUT PERTANIA AN BOGO OR BOGOR 2011
1
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Kartika Hastarina Putri C34061253
2
3
RINGKASAN KARTIKA HASTARINA PUTRI. C34061253. Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh. Dibimbing oleh ANNA C. ERUNGAN dan RUDDY SUWANDI. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah dan merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Salah satu jenis rumput laut yang bernilai ekonomis tinggi adalah Phaeophyceaea (rumput laut coklat) dengan jenis Sargassum sp. Sargassum sp. mengandung iodium dan senyawa aktif seperti senyawa fenol. Kelompok senyawa aktif yang diduga berperan dalam mengatasi kegemukan adalah flavonoid dan tanin, dimana dua kelompok senyawa tersebut termasuk ke dalam senyawa fenol. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari pengolahan serbuk minuman dari ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diaplikasikan sebagai minuman pelangsing tubuh yang berkhasiat untuk mengatasi kegemukan. Tujuan khususnya adalah : mengetahui kandungan zat gizi (air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat) dalam rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering; mengetahui komponen bioaktif yang terkandung dalam ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering; menguji efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dalam menurunkan bobot badan yang diujikan pada mencit. Tahapan penelitian ini meliputi proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering, proses pembuatan ekstrak dari rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering, proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.), dan proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh. Rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) dalam bentuk serbuk ekstraknya adalah sebesar 56,43 gram untuk pengeringan matahari dan 55,89 gram untuk pengeringan oven 60 oC. Komposisi kimia Sargassum sp. hasil pengeringan matahari dan oven 60 oC secara berturut-turut yaitu kadar air sebesar 14,90 % dan 14,85 %, kadar abu sebesar 18,01 % dan 18,40 %, kadar lemak sebesar 0,26 % dan 0,26 %, kadar protein sebesar 6,60 % dan 6,48 %, dan kadar karbohidrat sebesar 60,24 % dan 60,02 %. Ekstrak kasar Sargassum sp. dari pengeringan matahari dan oven 60 oC mengandung enam komponen bioaktif yaitu alkaloid, steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) hasil pengeringan matahari sebesar 2,118 mg/gr lebih tinggi daripada hasil pengeringan oven 60 oC yaitu sebesar 1,991 mg/gr, sehingga produk hasil pengeringan matahari dipilih untuk diaplikasikan dan diujikan pada hewan coba. Hasil uji secara in vivo menunjukkan bahwa minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebesar 3 % dapat menurunkan bobot badan mencit gemuk (31,02 gram) mendekati bobot badan mencit normal (30,96 gram) pada akhir masa perlakuan. Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) tidak berpengaruh terhadap konsumsi makan dan minum mencit, namun berpengaruh terhadap berat feses dan kadar lemak feses mencit. Adanya senyawa flavonoid diduga dapat menghambat aktivitas enzim lipase pankreas yang menghidrolisis lemak dalam tubuh, serta adanya senyawa aktif lainnya seperti saponin, alkaloid, dan tanin yang juga ikut berperan sebagai inhibitor enzim lipase pankreas.
3
4
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum sp.) SEBAGAI SERBUK MINUMAN PELANGSING TUBUH
KARTIKA HASTARINA PUTRI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 4
5
Judul Skripsi
: Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh
Nama
: Kartika Hastarina Putri
NRP
: C34061253
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Anna C. Erungan, MS NIP. 196207081986032001
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill NIP. 195805111985031002
Mengetahui, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill NIP. 195805111985031002
Tanggal lulus : 5
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, diantaranya : 1. Ibu Ir. Anna C. Erungan, MS dan Bapak Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasinya kepada penulis selama ini. 4. Kedua orang tua Bapak dan Ibu, serta Mas dan Adik tercinta yang telah memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, dukungan, dan doa yang tak terbatas. 5. Rhama Adie Permana, S.Pi untuk semua pengorbanan, kasih sayang, kesabaran, pengertian, doa, serta bantuannya, dan keluarga atas bantuannya dalam pengambilan bahan baku. 6. Hilda ”ade”, Cece, Memey, Arin, Pipit, Uuk, Idmar, Anjar, Lia Aci, Ratna, Nico, Fau, ”Abang” Leli, Icha, dan Ijal atas bantuan dan semangatnya selama penelitian. 7. Fau, Uthy, Abang, Gae, Aul, dan Chubby atas persahabatan yang telah terjalin selama di THP. Semoga semua suka duka yang kita alami menjadi suatu cerita yang terkenang selamanya.
iii
iv
8. Teman-teman THP 43 “Lovely Generation” (Wahyu, Umi, Wati, Anggi, Joha, Holland, Yayan, Cikuik, Patma, Budi, Ely, Molly, Rida, Era, Reza, Deksu, Minal, Sepay dan semuanya) atas kerjasama, kebersamaan, info, semangat, dukungan, dan persahabatan yang telah terjalin selama ini. Semoga tetap menjadi satu keluarga. Amin. 9. Mbak Lastri, Mas Ipul, Mas Zaki, Bu Ema, dan Mbak silvi atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian. 10. Seluruh staff Tata Usaha atas bantuannya dalam menyelesaikan seluruh administrasi hingga penulis lulus. 11. Teman-teman THP 41, 42, 44, 45, dan 46 atas kebersamaan, semangat, persahabatan, dan rasa kekeluargaan yang selama ini terjalin, semoga akan tetap terjalin selamanya. Amin. 12. Laboran Biofarmaka (Bu Nunu, Mbak Wiwi, Mas Endi, dan semuanya) atas bantuannya selama penulis melaksanakan pengujian di Pusat Studi Biofarmaka. 13. Dian (Statistik) atas bantuan pengolahan datanya, Noy (Fapet) dan Mas Zulyan (S2) atas informasi dan bantuannya dalam menyiapkan alat-alat penelitian. 14. Mbak Heri dan keluarga Bulek Dhanik, atas kasih sayang dan bantuan yang diberikan selama penulis berada di Bogor. 15. Gardenia Girl’s (Susi, Ema, Thike, dan lain-lain) atas kebersamaannya, suka dan duka tinggal satu atap selama 4 tahun ini. 16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Januari 2011
Penulis
iv
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada tanggal 9 Oktober 1988, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Wuryanto, S.Pd dan Tri Hastuti, S.Pd. Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai dari TK Aishiyah Bustanul Atfal (tahun 1993-1995), kemudian melanjutkan pendidikan dasarnya ke SD Negeri 1 Surjo, Bawang (tahun 1995-2000). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Bawang (tahun 2000-2003) dan melanjutkan ke SMA Negeri 1 Sragen (tahun 2003-2006). Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tingkat kedua kuliah penulis diterima di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama
masa
perkuliahan,
penulis
aktif
di
berbagai
organisasi
kemahasiswaan seperti BEM Tingkat Persiapan Bersama periode 2006-2007 sebagai anggota Divisi Pengembangan Minat dan Bakat, BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode 2007-2008 sebagai sekretaris Divisi Hubungan Luar dan Komunikasi, Fisheries Processing Club (FPC) periode 2007-2009, dan anggota Paduan Suara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan “Endeavour” periode 2007-2009. Penulis selama kuliah pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (2009-2010) dan Metode Karya Ilmiah Bagian Organoleptik (2010-2011). Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) sebagai Serbuk Minuman Pelangsing Tubuh”, di bawah bimbingan Ir. Anna C. Erungan, MS dan Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhill.
v
vi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x 1.
2.
PENDAHULUAN .................................................................................. .........1 1.1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2
Tujuan .................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 2.1
Rumput Laut Coklat .............................................................................. 4 2.1.1 Deskripsi Sargassum sp. ............................................................. 5 2.1.2 Komposisi Kimia Sargassum sp. ................................................ 6 2.1.2 Manfaat Sargassum sp. ............................................................... 8
2.2
Senyawa Fitokimia ................................................................................ 8 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6
3.
Alkaloid ...................................................................................... 9 Steroid/Terpenoid ....................................................................... 9 Flavonoid ................................................................................. 10 Saponin .................................................................................... 10 Fenol Hidrokuinon . .................................................................. 11 Tanin ........................................................................................ 11
2.3
Pengeringan ......................................................................................... 12
2.4
Kegemukan ........................................................................................... 12
2.5
Obat Pelangsing .................................................................................... 14
2.6
Pengujian secara In Vivo....................................................................... 15
METODE PENELITIAN .............................................................................. 17 3.1
Waktu dan Tempat................................................................................ 17
3.2
Bahan dan Alat .................................................................................... 17
3.3
Tahapan Penelitian .............................................................................. 18 3.3.1 Proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering ........................................................................................ 18 3.3.2 Proses pembuatan ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering ............................................................. 19 3.3.3 Proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ............................................................. 20 3.3.4 Proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh ...................................................................... 22
vi
vii
3.4
Prosedur Analisis ................................................................................. 24 3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4 3.4.5
4.
5.
Ananlisis Fisik ......................................................................... 24 Analisis kimia ........................................................................... 24 Uji fitokimia ............................................................................. 27 Penentuan kadar flavonoid total .............................................. 29 Rancangan percobaan dan analisis data ................................... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 31 4.1
Rendemen Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) ............................... 31
4.2
Komposisi Kimia Sargassum sp. ......................................................... 33
4.3
Senyawa Fitokimia .............................................................................. 37
4.4
Kandungan Flavonoid dalam Serbuk Minuman Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) ............................................................... 41
4.5
Aplikasi Minuman Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) pada Mencit ......................................................................................... 42
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 53 5.1
Kesimpulan .......................................................................................... 53
5.2
Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54 LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
vii
viii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Komposisi kimia Sargassum dari Kepulauan Seribu ............................... 7 Tabel 2. Rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) ..................................... 31 Tabel 3. Komposisi kimia Sargassum sp. hasil penelitian ................................... 33 Tabel 4. Hasil uji fitokimia (kualitatif) terhadap ekstrak sargassum sp. ............. 38 Tabel 5. Hasil pengukuran kadar flavonoid total dalam serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ........................................... 42 Tabel 6. Hasil perhitungan rata-rata berat feses dan kadar lemak feses mencit ..................................................................................................... 50
viii
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Sargassum sp. ....................................................................................... 6 Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering ....................................................................... 19 Gambar 3. Diagram alir proses ekstraksi rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dengan pelarut akuabides ....................................................... 20 Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ............................................................... 21 Gambar 5. Diagram alir proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh ................................................................................................... 23 Gambar 6. Grafik persentase rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dan hancur .............................................................................. 32 Gambar 7. Grafik rata-rata bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa perlakuan ............................................................................ 44 Gambar 8. Grafik pertambahan rata-rata bobot badan mencit selama masa perlakuan ................... ........................................................................ 46 Gambar 9. Grafik rata-rata konsumsi pakan mencit setiap hari selama masa perlakuan .................................................................................. 48 Gambar 10. Grafik rata-rata konsumsi minum mencit setiap hari selama masa perlakuan ................................................................................. 49 Gambar 11. Grafik rata-rata berat feses mencit pada akhir masa perlakuan .......................................................................................... 51
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data dan contoh perhitungan rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) .............................................................................. 62 Lampiran 2. Data dan contoh perhitungan analisis proksimat rumput laut coklat (Sargassum sp.) ................................................................... 64 Lampiran 3. Data dan contoh perhitungan analisis kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ........ 68 Lampiran 4. Data bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa perlakuan ......................................................................................... 70 Lampiran 5. Data selisih bobot badan mencit dan hasil analisis ragam selama masa perlakuan .................................................................. 71 Lampiran 6. Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan mencit .................. 72 Lampiran 7. Data konsumsi pakan mencit selama masa perlakuan .................... 73 Lampiran 8. Hasil analisis ragam konsumsi pakan mencit ................................. 74 Lampiran 9. Data dan contoh perhitungan analisis proksimat pakan mencit .............................................................................................. 75 Lampiran 10. Data konsumsi minum mencit selama masa perlakuan ................. 78 Lampiran 11. Hasil analisis ragam konsumsi minum mencit ............................. 79 Lampiran 12. Data berat feses mencit perhari selama masa perlakuan .............. 80 Lampiran 13. Data berat, hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan berat feses mencit ......................................................................... 81 Lampiran 14. Data kadar lemak dalam feses mencit, contoh perhitungan dan hasil analisis ragam ................................................................ 82 Lampiran 15. Gambar hasil uji fitokimia secara kualitatif ................................. 83 Lampiran 16. Bahan dan alat selama penelitian .................................................. 85
x
1
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar, baik yang alami maupun yang dibudidayakan. Salah satu sumberdaya yang memiliki potensi yang cukup besar adalah rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar (Nindyaning 2007). Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia. Sayangnya rumput laut yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut masih banyak diimpor dengan nilai yang cukup besar (Anonim 2003). Rumput laut akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi seandainya diolah menjadi produk intermediet (agar-agar, karaginan, dan alginat) dan produk pangan siap konsumsi (Yorita 2010). Pada umumnya, rumput laut (alga) dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae) (Winarno 1996). Beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi adalah dari golongan Rhodophyceae (ganggang merah) dan Phaeophyceaea (ganggang coklat). Rhodophyceae merupakan rumput laut penghasil agar-agar dan karaginan, sedangkan Phaeophyceaea merupakan rumput laut coklat yang belum dioptimalkan pemanfaatannya (Permana 2008). Rumput laut coklat sering dianggap sebagai sampah karena mengotori pantai, padahal banyak manfaat yang dapat diambil dari rumput laut coklat tersebut. Pemanfaatan rumput laut coklat dalam bidang industri sangat luas, diantaranya untuk industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, kertas, detergen, cat, tekstil, vernis, fotografi, dan lain-lain. Selain di bidang industri, pemanfaatan rumput laut coklat untuk pengobatan sudah dikenal sejak lama. Di Vietnam bagian selatan hingga tengah seperti Khanh Hoa, Quang Nam, Quang Ngai, Binh Dinh, dan lain-lain orang
1
2
telah memanfaatkan Sargassum dan Porphyra sebagai minuman teh yang berkhasiat medis. Pemanfaatan teh Sargassum oleh masyarakat Vietnam ini telah dilakukan sejak lama (Susanto 2009). Olahan rumput laut coklat berupa teh bisa disajikan dengan dicelup (seperti teh celup), serbuk (powder), instan dalam kemasan gelas (Anonima 2010). Lain halnya di Indonesia, air rebusan rumput laut atau rumput laut yang digerus digunakan sebagai obat luar yaitu obat antiseptik dan pemeliharaan kulit. Selain itu, air rebusan dari Sargassum sp. dapat digunakan untuk penyakit gondongan dan penyakit urinari (Yunizal 2004). Novaczek dan Athy (2001) menyatakan dalam bukunya bahwa Sargassum dapat dibuat sebagai minuman sejenis slimming tea yang direkomendasikan bagi seseorang yang memiliki kelebihan berat badan dan ingin mencoba menurunkan berat badannya. Beberapa contoh tanaman herbal yang biasa digunakan sebagai bahan obat pelangsing tubuh adalah daun jati belanda, rimpang bangle, asam jawa, kunci pipet, asam gelugur, lengkuas, kencur, dan masih banyak lagi. Daun jati belanda sebagai salah satu bahan yang digunakan dalam obat pelangsing tubuh mengandung beberapa senyawa kimia. Analisis fitokimia dalam daun jati belanda menunjukkan bahwa daun ini mengandung triterpen, katekin, sterol, karotenoid, flavonoid, tanin, dan saponin (Anonimc 2010). Rimpang bangle mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid (Wijayakusuma et al. 1997 dalam Hayati 2008). Daun tumbuhan asam jawa mempunyai kandungan kimia seperti saponin, flavonoid dan tanin (Hayati 2008). Pada ekstrak kunci pipet, asam gelugur, lengkuas, dan kencur mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan terpenoid. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman herbal tersebut dipercaya sebagai senyawa yang dapat mengatasi kegemukan. Darusman et al. (2001) menyatakan bahwa dua kelompok senyawa yang diduga berperan dalam mengatasi kegemukan adalah flavonoid dan tanin, yang termasuk ke dalam senyawa fenol. Flavonoid, saponin, dan alkaloid dipercaya sebagai senyawa yang diduga
mempunyai
peranan
antiobesitas
dengam
mekanisme
melalui
penghambatan aktivitas enzim lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005), yang menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak (Rahardjo et al. 2005). Monogliserida ini selanjutnya akan diserap oleh usus halus
2
3
yang akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam jaringan adiposa. Senyawa tanin dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan (Hayati 2008). Senyawa-senyawa aktif tersebut ternyata juga terdapat di dalam Sargassum seperti steroida, alkaloida, fenol (Rachmat 1999b), dan triterpenoid (Winoto 1993 dalam Kusumaningrum et al. 2007). Adanya senyawa-senyawa aktif tersebut yang diduga dapat menjadikan Sargassum sebagai minuman sejenis slimming tea atau sebagai bahan baku obat pelangsing tubuh. Oleh karena itu, pada penelitian ini yaitu menjadikan Sargassum sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman pelangsing tubuh yang berkhasiat untuk mengatasi kegemukan. 1.2 Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari proses pengolahan serbuk minuman dari ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diaplikasikan sebagai minuman pelangsing tubuh yang berkhasiat untuk mengatasi kegemukan. Tujuan khususnya adalah : 1) Mengetahui kandungan zat gizi (air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat) dalam rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering; 2) Mengetahui komponen bioaktif yang terkandung dalam ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering; 3) Menguji efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dalam menurunkan bobot badan yang diujikan pada mencit.
