No. 43/08/51/Th. III, 1 Agustus 2012
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012
I.
Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Mikro dan Kecil (IMK) serta Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS).
Pertumbuhan produksi IMK Bali pada Triwulan II-2012 kembali mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar minus 6,61 persen secara triwulanan (quarter to quarter/q-to-q) jika dibandingkan Triwulan I-2012. Pertumbuhan negatif ini juga terjadi secara nasional pada periode yang sama sebesar minus 3,35 persen.
Sementara secara tahunan (year on year/y-on-y), IMK Bali juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 8,35 persen jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011 lalu dan berbanding terbalik dengan nasional yang mencapai pertumbuhan positif sebesar 2,11 persen.
Berbeda dengan pola pertumbuhan IMK, produksi IBS Bali pada Triwulan II-2012 (q-to-q) mampu tumbuh 3,19 persen atau lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2012 yang mencapai 2,79 persen. Sedangkan secara nasional tercatat pertumbuhan sebesar 3,94 persen pada Triwulan II-2012.
Secara tahunan (year on year/y-on-y), produksi IBS pada Triwulan II-2012 tercatat tumbuh 7,05 persen atau mengalami akselerasi dibandingkan Triwulan I-2011 sebesar 6,90 persen. Pertumbuhan IBS Bali ini masih lebih baik dari nasional yang tumbuh sebesar 2,55 persen pada Triwulan II-2012.
Pendahuluan
Bisa dikatakan bahwa Bali sangat dikagumi wisatawan. Selain dikarenakan keindahan panorama alamnya, juga tetap lestarinya adat dan budaya Bali. Hal ini dikarenakan Bali sama sekali tidak memiliki sumber minyak dan gas bumi (migas). Perekonomian Bali lebih didukung oleh sektor pertanian, pariwisata, dan sektor jasa-jasa pendukung pariwisata serta ekonomi kreatif yang merupakan multiplier effect dari pesatnya pertumbuhan pariwisata. Selain industri pariwisata yang semakin berkembang pesat, realisasi sejumlah pembangunan infrastruktur juga turut memberikan peran bagi tumbuhnya ekonomi Bali. Pada 2012, realisasi sejumlah mega proyek terus dipacu seperti perluasan Bandar Udara Ngurah Rai, pengerjaan jalan Tol Serangan – Benoa, dan Underpass yang menghubungkan kabupaten di Bali. Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Bali tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 65 persen aktivitas ekonomi Bali dipengaruhi oleh industri pariwisata (sektor perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta jasa-jasa), dan lebih dari 80 persen dipengaruhi oleh ekspor.
Berita Resmi Statistik Pro insi Bali No 44/08/51/Th III 1 Ag st s 2012
1
Di balik menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian) terhadap PDRB Bali, yang salah satunya ditandai terjadinya alih fungsi lahan atau konversi lahan sawah ke lahan bukan sawah atau lahan bukan pertanian dengan rata-rata 436 hektar atau 0,50 persen per tahun selama periode 1997 – 2011 membuat eksistensi sektor industri manufaktur di Bali menjadi kian penting dan strategis. Apalagi di mata wisatawan mancanegara (wisman), produk hasil industri olahan maupun kerajinan Bali seperti anyaman bambu, patung, perak, tekstil, pakaian jadi, dan lain sebagainya sangat diminati, bahkan kerapkali menjadi cenderamata atau bahan suvenir untuk di bawa pulang ke negara mereka. Namun fenomena akselerasi pertumbuhan sektor industri manufaktur saat ini masih belum optimal karena masih berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Bali. Lihat saja posisi data PDRB tahun 2011, di mana pertumbuhan sektor industri manufaktur Bali hanya 3,12 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Bali telah mencapai 6,49 persen. Karena itu, diperlukan sejumlah langkah dan terobosan untuk mengangkat pertumbuhan sektor industri manufaktur Bali ke depan. Pada konteks lain, krisis ekonomi global hingga saat ini masih terasa di Zona Eropa, yang sudah tentu berimplikasi pada perekonomian Indonesia maupun Bali. Masa depan ekonomi dunia akan tersandera oleh penyelesaian krisis Zona Eropa. Jika tidak segera ada solusi nyata bagi penanganan krisis ekonomi Eropa dapat dipastikan ekonomi global tahun ini akan penuh ketidakpastian lagi dan volatilitasnya akan tinggi. Demikian pula perkembangan ekonomi Amerika Serikat yang masih lesu, akan melemahkan pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara di dalam negeri sendiri, secara umum situasi ekonomi masih terbentur dengan adanya penundaan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Tidak sedikit pelaku usaha mikro dan kecil yang mengaku kecewa dengan penundaan tersebut karena dinilai akan membuat harga bahan baku dan kebutuhan pokok terusmenerus merangkak naik. Penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi masih menimbulkan polemik bagi dunia usaha. Sebab, saat opsi kenaikan BBM masih dalam rencana, sejumlah supplier sudah