i
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI ANAK USIA SEKOLAH MELALUI PENGOPTIMALAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN (PENJASKES) MENGGUNAKAN MEDIA ULAR TANGGA
BIDANG KEGIATAN PKM-GT
Diusulkan oleh: Anita Lusiya Dewi Sumi Arrofi Erwin Angga Setya N
I14070039/2007 I14070030/2007 I14090077/2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN USUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan
: Peningkatan Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah melalui Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) Menggunakan Media Ular Tangga 2. Bidang Kegiatan : PKM-GT 3. Ketua Peaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Anita Lusiya Dewi b. NIM : I14070039 c. Jurusan : Gizi Masyarakat d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor (IPB) e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Pondok Jaika No:90A RT: 02 Rw:06 Babakan Doneng Darmaga, Bogor, Jawa Barat 16680 / 085742287999 f. Email :
[email protected] 4. Anggota Pelaksana : 2 orang 5. Dosen Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS b. NIP : 19491130 197603 2 001 c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP : Jl. Wijaya Kususma 5 No.19 Taman Yasmin Sektor I Kota Bogor 16310 / (0251) 8342481 / 08128070209 Bogor, 4 Maret 2011 Menyetujui Ketua Jurusan Gizi Masyarakat
(Dr. Ir. Budi Setiawan, MS) NIP. 19621218 198703 1 001
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
(Prof. Dr. Ir.Yonny Koesmaryono, MS) NIP. 19581228 198503 1 003
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Anita Lusiya Dewi) NIM. I14070039
Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS) NIP. 19491130 197603 2 001
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan PKM-GT yang berjudul “Peningkatan Pengetahua Gizi Anak Usia Sekolah melalui Pengoptimalan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) Menggunakan Media Ular Tangga.” Penyusunan Program PKM-GT ini disusun berdasarkan masih kurangnya pendidikan gizi terutama bagi anak usia sekolah dasar di Indonesia, mengingat pentingnya peranan gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi kurang maksimal. Inovasi pendidikan gizi dengan media yang menarik berupa ular tangga dengan menggunakan konsep bermain sambil belajar sejalan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) yakni membentuk siswa yang sehat jasmani dan rohani serta dapat berpikir kritis. Oleh karena itu, disusun program ini untuk memberikan pengetahuan gizi sekaligus sebagai sarana meningkatkan kemampuan psikomotorik bagi anak Sekolah Dasar melalui Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Siti Madanijah, MS selaku Dosen Pembimbing serta pihak-pihak yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyusunan PKM-GT ini. Kami menyadari bahwa penulisan PKM-GT ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan. Semoga PKM-GT ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan kita semua. Tim Penyusun
Maret 2011
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ Halaman Pengesahan Usul .......................................................................... Kata Pengantar ........................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................... Ringkasan ................................................................................................... Pendahuluan ............................................................................................... Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan dan Manfaat ............................................................................. Gagasan ...................................................................................................... Kesimpulan ................................................................................................ Daftar Pustaka ............................................................................................ Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. Lampiran ....................................................................................................
i ii iii iv v 1 1 2 3 10 11 vi vii
iv
v
RINGKASAN Pembangunan nasional merupakan landasan kemajuan suatu bangsa. Pembangunan nasional tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM berkualitas menjadi hal yang penting agar mampu bersaing di dunia internasional. Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas adalah anak dan remaja. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi oleh kecukupan asupan gizinya. Akan tetapi, diketahui bahwa asupan gizi pada anak usia sekolah masih belum diperhatikan dengan seksama. Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan secara nasional masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku tidak sehat pada anak sekolah usia dasar (AUS) (6-14 tahun). Rata-rata status gizi kurus pada AUS adalah 13.3% laki-laki dan 10.9% perempuan. Prevalensi anemia pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9.4%. Sebaliknya kelebihan berat badan dan obesitas juga mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih juga masih rendah, yaitu perilaku buang air besar 68.2%, dan cuci tangan hanya 17.2%. AUS (10-14 tahun) mengkonsumsi makanan yang mengandung penyedap 75.4% dan makanan/minuman manis 63.1% (Depkes 2008). Pendidikan gizi diperlukan oleh anak usia sekolah sebagai sarana dalam menunjang status kesehatan anak. Yaitu, digunakan sebagai upaya peningkatan kemandirian dan sikap kritis anak dalam menjaga kesehatannya. Permainan edukatif terkait pendidikan gizi telah banyak dikembangkan di negara maju. Misalnya, US Department of Agricultural (USDA) mengembangkan permainan edukatif untuk memperbaiki status gizi anak. Permainan ini dinamakan My Pyramid for Kids yang menggunakan konsep “Membantu Anak untuk Makan dengan Baik, Melakukan Olahraga, dan Mendapatkan Kesenangan”(French et al. 2006). Colby dan Haldeman (2007) yang menggunakan media teater anak sebagai media pendidikan gizi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku, kepercayaan, dan kebiasaan anak. Intervensi melalui kelas dapat menjadi benteng bagi anak untuk meningkatkan keamanan dan sanitasi anak dalam makan di rumah (Sherman & Muehlhoff 2007). Oleh karena itu, melalui Pekan Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini, diusulkan gagasan inovatif tentang pendidikan gizi yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan gizi anak-anak. Gagasan tersebut melalui pengoptimalan mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) menggunakan media ular tangga. Ular tangga dipilih dikarenakan dapat digunakan sebagai media belajar sambil bermain. Selain itu, sifat ular tangga yang dimainkan oleh setidaknya dua orang, akan mengajarkan siswa untuk bersosialisasi dengan teman dan fairplay. Materi yang dicantumkan dalam permainan ular tangga adalah pengetahuan umum tentang gizi dan kesehatan serta perilaku hidup bersih dan sehat. Diharapkan dengan menggunakan media yang menyenangkan, anak akan mudah memahami sesuatu. Menurut Hendriyantini (2009 diacu dalamYuwanisa 2010), permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berfikir, berbahasa, serta bergaul dengan orang lain. Selain itu anak dapat menguatkan anggota badan, menjadi lebih terampil dan menumbuhkan serta mengembangkan kepribadiannya. Ular tangga dikemas dalam dua ukuran, yaitu ukuran besar (10 x 10 meter) dengan anak sebagai bidaknya dan ukuran kecil (30 x 30 cm persegi) yang dapat mudah dibawa dan dimainkan.