3
4
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut Coklat Rumput laut coklat adalah kelompok alga yang secara umum berwarna coklat atau pirang. Warna tersebut tidak berubah walaupun alga ini mati atau kekeringan. Namun pada beberapa jenis misal pada Sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Bentuk thalli bervariasi dan dapat mencapai ukuran relatif besar. Ukuran thalli beberapa jenis dari alga coklat ini lebih tinggi dari jenis-jenis alga merah dan alga hijau (Atmadja 1996). Menurut Aslan (1999), ciri-ciri umum alga coklat ini yaitu saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual; mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin; warna umumnya coklat; persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan); pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat; mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis); ukuran dan bentuk thalli beragam dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan ada pula yang tidak bercabang; umumnya tumbuh sebagai algae benthik. Di perairan Indonesia terdapat 28 spesies rumput laut coklat yang berasal dari 6 genus yaitu : Dictyota, Padina, Hormophysa, Sargassum, Turbinaria, dan Hydroclathrus. Spesies rumput laut coklat yang telah diidentifikasi yaitu Sargassum sp. sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4 spesies, Hormophysa 1 spesies, Padina 4 spesies, Dictyota 5 spesies, dan Hydroclathrus 1 spesies (Yunizal 2004). Kandungan vitamin dalam 100 gram alga dapat mencukupi kebutuhan tubuh terhadap vitamin A, B2, B12, dan 67 % dari vitamin C, sodium, potasium, dan magnesium (Chapman 1970). Alga coklat dikenal mengandung berbagai trace element, kalsium, vitamin, mineral (Ca, K, Mg, Na, Fe, I, Cu, Zn, S, P, dan N), alkohol dan polisakarida (alginat, laminaran, dan fukoidan). Kandungan metabolit sekunder dalam alga coklat juga sudah mulai diteliti antara lain kandungan
4
5
steroid, alkaloid, fenol, dan vitamin (Rachmaniar dkk 1994 dalam Rachmat 1999a). Pemanfaatan secara komersial dari alga coklat belum banyak dilakukan. Namun dewasa ini sudah mulai lebih diperhatikan untuk diteliti dan dimanfaatkan sebagai sumber koloid berupa alginat dan yodium (iodin) (Atmadja 1996). Rumput laut coklat dalam pengobatan secara tradisional telah banyak dimanfaatkan yaitu untuk makanan suplemen pada penyakit gondok. Hal ini disebabkan oleh kandungan iod-nya yang tinggi, terutama pada jenis Fucus vesiculosus, Ascophyllum, dan Laminaria. Selain itu, Ascophylum juga telah dibuat sebagai sediaan pada sejenis ”slimming tea” (Chapman 1980 dalam Rachmat 1999a). 2.1.1 Deskripsi Sargassum sp. Sargassum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari Famili Sargassaceae. Klasifikasi Sargassum menurut Bold dan Wayne (1985) adalah sebagai berikut : Divisi
: Thallophyta
Kelas
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucalus
Famili
: Sargassaceae
Genus
: Sargassum
Spesies
: Sargassum sp.
Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih 400 jenis di dunia (Kadi dan Wanda 1988 dalam Rachmat 1999b). Jenis-jenis Sargassum sp. yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Rachmat 1999b). Bentuk Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 1.
5
6
Gambar 1 Sargassum sp. Sumber : Dokumentasi Pribadi Ciri-ciri umum dari marga ini adalah bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng, cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat, bentuk daun melebar, lonjong, atau seperti pedang, mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter, panjang umumnya mencapai 7 meter (di Indonesia terdapat 3 spesies yang panjangnya 3 meter), warna thalllus umumnya coklat (Aslan 1999). Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan algin serta adanya flagel (Tjondronegoro et al. 1989). Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu. Di Kepulauan Seribu (Jakarta) alga ini biasa disebut oseng. Zat yang dapat diekstraksi dari alga ini berupa alginat yaitu suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium (Aslan 1999). Pada umumnya Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) seperti di Kepulauan Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat). Daerah ini akan kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir, secara sporadis terdapat pula pada karang hidup atau mati. Pada batu-batu ini tumbuh dan melekat rumput laut coklat (Atmadja dan Soelistijo 1988). 2.1.2 Komposisi Kimia Sargassum sp. Komponen utama dari alga adalah karbohidrat (sugars or vegetable gums), sedangkan komponen lainnya yaitu protein, lemak, abu (sodium dan potasium) (Ishibashi et al. 1960 dalam Chapman 1970) dan air 80-90 % (Chapman 1970). Komposisi kimia Sargassum menurut Yunizal (2004) dapat dilihat pada Tabel 1.
6
7
Tabel 1. Komposisi kimia Sargassum dari Kepulauan Seribu Komposisi kimia Karbohidrat Protein Lemak Air Abu Serat kasar Sumber : Yunizal (2004)
Persentase (%) 19,06 5,53 0,74 11,71 34,57 28,39
Alga Sargassum mudah diperoleh di perairan Indonesia, kandungan kimia utamanya sebagai sumber alginat dan mengandung protein, vitamin C, tanin, iodium, fenol sebagai obat gondok, anti bakteri, dan tumor (Trono dan Ganzon 1988 dalam Kadi 2005). Sargassum juga mengandung senyawa aktif, diantaranya steroida, alkaloida, dan fenol (Rachmat 1999b). Telah dilakukan penelitian untuk mengisolasi metabolik sekunder dalam bentuk susunan steroid, yakni senyawa-senyawa steroids bebas (free steroid), ester steroid dan glycosidic steroid dari beberapa jenis rumput laut coklat wilayah Sulawesi Selatan, yaitu Sargassum siliquosum, Sargassum spp., Turbinaria spp., dan Padina spp. Sargassum sp. mengandung natrium alginat (Na-alginat), laminarin, fukoidin, selulosa, manitol dan mengandung antioksidan (polifenol), zat besi, iodium, vitamin C dan mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, S, P, Mn serta mineral-mineral lainnya. Kandungan gizi per 2 gram bubuk kering Sargassum sp. adalah karbohidrat 17,835 %, protein 0,776 %, dan polifenol 24,58 % (491,5 mg) (Boimin 2009). Menurut Winoto (1993) dalam Kusumaningrum et al. (2007), Sargassum yang diambil dari pantai Jepara mengandung senyawa bioaktif seperti triterpenoid, steroid dan fenolat. Secara umum rumput laut coklat mengandung senyawa komplek diterpenoid dan terpenoidaromatik termasuk Sargassum sebagai senyawa antimikroba spektrum luas. Meskipun tidak sama tetapi secara kimiawi kedua senyawa tersebut sama dan dinamakan sarganin A dan sarganin B yang bercampur membentuk kompleks sarganin (Fenical 1984 dalam Yunizal 2004). Sarganin A dan sarganin B dapat diisolasi dari Sargassum natans, jenis rumput laut merah (Chondria littoralis) dan rumput laut hijau (Cymopola barbata). Sargarin adalah substansi antibiotik berspektrum luas dengan efek 7
8
toksik yang rendah (Gruyter 1979). Hasil analisa terhadap zat antibakteri tersebut menunjukkan bahwa senyawa kompleks ini tersusun dari golongan senyawa fenolat, asam anhidrit, sulfur, dan nitrogen (Yunizal 2004). Keberadaan senyawa fenolat pada rumput laut coklat diketahui pada saat pengujian aktivitas bakterinya dengan menggunakan uji difusi agar. Rumput laut yang mengandung senyawa fenolat antara lain Sargassum, Chaetopteris, Entomorpha, dan Fucus. Pada beberapa jenis rumput laut, senyawa fenolat kadang-kadang diekstraksikan dalam air laut disekitar habitatnya (Glombitza 1979 dalam Yunizal 2004). 2.1.3 Manfaat Sargassum sp. Sargassum sp. merupakan salah satu jenis rumput laut coklat yang potensial untuk dikembangkan. Sargassum sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam bidang industri makanan, farmasi, kosmetika, pakan, pupuk, tekstil, kertas, dan lain-lain. Hasil ekstraksi Sargassum sp. berupa alginat banyak digunakan industri makanan bukan sebagai penambah nilai gizi, tetapi menghasilkan dan memperkuat tekstur atau stabilitas dari produk olahan, seperti es krim, sari buah, pastel isi, dan kue-kue (Percival 1970 dalam Yunizal 2004). Di bidang farmasi, Sargassum sp. juga telah banyak dimanfaatkan. Angka dan Suhartono (2000) melaporkan bahwa ekstrak Sargassum dapat dijadikan obat penurun kolesterol, zat anti bakteri dan anti tumor, sedangkan menurut Supriadi (2008) Sargassum dapat dijadikan sebagai bahan baku obat cacing. Pemanfaatan Sargassum dalam pembuatan pakan ternak dilaporkan dapat membuat tekstur daging lebih baik dibandingkan dengan pakan yang tidak menggunakan Sargassum, hal ini dikarenakan kandungan mineralnya yang tinggi. Sargassum sp. juga mengandung auxin, giberelin serta sitokinin yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman spesies lain (Montano dan Topas 1990 dalam Kusumaningrum et al. 2007). 2.2 Senyawa Fitokimia Fitokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mencakup struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolisme, penyebaran secara alami, dan fungsi fisiologis (Astawan dan Kasih 2008). Senyawa fitokimia adalah zat kimia yang 8
9
terdapat pada tanaman yang tidak termasuk ke dalam zat gizi dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan tersebut (Daris 2008). Senyawa fitokimia berpotensi mencegah berbagai penyakit seperti kardiovaskuler dan degeneratif (Harborne 1987). 2.2.1 Alkaloid Alkaloid merupakan golongan terbesar dari senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan. Pada umumnya alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia, tetapi beberapa alkaloid memiliki aktivitas farmakologis dan digunakan secara luas dalam bidang kesehatan (Harborne 1987). Senyawa ini pada tumbuhan berfungsi untuk melindungi diri dari predator karena bersifat racun pada satwa misalnya serangga, sebagai zat perangsang dan pengatur tubuh dan membantu aktivitas metabolisme dan reproduksi tumbuhan (Verpoorte dan Alfermann 2000 dalam Daluningrum 2009). Menurut Shimura et al. (1992) dalam Ruiz et al. (2005), alkaloid merupakan salah satu senyawa yang dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase dalam ekstrak tanaman sehingga mampu menghambat aktivitas lipase pankreas. 2.2.2 Steroid/Terpenoid Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari enam unit isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Terpenoida dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu triterpena, steroida, saponin, dan glikosida jantung. Triterpena dikenal karena rasanya, terutama rasa pahit. Triterpena dalam tumbuhan berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba (Harborne 1987). Hasil penelitian Xu et al. (2005) mengindikasikan bahwa komponen triterpen mempunyai potensi sebagai agen penangkal obesitas. Steroid
merupakan
golongan
dari
senyawa
triterpenoid.
Steroid
mempunyai 17 atom karbon atau lebih sehingga golongan senyawa ini cenderung tidak larut dalam air (Wilson dan Gisvold 1982 dalam Andriyanti 2009). Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat (Harborne 1987).
9
10
2.2.3 Flavonoid Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol. Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan dan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid (Harborne 1987). Flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi flavon, flavonol, flavonon, flavononon, isoflavon, calkon, dihidrokalkon, auron, antosianidin, katekin, dan flavan-3,4-diol (Sirait 2007). Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari, dan akar. Flavonoid sangat efektif untuk digunakan sebagai antioksidan (Astawan dan Kasih 2008). Flavonoid memberikan konstribusi keindahan dan kesemarakan pada buah-buahan di alam. Flavon memberikan warna ungu tua jingga, antosianidin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali hijau (Sastrohamidjojo 1996 dalam Andriyanti 2009). Flavonoid
pada
tumbuhan
berfungsi
dalam
pengaturan
tumbuh,
pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga (Robinson 1995 dalam Andriyanti 2009). Dalam kehidupan manusia, flavon bekerja sebagai stimulant pada jantung. Flavon terhidrosilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Sirait 2007). Flavonoid dalam ekstrak tanaman dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase sehingga mampu menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005). Menurut Woo et al. (2008) dalam Xia et al. (2010), Polifenol dan flavonoid dalam jumlah yang tinggi secara signifikan juga mampu mereduksi bahaya obesitas dan hiperlipidemia. 2.2.4 Saponin Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang terdeteksi pada lebih dari 90 jenis tumbuhan. Saponin merupakan senyawa yang bersifat seperti sabun yang dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa (Harborne 1987). Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu, misalnya pada epitel hidung, bronkus, ginjal, dan sebagainya. Stimulasi pada ginjal diperkirakan menimbulkan efek diuretika. Saponin dapat digunakan sebagai prekursor hormon steroid (Sirait 2007). Menurut Shimura et al. (1992) dalam Ruiz et al. (2005), saponin juga dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase sehingga mampu menghambat aktivitas
10
11
lipase pankreas. Ekstrak kasar saponin dari ginseng merah Korea menunjukkan efek antiobesitas pada tikus yang diberikan pakan tinggi lemak yaitu dapat menurunkan bobot badan, konsumsi pakan, dan penyimpanan lemak dalam tubuh (Kim et al. 2005). Total saponin diketahui secara signifikan menghambat aktivitas lipase pankreas. Selain itu, telah dilaporkan juga bahwa berbagai macam isolasi saponin dari bahan makanan atau obat alami mempunyai aksi obesitas (KawanoTakahashi et al. 1986; Han et al. 2001 dalam Xu et al. 2005) atau aksi antihipolipidemia (Kimura et al. 1983 dalam Xu et al. 2005). 2.2.5 Fenol hidrokuinon Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Golongan fenol terbesar adalah flavonoid, selain itu terdapat juga fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon (Harborne 1987). 2.2.6 Tanin Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang memiliki kemampuan untuk mengendapkan protein dengan membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi hampir terdapat di semua paku-pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya hanya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne 1987). Senyawa tanin yang terkandung dalam daun jati belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan, dengan demikian proses obesitas (kegemukan) dapat dihambat. Pada tanaman Asam Jawa, senyawa tanin dapat meningkatkan
degradasi/peluruhan
lemak,
melalui
seuatu
peningkatan
metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.
11
12
Selain itu, peluruhan lemak oleh senyawa aktif tanin melaui pendekatan pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat pelangsing alami (Hayati 2008). 2.3 Pengeringan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan cara menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai batas tertentu dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi pada bahan tersebut. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan. Selain itu, banyak bahan pangan yang hanya dapat dikonsumsi setelah dikeringkan, misalnya kopi dan teh. Proses pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian, yaitu sifat bahan asal yang dikeringkan berubah, misal bentuk dan penampakannya, sifat mutu, dan lain-lain (Muchtadi 1989). Berbagai cara pengeringan telah banyak dilakukan dalam proses pengolahan hasil pertanian dan bahan pangan. Mulai dari pengeringan energi surya, pengeringan dengan energi panas, pengeringan tanpa energi panas (pengaruh tekanan), hingga pengeringan dengan menggunakan prinsip perbedaan sifat sorpsi-desorpsi isotermik (Wirakartakusumah et al. 1989).
