Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN IMAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) di Kabupaten Merauke dapat diselesaikan. Buku ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada kalangan pemerintahan, lembaga profesional, dunia usaha dan masyarakat luas dalam upaya mendukung Program Pengelolaan Sanitasi guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Merauke. Buku ini telah disusun seakurat mungkin dengan melibatkan semua pihak yang berkompeten. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah melakukan survey, entry data, memberikan saran, pendapat dan kontribusinya sehingga buku dokumen Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Merauke dapat terselesaikan. Ibarat “tiada gading yang tak retak”, tidak menutup kemungkinan dokumen Environmental Health Risk Assessment (EHRA) masih terdapat berbagai kekurangan. Kami harap adanya masukan untuk penyempurnaan dokumen ini, sehingga nantinya mampu memenuhi kebutuhan informasi yang terkait dengan kesehatan lingkungan di Kabupaten Merauke oleh semua pihak secara lengkap dan akurat.
Akhirnya Mari Kita Bekerja Sama dan Sama-sama Bekerja. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita semua…… Merauke, Desember 2013 KETUA POKJA SANITASI KABUPATEN MERAUKE
Drs. DANIEL PAUTA PEMBINA UTAMA MADYA NIP. 19600608 198410 1 005 STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
RINGKASAN EKSEKUTIF (RE)
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assesment) EHRA yang dilaksanakan di Kabupaten Merauke dilakukan di 12
Kelurahan/kampung dari 168 kelurahan/kampung, Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Merauke mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan dan dilakukan berdasarkan pembagian cluster. Unit sampling utama adalah RT (Rukun Tetangga) yang dipilih secara proposional dan random berdasarkan total RT dalam setiap kampung/Kelurahan minimal 40 responden. Dari hasil analisa berdasarkan metologi yang telah ditetapkan ditemukan klaster 0 adalah 3 Kelurahan/kampung, Klaster 1 sebanyak 8 Kampung/Kelurahan dan klaster 2 sebanyak 1 kampung/Kelurahan. Responden yang di tetapkan dalam Study EHRA ini adalah ibu atau anak perempuan yang telah menikah. Untuk dapat mengetahui hasil penetapan koresponden dari masing-masing wilayah sampling adalah seperti pada table di bawah ini : Distrik Dan Kampung/Kelurahan Terpilih Kabupaten Merauke Untuk Survei EHRA 2013 No
Klaster
Distrik
Kampung/Kel Terpilih
Jumlah Responden 40 40 40 40 40 40
1 2 3 4 5
0 0 0 1 1
Merauke Merauke Merauke Merauke Merauke
Kelapa Lima Bambu Pemali Mandala Nasem Wasur
6
1
Merauke
Seringgu Jaya
7 8
1 1 1
Rimba Jaya Karang Indah Maro
40
9
Merauke Merauke Merauke
10
1
Merauke
Samkai
40
11
1
Naukejerai
Onggaya
40
12
2
Semangga
Waninggap nanggo
40
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
40 40
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Hasil study EHRA menunjukkan cluster 0 dan 1 memiliki resiko sanitasi yang sangat tinggi, dengan penyebab utama karena genangan air untuk cluster 0, dan untuk cluster 1 disebabkan oleh persampahan. Sedangkan Cluster 2 termasuk katagori kurang beresiko. Persampahan memiliki indek resiko yang tinggi dibanding yang lain yaitu 197, disusul oleh perilaku higiene dan sanitasi sebesar 160, kemudian genangan air sebesar 158, air limbah domestik 141 dan sumber air 113.
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
DAFTAR ISI Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………… Daftar Tabel………………………………………………………………………………………………….. Daftar Grafik………………………………………………………………………………………………….
i ii iii
Bab I : Pendahuluan………………………………………………………………………………….. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………….. 1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………………………
1 2 2
Bab II : METOLOGI DAN LANGKAH KERJA EHRA……………………………………….. 2.1 Penentuan target area survey……………………………………………………………………. 2.2 Penentuan Jumlah/besar responden…………………………………………………………… 2.4 Penentuan Kampung/Kelurahan Area Survei………………………………………………… 2.5 Penentuan RT/RW dan responden di lokasi survey………………………………………..