v
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa. Pembangunan nasional tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi hal yang penting agar mampu bersaing di dunia internasional. Sumber daya manusia yang berkualitas sebaiknya dipersiapkan sejak usia dini sebagaimana dinyatakan bahwa “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air.” Hal ini dikarenakan otak anak berkembang dengan cepat sejak lahir dan menurun seiring perkembangan usianya mengikuti teori kurva bell. Anak sudah mengembangkan kapasitas intelektualnya pada usia 4 tahun dan ketika usia 8 tahun sudah mencapai 80% dibandingkan dengan kapasitas orang dewasa. Demikian juga daya serapnya. Anak sampai usia 8 tahun mampu menyerap informasi 100%. Tapi lebih dari 8 tahun, kapasitas tersebut turun menjadi 20% saja. Jadi, pendidikan pada anak usia dini baik dan efektif untuk dilakukan (Alam 2007). Namun, pendidikan pada anak usia dini tidak akan berjalan dengan optimal, jika asupan gizi tidak tercukupi. Hal ini dikarenakan, gizi merupakan salah satu penentu perkembangan dan pertumbuhan otak dan fisik anak. Pertumbuhan dan perkembangan secara biologis, kognitif, dan psikososial mencapai pacu tumbuh yang pesat pada fase ini meskipun dalam waktu yang terbatas (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2009). Akan tetapi, diketahui bahwa asupan gizi pada anak usia sekolah masih belum diperhatikan dengan seksama. Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan secara nasional masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku tidak sehat pada anak sekolah usia dasar (AUS) (6-14 tahun). Rata-rata status gizi kurus (IMT<2SD) pada AUS adalah 13.3% laki-laki dan 10.9% perempuan. Prevalensi anemia pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9.4%. Sebaliknya kelebihan berat badan dan obesitas juga mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih juga masih rendah, yaitu yang benar berperilaku buang air besar 68.2%, dan yang benar dalam cuci tangan hanya 17.2%. AUS (10-14 tahun) mengkonsumsi makanan berisiko, yaitu mengandung penyedap 75.4% dan makanan/minuman manis 63.1% (Depkes 2008). Perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan anak tentang gizi dan kesehatan. Menurut Soekirman (2000 diacu dalam Nuryati 2010), pada umumnya sikap kritis dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki anak Indonesia. Banyak alat dan cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan, dan perilaku makan anak. Salah satunya yaitu melalui permainan edukatif untuk memberikan pendidikan gizi kepada anak sedini mungkin. Tugas rumah yang dibawa ke rumah merupakan cara yang efektif untuk orang tua dan keluarga dalam memotivasi dan menggali pengetahuan anak. Program anak yang efektif dan bermanfaat membutuhkan kemampuan yang spesifik dari para pengembang kurikulum sekolah, guru, dan orang tua. Intervensi melalui kelas dapat menjadi benteng bagi anak untuk meningkatkan
1
2
keamanan dan sanitasi anak dalam makan di rumah (Sherman & Muehlhoff 2007). Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Sejak kecil anak-anak di negara maju telah mendapatkan pendidikan gizi secara teratur. Melalui pembelajaran di kelas dan program makan siang di sekolah (school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Adanya pedoman tersebut, hampir setiap hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis sayur dan buah-buahan. Mereka juga diajarkan menjaga kebersihan dan memperhatikan label pembungkus atau kaleng makanan untuk menghindari makanan tercemar ataupun kadaluwarsa (Nuryati 2010). Tetapi saat ini di Indonesia, pengetahuan dan pendidikan tentang kesehatan masih terbatas pada pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olah raga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Sutrisna 2008 diacu dalam Mardiya 2010). Namun, belum secara khusus menyentuh tentang pendidikan gizi secara professional. Pernyataan di atas melatarbelakangi perlunya pendidikan gizi bagi anak usia sekolah. Media yang dipilih haruslah media yang menarik dan menyenangkan agar mudah untuk diserap oleh anak. Salah satu media yang telah dikembangkan oleh USDA dalam mendesain permainan edukatif untuk anak melalui instrumen My Pyramid for Kids. Permainan ini menerapkan konsep yaitu membantu anak untuk makan baik dan olahraga yang menyenangkan. Tujuan dari permainan ini adalah memperkenalkan kepada anak cara makan yang sehat dan mengajarkannya cara makan yang baik serta aktifitas fisik seperti olahraga teratur (French et al. 2006). Gagasan baru untuk permainan edukatif anak dengan metode tradisional tanpa perangkat komputer menjadi keunggulan tersendiri. Permainan yang mudah, bermanfaat, dan menyenangkan merupakan kunci terpenting dalam mendesain permainan anak. Media yang dipilih dan mudah diterapkan kepada anak usia sekolah yaitu menggunakan ular tangga, dikarenakan anak usia sekolah masih tertarik pada permainan. Konsep ini merujuk pada konsep “Bermain Sambil Belajar.”
