PUTUSAN
Nomor 278/Pdt/2016/PT.Bdg “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung yang memeriksa dan mengadili
perkara-perkara perdata gugatan dalam Peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :
PT SPANSET INDONESIA, berkedudukan di Marunda Centre Blok F No.20 Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang diwakili oleh
FITRI SETIANINGSIH Direktur, dalam hal ini memberi kuasa kepada 1. Dra Risma Situmorang, SH.MH., 2. Cristine N.A
Sovisa, S.H., 3. Ida Yanti Situmorang SH., 4. Margaret Tacia Ditumorang, SH., para Advokad dan konsultan hukum pada kantor Risma Situmorang & Partners beralamat di
Jalan
Antara No.45 A Pasar Baru Jakarta Pusat 10710 berdasarkan Surat Kuasa khusus tanggal 7 Maret 2016, selanjutnya disebut sebagai
Pembanding, semula Tergugat;
1.
LAWAN :
PT KALIMAS SARANA SUPLINDO, berkedudukan di Jalan
Kramat Raya No.178 C, Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen,
Jakarta Pusat yang diwakili oleh SURYA WINATA, Direktur Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada Sutedja, SH,
F Sugianto Sulaiman, SH, Andrew Suteja, SH., LLM., A.Ciarb , Foster Frankline, SH, para Advokad dan Konsultam Hukum
dari Kantor Sutedja Associates, beralamat di Jalan Bungur Besar Raya No,55/2 D, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat
Kuasa khusus tanggal 10 Nopember 2014, selanjutnya disebut sebagai:
Terbanding , semula Penggugat;
Halaman 1 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
2. NOTARIS WIDIYANINGSIH, SH.M.kn, berkedudukan di
Komplek Hotel Sudimampir, Jalan Teuku Umar, km 45 No.97
Cibitung, Cikarang Barat, Bekasi, dalam hal ini memberi Kuasa Kepada Marthens Manafe, SH, Advokad/ Pengacara & Penasehat Hukum, beralamat di Canadian Broading Ruko
Canadian CB-A/10, Kota Wisata Cibubur Bogor, berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tanggal 20 Mei 2015, selanjutnya disebut sebagai
Turut Terbanding , semula Turut Tergugat; Pengadilan Tinggi tersebut
Telah membaca Penetapan
Ketua Pengadilan
Tinggi
Jawa Barat
tanggal 13 Juni 2016 Nomor 278/PEN/PDT/2016/PT.Bdg tentang penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili dalam tingkat banding ;
dan mengadili perkara ini
Telah membaca berkas perkara dan semua surat-surat berhubungan dengan perkara ini ;
lainnya yang
TENTANG DUDUK PERKARANYA Membaca, gugatan Penggugat/Terbanding tertanggal 2 Maret
2015 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Bekasi pada tanggal 12 Maret 2015 dibawah Register perkara Nomor. 128/Pdt.G/2015/ PN.Bks, , telah mengajukan gugatan sebagai berikut TENTANG JUAL BELI :
1. Bahwa, Penggugat dan Tergugat telah bersama-sama mengikatkan dirinya pada Pengikatan Jual Beli Nomor 165, tertanggal 26 Juni 2012
yang dibuat di hadapan Notaris Sri Intansih, S.H., Notaris di Jakarta
(“PJB”) (Bukti P-1), dan Akta Jual Beli Nomor 31 (“AJB No. 31”) (Bukti P2) dan 32 (“AJB No. 32”) (Bukti P-3) tertanggal 1 Oktober 2012, yang
keduanya dibuat oleh Turut Tergugat, Notaris di Jakarta atas 2 (dua) bidang tanah kosong (“Objek Jual Beli”), masing-masing terletak di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Bekasi, Kecamatan Tarumajaya,
Kelurahan Segara Makmur, setempat dikenal sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan Marunda Center Blok F No. 20, seluas 2.453 M² (dua
ribu empat ratus lima puluh tiga meter persegi), dengan sertifikat Hak
Halaman 2 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Guna Bangunan, nomor 524/Segara Makmur, dan diuraikan dalam Surat
Ukur,
tertanggal
11
Agustus
2009,
nomor
39/Segara
Makmur/2009, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, tertanggal 14 September 2012 (“Sertifikat HGB
Nomor 524”) (Bukti P-4), dan bidang tanah kedua yaitu sebidang tanah seluas 2.547 M² (dua ribu lima ratus empat puluh tujuh meter persegi),
dengan serifikat Hak Guna Bangunan, Nomor 526/Segara Makmur, dan
diuraikan dalam Surat Ukur, tertanggal 11 Agustus 2009, nomor 35/Segara Makmur/2009, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten
Bekasi,
tertanggal
14
September 2012
(“Serifikat HGB Nomor 526”) (Bukti P-5) , tertulis/terdaftar atas nama PT. Kalimas Sarana Suplindo;
2. Bahwa, Pihak Penggugat telah menerima pembayaran dari Tergugat
sebesar Rp 7.113.700.000,00 (tujuh milyar seratus tiga belas juta tujuh ratus ribu Rupiah) sebagaimana dinyatakan di dalam AJB No. 31 vide
(Bukti P-2) dan Rp7.386.300.000,00 (tujuh milyar tiga ratus delapan puluh enam juta tiga ratus ribu Rupiah) sebagaimana di dinyatakan di dalam AJB No. 32 vide (Bukti P-3);
TENTANG WANPRESTASI
3. Bahwa, pada tanggal 2 Oktober 2013, Pihak Penggugat mendapat teguran dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen melalui
Surat No. S-4224/WPJ.06/KP.0909/2013 tertanggal 2 Oktober 2013 yang berisi Himbauan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai (“PPN”) dan Pembetulan SPT Masa PPN (“Surat Himbauan”) (Bukti P-6). Bahwa di
dalam Surat Himbauan tersebut dinyatakan bahwa terdapat kewajiban
terhutang yakni kewajiban untuk membayar PPN yang wajib dilakukan
oleh Tergugat sebesar Rp1.450.000.000,00 (satu milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah) dan belum termasuk denda keterlambatannya berdasarkan Surat Himbauan;
4. Bahwa, Penggugat memiliki itikad yang baik dengan membayarkan
terlebih dahulu PPN beserta denda keterlambatannya yang seharusnya
menjadi kewajiban dan tanggung jawab Tergugat sebagaimana
dinyatakan di dalam Surat Himbauan agar Tergugat tidak mengalami kerugian yang lebih besar akibat keterlambatan pembayaran PPN tersebut;
Halaman 3 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
5. Bahwa, Penggugat telah mengirimkan teguran/somasi dan undangan
untuk melakukan mediasi kepada Tergugat pada tanggal 1 Desember 2014 (Bukti P-7) dan teguran/somasi dan undangan kedua pada tanggal 11 Desember 2014 (Bukti P-8), namun atas teguran/somasi dan undangan
tersebut,
Tergugat
tidak
memiliki
itikad
baik
untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut secara musyawarah untuk mencapai mufakat;
6. Bahwa, berdasarkan kesepakatan bersama kewajiban pembayaran PPN merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh Tergugat
sebagai pembeli. Bahwa di dalam bagian pendahuluan halaman 3 paragraf 3 dari PJB disebutkan: “bahwa berhubung dengan hal seperti
tersebut diatas, maka kedua belah pihak menerangkan dengan ini setuju dan mufakat untuk membuat suatu perjanjian pengikatan untuk jual beli, dalam mana dinyatakan bahwa segera setelah harga
pembelian telah dibayar lunas oleh Pihak Kedua dan pajak penjualan
dan pajak pembelian telah dibayar lunas oleh Pihak Pertama dan Pihak
Kedua, maka dengan ini Pihak Pertama akan melangsungkan jual beli
yang sesungguhnya dihadapan pejabat yang berwenang dengan Pihak Kedua”.
Demikian pula, berdasarkan pada Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah
No.
48
Tahun
1994
Tentang
Pembayaran
Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (“PP No. 48/1994”) disebutkan: “Atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan”,
maka yang dimaksud dengan Pajak Penjual adalah Pajak Penghasilan
(“PPh”) dan berdasarkan pada Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Huruf (a) Point (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (“UU No. 20/2000”) menyebutkan: “Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan” dan “Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. pemindahan hak karena: 1. jual
beli”, maka yang dimaksud dengan Pajak Pembelian adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (“BPHTB”);
Halaman 4 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
7. Bahwa, dalam Pasal 2 PJB disebutkan: ”Harga penjualan tanah kosong tersebut yang akan dilakukan itu oleh kedua belah pihak telah ditetapkan
sekarang
ini
dan
dikemudian
hari
sebesar
Rp14.500.000.000,00 (empat belas milyar lima ratus juta Rupiah ) (“Harga Jual”). Selanjutnya berdasarkan pasal 10 ayat (3) PP No.
48/1994, dinyatakan bahwa: “Dalam hal kontrak atau perjanjian tertulis
tidak menyebutkan nilai kontrak atau perjanjian tertulis tersebut termasuk Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, nilai kontrak yang tercantum
dalam kontrak atau perjanjian tertulis tersebut dianggap sebagai Dasar Pengenaan Pajak”.
Selanjutnya, komparisi AJB No. 31 vide (Bukti P-3), pada halaman 4,
Pihak Pertama dan Pihak Kedua menerangkan bahwa: jual beli ini dilakukan dengan harga Rp 7.113.700.000,00 (tujuh milyar seratus tiga
belas juta tujuh ratus ribu Rupiah) dan AJB No. 32 vide (Bukti P-4),
pada halaman 4, Pihak Pertama dan Pihak Kedua menerangkan bahwa: jual beli ini dilakukan dengan harga Rp7.386.300.000,00 (tujuh milyar tiga ratus delapan puluh enam juta tiga ratus ribu Rupiah).
Maka berdasarkan PJB dan kedua AJB tersebut, Pembeli dan Tergugat
tidak pernah menyatakan dan sepakat bahwa Harga Jual sudah
termasuk dengan PPN dan berdasarkan bukti-bukti tersebut diatas, Harga Jual tidak dapat diasumsikan dan/atau diartikan sepihak oleh Tergugat PPN;
bahwa Harga Penjualan tersebut sudah termasuk dengan
8. Bahwa, menurut pasal 1 angka (4) Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (“PP No.1/2012”), dimana: “Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk
semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan
Halaman 5 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Selanjutnya, menurut pasal 4 ayat (1) PP No.1/2012 dinyatakan bahwa: “Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah”. Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka Penggugat tidak memiliki
kewajiban atau secara otomatis untuk mencantumkan harga jual termasuk dengan PPN di dalam harga penjualan. Maka, Penggugat wajib
meminta
kepada
Tergugat
untuk
membayar
PPN
dan
menyetorkannya ke dalam kas negara menurut peraturan perundangundangan yang berlaku;
Jadi dengan kata lain yang wajib membayar PPN adalah Tergugat dan bukan merupakan tanggung jawab Penggugat.
9. Bahwa menurut pasal 1 angka 25 Undang-Undang No. 8 Tahun 1983
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (“UU No.8/1983”), dimana: “Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak”. Maka berdasarkan
ketentuan UU No.8/1983 tersebut, Penggugat wajib memungut PPN
kepada Tergugat sehubungan dengan AJB No. 31 dan No. 32,
tertanggal 1 Oktober 2012 yang ditandatangani oleh dan antara Penggugat dan Tergugat ;
10. Bahwa, sampai dengan saat ini kewajiban/PPN terhutang dari Tergugat
adalah sebesar Rp1.914.000.000,00 (satu milyar sembilan ratus empat belas juta Rupiah) termasuk dengan denda keterlambatan, belum dibayarkan kembali kepada kami hingga saat ini;
TENTANG KERUGIAN
11. Bahwa atas tindakan yang dilakukan oleh Tergugat jelas merupakan wanprestasi atas Perjanjian dan telah merugikan Penggugat baik secara materil maupun immateril. Turut Tergugat selaku Notaris dan PPAT
Halaman 6 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
ternyata juga tidak memberikan nasihat kepada Turut Tergugat untuk membayar kerugian Penggugat diatas dan karena itu Turut Tergugat juga harus dihukum bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan Terggugat atas kerugian Penggugt.
Adapun kerugian yang dialami oleh Penggugat meliputi kerugian materil dan immateril, dengan rincian sebagai berikut: a. Kerugian Materil
Jumlah pembayaran PPN yang seharusnya menjadi tanggung jawab Tergugat adalah sebesar Rp1.450.000.000,00 (satu milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah).
Denda Keterlambatan Ganti kerugian materil tersebut harus pula
dikenakan bunga keterlambatan yang harus di hitung sejak tanggal dibayarkannya PPN oleh Penggugat yaitu tertanggal 13
Januari 2014, (“Bukti Setor” Bukti P-9) dan (“Surat Setoran Pajak” Bukti P-10), bunga tersebut sebesar 2% (dua persen) per bulan
atau 24% (dua puluh empat persen) per tahun sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat 2 huruf (a) Undang-Undang No. 28
Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (“UU No.28/2007”) yang harus di hitung sampai dilakukannya
pembayaran
lunas
oleh
Tergugat
kepada
Penggugat. Maka berdasarkan ketentuan tersebut, selain dari pembayaran pokok atas PPN dan denda keterlambatannya
diatas, Penggugat juga diminta untuk membayarkan denda
keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari PPN terhutang sampai dibayarkan terlebih dahulu oleh Penggugat, yakni selama 16 (enam belas) bulan, sehingga denda keterlambatan
yang
wajib
dibayarkan
adalah
sebesar
Rp464.000.000,00 (empat ratus enam puluh empat juta Rupiah);
Dalam kesempatan ini mohon pula Tergugat di hukum untuk membayar bunga tersebut yang besarannya akan bertambah setiap bulannya sejak tanggal 13 Januari 2014. Untuk saat ini
bunga telah mencapai sebesar 348.000.000,00 (tiga ratus empat
puluh delapan juta Rupiah) dan akan terus bertambah sampai di bayarnya ganti kerugian diatas.
Halaman 7 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Maka berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kerugian materil yang dialami oleh Penggugat adalah sebesar Rp 1.914.000.000,00
(satu milyar sembilan ratus empat belas juta Rupiah) ditambah dengan Rp 348.000.000,00 (tiga ratus empat puluh delapan juta
Rupiah) sampai dengan Gugatan ini didaftarkan dan akan bertambah per bulannya sebesar 2% (dua persen).
b. Kerugian Immateril
Selain kerugian materil, Penggugat juga mengalami kerugian
immateril sebagai akibat dari perkara ini yaitu sebesar Rp3.820.000.000,00 (tiga milyar delapan ratus dua puluh juta Rupiah)
Dengan demikian Tergugat harus di hukum membayar ganti kerugian
kepada Penggugat baik secara materil dan immateril yaitu sebesar Rp 5.734.000.000,00 (lima milyar tujuh ratus tiga puluh empat juta
Rupiah) ditambah ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atau 24% (dua puluh empat persen) pertahun dari PPN
terhutang, yakni sebesar Rp348.000.000,00 (tiga ratus empat puluh
delapan juta Rupiah) terhitung sejak PPN dibayarkan sampai Gugatan ini didaftarkan secara tunai, seketika dan sekaligus.
TENTANG SITA JAMINAN
12. Bahwa untuk menjamin agar gugatan Penggugat tidak menjadi sia-
sia/ilusioner maka Penggugat mohon agar harta Tergugat diletakan sita
jaminan yaitu 2 (dua) bidang tanah kosong (“Objek Jual Beli”), masingmasing terletak di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Bekasi, Kecamatan
Tarumajaya, Kelurahan Segara Makmur, setempat dikenal sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan Marunda Center Blok F No. 20, seluas 2.453 M² (dua ribu empat ratus lima puluh tiga meter persegi), dengan Sertifikat HGB Nomor 524/Segara Makmur vide (Bukti P-4) dan seluas 2.547 M² (dua ribu lima ratus empat puluh tujuh meter persegi),
dengan Sertifikat HGB Nomor 526/Segara Makmur, vide (Bukti P-5), tertulis/terdaftar atas nama PT. Kalimas Sarana Suplindo;
TENTANG UBV
Halaman 8 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
13. Bahwa Gugatan Penggugat ini dilengkapi dengan bukti-bukti yang kuat dan karena itu mohon agar perkara aquo di putus dengan serta merta atau uit voor baar bj voraad (UBV)
TENTANG BIAYA PERKARA
14. Bahwa oleh karena Tergugat adalah pihak yang melakukan wanprestasi
dan harus bertanggung jawab atas kerugian Penggugat, maka Tergugat juga harus dihukum untuk membayar biaya perkara ini;
Berdasarkan hal-hal yang disampaikan diatas, mohon Bapak Ketua Pengadilan Negeri Bekasi memutus sebagai berikut: PRIMAIR
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Menyatakan
Tergugat
3. Menghukum
Tergugat
Penggugat;
telah
untuk
melakukan
membayar
wanprestasi
ganti
terhadap
kerugian
kepada
Penggugat secara tunai, seketika dan sekaligus baik kerugian materil sebesar Rp1.914.000.000,00 (satu milyar sembilan ratus empat belas juta Rupiah) maupun kerugian immateril sebesar Rp3.820.000.000,00
(tiga milyar delapan ratus dua puluh juta Rupiah) sehingga total kerugian mencapai Rp5.734.000.000,00 (lima milyar tujuh ratus tiga puluh empat juta Rupiah) dan ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atau 24% (dua puluh empat persen) pertahun dari PPN terhutang,
yakni sebesar Rp348.000.000,00 (tiga ratus empat puluh delapan juta Rupiah)
terhitung
didaftarkan;
sejak
PPN
dibayarkan
sampai
Gugatan
ini
4. Meletakan sita jaminan atas barang-barang milik Tergugat atas Objek Jual Beli, masing-masing terletak di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten
Bekasi, Kecamatan Tarumajaya, Kelurahan Segara Makmur, setempat dikenal sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan Marunda Center Blok F No. 20, dengan Sertifikat HGB Nomor 524/Segara Makmur dan Sertifikat HGB Nomor 526/Segara Makmur;
5. Menyatakan putusan dapat di lakukan secara serta merta (UBV); 6. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini;
Halaman 9 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
7. Menghukum Turut Tergugat untuk tunduk dan patuh pada putusan Pengadilan ini.
SUBSIDAIR
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya ex aequo et bono
Menimbang, bahwa menanggapi gugatan ini, Tergugat dan Turut
Tergugat masing-masing telah mengajukan jawaban sebagai berikut: I.