3 5 13 14 15
Bab III : Hasil Studi EHRA ….……………………………………………………………………. 3.1 Pengelolaan sampah rumah tangga……………………………………………………………. 3.2 Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja……………………….. 3.3 Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir………………………………….. 3.4 Pengelolaan air minum rumah tangga………………………………………………………… 3.5 Perilaku hygiene………………………………………………………………………………………. 3.6 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)………………………………………………………………………..
16 16 18 23 30 32 35
Bab 4: Penutup ………………………………………………………………………………………….. 4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………… 4.2 Rekomendasi…………………………………………………………………………………………… Daftar Foto
36 36 37
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3
Katagori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko……………………………………………………………………………………….. 6 Hasil Klastering Kampung/Kelurahan di Kabupaten Merauke Tahun 2013………………………………………………………………………………………….. 7 Distrik dan Kampung/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Meraukeh Tahun 2013.......................................…………… 14
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
DAFTAR GRAFIK Grafik 2. 1
Distribusi Kampung/Kelurahan Perklaster untuk Penetapan Lokasi Study EHRA………………………………………………………………………….……… 12
Grafik 2.2
Distribusi Kelurahan/Kampung Terpilih Perklaster Lokasi Study EHRA………………………………………………………………………………………. Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga…………………..………… Prilaku Prakter Pemilihan Sampah Rumah Tangga…………….…………… Presentase Tempat Buang Air Besar…………………………………..………… Tempat Penyaluran Akhir…………………………………..……………..………… Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik……………………………………. Praktek Pengurasan Septik…………………………………………………………. Presentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman…………………. Presentase Rumah Tangg yang Pernah Mengalami Banjir…….………… Presentase Rumah Tangga yang Meangalami Banjir Rutin……..………. Lama Air Mengenang Jika Terjadi Banjir……………………………..………… Lokasi Genangan di Sekitar Rumah……………………………………………… Presentase Kepemilikan SPAL………………………………………………………. Akibat tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan Cluster………………………………………………………………………….………….. Presentase SPAL yang Berfungsi………………………………………….………. Pencemaran SPAL……………………………………………………………………… Akses Air Bersih………………………………………………………………………… Sumber Aie Minum dan Memasak………………………………………………… CTPS di Lima Waktu…………………………………………………………………… CTPS di Lima Waktu…………………………………………………………………… Presentase Penduduk yang Melakukan BABs……………………….………… Indeks Resiko Sanitasi (IRS)……………………………………………..…………
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
15 14 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk
advokasi
di
tingkat
kabupaten/kota
sampai
ke
kelurahan.
Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena: 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/Kampung dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan Distrik dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/Kampung 4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektorsektor pemerintahan secara eksklusif 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/Kampung untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau
stakeholders kelurahan/Kampung Kabupaten Merauke merupakan salah satu Kabuten di Provinsi Papua yang telah melakukan minat untuk percepatan pembangunan Sanitasi Permukiman yang didahului dengan kegiatan studi EHRA di beberapa titik sampel Kampung. STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Kondisi Sanitasi Kawasan perkotaan umumnya relatif sama dengan ibu kota Kabupaten lainnya di Provinsi Papua dimana kesadaran masyarakat banyak yang belum memahami penting sanitasi yang baik di lingkungan pemukiman dan lingkungan rudi mah. Pemerintah daerah dalam hal peningkatan derajat hidup sehat Masyarakat telah berupaya dengan beberapa program kegiatan namun sampai dengan saat ini belum dapat menyentuh keseluruhan kampung karena terkait dengan luasnya wilayah dan letak geografis serta masih minimnya tenaga sanitasi ditingkat kampung. Studi Ehra ini akan mengetahui kondisi realita keadaan sanitasi di Kawasan perkotaan Kabupaten Merauke dan di beberapa titik sample Distrik yang berdekatan dengan kawasan perkotaan Merauke dan pada pusat-pusat pertumbuhan kota. 1.2
Tujuan Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Merauke. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Merauke.