Tujuan dan Manfaat Tujuan penyusunan gagasan “Peningkatan Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Melalui Pengoptimalan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Menggunakan Media Ular Tangga” adalah untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada anak usia sekolah melalui permainan edukatif sebagai media belajar yang menarik dan menyenangkan. Harapannya dengan menggunakan media yang menarik dan meyenangkan, anak-anak dapat tertarik untuk belajar tentang gizi dan kesehatan. Kemudian mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari 2
3
sebagai kebiasaan untuk hidup sehat, sehingga anak-anak dapat secara mandiri hati-hati dan kritis dalam memilih pangan dan berperilaku hidup bersih dan sehat. Manfaat yang dapat dipetik dari gagasan penggunaan media ular tangga sebagai permainan edukatif untuk anak adalah sebagai media pembelajaran anak dalam melatih kompetisi yang sehat (fairplay), bersosialisasi dengan teman sebaya, serta bermain sambil belajar, khususnya tentang gizi, kesehatan, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi pihak sekolah manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai alternatif media pembelajaran. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai salah satu program peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini.
GAGASAN Kasus gizi buruk di Indonesia semakin berkembang pasca krisis ekonomi tahun 1998, dan hingga kini kasus tersebut masih menjadi masalah yang tak kunjung tuntas. Kasus gizi buruk membawa dampak yang sangat besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia, khususnya dalam pembangunan nasional bangsa tersebut. Salah satu indikator bagi pembangunan suatu bangsa, khususnya bangsa Indonesia adalah konsumsi pangan yang mengandung zat gizi. Hal ini disebabkan antara konsumsi gizi dengan status kesehatan manusia sangatlah erat hubungannya (Tawaf 2009). Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas adalah anak dan remaja. Pertumbuhan dan perkembangan secara biologis, kognitif, dan psikososial mencapai pacu tumbuh yang pesat pada fase ini meskipun dalam waktu yang terbatas (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2009). Kasus kematian pada lebih dari setengah anak-anak di seluruh dunia secara tidak langsung disebabkan oleh kekurangan gizi. Menurut Hardinsyah (2007), terdapat tiga contoh sederhana yang sering dianggap benar padahal tidak, yaitu masalah ketersediaan pangan menjadi penyebab tunggal dalam masalah gizi kurang, pertumbuhan ekonomi yang signifikan dapat menyelesaikan masalah gizi kurang, dan penyelenggaraan program gizi yang sulit direalisasikan dengan alasan dana yang mahal. “Status gizi seorang anak sangat ditentukan oleh konsumsi pangan dan pola pengasuhan yang didapatnya. Semakin baik kondisi pangan yang dikonsumsi, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan semakin baik pula pengasuhan yang didapat semakin baik status gizi anak.” (Hardinsyah 2007). Semakin bertambah umur anak, maka kemampuan kognitifnya semakin mengalami kesenjangan (Hardinsyah 2007). Penyelenggaraan program gizi yang baik akan membawa manfaat yang luar biasa menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dalam rangka meningkatkan pembangunan nasional. Beberapa manfaat dari program-program gizi tersebut adalah menurunkan angka kesakitan penduduk, meningkatkan pendapatan penduduk, meningkatkan kesehatan dan kemampuan ibu-ibu dalam memelihara anak-anak, dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pada umumnya (Suhardjo 2008).