menaikkan harga bahan baku produksi. Masyarakat selaku konsumen pun tidak luput terkena dampaknya. Selain itu, di tengah semakin ketatnya persaingan global menuntut peran industri manufaktur untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Tuntutan peningkatan keragaman dan kualitas produk hasil industri saat ini membuat pemerintah harus mampu memberikan ruang yang cukup bagi sektor swasta dalam pengembangan industri yang berorientasi spasial dan regional. Sekadar catatan, sektor industri manufaktur Bali memiliki kontribusi (share) terhadap PDRB sebesar 8,95 persen di tahun 2011 atau lebih rendah dari tahun 2010 yang mencapai 9,18 persen. Lebih dari itu, kalau melihat nilai tambah (value added) yang tercipta pada industri manufaktur Bali senilai Rp 6,57 triliun pada tahun 2011 masih jauh lebih kecil atau tiga kali lipat lebih jika dibandingkan capaian nilai tambah yang diciptakan oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran senilai Rp 22,50 triliun pada tahun yang sama. Rendahnya nilai tambah yang dicapai ini serta masih kecilnya peranan sektor industri manufaktur di Bali disebabkan semata-mata karena Bali tidak memiliki sumber daya alam yang bisa dieksplorasi. Kendati demikian, keberlangsungan sektor industri manufaktur sebagai salah satu penggerak ekonomi Bali harus tetap dipertahankan karena sektor ini merupakan penghubung antara sektor pertanian dan sektor yang berbasis pariwisata (services sector).
Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil
II.
Harus diakui bahwa Industri Mikro dan Kecil (IMK) sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah. Terlebih di tengah era desentralisasi dan globalisasi saat ini, di mana komponen masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. III, 1 Agustus 2012
spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan. Masalah daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan dengan proses kolaborasi berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus menggunakan sumberdaya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumber daya setempat. Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa peran IMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan, dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan IMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara IMK, pemerintah, dan entitas masyarakat setempat. Sesungguhnya permasalahan industri atau usaha IMK yang dihadapi cukup banyak dan beragam.Tapi bila diungkapkan secara spesifik, maka permasalahan utama IMK pada umumnya berkaitan dengan aspek lemahnya pengembangan/penguatan usaha dan permodalan terutama akses kepada lembaga perbankan, kendala pemasaran, desain, dan teknologi. Misalnya saja, dana bergulir dari BUMN yang diperuntukkan bagi pelaku usaha/perusahaan IMK, yang penyalurannya masih belum optimal, sehingga tidak sedikit pelaku usaha/perusahaan IMK yang enggan mengajukan permohonan. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi tahun 2006 (SE 2006), jumlah IMK di Bali sebanyak 83.052 usaha atau sebesar 21,92 persen dari 378.798 usaha. Bila diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada, maka jumlah industri mikro (tenaga kerja 1-4 orang) sebanyak 76.553 usaha dan jumlah industri kecil (tenaga kerja 5-19 orang) sebanyak 6.493 usaha. Hasil SE 2006 juga menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh IMK sebanyak 174,9 ribu orang atau sebesar 17,89 persen dari tenaga kerja yang ada. Dalam kaitan itu pula, kinerja ekonomi Bali banyak disokong industri mikro dan kecil. Dan produk hasil kerajinan maupun olahan yang dipasarkan para pelaku usaha/perusahaan IMK di Bali sangat mengandalkan kedatangan wisman. Selama Triwulan II-2012 ini, jumlah kunjungan wisman ke Bali hanya mencapai 690.268 orang atau turun 2,81 persen dibanding Triwulan I-2012 yang mencapai 710.236 orang. Sementara itu, nilai devisa yang dihasilkan dari mata dagangan ekspor Bali pada satu semester (Januari – Juni) tahun 2012 ini pun menurun 1,85 persen, dari 311,20 juta dolar AS di tahun 2011 menjadi 305,44 juta dolar AS di tahun 2012. Paling tidak indikator tersebut berpengaruh pada pertumbuhan produksi IMK, baik dari sisi permintaan (demand), volume produksi, dan perluasan segmentasi pasar domestik IMK. Sebagai gambaran, pada Triwulan II-2012, pertumbuhan produksi IMK di Bali secara triwulanan (q-to-q) tercatat mengalami kontraksi minus 6,61 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Triwulan I-2012 yang juga berkontraksi minus 4,25 persen. Secara nasional pun, pertumbuhan produksi IMK mengalami kontraksi minus 3,35 persen (q-to-q). Secara triwulanan (q-to-q), terdapat tiga kontributor utama yang mencatatkan pertumbuhan produksi terendah di bawah 10 persen, yakni jenis industri makanan sebesar minus 16,49 persen; jenis industri kayu, barang dari kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar minus 14,91 persen; dan jenis industri pengolahan lainnya sebesar minus 11,23 persen. Sebaliknya, tercatat tiga jenis industri yang mengalami peningkatan produksi (pertumbuhan positif) pada Triwulan II-2012, yakni jenis industri tekstil sebesar 2,17 persen; industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar 1,16 persen; dan industri furnitur sebesar 0,49 persen. Sedangkan secara tahunan (y-on-y), terdapat empat kontributor utama yang mencatatkan pertumbuhan produksi terendah di bawah 10 persen, yakni jenis industri Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. III, 1 Agustus 2012