Selanjutnya,
data
EHRA
diharapkan
menjadi
bahan
untuk
mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Merauke dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program -program sanitasi Kabupaten. STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH KERJA EHRA
EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja PPSP dan Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Kampung/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Kampung/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per Kampung/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga
responden
memahami
betul
hak-haknya
dan
memutuskan
keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dilaksanakan oleh Tim Entry data yang terdiri dari Dinas Kesehatan, Bappeda dan Badan Pusat Statistik (BPS). Sebelum melakukan STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
entri data, tim entri data terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim entri data dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja PPSP, sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut: 1. Penanggungjawab
: Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
2. Koordinator Survey
: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
3.
: BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan
Anggota
Hidup,
Penelitian
Pemerintahan
dan
Pengembangan,
Kampung
dan
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat, Dinas Komunikas dan Informatika. 4. Koordinator Distrik
: Kepala Puskesmas
5. Koordinator wilayah
: Kepala Distrik
6. Supervisor
: Sanitarian Puskesmas
7. Tim Entry data : Bappeda, Dinas Kesehatan dan Badan Pusat Statistik (BPS) 8. Tim Analisis data : Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke 9. Enumerator
: Sanitarian Puskesmas dan staf Dinas Kesehatan
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
2.1
Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan
demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko.
Proses
pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Merauke mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1.
Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat Distrik dan kelurahan/ Kampung.
2.
Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap Distrik dan/atau kelurahan/ Kampung. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Merauke menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada tabel 1 .Wilayah (Distrik atau Kampung/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki
karakteristik
yang
identik/homogen
dalam
hal
tingkat
risiko
kesehatannya. Dengan demikian, Distrik/Kampung/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili Distrik/Kampung/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Merauke. Tabel 2. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Klaster
Kriteria
Klaster 0
Wilayah Kampung/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Klaster 1
Wilayah Kampung/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 2
Wilayah Kampung/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 3
Wilayah Kampung/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klaster 4
Wilayah Kampung/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Klastering wilayah di Kabupaten Merauke menghasilkan katagori klaster sebagaimana
diperlihatkan
pada
tabel
2.
Wilayah
(distrik
atau
kampung/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, Distrik/Kampung/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili distrik/kampung/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Tabel 1. Hasil Klastering Kampung/ Kelurahan di Kabupaten Merauke Tahun 2013 Klaster 0
Jumlah Kampung / Kelurahan 44 Kampung /Kelurahan ( 9 Distrik)
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Distrik
Kampung / Kelurahan
1. Ulilin
1. Mandekman
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
2. 3. 4. 5.
Muting Elikobel Jagebob Merauke Tanah miring Semangga Kurik Okaba
Belbelan Kafyamke Nggayu Kandra-kai
6. Muting 7. Sigabeljaya 8. Seed Agung 9. Enggol Jaya 10. Andaito 11. Wan Waibob 12. Bunggay 13. Bupul Indah 14. Bouwer 15. Mentaat makmur 16. Gerisar 17. Enggal Jaya 18. Tof-Tof 19. Sipias 20. Kartini
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Klaster
Jumlah Kampung / Kelurahan
Distrik
Kampung / Kelurahan 21. Jemunain Jaya 22. Obatrow 23. Melin Megikar 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Blandin Kakayo Nalkin Makarti Jaya Jagebob Raya Gurinda Jaya Wenda Asri Kamno sari Kelapa lima Bambu Pemali Yaba Maru Muram sari Sido mulya Harapan makmur Telaga sari Sumber rejeki Jaya makmur Sumber mulya Okaba mandala
43. Kumbis 44. Komolom 1
113Kampung /Kelurahan ( 20 Distrik)
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
1. Ulilin
1. Kumaaf
2. Muting 3. Elikobel 4. Sota 5. Jagebob 6. Merauke 7. Naukenjerai 8. Tanah Miring 9. Semangga 10. Kurik
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kandiki Kirely Baidub Selil Pahas Afkab Makmur
8. Selow 9. Waan
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Klaster
Jumlah Kampung / Kelurahan
Distrik 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Animha Malind Kaptel Okaba Tubang Ngguti Ilwayab Waan Tabonji Kimaam
Kampung / Kelurahan 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Boha Kolam Bupul Bumun Tanas Kweel Sota Erambu Torai Yanggandur Angger Permegi Poo Mimi baru Nasem Wasur Rimba Jaya Seringgu Jaya Maro Karang Indah Samkai Onggaya Kuler Tomer Tomerau Kondo Koa Ngguti Bob Tambat Bersehati Isao Mbias Amun kai
41. 42. 43. 44. 45.