3
4
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anakanak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis, dan berkesinambungan. Tumbuh dan berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantítas yang baik serta benar. Pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak dalam masa tumbuh kembang tersebut tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan sistem tubuh anak. Food borne diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius, sehingga seringkali kurang diperhatikan (Khumaidi 1994). Pendidikan gizi diperlukan oleh anak usia sekolah sebagai sarana dalam menunjang status kesehatan anak. Hal ini dikarenakan pendidikan gizi dapat digunakan sebagai salah satu upaya peningkatan kemandirian, sikap kritis, dan kehati-hatian terkait pola makan dan pola hidup bersih dan sehat. Saat ini pendidikan gizi belum menjadi fokus utama dalam kurikulum pembelajaran siswa. Menurut Soekirman (2000 diacu dalam Nuryati 2010), pada umumnya sikap kritis dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki anak Indonesia. Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Di negara maju, sejak kecil anak-anak telah mendapatkan pendidikan gizi secara teratur. Melalui pembelajaran di kelas dan program makan siang di sekolah (school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Dengan pedoman tersebut, hampir setiap hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis sayur dan buahbuahan. Mereka juga diajarkan menjaga kebersihan dan memperhatikan label pembungkus atau kaleng makanan untuk menghindari makanan tercemar ataupun kadaluwarsa (Nuryati 2010). Pendidikan pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang bertujuan untuk penyampaian pesan atau infomasi sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik (Haryoko 2009). Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi jangka panjang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri manusia, karena melalui pendidikan manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak dia ketahui sebelumnya (Bastian 2006). Pendidikan gizi atau penyuluhan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi dalam rangka membentuk kebiasan makan yang baik (Khomsan 2000). Pendidikan gizi hendaknya dimulai sejak dini. Pendidikan gizi dan kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini memiliki kebiasaan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002). Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anakanak mempunyai pemikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa dan pengetahuan yang diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan
4
5
makannya. Anak-anak umumnya mempunyai hasrat yang besar untuk ingin tahu dan mempelajarinya lebih jauh. Program di tingkat sekolah dasar sebaiknya ditujukan agar anak dapat memilih dan menikmati beragam makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara baik dan sehat (Suhardjo 2003). Menurut Suhardjo (2003), salah satu tujuan umum dari pendidikan gizi adalah mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia. Masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Syafiq et al. 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Hal ini terjadi seteleh orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yang terjadi melalui pancar indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peran makanan dan gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmodjo 1997). Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua. Materi pelajaran gizi yang diberikan harus menyajikan kenyataan atau masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah sederhana dan mudah dikenal pula sehingga mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif (Nuryati 2010). Penanaman pengetahuan merupakan salah satu tujuan utama pendidikan kesehatan. Melalui penanaman pengetahuan diharapkan pengetahuan tersebut dapat membentuk sikap yang pada gilirannya kan mempengaruhi perilaku. Upaya pendidikan kesehatan yang didesain dengan baik dapat meningkatkan status gizi dan memperbaiki perilaku hidup sehat seseorang (Pickett & Hanlon 2009). Menurut Gibney et al. (2009), suatu program yang komprehensif dapat berpengaruh penting terhadap pengetahuan gizi dan kebiasaan makan anak sekolah dasar, yang juga dapat memengaruhi anggota keluarga lain. Solusi yang pernah ada dalam rangka memperbaiki status gizi anak usia sekolah adalah melalui pendidikan gizi yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu dengan menggunakan media seperti leaflet, wayang, dan komik. Hanya saja upaya tersebut masih sebatas tugas kuliah, pengabdian masyarakat, serta penelitian dalam rangka pembuatan skripsi dan belum terealisasikan secara menyeluruh dan intensif. Selain itu, pendidikan gizi di sekolah belum menjadi perhatian khusus dalam kurikulum pembelajaran siswa. Kalaupun ada kurikulum pembelajaran siswa yang sedikit terkait dengan pendidikan gizi seperti mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), Agama Islam, dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) hanya sebatas pengenalan tentang pangan, olahraga dan kebersihan untuk kesehatan. Namun, belum secara professional mengajarkan tentang pola makan dan perilaku hidup bersih dan sehat terkait dengan gizi.
5
6
Ada juga permainan edukatif yang telah dikembangkan oleh USDA untuk memperbaiki status gizi anak. Permainan ini dinamakan My Pyramid for Kids yang menggunakan konsep “Membantu Anak untuk Makan dengan Baik, Melakukan Olahraga, dan Mendapatkan Kesenangan”. Permainan tersebut hanya dapat dilakukan jika terdapat akses internet dan belum dapat menjangkau anakanak Indonesia secara keseluruhan. Perlu dikembangkan permainan edukatif dalam rangka memberikan pendidikan gizi kepada anak yang mudah diakses dan diterapkan oleh anak usia sekolah. Gagasan terbaru dalam memberikan pendidikan gizi kepada anak usia sekolah perlu dikembangkan secara terus menerus dan intensif. Intervensi pendidikan gizi kepada anak usia sekolah diharapkan mampu memberikan anak pengetahuan tentang gizi pangan, perilaku makan anak, dan kebiasaan makan anak agar tercapai status gizi yang baik. Status gizi yang baik pada anak dapat mendukung aktivitas dan kemampuan kognitif anak sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat tercapai. Dalam proses pendidikan, pengembangan materi atau bahan ajar dapat melalui berbagai cara, salah satunya adalah pengembangan bahan pengajaran dengan optimalisasi media. Media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam proses pendidikan sering diistilahkan media pendidikan (Haryoko 2009). Media cetakan dan grafis di dalam pendidikan paling banyak dan paling sering digunakan. Menurut Contento (2007), media visual diyakini dapat lebih meningkatkan motivasi anak dalam proses pendidikan. Berdasarkan kajian Laboratorium Kurtekpend UPI (2010), media cetakan dan grafis termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam benuk tulisan, hurufhuruf, gambar-gambar, simbol-simbol, yang mengandung arti, disebut media grafis. Media grafis termasuk media visual diam sebagaimana halnya dengan media lain, media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yng dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis adalah gambar atau foto, diagram, bagan grafik, poster, media cetak, dan buku. Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini memberikan suatu inovasi pembelajaran gizi melalui media bermain “ular tangga” yang di intervensi melalui mata pelajaran Penjaskes pada siswa. Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotakkotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga, setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir (Shaleh 2009).