Pengeringan
dengan sinar matahari sudah banyak dilakukan orang. Cara ini sangat sederhana sehingga setiap orang bisa mengerjakannya, bahkan tanpa alat sekalipun (Moeljanto 1992). 2.4 Kegemukan Kegemukan dalam arti bahasa adalah kelebihan berat badan dan dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah energi yang keluar. Seseorang dikatakan gemuk jika memiliki kelebihan berat badan lebih dari
20% dari berat ideal. Kegemukan atau obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial sebagai akibat dari energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada energi yang dikeluarkan (Guyton dan Hall 1997 dalam Rahardjo et al. 2005). Kegemukan biasanya terjadi karena pola makan yang salah dan tidak
12
13
terkontrol, kurang aktivitas (olah raga), faktor fisiologi seperti wanita hamil dan faktor psikologi seperti stress yang menyebabkan pola makan terganggu. Salah satu indikator kegemukan adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh. Orang gemuk cenderung mempunyai kadar lemak yang tinggi dibanding orang kurus. Menurut Depkes (2008), persentase lemak pada pria sehat adalah 10-25 % dan 2035 % pada wanita sehat, sedangkan persentase lemak pada penderita obesitas adalah > 30 % untuk pria dan > 40 % untuk wanita. Biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar, keadaan ini bila berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas. Secara umum obesitas dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu obesitas tipe android (tipe sentral) dan obesitas tipe ginoid. Ciri-ciri obesitas tipe android (tipe sentral) yaitu bentuk badan gendut seperti gentong, perut membuncit ke depan, dan lebih banyak terdapat pada kaum pria. Tipe obesitas ini cenderung menimbulkan penyakit jantung koroner, diabetes, dan stroke. Sedangkan obesitas tipe ginoid lebih banyak pada kaum wanita dengan ciri-ciri panggul dan pantatnya besar, terutama yang telah masuk masa menopause (Anonimb 2010). Ada dua cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui tingkat kegemukan seseorang. Cara pertama adalah mengukur BMI (Body Mass Index) dan cara yang kedua adalah mengukur lingkar pinggang (waist circumference). BMI (Body Mass Index) atau sering disebut Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan mengukur tinggi badan (meter) dan berat badan (kilogram). Namun pengukuran nilai IMT ini tidak akurat untuk orang tertentu, misalnya body builder atau atlit (otot mempunyai berat lebih daripada lemak), anak, orang tua, wanita hamil, atau orang dewasa yang pendek (tinggi badan kurang dari 5 feet atau 150 cm) (Anonimb 2010). Rumus perhitungan BMI atau IMT adalah sebagai berikut : Berat Badan (Kg) IMT = Tinggi Badan2 (m2)
13
14
Tingkat kegemukan menurut WHO (1999) dapat diklasifikasikan menjadi 6 kategori, yaitu bobot badan kurang (IMT < 18,5), bobot badan normal (IMT 18,5-24,5), bobot badan berlebih (IMT 25-29,9), obesitas I (IMT 30-34,9), obesitas II (IMT 35-39,9), dan sangat obesitas (IMT > 39,9). Nilai IMT normal rata-rata untuk orang Asia adalah 20-23, sedangkan menurut WHO idealnya adalah 22-25. Cara yang kedua yaitu dengan mengukur lingkar pinggang (waist circumference). Pengukuran dilakukan dengan meletakkan pengukur pada pinggang tepat di atas tulang panggul, pengukuran dilakukan pada saat mengeluarkan nafas. Lingkar pinggang ≥ 90 cm pada pria dan ≥ 80 cm pada wanita perlu diwaspadai karena merupakan patokan terjadinya obesitas (Depkes 2008). Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh kegemukan antara lain diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan angka kematian. 2.5 Obat Pelangsing Istilah tradisional pelangsing memberikan arti bahwa bahan tersebut mempunyai kemampuan untuk menurunkan bobot badan (Darusman et al. 2001). Kegemukan dapat diatasi dengan beberapa cara konvensional, seperti banyak melakukan olahraga, mengatur pola makan, hidup teratur, atau dengan menggunakan alat bantu seperti metode pengobatan akupuntur atau pemakaian obat modern yang mengandung bahan kimia. Obat pelangsing ada berbagai macam bentuk, yaitu bentuk pil, jamu dan teh. Namun yang banyak beredar di pasaran adalah dalam bentuk jamu dan teh. Obat pelangsing dalam bentuk jamu dan teh harus dilarutkan terlebih dahulu di dalam air sehingga menjadi minuman. Bahan alam yang banyak digunakan untuk jamu pelangsing tubuh diantaranya adalah daun jati belanda, bangle, kemuning, tempuyung, kunyit, temu hitam, dan kencur (Widiyastuti 2000 dalam Hayati 2008). Bahan-bahan alam tesebut mengandung senyawa-senyawa aktif kimia seperti triterpen, katekin, sterol, karotenoid, flavonoid, tanin, dan saponin pada daun jati belanda (Anonimc 2010); alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid pada rimpang bangle (Wijayakusuma et al. 1997 dalam Hayati 2008); senyawa aktif atsiri, damar, glikosida, meransin, tanin, flavonoid, steroid dan alkaloid pada 14
15
daun kemuning (Hayati 2008); tanin, flavonoid, steroid, dan terpenoid pada ekstrak tempuyung (Wardani 2008); senyawa kurkuminoid yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin pada kunyit (Anonim 2011); Minyak atsiri, tanin, kurkumol, dan kurkumin pada temu hitam (Anonim 2011); serta alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, dan kuinon pada rimpang kencur (Fitriyani 2009). Senyawa-senyawa aktif tersebut merupakan senyawa yang dipercaya dapat mengatasi kegemukan. Darusman et al. (2001) menyatakan bahwa flavonoid dan tanin merupakan dua senyawa yang diduga berperan dalam mengatasi kegemukan. Saponin dan alkaloid menurut Shimura et al. (1992) dalam Ruiz et al. (2005) juga dipercaya sebagai senyawa yang diduga mempunyai peranan antiobesitas. Hasil penelitian Xu et al. (2005) juga mengindikasikan bahwa komponen triterpen mempunyai potensi sebagai agen penangkal obesitas. Mekanisme senyawa-senyawa aktif tersebut dalam mengatasi kegemukan atau obesitas yaitu melalui penghambatan aktivitas enzim lipase pankreas yang menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak (Rahardjo et al. 2005). Penghambatan aktivitas enzim lipase ini menyebabkan menurunan absorpsi lemak dalam tubuh, sehingga lemak yang tidak terserap akan diekskresikan lewat feses (Atkinson 1998 dalam Rahardjo et al. 2005). 2.6 Pengujian secara In Vivo Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian menggunakan hewan percobaan, yaitu hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam mempelajari dan mengembangkan berbagai bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Penggunaan hewan percobaan banyak dilakukan dalam bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, komperatif zoologi, dan ekologi dalam arti luas. Hewan yang digunakan sebagai hewan percobaan ini antara lain kelinci, marmot, hamster, mencit, dan tikus (Malole dan Pramono 1989). Pengujian antiobesitas secara in vivo dari ekstrak daun jati belanda telah dilakukan oleh Andriani (2005) dengan menggunakan kelinci sebagai hewan percobaan. Selain itu, Pramono et al. (2000) juga telah melakukan pengujian 15
16
antiobesitas secara in vivo terhadap Rattus norvegicus (tikus putih) dan menyatakan bahwa lendir daun jati belanda dapat menghambat aktivitas lipase pankreas. Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas menyebarannya, mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas. Selain itu, mencit juga dapat hidup terus menerus dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar. Mencit paling banyak digunakan di laboratorium, untuk berbagai penelitian yang sering digunakan adalah mencit albino Swiss (Swiss albino mice). Hewan ini dinilai cukup efisien dan ekonomis karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu bunting yang singkat, dan banyak memiliki anak per kelahiran. Mencit bila diperlakukan dengan halus akan mudah dikendalikan. Sebaliknya bila diperlakukan kasar maka akan agresif dan bahkan menggigit. Mencit dapat mencapai umur 2-3 tahun (Malole dan Pramono 1989). Mencit laboratorium biasanya diberi makan dalam bentuk pelet tanpa batas (ad libitum). Perlu diperhatikan bahwa mencit laboratorium tidak boleh dalam keadaan tanpa air minum (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Menurut Malole dan Pramono (1989) data biologis mencit adalah sebagai berikut : Berat badan dewasa
: 20-40 gram (jantan) 25-40 gram (betina)
Berat lahir
: 0,5-1,5 gram
Suhu tubuh
: 36,5-38 oC
Lama hidup
: 1,5-3 tahun
Konsumsi makanan
: 15 gram/100 gram/hari
Konsumsi minum
: 15 ml/100 gram/hari
16
17
3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September 2010. Penelitian bertempat di Laboratorium Diversifikasi dan Formulasi Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor; dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan utama untuk pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat adalah rumput laut coklat Sargassum sp. dan akuades. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis adalah akuabides, akuades, kjeltab jenis selenium, larutan H2SO4 p.a. pekat, asam borat (H3BO3) 2 % yang mengandung indikator bromchresol green-methyl red (1:2) berwarna merah muda, larutan HCl 0,1 N, pelarut lemak (n-heksana p.a.), larutan HCl 10 % dan larutan AgNO3 0,1 N, pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff (uji alkaloid); kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid); serbuk magnesium, amil alkohol (uji flavonoid); air panas, larutan HCl 2 N (uji saponin); etanol 70 %, larutan FeCl3 5 % (uji fenol hidrokuinon); larutan FeCl3 1 % (uji tanin). larutan heksametilenatetramina 0,5 %, aseton, larutan HCl 25 %, etil asetat, AlCl3 2 %, larutan asam asetat glasial dalam methanol 5 %, dan kuersetin murni (uji kadar flavonoid). Bahan-bahan untuk pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh adalah mencit, pakan mencit, dan air. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, baskom, tampah, saringan, gelas ukur, panci, kompor listrik, sudip, cawan porselen, timbangan digital, blender, gegep, desikator, oven, kompor listrik, tanur pengabuan, kertas saring Whatman bebas abu dan bebas lemak, kapas bebas lemak, labu lemak, tabung Soxhlet, penangas air, labu Kjeldahl, destilator, labu erlenmeyer, buret, pipet volumetrik, pipet mikro, gelas ukur, corong terpisah, 17
18
gelas piala, tabung reaksi, pipet tetes, tabung reaksi, sendok, rotari evaporator, botol, aluminium foil, dan kandang mencit. 3.3 Tahapan Penelitian Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yaitu pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering. Tahap kedua yaitu pembuatan ekstrak dari rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering tersebut. Terhadap rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dilakukan uji proksimat, sedangkan terhadap ekstraknya dilakukan uji fitokimia. Tahap selanjutnya yaitu proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diuji kadar flavonoidnya secara kuantitatif. Tahap yang terakhir yaitu pengujian efektivitasnya dalam menurunkan bobot badan yang diujikan pada mencit. Pengujian yang dilakukan yaitu bobot badan mencit, berat feses mencit dan kadar lemak dalam feses mencit. 3.3.1 Proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering Rumput laut coklat jenis Sargassum sp. yang digunakan untuk penelitian diambil dari Pantai Sukahujan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dimulai dengan proses pencucian, pengeringan, penggilingan, dan produk jadi. Rumput laut segar dicuci dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan kotoran, lumut, lumpur, dan pasir. Rumput laut kemudian dibagi menjadi dua bagian untuk dibedakan dalam proses pengeringan, yaitu satu bagian menggunakan sinar matahari dan satu bagian lagi menggunakan oven dengan suhu 60 oC. Masingmasing bagian rumput laut yang telah kering kemudian digiling menggunakan blender hingga berukuran kecil menyerupai bentuk teh. Produk yang telah jadi selanjutnya dikemas menggunakan plastik untuk mempertahankan mutunya. Selanjutnya terhadap masing-masing produk dilakukan analisis proksimat yang meliputi kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat secara by difference. Diagram alir proses pengolahan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dapat dilihat pada Gambar 2.
18
19
Rumput laut coklat (Sargassum sp.) segar
Pencucian Pengeringan
Oven 60 oC*
Matahari
Penggilingan Pengemasan
Produk rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering (* = modifikasi dari Nurdayat 2005) 3.3.2 Proses pembuatan ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering Pada proses pembuatan ekstrak ini menggunakan rumput laut yang telah kering dan telah digiling. Ekstraksi dilakukan untuk menghasilkan ekstrak kasar dari Sargassum sp. kering dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah pelarut polar yaitu akuabides. Metode ekstraksi yang dilakukan berdasarkan Lemhadri et. al. (2007) yang dimodifikasi dengan menggunakan ekstraksi tunggal. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan akuabides sebanyak 375 ml dalam gelas piala hingga suhu 100 oC. Sargassum sp. kering yang telah digiling dimasukkan ke dalam gelas piala sebanyak 25 gr sehingga diperoleh perbandingan bahan dan pelarut 1:15 (w/v). Sampel dan pelarut dipanaskan selama 20 menit dengan selalu diaduk. Setelah dingin, sampel disaring menggunakan kain blacu yang dilanjutkan dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan ampasnya.
19
20
Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol yang dilapisi aluminium foil dan disimpan dalam lemari es sampai waktu evaporasi. Evaporasi dilakukan pada suhu 54 oC sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar ini selanjutnya dimasukkan dalam botol untuk dilakukan uji fitokimia secara kualitatif dengan metode Harbone (1987). Proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 3. Rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering
Penimbangan (25 gr)*
Pemanasan selama 20 menit dalam pelarut akuabides 375 ml (m/v) suhu 100 oC*
Penyaringan
Residu
Filtrat
Evaporasi
Ekstrak kasar Gambar 3 Diagram alir proses ekstraksi rumput laut coklat (sargassum sp.) kering dengan pelarut akuabides (* = modifikasi dari Lemhadri et al. 2007) 3.3.3 Proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) Proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) mengacu pada proses pembuatan ekstrak dari rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dengan beberapa modifikasi. Proses pengolahan dimulai dengan
20
21
memasak rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dalam pelarut akuades dengan perbandingan 1:15 (w/v). Akuades di dalam panci dipanaskan hingga suhunya mencapai 100 oC, kemudian rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering dimasukkan ke dalam panci dan dimasak selama 20 menit dengan selalu diaduk. Setelah dingin, disaring menggunakan saringan dan dilanjutkan dengan menggunakan kain blacu. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan filtrat dengan ampasnya. Setelah itu, filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan spray dryer sehingga diperoleh serbuk minuman rumput laut coklat (Sargassum sp.). Serbuk yang diperoleh selanjutnya diuji kadar flavonoid totalnya. Diagram alir proses pembuatan serbuk minuman rumput laut coklat (Sargassum sp.) dapat dilihat pada Gambar 4. Rumput laut coklat (Sargassum sp.) kering
Penimbangan Pemasakan Sargassum selama 20 menit dalam pelarut akuades (1:15), suhu 100 oC* Penyaringan
Filtrat
Ampas
Pengeringan dengan spray dryer*
Serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (sargassum sp.) (* = modifikasi dari Lemhadri et al. 2007) 21
22
3.3.4 Proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh Proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh dilakukan secara in vivo pada mencit. Metode yang digunakan mengacu pada penelitian Xia et al. (2010) dan Lemhadri et al. (2007) dengan beberapa modifikasi. Hewan coba yang digunakan
pada penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan dengan umur ± 25 hari sebanyak 20 ekor. Hewan coba ini diperoleh dari Kandang Hewan Coba, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan mencit sebagai hewan coba dilakukan selama 3 minggu. Mencit-mencit tersebut dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok perlakuan A, B, C, D, dan E, masing-masing berjumlah 4 ekor. Sebelum dikelompokkan hewan coba tersebut ditimbang bobot badannya terlebih dahulu. Masa adaptasi dilakukan selama 1 minggu dan masa perlakuan selama 2 minggu. Selama masa adaptasi kelompok A diberikan pakan standar, sedangkan kelompok B, C, D, dan E diberikan pakan berlemak. Pada masa adaptasi semua kelompok diberikan minuman yang sama yaitu air putih yang bersumber dari air PDAM. Selama masa perlakuan kelompok A tetap diberikan pakan standar dan minum air putih, sedangkan kelompok B, C, D, dan E diberikan pakan berlemak dan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi di dalamnya masing-masing 0%, 1%, 2%, dan 3%. Pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat (sargassum sp.) dilakukan dengan menyeduh serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (sargassum sp.) menggunakan air mendidih sebanyak 30 ml. Pakan dan minum diberikan setiap hari secara ad libitum. Pengujian meliputi penimbangan bobot badan mencit yang dilakukan setiap 3 hari sekali, sedangkan penimbangan feses dilakukan setiap hari dan analisis kadar lemak dalam feses mencit dilakukan di akhir masa perlakuan. Diagram alir proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh dapat dilihat pada Gambar 5.
22
23
Mencit
Pengelompokan perlakuan*
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
Kelompok D
Kelompok E
Penimbangan awal
Masa adaptasi 6 hari
Kelompok A : Pakan standar*
Kelompok B : Pakan berlemak*
Kelompok C : Pakan berlemak*
Kelompok D : Pakan berlemak*
Kelompok E : Pakan berlemak*
Masa perlakuan selama 15 hari**
Kelompok A : Air putih*
Kelompok B : Minuman ekstrak rumput laut (Sargassum)* 0%
Kelompok C : Minuman ekstrak rumput laut (Sargassum)* 1%
Kelompok D : Minuman ekstrak rumput laut (Sargassum)* 2%
Kelompok E : Minuman ekstrak rumput laut (Sargassum)* 3%
Pengujian : penimbangan bobot badan, penimbangan berat feses dan kadar lemak feses
Gambar 5 Diagram alir proses pengujian efektivitas serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing tubuh (* = modifikasi dari Xia et al. 2010 dan ** = modifikasi dari Lemhadri et al. 2007)
23
24
3.4 Prosedur Analisis Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis fisik, analisis kimia, uji fitokimia secara kualitatif, serta penentuan kadar flavonoid. 3.4.1 Analisis fisik (1) Rendemen Rendemen rumput laut (Sargassum) dihitung berdasarkan berat setelah pengeringan terhadap berat basah bahan baku. Berat rumput laut (Sargassum) akhir (g) Rendemen (%) =
Berat rumput laut (Sargassum) awal (g)
X 100 %
(2) Penentuan bobot badan mencit dan berat feses mencit Bobot badan mencit dan berat feses mencit ditimbang menggunakan timbangan digital. Wadah yang akan digunakan untuk menimbang ditera terlebih dahulu di atas timbangan. Kemudian badan mencit atau feses mencit dimasukkan ke dalam wadah di atas timbangan, sehingga akan terlihat angka di dalam timbangan yang menunjukkan bobot badan mencit atau berat feses mencit. 3.4.2 Analisis kimia (1) Analisis kadar air (AOAC 2005) Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC selama 5 jam atau hingga beratnya konstan. Setelah selesai, cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali. Persentase kadar air (berat basah) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : % Kadar air =
A–B X 100% A
24
25
Keterangan : A = Berat sampel sebelum dikeringkan B = Berat sampel setelah dikeringkan (2) Analisis kadar abu (AOAC 2005) Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama 7 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus berikut : % Kadar abu =
Berat abu X 100% Berat sampel
(3) Analisis kadar lemak (AOAC 2005) Sampel seberat 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya dan disambungkan dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana). Kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus : % Kadar lemak =
W1
W2 X 100% W1
25
26
Keterangan : W1 W2
= Berat sampel (gram) = Berat lemak terekstrak (gram)
(4) Analisis kadar protein (AOAC 1980 dengan modifikasi pada rumus) Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 gram selenium dan 3 ml H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40 %, kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat (H3BO3) 2 % dan 2 tetes indikator bromchresol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (ml HCl – blanko) x N HCl x 14 X 100%
% Nitrogen = mg sampel x faktor konversi alat* *) Faktor konversi alat = 2,5 % Kadar Protein = % N x Faktor konversi* *) Faktor konversi
= 6,25
(5) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2005) Analisis karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100 % dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya.
26
27
Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Analisis karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan rumus : % Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein) (6) Analisis kadar lemak feses mencit (Laconi et al. 2010) Labu penyari disiapkan terlebih dahulu dengan batu didih di dalamnya yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105-110 oC dan didinginkan di dalam eksikator. Labu penyari ditimbang sebagai berat awal (a), selanjutnya sampel ditimbang sebanyak ± 1 gram (x). Kemudian dimasukkan ke dalam selongsong penyari dan ditutup dengan menggunakan kapas tidak berlemak. Selongsong penyari selanjutnya dimasukkan ke dalam alat soxlet, kemudian disari menggunakan petroleum benzin. Selanjutnya ekstraktor dihubungkan dengan kondensor. Proses ini dilakukan menggunakan alat FATEX-S. Labu penyari diangkat dari alat FATEX-S, kemudian dikeringkan dalam oven 105-110 oC sampai bobotnya tetap (± 4-6 jam). Selanjutnya angkat dan didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sebagai bobot akhir (b). b
a X 100%
% Kadar lemak = x Keterangan : a = Berat labu penyari (gram)
b = Berat labu penyari dengan sampel (gram) x = Berat sampel (gram) 3.4.3 Uji fitokimia Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponenkomponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang berpotensi sebagai komponen peluruh lemak. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin, dengan metode uji berdasarkan Harborne (1987).