Pernyataan pendahuluan
Sebelum Tergugat masuk kepada bagian Eksepsi dan pokok perkara maka dengan ini Tergugat akan menjelaskan perkara ini secara singkat, perkenankanlah
Tergugat
untuk
secara
pernyataan pendahuluan, dimana nantinya
singkat
penyampaikan
hal-hal ini akan Tergugat
uraikan kembali secara lebih jelas dan rinci pada bagian Eksepsi dan Pokok Perkara yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa Penggugat adalah merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
dalam Perkara ini bertindak pula selaku Penjual atas 2 (dua) bidang tanah
yang nantinya akan dijual kepada Tergugat (selaku Pembeli). Sebagai PKP maka pada dasarnya Penggugat telah diberikan mandat, tanggung
jawab dan kewajiban oleh Negara untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, yang pada dasarnya adalah sebagai berikut :
a. Menerbitkan Faktur Pajak pada saat penyerahan Barang Kena Pajak, yang mana dalam Perkara ini adalah menerbitkan Faktur Pajak atas penjualan 2 (dua) bidang tanah kepada Tergugat [Vide Pasal 13 ayat (1) huruf a UU No. 42 Th. 2009 Jo. Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th. 2009 Jo. Penjelasan Pasal 13 ayat (1a) UU No. 42 Th. 2009 Jo. Pasal 2 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak No. PER24/PJ/2012];
b. Menerbitkan Faktur Pajak tidak melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Faktur Pajak tersebut seharusnya diterbitkan, yang mana dalam
Perkara ini adalah menerbitkan Faktur Pajak kepada Tergugat paling lama dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal penyerahan Barang
Kena Pajak atau tanggal Akta Jual Beli (AJB) [Vide Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012];
c. Memungut PPN, yang mana dalam Perkara ini adalah memungut PPN
dari Tergugat [Vide Pasal 1 angka 25 UU No. 42 Th. 2009 Jo.
Halaman 10 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th. 2009 Jo. Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012]; dan
d. Menyetorkan pungutan PPN tersebut ke kas Negara, yang mana
dalam Perkara ini adalah menyetorkan PPN yang dipungut dari Tergugat atas jual beli 2 (dua) bidang tanah kepada Negara [Vide Pasal 1 angka 25 UU No. 42 Th. 2009];
dimana hal-hal tersebut diatas, termasuk kepada bunyi ketentuanketentuan yang bersangkutan, akan Tergugat uraikan secara detail pada bagian Eksepsi dan Pokok Perkara dibawah.
2. Bahwa Penggugat (selaku Penjual) dan Tergugat (selaku Pembeli) telah membuat dan menandatangani Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 165
tertanggal 26 Juni 2012, dibuat dihadapan Notaris Sri Intansih, SH,
Notaris di Jakarta, (PJB) dimana Penggugat dan Tergugat sepakat untuk nantinya Penggugat akan menjual 2 (dua) bidang tanah dibawah
Sertipikat HBG No. 524/Segara Makmur dan Sertipikat HBG No. 526/Segara Makmur kepada Tergugat, dimana Total Harga Kesepakatan untuk 2 (dua) bidang tanah aquo sudah disepakati dalam PJB tersebut
yaitu sebesar Rp. 14.500.000.000,- (empat belas milyar lima ratus juta Rupiah).
3. Bahwa PJB sebagaimana tersebut dalam angka 1 diatas adalah sama seperti PJB umumnya lainnya, yaitu merupakan sebuah “perjanjian
bersyarat” dimana setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi baru akan
dilanjutkan tindakan hukum selanjutnya dalam bentuk Akta Jual Beli (AJB), dimana dalam Pasal 1 PJB tersebut disebutkan sebagai berikut :
”Pihak Pertama dengan ini berjanji dan mengikatkan diri terhadap
Pihak Kedua untuk segera setelah pajak-pajak telah dibayar lunas oleh masing-masing pihak dan Pihak Kedua telah membayar lunas
harga pembelian, maka Pihak Pertama akan melangsungkan Jual Beli dihadapan Pejabat yang berwenang.”
Disini perlu diperhatikan bahwa Pasal 1 PJB ini menyebutkan kata “pajak-
pajak” yang mempunyai arti jamak atau setidaknya lebih dari satu, jadi jelas disini bahwa kata “pajak-pajak” itu tidak hanya mengacu kepada Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) saja, akan tetapi juga termasuk kepada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut.
Halaman 11 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
4. Bahwa
kemudian
Penggugat
dan
Tergugat
telah
membuat
dan
menandatangani Akta Jual Beli Nomor 31 tertanggal 1 Oktober 2012 dan Akte Jual Beli Nomor 32 tertanggal1 Oktober 2012, dibuat dihadapan Turut
Tergugat
(AJB),
dengan
harga
kesepakatan
sebesar
Rp.
7.113.700.000,- (tujuh milyar seratus tiga belas juta tujuh ratus ribu Rupiah) dan Rp. 7.386.300.000,- (tujuh milyar tiga ratus delapan puluh enam juta tiga ratus ribu Rupiah) untuk 2 (dua) bidang tanah aquo dimana dengan ditandatanganinya AJB ini membuktikan bahwa syarat-syarat
dalam PJB telah dilaksanakan oleh para pihak terkait, dalam hal ini adalah
termasuk kepada pembayaran pajak-pajak terkait, termasuk dan tidak terbatas kepada PPN. Apabila seandainya Penggugat (selaku Penjual dan juga selaku PKP) berpendapat bahwa masih ada kewajiban yang belum
diselesaikan oleh Tergugat (selaku Pembeli), dalam Perkara ini adalah PPN
terhutang,
atau
apabila
seandainya
masing-masing
harga
kesepakatan aquo belum termasuk kepada PPN, quod non maka dapat
dipastikan bahwa Penggugat setidaknya akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sesuai fakta hukum sebelum tanggal PJB tersebut Penggugat sudah
merupakan PKP yang berarti sudah mengetahui bahwa jual beli tersebut ada PPN sehingga pada waktu negosiasi atau setidaknya sebelum
penandatanganan
PJB
atau
PJB
aquo
Penggugat
seharusnya memberitahukan secara tegas dan jelas kepada Tergugat, bahkan apabila perlu secara tertulis, bahwa Total Harga Kesepakatan
tersebut belum termasuk kepada PPN, seperti lazimnya dalam perdagangan, dimana hal ini patut dan harus dilakukan seandainya
Penggugat tidak mempunyai itikad tidak baik dan tidak ada hal-hal yang berusaha disembunyikan oleh Penggugat.
b. Penggugat tentunya tidak akan bersedia untuk menandatangani AJB dan menyerahkan 2 (dua) bidang tanah tersebut kepada Tergugat
pada tanggal 1 Oktober 2012 dan tentunya Penggugat akan meminta kepada Tergugat untuk terlebih dahulu membayarkan PPN terhutang kepada
Penggugat,
karena
selaku
PKP
tentunya
Penggugat
memahami bahwa pada saat penyerahan Barang Kena Pajak tersebut secara hukum Penggugat berkewajiban untuk menerbitkan Faktur Pajak kepada Tergugat.
Halaman 12 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
5. Bahwa dengan ditandatanganinya AJB maka secara hukum hubungan
hukum antara Penggugat (selaku Penjual dan PKP) dan Tergugat (selaku
Pembeli) telah berakhir dengan diserahkannya 2 (dua) bidang tanah sebagai obyek jual beli kepada Tergugat, dan karenanya maka secara
hukum pula sudah tidak ada pula hak dan/atau kewajiban dari masingmasing pihak Penggugat dan Tergugat yang masih belum dilaksanakan secara penuh.
6. Bahwa sebagaimana Penggugat uraikan dalam Gugatan, Penggugat telah
menerima surat dari Kantor Pajak Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen (KPP Pratama Jakarta Senen) tentang Himbauan Penyetoran
Pajak Pertambahan Nilai dan Pembetulan SPT Masa PPN tertanggal 02
Oktober 2013 (Surat Himbauan) atas kewajiban membayar PPN yang terutang sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah) dan untuk pembetulan SPT masa PPN, dimana Penggugat
mendalilkan bahwa ini adalah merupakan kewajiban dari Tergugat dan
Penggugat telah membayarkan PPN terhutang kepada Kantor Pajak,
berikut kepada dendanya, dengan alasan agar Tergugat tidak mengalami kerugian yang lebih besar akibat keterlambatan pembayaran PPN tersebut.
7. Bahwa dalil dan klaim Penggugat sebagaimana tersebut dalam angka 6 diatas jelas-jelas adalah tidak benar, tidak berdasar hukum dan sangat mengada-ada dengan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Jelas dan tidak terbantahkan adanya fakta hukum bahwa Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen tersebut ditujukan kepada Penggugat dan menghimbau kepada Penggugat untuk membayar
PPN terhutang dan membetulkan SPT masa PPN, sehingga jelas bahwa KPP Pratama Jakarta Senen sendiri sebagai instansi pajak yang berkompeten dan berwenang telah memutuskan Penggugat
untuk membayar PPN terhutang berikut dendanya, dan bukan kepada Tergugat.
b. Pasal 1 PJB telah secara tegas menyebutkan bahwa harga kesepakatan atas jual beli aquo adalah termasuk kepada “pajak-pajak”
(kata jamak) yang berarti sudah termasuk kepada BPHTB dan PPN, dan faktanya PJB sebagai “perjanjian bersyarat” tersebut telah
ditindaklanjuti dengan AJB yang mana secara hukum AJB baru dapat
Halaman 13 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
dibuat
dan
ditandatangani
setelah
syarat-syarat
yang
ada
dilaksanakan oleh para pihak yaitu Penggugat (selaku Penjual) dan Tergugat (selaku Pembeli), dan apabila seadainya Penggugat memang tidak menganggap bahwa harga kesepakatan aquo sudah
termasuk kepada PPN, maka tentunya secara logika Penggugat akan
menolak menandatangani AJB dan tidak menyerahkan obyek jual beli kepada Tergugat, dimana fakta hukum yang ada AJB tersebut telah
ditandatangani Penggugat dan Tergugat pada tanggal 31 Oktober 2012.
c. Selaku PKP tentunya Penggugat memahami sepenuhnya bahwa
Penggugat berkewajiban untuk menerbitkan Faktur Pajak kepada
Tergugat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, yaitu pada saat penandatanganan AJB pada tanggal 31 Oktober 2012, dan apabila penerbitan Faktur Pajak melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Faktur Pajak tersebut seharusnya diterbitkan maka secara
hukum Penggugat dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak [Vide
Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012], dan adalah merupakan sebuah fakta hukum pula bahwa Penggugat tidak pernah menerbitkan Faktur Pajak aquo kepada Tergugat bahkan
hingga saat ini atau lebih dari 2 (dua) tahun sejak tanggal penyerahan Barang Kena Pajak atau tanggal penandatanganan AJB, sehingga
secara hukum pula Penggugat tidak mempunyai hak sama sekali untuk melakukan hal ini.
d. Peraturan perundangan yang berlaku secara tegas mengatur bahwa
Penggugat selaku PKP hanya berkewajiban untuk memungut PPN,
menerbitkan Faktur Pajak dan menyetorkan hasil pungutan PPN tersebut ke kas Negara, faktanya adalah seperti tersebut diatas bahwa Total
Harga
Kesepakatan
telah
termasuk
kepada
PPN,
dan
seadainyapun Penggugat tetap berpendapat PPN tidak termasuk ke
dalam Total Harga Kesepakatan quod non, hal ini juga tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk membayarkan PPN terhutang yang
diklaim Penggugat sebagai kewajiban Tergugat seperti diakui sendiri oleh Penggugat dalam Gugatan yang mendalilkan bahwa “Penggugat membayarkan terlebih dahulu PPN beserta denda keterlambatannya” karena hal ini berarti Penggugat telah bertindak melebihi kewajibannya
Halaman 14 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku karena alih-alih
untuk memungut PPN dari wajib pajak dan menyetorkan hasil pungutan PPN tersebut ke kas Negara, akan tetapi Penggugat malah menalangi atau membayarkan terlebih dahulu PPN beserta denda
keterlambatannya tanpa ada kuasa, wewenang dan/atau perjanjian sebelumnya dengan Tergugat selaku pihak yang diklaim oleh
Penggugat berkewajiban untuk membayar PPN terhutang beserta dendanya.
e. Jelas bahwa tindakan pembayaran PPN terhutang berikut dendanya
kepada Kantor Pajak yang dilakukan oleh Penggugat tersebut, yang
faktanya dilakukan setelah lewat waktu lebih dari 2 (dua) tahun dari tanggal AJB, adalah murni merupakan tindakan Penggugat dalam
melaksanakan kewajiban hukumnya sendiri, dan bukan untuk atau
atas kepentingan Tergugat, dan karena ini adalah merupakan
kewajiban hukum dari Penggugat itu sendiri maka tidaklah tepat dan
benar apabila disebutkan hal tersebut telah menimbulkan kerugian materiil dan immateriil kepada Penggugat.
f. Fakta bahwa Penggugat telah lalai melaksanakan kewajibannya
selaku PKP untuk menerbitkan Faktur Pajak, memungut PPN dan menyetorkan hasil pungutan PPN ke kas Negara, dan didukung
dengan fakta-fakta diatas bahwa PPN terhutang tersebut adalah merupakan kewajiban dari Penggugat, maka jelas bahwa dalam Perkara ini sebenarnya tidak ada hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat terkait dengan pembayaran PPN terhutang berikut
dendanya yang telah dilakukan oleh Penggugat atas dasar Surat Himbauan,
dan
karenanya
Tergugat
Wanprestasi terhadap Penggugat.
tidak
pernah
melakukan
8. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas maka jelas bahwa dalam
Perkara ini tidak ada tindakan Wanprestasi yang telah dilakukan oleh Tergugat terhadap Penggugat yang menimbulkan kerugian materiil dan
immateriil kepada Penggugat, dan jelas pula bahwa Gugatan Wanprestasi yang diajukan oleh Penggugat kepada Pengadilan Negeri Bekasi tidak didasari kepada dasar hukum dan alasan hukum yang kuat, sehingga
sudah sepantasnyalah apabila Pengadilan Negeri Bekasi menolak Gugatan aquo atau setidaknya Gugatan aquo tidak dapat diterima.
Halaman 15 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Menimbang, bahwa menanggapi gugatan ini, Tergugat dan Turut
Tergugat masing-masing telah mengajukan Jawaban sebagai berikut : I. DALAM EKSEPSI : 1. Bahwa
Tergugat
menolak
seluruh
dalil-dalil
Gugatan
yang
dikemukakan oleh Penggugat, kecuali hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya oleh Tergugat.
2. Eksepsi Mengenai Kewenangan Absolut. 2.1. Bahwa
dalam
Gugatan
ini
pada
intinya
Penggugat
mempermasalahkan siapa yang berkewajiban membayar Pajak Pertambahan Nilai (selanjutnya disebut sebagai ”PPN”) sesuai
dengan surat dari Kantor Pajak Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Senen (selanjutnya disebut sebagai ”KPP Pratama Jakarta Senen”) yang ditujukan kepada Penggugat tentang Himbauan
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan Pembetulan SPT Masa PPN
dibawah
Surat
Nomor
S-4224/WPJ.06/KP.0909/2013,
tertanggal 02 Oktober 2013 (selanjutnya disebut sebagai ”Surat
Himbauan”) atas kewajiban membayar PPN yang terutang sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat ratus lima puluh juta rupiah).
2.2. Bahwa terkait dengan permasalahan ini, Penggugat berpendapat bahwa yang berkewajiban membayar PPN aquo adalah Tergugat sebagaimana dapat dilihat dari :
a. Dalil Penggugat dalam Posita Gugatan pada angka ke-3 yang menyatakan, ”....dst. Bahwa di dalam Surat Himbauan
tersebut dinyatakan bahwa terdapat kewajiban terhutang
yakni kewajiban untuk membayar PPN yang wajib dilakukan oleh Tergugat sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat
ratus lima puluh juta rupiah) dan belum termasuk denda keterlambatannya berdasarkan Surat Himbauan.”
b. Dalil Penggugat dalam Gugatan angka 6, paragraf 2, yang menggunakan ketentuan Pasal 1 ayat Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Halaman 16 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Bangunan (selanjutnya disebut sebagai “PP No. 48 Th. 1994”);
c. Dalil Penggugat dalam Gugatan angka 8, yang menggunakan ketentuan Pasal 1 angka (4) Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Sebagaimana
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang
No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (selanjutnya disebut sebagai ”PP No. 1 Th. 2012”);
d. Dalil Penggugat dalam Gugatan angka 8, yang menggunakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) PP No. 1 Th. 2012; dan
e. Dalil Penggugat dalam Gugatan angka 9, yang menggunakan ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang-undang No. 8 Tahun
1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UU
Nomor
42
Tahun
2009
tentang
Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas barang Mewah (selanjutnya disebut sebagai “UU No. 8 Th. 1983”).
2.3. Bahwa dari dalil-dalil Posita Gugatan Penggugat sebagaimana tersebut pada angka 2.2. diatas, nampak jelas bahwa yang
dipermasalahkan oleh Penggugat dalam Gugatan ini adalah siapakah subjek hukum yang berkewajiban membayar PPN sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan
Perundang-undangan
Perpajakan yang berlaku? Yang mana menurut Penggugat yang berkewajiban membayar PPN terkait dengan Surat Himbauan aquo adalah Tergugat. Pendapat Penggugat ini jelas sangat
bertentangan dengan pendapat dari KPP Pratama Jakarta Senen karena menurut KPP Pratama Jakarta Senen yang berkewajiban
untuk membayar PPN aquo jelas sebagaimana tersebut dalam
Surat Himbauan aquo adalah Penggugat selaku Pengusaha
Kena Pajak (selanjutnya disebut sebagai ”PKP”), hal mana dapat dibuktikan sebagai berikut :
Halaman 17 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
a. Bukti bahwa Surat Himbauan aquo jelas-jelas ditujukan
kepada Pimpinan PT. Kalimas Sarana Suplindo (atau Penggugat), dan bukan ditujukan kepada Tergugat; dan
b. Bukti bahwa dalam Surat Himbauan aquo secara tegas pula telah disebutkan bahwa KPP Pratama Jakarta Senen
menghimbau kepada Penggugat untuk menyetorkan PPN yang terhutang, yaitu sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu
milyar empat ratus lima puluh juta rupiah), dan melakukan pembetulan SPT dimaksud.
2.4. Bahwa kalaupun menurut Penggugat wajib pajak yang harus membayar PPN sesuai dengan Surat Himbauan aquo adalah
Tergugat, maka hal tersebut membawa arti hukum bahwa KPP
Pratama Jakarta Senen telah salah dalam menerbitkan Surat Himbauan aquo yang ditujukan kepada Penggugat, dan sebagai
akibatnya maka seharusnya Penggugat mengajukan Gugatan melalui Pengadilan Pajak untuk mendapatkan Putusan yang mempunyai
kepastian
hukum
mengenai
siapakah
yang
seharusnya berkewajiban membayar PPN aquo dan bukannya
mengajukan Gugatan kepada Pengadilan Negeri Bekasi untuk menuntut agar Tergugat membayar PPN sesuai dengan Surat Himbauan aquo sebagaimana halnya dalam Perkara ini karena
Pengadilan Negeri Bekasi tidak berwenang memeriksa dan
memutuskan siapa subjek hukum sebagai wajib pajak yang harus
membayar kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan Pasal 31
ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menyatakan :
”Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang
memeriksa dan memutus sengketa Pajak.”
Sehingga Gugatan Penggugat yang diajukan oleh Penggugat melalui
Pengadilan
Negeri
Bekasi
adalah
salah
dalam
mengajukan Gugatan, karena Pengadilan Negeri Bekasi secara
absolut tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili Perkara Gugatan ini yang bersumber dari ketentuan Hukum Pajak atau Sengketa Pajak, sehingga Pengadilan Negeri Bekasi harus
Halaman 18 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
menyatakan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili Perkara ini.