3
kertas dan barang dari kertas minus 22,69 persen; industri minuman minus 15,17 persen; industri kayu, barang dari kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya minus 14,12 persen; dan industri makanan minus 10,60 persen. Gambar 2 Pertumbuhan Produksi Tahunan (Y-on-Y) IMK Bali dan Nasional Triwulan I-2012 dan Triwulan II-2012 (dalam persen)
Gambar 1 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q) IMK Bali dan Nasional Triwulan I-2012 dan Triwulan II-2012 (dalam persen) Triwulan I ‐ 2012
Triwulan I ‐ 2012
Triwulan II ‐ 2012
Triwulan II ‐ 2012
9
0
7,22
‐1,12
‐3
‐3,35
3
2,11
‐4,25
‐3
‐6
‐4,21
‐6,61
‐8,35
‐9
‐9 : Nasional
: Bali
: Nasional
: Bali
Ada beberapa hal yang kerap dikumandangkan sejumlah pengamat terkait menurunnya pertumbuhan produksi IMK di Bali, antara lain menyangkut masalah regulasi perijinan yang terlalu lama dan masih sulitnya akses permodalan karena belum adanya kepercayaan kalangan perbankan. Perusahaan perbankan menilai banyak dari mereka belum bankable meski sudah feasible. Permasalahan klasik dan pelik ini yang mempengaruhi gerak ekonomi kreatif IMK di Bali menjadi sulit berkembang. Padahal, kearifan lokal pariwisata di Bali dipastikan sangat berperan dalam menambah daya pikat industri kreatif. Di samping itu, rendahnya pertumbuhan produksi IMK di Bali seiring ketatnya persaingan pada level nasional maupun internasional. Salah satu contoh, pengusaha tekstil dan kerajinan ukir IMK Bali belum mampu menawarkan daya saing yang tinggi dengan pengusaha China. Hal ini mengakibatkan pengusaha IMK di Bali sulit berkembang. Kini Bali sedang memasuki fase deindustrialisasi, di mana kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB mengalami penurunan secara relatif dibandingkan sektor ekonomi yang lain. Karena itu, reindustrialisasi atau menggairahkan kembali sektor industri manufaktur di Bali bukanlah perkara mudah. Solusi komprehensif harus benar-benar diterapkan. Mulai dari solusi mikro berupa mempermudah permodalan, investasi, pemasaran, desain dan teknologi, hingga langkah makro berupa stabilisasi perekonomian dan keamanan. Diperlukan dukungan banyak pihak untuk membantu melakukan revitalisasi sektor industri manufaktur di Bali. III.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional, termasuk keberadaan industri manufaktur besar dan sedang di 4
Berita Resmi Statistik Pro insi Bali No 44/08/51/Th III 1 Ag st s 2012
Bali. Pada Triwulan II-2012, pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) di Bali berada dalam kondisi yang lebih baik dari pertumbuhan produksi yang terjadi pada Industri Mikro dan Kecil (IMK). Angkanya mencapai mencapai 3,19 persen. Bahkan angka ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,79 persen secara triwulanan (q-to-q), namun sedikit di bawah angka nasional yang tercatat tumbuh sebesar 3,94 persen. Peningkatan produksi IBS di Bali secara triwulanan juga diikuti oleh peningkatan produksi secara tahunan, bahkan terjadi akselerasi pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan produksi IBS di Bali secara tahunan (y-on-y) pada Triwulan II-2012 mencapai 7,05 persen atau lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2012 sebesar 6,90 persen. Dan, angka ini pun lebih tinggi dari pertumbuhan produksi IBS nasional sebesar 2,55 persen pada periode yang sama. Gambar 3 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q) Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Bali dan Nasional Triwulan I-2012 dan Triwulan II-2012 (dalam persen)
2,79
Bali 3,19
Nasional
‐0,31 3,94
‐0,5
0,5
1,5
: Triwulan I ‐ 2012
2,5
3,5
4,5
: Triwulan II ‐ 2012
Gambar 4 Pertumbuhan Produksi Tahunan (y-on-y) Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Bali dan Nasional Triwulan I-2012 dan Triwulan II-2012 (dalam persen)
6,9
Bali 7,05
Nasional
1,72 2,55
0
2 : Triwulan I ‐ 2012
4
6
8
: Triwulan II ‐ 2012
Berita Resmi Statistik Pro insi Bali No 44/08/51/Th III 1 Ag st s 2012
5
Tabel 1 Pertumbuhan Produksi Triwulanan (q-to-q) Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I-2012 dan Triwulan II-2012 (dalam persen) Bali
Nasional
Kode KBLI
Jenis
Trw I 2012
Trw II 2012
Trw I 2012
Trw II 2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10