Waninggap Miraf Waninggap sai Marga mulia Waninggap kai Semangga jaya
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Klaster
Jumlah Kampung / Kelurahan
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Distrik
Kampung / Kelurahan 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
Kuper Kuprik Urumb Matara Kaliki Ivimahad Kurik wayau kao Kaisah Baad
57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67.
Senegi rawa sari padang Raharja Suka Maju kaiburse Onggari Domande Kaptel Ihalik Kaniskobat Kwemsid
68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83.
Alaku Alatep Makaling Iwol Wambi Sanggase Dufmira Yowied Dokib wamal Woboyo Dodalim Welbuti Yawimu Poepe Tagaepe
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Klaster
Jumlah Kampung / Kelurahan
Distrik
Kampung / Kelurahan 84. Nakias 85. Salamepe 86. Wanam 87. Bibikem 88. Padua 89. Wogikel 90. Konorau 91. Sibenda 92. Wetau 93. Kawe 94. Toor 95. Sabon 96. Kladar 97. Tabonji 98. Bamol I 99. Bamol II 100. Yamuka 101. Iromoro 102. Wanggambi 103. Yeraha 104. Konjom Bando 105. Suam 106. Kimaam 107. Kiworo 108. Mambun 109. Woner 110. Deka 111. Sabundom 112. Teri 113. Turiram
2
11 Kampung /Kelurahan ( 9 Distrik)
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ulilin Muting Elikobel Jagebob Merauke Tanah Miring Semangga
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rawarahayu Rawabiru Sermayam Indah Hidup baru yasamulia Sumber harapan waninggap nanggo
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Klaster
Jumlah Kampung / Kelurahan
Distrik 8. Kurik 9. Okaba
Kampung / Kelurahan 8. Selor Indah 9. Kumbe 10. Waan 11. Kalilam
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
Hasil klastering wilayah Kampung/kelurahan di Kabupaten Merauke yang terdiri atas 168 Kampung/Kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut : 1. Klaster 0 sebanyak 26 % 2. Klaster 1 sebanyak 67 % dan 3. Klaster 2 sebanyak 7 % Untuk lebih jelasnya distribusi Kampung kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Garafik 2.1 Distribusi Kampung/Kelurahan Perklaster Untuk Penetapan Lokasi Study EHRA
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/Kampung diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Kampung minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Kampung tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Kampung minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT. Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana: n
adalah jumlah sampel
N
adalah jumlah populasi
d
adalah
persentase
toleransi
ketidaktelitian
karena
kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2. Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 57.096 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 399. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan Kampung/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke metetapkan jumlah kelurahan yang akan STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
dijadikan target area survey sebanyak 12 ( Dua Belas ) Kampung / kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 12 X 40 = 480 responden. 2.3
Penentuan Kampung/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus
Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 12 Kampung/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke12 Kampung/kelurahan dajikan dalam tabel 3 dan grafik 3.1 sebagai berikut : Tabel 1. Distrik Dan Kampung/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Merauke Tahun 2013
Jumlah Responden
No
Klaster
Distrik
Kampung/Kel Terpilih
1
0
Merauke
Kelapa Lima
40
2
0
Merauke
Bambu Pemali
40
3
0
Merauke
Mandala
40
4
1
Merauke
Nasem
40
5
1
Merauke
Wasur
40
6
1
Merauke
Seringgu Jaya
40
7
1
Merauke
Rimba Jaya
40
8
1
Merauke
Karang Indah
40
9
1
Merauke
Maro
40
10
1
Merauke
Samkai
40
11
1
Naukejerai
Onggaya
40
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
No
Klaster
12
2
Distrik
Kampung/Kel Terpilih
Semangga
Waninggap nanggo
Jumlah Responden 40
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
Grafik 2.2 Distribusi Kelurahan/Kampung Terpilih Perklaster Lokasi Study EHRA
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
2.4 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Pemilihan
RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT untuk
Kampung/kelurahan yang RTnya sama dengan 8 atau lebih. STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri.