3. Gugatan Penggugat Tidak Jelas (Obscuur Libel).
3.1. Penggugat Tidak Menyebutkan secara Jelas Perjanjian Mana
yang Dilanggar oleh Tergugat sehingga Gugatan menjadi Tidak Jelas (Obscuur Libel).
3.1.1.
Bahwa
di
dalam
Gugatannya
Penggugat
tidak
menyatakan secara jelas perjanjian mana yang dilanggar oleh Tergugat sehingga Penggugat dapat menyatakan bahwa Tergugat telah Wanprestasi terhadap Penggugat, yaitu : a. Apakah
Tergugat
telah
Wanprestasi
terhadap
Pengikatan Jual Beli Nomor 165, tertanggal 26 Juni 2012, yang dibuat dihadapan Notaris Sri Intansih, SH, Notaris
di
”PJB”)?, atau
Jakarta,
(selanjutnya
disebut
sebagai
b. Apakah Tergugat telah Wanprestasi terhadap
Akta
Jual Beli Nomor 31 dan Akta Jual Beli Nomor 32, tertanggal 1 Oktober 2012, yang dibuat dihadapan
Notaris Widyaningsih, SH, M.Kn, PPAT di Bekasi, (selanjutnya disebut sebagai ”AJB”)?, atau
c. Apakah Tergugat telah Wanprestasi terhadap Surat Himbauan aquo dari KPP Pratama Jakarta Senen yang ditujukan kepada Penggugat?
3.1.2 Bahwa ketidak jelasan mengenai perjanjian mana yang
telah dilanggar oleh Tergugat dapat dibaca dari Perubahan
Gugatan Penggugat angka 11, alinea 1, halaman 4, yang hanya menyatakan Tergugat telah melakukan ”Wanprestasi
atas Perjanjian”, tanpa menyebutkan atau menjelaskan perjanjian mana yang dilanggar oleh Penggugat. Untuk lebih jelas dapat Tergugat kutip sebagai berikut :
Bahwa atas tindakan yang dilakukan oleh Tergugat jelas merupakan wanpretasi atas Perjanjian dan telah merugikan Pengggugat....dst.”
Halaman 19 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
3.1.3 Bahwa oleh karena Penggugat tidak menjelaskan Perjanjian mana yang sebenarnya dilanggar oleh Tergugat maka Gugatan Penggugat aquo secara hukum adalah tidak jelas (obscuur
libel),
sehingga
Gugatan
Penggugat
harus
dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankeljke verklaard) oleh Pengadilan Negeri Bekasi.
3.2. Permohonan Primair (Petitum) yang Diajukan Penggugat Tidak Jelas.
3.2.1. Bahwa dalam surat Pengajuan Perubahan Gugatan tertanggal
29 Juni 2015, pada angka 9, halaman 3, Penggugat telah
melakukan perubahan Gugatan atas Permohonan Primair (Petitum) angka ke-3 sehingga menjadi sebagai berikut :
”Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian
kepada Penggugat secara tunai, seketika dan sekaligus baik kerugian materil sebesar Rp. 1.914.000.000,00 (satu milyar
sembilan ratus empat belas juta Rupiah) sehingga total kerugian
mencapai Rp. 5.734.000.000,00 (lima milyar tujuh ratus tiga puluh empat juta rupiah) dan ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan atau 24% (dua puluh empat persen) per tahun dari PPN terhutang, yakni sebesar Rp. 348.000.000,00 (tiga ratus
empat puluh delapan juta Rupiah) terhitung sejak PPN dibayarkan sampai Gugatan ini didaftarkan;”
dimana dalam permohonan Primair (Petitum) ke-3 tentang tuntutan kerugian yang diderita Penggugat diatas Penggugat hanya menyebutkan kerugian materil sebesar Rp. 1.914.000.000,- dan
tanpa menyebutkan jumlah kerugian immateriil, akan tetapi tiba-
tiba Penggugat bisa menjumlahkan total kerugian menjadi Rp. 5.734.000.000,- sehingga Permohonan Primair (Petitum) angka ke-3 aquo menjadi tidak jelas (obscuur libel).
3.2.2. Bahwa pada bagian ”Lampiran : 1. Perubahan Gugatan No:
128/Pdt.G/2015/PN.Bks” tentang Gugatan utuh yang telah dirubah, khususnya pada Permohonan Primair (Petitum) pada angka 2 dan
angka 4, Penggugat ada menyebutkan ”Tergugat I”, padahal sesuai
dengan
surat
Pengajuan
Perubahan
Gugatan
dari
Penggugat aquo yang ada hanyalah pihak ”Tergugat” dan ”Turut Tergugat”, dan sebenarnya tidak ada pihak yang disebut sebagai
Halaman 20 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
”Tergugat I”, sehingga Permohonan Primair (Petitum) angka ke-2 dan angka ke-4 aquo menjadi tidak jelas (obscuur libel).
3.2.3. Bahwa dengan tidak jelasnya Permohonan Primair (Petitum) angka ke-3 sebagaimana tersebut dalam angka 3.2.1. diatas dan Permohonan Primair (Petitum) ke-2 dan angka ke-4 sebagaimana
tersebut dalam angka 3.2.2. diatas maka Gugatan yang diajukan
oleh Penggugat pada bagian Permohonan Primar (Petitum) menjadi tidak jelas (obscuur libel) sehingga sudah sepatutnya
Gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima atau
setidak-tidaknya Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Bekasi yang memeriksa Perkara aquo menolak Permohonan Primair (Petitum) angka ke-2, angka ke-3 dan angka ke-4 aquo.
3.3. Penyebutan Tergugat dan ”Tergugat I” Tidak Jelas.
3.3.1. Bahwa pada bagian ”Lampiran: 1. Perubahan Gugatan No:
128/Pdt.G/2015/PN.Bks” tentang Gugatan utuh yang telah dirubah, khususnya pada bagian Permohonan Primair (Petitum), Penggugat
tidak secara konsisten dalam menyebutkan pihak Tergugat,
dimana pada Petitum angka ke-2 Penggugat menyebutkan pihak ”Tergugat I”, namun pada bagian Petitum angka ke-3 Penggugat
menyebutkan pihak Tergugat, dan pada Petitum angka ke-4 Petitum Penggugat menyebutkan kembali pihak ”Tergugat I”,
sehingga hal ini menjadi tidak jelas siapakah pihak ”Tergugat I”
dan pihak ”Tergugat” yang harus dibebankan melakukan suatu kewajiban kepada Penggugat? Padahal pada surat Pengajuan
Perubahan Gugatan pada halaman 1, angka 2, Penggugat hanya menyatakan adanya Tergugat tidak ada pihak ”Tergugat I”, akan tetapi kenapa pada bagian Perubahan Gugatan yang utuh
Penggugat masih menyebutkan adanya pihak ”Tergugat I” dan Tergugat.
3.3.2. Bahwa
karena
penyebutan
”Tergugat
I”
dan
Tergugat
sebagaimana diuraikan dalam angka 3.3.1. diatas ini sangat membingungkan dan menjadi tidak jelas (obscuur libel), maka Gugatan Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.
3.4. Gugatan Kurang Pihak karena Tidak Mengikutsertakan Notaris Sri Intansih, SH, dan KPP Pratama Jakarta Senen.
Halaman 21 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
3.4.1. Bahwa untuk memenuhi persyaratan formal dalam suatu Gugatan
maka pihak-pihak yang disebutkan atau dikaitkan di dalam Gugatan haruslah ditarik sebagai pihak dalam perkara tersebut.
3.4.2. Bahwa di dalam Gugatan aquo Penggugat menyebutkan bahwa sebelum Penggugat dan Tergugat membuat AJB dihadapan Turut Tergugat, Penggugat dan Tergugat juga telah membuat PJB
dihadapan Notaris Sri Intansih, SH,Notaris di Jakarta, dimana pada angka ke-6 dalam Posita Gugatan tersebut Penggugat ada menyebutkan bahwa dalam PJB Tergugat mempunyai kewajiban untuk
membayar
PPN
sehingga
setidaknya
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa Penggugat mendalilkan perbuatan hukum antara Penggugat dan Tergugat dalam PJB tersebut telah timbul permasalahan hukum dalam Perkara aquo, namun ternyata
Penggugat hanya menarik Turut Tergugat sebagai pihak dalam Perkara ini, sedangkan Notaris Sri Intansih, SH, Notaris di Jakarta,
selaku pihak yang membuat PJB tidak ditarik sebagai salah satu pihak dalam Perkara ini, padahal berdasarkan persyaratan formal
sebagaimana diuraikan dalam angka 3.4.1. diatas Notaris Sri Intansih, SH, Notaris di Jakarta, selaku pihak yang membuat PJB,
harus ditarik pula sebagai pihak dalam Perkara aquo, terlebih
apabila Penggugat mendalilkan bahwa Wanprestasi yang telah dilakukan oleh Tergugat adalah Wanprestasi terhadap PJB, karena
Notaris Sri Intansih, SH, Notaris di Jakarta, tidak ditarik maka Gugatan ini menjadi kurang pihak, sehingga Gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima.
3.4.3. Bahwa
disamping
itu
Penggugat
menuntut
agar
Tergugat
membayar PPN sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat
ratus lima puluh juta Rupiah) berikut dendanya sesuai dengan
Surat Himbauan yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen, namun ternyata Penggugat juga tidak menarik KPP
Pratama Jakarta Senen dalam Gugatan ini, padahal berdasarkan persyaratan formal sebagaimana diuraikan dalam angka 3.4.1. diatas
KPP
Pratama
Jakarta
Senen,
selaku
pihak
yang
menerbitkan Surat Himbauan tersebut, harus ditarik pula sebagai
pihak dalam Perkara aquo, karena KPP Pratama Jakarta Senen
Halaman 22 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
tidak ditarik maka Gugatan ini menjadi kurang pihak, sehingga Gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima.
3.5. Penggugat Tidak Mempunyai Hubungan Hukum dengan Tergugat terkait dengan Diterbitkannya Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen
sehingga Gugatan Harus Dinyatakan Ditolak atau Setidak-tidaknya Dinyatakan Tidak Dapat Diterima.
3.5.1. Bahwa dasar Gugatan ini bersumber dari adanya Surat Himbauan
dari KPP Pratama Jakarta Senen yang ditujukan kepada Penggugat selaku wajib pajak PKP, sehingga Penggugat menuntut agar Tergugat membayar PPN sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah), sesuai dengan jumlah yang ditagihkan kepada Penggugat aquo.
3.5.2. Bahwa Penggugat telah salah menafsirkan adanya hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat terkait dengan diterbitkannya Surat Himbauan aquo yang diterbitkan oleh KPP
Pratama Jakarta Senen karena secara hukum hubungan hukum terjadi atas diterbitkannya Surat Himbauan aquo adalah hubungan
hukum antara Penggugat, selaku wajib pajak PKP, dengan KPP Pratama
Jakarta
berwenang
Senen,
menghimpun
selaku
dana
instansi
pemerintah
masyarakat
melalui
yang
sektor
perpajakan, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu antara lain : -
Pasal 1 angka 25 Undang-undang No. 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah (selanjutnya disebut sebagai ”UU No. 42 Th. 2009”) yang menyatakan :
”Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang wajib dipungut oleh Perusahaan Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan
Jasa Kena Pajak, Ekspor Kena Pajak Berujud, Ekspor Barang -
Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Ekspor jasa Kena Pajak.”
Pasal 14 ayat (1) huruf d Undang-undang No. 28 Tahun 2007
tentang
Ketentuan
Umum
dan
Tata
Cara
Perpajakan
Halaman 23 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
(selanjutnya disebut sebagai ”UU No. 28 Th. 2007”) yang menyatakan :
”Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan
Pajak apabila pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.”
Dari ketentuan hukum tersebut jelaslah bahwa hubungan hukum yang terjadi atas diterbitkannya Surat Himbauan aquo, yaitu mengenai
kewajiban
menyetorkan
PPN
dan
melakukan
pembetulan SPT untuk masa PPN yang bersangkutan, adalah merupakan hubungan hukum antara Pengggugat dengan KPP Pratama Jakarta Senen, dan bukannya merupakan hubungan hukum antara Tergugat dengan Penggugat, sehingga yang
berkewajiban melakukan kewajiban hukum kepada KPP Pratama Jakarta Senen atas Surat Himbauan aquo adalah Penggugat, dan bukan pihak Tergugat.
3.5.3. Bahwa hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat
terkait pembayaran PPN lahir bilamana pada saat penyerahan barang kena pajak in casu jual beli atas 2 (dua) bidang tanah aquo,
Penggugat memungut PPN kepada Tergugat dan
menerbitkan/ menyerahkan Faktur PPN kepada Tergugat sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
-
Pasal 13 ayat (1) huruf a
menyatakan :
UU No. 42 Th. 2009 yang
”Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak untuk
setiap
Penyerahan
Barang
Kena
Pajak
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf a atau huruf f atau -
Pasal 16 D.”
Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th. 2009 menyatakan
”Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak dan
atau Penyerahan Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang
menyerahkan
Barang
Kena
Pajak
dan/atau
menyerahkan Jasa Kena Pajak itu wajib memungut Pajak
Halaman 24 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Pertambahan Nilai yang terutang dan memberikan Faktur -
Pajak sebagai bukti Pengutan Pajak. .......dst.”
Penjelasan Pasal 13 ayat (1a) UU No. 42 Th. 2009
menyatakan :
”Pada prinsipnya Faktur Pajak harus dibuat pada saat
penyerahan atau pada saat penerimaan pembayaran dalam -
hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan. .....dst.”
Pasal 1 butir (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-24/PJ/2012
Peraturan Direktur
sebagaimana
telah
diubah
menjadi
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 (selanjutnya disebut
sebagai ”Peraturan Dirjen Pajak No. 24/PJ/2012”) yang menyatakan:
”Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan -
Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak.”
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012
yang menyatakan :
”Faktur Pajak harus dibuat pada saat Penyerahan
-
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.”
Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-
24/PJ/2012 yang menyatakan :
”PKP yang menerbitkan Faktur Pajak setelah
melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dalam Pasal 2 dianggap tidak menerbitkan Faktur Pajak.”
3.5.4. Bahwa faktanya, baik pada saat penyerahan barang kena
sampai saat ini, ternyata Penggugat tidak pernah memungut dan tidak pernah menerbitkan atau menyerahkan Faktur Pajak untuk pembayaran PPN atas jual beli 2 (dua) bidang tanah aquo sesuai kewajiban Penggugat selaku PKP kepada Tergugat. Dengan
tidak adanya tindakan dari Penggugat tentang pemungutan PPN dan menerbitkan dan menyerahkan Faktur Pajak kepada
Tergugat pada saat penyerahan barang kena pajak, maka tidak Halaman 25 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
ada dasar hukum bagi Tergugat untuk membayar PPN tersebut atas nama Penggugat, sehingga antara Penggugat dengan Tergugat
tidak
pembayaran PPN.
mempunyai
hubungan
hukum
tentang
Di samping itu, faktanya tidak pernah ada perjanjian apapun
antara Penggugat dengan Tergugat terkait pembayaran PPN aquo, baik pada saat terjadi pengalihan barang kena pajak
maupun setelah adanya Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen yang ditujukan kepada Penggugat, sehingga
antara Penggugat dengan Tergugat tidak mempunyai hubungan hukum terkait adanya Surat Himbauan dari kantor Pajak Senen yang ditujukan kepada Penggugat aquo.
3.5.5. Bahwa hubungan hukum antara Tergugat dengan Penggugat telah berakhir atau selesai sejak dibuatnya AJB dimana Tergugat
dan Penggugat telah melaksanakan dan menerima seluruh
kewajiban dan haknya masing-masing sebagaimana ditentukan di dalam PJB, khususnya ketentuan pembayaran pajak-pajak
sesuai ketentuan Pasal 1 PJB, sebab jika kewajiban pihak Penggugat dan Tergugat masih ada yang belum dilaksanakan maka otomatis jual beli atas 2 (dua) bidang tanah aquo tidak dapat dilakukan.
3.5.6. Bahwa faktanya Tergugat tidak mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat, tetapi yang ada adalah hubungan hukum antara Penggugat
dengan KPP Pratama Jakarta Senen sebagai akibat kelalaian dari
Penggugat
sendiri
dalam
melaksanakan
kewajiban
hukumnya sehingga sebagai konsekuensi hukum atas kelalaian
yang dilakukan oleh Penggugat tersebut maka secara hukum Penggugat wajib membayar PPN yang terutang dan denda sebesar 2% (dua persen) dari dasar Pengenaan Pajak aquo, dimana hal ini sesuai dengan ketentuan : -
Pasal 14 ayat 4 Undang-undang No. 16 Tahun 2000
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Halaman 26 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Perpajakan (selanjutnya disebut sebagai ”UU No. 16 Th. 2000”) yang menyatakan :
“Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f, masing-masing dikenakan sanksi administrasi
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.”
Penjelasan Pasal 14 ayat 4 UU No. 16 Th. 2000 yang menyatakan:
“Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, maka ia telah melanggar kewajibannya dengan itikad tidak baik dan melalaikan kepercayaan yang telah
diberikan kepadanya. Oleh karena itu selain harus menyetor pajak
terutang
dengan
tidak
diperkenankan
memperhitungkan Pajak Masukan, Pengusaha Kena Pajak juga dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari
Dasar
Pengenaan
Pajak
yang
timbul
sebelum
Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Di
samping itu berdasarkan ketentuan Peraturan Perundangundangan perpajakan ditetapkan bahwa Faktur Pajak hanya boleh dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak. Larangan
membuat Faktur Pajak oleh bukan Pengusaha Kena Pajak dimaksudkan untuk melindungi pembeli dari pemungutan pajak
yang
tidak
semestinya,
dan
oleh
karena
itu
terhadapnya dikenakan sanksi berupa denda administrasi.
Demikian pula terhadap Pengusaha Kena Pajak yang wajib
membuat Faktur Pajak tetapi tidak melaksanakan, tidak
selengkapnya mengisi Faktur Pajak, atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu, dikenakan sanksi yang 3.5.7.
sama.”
Bahwa berdasarkan uraian-uraian sebagaimana tersebut dalam
angka 3.5.1. s/d 3.5.6. diatas terbukti bahwa Tergugat tidak
Halaman 27 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
mempunyai hubungan hukum dengan Penggugat terkait dengan
diterbitkannya Surat Himbauan yang diterbitkan oleh KPP
Pratama Jakarta Senen aquo, yang digunakan sebagai dasar Gugatan aquo yang diajukan oleh Penggugat dalam Perkara ini, sehingga sudah sepatutnya Gugatan Penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya Gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).
Mohon bandingkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia (selanjutnya disebut sebagai ”MARI”) sebagai berikut -
Yurisprudensi MARI No. 294 K/Sip/1971, tanggal 7 Juli
1971, yang menyatakan :
”Gugatan harus diajukan terhadap pihak-pihak yang
-
secara tegas mempunyai hubungan hukum.”
Yurisprudensi MARI Nomor 995 K/SIP/1975, tanggal 08
Agustus 1975, yang menyatakan :
“…..dst sedangkan bagi pengajuan gugatan haruslah
ada sesuatu hak yang dilanggar oleh orang lain, untuk
dapat menarik yang bersangkutan sebagai Tergugat -
dalam suatu proses peradilan.”