27
28
a. Alkaloid Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff. Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 gram HgCl2 dengan 0,5 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 ml dengan labu takar. Pereaksi ini tidak berwarna. Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat. Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut subnitrat ditambahkan dengan 10 ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air. Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume campuran 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air. Pereaksi ini berwarna jingga. b. Steroid/ triterpenoid Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi yang kering. Lalu, ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif. c. Flavonoid Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol (campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 % dengan volume yang sama) dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid. d. Saponin (uji busa) Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
28
29
e. Fenol hidrokuinon (pereaksi FeCl3) Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70 %. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5 %. Warna hijau atau hijau biru yang terbentuk menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan. f. Tanin Sejumlah sampel ditambahkan 10 ml FeCl3 1 %. Uji positif ditandai munculnya warna hijau, biru, atau keunguan. 3.4.4 Penentuan kadar flavonoid total (Codex 1986 dalam Nobre et al. 2005) Serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ditimbang sebanyak 300 mg lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Sistem hidrolisis ditambahkan ke dalamnya, yaitu 1 ml larutan heksametilenatetramina 0,5 % (b/v), 20 ml aseton, dan 2 ml larutan HCl 25 %. Hidrolisis ekstrak dilakukan dengan pemanasan menggunakan refluks selama 30 menit. Filtrat hasil hidrolisis disaring menggunakan kapas ke dalam labu takar 100 ml, sedangkan residunya ditambah 20 ml aseton dan direfluks kembali selama 30 menit. Filtrat digabungkan, sedangkan residunya ditambahkan 20 ml aseton dan dihidrolisis kembali. Filtrat digabungkan kembali, dan larutan ditera dengan aseton. Sebanyak 20 ml filtrat hasil hidrolisis dan 20 ml akuades dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian diekstraksi dengan etil asetat (ekstrak yang pertama dengan 15 ml etil asetat, ekstraksi kedua dan ketiga dengan 10 ml etil asetat). Fraksi etil asetat dikumpulkan dalam labu takar 50 ml, kemudian larutan ditera dengan etil asetat. Selanjutnya, larutan diambil 10 ml ke dalam labu takar 25 ml, direaksikan dengan 1 ml AlCl3 2 % (b/v), dan ditera dengan larutan asam asetat glasial dalam methanol 5 % (v/v). Pengukuran larutan dilakukan pada panjang gelombang 370,8 nm. Standar dibuat dengan kuersetin murni ditimbang sebanyak 0,0025 gr, kemudian dilarutkan dengan asam asetat glasial dalam metanol 5 % (v/v) dalam labu takar 25 ml. Selanjutnya dibuat deret standarnya dengan konsentrasi 0,5; 5; 10; 15; dan 25 ppm.
29
30
3.4.5 Rancangan percobaan dan analisis data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan lima perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu konsentrasi serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang digunakan dalam pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.). Model rancangan yang digunakan adalah : Yij = μ + Ai + εij Keterangan : Yij
= hasil pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ
= nilai rata-rata
Ai
= pengaruh perlakuan ke-i
εij
= galat pada perlakuan ke i dan ulangan ke-j Data peubah yang diamati diolah secara statistik dengan analisis ragam
(ANOVA). Jika dari hasil analisis ragam berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1989). Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah : H0 = Perbedaan konsentrasi serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dalam pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan mencit, perubahan konsumsi pakan dan minum, berat feses mencit, dan kadar lemak dalam feses mencit. H1 = Perbedaan konsentrasi serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dalam pembuatan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan mencit, perubahan konsumsi pakan dan minum, berat feses mencit, dan kadar lemak dalam feses mencit.
30
31
4
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat bagian bahan
yang dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. Nilai rendemen ini berguna untuk mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Apabila nilai rendemen suatu produk atau bahan semakin tinggi, maka nilai ekonomisnya juga semakin tinggi sehingga pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif. Rendemen Sargassum sp. diperoleh dari proses pengeringan rumput laut segar yang dilanjutkan dengan penggilingan menggunakan blender. Pengeringan Sargassum sp. dilakukan dengan sinar matahari dan oven pada suhu 60 oC. Proses pengeringan bertujuan untuk menghilangkan sebagian kadar air bahan dan untuk mengawetkan, sedangkan proses penggilingan bertujuan untuk mempermudah pengekstrakan rumput laut. Pemilihan akuades sebagai pelarut selain karena aman, akuades juga merupakan air hasil destilasi, dimana air adalah pelarut yang biasa digunakan masyarakat untuk mengambil ekstrak dari obat-obatan tradisional (jamu) (Fitriyani 2009). Senyawa flavonoid yang bersifat polar diharapkan dapat terekstrak semua dengan pelarut yang bersifat polar juga yaitu salah satunya adalah akuades. Data rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) Produk Sargassum basah Sargassum kering Sargassum hancur Hasil ekstraksi Serbuk ekstrak
Pengeringan Matahari Oven 60 oC 2000 2000 247,19 ± 0,74 246,34 ± 0,78 245,71 ± 0,19 243,56 ± 0,27 3385,58 ± 2,86 3353,40 ± 4,03 56,43 ± 0,05 55,89 ± 0,07
Unit gram gram gram ml gram
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 2 kg Sargassum sp. basah dapat menghasilkan Sargassum sp. kering sebanyak 247,19 gram hasil pengeringan matahari dan 246,34 gram hasil pengeringan oven 60 oC. Selanjutnya Sargassum sp. kering digiling sehingga diperoleh Sargassum sp. hancur sebanyak 31
32
2 245,71 gram m hasil pengeeringan mataahari dan 2443,56 gram hasil h pengeriingan oven 6 oC. Dataa persentasee rendemen rumput lauut coklat (SSargassum sp.) 60 s selama p pengolahan menjadi benntuk kering ddan hancur dapat d dilihat pada Gambaar 6.
14
12 2,36 12,29
12,3 32 12,18
Nilai persentase rendemen (%)
12 10 8
Hasil Keringg
6
Hasil Hancu ur
4 2 0 Ove en 60 oC
Matahari
Gambar 6 G Grafik persenntase rendem men rumput laut coklat ( (Sargassum sp.) kering dan d hancur Berddasarkan hassil pada Gam mbar 6 menuunjukkan baahwa rendem men kering S Sargassum s dari pengeringan maatahari sebesar 12,36 % dan dari pengeringan sp. o oven suhu 60 6 oC sebesaar 12,32 %. Hasil ini diperoleh d darri perbandin ngan antara b berat Sargassum sp. keering dengaan berat Sarrgassum sp. segar masiing-masing 2 2000 gr. Prroses pengeeringan denggan mataharri membutuuhkan waktu u 3-4 hari, s sedangkan pengeringan p dengan oveen suhu 60 oC membutuuhkan waktuu ± 15 jam. P Pengeringan n rumput lauut dengan sinar matahaari merupakaan proses peengeringan y yang biasa dilakukan d olleh masyaraakat di pingggir pantai, sedangkan peengeringan d dengan ovenn suhu 60 oC berdasarkann penelitian da Costa et al. (2001). Renddahnya rendeemen rumpuut laut coklatt Sargassum sp. dari basah menjadi b bentuk kerin ng disebabkaan berkuranggnya kandun ngan air yangg terdapat daalam bahan a akibat prosees pengeringgan. Pengeriingan adalahh suatu caraa untuk menngeluarkan a atau menghhilangkan sebagian bbesar air dari d suatu bahan denngan cara m menggunaka an energi paanas (Muchtaadi 1989). Pengeringan P dengan sinaar matahari i memiliki beberapa keuntungan ini k yaitu tidakk diperlukan peralatan khusus k dan m mahal, sertaa dapat dikerrjakan oleh ssiapa saja. Selain S itu, prroses pengerringan juga m memiliki keelemahan yaaitu tergantunng pada cuaaca sehinggaa pengeringaan berjalan
32
33
lambat jika hujan turun terus-menerus (Moeljanto 1992). Pengeringan menggunakan oven juga memiliki keuntungan dan kelemahan. Pengeringan oven tentunya tidak tergantung oleh cuaca, namun membutuhkan peralatan khusus dan biaya untuk operasionalnya. Sargassum sp. hancur hasil penggilingan menghasilkan rendemen sebesar 12,29 % untuk pengeringan matahari dan sebesar 12,18 % untuk pengeringan dengan oven 60 oC. Persentase Sargassum sp. yang telah digiling mengalami penurunan dari jumlah persentase Sargassum sp. kering. Hal ini diduga ada sebagian rumput laut yang menempel pada alat penggiling sehingga persentase Sargassum sp. yang telah digiling mengalami penurunan. Sargassum sp. yang telah hancur selanjutnya diekstraksi sehingga diperoleh hasil ekstraknya sebanyak 3385,58 ml hasil pengeringan matahari dan 3353,40 ml hasil pengeringan oven 60
o
C. Hasil ekstrak yang diperoleh
selanjutnya dilakukan pengeringan dengan spray dryer sehingga diperoleh hasil serbuknya sebanyak 56,43 gram hasil pengeringan matahari dan 55,89 gram hasil pengeringan oven 60 oC. 4.2
Komposisi Kimia Sargassum sp. Komposisi kimia rumput laut sangat dipengaruhi oleh jenis spesies,
habitat, tingkat kematangan, dan kondisi lingkungan sekitarnya (Ito dan Hori 1989 dalam Ratana-arporn dan Chirapart 2006). Komposisi rumput laut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas, cahaya, dan nutrisi (Manivannan et al. 2009). Komposisi kimia rumput laut coklat jenis Sargassum sp. dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi kimia Sargassum sp. hasil penelitian Komposisi kimia
Sargassum sp. kering Matahari
Oven 60 oC
Air (%)
14,90 ± 0,57
14,85 ± 0,16
Abu (%)
18,01 ± 0,02
18,40 ± 0,84
Lemak (%)
0,26 ± 0,01
0,26 ± 0,02
Protein (%)
6,60 ± 0,23
6,48 ± 0,44
60,24 ± 0,33
60,02 ± 0,54
Karbohidrat (%)
33
34
4.2.1 Kadar air Presentase kandungan air yang terdapat pada bahan pangan disebut kadar air. Kadar air mempunyai peranan penting dalam menentukan daya awet bahan pangan karena dapat mempengaruhi sifat fisik, perubahan fisik, dan perubahan enzimatis (Buckle dan Grosch 1987). Kadar air Sargassum sp. kering yang dihasilkan yaitu sebesar 14,90 % untuk pengeringan matahari dan 14,85 % untuk pengeringan oven 60 oC. Nilai kadar air hasil penelitian lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana kadar air Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 11,71 %. Perbedaan nilai kadar air ini dapat disebabkan oleh perbedaan waktu dan proses pengeringan yang dilakukan. Semakin lama waktu pengeringan yang dilakukan, kadar air yang terdapat pada suatu bahan pangan akan semakin rendah (Winarno 2008). 4.2.2 Kadar abu Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan (Winarno 1996). Kadar abu Sargassum sp. yang dihasilkan yaitu sebesar 18,01 % untuk pengeringan matahari dan 18,40 % untuk pengeringan oven 60 oC. Nilai kadar abu hasil penelitian lebih rendah dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana kadar abu Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 34,57 %. Tinggi rendahnya kadar abu dapat dihubungkan dengan jumlah unsur mineral (Ratana-arporn dan Chirapart 2006), sedangkan kandungan mineral rumput laut dapat dipengaruhi oleh proses pengolahan yang diberikan (Nisizawa et al. 1987; Yoshie et al. 1994 dalam Ruperez 2002). Kadar masing-masing komponen mineral ditentukan oleh spesies, kondisi geografis, frekuensi gelombang dan faktor fisiologis, serta jenis metode yang digunakan dalam proses mineralisasi (Honya et al.1993; Fleurence dan Le Coeur 1993; Mabeau dan Fleurence 1993; Nisizawa et al. 1987; Yamamoto et al. 1979; Yoshie et al. 1994 dalam Ruperez 2002). 4.2.3 Kadar lemak Secara umum kadar lemak pada rumput laut tergolong rendah (Wong dan Cheung 2000). Lemak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air, berasal dari
34
35
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagian besar merupakan trigliserida, ester dari gliserol, dan berbagai asam lemak (Buckle dan Grosch 1987). Kadar lemak yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu sebesar 0,26 % untuk pengeringan matahari dan 0,26 % untuk pengeringan oven 60 oC. Nilai kadar lemak hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana kadar lemak Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 0,76 %. Kadar lemak yang rendah dapat disebabkan oleh kandungan air dalam rumput laut yang tinggi, sehingga persentase kadar lemak akan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa kadar air umumnya berhubungan atau berbanding terbalik dengan kadar lemak (Yunizal et al. 1998). Maka dapat dikatakan bahwa semakin rendah kadar lemak suatu bahan, maka kadar air yang terkandung dalam bahan jumlahnya cukup tinggi. 4.2.4 Kadar protein Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh yang berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, serta berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein juga berfungsi sebagai enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki lemak atau karbohidrat (Winarno 2008). Kadar protein yang dihasilkan yaitu sebesar 6,60 % untuk pengeringan matahari dan 6,48 % untuk pengeringan oven 60 oC. Nilai kadar protein hasil penelitian lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana kadar protein Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 5,53 %. Kandungan protein yang berbeda dalam rumput laut disebabkan oleh perbedaan spesies, musim, dan kondisi geografis. Selain itu, kadar protein rumput laut juga dipengaruhi oleh kandungan asam amino didalamnya (Ratana-arporn dan Chirapart 2006). 4.2.5 Kadar karbohidrat Karbohidrat memegang peranan penting karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier 2006). Karbohidrat mempunyai peranan
35
36
penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti rasa, warna, dan tekstur. Karbohidrat juga berguna untuk mencegah timbulnya pemecahan protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan membantu metabolisme lemak dan protein. Hasil perhitungan karbohidrat dengan metode by difference merupakan metode penentuan kadar karbohidrat termasuk serat kasar dalam bahan pangan secara kasar (Winarno 2008). Hasil perhitungan kadar karbohidrat secara by difference menunjukkan hasil sebesar 60,24 % untuk pengeringan matahari dan 60,02 % untuk pengeringan oven 60 oC. Nilai kadar karbohidrat hasil penelitian lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan oleh Yunizal (2004), dimana kadar karbohidrat Sargassum sp. dari Kepulauan Seribu adalah sebesar 19,06 %. Hal ini disebabkan pada penelitian Yunizal (2004) serat kasar dianalisis secara tersendiri yaitu sebesar 28,39 %, sehingga menyebabkan nilai kadar karbohidrat secara by difference lebih rendah dari pada hasil penelitian. Apabila pada hasil penelitian Yunizal (2004), nilai kadar serat kasar dijumlahkan dengan kadar karbohidrat menghasilkan nilai kadar karbohidrat sebesar 47,45 %. Nilai ini masih lebih rendah dari hasil penelitian. Menurut Munda dan Kremer (1977); Perfeto (1998) dalam MarinhoSoriano et al. (2006), kadar karbohidrat rumput laut dapat dipengaruhi temperatur, salinitas, dan intensitas cahaya matahari. Selain itu, kadar karbohidrat rumput laut juga berhubungan dengan pertumbuhan rumput laut itu sendiri. Tinggi rendahnya kadar karbohidrat secara by difference dipengaruhi juga oleh tinggi rendahnya nilai komposisi kimia lainnya. Apabila komposisi kimia lainnya memiliki nilai yang rendah maka akan menghasilkan nilai kadar karbohidrat secara by difference yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Winarno (1996) menyatakan bahwa komposisi utama dalam rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah karbohidrat. Akan tetapi kandungan karbohidrat ini sebagian besar dalam bentuk gumy, sehingga hanya sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat tersebut yang dapat diserap oleh pencernaan
manusia.
Karbohidrat
merupakan komponen penting
dalam
metabolisme dan sumber energi yang dibutuhkan untuk respirasi dan proses metabolisme tubuh lainnya (Shanmugam dan Chendur 2008).
36
37
4.3
Senyawa Fitokimia Analisis fitokimia merupakan analisis yang diterapkan untuk mengetahui
golongan senyawa yang terkandung dalam suatu bahan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi manusia (Astawan dan Kasih 2008). Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri senyawa yang terdapat dalam suatu bahan yang mempunyai efek racun atau bermanfaat. Komponen bioaktif hasil uji fitokimia berpotensi mencegah berbagai penyakit seperti penyakit degeneratif dan kardiovaskuler (Harbone 1987). Pengujian fitokimia secara kualitatif ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC yang berperan sebagai senyawa penghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Pengujian fitokimia dilakukan terhadap ekstrak Sargassum sp. dengan menggunakan pelarut akuabides. Pelarut akuabides dipilih karena memiliki keunggulan yaitu terbebas dari kontaminasi dan garam organik sehingga dapat memperkecil peluang ekstrak kasar terkontaminasi bahan lain (Suwandi 1993). Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak Sargassum sp. dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan matahari maupun oven 60
o
C mengandung senyawa alkaloid,
steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil uji alkaloid lebih terlihat pada ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan oven 60 oC, sedangkan uji lainnya seperti uji steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin lebih terlihat pada ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan matahari walaupun untuk uji steroid/terpenoid, fenol hidrokuinon, dan tanin lebih terlihat pada saat dilakukan pengocokan. Senyawa alkaloid bersifat basa. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen (Lenny 2006), sedangkan komponen fenolik, seperti flavonoid, dapat secara selektif mengabsorbsi sinar UV pada sel epidermis (Stapleton dan Walbot 1994; Martz et al. 2007 dalam Lambers 2008).