6
7
Shaleh (2009) menyatakan bahwa permainan ini adalah permainan hindu yang berasal dari India dan merupakan permaian moralitas, yang disimbolkan dalam bentuk ular dan tangga. Tangga dianggap mewakili berbagai jenis sifat kebaikan sedangkan ular mewakili jenis sifat kejahatan. Kotak-kotak yang bersifat kebaikan antara lain adalah Faith atau Keyakinan (kotak 12), Reliability atau Kepercayaan (kotak 51), Generosity atau Dermawan (kotak 57), Knowledge atau Pengetahuan (kotak 76), Asceticism atau Pertapaan (kotak 78). Sedangkan kotakkotak yang bersifat kejahatan antara lain Discobedience/Ketidaktaatan (kotak 41), Vanity atau Kesombongan (kotak 44), Vulgarity atau Ketidaksopanan (kotak 49), Theft/Pencurian (kotak 52), Lying/Kebohongan (kotak 58), Drunkenness/Mabuk (kotak 62), Debt atau Hutang (kotak 69), Rage atau Kemarahan (kotak 84), Greed atau Ketamakan (kotak 92), Pride atau Kebanggaan (kotak 95), Murder/Pembunuhan (kotak 73) dan Lust/Nafsu (kotak 99). Permainan ini digunakan untuk memberikan pengertian kepada anak-anak tentang agama. Kebaikan akan membawa pemain ke tingkat lebih tinggi, sedangkan kejahatan akan membawa pemain turun ke tingkat yang rendah dalam kehidupan. Kotak yang berjumlah 100 mewakili tingkat Nirwana. Seperti yang dinyatakan oleh Sutrisna (2008 diacu dalam Mardiya 2010) bahwa tujuan Penjaskes yang merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan adalah untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olah raga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Namun, disayangkan bahwa Penjaskes yang diterapkan di dalam pembelajaran sekolah dasar hanya sebatas aktivitas fisik (olahraga) dan belum menyentuh pengetahuan gizi anak dalam rangka meningkatkan kesadaran membiasakan hidup sehat. Oleh karena itu, kami memberikan gagasan untuk membuat ular tangga sebagai media peningkatan pengetahuan gizi tanpa meninggalkan aktivitas fisik yang menjadi keunggulan dalam mata pelajaran Penjaskes. Hal ini juga didasari pada kesenangan anak-anak akan olahraga dan bermain dikarenakan dilakukan dengan cara menyenangkan dan di luar kelas. Inovasi pendidikan gizi melalui permainan edukatif “ular tangga” memiliki alternatif pembelajaran yang mengajak anak bermain dalam areal petak ular tangga yang cukup besar. Bentuk dan cara permainannya serupa dengan permainan ular tangga pada umumnya, hanya ada beberapa modifikasi dalam teknik permainannya. Terdapat dua bentuk ular tangga sebagai alternatif pembelajaran, yaitu ular tangga berukuran besar dengan anak-anak sebagai bidak. Permainan ini selain mengasah kemampuan psikomotor anak juga dapat mengasah kemampuan kognitif dan afektif anak. Ukuran ular tangga besar ini adalah 10 x 10 meter persegi dengan ukuran per kotaknya adalah 1 x 1 meter persegi. Permainan ini menggunakan anak sebagai bidaknya. Bidak-bidak yang biasa terdapat di permainan ular tangga diganti dengan siswa. Siswa akan berjalan dari satu petak ke petak yang lain sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh lemparan dadu dan pernyataan atau pertanyaan yang ada di dalam petak tersebut. Instruksi berupa pernyataan dan pertanyaan yang terdapat pada petak ular tangga berisi tentang pengetahuan gizi dan perilaku sehat anak. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi sarana anak untuk
7
8
mengenal gizi dan kesehatan sejak dini sehingga dapat diterapkan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Selain ular tangga berukuran besar, ular tangga juga dibuat dalam ukuran kecil yaitu 30 x 30 cm persegi dengan harapan dapat dimainkan di rumah bersama dengan kawan-kawannya. Materi pendidikan gizi yang ingin disampaikan dalam pembuatan ular tangga ini meliputi pedoman umum gizi seimbang (PUGS) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PUGS adalah dietary guideline yang berisi petunjukpetunjuk terperinci tentang cara memperbaiki pola konsumsi pangan. Pola itu akan membuat seseorang terhindar dari masalah gizi lebih atau kurang. Sementara itu, 4 sehat 5 sempurna adalah petunjuk umum tentang ragam makanan yang sebaiknya dikonsumsi (Khomsan & Anwar 2008). Adapun 13 pesan gizi yang terdapat dalam PUGS adalah (1). Makanlah aneka ragam makanan, (2). Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3). Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan, (4). Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5). Gunakan garam beryodium, (6). Makanlah makanan sumber zat besi, (7). Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan, (8). Biasakan sarapan pagi, (9). Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, (10). Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur, (11). Hindari minum minuman beralkohol, (12). Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, dan (13). Bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes 1994). Pesan-pesan tersebut disusun oleh pakar-pakar gizi Indonesia dibantu oleh seorang konsultan dari Cornell University (Prof. Latham). Dengan memerhatikan jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia dan memerhatikan dietary guidelines dari berbagai Negara, lahirlah konsep PUGS. PUGS dikembangkan dengan maksud untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi ganda (Khomasan & Anwar 2008). PHBS merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap tatanan. Mengacu pada pegertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area/wilayah, yaitu: (1). Indikator nasional, (2). Indikator lokal spesifik, (3). Indikator di tiap tatanan, terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan yang meliputi tatanan rumah tangga, tempat kerja, tempat umum, sekolah, dan sarana kesehatan. Indikator nasional meliputi presentase penduduk tidak merokok, penduduk yang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta presentase penduduk yang melakukan aktifias fisik/olahraga. Ditambahkan indikator secara spesifik yang sesuai dengan perilaku anak meliputi mencuci tangan memakai sabun, gosok gigi sebelum tidur, tidak menggunakan napza, membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan, serta menjaga kebersihan kamar mandi (Effendi 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2006) merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), binasuasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam