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
BAB III HASIL STUDI EHRA KABUPATEN MERAUKE
3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Grafik 3.1 Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
Dari diatas terlihat bahwa pengelolaan sampah di lingkungan rumah tangga paling banyak dilakuan dengan cara dibakar yaitu sebanyak 87%, kemudian STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
dibuang ke sungai atau dilahan kosong sebanyak 3%, dikumpulkan oleh kolektor informal dan dibuang ke TPS sebanyak 2% dan sisanya sebanyak 1% dibuang kedalam lubang dan ditutup dengan tanah atau dibiarkan sampai membusuk. Grafik 3.2 Perilaku Praktek Pemilihan Sampah Rumah Tangga
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Sedangkan untuk perilaku Praktek Pemilihan Sampah Rumah Tangga, terlihat pada grafik di atas hampir semua masyarakat belum melakukan praktek pemilahan sampah yaitu sebesar 94%, sedangkan yang telah melakukan pemilahan sampah hanya sebesar 6%. 3.2. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja Grafik 3.3 Persentase Tempat Buang Air Besar
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari hasil Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar diperoleh bahwa tempat buang air besar terbanyak dilakukan di Jamban Pribadi sebesar 54%, kemudian di MCK/WC umum sebesar 19%, di kebun/pekarangan sebesar 9%, sungai/pantai/laut sebesar 8%, dan sisanya tempat buang air besar dilakukan di lubang galian, selokan/parit/got, WC helikopter dan lainnya.
Grafik 3.4 Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari grafik di atas terlihat bahwa, Tempat Penyaluran Akhir Tinja paling banyak disalurkan melalui Tangki septik sebesar 52%, kemudian melalui cubluk/lobang tanah sebesar 20%, melalui sungai/danau/pantai sebesar 2% dan pipa sewer sebesar 1%. Grafik 3.5 Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik diperoleh hasil bahwa, pada cluster 2 semua responden menyatakan tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik (100%), sedangkan di cluster 0 sebesar 45% menyatakan
tidak
pernah
melakukan
pengurasan,
dan
sisanya
pernah
melakukan pengurasan tangki septik lebih dari 10 tahun. Begitu juga di cluster 1 banyak responden yang menyatakan tidak pernah menguras tangki septik yaitu sebesar 54%, sedangkan sisanya pernah melakukan pengurasan sekitar 1 tahun yang lalu. Grafik 3.6 Praktek Pengurasan Tangki Septik
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari Grafik Praktek Pengurasan Tangki Septik, diperoleh hasil bahwa kegiatan pengurasan tangki septik dilakukan sendiri oleh pemilik sebesar 70,7%, sedangkan yang terlayani oleh layanan sedot tinja hanya 9,5%, paling banyak yang menerima layanan sedot tinja berada di cluster 0 sebesar 26,9%, 7,7% dengan membayar tukang dan 42,3% dikosongkan sendiri. Sedangkan untuk cluster 1 sebanyak 4,4% dengan menerima layanan sedot tinja, 5,6% dilakukan dengan membayar tukang dan 78,9% dilakukan sendiri. Grafik 3.7 Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari Grafik diatas diperoleh bahwa sebagain besar responden menyatakan tangki septik yang dimilikinya termasuk tangki septik suspek aman yaitu sebesar 90,6% sedangkan yang menyatakan tidak aman hanya sebesar 9,4%. 3.3
Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir Grafik 3.8 Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