Yurisprudensi MARI Nomor 4 K/RUP/1958, tanggal 13
Desember 1958, yang menyatakan :
“……dst syarat mutlak untuk menuntut seseorang
di depan Pengadilan adalah adanya perselisihan hukum antara kedua belah pihak.”
II. DALAM POKOK PERKARA : 1
Bahwa hal-hal yang telah diuraikan di dalam Eksepsi secara mutatismutandis sebagai satu kesatuan dalam Pokok Perkara ini.
2 Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-1 dan angka ke-2 dalam
Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi bahwa benar dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat telah membeli 2 (dua) bidang tanah kosong dari Penggugat, yaitu :
- Sebidang tanah terletak di Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Bekasi, Kecamatan Tarumajaya, Kelurahan Segara Makmur, setempat Halaman 28 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
dikenal sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan Marunda Center Blok F No. 20, seluas 2.453 m² (dua ribu empat ratus lima
puluh tiga meter persegi), dengan Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 524/Segara Makmur, dan diuraikan dalam Surat Ukur
tertanggal 11 Agustus 2009 Nomor 39/Segara Makmur/2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi
tertanggal 14 September 2012 (selanjutnya disebut sebagai ”Sertipikat HBG No. 524/Segara Makmur”); dan Sebidang tanah seluas 2.547 m² (dua ribu lima ratus empat puluh tujuh meter persegi),
dengan
Sertipikat
Hak
Guna
Bangunan
Nomor
526/Segara Makmur, dan diuraikan dalam Surat Ukur tertanggal 11
Agustus 2009 Nomor 35/Segara Makmur/2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi tertanggal 14
September 2012 (selanjutnya disebut sebagai ”Sertipikat HGB No. 526/Segara Makmur”);
tertulis atas nama PT. Kalimas Sarana Suplindo (atau Penggugat), sesuai dengan PJB (Akte Pengikatan Jual Beli Nomor 165,
tertanggal 26 Juni 2012, yang dibuat dihadapan Notaris Sri
Intansih, SH, Notaris di Jakarta), dan dilanjutkan dengan
pembuatan AJB (Akta Jual Beli Nomor 31 dan Akte Jual Beli Nomor 32, masing-masing tertanggal 1 Oktober 2012, yang dibuat dihadapan
Turut
Tergugat),
dengan
masing-masing
harga
kesepakatan sebesar Rp. 7.113.700.000,- (tujuh milyar seratus tiga belas juta tujuh ratus ribu Rupiah) dan Rp. 7.386.300.000,- (tujuh
milyar tiga ratus delapan puluh enam juta tiga ratus ribu Rupiah) (selanjutnya disebut sebagai ”Jual Beli Tanah”).
3. Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-3 dalam Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut :
3.1. Bahwa benar dalil Penggugat angka ke-3 Posita Gugatan yang menyatakan Tergugat telah Penggugat
bahwa
KPP
mendapatkan informasi dari
Pratama
Jakarta
Senen
telah
menerbitkan Surat Himbauan aquo yang ditujukan kepada
Pengggugat agar Penggugat menyetor PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu miliar empat ratus lima puluh juta Rupiah).
Halaman 29 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
3.2 Bahwa tidak benar dalil Penggugat angka ke-3, kalimat ke-2, dari Posita Gugatan yang menyatakan, Tergugat kutip :
”Bahwa di dalam Surat Himbauan tersebut dinyatakan bahwa
terdapat kewajiban terhutang yakni kewajiban untuk membayar PPN
yang
wajib
dilakukan
oleh
Tergugat
sebesar
Rp.1.450.000.000,- (satu milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah) dan belum termasuk denda keterlambatannya berdasarkan Surat Himbauan.”
karena telah terbukti dan tidak terbantahkan akan ha-hal sebagai berikut:
a. bahwa dalam Surat Himbauan aquo jelas-jelas ditujukan
kepada Penggugat, selaku Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan bukan kepada Tergugat;
b. bahwa dalam Surat Himbauan aquo sama sekali tidak ada
kata-kata yang menyebutkan pihak Tergugat, terlebih yang
menyebutkan adanya kewajiban terhutang untuk membayar PPN yang wajib dilakukan oleh Tergugat, akan tetapi yang benar
adalah
bahwa
dalam
Surat
Himbauan
aquo
menghimbau kepada Penggugat untuk segera menyetorkan
PPN terhutang dan melakukan pembetulan SPT masa PPN; dan
c. bahwa Surat Himbauan aquo diterbitkan dan ditujukan oleh KPP Pratama Jakarta Senen kepada Penggugat karena
Penggugat telah lalai melakukan kewajiban hukumnya yang
tidak menyetorkan PPN tersebut ke kas Negara, dimana hal ini adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat (1) huruf d UU No. 28 Th. 2007 yang menyatakan : ”Direktur
Jenderal
Pajak
dapat
menerbitkan
Surat
Tagihan Pajak apabila pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.”
sehingga atas kelalaian tersebut membawa konsekuensi hukum bagi Penggugat selaku PKP untuk membayarkan PPN
Halaman 30 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
terhutang
atas
penyerahan
dilakukan oleh Penggugat.
Barang
Kena
Pajak
yang
3.2. Bahwa fakta hukum dalam kasus ini sebagaimana telah diuraikan sebelumnya adalah bahwa Total Harga Kesepakatan aquo sudah termasuk kepada PPN, akan tetapi yang menjadi permasalahan sebenarnya
adalah
bahwa
ternyata
Penggugat
tidak
melaksanakan kewajibannya dalam menerbitkan Faktur Pajak kepada Tergugat dan menyetorkan hasil pungutan PPN tersebut ke kas Negara sebagaimana diatur di dalam ketentuan dibawah: -
Pasal 13 ayat (1) huruf a UU No. 42 Th. 2000 yang
menyatakan :
”Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur
pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) huruf a atau huruf f atau Pasal 16 D.”
Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th. 2009 yang menyatakan: Pajak
”Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena dan
atau
Penyerahan
Jasa
Kena
Pajak,
Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak dan atau menyerahkan Jasa Kena Pajak itu wajib memungut pajak pertambahan nilai yang terutang dan
memberikan faktur Pajak sebagai bukti Pengutan Pajak. .......dst.”
Penjelasan Pasal 13 ayat (1a) UU No. 42 Th. 2009 yang menyatakan: saat
”Pada prinsipnya Faktur Pajak harus dibuat pada penyerahan
atau
pada
saat
penerimaan
pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum -
penyerahan. .....dst.”
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-
24/PJ/2012 yang menyatakan :
”Faktur Pajak harus dibuat pada saat Penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.”
Halaman 31 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Pasal 14 ayat 4 UU No. 16 Th. 2000 yang menyatakan :
“Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena
Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,
huruf e, dan huruf f, masing-masing dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.”
Penjelasan Pasal 14 ayat 4 UU No. 16 Th. 2000 yang
menyatakan :
“Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
kegiatan
usahanya
untuk
dikukuhkan
sebagai
Pengusaha Kena Pajak, maka ia telah melanggar kewajibannya dengan itikad tidak baik dan melalaikan
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Oleh
karena itu selain harus menyetor pajak terutang
dengan tidak diperkenankan memperhitungkan Pajak Masukan, Pengusaha Kena Pajak juga dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak yang timbul sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak. Di samping itu berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan perpajakan ditetapkan bahwa Faktur Pajak hanya boleh dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak. Larangan
membuat
Faktur
Pajak
oleh
bukan
Pengusaha Kena Pajak dimaksudkan untuk melindungi pembeli dari pemungutan pajak yang tidak semestinya,
dan oleh karena itu terhadapnya dikenakan sanksi berupa denda administrasi. Demikian pula terhadap
Pengusaha Kena Pajak yang wajib membuat Faktur
Pajak tetapi tidak melaksanakan, tidak selengkapnya mengisi Faktur Pajak, atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu, dikenakan sanksi yang sama.”
Sehingga berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa sebagai akibat atas kelalaian dari Penggugat dalam menjalankan kewajibannya, dimana selaku PKP Halaman 32 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
ternyata Penggugat tidak menyetorkan PPN tersebut, maka secara hukum Penggugat patut diberikan sanksi untuk membayar segala
kewajiban hukum Penggugat kepada Negara, yaitu atas PPN terhutang
tersebut
berikut
denda-dendanya
ditentukan dalam ketentuan tersebut diatas.
sebagaimana
4. Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-4 dalam Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut : 4.1
Bahwa dalil Penggugat angka ke-4 dalam Posita
Gugatan adalah sebuah dalil yang tidak benar, dimana dalil Penggugat tersebut Tergugat kutip :
”Bahwa, Penggugat memiliki itikad yang baik dengan
membayarkan terlebih dahulu PPN beserta denda keterlambatannya yang seharusnya menjadi kewajiban
dan tanggung jawab Tergugat sebagaimana dinyatakan
dalam Surat Himbauan agar Tergugat tidak mengalami kerugian 4.2
yang
lebih
besar
pembayaran PPN tersebut;”
akibat
keterlambatan
Bahwa dalil Penggugat aquo sangat tidak berdasar
hukum karena :
a. Pembayaran PPN yang dilakukan oleh Penggugat
sesuai Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen aquo adalah tindakan hukum untuk diri Penggugat
sendiri,
dan
bukan
untuk
mewakili
Tergugat, tindakan yang dilakukan Penggugat adalah semata mata karena adanya kewajiban hukum dari Penggugat
selaku
PKP
kepada
Negara,
hukum
atas
dalam
Perkara ini kepada KPP Pratama Jakarta Senen, sebagai
Penggugat
konsekusensi
kelalaian
yang tidak menyetorkan pungutan PPN tersebut
sebagaimana diwajibkan oleh Penggugat selaku PKP sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 25 UU No. 42 Th. 2009, yang jelas-jelas ditujukan
Halaman 33 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
kepada Penggugat, dan bukan merupakan sebuah
tindakan hukum Penggugat dalam menggantikan kedudukan Tergugat, karena Tergugat bukanlah wajib
pajak yang ditagih untuk membayar PPN sesuai dengan Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen aquo;
b. Penggugat dengan Tergugat tidak pernah membuat
perjanjian dalam bentuk apapun juga, baik secara tertulis
ataupun
lisan,
yang
pada
dasarnya
(i)
memberikan wewenang kepada Penggugat untuk mewakili
Tergugat
dalam
membayarkan
tagihan
ataupun PPN terhutang kepada KPP Pratama Jakarta
Senen karena Tergugat bukanlah wajib pajak yang ditagih untuk membayar PPPN aquo, dan/atau (ii)
menjanjikan bahwa Tergugat berkewajiban untuk membayar kembali (refund) atas pembayaran PPN yang telah dilakukan oleh Penggugat aquo, sehingga secara hukum antara Tergugat
dengan Penggugat
tidak pernah timbul hak dan kewajiban terkait dengan pembayaran PPN yang dilakukan oleh Penggugat
kepada KPP Pratama Jakarta Senen, oleh karena itu dalil Penggugat yang menyatakan tindakan hukum Penggugat dilakukan untuk mewakili kepentingan
Tergugat adalah tidak berdasar hukum dan harus 4.3
ditolak.
Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan bahwa dalam
Surat Himbauan tidak pernah ada disebutkan bahwa kewajiban
pembayaran
PPN
beserta
denda
keterlambatannya adalah merupakan kewajiban Tergugat, akan tetapi itu adalah murni merupakan kewajiban hukum
Penggugat yang telah lalai menjalankan kewajibannya selaku PKP sebagaimana telah Tergugat uraikan dalam angka 3.2. dan angka 3.3. diatas.
Halaman 34 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
5
Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-5 dalam
Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut :
5.1 Bahwa benar Tergugat telah mendapat surat Somasi dari
Penggugat tertanggal 1 Desember 2014 dengan perihal
Somasi dan Undangan (selanjutnya disebut sebagai ”Surat Somasi”), namun perlu Tergugat tekankan disini bahwa
Somasi tersebut telah dijawab oleh Tergugat melalui surat tertanggal 19 Desember 2014 dengan perihal Tanggapan
atas Somasi terhadap PT. SpanSet Indonesia (selanjutnya disebut sebagai ”Surat Tanggapan”) dimana dalam surat tersebut
Tergugat
dilayangkan
oleh
telah
menjawab
Penggugat
dan
Somasi
faktanya
yang
Surat
Tanggapan tersebut tidak pernah dibalas kembali oleh Penggugat.
5.2 Bahwa selain dari pada aiasan sebagaimana tersebut dalam angka 5.1. diatas ketidak hadiran Tergugta bukan
karena Tergugat tidak mempunyai itikad baik di dalam
melaksanakan Syarat Somasi aquo,akan tetapi ketidak hadiran Tergugat didasarkan atas alasan-alasan sebagai a
berikut :
Surat Somasi dari Penggugat kepada Tergugat untuk
memungut PPN atas Barang Kena Pajak yang dibeli oleh
Tergugat jelas-jelas tidak berdasar hukum, karena sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam
memungut PPN tersebut maka Penggugat selaku PKP berkewajiban untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : -
menerbitkan Faktur Pajak yang pada prinsipnya harus
dibuat
pada
penerimaan
saat
penyerahan
atau
pada
saat
pembayaran dalam hal pembayaran
terjadi sebelum penyerahan, sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) huruf a UU No. 42 Th. 2009 Jo. Penjelasan
Pasal 13 ayat (1a) UU No. 42 Th. 2009 Jo. Pasal 2 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah diuraikan sebelumnya; dan
Halaman 35 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
-
memungut PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak
dengan
memberikan Faktur Pajak sebagai bukti
pungutan pajak sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) huruf a UU No. 42 Th. 2009 Jo.
Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th. 2009 -
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya; dan
menyetorkan hasil pungutan PPN ke kas Negara
sesuai dengan Pasal 1 angka 25 UU No. 42 Th. 2009.
b.Faktanya
sebagaimana
telah
diuraikan
sebelumnya
bahwa Total Harga Kesepakatan atas 2 (dua) bidang tanah kosong tersebut sebesar Rp. 14.500.000.000,(empat belas milyar lima ratus juta Rupiah) tersebut
adalah sudah termasuk kepada PPN, dan bukannya dengan cara berusaha menarik lagi PPN kepada Tergugat setelah 2 (dua) tahun sejak penyerahan Barang
Kena Pajak, yaitu pada tanggal Surat Somasi per 1 Desember 2014.
c.Faktanya adalah hingga dengan saat ini Penggugat sama sekali tidak pernah menerbitkan Faktur Pajak kepada
Tergugat, padahal ketentuan yang berlaku sudah secara
tegas disebutkan dalam Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 yang menyebutkan
kelalaian PKP (dalam perkara in casu adalah Penggugat) yang menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati jangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat
DIANGGAP TIDAK MENERBITKAN FAKTUR PAJAK.
d.Karena Penggugat tidak pernah menerbitkan Faktur Pajak kepada Tergugat, yang mana bahkan hingga dengan saat ini Penggugat Faktur Pajak dalam bentuk apapun
kepada Tergugat, sebagaimana sesuai dengan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-17/PJ/2014
mewajibkan kepada Penggugat untuk menerbitkan Faktur
Pajak paling lambat dalam jangka waktu 3 bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, dimana kelalaian
Halaman 36 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
atas kewajiban tersebut mengakibatkan Faktur Pajak tersebut dianggap tidak pernah dibuat, padahal di saat
yang sama pula Faktur Pajak tersebut sangat berguna
dan diperlukan bagi Tergugat untuk dapat melakukan kredit untuk pajak Tergugat, sehingga atas dasar hal tersebut maka penerbitan Surat Somasi aquo adalah tidak berdasar hukum.
e.Patut diduga meskipun PPN
atas jual beli tanah aquo
telah dibayarkan oleh Tergugat karena sudah termasuk kepada Total Harga Kesepakatan akan tetapi Penggugat
gagal atau lalai menyetorkan hasil pungutan PPN tersebut ke kas Negara sebagaimana diwajibkan kepada
Penggugat selaku PKP, padahal Penggugat secara sadar
mengetahui bahwa PPN yang tidak disetorkan tersebut nantinya pasti akan tetap ditagih dikemudian hari oleh Kantor Pajak dan menjadi tanggung jawab Penggugat untuk melunasinya selaku PKP.
f.Meskipun seandainya Penggugat berpendapat bahwa
PPN belum termasuk dalam Total Harga Kesepakatan quod non, hal ini juga tidak dapat dijadikan sebagai alasan
bagi
Penggugat
untuk
membayarkan
PPN
terhutang dan dendanya yang diklaim Penggugat sebagai kewajiban Tergugat karena faktanya tidak ada satupun peraturan perundangan yang mengharuskan Penggugat
untuk membayarkan PPN aquo atas nama Tergugat dan
tidak ada pula perintah, instruksi, wewenang atau perjanjian, baik yang tertulis ataupun lisan, antara Penggugat
dan
Tergugat
yang
pada
dasarnya
memerintahkan atau memberikan wewenang kepada
Penggugat untuk membayarkan PPN tersebut atas nama
atau untuk kepentingan Tergugat, akan tetapi semua itu dilakukan sendiri oleh Penggugat tanpa didasarkan
adanya kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan tanpa persetujuan atau pengetahuan dari Tergugat, dimana hal itu membuktikan bahwa Penggugat
telah
membebaskan
Tergugat
dari
Halaman 37 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
pembayaran PPN karena sudah termasuk ke dalam Total 5.3
Harga Kesepakatan aquo.
Bahwa
kalau
memang
Penggugat
tidak
bersedia
menanggung PPN bagi Tergugat atau tidak membebaskan
Tergugat dari kewajiban pembayaran PPN aquo maka sudah pasti Penggugat akan menerbitkan
Faktur Pajak aquo dan memungut pada PPN aquo pada
saat terjadi Jual Beli Tanah aquo atau pada saat penyerahan Barang Kena Pajak sesuai dengan AJB, dan seandainyapun
apabila
Tergugat
belum
atau
tidak
membayarkan PPN yang dipungut Penggugat pada saat terjadi Jual Beli Tanah aquo atau pada saat penyerahan
Barang Kena Pajak maka seharusnya Penggugat (selaku Penjual dan juga selaku PKP) haruslah mengambil sikap
untuk tidak membuat dan menandatangani AJB atas 2 (dua) bidang tanah aquo, sehingga dengan tidak dipungutnya
PPN aquo pada saat terjadi penyerahan Barang Kena Pajak maka
hal
tersebut
menjadi
tanggung
jawab
penuh
Penggugat dan tidak dapat dibebankan kepada Tergugat dan secara hukum pula hubungan hukum antara Penggugat
dengan Tergugat terkait dengan jual beli dan penyerahan atas 2 (dua) bidang tanah aquo berakhir setelah dibuat dan 6
ditanda tanganinya AJB terkait.
Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-6 dalam Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut :
6.1 Bahwa Tergugat menolak dalil Penggugat angka ke-6 yang pada pokoknya menyatakan bahwa Tergugat berkewajiban
membayar PPN atas 2 (dua) bidang tanah, yaitu Sertipikat
HBG No. 524 dan Sertipikat HGB No. 526, sebagaimana diuraikan dalam angka 2 bagian Pokok Perkara diatas.