8
9
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Adapun program PHBS terdiri dari dua jenis, yaitu PHBS di dalam tatanan rumah tangga dan PHBS di dalam tatanan instansi rumah tangga. PHBS di dalam tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Sasaran utamadari PHBS di rumah tangga adalah anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah). PHBS di dalam tatanan instansi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Sasaran utama program PHBS tersebut adalah murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah). Gagasan tertulis yang diajukan ini merupakan salah satu upaya program PHBS pada siswa khususnya anak usia sekolah untuk merubah perilaku dan pengetahuan anak dalam rangka promosi kesehatan serta gizi. Strategi yang digunakan adalah Binasuasana. Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok bermain, teman sebaya, dan lain-lain) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2006). Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Binasuasana, yaitu (a). Pendekatan Individu, (b). Pendekatan Kelompok, dan (c). Pendekatan Masyarakat Umum Permainan edukatif berupa ular tangga ini merupakan salah satu bentuk strategis dari PHBS di dalam tatanan instansi pendidikann. Harapannya dengan strategi ini perilaku anak usia sekolah dapat mengarah kepada pola hidup bersih dan sehat. Pesan-pesan PHBS yang disampaikan melalui setiap petak ular tangga dapat menjadi suatu bentuk pendidikan bagi anak dalam rangka promosi hidup bersih dan sehat. Pendidikan yang dikemas dengan cara yang menyenangkan melalui permainan ular tangga lebih dapat diserap dan diterapkan oleh anak. Sehingga perilaku yang diinginkan dari permainan ini dapat berubah ke arah yang lebih baik. Menurut Hendriyantini (2009) dalamYuwanisa (2010), permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berfikir, berbahasa, serta bergaul dengan orang lain. Selain itu anak dapat menguatkan anggota badan, menjadi lebih terampil dan menumbuhkan serta mengembangkan kepribadiannya. Permainan edukatif merupakan permainan yang dirancang dan dibuat untuk merangsang daya pikir anak termasuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan memecahkan masalah. Permainan ular tangga ini dapat menjadi sebuah terobosan dalam permainan edukatif bagi anak usia sekolah. Kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan teman sebaya atau teman sepermainan menjadi meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Colby dan Haldeman (2007) yang menggunakan media teater anak sebagai pendidikan gizi diperoleh data bahwa hubungan dan
9
10
komunikasi anak dengan sesamanya (peer to peer) terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku, kepercayaan, dan kebiasaan anak. Pendidikan gizi dengan variasi metode dapat diberikan anak di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam rangka mempromosikan perubahan konsumsi (makan) untuk kesehatan. Ular tangga merupakan gagasan permainan edukatif yang memberikan sarana kepada anak untuk mengembangkan hubungan dan komunikasi dengan teman sebaya dalam permainan edukatif. Anak dilatih untuk mampu bermain secara jujur dan adil. Permainan edukatif ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah, dan pelaku pendidikan sebagai sarana dalam memberikan pengetahuan gizi kepada anak usia sekolah. Bagi masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai pendidikan kesehatan pada anak, bagi pemerintah dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan bagi pelaku pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak khususnya dalam hal yang terkait gizi, kesehatan, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Diharapkan dalam rangka merealisasikan permainan ular tangga sebagai media pembelajaran gizi dan kesehatan dapat didukung oleh pihak-pihak terkait mulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga. Orang tua atau orang dewasa lainnya dalam keluarga diharapkan dapat membantu memandu permainan ini. Ular tangga juga diharapkan dapat mengurangi kebiasaan anak untuk menonton televisi dan bermain video game yang terkadang membuat anak malas belajar. Perkembangan teknologi juga terkadang membuat anak individualis karena semua kegiatan dapat dilakukan sendiri di kamar atau rumah. Melalui permainan ini, selain anak-anak merasa diajak bermain juga secara tidak langsung mereka sebenarnya sedang diajak belajar. Tentunya permainan ini akan lebih menarik dan menyenangkan setidaknya dimainkan oleh dua orang bahkan lebih, sehingga anak juga dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya juga meningkatkan jiwa kompetisi yang sehat (fairplay). Peran serta pihak sekolah dalam hal ini adalah sebagai penyelenggara dan pendukung permainan ini. Guru dapat berperan sebagai instruktur dan pemandu permainan. Tentunya sebagai tempat bertanya jawaban-jawaban terkait gizi dan kesehatan apabila siswa belum mengerti dengan baik. Pemerintah diharapkan dapat ikut serta dalam penyedian media permainan ini ke sekolah-sekolah sebagai salah satu materi mata pelajaran penjaskes sebagai upaya peningkatan kompetensi berpikir kritis bagi siswa sesuai dengan kompetensi dasar mata pelajaran penjaskes.