37
38
Tabel 4 Hasil uji fitokimia (kualitatif) terhadap ekstrak Sargassum sp. Uji
Ekstrak Sargassum sp. Kering Kering matahari oven 60 oC
Alkaloid : Dragendroff Meyer Wagner
+ + +
++ ++ +
Steroid/Terpenoid*
++
+
Flavonoid
++
+
Saponin
++
+
Fenol Hidrokuinon*
++
+
Standar warna Endapan coklat Endapan putih kekuningan Endapan merah sampai jingga Perubahan merah menjadi biru/hijau Lapisan amil alkohol berwarna merah/kuning/jingga Terbentuk busa
Warna hijau atau hijau biru Warna hijau, biru, atau Tanin* ++ + ungu Keterangan : * = Warna terlihat pada saat pengocokan + = Warna kurang jelas/endapan lebih sedikit ++ = Warna lebih jelas/endapan lebih banyak Metabolit sekunder dari tanaman dapat dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan (Treutter 2010). Selain itu, proses pengolahan juga dapat mempengaruhi hasil dari uji fitokimia (Onyeka dan Nwambekwe 2007). Menurut Salminen et al. (2005), alkaloid dapat dipengaruhi oleh temperatur, sedangkan Jansen et al. (2009) dalam penelitiannya menegaskan bahwa semakin tinggi temperatur semakin tinggi pula kandungan alkaloid dalam biji kultivar Lupinus angustifolius. Pada penelitian yang lainnya, kandungan alkaloid meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Produksi terpenoid dari suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik tersebut diantaranya yaitu radiasi dan temperatur (Tingey et al. 1980; Sharkey and Loreto 1993; Staudt andSeufert 1995; Loreto et al. 1996b; Seufert 1997; Staudt and Bertin 1998 dalam
Pen˜uelas dan Llusia` 1999). Senyawa fenol, seperti flavonoid, dapat dipengaruhi oleh temperatur dan radiasi (Schmidt et al. 2009). Salah satu hasil penelitian Schmidt et al. (2009) menyebutkan bahwa peningkatan konsentrasi flavonoid seiring dengan penurunan suhu dan intensitas radiasi. Kandungan saponin dalam tanaman dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, perubahan 38
39
musim seperti pencahayaan, temperatur, kelembaban dan kesuburan tanah, serta teknik pengolahan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi komponen saponin baik secara kuantitas dan secara kualitatif (Szakiel et al. 2010). Alkaloid merupakan grup terbesar dari senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam produk alami dan sering kali memiliki sifat racun sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harbone 1987). Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang positif terhadap adanya senyawa alkaloid pada kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC. Hal ini sesuai dengan penelitian Rachmat (1999b) yang menyatakan bahwa Sargassum juga mengandung senyawa aktif, diantaranya steroida, alkaloida, dan fenol. Alkaloid merupakan salah satu senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Alkaloid bersama dengan flavonoid dan saponin dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase yang menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005). Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari enam unit isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. Triterpena dikenal karena rasanya, terutama rasa pahit. Triterpena dalam tumbuhan berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba (Harborne 1987). Sedangkan steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat (Harborne 1987). Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang positif terhadap adanya senyawa steroid/terpenoid pada kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC. Namun hasil ini baru terlihat saat dilakukan pengocokan pada hasil pengujian. Hal ini sesuai dengan laporan Winoto (1993) dalam Kusumaningrum et al. (2007) bahwa Sargassum mengandung senyawa bioaktif seperti triterpenoid, steroid dan fenolat. Komponen triterpen berdasarkan hasil penelitian Xu et al. (2005) diindikasikan mempunyai potensi sebagai agen penangkal obesitas. Flavonoid merupakan golongan senyawa fenolik alami terbesar. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Senyawa ini dapat diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol sehingga warnanya
39
40
berubah bila ditambah basa atau amoniak (Harborne 1987). Kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC menunjukkan hasil yang positif terhadap adanya senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan cara menurunkan laju oksidasi lemak. Flavonoid merupakan salah satu antioksidan alami. Beberapa penelitian menunjukan bahwa flavonoid dapat menurunkan hiperlipidemia pada manusia (Astawan dan Kasih 2008). Selain itu, senyawa flavonoid juga mempunyai banyak aktivitas sebagai enzim dan memproduksi sistem sel, antitumor, serta antiinflamatori (Di Carlo et al. 1999 dalam Ruiz et al. 2005). Senyawa flavonoid juga berperan sebagai sumber inhibitor lipase yang mampu menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005). Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya adanya saponin. Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil yang positif terhadap senyawa saponin pada kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC. Saponin dapat berfungsi sebagai antimikroba, antiinflamatori serta mempunyai toksisitas yang rendah (Milgate & Roberts, 1995; Sirtori, 2001; Singh et al.2003 dalam Ruiz et al. 2005). Han et al. (2001) menyatakan bahwa saponin dari teh diduga mempunyai peranan antiobesitas melalui mekanisme menghambat aktivitas lipase pankreas pada tikus yang mengalami obesitas. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya senyawa ini seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harbone 1987). Kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC menunjukkan hasil yang positif terhadap adanya senyawa fenol hidrokuinon. Namun hasil tersebut baru terlihat saat dilakukan pengocokan pada hasil pengujian. Mengkonsumsi senyawa fenol dipercaya dapat mengurangi resiko beberapa penyakit kronis karena bersifat inflamatori, antioksidan, detoksifikasi karsinogenik, dan anti kolesterol (Chen dan Blumberg 2007).
40
41
Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat larut dalam air, gliserol, methanol, hidroalkoholik, propilena glikol, tetapi tidak larut dalam benzene, kloroform, eter, petroleum eter dan karbon disulfida (Jayalaksmi dan Mathew 1982 dalam Hilyatuzzahroh 2006). Kedua ekstrak Sargassum sp. dari hasil pengeringan matahari maupun oven 60 oC menunjukkan hasil yang positif terhadap adanya senyawa tanin. Namun hasil ini baru terlihat saat dilakukan pengocokan pada hasil pengujian. Menurut Trono dan Ganzon (1988) dalam Kadi (2005), Sargassum yang mudah diperoleh di Indonesia mengandung banyak komponen kimia, salah satunya adalah tanin. Tanin umumnya berasal dari senyawa-senyawa fenol alam yang memiliki kemampuan untuk mengendapkan protein (Harborne 1987). Komponen tanin merupakan komponen yang memberikan rasa pahit pada bahan pangan. Tanin bermanfaat untuk mencegah oksidasi kolesterol LDL di dalam darah sehingga mengurangi resiko penyakit stroke. Konsumsi makanan yang mengandung tanin sebaiknya tidak berlebihan karena tanin memiliki kemampuan untuk berikatan dengan protein dan zat besi (Astawan dan Kasih 2008). Senyawa tanin dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan (Hayati 2008). 4.4
Kandungan Flavonoid dalam Serbuk Minuman Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenolik di samping
fenol sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air (Harbone 1987). Sebanyak 2 % dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tanaman diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berhubungan erat dengannya (Markham 1988). Penentuan kadar flavonoid total dalam serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ini bertujuan untuk mengetahui jumlah flavonoid dalam produk, serta dijadikan dasar untuk memilih salah satu produk hasil pengeringan yang berbeda untuk diaplikasikan dan diujikan pada hewan coba. Dimana senyawa flavonoid diketahui sebagai salah satu senyawa yang dapat menurunkan berat badan dan mengurangi bahaya obesitas. Diketahui beberapa flavonoid seperti quersetin dan hesperidin diketahui sebagai inhibitor lipase (Ruiz
41
42
et al. 2005). Metode pengukuran kadar flavonoid total yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV (Codex 1986 dalam Nobre et al. 2005). Kadar flavonoid total yang terdapat dalam produk ditentukan dari persamaan garis yang diperoleh dari pengukuran kurva standar yaitu menggunakan standar kuersetin murni yang diukur pada panjang gelombang 370,8 nm (Lampiran 3). Data hasil pengukuran kadar flavonoid total dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil pengukuran kadar flavonoid total dalam serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) Perlakuan Matahari Oven 60 oC
Kadar flavonoid (mg/gr) 2,118 ± 0,07 1,991 ± 0,03
Kadar flavonoid (%) 0,212 0,199
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai kadar flavonoid total pada produk dengan pengeringan matahari lebih besar yaitu sebesar 2,118 mg/gr daripada produk yang mengalami pengeringan dengan oven suhu 60 oC yaitu sebesar 1,991 mg/gr. Kadar flavonoid total yang berbeda diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pematangan, pemrosesan, penyimpanan, dan memasakan (Cseke et al. 2006). Menurut Fitriyani (2009), faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi nilai kadar flavonoid total yaitu seperti temperatur, sinar UV, nutrisi, ketersediaan air, dan kadar CO2 di atmosfer. Kadar flavonoid total tertinggi berdasarkan hasil pengukuran dijadikan dasar sebagai produk yang terpilih untuk diaplikasikan sebagai minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang diujikan secara in vivo. Selain itu, pemilihan produk juga memperhatikan hasil uji fitokimia secara kualitatif dan hasil analisis proksimat. 4.5
Aplikasi Minuman Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) pada Mencit Pengujian terhadap suatu bahan atau produk dapat dilakukan dengan
model pengujian secara in vitro maupun secara in vivo. Pengujian secara in vitro merupakan pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup, sedangkan
42
43
pengujian secara in vivo merupakan pengujian dalam tubuh makhluk hidup, seperti pada mencit, tikus, kelinci, dan kera. Efektivitas minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai minuman pelangsing diuji secara in vivo yang diaplikasikan terlebih dahulu pada mencit. Hewan coba mencit dipilih karena mencit merupakan hewan coba yang banyak digunakan dalam suatu percobaan atau penelitian, terutama dalam penelitian tentang kegemukan. Selain itu mencit mudah berkembangbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, serta dapat hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya (mulai dari iklim dingin, sedang, maupun panas) (Malole dan Pramono 1989). Selain itu, pemeliharaan dan makanan mencit lebih murah daripada tikus sehingga dapat lebih menguntungkan (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Sebelum memasuki masa perlakuan, mencit terlebih dahulu diadaptasikan dengan tujuan untuk mengkondisikan mencit dengan tempat tinggalnya yang baru. Selain itu masa adaptasi juga bertujuan untuk menaikkan bobot badan mencit sehingga menjadi gemuk yang selanjutnya akan diberi perlakuan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.). 4.5.1 Bobot badan mencit Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit berumur ± 25 hari dengan bobot rata-rata berkisar antara 19–20 gr/ekor. Penimbangan bobot badan mencit dilakukan setiap tiga hari sekali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan mencit selama penelitian. Berdasarkan ratarata bobot badan mencit yang ditimbang setiap tiga hari sekali menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan mencit kelompok C, D, dan E semakin mendekati rata-rata bobot badan mencit kelompok A sebagai kontrol positif. Grafik rata-rata bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa rata-rata bobot badan kelompok yang diberikan perlakuan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yaitu kelompok C, D, dan E mendekati rata-rata bobot badan kelompok kontrol positif yaitu kelompok A selama 15 hari masa perlakuan. Nilai rata-rata bobot badan mencit kelompok C, D, dan E pada hari ke-15 secara berturut-turut yaitu 31,66 gram, 31,39 gram, dan 31,02 gram. Nilai ini hampir
43
44
mendekati nilai rata-rata bobot badan kelompok kontrol positif yaitu kelompok A sebesar 30,96 gram dan berbeda jauh dengan nilai rata-rata bobot badan kelompok B sebagai kelompok kontrol negatif sebesar yaitu sebesar 35,36 gram.
Adaptasi
Perlakuan
Gambar 7 Grafik rata-rata bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa perlakuan A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %); C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)
Kelompok perlakuan yaitu kelompok B, C, D, dan E merupakan kelompok yang diberikan pakan berlemak. Peningkatan bobot badan pada keempat kelompok ini terjadi pada masa adaptasi. Hal ini dipengaruhi oleh pakan berlemak yang diberikan. Konsumsi pakan berlemak mampu meningkatkan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan pakan standar selama masa perlakuan. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh merupakan salah satu indikator kegemukan. Soetjiningsih (1988) dalam Rahardjo et al. (2005) menyatakan bahwa asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab kenaikan berat badan. 44
45
Peranan lemak di dalam tubuh adalah menghasilkan energi yang diperlukan tubuh. Lemak juga berperan membentuk struktur tubuh, penghasil asam lemak esensial dan pembawa vitamin yang larut dalam lemak. Lemak pada tubuh makhluk hidup disimpan sebesar 45 % di sekililing organ dan rongga perut. Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid, dan sterol yang masing-masing komposisinya mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia (Almatsier 2006). Menurut Muchtadi (1989), orang yang mengkonsumsi lemak melebihi kebutuhan dan kurang menggerakkan tubuh akan menjadikan lemak sebagai cadangan yang ditimbun di dalam tubuh sehingga menyebabkan kegemukan. Cadangan lemak di dalam tubuh ditimbun pada tempat-tempat tertentu seperti di pinggang, panggul, sekeliling jantung, di bawah kulit dan sebagainya. Bobot badan kelompok B terus mengalami peningkatan selama masa adaptasi maupun masa perlakuan. Hal ini karena kelompok B merupakan kelompok yang diberi pakan berlemak dengan minum air putih atau pemberian serbuk ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi 0 %. Kelompok C, D, dan E merupakan kelompok yang diberi pakan berlemak dan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi masingmasing 1 %, 2 %, dan 3 %. Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ternyata mampu menurunkan bobot badan mencit secara rata-rata hingga nilainya hampir mendekati rata-rata bobot badan mencit normal. Hal ini diduga karena pengaruh senyawa aktif yang terdapat di dalam minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) yaitu flavonoid dan senyawa aktif lainnya yang berperan dalam menghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Enzim lipase pankreas merupakan enzim yang menghidrolisis lemak menjadi monogliserida dan asam lemak. Apabila aktivitas enzim lipase pankreas meningkat maka penyerapan monogliserida dan asam lemak juga akan meningkat (Rahardjo et al. 2005). Monogliserida ini selanjutnya akan diserap oleh usus halus dan kemudian akan disimpan sebagai cadangan lemak dalam jaringan adiposa. Hal ini memacu penumpukan lemak dalam jaringan dan dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas.
45
46
Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ternyata memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan mencit. Pertambahan bobot badan mencit kelompok C, D, dan E (kelompok perlakuan) jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok A (kontrol positif) dan kelompok B (kontrol negatif) selama masa perlakuan. Grafik pertambahan rata-rata bobot badan mencit selama masa perlakuan disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Grafik pertambahan rata-rata bobot badan mencit selama masa perlakuan Keterangan :
= Pertambahan bobot badan tinggi = Pertambahan bobot badan sedang = Pertambahan bobot badan rendah
A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %); C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)
Grafik pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa pertambahan rata-rata bobot badan mencit selama masa perlakuan dari masing-masing kelompok perlakuan. Kelompok A merupakan kelompok yang mengalami pertambahan bobot badan paling tinggi, sedangkan kelompok B mengalami pertambahan bobot
46
47
badan sedang. Hal ini disebabkan kelompok B telah mengalami pertambahan bobot badan selama masa adaptasi yang disebabkan oleh pemberian pakan berlemak. Kelompok C, D, dan E sebagai kelompok perlakuan mengalami pertambahan bobot badan yang rendah walaupun tetap diberikan pakan berlemak. Hal ini disebabkan oleh pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.). Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ternyata
mampu
menekan
pertambahan
rata-rata
bobot
badan
mencit.
Pertambahan rata-rata bobot badan mencit tersebut dihitung berdasarkan selisih rata-rata bobot badan mencit pertiga hari sekali. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 6), dapat diketahui bahwa pertambahan rata-rata bobot badan mencit dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Adanya senyawa-senyawa metabolit sekunder dalam minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) diduga mempengaruhi pertambahan bobot badan mencit. Senyawa aktif flavonoid dan juga senyawa aktif lainnya dalam serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) seperti saponin, alkaloid, dan tanin diduga berperan dalam menghambat aktivitas enzim lipase pankreas yang menghidrolisis lemak penyebab kegemukan. Darusman et al. (2001) menyatakan bahwa dua kelompok senyawa yang diduga berperan dalam mengatasi kegemukan adalah flavonoid dan tanin. Flavonoid, saponin, dan alkaloid dipercaya sebagai sumber inhibitor lipase apabila konsentrasinya tinggi dalam ekstrak tanaman sehingga mampu menghambat aktivitas lipase pankreas (Shimura et al. 1992 dalam Ruiz et al. 2005). Polifenol dan flavonoid dalam jumlah yang tinggi secara signifikan juga mampu mereduksi bahaya obesitas dan hiperlipidemia (Woo et al. 2008 dalam Xia et al. 2010). 4.5.2 Komsumsi pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberikan secara ad libitum dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi 1999). Pakan yang dikonsumsi oleh hewan pada berbagai umur tidak tetap, hal ini sesuai dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah 2003).
47
48
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 8), dapat diketahui bahwa konsumsi pakan dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Hasil perhitungan konsumsi pakan mencit yang dilakukan setiap hari menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada jumlah konsumsi pakan antara kelompok mencit yang diberikan pakan standar (kelompok A) maupun kelompok mencit yang diberikan pakan berlemak (Kelompok B, C, D, dan E). Hasil perhitungan konsumsi pakan mencit setiap hari selama masa perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9.