6.2 Bahwa Penggugat hanya mengutip bagian pendahuluan dari PJB aquo yang hanya mencantumkan pajak penjualan dan pembelian
tetapi
Penggugat
telah
mengenyampingkan
ketetentuan Perjanjian Bersyarat sebagaimana diperjanjikan di
dalam Pasal 1 PJB yang pada dasarnya menyatakan jual beli Halaman 38 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
atas tanah aquo akan dilakukan jika syarat pembayaran pajakpajak sudah dibayar lunas oleh Penjual (Penggugat) dan
Pembeli (Tergugat), untuk jelasnya Penggugat kutip ketentuan Pasal 1 PJB aquo secara lengkap sebagai berikut : ”Pihak
Pertama
dengan
ini
berjanji
dan
mengikatkan diri terhadap Pihak Kedua untuk segera setelah pajak-pajak telah dibayar lunas oleh masing-masing pihak dan Pihak Kedua telah membayar lunas harga pembelian, maka
Pihak Pertama akan melangsungkan Jual Beli dihadapan Pejabat yang berwenang.”
6.3 Bahwa berdasarkan fakta hukum diatas, AJB atas 2 (dua) bidang tanah yang diperjanjikan di dalam PJB aquo telah
dilakukan sesuai dengan AJB No. 31 dan No. 32, dengan demikian telah terbukti bahwa Tergugat telah membayar seluruh
syarat-syarat sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1 PJB, baik Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (selanjutnya
disebut sebagai ”BPHTB” maupun PPN (vide phrase ”pajak-
pajak” mengandung arti lebih dari 1 (satu) pajak yang harus dibayar oleh Tergugat bukan hanya kepada 1 (satu) pajak
pembelian saja atau BPHTB, tetapi atas seluruh pajak-pajak terkait dan termasuk kepada PPN) sesuai dengan Perjanjian
Bersyarat, sebab jika Tergugat dianggap belum membayar PPN
sebagai syarat dibuatnya AJB atau penyerahan hak atas tanah aquo maka AJB No. 31 dan No. 32 tidak akan dapat dilakukan, bahkan seandainya benar PPN tersebut belum dibayar atau
belum dibebaskan maka secara hukum Penggugat selaku PKP dapat dengan mudahnya menolak untuk menyerahkan tanah aquo sebagai Barang Kena Pajak.
6.4 Bahwa seperti telah diuraikan sebelumnya, bilamana benar
Penggugat berpendapat bahwa Total Harga Kesepakatan atas Jual
Beli
Tanah
aquo
adalah
tidak
termasuk
kepada
pembayaran PPN dan/atau bilamana benar Tergugat tidak dibebaskan oleh Penggugat untuk membayar PPN sebagai
salah satu syarat di dalam membuat AJB sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 PJB quod non, maka tentunya
Halaman 39 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Penggugat selaku PKP sudah pasti akan memungut PPN aquo
dan menerbitkan Faktur Pajak kepada Tergugat pada saat
pembuatan AJB atau pada saat penyerahan Barang Kena Pajak aquo atau tanah aquo sebagaimana diwajibkan oleh Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan kepada Penggugat selaku PKP, dan bukannya setelah 2 (dua) tahun dibuat dan ditanda
tanganinya AJB atau penyerahan atas Barang Kena Pajak aquo, sehingga dengan tidak dipungutnya PPN aquo pada saat
terjadinya AJB atas tanah aquo sesuai dengan AJB No. 31 dan
No. 32 membuktikan bahwa Tergugat telah dianggap membayar PPN aquo dan apabila dikemudian hari diterbitkan tagihan PPN oleh Kantor Pajak maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Penggugat untuk membayarnya.
6.5 Bahwa meskipun di dalam ketentuan Peraturan Perundangundangan Perpajakan membedakan pajak-pajak atas pengalihan
hak atas tanah baik bagi Penjual maupun Pembeli, yaitu Pajak
Penghasilan (PPH) bagi Penjual sesuai ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dan BPTHB bagi Pembeli sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf
(a) point (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997, namun
karena di dalam Pasal 1 PJB mensyaratkan bahwa jual beli atas 2 (dua) bidang tanah aquo baru dapat dilakukan setelah Tergugat
membayar pajak-pajak, sehingga ketentuan ini merupakan Undang-undang
bagi
yang
membuatnya
dan
karenanya
Penggugat selaku salah satu pihak pembuat perjanjian PJB tersebut maka Penggugat terikat kepada perjanjian PJB tersebut
seperti Undang-undang dan Penggugat harus melaksanakan perjanjian PJB tersebut dengan itikad baik sesuai dengan
ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, dengan cara mengakui
bahwa seluruh kewajiban Tergugat termasuk pembayaran PPN dianggap telah dilakukan oleh Tergugat.
7 Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-7 dalam Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut :
Halaman 40 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
7.1 Bahwa perlu Tergugat tekankan disini bahwa Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana
dikutip oleh Penggugat hanyalah merupakan dasar untuk memperhitungkan Dasar Pengenaan Pajak, dimana ketentuan
tersebut tidak ada hubungannya atau menentukan bahwa Tergugat secara hukum berkewajiban untuk membayar PPN aquo.
7.2 Bahwa memang benar bahwa harga jual beli atas 2 (dua) bidang tanah aquo adalah sebagaimana tersebut dalam AJB No. 31 adalah sebesar Rp. 7.113.700.000,- (tujuh milyar seratus tiga belas juta tujuh ratus ribu Rupiah) dan AJB No. 32 adalah
sebesar Rp. 7.386.300.000,- (tujuh milyar tiga ratus delapan puluh enam juta tiga ratus ribu Rupiah) dimana seperti telah
diuraikan sebelumnya dalam angka 6 Pokok Perkara diatas bahwa Total Harga Kesepakatan tersebut adalah sudah termasuk kepada
pajak-pajak
sehingga
jelas
bahwa
Total
Harga
Kesepakatan tersebut sudah termasuk kepada seluruh pajakpajak terkait atas jual beli aquo, termasuk kepada BPHTP dan
PPN, dan setelah pajak-pajak tersebut dibayar lunas baru pihak Penggugat (selaku Penjual) dan Tergugat (selaku Pembeli) dapat
membuat AJB dimana sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata maka Penggugat dan Tergugat selaku pihak yang membuat PJB terikat kepada PJB sebagai Undang-undang bagi pihak yang
membuatnya, dimana PPN adalah termasuk kepada ”pajakpajak” sesuai dengan PJB yang dibuat oleh Penggugat dan Tergugat sebelumnya.
7.3 Bahwa dengan dibuatnya AJB antara Penggugat (selaku Penjual) dan Tergugat (selaku Pembeli) dihadapan Turut Tergugat
membuktikan bahwa Penggugat mengakui bahwa Total Harga
Kesepakatan aquo sudah termasuk kepada PPN dan karenanya
Penggugat telah membebaskan Tergugat dari pembayaran PPN, karena bilamana Total Harga Kesepakatan atas Jual Beli Tanah aquo tidak termasuk pembayaran PPN atau bilamana Penggugat tidak menanggung PPN tersebut quod non maka Penggugat
selaku PKP sudah pasti akan menerbitkan Faktur Pajak dan memungut
PPN
aquo
sebagaimana
diwajibkan
peraturan
Halaman 41 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
perundangan untuk dilakukan oleh Penggugat selaku PKP,
karena Penggugat sadar betul atau mengetahui konsekuensi hukum bagi Penggugat selaku PKP, maka secara hukum PPN terhutang aquo menjadi tanggung jawab Pengggugat selaku PKP untuk menyetorkannya, dan bukan tanggung jawab Tergugat.
7.4 Bahwa seandainya Penggugat berpendapat bahwa Total Harga Kesepakatan aquo sebagaimana tersebut dalam angka 7.2. diatas belum termasuk kepada PPN dan seandainya Penggugat
tidak mempunyai maksud untuk menyembunyikan sesuatu, maka Penggugat selaku PKP wajib untuk menjelaskan secara jelas
atas hal tersebut kepada Tergugat dengan cara merinci berapakah harga jual beli atas tanah dan berapakah total PPN sehingga Tergugat secara jelas mendapatkan informasi total harga yang harus dikeluarkan oleh Tergugat atas jual beli aquo
dan hal ini adalah yang umum terjadi dalam jual beli khususnya di bidang properti, terlebih lagi Tergugat berkeyakinan bahwa
apabila Penggugat bermaksud demikian maka total harga jual beli aquo tentu menjadi sangat tinggi dan tentunya Tergugat tidak akan mau membeli 2 (dua) bidang tanah aquo.
7.5 Bahwa
Tergugat
memohon
kepada
Majelis
Hakim
yang
memeriksa Perkara aquo untuk memperhatikan asas hukum
yang berlaku di Indonesia dimana pembeli yang beritikad baik wajib mendapatkan perlindungan hukum, sehingga sesuai dengan asas tersebut maka Tergugat sebagai pembeli yang
beritikad baik yang telah membayar seluruh harga jual beli sesuai dengan AJB dimana dalam PJB secara tegas telah disepakati bahwa harga jual beli aquo telah termasuk kepada pajak-pajak,
dalam hal ini termasuk kepada PPN, maka Tergugat harus mendapatkan perlindungan hukum.
8 Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-8 dalam Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut : 8.1 Bahwa
ketentuan Pasal 1 angka (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Sebagaimana
Halaman 42 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang-undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(selanjutnya disebut sebagai ”PP No. 1 Th. 2012”) adalah
mengikat antara Penggugat selaku PKP dengan Kantor Pajak, dan bukan mengikat Tergugat kepada Kantor Pajak dan bukan
pula mengikat antara Tergugat dengan Penggugat, karena yang wajib menyetor PPN atas penjualan Barang Kena Pajak tersebut
adalah Penggugat selaku PKP, dan bukan Tergugat, sehingga
bilamana Penggugat selaku PKP tidak meneribitkan Faktur Pajak dan tidak menyetorkan hasil pungutan PPN ke kas Negara maka hal
tersebut
sudah
menjadi
tanggung
jawab
Penggugat
sepenuhnya selaku PKP bukan tanggung jawab Tergugat selaku penerima barang kena Pajak.
8.2 Bahwa terkait dengan Pasal 4 ayat (1) PP No. 1 Th. 2012
sebagaimana didalilkan oleh Penggugat, perlu Tergugat tekankan
pula bahwa sebenarnya ada pengecualian atas ketentuan Pasal 4 ayat (1) PP No. 1 Th. 2012 sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a PP. No. 1 Th. 2012 yang menyatakan :
”Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diberlakukan dalam hal pajak yang terutang tersebut dapat ditagih kepada penjual barang atau pemberi jasa.”
Pada faktanya tidak terbantahkan bahwa Surat Himbauan yang
diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen aquo ditujukan
kepada Penggugat, dan bukannya kepada Tergugat, sehingga hal
ini
jelas
adalah
merupakan
penerapan
ketentuan
pengecualian sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 ayat (2) huruf
a PP. No. 1 Th. 2012 diatas oleh KPP Pratama Jakarta Senen,
karena apabila KPP Pratama Jakarta Senen berpendapat bahwa PPN tersebut adalah kewajiban PPN terhutang Tergugat yang belum terbayarkan sehingga ketentuan Pasal 4 ayat (1) PP No. 1 Th. 2012 dapat diberlakukan disini quod non maka tentunya Surat
Himbauan aquo akan ditujukan KPP Pratama Jakarta Senen kepada Tergugat, dan bukan kepada Penggugat.
Halaman 43 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
8.3 Bahwa Tergugat secara tegas menolak dalil Penggugat yang
menyatakan bahwa Penggugat berkewajiban memungut PPN terkait jual beli atas 2 (dua) bidang tanah aquo dan menyetorkan
ke kas negara atau dengan kata lain kewajiban membayar PPN
adalah kewajiban Tergugat, dan bukan merupakan tanggung jawab Penggugat, dengan alasan-alasan sebagai berikut :
8.3.1 Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya diatas bahwa
dalam Pasal 1 PJB secara tegas menyebutkan bahwa harga kesepakatan atas masing-masing bidang tanah
kosong aquo adalah sudah termasuk kepada pajak-pajak, dimana kata ”pajak-pajak” disini adalah dalam arti jamak, yang berarti lebih dari 1 (satu) dan berarti sudah termasuk
kepada BPHTB dan PPN, seandainya tetap Penggugat
berusaha mengklaim bahwa harga kesepakatan belum termasuk kepada PPN, maka secara hukum pungutan
PPN yang dilakukan Penggugat melalui Gugatan ini atas jual beli tanah aquo juga tetap tidak berdasar hukum, karena pungutan aquo baru dilakukan oleh Penggugat
setelah melewati 3 (tiga) bulan sejak tanggal AJB atas 2
(dua) bidang tanah atau penyerahan Barang Kena Pajak aquo, padahal menurut ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf a
UU No. 42 Th. 2009 Jo. Pasal 19 ayat (1) PP No. 1 Th. 2012 pungutan PPN dan penerbitan Faktur Pajak tersebut
harus dilakukan pada saat AJB atau penyerahan Barang Kena Pajak, yaitu pada tanggal 1 Oktober 2012, dan
bukan pada setelah 2 (dua) tahun sebagaimana fakta hukumnya dalam Perkara aquo.
8.3.2 Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (3) PP Nomor 1 Tahun 2012 secara tegas pula disebutkan sebagai berikut :
”Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha
kena Pajak setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
saat
Faktur
Pajak
seharusnya
diperlakukan sebagai Faktur Pajak.”
dibuat
tidak
Halaman 44 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
dimana
sesuai
dengan
fakta
hukum
yang
tidak
terbantahkan dalam Perkara aquo bahwa Penggugat tidak
mengeluarkan Faktur Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan baru setelah lewat waktu 2 (dua) tahun
berusaha untuk memungut kepada Tergugat melalui Gugatan aquo, sehingga berdasarkan Pasal 14 ayat (1)
huruf d UU No. 28 Th. 2007 maka Direktorat Pajak dapat menerbitkan surat tagihan kepada Penggugat selaku Penjual dan PKP agar membayar PPN aquo. Oleh karena
itu tindakan Penggugat selaku PKP yang berusaha memungut PPN setelah melebihi 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal penyerahan Barang Kena Pajak atau jual beli tanah aquo adalah tidak berdasar hukum dan tidak
ada kewajiban bagi Tergugat untuk membayarkan PPN kepada Penggugat.
8.3.3 Bahwa tidak disetorkannya PPN terhutang atau dalam hal
sebagaimana didalilkan oleh Penggugat bahwa PPN terhutang belum dipungut Penggugat pada saat terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak atau jual beli tanah aquo
maka hal tersebut adalah merupakan kesalahan dan
menjadi tanggung jawab Penggugat sendiri karena selaku
PKP tentunya Penggugat sudah mengetahui konsekuensi hukum bahwa hal tersebut akan menjadi tanggungan Penggugat atau Penjual selaku PKP, sehingga Penggugat
tidak mempunyai dasar hukum untuk hukum untuk
menangih kepada Tergugat atas PPN aquo setelah 2 (dua)
tahun penyerahan Barang Kena Pajak atau jual beli tanah aquo.
9 Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-9 dalam Posita Gugatan, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut :
9.1 Bahwa Penggugat disini kembali seperti hanya melihat ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 42. Th. 2009 tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan lain
sama sekali, padahal Penggugat sepastinya sangat menyadari
Halaman 45 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
bahwa Penggugat telah gagal dan/atau lalai untuk menjalankan mandat atau tugas yang diberikan oleh Negara kepada Penggugat selaku PKP sebagaimana telah diuraikan dalam uraian-uraian
sebelumnya,
secara
singkat,
yaitu
untuk
menerbitkan Faktur Pajak dan menyetorkan PPN tersebut kepada
kas Negara dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku, secara singkat, untuk menerbitkan Faktur Pajak paling lambat dalam waktu 3 (tiga)
bulan sejak tanggal penyerahan Barang Kena Pajak atau tanggal jual beli tanah aquo dimana apabila hal ini tidak dilakukan maka secara hukum Penggugat selaku PKP dianggap tidak pernah menerbitkan Faktur Pajak tersebut.
9.2 Bahwa seandainyapun Penggugat belum melakukan pungutan PPN kepada Tergugat atas jual beli 2 (dua) bidang tanah aquo
seperti dalil Penggugat quod non, hal ini tidak dapat melepaskan
fakta hukum dalam Perkara ini dimana Penggugat baru berusaha melakukan pungutan PPN kepada Tergugat setelah 2 (dua) tahun sejak tanggal penyerahan Barang Kena Pajak atau tanggal jual beli tanah aquo melalui Gugatan aquo, padahal Penggugat
mengetahui sepenuhnya bahwa kelalaian Penggugat untuk memungut PPN tersebut maka akan berakibat hukum Penggugat
menjadi bertanggung jawab atas PPN terhutang tersebut dan hal inilah yang faktanya terjadi pula dalam Perkara aquo dimana KPP
Pratama Jakarta Senen mengirimkan Surat Himbauan kepada
Penggugat untuk menyetorkan PPN terhutang, dan bukan kepada Tergugat.
9.3 Bahwa faktanya pula bahwa Pasal 1 PJB telah secara tegas menyebutkan bahwa masing-masing harga jual beli atas tanah sebagaimana
disepakati
Penggugat
(selaku
Penjual)
dan
Tergugat (selaku Pembeli) adalah termasuk kepada pajak-pajak (vide kata ”pajak-pajak” aquo adalah kata jamak dan mengacu
kepada lebih dari satu) yang berarti sudah termasuk kepada BPHTB dan PPN terkait.
9.4 Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka jelas bahwa
Penggugat sama sekali tidak mempunyai hak untuk memungut
Halaman 46 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
PPN lagi kepada Tergugat atas dasar Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen terkait jual beli tanah aquo kepada
Tergugat, terlebih hal ini dilakukan oleh Penggugat setelah 2
(dua) tahun dari tanggal penyerahan Barang Kena Pajak atau jual beli tanah aquo, dimana hal ini jelas-jelas bertentangan dengan 10
peraturan perundangan yang berlaku.
Bahwa Tergugat secara tegas menolak dalil Penggugat angka ke-10 dalam Posita Gugatan karena hal tersebut adalah mengada-ada dan
sangat tidak berdasar hukum dimana hal tersebut akan Tergugat 11
uraikan lebih lanjut dalam uraian-uraian selanjutnya dibawah.
Tergugat Tidak Terbukti Melakukan Wanprestasi terhadap Penggugat. Bahwa sebelum Penggugat menanggapi tentang dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat telah melakukan Wanprestasi, terlebih dahulu Tergugat
akan
menguraikan
tentang
pengertian
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli hukum dibawah :
Wanprestasi
sebagai
berikut
- Mariam Darus Badrulzaman, SH, mengemukakan Wanprestasi adalah
suatu
perikatan
dimana
pihak
debitur
karena
kesalahannya tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan. Kata
karena salahnya sangat penting, oleh karena debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali (R. Subekti, Hukum Perjanjian Cet. Ke IV, Jakarta, Pembimbing -
Masa, 1979, hal. 59).