KESIMPULAN
Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya memperhatikan asupan makanan. Sikap kritis dan hatihati dalam pemilihan pangan belum dimiliki oleh anak di Indonesia dikarenakan beum terdapatnya pendidikan gizi yang dikemas secara professional seperti yang dilakukan di Negara maju. Sosialisasi pendidikan gizi dapat dimulai dengan cara
10
11
permainan edukatif yang menarik dan menyenangkan, yaitu misalnya ular tangga. Ular tangga gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat ini dikemas dalam dua bentuk, yaitu papan besar (10 x 10 meter persegi) dengan anak sebagai pionnya dan papan kecil (30 x 30 cm persegi) yang mudah dibawa dan dimainkan di mana saja. Teknik implementasi yang dilakukan pada tahap awal adalah melakukan kerja sama dengan pihak sekolah untuk memasukkan permainan ular tangga besar pada salah satu subyek pelajaran di Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes). Selanjutnya, papan kecil dapat dijual di koperasi sekolah atau tokotoko buku agar mudah didapatkan siswa dan dimainkan di rumah dengan teman sebayannya melalui panduan orang tua atau orang dewasa lainnya. Permainan edukatif ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah, dan pelaku pendidikan sebagai sarana dalam memberikan pengetahuan gizi kepada anak usia sekolah. Bagi masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai pendidikan kesehatan pada anak, bagi pemerintah dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan bagi pelaku pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak khususnya dalam hal yang terkait gizi, kesehatan, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Melalui permainan edukatif, diharapkan anak-anak dapat dengan mudah mengerti dan mengimplementasikan pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya. Selanjutnya dapat meningkatkan sikap kritis dan kehati-hatian siswa terkait pangan dan menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA Alam GRN. 2007. Cara cepat belajar membaca dengan metode Cantol Roudhoh. http://gumilar.edublogs.org/2009/08/13/menumbuhkan-minat-membacasejak-dini/ [24 Februari 2011] Bastian I. 2006. Akuntasi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. Contento IR. 2007. Nutrition Education: Linking Research, Theory, and Practice. Sudbury: Jones and Bartlett Publishers. Colby SE dan Haldeman L. 2007. Peer-led theater as a nutrition education strategy. Journal Nutrition Education and Behaviour. Vol: 39: 48-49. http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/14994046/PIIS1499404606006816.pdf [2 Maret 2011]. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi I. Jakarta: Rajawali Pers. [Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. 1994. Pedoman umum gizi seimbang. http://www.gizi.net [5 Maret 2011]
11
12
________________________________. 2008. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2006. Pedoman pengembangan kabupaten/kota percontohan program perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS). http://dinkessulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf [5 Maret 2011]. Effendi YH. 2009. Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat [diktat]. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. French L, Howell G, Haven J, Britten P. 2006. Designing MyPyramid for Kids materials to help children eat right, exercise, have fun. Journal Nutrition Education and Behaviour. Vol. 38:S158-S159. http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/1499-4046 /PIIS1499404606005999.pdf [2 Maret 2011]. Gybney MJ, Margaretts BM, Kearney JM, Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2007 2(2): 55 – 74. Haryoko S. 2009. Efektifitas Pemanfaatan Media Audio-Visual sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro, 5(1):1-10. http://journal.uny.ac.id [5 Maret 2011] Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. __________. 2002. Pangan dan Gizi dalam Dimensi Kesejahteraan. Bogor: Jurusan Gizi Mayarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A, Anwar F. 2008. Sehat itu Mudah. Jakarta: Hikmah. Khumaidi M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: BPK Gunung Mulya. Laboratorium Kurtekpend UPI. 2010. Media visual tidak diproyeksikan. http://kurtek.upi.edu/media/sources/8-non%20proyeksi.pdf [5 Maret 2011] Mardiya. 2010. Mengoptimalkan peran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak didik di sekolah dasar oleh Dr. Mardiya. http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/ mengoptimalkan-peran-pendidikan-jasmani-olahraga-dan-kesehatandalam-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-didik-di-sekolah-dasaroleh-drs-mardiya/ [24 Februari 2011] Notoatmodjo S. 1997. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka.