Grafik 3.8 diatas menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang pernah mengalami banjir di cluster 0, paling banyak sekali dalam setahun sebesar 56,5%, kemudian beberapa kali dalam setahun sebesar 24,2%, dan tidak pernah mengalami banjir sebesar 18,5%. Kondisi di cluster 1 lebih baik dibanding cluster 0, dimana 50,5% persentase rumah tangga menyatakan tidak pernah mengalami banjir, sedangkan yang mengalami banjir sekali dalam STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
setahun sebesar 36,1% dan sisanya beberapa kali dalam setahun hanya sebesar 13,1%. Untuk kondisi di cluster 2 menunjukkan kondisi yang paling baik karena hampir sebagain besar atau sebesar 87,5% menyatakan tidak pernah mengalami banjir dan hanya 12,5% yang menyatakan pernah banjir sekali dalam setahun. Grafik 3.9 Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Kondisi Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin paling banyak terjadi di cluster 2 dengan persentase 100%, Kondisi di cluster 0 yang rutin mengalami banjir sebesar 76,2% dan sisanya 23,8% banjir tidak rutin.
Sedangkan di
cluster 1 persentase banjir rutin sebesar 70,4% dan yang tidak banjir rutin sebesar 29,6%. Grafik 3.10 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari garfik diatas terlihat kondisi di cluster 0 lama air menggenang jika terjadi banjir paling lama setengah hari sebesar 50%, genangan lebih dari satu hari sebesar 23,9%, genangan antara 1 - 3 jam sebesar 19,6% dan kurang dari 1 jam 2,2%. Kondisi di cluster 1 genangan paling lama terjadi selama setengah hari sebesar 69,1%, lebih dari 1 hari sebesar 14,5%, dan genangan antara 1- 3 jam sebesar 9,1%. Sedangkan di cluster 2 tidak pernah terjadi genangan akibat banjir. Grafik 3.11 Lokasi Genangan di Sekitar Rumah
Dari Grafik diatas terlihat bahwa lokasi genangan air di sekitar rumah, paling banyak terdapat di halaman rumah sebesar 72,8%, kemudian di dekat dapur 55,6%, didekat kamar mandi 51,9% dan dekat bak penampungan 22,2%. STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Grafik 3.12 Persentase Kepemilikan SPAL
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
Berdasarkan pernyataan responden pada Grafik Persentase Kepemilikan SPAL diatas, sebagian besar memiliki SPAL yaitu sebesar 84% sedangkan yang tidak memiliki SPAL sebanyak 16%. Grafik 3.13 Akibat tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan Cluster
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Sebagian besar responden yang tidak memiliki SPAL rumah tangga, mengakibatkan terjadinya genangan disekitar rumah sebesar 73,5% dan yang tidak menimbulkan genangan hanya 26,5%. Genangan akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga paling banyak terjadi di cluster 2 sebesar 100%, kemudian di cluster 1 sebesar 75,2 dan di cluster 0 sebesar 60,5%. Grafik 3.14 Persentase SPAL yang Berfungsi
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Sedangkan untuk persentase SPAL yang berfungsi secara keseluruhan mencapai 44%, sedangan 56% SPAL tidak berfungsi yang diakibatkan karena saluran kering dan tidak ada saluran pembuangan. Persentase SPAL terbanyak yang berfungi berada di cluster 1 yaitu 55%, kemudian di cluster 0 yaitu 31%, sedangkan di cluster 2 semua saluran SPAL tidak berfungsi.
Grafik 3.15 Pencemaran SPAL
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Akibat tidak memiliki SPAL, sebesar 62,3% mengakibatkan adanya pencemaran SPAL, dan hanya 37,7% yang mengakibatkan tidak terjadinya pemcemaran SPAL. Pencemaran terbanyak terjadi di cluster 2 sebesar 100%, kemudian di cluster 0 sebesar 76,6% dan di cluster 1 sebesar 52,3%.