Prodjodikoro, SH, mengemukakan Wanprestasi adalah tidak
adanya suatu prestasi dalam perjanjian, ini berarti bahwa suatu
hal harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Dalam
istilah bahasa Indonesia dapat dipakai istilah pelaksanaan janji untuk prestasi, sedangkan ketiadaan pelaksanaan janji untuk wanprestasi. (Wirjono Prodjodikoro, Azaz Hukum Perjanjian, -
Bandung Sumur, hal. 17).
Prof. R. Subekti, SH, mengemukakan bahwa Wanprestasi
(kelalaian) seorang debitur dapat berupa empat macam, yaitu :
(1) tidak melakukan apa yang seharusnya disanggupi untuk dilakukan,
Halaman 47 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
(2) melaksanakan yang dijanjikan, namun tidak sebagaimana yang diperjanjikan,
(3) melakukan apa yang telah diperjanjikan, namun terlambat pada waktu pelaksanaannya,
(4) melakukan sesuatu hal yang di dalam perjanjiannya tidak boleh dilakukan.
(R. Subekti, Hukum Perjanjian Cet. ke- II, Jakarta Pembimbing Masa, 1970, hal. 50).
Berdasarkan pengertian Wanprestasi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa
seseorang
dapat
dikwalifikasikan
telah
melakukan Wanprestasi apabila seseorang tersebut telah membuat perikatan dengan pihak lain dan karena kesalahannya tidak 12
melakukan perjanjian tersebut.
Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-11 dalam Posita
Gugatan yang menyatakan Tergugat telah melakukan Wanprestasi terhadap Penggugat, dengan ini Tergugat menanggapi sebagai berikut :
12.1 Bahwa perjanjian antara Penggugat dan Tergugat secara hukum sudah berakhir karena kewajiban-kewajiban hukum
Tergugat terhadap Penggugat telah dilaksanakan seluruhnya,
sehingga antara Penggugat dengan Tergugat tidak mempunyai ikatan hukum lagi. Telah dilaksanakannya seluruh kewajiban Tergugat terhadap Penggugat khususnya mengenai kewajiban pembayaran
pajak-pajak,
termasuk
PPN,
sebagaimana
dijanjikan di dalam Pasal 1 PJB dapat dibuktikan dengan
ditandatanganinya AJB No. 31 dan AJB No. 32 antara
Penggugat (selaku Penjual) dan Tergugat (selaku Pembeli). Bilamana kewajiban-kewajiban Tergugat atas pembayaran pajak-pajak, termasuk PPN, belum dibayar seluruhnya quod
non maka tentunya AJB Nomor 31 dan 32 aquo sudah pasti
tidak dapat dilakukan atau ditandatangani karena hal tersebut merupakan syarat mutlak untuk pembuatan AJB No. 31 dan
AJB No. 32 sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1 PJB aquo.
Halaman 48 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
12.2 Bahwa pengakuan Penggugat atas pembebasan pembayaran
PPN aquo dapat juga dibuktikan dengan diserahkannya Barang Kena Pajak atau dengan ditandatangani AJB No. 31 dan AJB No. 32, karena sebagaimana secara hukum diwajibkan kepada
Penggugat selaku PKP, bilamana Penggugat tidak mengakui telah membebaskan Tergugat dari pembayaran PPN tersebut sudah pasti Penggugat akan memungut PPN dan menerbitkan
Faktur Pajak aquo pada saat terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak atau tanggal AJB No. 31 dan AJB No. 32.
12.3 Bahwa
Tergugat
tidak
melakukan
kesalahan
dalam
melaksanakan perikatan, khususnya mengenai pembayaran pajak-pajak, termasuk PPN, yang dibuat antara Penggugat dengan Tergugat, dengan alasan-alasan sebagai berikut :
12.3.1 Bahwa Penggugat dengan sadar dan tanpa paksaan telah menandatangani AJB No. 31 dan No. 32 atas 2 (dua) bidang tanah
aquo sebagai tindak lanjut dari perjanjian bersyarat PJB, karena apabila benar PPN belum termasuk ke dalam Total Harga Kesepakatan aquo tentunya selaku PKP Penggugat
akan
melakukan
pungutan
PPN
dan
menerbitkan Faktur Pajak dimana hal ini membuktikan bahwa Penggugat mengakui PPN aquo sudah termasuk
dalam Total Harga Kesepakatan dan telah dibayarkan
oleh Tergugat sehingga kewajiban penyetoran PPN yang telah dipungut tersebut adalah murni menjadi tanggung jawab Penggugat.
12.3.2 Bahwa kalaupun memang Penggugat berpendapat
bahwa PPN menjadi tanggung jawab Tergugat dan tidak
termasuk dalam Total Harga Kesepakatan atas Jual Beli Tanah
tersebut
quod
non
maka
secara
hukum
Penggugat pasti akan memungut PPN aquo dan
menerbitkan Faktur Pajak aquo pada saat terjadi pembuatan AJB No. 31 dan AJB No. 32 atau pada saat
penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, karena hal tersebut akan menjadi kewajiban dan tanggung jawab
Halaman 49 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Penggugat untuk membayarkannya kepada kantor
pajak, sehingga tindakan Penggugat tersebut adalah merupakan kesalahan/kelalaian Penggugat dan bukan kesalahan Tergugat
sehingga Tergugat
dikatakan telah Wanprestasi.
tidak dapat
12.3.3 Bahwa Tergugat baru dapat dikatakan karena salahnya tidak
melakukan
perikatan
atau
tidak melakukan
pembayaran PPN hanya apabila dalam Pasal 1 PJB tidak disebutkan bahwa harga kesepakatan adalah
termasuk kepada pajak-pajak, dan apabila setelah Penggugat memungut dan menerbitkan Faktur Pajak
pada saat dibuatnya AJB atau saat penyerahan Barang Kena
Pajak
tetapi
Tergugat
menolak
untuk
membayarkan PPN, namun karena pemungutan dan
penerbitkan Faktur Pajak aquo sama sekali tidak
dilakukan Penggugat maka tidak ada dasar bagi Tergugat untuk membayar PPN aquo dan Tergugat tidak
dapat
dipersalahkan
jika
dikemudian
hari
Penggugat mendapat tagihan dari kantor pajak untuk
membayarkan PPN atas barang yang dijual oleh Penggugat selaku PKP kepada Tergugat.
12.4 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat sudah berakhir dan antara Penggugat dan Tergugat tidak mempunyai hubungan hukum lagi, serta Tergugat
tidak
bersalah
dan
tidak
lalai
dalam
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dijanjikan di dalam PJB, sehingga Tergugat tidak dapat dikatakan telah
Wanprestasi
terhadap
Penggugat,
dengan
demikian dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat
telah melakukan Wanprestasi tidak terbukti, tidak 13
berdasar hukum untuk itu haruslah ditolak.
Bahwa terkait dengan dalil Penggugat angka ke-11 dalam Posita
Gugatan yang menyatakan Penggugat mengalami kerugian materiil
sebesar Rp. 1.914.000.000,- (satu milyar sembilan ratus empat belas
Halaman 50 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
juta Rupiah) yang terdiri dari pembayaran PPN sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah)
ditambah total denda keterlambatan atas pembayaran PPN sebesar Rp. 464.000.000,- (empat ratus enam puluh empat juta Rupiah),
bunga sebesar Rp. 384.000.000 (tiga ratus empat puluh delapan juta Rupiah), serta kerugian immateriil sebesar Rp. 3.820.000.000,- (tiga milyar delapan ratus dua puluh juta Rupiah), dengan ini Tergugat
menolak tegas dalil tersebut karena jelas mengada-ada dan tidak berdasar hukum sama sekali, dan Tergugat selanjutnya menanggapi sebagai berikut :
13.1 Bahwa pembayaran PPN sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu
milyar empat ratus lima puluh juta Rupiah) yang dilakukan oleh Penggugat ke kas Negara adalah hubungan antara Penggugat
dan instansi pajak terkait, dan ini jelas bukanlah disebabkan
karena kesalahan dan/atau Wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa Penggugat selaku PKP secara hukum berkewajiban untuk :
a. untuk menerbitkan Faktur Pajak pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dimana pada Perkara aquo adalah pada
saat AJB [Vide Pasal 13 ayat (1) huruf a UU No. 42 Th.
2009 Jo. Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th. 2009
Jo. Penjelasan Pasal 13 ayat (1a) UU No. 42 Th. 2009 Jo.
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak No. PER24/PJ/2012];
b. untuk menerbitkan Faktur Pajak tidak melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Faktur Pajak tersebut seharusnya
diterbitkan [Vide Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012];
c. untuk memungut PPN [Vide Pasal 1 angka 25 UU No. 42
Th. 2009 Jo. Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU No. 42 Th.
2009 Jo. Pasal 16 ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER24/PJ/2012]; dan
d. untuk menyetorkan pungutan PPN tersebut ke kas Negara [Vide Pasal 1 angka 25 UU No. 42 Th. 2009];
Halaman 51 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
dimana faktanya Penggugat telah lalai menjalankan mandat atau tugas yang diberikan oleh Negara kepada Penggugat
selaku PKP sehingga kelalaian tersebut membawa konsekuensi hukum bagi Penggugat untuk membayarkan PPN terhutang aquo, sehingga jelas bahwa pembayaran PPN yang dilakukan
oleh Pengggugat atas Surat Himbauan dari KPP Pratama Jakarta Senen sebesar Rp. 1.450.000.000,- (satu milyar empat
ratus lima puluh juta Rupiah) adalah murni merupakan kewajiban Penggugat, dan bukan kewajiban Tergugat.
13.2 Bahwa seperti halnya yang terjadi pada pembayaran PPN sebagaimana diuraikan pada angka 13.1. diatas, maka pembayaran
atas
denda
keterlambatan
PPN
dengan
perhitungan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan sehingga ditotal denda pembayaran atas PPN tersebut membengkak menjadi sebesar Rp. 464.000.000,- (empat ratus enam puluh empat juta Rupiah) juga adalah murni karena
kesalahan Penggugat itu sendiri [Vide Pasal 14 ayat 4 Jo. Penjelasan Pasal 14 ayat 4 UU No. 16 Th. 2000] sehingga
kewajiban pembayaran denda keterlambatan kepada kas Negara tersebut adalah sebagai konsekuensi hukum yang
harus ditanggung oleh Penggugat sendiri selaku PKP, dan
karenanya pembayaran denda ini tidak dapat dikatakan sebagai kerugian materiil bagi Penggugat akibat Wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat.
13.3 Bahwa Tergugat menolak dalil Penggugat terkait dengan
permohonan Penggugat agar Tergugat dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) per bulan atau 24% (dua puluh empat persen) per tahun dengan total sebesar Rp. 384.000.000 (tiga
ratus empat puluh delapan juta rupiah) secara tunai, seketika
dan sekaligus terhitung sejak PPN dibayarkan Gugatan didaftarkan dengan alasan-alasan sebagai berikut :
13.3.1 Bahwa denda yang didalilkan oleh Penggugat disini adalah denda yang akan dibebankan kepada Tergugat sebagai
akibat
keterlambatan
Tergugat
untuk
melakukan pembayaran PPN dan denda keterlambatan
Halaman 52 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
yang telah dibayarkan oleh Penggugat kepada kas Negara, padahal sebagaimana diuraikan sebelumnya diatas
bahwa
pembayaran
PPN
dan
denda
keterlambatan yang telah dibayarkan oleh Penggugat ke
kas Negara tersebut adalah murni kewajiban Penggugat sebagaimana disebutkan dalam Surat Himbauan aquo, dan bukan kewajiban dari Tergugat.
13.3.2 Bahwa jumlah denda/bunga yang dituntut Penggugat
tidak berdasar hukum karena Tergugat jelas-jelas tidak melakukan
Wanpretasi
terhadap
Tergugat juga tidak pernah membuat
Penggugat
dan
perjanjian atau kesepakatan dalam bentuk apapun
dengan Penggugat mengenai pembayaran PPN yang dilakukan oleh Penggugat, termasuk kepada ketentuan
bunga tersebut, sehingga tuntutan kerugian materiil serta bunga aquo adalah tidak berdasar hukum dan harus ditolak.
13.3.3 Bahwa penetapan angka denda sebesar 2% (dua persen) per bulan atau 24% (dua puluh empat persen)
per tahun sebagai denda keterlambatan pembayaran untuk diterapkan kepada Tergugat dalam Perkara aquo jelas adalah sebuah perhitungan denda yang tidak
berdasar hukum dan mengada-ada, dimana disini Penggugat dengan mudahnya meniru perhitungan
besarnya denda yang diberlakukan oleh Negara seperti pada angka 13.2. diatas, dan disini terlihat jelas bahwa Penggugat
sama
sekali
tidak
memperhitungkan
kelaziman besarnya denda dalam perdagangan seharihari, dimana prosentase angka denda dari Penggugat
tersebut jauh melebihi angka rata-rata bunga deposito
bank di Indonesia per tahun pada saat ini yang hanya berkisar antara 8% (delapan persen) hingga 12% (dua 13.4 Bahwa
belas persen). Tergugat
juga
menolak
dalil
Penggugat
yang
mendalilkan tentang kerugian immateriil Penggugat sebesar Rp.
Halaman 53 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
3.820.000.000,- (tiga milyar delapan ratus dua puluh juta Rupiah) dengan alasan-alasan sebagai berikut:
13.4.1 Bahwa kewajiban membayar PPN bagi PKP kepada Kantor Pajak aquo adalah merupakan kewajiban hukum
yang harus dilakukan oleh Penggugat sebagai PKP dan wujud dari tanggung jawab Penggugat selaku PKP
kepada Negara sebagaimana ditentukan di dalam Peraturan
Perundang-undangan
Perpajakan
yang
berlaku, dan bukan lahir sebagai akibat tindakan Wanprestasi
yang
dilakukan
Tergugat,
sehingga
pembayaran PPN yang dilakukan oleh Penggugat kepada
KPP
Pratama
Jakarta
Senen
tidaklah
menimbulkan kerugian immateriil bagi Penggugat, tetapi memang hal itu adalah merupakan kewajiban hukum
yang harus dilakukan oleh Penggugat selaku PKP itu sendiri.
13.4.2 Bahwa perhitungan jumlah kerugian immateril aquo
tidak jelas sumber dan tata cara perhitungannya karena
tidak dijelaskan dan diuraikan sama sekali dalam Gugatan dari Penggugat, sehingga tuntutan kerugian immateriil aquo haruslah ditolak.
14 Bahwa Tergugat menolak permohonan peletakan Sita Jaminan terhadap harta benda Tergugat yang diajukan oleh Penggugat pada angka ke-12 dalam Posita Gugatan, karena alasan-alasan sebagai berikut
14.1 Bahwa terkait dengan Sita Jaminan sebagaimana didalilkan oleh Penggugat dalam Posita angka ke-12 ternyata uraian atas harta Tergugat yang
*dimohonkan untuk diletakkan Sita Jaminan tersebut adalah salah atau tidak benar, dimana Penggugat menyebutkan bahwa
Sertipikat HGB No. 524/Segara Makmur dan Sertipikat HGB No.
526/Segara Makmur tertulis atas nama PT. Kalimas Sarana
Suplindo, padahal sebenarnya tertulis atas nama PT. Spanset Indonesia. Hal ini mengakibatkan kurang jelasnya uraian harta
tidak bergerak yang dimintakan Sita Jaminan sehingga dapat menimbulkan kesalahan peletakkan Sita Jaminan sehingga permohon Sita Jaminan aquo harus ditolak.
Halaman 54 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
14.2 Bahwa Tergugat tidak terbukti melakukan Wanprestasi yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat sehingga Tergugat tidak patut dipaksa untuk membayar tuntutan yang diajukan oleh Penggugat dengan terlebih dahulu meletakkan Sita Jaminan
terhadap harta milik Tergugat, karena tujuan dari Sita Jaminan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 227 HIR adalah ditujukan kepada
pihak-pihak
yang
melakukan
tindakan
yang
menimbulkan kerugian bagi Penggugat yang dikhawatirkan
akan mengalihkan harta bendanya untuk menghindari tuntutan
kerugian yang diderita oleh Penggugat sehingga jelas bahwa dasar tuntutan Sita Jaminan dari Penggugat dalam Perkara aquo tidak sesuai dengan Pasal 227 HIR.
14.3 Bahwa nilai harta benda milik Tergugat yang dimohonkan Sita Jaminan oleh Penggugat sangat tidak sebanding dengan jumlah tuntutan yang diajukan oleh Penggugat dalam Perkara aquo.
Mohon bandingkan dengan Putusan MARI No. 597 K/PDT/1983
tertanggal 8 Mei 1984 (baca Yurisprudensi MARI 2 Tahun 19802009 hal. 198), yang menyatakan :
“Conservatoir beslag yang telah diadakan tidak dapat
dibenarkan karena nilai barang yang disita terlalu tinggi dibanding dengan nilai gugatan yang dikabulkan.”
14.4 Bahwa disamping itu peletakkan Sita Jaminan yang diajukan
oleh Penggugat seharusnya terlebih dahulu diajukan kepada
benda bergerak dan bukan secara langsung terhadap benda
tetap. Mohon bandingkan dengan Putusan MARI No. 597 K/PDT/1983 tertanggal 8 Mei 1984 (baca Yurisprudensi MARI 2 Tahun 1980-2009 hal. 198), yang menyatakan :
“Conservatoir beslag harus terlebih dahulu dilakukan
terhadap barang-barang bergerak, dan jikalau barang-barang
demikian tidak cukup (ada), baru terhadap barang-barang tidak bergerak.”
14.5 Bahwa tanah yang dimohonkan Sita Jaminan aquo pada saat ini
sedang dijaminkan kepada suatu bank oleh Tergugat sehingga
secara hukum tidaklah dapat diletakkan Sita Jaminan sesuai dengan kaedah Yurisprudensi MARI. Mohon bandingkan Halaman 55 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
dengan Putusan MARI No. 394 K/PDT/1984 tanggal 05 Juli 1995 (baca Yurisprudensi Mahkamah Agung RI 2 tahun 19802009, halaman 268), yang pada kaedahnya menyatakan :
“Barang-barang yang sudah dijadikan jaminan utang kepada
Bank Rakyat Indonesia Cabang Gresik tidak dapat dikenakan conservatoir beslag.”
14.6 Bahwa berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut dalam angka
14.1. s/d 14.4. diatas, maka permohonan Sita Jaminan yang diajukan oleh Penggugat terhadap 2 (dua) bidang tanah milik Tergugat sesuai dengan Sertipikat HBG No. 524/Segara
Makmur dan Sertipikat HBG No. 526/Segara Makmur harus 15
ditolak oleh Majelis Hakim yang memeriksa Perkara aquo.
