No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2015
I.
Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).
Produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IMK Bali pada Triwulan I Tahun 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 2,19 persen secara triwulanan (quarter to quarter/ q-to-q) jika dibandingkan Triwulan IV Tahun 2014 lalu. Capaian pertumbuhan IMK Bali ini berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 0,64 persen pada periode yang sama.
Begitu pula, jika dilihat secara periode tahunan (year on year/ y-on-y), IMK Bali pada triwulan I Tahun 2015 tumbuh positif sebesar 11,72 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2014 lalu. Bahkan angka pertumbuhan IMK Bali pada triwulan ini jauh lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 5,65 persen.
Sementara itu, produksi yang dihasilkan perusahaan/usaha IBS Bali pada Triwulan I Tahun 2015 (q-to-q) berkontraksi atau tumbuh negatif sebesar minus 5,14 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang juga berkontraksi minus 0,71 persen pada periode yang sama.
Sebaliknya, jika dilihat secara tahunan (year on year/ y-on-y), produksi yang dihasilkan usaha/ perusahaan IBS Bali pada Triwulan I Tahun 2015 tercatat tumbuh 5,46 persen atau berada di atas level nasional yang tumbuh sebesar 5,05 persen.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
Harus diakui bahwa peranan IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah pada era otonomi dewasa ini semakin nyata dan strategis. Oleh karena itu, komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan yang ada baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Dalam memajukan IMK di daerah misalnya, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum di tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan. Oleh karena itu, permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan secara kolaborasi antara berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumber daya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu menjadi perhatian bahwa peran IMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan, dan Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
1
peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara usaha/perusahaan IMK, pemerintah, dan masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam. Tetapi bila diungkapkan secara spesifik, maka permasalahan utama IMK pada umumnya berkaitan dengan aspek permodalan, kendala pemasaran, lemahnya pengembangan/penguatan usaha, akses lembaga perbankan, desain, teknologi, daya saing, dan lain sebagainya. Terkait dengan itu, sejumlah program telah dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam memacu dan mendorong kinerja usaha IMK. Salah satunya adalah Program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara. Program ini merupakan wujud nyata keberpihakan Pemerintah Provinsi Bali pada perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melalui pemberian jaminan kredit yang mempunyai usaha secara layak dan dibiayai perbankan namun kesulitan akses perbankan karena ketiadaan agunan. Seperti diketahui, masalah agunan/jaminan ini menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan pertumbuhan produksi IMK di Bali. Permasalahan klasik dan pelik tersebut sangat mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK sehingga sulit untuk berkembang. Padahal kearifan lokal pariwisata di Bali memberikan dampak positif terhadap eksistensi IMK untuk berperan secara maksimal dalam menambah daya pikat industri kreatif. Karena itu, dengan adanya Program Jamkrida Bali Mandara ini diharapkan membawa angin segar bagi pertumbuhan produksi IMK di Pulau Dewata sebagai salah satu lokomotif perekonomian. Saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan Bali yang dapat diproduksi oleh perusahaan/usaha IMK. Lihat saja, trend pasar oleh - oleh Bali yang tidak pernah sepi dari pengunjung domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa kerajinan Bali sangat diminati, terlebih dengan cukup prospektifnya pasar dalam negeri. Selain pasar domestik, produk yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK Bali juga sangat diminati kalangan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali. Hal ini cukup membawa pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan usaha/perusahaan IMK di Bali secara triwulanan (q-to-q) yang mengalami pertumbuhan sebesar 2,19 persen pada Triwulan I 2015. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan yang tercapai pada triwulan yang sama di Tahun 2014 lalu sebesar minus 2,65 persen. Artinya, pertumbuhan produksi IMK Bali pada triwulan kali ini mengalami pertumbuhan positif walaupun tidak sekencang pertumbuhan yang terjadi di triwulan sebelumnya yakni triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 8,67 persen. Kendati demikian, jika dicermati secara periode tahunan (year on year/ y-on-y), jumlah wisman yang berkunjung ke Bali meningkat 13,76 persen, dari 831.625 orang di Triwulan I 2014 menjadi 946.011 orang di Triwulan I 2015. Hal ini merupakan salah satu pendorong bagi pengembangan IMK di Bali. Pada konteks lain, yang menarik dari bisnis pariwisata adalah sektor ini memberikan multiplier effect terhadap industri lain seperti makanan, akomodasi, transportasi, hiburan, pameran, dan lainnya, sehingga investasi yang dikembangkan perlu diarahkan pada komoditas usaha yang strategis sesuai dengan permintaan/ kebutuhan pasar. Paling tidak, hal tersebut berdampak pada pertumbuhan produksi IMK, baik dari sisi permintaan (demand), volume produksi, dan perluasan pasar. Alhasil, pertumbuhan produksi IMK Bali pada Triwulan I 2015 secara periode y-on-y mencapai 11,72 persen. Bahkan kondisi ini mengalami akselerasi pertumbuhan jika dibandingkan periode yang sama di Tahun 2014 lalu yang tumbuh sebesar 10,94 persen.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
Tabel 1 Pertumbuhan Produksi IMK Bali Triwulanan Tahun 2014 (dalam persen) Periode Q-to-Q
2015
Periode Y-on-Y
Tahun
(3)
Triwulan III (4)
Triwulan IV (5)
-2,65
-2,53
3,21
2,19
-
-
Triwulan I
Triwulan II
(1)
(2)
2014
2015
Komulatif (Tahunan)
(7)
Triwulan III (8)
Triwulan IV (9)
10,94
2,52
-0,20
6,42
4,80
11,72
-
-
-
-
Triwulan I
Triwulan II
(6)
8,67
-
(10)
Secara periode triwulanan (q-to-q), dari 18 jenis industri yang merupakan hasil olahan Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulanan (VIMK) Bali pada periode Triwulan I 2015, terdapat dua kontributor utama yang menyumbang pertumbuhan tertinggi di atas 9 (sembilan) persen, yakni jenis industri furnitur (kode KBLI 31) sebesar 11,34 persen, sentra produksi wilayah sampel berada di Kabupaten Gianyar. Jenis industri berikutnya adalah industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (kode KBLI 20) yang tumbuh sebesar 9,52 persen. Produk jenis industri ini berupa pupuk dan sabun dengan sentra produksi wilayah sampel berada di Kabupaten Gianyar dan Karangasem . Sebaliknya, terdapat dua jenis industri yang mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) di atas 9 (sembilan) persen. Kedua jenis industri itu adalah: (1) industri minuman (kode KBLI 11) sebesar minus 9,33 persen. Sentra produksi wilayah sampel jenis industri ini berada di Kabupaten Karangasem dengan produk yang dihasilkan berupa minuman arak; (2) jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (kode KBLI 33) sebesar minus 17,58 persen. Sentra produksi wilayah sampel jenis industri ini berada di Kota Denpasar; GAMBAR 1 Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan IV – 2014 dan Triwulan I – 2015 Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)
12.00 9.00
Gambar 2 Pertumbuhan Produksi IMK Bali dan Nasional Triwulan I – 2014 dan Triwulan I – 2015 Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)
15.00 8.67
12.00
10.94
11.72
Bali
9.00
6.00
Bali
Nasional
6.00
5.65
2.19
3.00
3.00
Nasional
2.39
0.64
0.00
Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015 : Nasional
: Bali
4.41
0.00 Triwulan I - 2014 Triwulan I - 2015 : Nasional
: Bali
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
3
Selanjutnya, jika dicermati secara periode tahunan (y-on-y), sebagian besar pertumbuhan produksi bernilai positif kecuali ada lima jenis industri yang berkontraksi negatif, yakni: (1) industri minuman (kode KBLI 11) sebesar minus 3,86 persen; (2) industri pakaian jadi (kode KBLI 14) sebesar minus 0,69 persen; (3) industri karet, barang dari karet dan plastik (kode KBLI 22) sebesar minus 31,31 persen; (4) dan (4) industri mesin dan perlengkapannya (kode KBLI 28) sebesar minus 7,02 persen dan (5) jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (kode KBLI 33) sebesar minus 28,67 persen; Sementara itu, terdapat 5 (lima) kontributor utama yang mencatatkan pertumbuhan produksi tertinggi di atas 10 persen, yakni: (1) industri tekstil (kode KBLI 13) sebesar 13,13 persen; (2) industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (kode KBLI 21) sebesar 12,08 persen; (3) industri barang galian bukan logam (kode KBLI 23) sebesar 13,80 persen; (4) industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Kode KBLI 25) sebesar 15,86 persen; (5) industri pengolahan lainnya (kode KBLI 32) sebesar 27,72 persen.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
II.
Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di Bali. Pada Triwulan I 2015 (secara q-to-q), pertumbuhan produksi IBS di Bali berkontraksi atau tumbuh negatif sebesar minus 5,14 persen. Angka ini berada di bawah pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai minus 3,93 persen. Secara nasional pun juga mengalami kontraksi minus 0,71 persen.