3. 4
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
Grafik 3.16 Akses Air Bersih
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari grafik diatas terlihat Akses air bersih didapat dari air botol kemasan, air isi ulang, air ledeng dari PDAM, air hidran umum, air kran umum, air sumur pompa tangan, air sumur gali terlindungi, air sumur gali tidak terlindungi, mata air tidak terlindungi, air hujan, dan air sungai. Air tersebut digunakan untuk minum,masak, cucui piring dan gelas, cuci pakaian dan gosok gigi. Akses air bersih terbesar diperoleh dari air hujan, kemudian air sumur gali terlindungi, air ledeng dari PDAM, air sumur gali tidak terlindungi. Grafik 3.17 Sumber Air Minum dan Memasak
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Sumber air minum berdasarkan grafik diatas paling banyak berasal dari air hujan sebesar 47%, kemudian air isi ulang sebesar 34% dan air sumur gali terlindungi
sebesar
29%,
sedangkan
untuk
memasak
paling
banyak
menggunakan air hujan sebesar 46%, kemudian air sumur gali terlindungi 31% dan air ledeng dari PDAM sebesar 25%.
3.5
Perilaku higiene Grafik 3.18 CTPS di Lima Waktu
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Berdasarkan Grafik 3.18 di atas, rata-rata responden menyatakan melakukan CTPS di lima waktu sebesar 69% sedangkan sisanya sebesar 31% tidak melakukan CTPS.
Grafik 3.19 CTPS di Lima Waktu
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Kegiatan CTPS di lima waktu paling banyak dilakukan sebelum makan sebesar 91%, kemudian setelah makan sebesar 89%, setelah buang air besar 82%, setelah memegang hewan 51%, setelah menceboki bajyi/anak 49%, setelah menyuapi anak 44%, setelah menyiapkan masakan 39%, sebelum sholat 16%, sebelum ke toilet 15% dan lainnya 3%. Grafik 3.20 Persentase Penduduk yang Melakukan BABs
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Persentase penduduk yang melakukan BABs berdasarkan Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABs cukup besar yaitu sebesar 70,5%, BABs tertinggi terdapat di cluster 0 sebesar 82,3%, kemudian di cluster 2 sebesar 70% dan di cluster 1 sebesar 66,1%. 3.6
Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
Grafik 3.21 Indeks Resiko Sanitasi (IRS)
Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Dari grafik diatas cluster 0 dan 1 memiliki resiko sanitasi yang sangat tinggi, dengan penyebab utama karena genangan air, kemudian karena perilaku higiene dan sanitasi, air limbah domestik dan persampahan untuk cluster 0, dan untuk cluster 1 penyebab utama adalah persampahan kemudian genangan air. Sedangkan Cluster 2 termasuk katagori kurang beresiko.
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari uraian yang disampaikan pada bab-bab sebelumnya didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1.
Manfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/ petugas kesehatan adalah sebagai pembelajaran bagaimana pengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga, jamban keluarga, sumber–sumber air serta pilihan sarana CTPS .
2.
Studi EHRA bermanfaat untuk memahami kondisi
sanitasi dan hyginitas
serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai dengan tingkat kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ). 3.
Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala dan studi
pertama
merupakan pengalaman atau pembelajaran bagi hasil studi EHRA selanjutnya diharapkan untuk lebih valid dalam penilaian Risiko Kesehatan
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.
4.2 Rekomendasi Agar pelaksanaan studi EHRA
lebih optimal, maka disarankan untuk
melakukan beberapa hal, antara lain : 1.
Pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan
Studi EHRA
haruslah tepat. 2.
Supervisor serta Enemurator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner , tehnik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar pengisian tidak terdapat kesalahan.
3.
Menganggarkan kegiatan studi Ehra untuk pelaksanaan Ehra yang akan datang.
4.
Supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan serta berkoordinasi dengan Enemurator.
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
STUDI EHRA Kabupaten Merauke
Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke
STUDI EHRA Kabupaten Merauke