Industri Makanan
- 0,12
2,43
- 0,05
8,10
5,29
3,49
- 2,09
3,77
6,81
1,70
0,62
6,13
- 2,02
3,96
- 3,96
- 8,40
2,71
0,79
-1,47
20,30
- 3,26
1,30
0,36
- 2,30
- 2,84
3,61
- 0,05
- 1,77
2,79
3,19
- 0,31
3,94
Manufacture of food products 11
Industri Minuman
14
Industri Pakaian Jadi
Manufacture of beverages Manufacture of wearing apparels 18
Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
Printing and reproduction of recorded media 25
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
Manufacture of fabricated metal products, excepts machinery and equipment 31
Industri Furnitur
Manufacture of furniture 32
Industri Pengolahan Lainnya
Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Secara periode triwulanan (q-to-q), seluruh jenis industri mengalami kenaikan pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan II-2012, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada jenis industri pencetakan dan reproduksi media rekaman (KBLI 18) yang tumbuh 3,96 persen. Bahkan angka ini lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang berkontraksi minus 2,02 persen, juga berada di atas angka nasional yang berkontraksi minus 8,40 persen. Sebaliknya, pertumbuhan produksi terendah berada pada jenis industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (KBLI 25) dengan capaian 0,79 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Sementara itu, secara tahunan (y-on-y), pertumbuhan produksi IBS Bali pada Triwulan II-2012 sangat dipengaruhi oleh peningkatan produksi dari jenis industri minuman (KBLI 11). Pertumbuhan produksi industri minuman secara tahunan ini mencapai 9,54 persen. Selain industri minuman, seluruh jenis industri lain juga menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali industri furnitur yang mengalami kontraksi minus dua persen. Selengkapnya dapat disimak pada tabel 2.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. III, 1 Agustus 2012
Tabel 2 Pertumbuhan Produksi Tahunan (y-on-y) Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Bali dan Nasional Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2 Digit Triwulan I-2012 dan Triwulan II-2012 (dalam persen) Bali
Nasional
Kode KBLI
Jenis
Trw I 2012
Trw II 2012
Trw I 2012
Trw II 2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10
Industri Makanan
1,37
2,75
4,19
9,34
0,72
9,54
2,24
2,63
7,61
2,72
-1,37
3,29
-2,02
1,86
7,75
-6,23
2,71
3,53
2,04
19,98
-3,26
-2,00
2,81
-0,80
-2,84
0,67
10,15
-12,71
6,90
7,05
1,72
2,55
Manufacture of food products 11
Industri Minuman
14
Industri Pakaian Jadi
Manufacture of beverages Manufacture of wearing apparels 18
Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
Printing and reproduction of recorded media 25
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
Manufacture of fabricated metal products, excepts machinery and equipment 31
Industri Furnitur
Manufacture of furniture 32
Industri Pengolahan Lainnya
Other manufacturing Industri Manufaktur Besar dan Sedang
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. III, 1 Agustus 2012
7
IV.
Beberapa Konsep dan Definisi 1. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilanya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). 2. Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiataan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapatkan imbalan sebagai blas jasa (upah maklon). 3. Pengelompokan industri pengolahan biasanya didasarkan pada jumlah tenaga kerja yaitu: Industri Besar, Industri Sedang, Industri Kecil dan Industri Mikro. 4. Industri Besar adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. 5. Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang. 6. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang. 7. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang. 8. Kode Klasifikasi Industri yang digunakan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009. KBLI yang tercakup dalam pengumpulan data Industri besar dan sedang triwulanan di tahun 2012, antara lain sebagai berikut : Kode industri 10 : Industri Makanan – Manufacture of food products Kode industri 11 : Industri Minuman – Manufacture of beverages Kode industri 14 : Industri Pakaian jadi – Manufacture of wearing apparels Kode industri 18 : Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman –
Printing and reproduction of recorded media
8
Kode industri 25
:
Kode industri 31 Kode industri 32
Manufacture of fabricated metal products, excepts machinery and equipment : Industri Furnitur – Manufacture of furniture : Industri Pengolahan Lainnya – Other manufacturing
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya –
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 44/08/51/Th. III, 1 Agustus 2012
Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Yudhadi, M.Si. Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]