PERSETUJUAN PEMBIMBING
“Faktor-faktor Penghambat Pengembangan Keterampilan Tata Rias Kecantikan Rambut Di SKB Kota Gorontalo”
JURNAL Oleh :Febriyanti Saleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd NIP. 19600512 198703 1001
Dr. Ummyssalam Duludu, M.Pd NIP. 19660515 200312 2001
MENGETAHUI KETUA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Dr. Misran Rahman, M.Pd NIP. 196205161992032001
FATOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBAGAN KETERAMPILAN TATA RIAS KECANTIKAN RAMBUT DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KOTA GORONTALO Febriyanti Saleh Abd. Hamid Isa Ummyssalam Duludu Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Febriyanti Saleh, 2013. Fator-faktor penghambat pengembagan keterampilan tata rias kecantikan rambut di sanggar kegiatan belajar Kota Gorontalo. Skripsi. Juruisan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unifersitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I.Dr. Abd. Hamid Isa, M. Pd dan pembimbing II. Dr. Ummyssalam Duludu, M. Pd Penelitian ini melatar belakang oleh faktor-faktor yang menghambat tata rias kecantikan rambut disangar kegiatan belajar Kota Gorontalo, terutama yang terkait dengan faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, kesiapan dan cara belajar. Tujuan penelitian yang untuk mendiskrpsikan faktor-faktor yang menghambat tata rias kecantikan rambut disangar kegiatan belajar di Kota Gorontalo. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif, dalam pengumpulan data mengunakan tekhnik obserfasi, wawancara serta studi dokumentasi. Informan penelitian meliputi, Pimpinan Sangar Kegiatan Belajar Kota Gorontalo, Tutor dan warga belajar kursus tata rias kecantikan rambut. Tekhnik obserfasi meliputi, pengamatan langsung terhadap objek penelitian, tekhnik ini diperoleh data-data tentang masala pengembagan tata rias rambut di sangar kegiatan belajar di Kota Gorontalo. Sedangkan wawancara mengunakan studi pendahuluan untuk menentukan masalah yang harus diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor penghambat dalam pengembagan tatarias kecantikan rambut di sangar kegiatan belajar Kota Gorontalo tetap berlangsung efektif dan efesien, walaupun di temukan hambatan dan kendala-kendala tersebut yaitu minimnya pengetahuan, kurangnya intelegensi, minat, baka, mutifasi, perhatian, kematangan, kesiapan dan cara belajar. Oleh karna itu penanggungjawab lembaga harus memberikan biaya untuk melanjutkan agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik, dan bisa di terapkan kepada warga belajar. Kata kunci : Faktor Penghambat Pengembangan Keterampilan Tata Rias rambut, Tutor, warga belajar.
PENDAHULUAN Pendidikan yang berorentasi pada pekerjan, adalah untuk membuat warga belajar menjadi terampil yang di harapkan setelah lulus dapat memeliki kemampua dan kecakapan dalam menghadapi dinamika kehidupan. Dalam hal ini dimaksidkan bahwa warga belajar dapat memiliki kemampuan keberanian untuk menghadapi permasalahan kehidupan dan secara proaktif dan kereatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan pendidikan semacam itu bisa disebut sebagai pendidikan kecakapan hidup (life skill) dan di dalamnya terdapat pula keterampilan vokasional.