Bahwa Tergugat menolak dalil Penggugat angka ke-13 dalam Posita
Gugatan yang memohon agar Pengadilan Negeri Bekasi melaksanakan
Putusan ini meskipun ada Banding, Kasasi, ataupun Peninjauan Kembali (uit voor bij vorrad), karena dalam Perkara aquo tidak didukung dengan
dasar hukum atau alasan hukum yang kuat dan terdapat banyak celah di hampir semua dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat. Terlebih lagi,
pelaksanaan putusan serta merta dari Pengadilan Tingkat Pertama tersebut
nantinya
akan
sangat
merugikan
Tergugat
dan
sulit
mengembalikan kepada keadaan seperti sedia kala bilamana Putusan
Pengadilan Tingkat Pertama tersebut dibatalkan oleh Putusan dalam Tingkat Banding, Tingkat Kasasi dan/atau dalam upaya hukum luar biasa Peninjauan Kembali.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, Terggugat memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bekasi yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar memberikan putusan sebagai berikut : I. DALAM EKSEPSI :
Mengadili
1. Menerima Eksepsi dari Tergugat untuk seluruhnya; 2. Menyatakan
Pengadilan
Negeri
Bekasi
secara
absolut
tidak
dapat
diterima
(niet
berwenang memeriksa dan mengadili Perkara ini atau setidak menyatakan
Gugatan
ontvankelikje verklaard);
Penggugat
tidak
Halaman 56 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
Gugatan
ontvankelijke verklaard).
Penggugat
tidak
dapat
diterima
(niet
2. Menghukum Penggugat untuk membayar ongkos perkara. atau
Apabila Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Bekasi berpendapat lain, mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). II.
Jawaban turut tergugat
EKSEPSI: I.
GUGATAN PENGGUGAT SALAH ALAMAT atau SALAH SASARAN ( ERROR IN PERSONA ).
1. Bahwa Tergugat II membantah dan menolak terhadap Dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat yang menjadikan Tergugat II sebagai pihak
dalam perkara yang diajukan tertanggal 2 Maret 2015 dalam sengketa
antara Penggugat dengan PT. Spanset Indonesia selaku Tergugat I ,
karena setelah Tergugat II membaca dan mencermati dalil – dalil gugatan yang diajukan oleh Penggugat secara jelas dan tegas-tegas
yakni Penggugat telah mendalilkan adanya Wanprestasi kewajiban Pajak yang dilakukan oleh Tergugat I terhadap Penggugat yang
tentunya sengketa Wanprestasi yang berkaitan dengan wajib pajak
termaksud tidak ada kaitannya dengan Tergugat II selaku Notaris yang mana secara jelas dan nyata-nyata Tugas dan Wewenang dari Tergugat
II
hanyalah
sebagai
Pejabat
Pembuat
Akta
tanah
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
Peraturan Dasar Pokok- Pokok selanjutnya disebut UUPA dan
diterbitkan suatu Peraturan Pemerintah tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah
selanjutnya disebut PPAT
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 yang yang selanjutnya disebut PP No.37/1998,
sebagai Pelengkap dari Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran tanah yaitu Pasal 7 PP No. 24 Tahun 1997;
2. Bahwa dengan demikian jelas-jelas Tergugat II membantah dan menolak dalil gugatan dari Penggugat yang telah menarik Tergugat II
Halaman 57 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
sebagai pihak dalam perkara
aquo
sebagaimana dalil gugatan
Penggugat pada halaman 4 dari halaman 6 poin 11 tentang kerugian dalam hal mana dikatakan : “
Bahwa atas tindakan yang dilakukan oleh Tergugat I jelas merupakan wanprestasi atas Perjanjian dan telah merugikan Penggugat baik
secara Materil maupun Immateril. Tergugat II selaku Notaris dan PPAT
ternyata juga tidak memberikan nasehat kepada Tergugat I untuk membayar kerugian Penggugat diatas dan karena itu Tergugat II juga harus di hukum membayar kerugian Penggugat diatas dan karena itu
Tergugat II juga harus dihukum bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan Tergugat I atas kerugian Penggugat”.
Bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat adalah dalil yang tidak
benar dan mengada-ada serta cacat formil karena Penggugat telah salah
alamat
atau
salah
sasaran
dalam
gugatannya
yang
menimbulkan Error In Persona dan sangat keliru ( gemis aanhoeda nigheid ), karena yang melakukan Wanprestasi dalam membayar
Pajak adalah Tergugat I dan hal itu terlihat jelas dalam dalil gugatan yang diakui oleh Penggugat dari poin 1 sampai dengan poin
10
gugatan a quo, sehingga menurut Putusan Mahkamah Agung RI No.
601 K/Sip/1975 : “ Error In Persona apabila pihak yang ditarik sebagai
Tergugat itu tidak mempunyai hubungan hukum antara Penggugat dan
Tergugat I dalam perkara wanprestasi, dan keliru, dan tidak
mempunyai dasar hukum ( no basic reason ), untuk itu berdasarkan
Putusan Mahkamah Agung no. 239 K/Sip/1986 yang mengatakan:” gugatan tidak dapat diterima atas alasan tidak memenuhi syarat formil karena gugatan yang diajukan tidak berdasarkan hukum“, Untuk itu
mohon yang terhormat Majelis Hakim menolak dan setidaknya
menyatakan gugatan tidak dapat diterima karena gugatan yang II.
diajukan adalah tidak jelas dan kabur ( Obscur Libel).
PIHAK YANG DITARIK TIDAK LENGKAP. ( Exeptio Plurium Litis Consortium ).
3. Adapun alasan dalam mengajukan eksepsi ini adalah apabila orang
yang ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap, atau orang yang bertindak sebagai Penggugat tidak lengkap, karena masih ada orang yang harus diikutsertakan sebagai Penggugat atau Tergugat, baru
Halaman 58 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
sengketa yang dipersoalkan dapat diselesaikan secara tuntas dan
menyeluruh sebagaimana yang dimaksud dalam Putusan MA No. 621 K/Pdt/1975, dengan demikian karena pihak ketiga tersebut tidak ikut digugat,
maka
CONSORTIUM.
gugatan
dinyatakan
CACAT
PLURIUM
LITIS
Untuk itu mohon Majelis Hakim yang terhormat menolak gugatan
Penggugat karena bila dicermati dari kronologi dan alasan gugatan
yang diajukan adalah berdasarkan adanya perbuatan hukum dalam
Pengikatan Jual Beli Nomor 165, tertanggal 26 Juni 2012 yang dibuat dihadapan Notaris Sri Intansih , SH Notaris di Jakarta, kemudian dilanjutkan dengan dibuatkan Akta Jual Beli No. 31 dan No. 32
tertanggal 1 Oktober 2012 yang dibuat oleh Tergugat II, sedangkan
dalam gugatan baik Posita maupun Petitum jelas-jelas Notaris Sri Intansih, SH tidak ditarik sebagai pihak dalam perkara aquo, adalah suatu kesalahan Penggugat yaitu tidak lengkapnya pihak-pihak yang
seharusnya digugat, dengan demikian gugatan Penggugat sepatutnya tidak dapat diterima.
DALAM POKOK PERKARA. -
-
-
Bahwa semua yang Tergugat II kemukakan pada bagian eksepsi
tersebut diatas adalah
merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan bagian pokok perkara ini.
Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas seluruh dalil gugatan
Penggugat, kecuali yang kebenarannya diakui secara tegas oleh Tergugat II.
Bahwa Tergugat II membantah serta menolak seluruh dalil-dalil
gugatan Penggugat dalam gugatannya tertangal 2 Maret 2015 karena salah alamat serta Obscur Liebel.
III.
PERUBAHAN GUGATAN BERTENTANGAN DENGAN PASAL 127 Rv
(
Rechtsvordering ) yang berbunyi:” Penggugat berhak untuk
mengubah atau mengurangi tuntutannya sampai saat perkara diputus, -
tanpa boleh mengubah atau menambah pokok gugatannya”.
Putusan MA RI No. 209k /Sip/1970, tgl.6 Maret 1971, “Perubahan
Gugatan diperbolehkan asal tidak mengubah atau menyimpang dari kejadian materil, walaupun tidak ada gugatan subsider (Ex aequo et bono)”.
Halaman 59 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
-
Putusan MA RI
“Perubahan
atau
No. 1043 k/ Sip/1971, tgl. 3 Desember 1974, tambahan
surat
gugatan
boleh
asal
tidak
mengakibatkan perubahan posita dan Tergugat tidak dirugikan dalam haknya untuk membela diri”.
Bahwa Tergugat II berkeberatan terhadap perubahan gugatan yang
diajukan oleh Penggugat, karena perubahan gugatan tersebut telah mengenai pokok gugatan
sebagaimana
yang terlihat
dalam
perubahan posita maupun petitum yaitu dalam gugatan tertanggal 2 Maret 2015 Penggugat telah menempatkan Notaris Widiyaningsih, SH.MKn sebagai Tergugat
II bahkan dalam petitum poin 2
:”menghukum Tergugat I danTergugat II untuk membayar ganti kerugian
kepada
sekaligus....dan
Penggugat
seterusnya,
secara
namun
Penggugat tertanggal 29 Juni 2015
tunai,
dalam
seketika
perubahan
dan
gugatan
dalam halaman 1 Penggugat
dalam dalil gugatannya telah menempatkan
Notaris Widiyaningsih,
SH.MKn sebagai Turut Tergugat dan hal ini makin membingungkan
dalam menanggapi dalil gugatan Penggugat yang makin kabur dan
tidak jelas, dan anehnya lagi dalam petitumnya Tergugat II terdahulu dan sekarang menjadi Turut Tergugat sudah tidak tercantumkan lagi dalam sanksi ganti kerugian sebagaimana dalil gugatan Penggugat
tertanggal 2 Maret 2015 dalam poin 3 petitum Penggugat, dengan demikian membuktikan dalil gugatan yang diajukan oleh Penggugat
adalah Obscur Libel, kabur dan tidak jelas , karena surat gugatan tidak terang isinya atau isinya gelap ( onduidlijk) yang seharusnya gugatan
dianggap memenuhi syarat formil dalil gugatan harus terang dan jelas atau tegas ( duidelijk ), dengan demikian berdasarkan Putusan MA RI No. 565K/Sip/1973 tgl 21 Agustus 1974
dikatakan:” “Kalau objek gugatan tidak jelas, maka gugatan tidak dapat diterima”.
Bahwa dalam Putusan Mahkamah Agung RI tertanggal 27 Nopember
1975 No. 266 K/Sip/1973 menyatakan:” Pertimbangan Pengadilan Tinggi yang dibenar MA karena perubahan gugatan yang diajukan Penggugat terbanding pada persidangan tanggal 11 Pebruari 1969
adalah mengenai pokok gugatan, maka seharusnya perubahan tersebut ditolak,Oleh karena itu mohon majelis Hakim yang terhormat
Halaman 60 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
berkenan menolak gugatan Penggugat atau setidaknya menyatakan gugatan tidak dapat diterima.
IV.
PERUBAHAN GUGATAN TIDAK SESUAI DENGAN ISI SURAT KUASA KHUSUS.
Majelis Hakim yang terhormat, Tergugat II / Turut Tergugat menolak
atas perubahan gugatan yang diajukan oleh Penggugat tertanggal 29
Juni 2015 karena berkaitan dengan Surat Kuasa Khusus yang didaftarkan dalam Register perkara Nomor 128/Pdt.G/2015/PN. Bks sebab dalam Surat Kuasa Khusus tersebut telah terdaftar resmi yang isinya adalah : PT.
Kalimas Sarana Suoerindo sebagai Penggugat melawan PT.
Spanset Indonesia sebagai Tergugat MKn sebagai Tergugat
I dan Notaris Widiyaningsih,
II, namun Penggugat telah melakukan
perubahan gugatan dengan menempatkan PT. Spanset Indonesia sebagai Tergugat
dan
Notaris Widiyaningsih, MKn sebagai Turut
Tergugat yang tentunya secara jelas membuktikan perubahan gugatan Penggugat adalah Obscur Liebel.
Maka :
Berdasarkan uraian-uraian, penjelasan-penjelasan hukum yang didukung
dengan dalil-dalil hukum sebagaimana yang telah TERGUGAT I jelaskan diatas, mohon dengan segala kerendahan hati
kiranya yang terhormat
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bekasi yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berkenan untuk memberikan Putusan yang amarnya sebagai berikut : A.
B.
DALAM EKEPSI.
Menerima Eksepsi TERGUGAT I seluruhnya; DALAM POKOK PERKARA.
Menyatakangugatan PENGGUGAT tidak memenuhi persyaratan
Menolak gugata Penggugat untuk seluruhnya, atau setidak tidaknya
formil;
menyatakan gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima (Niet Onvan kelijk Verklaard);
Menghukum PENGUGAT membayar seluruh biaya perkara; Halaman 61 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Bilamana Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya (ex aequo et bono ).
Mengutip serta memperhatikan uraian-uraian tentang hal yang
tercantum dalam turunan resmi Putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal
24 Februari 2016 Nomor 128/Pdt.G/2015/PN Bks yang amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut: DALAM EKSEPSI -
Menolak eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat ;
DALAM POKOK PERKARA
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian
2. Menyatakan Tergugat, telah melakukan Wanprestasi terhadap Penggugat;
3. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada Penggugat
secara tunai seketika dan sekaligus baik kerugian materil sebesar Rp. 1.914.000.000,- (satu milyar sembilan ratus empat belas juta
rupiah) maupun kerugian Inmateril sebesar Rp.3.820.000.000,(tiga milyar delapan ratus dua puluh
juta
rupiah)
sehingga
total
kerugian
mencapai
Rp.5.734.000.000 (lima milyar tujuh ratus tiga puluh empat juta rupiah) dan ditambah dengan bunga
sebesar 2% (dua persen) perbulan atau 24 % (dua puluh empat persen)
pertahun
dari
PPN
Rp.348.000.000,- (tiga ratus empat
terhutang,
yakni
sebesar
puluh delapan juta rupiah)
terhitung sejak PPN dibayarkan sampai gugatan ini didaftarkan .
4. Meletakkan Sita Penyesuaian (Vergelijkende Beslag) atas barangbarang milik Tergugat atas objek Jual beli masing-masing terletak di
Propinsi
Jawa
Barat,
Kabupaten
Bekasi,
Kecamatan
Tarumajaya, Kelurahan Segara Makmur, setempat dikenal sebagai Kawasan Industri dan Perdagangan Marunda Center Blok F No.20,
dengan Sertipikat HGB No.526/Segara Makmur dan Sertipikat HGB No.526/Segara Makmur.
5. Menghukum Turut Tergugat, untuk tunduk dan patuh pada puusan Pengadilan ini .
6. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya . Halaman 62 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
7. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 3.171.000 (tiga juta seratus tujuh puluh satu rupiah)
Menimbang, bahwa sesuai dengan Akta Pernyataan Banding Nomor
128/PDT.B/2015/PN Bks, yang ditanda tangani oleh Panitera Pengadilan Negeri Bekasi, pada hari
Senin tanggal 29 Februari 2016, Pembanding
semula Tergugat telah menyatakan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 24 Februari 2016 Nomor 128/Pdt.G/2015/PN.Bks, dan permohonan
banding
tersebut
telah
diberitahukan
kepada
pihak
Terbanding/Penggugat pada tanggal 16 Mei 2016 sedangkan pada pihak
Turut Tebanding/Turut Tergugat pada tanggal 9 Mei 2016 dengna patut dan seksama;
Menimbang,
bahwa
berkaitan
dengan
permohonan
banding
ini
Pembanding/Tergugat telah mengajukan memori banding tanggal 24 April 2016 yang diterima Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi pada tanggal 25
April 2016 dan memori banding ini telah diberitahukan /diserahkan kepasa
Terbanding/Penggugat pada tanggal 16 Mei 2016 sedangkan kepada Turut Terbanding/turut Tergugat pada tanggal 9 Mei 2016; Menimbang,
bahwa
Terbanding/Penggugat
dan
terhadap Turut
memori
banding
Terbanding/Turut
ini
Tergugat
pihak
telah
mengajukan kontra memori banding masing-masing tanggal 7 Juni 2016 dan
16 Juni 2016 yang diterima Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi masingmasing pada tanggal 14 Juni 2016 dan 16 Juni 2016;
Menimbang, bahwa sebelum berkas perkara ini disampaikan kepada
Pengadilan Tinggi jawa Barat di Bandung untuk pemeriksaan dalam tingkat banding, kepada para pihak telah diberikan kesempatan untuk memeriksa dan mempelajari berkas perkara (inzage)
masing-masing tanggal 16 Mei
2016 kepada Pembanding/Tergugat, Terbanding/ Penggugat dan Turut Terbanding/Turut Tergugat ;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM: Menimbang, bahwa Permohonan banding dari Pembanding/Tergugat
telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata-cara serta serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan undang-undang,oleh karenanya secara formal dapat diterima ;
Halaman 63 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Menimbang, bahwa adapun yang menjadi keberatan dan alasan
Pembanding/Tergugat
mengajukan permohonan banding sebagaimana
tersebut dalam memori banding yang pada pokoknya sebagai berikut : DALAM EKSEPSI: -
Bahwa Pembanding/Tergugat keberatan terhadap pertimbangan
hukum Judex Factie yang telah menolak eksepsi Pembanding/
Tergugat, Karena gugatan Terbanding/Penggugat adalah kabuur sebab
tidak
ada
satupun
dalil-dalil
gugatan
Terbanding/
Penggugat yang menyebutkan dengan jelas perjanjian mana dan apa yang telah dilanggar atau tidak dilakukan prestasinya oleh
Pembanding/ Tergugat, apakah terhadap Akta Pengikatan Jual Beli No. 165 tanggal 26 Juni 2012 atau terhadap Akta Jual Beli
No. 31 dan No. 32 tanggal 1 Oktober 2012 atau terhadap Surat -
Himbauan dari KPP Pratama Senen tanggal 2 Oktober 2013; Bahwa
Pembanding/Tergugat
juga
keberatan
dengan
pertimbangan Judex Factie yang menolak Eksepsi Pembanding/ Tergugat tentang kekurangan pihak dalam gugatan, karena
dalam gugatan Terbanding/Penggugat tidak mengikut sertakan
Notaris Sri Intansih, SH yang membuat Akta Pengikatan Jual Beli No. 165 tanggal 26 Juni 2012 yang didalamnya menguraikan adanya hubungan hokum antara Terbanding/Penggugat dengan Pembanding/Tergugat;
DALAM POKOK PERKARA : -
Bahwa
Pembanding/Tergugat
sangat
keberatan
terhadap
pertimbangan Judex Factie yang telah menyatakan Pembanding /Tergugat telah terbukti melakukan Wanprestasi pertimbangan tersebut sangat
keliru dan tidak benar karena Terbanding/
Penggugat sendiri jelas dan nyata tidak dapat menyebutkan dan
menunjukkan pasal Perjanjian mana atau kesepakatan mana yang dilanggar atau tidak dipenuhi oleh Pembanding/Tergugat, dan faktanya memang tidak ada wanprestasi yang dilakukan oleh Pembanding/Tergugat atas Akta Pengikatan Jual Beli No. 165
tanggal 26 Juni 2012 dan Akta Jual Beli No. 31 dan 32 tanggal 1 -
Oktober 2012 yang sudah selesai dilaksanakan. Bahwa
hubungan
Pembanding/Tergugat
hukum
yang
Terbanding/Penggugat diawali
dengan
dengan
kesepakatan
Halaman 64 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Terbanding/Penggugat akan menjual 2 (dua) bidang tanah kosong
kepada
Pembanding/Tergugat
dengan
harga
kesepakatan Rp. 14.500.000.000,-00. Kesepakatan tersebut
dituangkan dalam Akta Pengikatan Jual Beli No. 165 tanggal 26 -
Juni 2012;
Bahwa sesuai kesepakatan tersebut, Jual Beli yang akan dilakukan,
digantungkan kepada syarat-syarat antara lain : -
Pada bagian Pembukaan Akta Pengikatan Jual Beli No. 165
tanggal 26 Juni 2012 :
bahwa segera setelah harga pembelian telah dibayar lunas oleh pihak kedua (Pembanding) dan Pajak Penjualan
pembelian telah dibayar lunas oleh kedua pihak, maka dengan
ini
Pihak
pejabat
yang
Pertama
(Terbanding)
akan
melangsungkan jual beli yang sesungguhnya di hadapan (Pembanding);
berwenang
dengan
Pihak
Kedua
Pada Pasal 1 Akta Pengikatan Jual Beli No. 165 tanggal 26 Juni 2012:
Pihak pertama (Terbanding) dengan ini berjanji dan
mengikat diri terhadap pihak kedua (Pembanding) untuk segera setelah pajak-pajak telah dibayar lunas oleh masing-masing pihak dan pihak kedua telah membayar lunas
harga
pembelian,
maka
pihak
pertama
(Terbanding) akan melangsungkan Jual Beli dihadapan Pejabat
yang
(Pembanding).
berwenang
dengan
pihak
kedua
Pada Pasal 3 Akta Pengikatan Jual Beli No. 165 tanggal 26 Juni 2012 :
Jual beli tanah kosong beserta hak atas tanah yang
masih akan dilangsungkan itu, dilakukan antara kedua belah
pihak
dengan
syarat-syarat
dan
perjanjian-
perjanjian yang lazim dibuat dalam jual beli serupa itu,
antara lain dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a.…… dst …., b. …… dst …… dan c. bahwa kewajiban
pembayaran pajak penjualan dan pembelian dibayar oleh
Halaman 65 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
masing-masing pihak, PBB tahun 2012 dibayar oleh -
Pihak Pertama.