12
13
Nuryati S. 2010. Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak. http://www/Pentingnya Pendidikan Gizi Bagi Anak « Sang Profesor.htm [24 Februari 2011] Pickett G, Hanlon JJ. 2009. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan Praktik (Edisi 9). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Shaleh MM. 2009. Rancangan bangun game edukasi ular tangga pada aplikasi mobile [skripsi]. Surabaya: Jurusan Teknik Informatika, Politekbik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sherman J dan Muehlhoff E. 2007. Developing a nutrition and health education program for primary schools in Zambia. Journal Nutrition Education and Behaviour. Vol. 39: 335-342. http://download. journals. elsevierhealth.com/pdfs/journals/1499-4046/PIIS1499404607009207 .pdf [2 Maret 2011]. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. _______. 2008. Perencanaan pangan dan Gizi Edisi 1 Cetakan Kelima. Jakarta: Bumi Aksara. Syafiq A, et al. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tawaf
Rochadi. 2009. Mengukir prestasi dengan gizi dari sapi. www.sribd_mengukirprestasidengangizidarisapi [29 Desember 2010].
Yuwanisa A. 2010. Permainan edukatif. http://ainiyuwanisa.wordpress. com/2010/03/11/permainan-edukatif/ [26 Februari 2011].
13
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Ketua Pelaksana Kelompok a. Nama Lengkap : Anita Lusiya Dewi b. NIM : I14070039 c. Fakultas/Departemen : Ekologi Manusia/Ilmu Gizi d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor e. Karya ilmiah yang pernah dibuat: - Karya Tulis Al-Qur`an, hubungan antara ilmu pengetahuan dan Al-Qur`an Musabaqoh Tilawatil Quran (2009) - Karya Tulis Al-Qur`an, hubungan antara kebijakan pemberian ASI dan AlQur`an, Fakultas Teknologi Pertanian (2009) - Inovasi Minuman Jeli Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk)Aneka Rasa sebagai Sumber Vitamin C dan -Karoten dalam rangka lomba duta kesehatan, Jogjakarta f. Penghargaan ilmiah yang pernah didapatkan: - Mendapatkan dana hibah Indofood Riset Nugraha (IRN) 2010/2011 - Mendapatkan Dana DIKTI Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (2008) 2. Anggota Pelaksana 1 a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Departemen d. Perguruan Tinggi
: Sumi Arrofi : I14070030 : Ekologi Manusia/Ilmu Gizi : Institut Pertanian Bogor
3. Anggota Pelaksana 2 a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Departemen d. Perguruan Tinggi
: Erwin Angga Setya Nugraha : I14090077 : Ekologi Manusia/Ilmu Gizi : Institut Pertanian Bogor
4. Nama dan Biodata Dosen Pendamping 1. Nama Lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS 2. Golongan Pangkat dan NIP : Pembina Tk. I – IVd dan 19491130 197630 2 001 3. Jabatan Fungsional : Guru Besar 4. Jabatan Struktural : Dosen / Komisi Pendidikan 5. Fakultas/Departemen : Ekologi Manusia/Gizi Masyarakat 6. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor 7. Bidang Keahlian : Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
vi
99
98
97
Kurang minum air
96
95
94
93
Minum air putih 8 gelas sehari dapat menghindari kehausan
81
80
82
83
84
89
90
Badan jadi Bugar & Sehat
86 Push Up 10 kali, lalu maju 4 langkah
87
88
75
74 Makan beraneka ragaman makanan saat sarapan menjadikan semangat belajar di sekolah
73
72
71
Jajan Sembarangan
78
61
62
63
64
65 Kurang yodium menyebabkan penyakit gondok dan konsentrasi menurun
66
67
68
69
70 Selalu menjaga kebersihan kamar mandi (menguras seminggu sekali)
60
59
58
57 Mandi 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari (setelah bangin tidur) dan sore hari
56
55 Cucilah kaki dan tangan serta gosoklah gigi sebelum tidur!
54
53 Sarapan
52
51
41 AYO KITA GEMAR MAKAN IKAN!!!
42
43 Makan pangan hewani dapat mempercepat pertumbuhan tubuh
44
45
46
47
48
49
50
40
39
38 Lompat di tempat sebanyak 5 kali, kemudian maju sebanyak 5 langkah
37
34
33
32
31 Makan buah sumber vitamin C seperti jeruk, mangga, dan jambu biji dapat mencegah sariawan
23
24 Tangan harus selalu bersih sebelum makan
25
27 Merokok dapat menyebabkan paru-paru rusak
28
29
30
22
OLAHRAGA TERATUR = TIDAK GAMPANG SAKIT
Makanlah beraneka ragam makanan!
20
76
91
79 Makan yang berlebihan dapat menyebabkan kegemukan sedangkan makan yang terlalu sedikit dapat menyebabkan badan kurus.
21
77
85
92
Kekurangan vitamin C
36
35 Apa yang kamu lakukan sebelum tidur?
26
Kamu jarang gosok gigi
19
18
17 Lompat sambil tepuk tangan 3 kali, kemudian maju 3 langkah
16
15
14 Makan buah setiap hari agar tubuh menjadi sehat
13
12 Tulang dan gigi menjadi kuat sehat serta kuat
11
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sampah menumpuk, sarang lalat, tikus, dan sumber penyakit lainnya
vi
vii
vii