Salah satu ketrampilan vokasional yang sangat penting sering dengan perkembangan dan kebutuhan jaman ialah pengembangan keterampilan tata rias kecantikan rambut.di pandang sebagai sebuah kebutuhan, dengan memberikan pendidikan dan pelataihan secara berkesinambugaan kepada warga belajar. Hal ini seerti yang telah diselengarakan oleh sangar kegiatan belajar (SKB) Kota Gorontalo. Tata Rias kecantikan rambut merpakan keterampilan vokasional berkenang dengan kesiapan waraga belajar SKB Kota Gorontalo dalam mengembangkan perofesi di lingkungan masyarakat. Warga belajar bukan hanya sekedar melatih keterampilan menata rambut melainkan mampu memutuskan keinginan menjadi seseorang pada rambut handal di masyarakat degan menyediakan sistem pelayanan jasa yang memuaskan para pelangangnya kemudian hari setelah siap secara mandiri. Sarana dan perasarana pembalajaran sebagai penunjang kecakapan hidup untuk memfasilitasi pengembangan ketrampilan tata rias kecantikan rambut sudah tersedia. Warga belajar dibekali ketrampilan ini guna menunjang ketrampilan yang di milikinya. Tingkat pembelajaran diberikan di sesuaikan dan dibagi dalam tiga kelompok utama yakni kelompok dasar, kelompok terampil, dan kelompok mahir. Kelompok dasar merupakan tingkat keterampilan warga belajar yang disesuaikan perogram belajar dan latihan, yang lebih berorentasi pada penguasaan mendasar, misalnya penguasan fungsi peralatan dan perlengkapan, penguasaan model tata rias rambut yang sesuai ukuran, dan sebagainya. Kelompok terampil merupakan tingkat keterampilan warga belajar yang dikelompokan berdasarkan perempuan yang lebih baik lagi setelah menguasai keahlian mendasar. Warga belajar sudah mampu melakukan berbagi rintisan model atau percoban, yang mungkin saja dapat dimintai oleh pelanggan atau masyarakat luas. Kelompok mahir merupakan kelompok warga belajar yang telah memiliki keahlian dalam mengidentifikasi, membentuk, dan menginovasi berbagai model rambut dengan penataan yang sangat baik. Penyelenggaran program ini memiliki dukungan yang sangat memadai terkait organisasi dan fasilitas yang di butuhkan, terutama fasilitas yang tersedia suda memadai dalam menunjang pengembangan keterampilan tata rias kecantikan rambut. Perlu dijelaskan bahwa berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukuan oleh penelitian bahwa warga belajar bahwa tidak semua menyukai keterampilan tata rias rambut, akibatnya warga belajar tidak terlalu banyak, sehinga sering merekrut warga belajar dari kelompok pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau kelmpok-kelompok paket belajar yang tersebar di berbagai kelurahan di Kota Gorontalo setiap tahun tidak sama. Biasnya antara 15-20 orang, tergantung pada ketersedian anggaran dari para minat para peserta. Jumlah peserta pada tingkat dasar lebih banyak dibandingkan degan tingkat menegah dan tingkat atas. Kemungkinan para peserta di sebabkan hanya ingin mendapat kursus tanpa haraus memantapkan pada tahapan berikutnya. Para masyarakat tingkat menegah dan tingkat atas rata-rata peserta antara 10-15 orang. Pihak penyelenggaran atau pengelolah melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat dan warga belajar, sehinga dapat menjadikan kursus tata rias kecantikan rambut sebagai salah satu pilihan untuk meneningkatkan keterampilan secara bertahap, dengan ketrsediaan fasilitas dan anggaran yang tersedia, pengelola terus-menerus melakukan perndekatan secara personal, meskipun hasilnya mengalami sedikit peningkatan secara personal, meskipun hasilnya hanya mengalami sedikit peningkatan jumlah peserta setiap tahunya. Berdasarkan hasil pengamatan awal diperoleh bahwa terdapat pola pikir dalam diri warga belajar atau peserta yang lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan selain itu juga terjadi penghambatan dalam kursus tata rias ini disebakan minimnya pendidikan peserta dan tutor sehiga belum ada kematangan dan kesiapan antara tutor dengan warga belajar, kurang kepercayan diri dalam warga belajar dengan tutor. Selanjutnya pada perlakuan saat
pembelajaran belum ada pemberian mutifasi, sehinga bakat dan minat warga belajar belum terlihat jelas. Untuk itu danmpak yang akan terjadi adalah ketika lulus nanti tidak mampu mengembangkat atau mengembangkan ilmu di peroleh dari lembaga tersebut. Penelitian ini mengharapkan hasil secara lengkap tantang deskrpsi berbagai kemudahan, prospek dan tantangan-tantangan ketika menjalani penelitian atau selama kursus, dan memberikan perediksi atas peluang kerja yang ada di masyarakat. Dengan kata lain, hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi terhadap menejmen kursus tata rias kecantikan rambut dan memberkan gambaran peraktis manfat warga belajar mengikuti kursus ini.