5 4,5 4 3,5 A
Bobot (gr)
3
B
2,5
C
2
D
1,5
E
1 0,5 0 1
2
3
4
5
6
7
8 9 Hari Ke‐
10 11 12 13 14 15
Gambar 9 Grafik rata-rata konsumsi pakan mencit setiap hari selama masa perlakuan A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %); C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)
Rata-rata konsumsi pakan mencit dalam satu hari berkisar antara 3,39–4,50 gram/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahwa jumlah pakan yang dikonsumsi mencit laboratorium antara 3–5 gram/ekor/hari. Tingkat konsumsi makanan dan minuman bervariasi menurut kandang, kelembaban, kualitas pakan, kesehatan dan kadar air dalam makanan (Malole dan Pramono 1989). Pakan berlemak merupakan pakan standar yang diberi tambahan lemak sebesar 10 %. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), mencit mau mencoba makan apapun panganan yang
48
49
tersedia bahkan bahan yang tidak biasa dimakan, akan tetapi bahan-bahan yang tidak biasa dimakan akan dicicipi terlebih dahulu dan hanya akan kembali dimakan lagi jika tidak ada akibat-akibat buruk setelah memakannya. Komposisi kimia pakan mencit yang diberikan selama penelitian disajikan pada Lampiran 9. 4.5.3 Konsumsi minum Mencit laboratorium tidak boleh dalam keadaan tanpa air minum (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 11), dapat diketahui bahwa konsumsi minum dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Hasil perhitungan konsumsi minum mencit yang dilakukan setiap hari menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada jumlah konsumsi minum antara kelompok mencit yang diberikan minum air putih (Kelompok A dan B) maupun kelompok mencit yang diberikan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) (Kelompok C, D, dan E) dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil perhitungan konsumsi minum mencit setiap hari selama masa perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10.
8 7
Volume (ml)
6 5
A
4
B C
3
D
2
E
1 0 1
2
3
4
5
6
7
8 9 Hari ke‐
10 11 12 13 14 15
Gambar 10 Grafik rata-rata konsumsi minum mencit setiap hari selama masa perlakuan A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %); C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)
49
50
Rata-rata konsumsi minum mencit dalam satu hari berkisar antara 5,85–7,54 ml/ekor/hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bahwa jumlah air minum yang dikonsumsi mencit laboratorium antara 4–8 ml/ekor/hari. Tingkat konsumsi makanan dan minuman bervariasi menurut kandang, kelembaban, kualitas pakan, kesehatan dan kadar air dalam makanan (Malole dan Pramono 1989). 4.5.4 Berat feses dan kadar lemak feses Feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus. Berat feses ditentukan dengan cara feses ditimbang setiap harinya sehingga diketahui berat fesesnya. Selain dihitung berat fesesnya, dilakukan juga perhitungan kadar lemak dalam feses. Kadar lemak feses dapat menentukan besarnya lemak yang tidak terserap dalam tubuh dan dikeluarkan melalui feses. Hal ini sebagai akibat dari aktivitas kerja enzim lipase sebagi enzim pemecah lemak. Atkinson (1998) dalam Rahardjo et al. (2005) menyatakan bahwa salah satu metode pengobatan obesitas menggunakan suatu penghambatan aktivitas enzim lipase yang dapat menurunkan absorpsi lemak dengan menghambat aktifitas enzim lipase pankreas yang mengkatalisasis hidrolisasi trigliserid makanan dalam usus menjadi 2 monogliserid dan 2 asam lemak rantai panjang, sehingga absorpsi lemak dihambat dan meningkatkan ekskresi lemak lewat feses. Hasil perhitungan rata-rata berat feses dan kadar lemak feses mencit dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil perhitungan rata-rata berat feses dan kadar lemak feses mencit Kelompok
Berat feses (gr)
Kadar lemak (%)
A
16,37 ± 0,24
0,92 ± 0,04
B
18,08 ± 0,32
1,08 ± 0,16
C
18,67 ± 0,40
1,09 ± 0,13
D
18,74 ± 0,27
1,21 ± 0,06
E
18,98 ± 0,56
1,29 ± 0,02
A : kontrol positif; B : kontrol negatif (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 0 %); C : perlakuan 1 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 2 %); E : perlakuan 3 (pemberian serbuk ekstrak rumput laut 3 %)
50
51
Berd dasarkan Taabel 6 dapaat diketahui bahwa kkelompok yaang diberi p perlakuan m minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) memiliki rata-rata b berat feses mencit m lebihh tinggi dibaandingkan keelompok yanng hanya dibberikan air p putih saja. Kelompok K A memiliki nilai rata-raata berat fesees paling reendah yaitu s sebesar 16,337 gram, seddangkan kellompok E memiliki m nilaai rata-rata berat b feses p paling tingg gi yaitu sebesar 18,98 grram. Nilai raata-rata beraat feses padaa kelompok y yang diberiikan pakan berlemak dan minum man ekstrakk rumput laut l coklat sp.) lebih tinggi dibaandingkan dengan ( (Sargassum d keloompok yang g diberikan p pakan berlem mak dan paakan standarr dengan minum air puutih. Minum man ekstrak r rumput lautt coklat (Sarrgassum sp..) ternyata mampu m menningkatkan berat b feses m mencit yang g diberikan pakan berllemak. Pakaan berlemakk menyebabbkan kadar l lemak yang g masuk dalam tubuh menjadi beerlebih. Nam mun minum man ekstrak r rumput laut coklat (Sarrgassum sp.)) diduga maampu menghhambat aktivvitas enzim l lipase pankrreas mengaakibatkan tiddak semua lemak yangg masuk daalam tubuh t terhidrolisis sehingga dikkeluarkan beersama denggan feses. Berddasarkan hassil analisis raagam (Lamppiran 14a), ddapat diketaahui bahwa b berat feses mencit m dari kelima k kelom mpok perlak kuan menunjukkan perbeedaan yang n nyata (p>0,005), sehinggga diperlukaan adanya uji uj lanjut Duuncan (Lamppiran 14b).
Nilai rata‐rata berat feses mencit (gr)
G Grafik hasil uji lanjut Du uncan dapat dilihat padaa Gambar 11.
20
18,08 (b)
18,67 (c)
18,74 (c)
8 (c) 18,98
B
C Kelompok
D
E
16,37 (a) 15 10 5 0 A
Gambarr 11 Grafik rata-rata r berrat feses menncit pada akhhir masa perlakuan A : konttrol positif; B : kontrol neegatif (pemberrian serbuk ekstrak rumputt laut 0 %); C : perlaakuan 1 (pembberian serbuk eekstrak rumputt laut 1 %); D : perlakuan 2 (pemberian serbuk ekkstrak rumput laut l 2 %); E : perlakuan p 3 (peemberian serbuuk ekstrak rumpput laut 3 %)
51
52
Gambar 11 memperlihatkan bahwa terlihat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok perlakuan terhadap nilai rata-rata berat feses mencit. Perbedaan ini diduga sebagai akibat dari konsumsi pakan dan minum mencit. Dimana pakan berlemak mampu meningkatkan berat feses mencit, sedangkan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi yang semakin tinggi juga mampu meningkatkan berat feses mencit. Kadar lemak dalam feses mencit ditentukan untuk mengetahui pengaruh dari minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) pada kelompok mencit sebagai hewan coba yang diberikan pakan dengan kadar lemak yang berbeda. Pakan yang diberikan berupa pelet, dimana pakan standar untuk kelompok A dan pakan berlemak untuk kelompok B, C, D, dan E, yaitu pakan standar yang diberi tambahan lemak kambing sebanyak 10 %. Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kadar lemak feses mencit pada kelompok yang diberikan pakan berlemak dan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang diberikan pakan berlemak dan pakan standar dengan minum air putih. Nilai kadar lemak tertinggi yaitu pada kelompok E sebesar 1,29 % yang diberikan pakan berlemak dan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) 3 %, sedangkan nilai kadar lemak terendah yaitu pada kelompok A sebesar 0,92 % yang diberikan pakan standar dan minum air putih. Kelompok B yang diberikan pakan berlemak dan minum air putih menunjukkan kadar lemak feses yang hampir sama dengan kelompok C yang diberikan pakan berlemak dan minuman rumput laut coklat (Sargassum sp.) 1 %. Obat pelangsing dengan cara kerja menghambat absorpsi lemak melalui penghambatan aktivitas enzim lipase pankreas (seperti orlistat) dapat meningkatkan ekskresi lemak lewat feses (Anonim 1998; Tan HT dan Kirana R 2002 dalam Rahardjo et al. 2005). Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 14c), dapat diketahui bahwa kadar lemak feses mencit dari kelima kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05).
52
53
5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Komposisi kimia Sargassum sp. hasil pengeringan matahari dan oven 60 oC secara berturut-turut yaitu kadar air sebesar 14,90 % dan 14,85 %, kadar abu sebesar 18,01 % dan 18,40 %, kadar lemak sebesar 0,26 % dan 0,26 %, kadar protein sebesar 6,60 % dan 6,48 %, dan kadar karbohidrat sebesar 60,24 % dan 60,02 %. Ekstrak kasar Sargassum sp. dari pengeringan matahari dan oven 60 oC mengandung enam komponen bioaktif yaitu alkaloid, steroid/terpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Kadar flavonoid total pada serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) hasil pengeringan matahari sebesar 2,118 mg/gr (0,212 %) lebih tinggi daripada hasil pengeringan oven 60 oC yaitu sebesar 1,991 mg/gr (0,199 %). Secara in vivo minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebesar 3 % dapat menurunkan bobot badan mencit secara rata-rata pada akhir masa perlakuan yaitu sebesar 31,02 gram, yang mendekati nilai rata-rata bobot badan mencit normal yaitu sebesar 30,96 gram. Pemberian minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) tidak berpengaruh terhadap konsumsi makan dan minum mencit, namun berpengaruh terhadap berat feses dan kadar lemak feses mencit. Kelompok mencit yang diberikan minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebesar 3 % memiliki berat feses dan kadar lemak feses tertinggi yaitu sebesar 18,98 gram dan 1,29 %. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat penurunan bobot badan pada hewan coba yang tidak digemukkan terlebih dahulu. Selain itu, perlu dilakukan juga pengujian terhadap kadar dari masingmasing senyawa bioaktif yang terkandung untuk mengetahui senyawa dengan kadar tertinggi dalam produk. Penelitian selanjutnya dapat memodifikasi proses pembuatannya, seperti menggunakan freeze dryer agar komponen bioaktif dan zat gizi yang ada di dalamnya tetap terjaga.
53
54
DAFTAR PUSTAKA Almatsier Y. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keenam. Jakarta : Gramedia. Amrullah, IK. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor : Satu Gunungbudi. Andriani Y. 2005. Pengaruh Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Bobot Badan Kelinci yang Diberi Pakan Berlemak 1(2) : 74-76. Andriyanti R. 2009. Ekstraksi senyawa aktif antioksidan dari lintah laut (Discodoris sp.) asal perairan kepulauan belitung [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Angka L dan Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan , Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2003. Teknologi pemanfaatan rumput laut. Jakarta : Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi. Departemen Kelautan dan Perikanan. Anonima. 2010. Rumput Laut dari Suplemen Hingga Bio Energi. http://hobiikan.blogspot.com/2010/03/rumput-laut-dari-suplemen-hinggabio.html. [24 Maret 2010]. Anonimb. 2010. Mengenal Obesitas. http://www.domeclinic.com/artikel/ mengenal-obesitas.pdf. [5 April 2010]. Anonimc. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat : Bukti Ilmiah dan Cara Racik [majalah]. Depok : Trubus Info Kit. Anonim. 2011. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pdtanobat/view.php?id=258. [13 Januari 2011]. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc. ------------------------------------------------------------ . 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Arlington : The Association of Official Analytical Chemist, Inc. Aslan LM. 1999. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Astawan M dan Kasih AL. 2008. Khasiat warna-warni makanan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Atmadja WS. 1996. Pengenalan Jenis Algae Coklat (Phaeophyta). Di dalam : Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Puslitbang Oseanologi-LIPI.
54
55
Atmadja WS dan Soelistijo. 1988. Beberapa Aspek Vegetasi dan Habitat Tumbuhan Laut Bentik di Pulau-Pulau Seribu. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Boimin. 2009. Minuman Fungsional Rumput Laut. http://www.surya.co.id/2009/04/20/minuman-fungsional-rumput-laut.html. [1 Februari 2010]. Bold HC dan Wayne MJ. 1985. Introduction to the Algae, Structure and Reproduction. Second Edition. New Jersey : Prentice-Hall. Bukle HD dan Grosch W. 1987. Food Chemistry. Germany : Second German Edition. Chapman VJ. 1970. Seaweeds and their uses. London : Metheun & Co. LTD. Chen CYO dan Blumberg JB. 2007. Phytochemical composition of nuts. Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition. 17(S1) : 329-332. Cseke LJ, Kirakosyan A, Kaufman PB, Warber SL, Duke JA, Brielmann HL. 2006. Natural Products From Plants Second Edition. New York : CRC Press, Taylor & Francis Group. da Costa ACA, Tavares APM, de França FP. 2001. The release of light metals from a brown seaweed (Sargassum sp.) during zinc biosorption in a continuous system. Electronic Journal of Biotechnology. Vol.4 No.3. Daluningrum IPW. 2009.Penapisan awal komponen bioaktif dari kerang darah (Anadara granosa) sebagai senyawa antibakteri [skripsi]. Bogor : Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Daris
A. 2008. Fitokimia mencegah penyakit http://www.isfinational.or.id [27 November 2008].
degeratif.
Darusman LK, Rohaeti E, Sulistiyani. 2001. Kajian Senyawa Golongan Flavonoid Asal Tanaman Bangle (Zingiber Cassumunar Roxb) Sebagai Senyawa Peluruh Lemak Melalui Aktivitas Lipase. Bogor : Pusat studi biofarmaka lembaga penelitian. Institut Pertanian Bogor. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Lingkar Pinggang Besar, Penyakit Dapat Bertambah. http://www.depkes.co.id/ehealth/berita/perhatikan-ukuranlingkar-pinggang-anda. [13 Februari 2010]. Fitriyani A. 2009. Uji in vitro ekstrak air dan etanol dari buah asam gelugur, rimpang lengkuas, dan kencur sebagai inhibitor aktivitas lipase pankreas [skripsi]. Bogor : Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
55
56
Gruyter WDe. 1979. Rumput Laut Bukan Sekedar Hidup di Laut. Susanto AB, penerjemah; Heinz A. Hoppe, Tore Levring, Uniko Tanaka, editor. Di dalam : Marine Algae in Pharmaceutical Science. Berlin. Han LK, Kimura Y, Kawashima M, Takaku T, Taniyama T, Hayashi T, Zheng YN, Okuda H. 2001. Anti-obesity effects in rodents of dietary teasaponin, a lipase inhibitor. International Journal of Obesity. 25 : 1459–1464. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Ed ke-2. Bandung : ITB. Hayati EK. 2008. Potensi dan Peluang Tanaman Obat Sebagai Obat Pelangsing Alami. http://elokkamilah-uinmalang.blogspot.com/2008/12/potensi-danpeluang-tanaman-obat. [12 Maret 2010]. Hilyatuzzahroh. 2006. Korelasi kadar tanin pada produk teh komersial dengan aktivitasnya sebagai senyawa antibakteri EPEC K1-1 [skripsi]. Bogor : Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Jansen, G., Jürgens, H.-U. and Ordon, F. (2009), Effects of Temperature on the Alkaloid Content of Seeds of Lupinus angustifolius Cultivars [abstrak]. Journal of Agronomy and Crop Science. 195: 172–177. Kadi A. 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia. Jakarta : Bidang Sumberdaya Laut, Puslitbang OseanologiLIPI. Kim JH, Hahm DH, Yang DC, Kim JH, Lee HJ, dan Shim I. 2005. Effect of Crude Saponin of Korean Red Ginseng on High-Fat Diet-Induced Obesity in the Rat. Journal of Pharmacological Sciences. 97 : 124–131. Kusumaningrum I, Rini BH, Sri H. 2007. Pengaruh Perasan Sargassum crassifolium dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill) 15(2). Laconi EB, Nahrowi, Ridla M, Hasjmy AD, Lubis AD, Sofyan, Maesaroh E. 2010. Panduan Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Bogor : Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Lambers H, Chapin III FS, Pons TL. 2008. Plant Physiological Ecology Second Edition. New York : Springer. Lemhadri A, Eddouks M, Sulpice T, Burcelin R. 2007. Anti-hyperglycaemic and Anti-obesity Effects of Capparis spinosa and Chamaemelum nobile Aqueous Extracts in HFD Mice. American Journal of Pharmacology and Toxicology. 2 (3): 106-110.
56
57
Lenny S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida [karya ilmiah]. Medan : Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Malole MBM dan Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor : Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Manivannan K, Thirumaran G, Devi GK, Anantharaman P, Balasubramanian T. 2009. Proximate Composition of Different Group of Seaweeds from Vedalai Coastal Waters (Gulf of Mannar): Southeast Coast of India. Scientific Research. 4 (2) : 72-77. Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB. Marinho-Soriano E, Fonseca PC, Carneiro MAA, Moreira WSC. 2006. Seasonal variation in the chemical composition of two tropical seaweeds. Bioresource Technology. 97 : 2402–2406. Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Penebar Swadaya. Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Nindyaning R. 2007. Potensi Rumput Laut. http://www.halalguide.info/content/view/808/38/ - 27k –. [16 Februari 2010]. Nobre CP, Raffin FN, Moura TF. 2005. Standardization of extracts from Momordica charantia L. (Cucurbitaceae) by total flavonoid content determination. Acta Farm Bonaerense 24(4) : 562-566. Novaczek I dan Athy A. 2001. Sea Vegetable Recipes for The Pasific Islands. Fiji Islands : Community Fisheries Training Pacific Series-3B. Nurdayat IS. 2005. Perubahan kandungan iodium rumput laut Sargassum sp. selama proses pembuatan dan penyajian teh [skripsi]. Bogor : Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Onyeka EU dan Nwambekwe IO. 2007. Phytochemical profile of some green leafy vegetables in South East, Nigeria. Nigerian Food Journal. 25: 67-76. Pen˜ uelas J dan Llusia` J. 1999. Short-term responses of terpene emission rates to experimental changes of PFD in Pinus halepensis and Quercus ilex in summer field conditions. Environmental and Experimental Botany. 42 : 61–68. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta : UI-Press.