Bahwa kemudian Akta Jual Beli dibuat dan ditanda tangani oleh
Pembanding/Tergugat
dengan
Terbanding/Penggugat
sebagaimana Akta Jual Beli No. 31/2012 dan AJB No. 32/2012
tanggal 1 Oktober 2012, karena Pembanding/Tergugat telah
memenuhi seluruh kewajibannya yaitu membayar lunas harga
disepakati dan membayar pajak pembelian dan Terbanding sudah membayar pajak penjualan dalam PBB tahun 2012;
Dengan demikian Jual Beli a quo telah memenuhi seluruh syarat yang disepakati di dalam Akta Pengikatan Jual Beli No. 165 tanggal 26 Juni 2012, artinya Pembanding/Tergugat dan
Terbanding/Penggugat telah memenuhi
seluruh prestasi
yang disepakati dalam Akta Pengikatan Jual Beli No. 165
tanggal 26 Juni 2012, karena apabila belum terpenuhi termasuk pembayaran PPN, maka Akta Jual Beli tidak mungkin dapat direalisasikan
Dengan demikian terbukti bahwa tidak ada wanprestasi apapun yang dilakukan Pembanding/Terguga atas Akta Pengikatan jual
beli No. 165 tanggal 26 Juni 2012 dan akta jual beli No. 31/2012 -
No. 32/2012 tanggal 1 Oktober 2012.
Bahwa oleh karena tidak ada Wanprestasi dari Pembanding/
(Tergugat) atas Akta Pengikatan Jual Beli dan Akta Jual Beli a quo, maka penilaian terhadap pembuktian
dalam hal terdapatnya
kewajiban pajak yang dituntut oleh Terbanding/Penggugat adalah
sudah tidak ada kaitannya dan sudah bukan menjadi kewajiban -
Pembanding/Tergugat.
Bahwa Judex Factie telah keliru membuat pertimbangan hukum
dengan menyatakan tagihan atau teguran dari KPP Pratama senen tanggal 2 Oktober 2013 dinyatakan terdapat kewajiban terhutang
yang wajib dibayar oleh Pembanding/Tergugat karena Faktanya Surat Himbauan tersebut jelas dan tegas
ditujukan kepada
Terbanding/Penggugat bukan Pembanding/Tergugat, sebagai akibat
dari kelalaian Terbanding/Penggugat Pengusaha Kena Pajak(PKP) yang tidak menerbitkan Fatur Pajak 3 (tiga) bulan setelah tanggal penyerahan
Barang
Kena
Pajak
atau
penerimaan
uang
Halaman 66 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
pembayarandari Terbanding/Penggugat sebagaimana diwajibkan
oleh Pasal 13 ayat 1 huruf a UU No. 42 Tahun 2009 tentang perubahan terakhir UU No. 8 Tahun 1983 dan Penjelasannya Jo Pasal 19 ayat 3 PP No. 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU PPN.
Dengan demikian Surat himbauan dari KPP Pratama Senen a quo sama
sekali
tidak
mempunyai
hubungan
hukum
dengan
Pembanding/Tergugat dan oleh karena tidak ada faktur fajak yang diterbitkan
oleh
Terbanding/Penggugat
kepada
Pembanding/
Tergugat, maka kewajiban untuk membayar PPN sebagaimana surat himbauan dimaksud adalah kewajiban bagi Terbanding/Penggugat selaku PKP;
Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan dalam memori
bandingnya
Pembanding/Tergugat mohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini untuk membatalkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor:128/Pdt.G/2015/PN Bks tanggal 24 Februari 2016;
Menimbang, bahwa Terbanding/Penggugat dan Turut Terbanding/
Turut Tergugat dalam kontra memori bandingnya telah membenarkan
putusan Pengadilan Negeri Bekasi yang dimohonkan banding tersebut oleh karena mohon agar putusan tersebut dikuatkan ; tanggal
Menimbang, bahwa Pengadilan Negeri Bekasi dalam putusannya
24
mengabulkan
Februari
gugatan
2016
Nomor
:
128/Pdt.G/2015/PN
Terbanding/Penggugat
yang
pada
Bks
telah
pokoknya
menyatakan bahwa Pembanding/Tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap Terbanding/Penggugat dan menghukum Pembanding/Tergugat untuk
membayar
kepada
Penggugat
kerugian
materiil
sebesar
Rp
1.914.000.000,00 (satu milyar Sembilan ratus empat belas juta rupiah) dan
kerugian immaterial sebesar Rp.3.820.000.000,00 (tiga milyar delapan ratus dua
puluh
juta
rupiah)
sehingga
total
kerugian
mencapai
Rp.5.734.000.000,00 (lima milyar tujuh ratus tiga puluh empat juta rupiah) dan ditambah dengan bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan atau 24 %
(dua puluh empat persen) pertahun dari PPN terhutang, yakni sebesar Rp.348.000.000,00 (tiga ratus empat puluh delapan juta rupiah) terhitung sejak PPN dibayarkan sampai gugatan ini didaftarkan . Menimbang, bahwa
setelah membaca dan mempelajari secara
seksama berkas perkara maupun turunan resmi putusan Pengadilan Negeri
Halaman 67 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Bekasi
tanggal 24 Februari 2016 Nomor:128/Pdt.G/2015/PN Bks., serta
memori banding dan kontra memori banding Terbanding/Penggugat dan Turut Terbanding/Turut Tergugat, majelis Hakim Tingkat Banding tidak
sependapat dengan seluruh pertimbangan yang menjadi dasar/alasan putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama karena telah keliru dalam memberikan penilaian mengenai Fakta yang terbukti dipersidangan maupun dalam penerapan hukumnya sehingga untuk memutus perkara ini ditingkat
banding majelis Hakim tingkat banding akan memberikan pertimbangan sebagai berikut dibawah ini;
Menimbang, bahwa Pembanding/Tergugat pada dasarnya menolak
telah melakukan wanprestasi (Cidera janji) terhadap Terbanding/Penggugat berkaitan dengan pembayaran Pajak PPN;
Menimbang, bahwa seseorang akan disebut sebagai wanprestasi
apabila tidak memenuhi prestasi atau terlambat atau keliru dalam memenuhi prestasi yang telah ditetapkan dalam suatu perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya dan terhadap kewajiban tersebut sudah dilakukan suatu teguran (somatie);
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P1 Akta Pengikatan Jual Beli
No.165, pada tanggal 26 Juni 2012 kedua pihak Terbanding/Pengggugat dan Pembanding/Tergugat telah bersama-sama mengikat diri dalam jual beli 2 (dua) bidang tanah yang terletak di Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat
masing-masing sertifikat HGB No.524 dan526 dengan harga masing-masing Rp
7.113.700.000,00
dan
Rp
7.386.300.000,00
dengan
beberapa
persyaratan sebagaimana tersebut dalam klausala yang wajib dipenuhi oleh
kedua pihak agar pengikatan jual beli tersebut dapat ditingkatkan menjadi jual beli yang sesungguhnya;
Menimbang, bahwa sebagaimana tertuang dalam bukti P2 Akta Jual
Beli No.31/2012 dan bukti P.3 Akta Jual Beli No.32/2012 ternyata
Pembanding/Tergugat dan Terbanding/Penggugat pada tanggal 1 Oktober 2012 telah melaksanakan Jual Beli atas objek yang diperjanjikan dihadapan Turut Terbanding/Turut Tergugat sebagai Notaris PPAT;
Menimbang, bahwa jual beli tersebut adalah realisasi dari
pengikatan jual beli No.165 (bukti P1) karena sudah dipenuhinya syarat-
syarat sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 Klausala yaitu bahwa Pembanding/Tergugat
telah
melakukan
pembayaran
lunas
kepada
Terbanding/Penggugat sebagaimana bukti T3, T5A, T5B, T5C dan T5D
Halaman 68 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
berupa kwitansi – kwitansi pembayaran dan Pembanding/Tergugat juga telah membayar
Pajak
Pembelian
Terbanding/Penggugat
melunasi
(bukti
PBB
TT.6
dan
sehingga
TT.10)
dengan
sedangkan
demikian
disimpulkan terbitnya bukti P2 dan P3 Akta Jual Beli No.31 dan No.32
tersebut karena kedua pihak Pembanding/Tergugat dan Terbanding/ Penggugat telah memenuhi kewajiban prestasinya sebagaimana
yang
termaktub dalam bukti P1 Akta Pengikatan Jual Beli No. 165, sebab apabila belum dipenuhi maka adalah mustahil Jual Beli tersebut dapat dilaksanakan;
Menimbang, bahwa berkaitan dengan pembayaran Pajak PPN
sehubungan dengan surat himbauan dari Kantor Pajak Pratama Senen
tanggal 2 Oktober 2013 perihal himbauan penyetoran PPN dan pembetulan SPT masa PPN yang diterima oleh Terbanding/Penggugat PT KALIMAS SARANA SUPLINDO dipetimbangkan sebagai berikut : Menimbang, bahwa
surat himbauan dari KPP Pratama Senen
tanggal 2 Oktober 2013 (bukti P.6) adalah ditujukan kepada PT KALIMAS SARANA
SUPLINDO
Terbanding/Penggugat
agar
menyetorkan
PPN
terhutang sebesar Rp.1.450.000.000,00 (satu milyar empat ratus lima puluh
juta rupiah), karena Terbanding/Penggugat telah melakukan penyerahan
barang kena pajak berupa 2 (dua) bidang tanah senilai Rp.14.500.000.000, (empat belas milyar lima ratus juta rupiah);
Menimbang, bahwa Terbanding/Penggugat adalah Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang telah diberi mandat, tanggung jawab dan kewajiban
oleh Negara untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang pada dasarnya sebagai berikut : a)
b)
Menerbitkan Faktur Pajak pada saat penyerahan barang kena pajak
(vide pasal 13 ayat (1) huruf a Undung-Undang Nomor 42 tahun 2009 jo pasa 2 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak Nomor :PER -24/PJ/2012;
Menerbitkan Faktur Pajak dalam waktu 3 (tiga) bulan sejakt Faktur
Pajak seharusnya dibuat, yaitu sejak penyerahan barang kena Pajak atau sejak diterima Pembayaran Barang kena Pajak (Pasal 19 ayat 3 dan 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor: 8/1983 c)
yang diubah dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009); Menyetorkan Pungutan PPN ke Kas Negara;
Halaman 69 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Menimbang,
bahwa
berhubungan
erat
dengan
Penggugat dalam jual beli ini sebagai Pemungut Pajak
Terbanding/ sedangkan
Pembanding/Tergugat sebagai Pemikul Pajak, maka sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang bertanggung jawab atas pembayaran PPN oleh Pembeli
sebagai
pemikul
Pajak
seharusnya
pembayaran atau Penyerahan objek jual beli
setelah
pelunasan
bukti P2 dan P3 pada
tanggal 1 Oktober 2012 menerbitkan Faktur Pajak untuk memungut PPN kepada Pembanding/Tergugat
paling lambat 3 bulan terhitung sejak
tanggal 1 Oktober 2012 sebagaimana yang diamanatkan oleh ketentuan
pasal 13 ayat (1) dan (1) a Undung-Undang Nomor 42 tahun 2009 jo pasa 19 ayat 3 dan 4 Peraturan Peralihan Nomor : 1 Tahun 2012 ), akan tetapi
hal
ini
tidak dilakukan
oleh
Terbanding/Penggugat
justru
belakangan karena adanya surat himbauan membayar PPN terhutang dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Senen tanggal 2 Oktober 2013 (bukti P6) Terbanding/Penggugat membayar tagihan PPN tersebut pada Januari 2014 (bukti P9 dan P10) dan kemudian dengan surat tertanggal
1 Desember 2014 dan 11 Desember 20114 ( bukti P7 dan P8 ) melakukan somatie kepada Pembanding/Tergugat yang intinya agar Pembanding/Tergugat
membayar
Rp 1.450.000.000,00
kembali
uang
sejumlah
(satu milyar empat ratus lima puluh juta rupiah)
yaitu PPN yang didalilkan
oleh Terbanding/Penggugat sebagai
kewajiban Pembanding/Tergugat yang sudah dibayar lebih dahulu oleh Terbanding/Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan semua uraian pertimbangan-
pertimbangan sebelum ini Pengadilan Tinggi berkesimpulan uang sejumlah. Rp.14.500.000.000,00
(empat belas milyar lima ratus juta rupiah)
pembayaran pembelian 2 bidang tanah a quo yang telah diterima oleh
Terbanding/Penggugat adalah sudah meliputi (termasuk) pajak PPN, sebab
apabila tidak maka seharusnya setelah menerima lunas pembayaran tersebut Terbanding/Penggugat berkewajiban memungut PPN dengan mengeluarkan Faktur tagihan Pajak kepada
Pembanding/Tergugat yaitu dalam waktu 3
(tiga) bulan terhitung setelah menerima lunas pembayaran tersebut ;
Menimbang, bahwa karena tidak dikeluarkannya Faktur Pajak yang
hingga saat ini sudah melampaui waktu 3 (tiga) bulan sebagimana dimaksud oleh pasal 2 jo pasal 16 Peraturan Dirjen Pajak Nomor:PER-24/PJ/2012
maka dianggap bahwa Terbanding/Penggugat tidak mengeluarkan tagihan
Halaman 70 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Pajak, hal ini berarti PPN atas Jual Beli 2 (dua) bidang tanah a quo menjadi tanggungan Terbanding/Penggugat bukan kewajiban Pembanding/Tergugat untuk membayarnya ;
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal-hal yang telah
diuraikan dalam semua pertimbangan-pertimbangan sebelumnya Pengadilan Tinggi
berpendapat
gugatannya
bahwa
Terbanding/Penggugat
Pembanding/Tergugat
tidak
telah
dapat
membuktikan
wanprestasi
dan
berkewajiban membayar PPN terhutang, oleh karena itu maka gugatan Terbanding/ Penggugat haruslah ditolak seluruhnya dan sita jaminan yang
telah diletakkan atas objek jual beli hak Sertifikat HGB No.524 dan Sertifikat HGB No.526 atas nama PT Spanset Indonesia berdasarkan penetapan Nomor: 128/Pdt .G/2015/PN Bks – No.01/VB/2016/PN Bks tanggal 10 Februari
2016
dan
Berita
Acara
Sita
Penyesuaian
Nomor
128/Pdt.G/2015/PN Bks jo No 01/VB/2016/PN Bks tanggal 19 Februari 2016 harus dinyatakan tidak sah
dan tidak berharga
memerintahkan sita tersebut diangkat;
Menimbang, bahwa karena gugatan
Pengadilan
Negeri
Bekasi
tanggal
24
dan
selanjutnya
ditolak, maka putusan
Februari
2016
Nomor
128/Pdt.G/2015/PN Bks., yang telah mengabulkan gugatan Terbanding/
Penggugat haruslah dibatalkan dan Pengadilan Tinggi akan mengadili sendiri perkara ini;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Terbanding/Penggugat
adalah pihak yang kalah dan sebagai pihak yang kalah berkewajiban untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang jumlah akan disebutkan dalam amar putusan ini;
Mengingat Peraturan Perundang-undang yang berlaku khususnya
HIR dan Undang-undang Nomor 20 tahun 1947 serta lain-lain Peraturan yang berhubungan dengan perkara ini ;
-
MENGADILI :
Menerima permohonan banding dari Pembanding/Tergugat ;
Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 24 Februari
2016
Nomor 128/Pdt.G/ 2015/PN.Bks., yang dimohonkan banding
tersebut. -
MENGADILI SENDIRI:
Menolak gugatan Penggugat/Terbanding untuk seluruhnya;
Halaman 71 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
-
Menyatakan
berdasarkan
tidak sah
Penetapan
dan
tidak berharga
Nomor
01/VB/2016/PN Bks tanggal
Sita
128/Pdt.G/2015/PN
Penyesuaian Bks
-
No
10 Februari 2016 dan Berita Acara
Nomor 128/Pdt.G /2015/PN Bks jo No 01/VB/2016/PN Bks 19 Februari -
2016;
Memerintahkan Pengadilan Negeri Bekasi untuk mengangkat sita
tersebut;
Menghukum Terbanding/Penggugat untuk membayar biaya perkara
yang timbul dalam perkara ini di kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2016 oleh kami
H. ARWAN BYRIN, SH. MH
Hakim Ketua Majelis ,
HARTONO ABDUL MURAD, SH MH dan FIRZAL ARZY SH MH masing-
masing sebagai Hakim Anggota, putusan manadiucapkan pada hari Kamis
tanggal 21 Juli 2016 oleh Ketua Majelis tersebut didampingi oleh Hakimhakim Anggota
dengan dibantu oleh Ny. Deni Setiani SH. Panitera
pengganti pada Pengadilan Tinggi Jawa Barat, akan tetapi tidak dihadiri oleh kedua belah pihak yang berperkara. Hakim Anggota
Hakim Ketua
Ttd
Ttd
HARTONO ABDUL MURAD, S.H., M.H
H. ARWAN BYRIN, SH. MH
Ttd FIRZAL ARZY SH MH Panitera Pengganti Ttd
Ny. Deni Setiani, S.H.,
Halaman 72 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B
Perincian Biaya Perkara - Materai Putusan
Rp.
- Pemberkasan
Rp. 139.000,00
- Redaksi /putusan
Rp.
6.000,00
5.000,00
==========================================================+ Jumlah
………………………….. Rp.150.000,00
Halaman 73 dari 73 hal putusan No :278 /Pdt/2016/PT B