Tabel 2 Pertumbuhan Produksi IBS Bali Triwulanan Tahun 2014 (dalam persen) Periode Q-to-Q
2015
Periode Y-on-Y
Tahun
Komulatif (Tahunan)
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2014
-3,93
4,15
-2,48
9,45
1,13
2,01
0,41
6,80
2,62
2015
-5,14
-
-
-
5,46
-
-
-
-
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
GAMBAR 3 Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan IV – 2014 dan Triwulan I – 2015 Secara Periode Q-to-Q (dalam persen)
GAMBAR 4 Pertumbuhan Produksi IBS Bali dan Nasional Triwulan I – 2014 dan Triwulan I – 2015 Secara Periode Y-on-Y (dalam persen)
12.00
9.00 9.45
6.00
5.46
6.00 Nasional
0.00
3.76
Bali
1.59
3.00
Nasional
5.05
Bali
-0.71 1.13 -5.14
-6.00 Triwulan IV 2014
Triwulan I 2015
: Nasional
: Bali
0.00 Triwulan I 2014
Triwulan I 2015
: Nasional
: Bali
Pertumbuhan produksi IBS Bali secara periode tahunan (y-on-y) pada Triwulan I - 2015 mencapai 5,46 persen atau mengalami pertumbuhan jika dibandingkan periode yang sama di Tahun 2014 lalu yang mencapai 1,13 persen. Secara periode triwulanan (q-to-q), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan I 2015 yang berkontraksi minus 5,14 persen itu dominan disumbangkan oleh jenis industri makanan yang mengalami kontraksi minus 14,29 persen, industri minuman minus 12,36, industri tekstil minus 14,90 persen, industri furnitur minus 14,39 persen dan industri pengolahan lainnya minus sebesar 11,51 persen. Tabel 3 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (Q-to-Q) IBS Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I - 2014 dan Triwulan I - 2015 (dalam persen) Bali
Kode KBLI
Jenis Industri
(1)
(2)
10 11 13
16
31 32
Industri Makanan Manufacture of food products Industri Minuman Manufacture of beverages Industri Tekstil Manufacture of textiles Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like Industri Furnitur Manufacture of furniture Industri Pengolahan Lainnya Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
Nasional Triwulan I Triwulan I 2014 2015 (5) (6)
Triwulan I 2014 (3)
Triwulan I 2015 (4)
5,22
-14,29
-5,06
-2,06
-10,28
-12,36
-6,41
-3,26
-8,61
-14,90
-6,61
-0,30
2,99
-1,04
4,03
-4,38
1,56
-14,39
-1,03
3,76
12,15
-11,51
1,65
-1,50
-3,93
-5,14
-0,02
-0,71
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
5
Tabel 4 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (y-on-y) IBS Bali dan Nasional menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I - 2014 dan Triwulan I - 2015 (dalam persen) Bali
Kode KBLI
Jenis Industri
(1)
(2)
10 11 13
16
31 32
Industri Makanan Manufacture of food products Industri Minuman Manufacture of beverages Industri Tekstil Manufacture of textiles Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Manufacture of wood and of products of wood and cork, except furniture; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like Industri Furnitur Manufacture of furniture Industri Pengolahan Lainnya Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS)
Nasional
Triwulan I
Triwulan I
Triwulan I
Triwulan I
2014
2015
2014
2015
(3)
(4)
(5)
(6)
8,82
-21,42
9,00
7,08
-7,58
-14,01
-0,71
6,32
-5,27
-26,13
-5,88
-0,25
15,82
2,08
6,79
0,88
12,95
-6,42
1,46
2,95
25,31
-12,64
17,78
3,96
1,13
5,46
3,76
5,05
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan I 2015 secara periode y-on-y yang tumbuh sebesar 5,46 persen masih lebih baik dibandingkan pertumbuhan secara periode q-to-q yang berkontraksi minus 5,14 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
III.
Beberapa Konsep dan Definisi 1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). 2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai blas jasa (upah maklon). 3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro. 4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. 5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang. 8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang pada Triwulan I Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Kode industri 10 : Industri Makanan – Manufacture of food products Kode industri 11 : Industri Minuman – Manufacture of beverages Kode industri 13 : Industri Tekstil – Manufacture of textiles Kode industri 16 : Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya – Manufacture of wood and of products of wood
Kode industri 31 Kode industri 32
and cork, exept furnitur; manufacture of articles of straw and plaiting materials, bamboo, rattan and the like : Industri Furnitur – Manufacture of furniture : Industri Pengolahan Lainnya – Other manufacturing
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015
7
Informasi lebih lanjut hubungi: Tri Erwandi, SE, M.Si. Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]