57
58
Permana RA. 2008. Karakteristik serbuk minuman sari buah jeruk lemon (Citrus medica var lemon) dengan penambahan na-alginat yang diekstraksi dari rumput laut Sargassum filipendula [skripsi]. Bogor : Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pramono S, Nurwati S, Sugiyanto. 2000. Pengaruh lendir daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia 6 : 14-15. Rachmat R. 1999a. Potensi Algae Coklat di Indonesia dan Prospek Pemanfaatannya. Di dalam : Prosidings Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI). Serpong : Gedung DRN, Puspiptek. 8 September 1999 : 31-35. -----------------. 1999b. Kandungan dan Karakteristik Fisiko Kimia Alginat dari Sargassum sp. yang Dikumpulkan dari Perairan Indonesia. Jakarta : Laboratorium Produk Alam Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI. Rahardjo S, Ngatijan, Pramono S. 2005. Influence of Etanol Extract of Jati Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) on Lipase Enzym Activity of Rattus norvegicus Serum. Inovasi Vol.4 : XVII : 48-54. Ratana-arporn P dan Chirapart A. 2006. Nutritional Evaluation of Tropical Green Seaweeds Caulerpa lentillifera and Ulva reticulate. Kasetsart J. 40 : 75– 83. Ruiz C, Falcocchio S, Xoxi E, Villo L, Nicolosi G, Pastor FIJ, Diaz P, Saso L. 2005. Inhibition of Candida rugosa lipase by saponin, flavonoids and alkaloids. J. Biosci. Biotechnol. Biochem. 63 : 539-560. Ruperez P. 2002. Mineral content of edible marine seaweeds. Food Chemistry. 79 : 23–26. Salminen SO, Richmond DS, Grewal SK, Grewal PS. 2005. Influence of temperature on alkaloid levels and fall armyworm performance in endophytic tall fescue and perennial ryegrass. The Netherlands Entomological Society Entomologia Experimentalis et Applicata. 115: 417–426. Schmidt S, Zietz M, Schreiner M, Rohn S, Kroh LW, Krumbein A. 2009. Genotypic and climatic influences on the concentration and composition of flavonoids in kale (Brassica oleracea var. sabellica). Food Chemistry. 119 : 1293–1299. Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung : ITB. Shanmugam A dan Chendur P. 2008. Biochemical composition and fatty acid profile of the green alga Ulva reticulata. Asian J. Biochem. 3 : 26-31. Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : UI press.
58
59
Steel RGD dan Torrie JH. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Supriadi. 2008. Bioprospektif Alga Laut. Bogor : Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Susanto AB. 2009. Potensi Rumput Laut Sebagai Bahan Campuran Minuman Teh. http://rumputlaut.org/tag/sargassum/. Yayasan Rumput Laut Indonesia (YRLI). [24 Maret 2010]. Suwandi U. 1993. Air sebagai sumber kontaminasi. Cermin Dunia Kedokteran. 82 : 32-34 Szakiel A, Pączkowski C, Henry M. 2010. Influence of environmental abiotic factors on the content of saponins in plants [abstrak]. Phytochemistry Reviews. Tjondronegoro PD, Natasaputra M, Kusumaningrat T, Gunawan AW, Jaelani M, Suwanto A. 1989. Botani Umum II. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Treutter D. 2010. Managing Phenol Contents in Crop Plants by Phytochemical Farming and Breeding—Visions and Constraints. International Journal of Molecular Sciences. 11(3) : 807–857. Wardani CGT. 2008. Potensi ekstrak tempuyung dan meniran sebagai antiasam urat : aktivitas inhibisinya terhadap xantin oksidase [skripsi]. Bogor : Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [WHO] World Health Organization. 1999. Monograph on selected medicinal plant. Jenewa : WHO. Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-BRIO Press. Wirakartakusumah MA, Hermanianto D, Andarwulan N. 1989. Prinsip Teknik Pangan. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Wong KH dan Cheung PCK. 2000. Nutrional evaluation of some subtropical red and green seaweeds Part I – proximate composition, amino acid profiles and some physico-chemical properties. Food Chemistry 71 : 475-482. Xia D, Wu X, Yang Q, Gong J, Zhang Y. 2010. Anti-obesity and hypolipidemic effect of a functional formula containing Prumus mume in mice fed highfat diet. African Journal of Biotechnology. 9(16) : 2463-2467.
59
60
Xu BJ, Han LK, Zheng YN, Lee JH, Sung CK. 2005. In Vitro Inhibitory Effect of Triterpenoidal Saponins from Platycodi Radix on Pancreatic Lipase. Archives of Pharmacal Research. 28 (2) : 180-185. Yorita N. 2010. Karakteristik permen jelly rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan penambahan pati termodifikasi sebagai bahan pengisi [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998. Prosedur Analisis Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil Perikanan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat. Jakarta : Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
60
61
61
62
Lampiran 1 Data dan contoh perhitungan rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) Hasil Sargassum basah (gr) Rata-rata Sargassum kering (gr) Rata-rata Sargassum hancur (gr) Rata-rata
Perlakuan Pengeringan
Ulangan 1 2 1 2 1 2
Hasil ekstraksi (ml)
1 2
Rata-rata Serbuk Sargassum (gr) Rata-rata
1 2
Matahari
Oven 60 oC
2000 2000 2000 246,66 247,71 247,19 ± 0,74 245,78 246,89 245,71 ± 0,19 3387,60 3383,55 3385,58 ± 2,86 56,46 56,39 56,43 ± 0,05
2000 2000 2000 245,84 245,57 246,34 ± 0,78 243,37 243,75 243,56 ± 0,27 3350,55 3356,25 3353,40 ± 4,03 55,84 55,94 55,89 ± 0,07
Contoh perhitungan persentase rendemen rumput laut coklat (Sargassum sp.) : a.
Pengeringan matahari
= 2000 gram ,
,
= 247,19 gram %
,
%
= 12,36 % ,
,
= 245,71 gram %
,
%
= 12,29 %
62
63
b.
Pengeringan oven 60 oC
= 2000 gram ,
,
= 246,34 gram %
,
%
= 12,32 % ,
,
= 243,56 gram %
,
%
= 12,18 %
63
64
Lampiran 2 Data dan contoh perhitungan analisis proksimat rumput laut coklat (Sargassum sp.) a.
No
1 2
Kadar air
Kode Matahari 1 Matahari 2
3
Oven 1
4
Oven 2
Berat Cawan
Berat Sampel
25,58 27,73 25,77 27,92 27,76 27,96 29,14 27,34
1,09 1,08 1,09 1,09 1,07 1,06 1,07 1,06
Berat Cawan setelah di Oven 26,50 28,65 26,70 28,85 28,67 28,86 30,05 28,25
Berat Sampel setelah di Oven 0,92 0,92 0,93 0,93 0,91 0,90 0,92 0,91
% Kadar Air 15,22 15,38 14,46 14,52 15,04 14,88 14,68 14,79
Ratarata
Ratarata
SD
14,90
0,57
14,85
0,16
15,30 14,49 14,96 14,74
Contoh perhitungan analisis kadar air rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
%
, = 15,22 % ,
%
,
%
, = 15,38 % %
,
%
,
%
= 15,30 % b.
Kadar abu
Berat Berat Berat cawan No Kode Cawan Sampel setelah di Tanur 0,54 23,14 Matahari 23,05 1 1 27,34 0,61 27,44 0,53 24,75 Matahari 24,66 2 2 22,98 0,56 23,08 25,51 1,04 25,71 3 Oven 1 29,18 1,01 29,38 25,50 1,04 25,68 4 Oven 2 26,94 1,02 27,12
64
% Kadar Abu 18,08 17,90 17,76 18,28 18,84 19,15 17,97 17,65
Ratarata
Ratarata
SD
18,01
0,02
18,40
0,84
17,99 18,02 18,99 17,81
65
Contoh perhitungan analisis kadar abu rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
%
, = 18,08 % ,
%
,
%
, = 17,90 % ,
%
%
,
%
= 17,99 % c. No 1 2 3 4
Kadar lemak Kode
Berat Cawan setelah di Oven 38,15 38,84 39,03 38,64 38,53 37,73 37,90 37,68
Berat Berat Cawan Sampel 38,14 38,83 39,03 38,64 38,53 37,73 37,90 37,68
Matahari 1 Matahari 2 Oven 1 Oven 2
2,00 2,00 2,01 2,01 2,00 2,00 2,00 2,00
% Kadar Lemak
Ratarata
0,27 0,26 0,26 0,25 0,25 0,24 0,26 0,27
Ratarata
SD
0,26
0,01
0,26
0,02
0,27 0,26 0,25 0,27
Contoh perhitungan analisis kadar lemak rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
%
, = 0,27 % ,
%
,
%
, = 0,26 % %
,
%
= 0,27 %
65
,
%
66
d. No 1 2
Kadar protein Berat Sampel (gram) 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,11 0,10
Kode Matahari 1 Matahari 2
3
Oven 1
4
Oven 2
Volume Titrasi (ml) 1,95 1,95 2,00 1,95 1,80 1,85 2,05 2,00
N HCl
%N
0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
1,02 1,03 1,11 1,06 0,97 1,00 1,09 1,08
% Kadar Protein 6,41 6,46 6,91 6,61 6,08 6,25 6,81 6,77
Ratarata
Ratarata
SD
6,60
0,23
6,48
0,44
6,44 6,76 6,17 6,79
Contoh perhitungan analisis kadar protein rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
, ,
%
,
= 1,02 % %
,
,
%
= 6,41 % ,
%
, ,
%
,
= 1,03 % %
,
,
%
= 6,46 % ,
%
%
,
%
= 6,44 % e. No 1 2 3 4
Kadar karbohidrat (by difference) % % % % % Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Karbohidrat Abu Lemak Protein Air 0,27 6,41 60,02 Matahari 15,22 18,08 1 15,38 17,90 0,26 6,46 60,00 0,26 6,91 60,61 Matahari 14,46 17,76 2 14,52 18,28 0,25 6,61 60,34 Oven 1 15,04 18,84 0,25 6,08 59,79 14,88 19,15 0,24 6,25 59,48 Oven 2 14,68 17,97 0,26 6,81 60,28 14,79 17,65 0,27 6,77 60,52 Kode
66
Ratarata
Ratarata
SD
60,24
0,33
60,02
0,54
60,01 60,48 59,64 60,40
67
Contoh perhitungan analisis kadar karbohidrat rumput laut coklat (Sargassum sp.) : % kadar karbohidrat 1
100 % x – 15,22 %
18,08 %
0,27 %
6,41 %
17,90 %
0,26 %
6,46 %
= 60,02 % % kadar karbohidrat 2
100 % x – 15,38 %
= 60,00 % ,
%
= 60,24 %
67
%
,
%
68
Lampiran 3 Data dan contoh perhitungan analisis kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) a.
Data standar kuersetin Konsentrasi (ppm) 0,5 5 10 15 25
Larutan Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5
0,015 0,250 0,489 0,617 1,026
Kurva standar kuersetin
Absorbansi
b.
Absorbansi
1,200 1,000 0,800 0,600 0,400 0,200 0,000
y = 0,0402x + 0,0330 R² = 0,9912
0
5
10
15
20
25
30
Konsentrasi (ppm)
c.
Data hasil analisis kadar flavonoid total
Pengeringan Matahari o
Oven 60 C
Berat Sampel Absorbansi (gr) 0,301 0,075 0,301 0,073 Rata-rata 0,301 0,072 0,301 0,071 Rata-rata
fp
Volume (liter)
6,25 6,25
0,1 0,1
6,25 6,25
68
0,1 0,1
Kadar Flavonoid (mg/gr) 2,168 2,067 2,118 2,015 1,966 1,991
Kadar Flavonoid (%) 0,212 0,199
69
Contoh Perhitungan analisis kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) : Persamaan Regresi Linier : y = 0,0402 x + 0,0330 Keterangan : y = absorbansi x = konsentrasi flavonoid sampel ,
,
,
,
Kadar flavonoid total serbuk minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) ,
, ,
,
= 2,168 mg/gr
%
,
/
= 0,212 %
69
%
70
Lampiran 4 Data bobot badan mencit selama masa adaptasi dan masa perlakuan Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Bobot 0 21,58 22,83 20,42 19,22 20,74 22,96 20,89 20,61 22,45 20,47 19,80 22,49 22,22 22,06 21,26 20,54 21,38 22,38 21,20 19,62
Bobot 3 21,98 23,53 22,39 20,09 27,22 27,06 28,59 24,05 26,78 25,30 23,52 26,89 23,56 29,05 28,38 25,66 25,68 25,76 28,60 24,03
Bobot 6 22,65 24,33 22,49 21,34 30,91 28,17 29,30 27,72 30,55 31,30 25,54 29,03 26,87 31,86 31,84 25,85 28,48 30,21 31,69 26,44
Bobot 9 25,73 25,53 24,22 26,16 36,09 28,65 29,81 29,97 29,70 30,63 27,35 30,56 27,34 33,85 31,64 26,13 29,18 30,70 32,08 26,86
70
Bobot 12 28,19 27,27 26,66 27,03 37,98 28,90 31,64 31,63 29,95 30,18 29,16 31,47 27,74 35,03 30,28 28,24 29,99 31,62 31,18 27,88
Bobot 15 30,84 29,08 28,35 28,17 38,71 32,09 31,78 33,47 31,38 29,73 30,41 31,86 28,43 36,30 29,98 28,53 30,24 31,89 31,49 28,26
Bobot 18 31,69 30,95 30,26 28,53 39,63 32,86 32,97 33,83 31,29 28,68 31,60 33,55 29,13 36,84 31,05 27,48 31,06 31,92 31,51 28,53
Bobot 21 31,78 31,52 31,37 29,16 39,95 33,57 33,74 34,16 31,49 28,69 32,50 33,95 29,48 37,15 31,26 27,68 31,29 32,16 31,75 28,87
71
Lampiran 5 Data selisih bobot badan mencit selama masa perlakuan Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Selisih Hari Ke-0 0,67 0,80 0,10 1,25 3,69 1,11 0,71 3,67 3,77 6,00 2,02 2,14 3,31 2,81 3,46 0,19 2,80 4,45 3,09 2,41
Selisih Hari Ke-3 3,08 1,20 1,73 4,82 5,18 0,48 0,51 2,25 -0,85 -0,67 1,81 1,53 0,47 1,99 -0,20 0,28 0,70 0,49 0,39 0,42
Selisih Hari Ke-6 2,46 1,74 2,44 0,87 1,89 0,25 1,83 1,66 0,25 -0,45 1,81 0,91 0,40 1,18 -1,36 2,11 0,81 0,92 -0,90 1,02
Selisih Hari Ke-9 2,65 1,81 1,69 1,14 0,73 3,19 0,14 1,84 1,43 -0,45 1,25 0,39 0,69 1,27 -0,30 0,29 0,25 0,27 0,31 0,38
71
Selisih Hari Ke-12 0,85 1,87 1,91 0,36 0,92 0,77 1,19 0,36 -0,09 -1,05 1,19 1,69 0,70 0,54 1,07 -1,05 0,82 0,03 0,02 0,27
Selisih Hari Ke-15 0,09 0,57 1,11 0,63 0,32 0,71 0,77 0,33 0,20 0,01 0,90 0,40 0,35 0,31 0,21 0,20 0,23 0,24 0,24 0,34
72
Lampiran 6 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan mencit Sum of Squares S0
S3
S6
S9
S12
Mean Square
18,701
4
4,675
Within Groups
28,143
15
1,876
Total
46,844
19
Between Groups
17,694
4
4,423
Within Groups
31,196
15
2,080
Total
48,890
19
Between Groups
6,143
4
1,536
Within Groups
15,280
15
1,019
Total
21,424
19
Between Groups
7,028
4
1,757
Within Groups
10,148
15
,677
Total
17,176
19
Between Groups
2,677
4
,669
Within Groups
9,812
15
,654
12,490
19
,377
4
,094
Within Groups
1,161
15
,077
Total
1,538
19
Total S15
df
Between Groups
Between Groups
72
F
Sig.
2,492
,087
2,127
,128
1,508
,250
2,597
,079
1,023
,427
1,217
,345
73
Lampiran 7 Data konsumsi pakan mencit selama masa perlakuan Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Hari 1 3,32 3,02 3,34 4,09 2,90 3,56 3,49 3,97 3,09 4,54 2,44 3,30 2,63 4,42 3,72 2,79 3,89 3,15 4,12 2,94
Hari 2 3,81 3,51 4,02 3,81 3,63 3,14 3,78 4,33 2,95 4,50 3,95 3,52 3,72 3,06 4,07 4,35 3,94 3,99 4,13 3,25
Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Hari 9 4,54 3,50 4,64 3,94 3,57 4,60 4,21 4,35 4,56 3,96 3,14 4,09 3,21 4,21 4,71 3,85 4,49 3,28 4,91 3,18
Hari 10 4,41 4,36 4,42 3,56 3,98 3,14 4,86 4,43 4,97 3,50 3,04 3,85 3,37 4,54 4,30 3,31 3,66 4,32 4,65 3,11
Hari 3 3,09 2,28 5,05 4,89 3,12 3,76 4,07 4,46 3,09 3,74 4,57 3,66 3,20 3,71 4,67 3,67 3,99 3,98 3,59 3,96
Hari 4 4,65 3,73 3,35 3,66 3,65 3,17 4,46 3,40 3,61 4,71 3,18 3,19 3,24 3,97 3,45 3,88 3,31 3,61 3,54 4,22
Hari 11 3,63 4,53 4,85 3,97 3,68 4,45 4,44 4,48 4,62 3,53 3,82 4,11 4,26 4,73 4,30 3,32 4,46 4,44 4,09 3,76
Hari 5 4,99 4,13 4,15 3,97 4,31 4,03 4,66 3,54 3,70 4,35 4,13 3,84 3,11 4,68 3,76 3,98 4,23 3,82 3,39 4,07
Hari 12 3,27 4,52 4,98 3,89 3,36 4,52 4,69 4,02 4,92 2,36 4,65 4,18 3,82 3,94 4,62 3,44 4,11 4,98 4,13 3,28 73
Hari 6 4,38 4,99 4,52 3,53 4,35 3,80 4,74 3,87 3,88 4,41 4,24 3,84 3,99 3,85 4,09 3,92 4,38 4,11 3,62 3,89
Hari 13 3,75 4,81 4,72 4,05 3,45 4,96 4,44 4,22 4,30 3,83 4,51 4,18 3,15 4,43 4,91 4,48 4,23 4,79 4,05 3,73
Hari 7 4,44 4,23 4,70 3,80 3,78 4,77 4,22 4,10 4,37 4,76 4,23 3,54 3,72 4,71 3,60 4,48 4,40 4,25 4,46 3,38
Hari 14 4,21 4,71 4,42 3,61 4,44 4,05 4,15 4,14 4,99 2,75 4,14 4,33 3,38 4,65 4,85 4,26 4,15 4,49 4,35 4,31
Hari 8 4,02 3,36 4,17 3,74 3,37 4,56 3,56 4,66 4,46 4,38 3,83 3,53 3,07 4,14 4,79 3,74 4,77 4,01 4,39 3,29
Hari 15 4,63 4,89 4,83 3,65 4,40 4,09 4,14 4,83 4,91 2,70 4,77 5,05 3,31 4,95 5,11 4,32 4,42 4,64 4,61 4,29
74
Lampiran 8 Hasil analisis ragam konsumsi pakan mencit
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
Between Groups
Sum of Squares ,074
df 4
Mean Square ,019 ,556
Within Groups
8,346
15
Total
8,420
19
Between Groups
,015
4
,004
Within Groups
11,582
15
,772
Total
11,597
19
Between Groups
,177
4
,044
Within Groups
8,096
15
,540
Total
8,272
19
Between Groups
,604
4
,151
Within Groups
8,151
15
,543
Total
8,755
19
Between Groups
,453
4
,113
Within Groups
10,708
15
,714
Total
11,161
19
Between Groups
,202
4
,051
Within Groups
6,527
15
,435
Total
6,729
19
Between Groups
,221
4
,055
Within Groups
4,632
15
,309
Total
4,852
19
,193
4
,048
Within Groups
5,120
15
,341
Total
5,312
19
Between Groups
Between Groups
,277
4
,069
Within Groups
9,648
15
,643
Total
9,925
19
Between Groups
,064
4
,016
Within Groups
8,245
15
,550
Total
8,310
19
,066
4
,016
Within Groups
19,246
15
1,283
Total
19,312
19
Between Groups
Between Groups
,119
4
,030
Within Groups
10,173
15
,678
Total
10,291
19
Between Groups
,092
4
,023
Within Groups
14,379
15
,959
Total
14,471
19
Between Groups
,075
4
,019
Within Groups
16,373
15
1,092
Total
16,447
19
74
F ,033
Sig. ,998
,005
1,000
,082
,987
,278
,888
,159
,956
,116
,975
,179
,946
,141
,964
,108
,978
,029
,998
,013
1,000
,044
,996
,024
,999
,017
,999
75
Lampiran 9 Data dan contoh perhitungan analisis proksimat pakan mencit a.
Kadar air Kode
STD 1 STD 2 BLMK 1 BLMK 2
Cawan setelah di Oven 28,50 28,03 25,45 20,81
Cawan Berat Kosong Sampel 24,00 23,53 20,67 16,00
5,02 5,01 5,04 5,02
Sampel setelah di Oven 4,50 4,50 4,78 4,81
% Kadar Air 10,36 10,18 5,16 4,18
Ratarata
SD
10,27
0,13
4,67
0,69
Contoh perhitungan analisis kadar air rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
%
, = 10,36 % ,
%
,
%
, = 10,18 % ,
%
%
,
%
= 10,27 % b.
Kadar abu
Cawan Cawan Berat setelah di % Kadar Abu Kosong Sampel Tanur STD 1 24,00 5,02 24,30 5,98 STD 2 23,53 5,01 23,84 6,19 BLMK 1 20,67 5,04 20,99 6,35 BLMK 2 16,00 5,02 16,33 6,57 Kode
Rata-rata
SD
6,08
0,15
6,46
0,16
Contoh perhitungan analisis kadar abu rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
%
, = 5,98 % ,
%
,
%
, = 6,19 % %
,
%
= 6,08 % 75
,
%
76
c.
Kadar lemak Kode
STD 1 STD 2 BLMK 1 BLMK 2
Labu Berat Labu setelah di % Kadar Lemak Sampel Lemak Oven 5,04 106,46 106,70 4,76 5,02 106,37 106,62 4,98 5,01 77,63 78,32 13,77 5,02 76,48 77,18 13,94
Rata-rata
SD
4,87
0,15
13,86
0,12
Contoh perhitungan analisis kadar lemak rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
%
, = 4,76 % ,
%
,
%
, = 4,98 % ,
%
%
,
%
= 4,87 % d.
Kadar protein Kode
STD 1 STD 2 BLMK 1 BLMK 2
Berat Sampel (mg) 1020 1020 1040 1040
Volume HCl
N HCl
FP
% Kadar Protein
2,30 2,35 2,20 2,21
0,10 0,10 0,10 0,10
10 10 10 10
19,73 20,16 18,51 18,59
Ratarata
SD
19,94
0,30
18,55
0,06
Contoh perhitungan analisis kadar protein rumput laut coklat (Sargassum sp.) : ,
%
,
,
,
,
%
= 19,73 % ,
%
= 20,16 % %
, = 19,94 %
76
%
,
%
%
77
e.
Kadar karbohidrat (by difference) Kode
STD 1 STD 2 BLMK 1 BLMK 2
% Kadar Air 10,36 10,18 5,16 4,18
% Kadar Abu 5,98 6,19 6,35 6,57
% Kadar Lemak 4,76 4,98 13,77 13,94
% Kadar Protein 17,76 18,14 16,66 16,73
% Kadar Karbohidrat 61,14 60,51 58,06 58,58
Ratarata
SD
60,83
0,45
58,32
0,37
Contoh perhitungan analisis kadar karbohidrat rumput laut coklat (Sargassum sp.) : % kadar karbohidrat 1
100 % x – 10,36 %
5,98 %
4,76 %
17,76 %
6,19 %
4,98 %
18,14 %
= 61,14 % % kadar karbohidrat 2
100 % x – 10,18 %
= 60,51 % ,
%
= 60,83 %
77
%
,
%
78
Lampiran 10 Data konsumsi minum mencit selama masa perlakuan Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Hari 1 5,88 8,09 6,72 7,35 7,12 5,09 7,62 7,55 5,85 8,05 6,38 6,28 5,16 7,31 7,53 7,05 7,72 6,56 6,54 5,58
Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Hari 9 6,41 7,60 6,20 5,57 7,42 6,62 6,59 6,57 7,42 7,13 7,26 4,00 6,14 7,07 7,18 4,82 6,77 6,75 6,26 6,93
Hari 2 6,06 7,64 5,54 5,91 7,39 4,85 6,76 6,84 4,48 7,93 5,23 6,60 6,08 3,43 7,14 6,76 7,41 6,98 5,72 4,60 Hari 10 7,11 7,86 6,49 5,98 7,50 7,36 5,32 7,91 7,78 6,84 7,20 6,69 6,48 7,45 7,75 5,72 6,66 6,75 7,94 7,09
Hari 3 6,90 7,34 6,19 7,42 7,10 7,10 6,24 8,03 5,41 7,19 7,92 5,95 6,03 7,05 6,87 5,72 7,40 6,59 6,60 6,01
Hari 4 5,92 6,37 6,16 6,62 7,55 4,75 7,63 6,06 5,24 7,49 6,80 7,57 6,15 7,15 6,16 6,60 7,57 7,94 6,56 4,88
Hari 11 7,25 7,94 7,16 5,71 7,37 7,26 7,48 7,17 7,48 6,04 7,50 6,93 7,00 7,34 8,04 6,93 6,81 7,62 7,59 7,38
Hari 5 5,51 6,31 6,74 5,45 4,15 6,87 7,18 6,18 5,12 7,79 6,28 7,05 6,34 7,52 5,15 6,05 6,72 7,28 6,78 5,29
Hari 12 6,93 7,67 7,62 6,97 7,90 6,97 7,70 7,59 7,80 5,84 6,75 7,85 7,16 7,97 7,40 6,67 7,79 5,96 7,90 8,02 78
Hari 6 6,42 6,99 6,87 6,62 7,17 6,30 7,62 6,37 6,01 7,90 6,71 6,77 7,10 7,86 6,14 6,55 7,42 7,38 6,57 6,53
Hari 13 6,38 7,43 6,98 6,10 7,62 6,96 6,21 7,10 7,76 4,52 6,91 7,39 6,18 7,98 7,43 5,01 6,72 6,61 6,56 7,10
Hari 7 7,70 7,80 7,57 6,46 7,45 7,12 7,96 7,29 7,48 7,99 6,74 7,64 7,07 7,63 6,83 7,89 7,75 7,16 7,36 7,09 Hari 14 5,36 8,04 5,86 6,01 7,23 4,09 6,99 7,39 5,76 4,76 7,43 7,58 6,37 6,63 7,62 5,87 6,40 6,12 6,73 7,68
Hari 8 5,99 7,13 7,47 7,34 7,54 7,50 6,89 6,41 6,37 7,38 6,61 6,16 6,32 7,59 7,17 6,35 6,54 7,57 6,21 7,88 Hari 15 5,32 7,70 5,72 6,78 7,69 4,07 7,52 6,50 6,24 4,51 7,26 7,64 6,49 5,78 7,77 6,24 6,36 6,14 6,40 7,47
79
Lampiran 11 Hasil analisis ragam konsumsi minum mencit Sum of Squares S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
Between Groups
df
Mean Square
,757
4
,189
Within Groups
18,381
15
1,225
Total
19,137
19
Between Groups
,787
4
,197
Within Groups
14,004
15
,934
Total
14,792
19
2,174
4
,544
Within Groups
11,274
15
,752
Total
13,448
19
Between Groups
Between Groups
2,678
4
,669
Within Groups
24,587
15
1,639
Total
27,264
19
Between Groups
,976
4
,244
Within Groups
12,076
15
,805
Total
13,052
19
,469
4
,117
Within Groups
13,879
15
,925
Total
14,348
19
Between Groups
Between Groups
,633
4
,158
Within Groups
18,875
15
1,258
Total
19,508
19
Between Groups
1,182
4
,296
Within Groups
24,353
15
1,624
Total
25,535
19
Between Groups
1,248
4
,312
Within Groups
26,983
15
1,799
Total
28,231
19
Between Groups
1,240
4
,310
Within Groups
23,135
15
1,542
Total
24,375
19
,714
4
,179
Within Groups
23,640
15
1,576
Total
24,354
19
Between Groups
Between Groups
,522
4
,130
Within Groups
34,316
15
2,288
Total
34,838
19
Between Groups
1,520
4
,380
Within Groups
24,539
15
1,636
Total
26,058
19
,884
4
,221
Within Groups
27,434
15
1,829
Total
28,318
19
Between Groups
79
F
Sig. ,154
,958
,211
,928
,723
,589
,408
,800
,303
,871
,127
,970
,126
,971
,182
,944
,173
,949
,201
,934
,113
,976
,057
,993
,232
,916
,121
,973
80
Lampiran 12 Data berat feses mencit perhari selama masa perlakuan Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22 Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Hari 1 1,87 1,88 1,24 1,71 1,52 1,97 1,71 1,56 1,78 1,53 2,27 1,31 1,76 1,61 1,82 1,90 1,52 1,16 1,31 1,69 Hari 9 1,89 1,12 1,21 1,92 2,08 2,04 1,75 1,72 1,97 1,60 1,79 1,64 1,94 1,52 1,62 1,78 1,74 1,82 1,57 1,47
Hari 2 1,14 1,13 1,28 1,92 1,79 1,80 0,94 1,70 1,52 1,77 1,86 1,49 1,48 1,83 1,53 1,77 1,60 1,58 1,64 1,62 Hari 10 1,11 1,41 1,47 1,47 1,13 1,63 1,52 1,98 1,90 1,62 1,81 1,65 1,85 1,64 1,93 1,56 1,43 1,93 1,68 1,53
Hari 3 1,81 1,52 1,13 1,49 1,39 1,99 1,71 1,58 1,38 2,04 1,79 1,83 1,92 2,00 1,65 1,60 1,96 1,21 1,98 1,77
Hari 4 1,55 1,19 1,45 1,43 1,95 1,44 1,73 1,39 1,42 1,78 1,36 2,08 2,05 1,75 1,59 1,40 1,79 1,59 1,53 1,34
Hari 11 1,75 1,69 1,51 1,82 1,64 1,31 1,95 2,09 1,81 1,56 1,62 2,01 1,63 1,73 1,85 1,80 1,54 1,76 1,97 1,69
Hari 5 1,74 1,74 1,44 1,47 1,30 1,30 1,48 1,72 1,54 1,81 1,93 1,55 1,82 1,77 1,71 1,65 1,63 2,04 1,83 1,57
Hari 12 1,62 1,30 1,42 1,46 1,84 1,29 1,35 1,70 1,65 1,48 1,54 1,58 1,52 1,87 1,75 1,94 1,67 1,68 1,82 1,74 80
Hari 6 1,16 2,03 1,48 1,13 1,31 1,53 1,52 1,19 1,43 2,03 1,51 1,68 1,53 1,61 1,78 1,71 1,81 2,03 1,71 1,91
Hari 13 1,71 1,94 1,92 1,18 1,81 1,66 1,69 1,64 1,99 1,46 1,59 1,69 1,61 1,57 1,54 1,63 1,63 1,90 1,61 1,52
Hari 7 1,63 1,68 2,07 1,95 1,55 1,67 1,94 1,82 1,68 1,82 1,57 1,83 1,45 1,49 1,69 1,79 2,07 1,84 1,91 2,03 Hari 14 1,38 1,15 1,41 1,23 2,09 1,42 1,61 1,89 1,49 1,58 1,66 1,73 1,75 1,81 1,63 1,54 1,92 1,62 1,73 1,68
Hari 8 1,85 1,73 2,00 1,25 1,87 1,78 2,03 1,05 1,72 1,74 1,88 1,73 1,55 1,36 1,52 1,63 2,09 2,01 1,78 1,84 Hari 15 1,76 1,84 2,08 1,24 1,80 1,23 2,19 2,21 1,69 1,67 1,72 1,89 1,89 1,94 1,72 1,87 1,72 1,44 1,95 1,64
81
Lampiran 13 Data berat, hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan berat feses mencit a. Data berat feses mencit selama masa perlakuan Kode A11 A12 A21 A22 B11 B12 B21 B22 C11 C12 C21 C22 D11 D12 D21 D22 E11 E12 E21 E22
Berat Feses 16,68 16,37 16,31 16,10 18,31 17,61 18,15 18,26 18,27 18,43 19,15 18,82 19,12 18,67 18,49 18,68 19,57 18,84 19,23 18,26
b. Hasil analisis ragam Sum of Squares 17,944
Between Groups Within Groups Total
df 4
Mean Square 4,486
2,118
15
,141
20,062
19
c. Hasil uji lanjut Duncan Subset for alpha = .05 Perlakuan A
N
1 4
2
3
16,3650
B
4
C
4
18,6675
D
4
18,7400
E
4
Sig.
18,0825
18,9750 1,000
1,000
81
,290
F 31,772
Sig. ,000
82
Lampiran 14 Data kadar lemak dalam feses mencit, contoh perhitungan dan hasil analisis ragamnya a. Data kadar lemak dalam feses mencit di akhir masa perlakuan Kode Ulangan A B C D E
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Berat Sampel (gr) 1,1709 0,9886 1,2005 1,168 0,774 1,2499 1,3207 1,2964 1,1546 1,2655
Berat Labu Penyari (gr) 107,7176 91,1518 96,2132 102,8747 95,7637 102,9311 102,8783 104,0658 89,5837 92,3857
Berat Labu Penyari dan Sampel (gr) 107,7287 91,1606 96,2275 102,886 95,7728 102,9435 102,8948 104,0809 89,5987 92,4018
Kadar Lemak 0,95 0,89 1,19 0,97 1,18 0,99 1,25 1,17 1,30 1,27
b. Contoh perhitungan analisis kadar lemak dalam feses mencit : ,
%
,
%
, = 0,95 % ,
%
,
%
, = 0,89 % ,
%
%
,
%
= 0,92 % c. Hasil analisis ragam kadar lemak dalam feses mencit
Between Groups
Sum of Squares ,156
df 4
Mean Square ,039 ,010
Within Groups
,048
5
Total
,204
9
82
F 4,092
Sig. ,077
83
Lampiran 15 Gambar hasil uji fitokimia secara kualitatif a.
Hasil analisis fitokimia (kualitatif) ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan matahari
Hasil uji fitokimia secara kualitatif
Uji Dragendorff
Uji Meyer
Uji Wagner
Uji Steroid/ Terpenoid
Uji Flavonoid
Uji Saponin
Uji Fenol hidrokuinon
Uji Tanin
83
84
b.
Hasil analisis fitokimia (kualitatif) ekstrak Sargassum sp. hasil pengeringan oven 60 oC
Hasil uji fitokimia secara kualitatif
Uji Dragendorff
Uji Meyer
Uji Wagner
Uji Steroid/ Terpenoid
Uji Flavonoid
Uji Saponin
Uji Fenol hidrokuinon
Uji Tanin
84
85
Lampiran 16 Bahan dan alat selama penelitian
a. Sargassum sp. kering matahari
b. Hasil serbuknya
c. Sargassum sp. kering oven 60 oC
d. Hasil serbuknya
e. Proses ekstraksi
d. Filtrat hasil ekstraksi
g. Minuman ekstrak rumput laut coklat (Sargassum sp.) dengan konsentrasi serbuk yang berbeda (kiri ke kanan : 0 %, 1 %, 2 %, 3 %)
85
86
h. Spray Dryer
i. Alat Refluk
j. Corong Pisah
k. Contoh kandang mencit
l. Contoh kandang mencit dalam ruangan
m. Contoh mencit dalam kandang
86