KAJIAN TEORITIS Kecakapan hidup pada pendidikan nonformal menurut undang-undang No. 20 tentang sisdiknas pasal 26 ayat 3 merupakan salah satu dari pendidikan nonformal. Berbagai kecakapan atau keterampilan akan diperoleh melalui berbagai macam pelatihan yang diadakan oleh berbagai macam lembaga negara seperti: Pendidikan Luar Sekolah melalui lembaganya yaitu SKB, BPKB, BPNFI, PKBM, Lembaga Kursus, Depnaker, Depsos, Dinas Pertanian, dan sebagainya. Pelatihan kecakapan tersebut dinamakan dengan pelatihan kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan hidup merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup dan kehidupannya secara tepat guna dan berdaya guna. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Broling (1989: 213) bahwa Kecakapan hidup mempunyai cakupan yang luas, berintegrasi antara pengetahuan atau ketrampilan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebuh mandiri. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dianut memeliki secara sekaligus 4 jenis kecakapan hidup yaitu: (1). Kecakapan Pribadi (Personal Skills), (2). Kecakapan Sosial (Social Skills), (3). Kecakapan Akademik (academic skills), (4). Kecakapan Vokasional (vocational skills). 1. Kecakapan Dasar a. Kecakapan dasar terus-menerus Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup lainnya. Pengetahuan, ilmu pendidikan dan teknologi, dan kehidupan berubah semakin cepat sehingga menuntut tamatan Pendidikan Luar Sekolah memeliki kemampuan untuk belajar terus-menerus. Kecakapan ini merupakan kunci yang dapat membuka kesuksesan masa depan. Dengan kecakapan ini, tamatan Pendidikan Luar Sekolah mudah menguasai kecapakan-kecakapan lainnya. Karena itu, tamatan Pendidikan Luar Sekolah perlu diberi tentang strategi, metode dan tekhnik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya. b. Kecakapan, Membaca, Menulis, Menghitung Pendidikan Luas sekolah diharapkan memeliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa bahas asing, misalnya bahasa Inggris, Jerman, Arab, Prancis, Jepang, Mandaring atau yang lainnya. Kecakapan membaca, memahami den menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, koran, Jurnal dan dokumen lainnya. c. Kecakapan berkomunikasi lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia mengunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimeliki oleh tamatan Pendidikan Luar
Sekolah. Suatu studi menyimpulkan bahwa kelemahan berkomunikasi akan menghambat pengembangan perso d. Kecakapan berpikir Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka warga belajar perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan cara yang benar tentang kecakapan berpikir deduktif dan induktif ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, sistem, kreatif, eksplorasi, discorvery, inventory dan reasoning, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Selain itu warga belajar harus diberi bekal dasar tentang kecintaan terhadap kebenaran, keterbukaan terhadap kritik, saran dan berorientasi kedepaan. e. Kecakapan kalbu, iman (spiritual), rasa dan emosi Memeliki bangsa kecekapan kalbu yang baik merupakan aset kualitas batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu yang terdiri dari iman (spiritual), rasa dan emosi merupakan unsur-unsur jiwa selain akal. nal dan profesi seseorang. f. Kecakapan mengelolah kesehantan badan Warga belajar sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memeliki kesehatan badan yang prima, bebas skit dan memeliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makanan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan dan beristirahat yang cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelolah kesehatan badan yang harus diterapkan oleh warga belajar. g. Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan manusia adalah: (1). Adanya keinginan baru dan (2). Upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merususkan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Tujuan hidup yang realistis dan tujuan yang dirumuskan cukup realistis, jarang pula upaya-upaya yang ditempuh kurang sesuai. Kecakapan seperti ini perlu diajarkan kepada warga belajar agar yang bersangkutan mampu menjalankan kehidupan yang realistis. h. Kecakapan berkeluarga dan sosial Warga belajar hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam keluarga warga belajar tersebut berinteraksi dengan ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Warga belajar harus memahami, menghayati dan menerapkan nilai-nilai kasih sayang, kesopanan, toleransi, kedamaian, keadilan, respek, kecintaan, solidaritas dan tatakrama sebagai anak dan orang tuanya maupun sebagai saudara kepada saudara-saudara yang lain. 2. Kecakapan Instrumental a. Kecakapan memanfatkan teknologi dalam kehidupan Teknologi telah merambah kesegala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama bagi kehidupan. Bahkan keunggulan teknologi merupakan salah satu faktor daya saing yang ampuh. Salah satu faktor membuat nagara menjadi berkembang, tertinggal dan negara maju adalah ketertinggalan teknologi. b. Kecakapan mengelolah sumber daya Warga belajar perlu diberi bekal tentang, arti, tujuan dan cara-cara mengidentifikasi, mengorganisasi dan mengalokasikan sumber daya. Lebih spesifiknya, warga belajar perlu dilatih: (1). Mengelola sumber daya alam; (2). Mengelola waktu; (3). Mengelola uang dengan melatih mereka membuat rencana teknis dan anggaran penggunaannya dan membuat penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan; (4). Mengelola sumber daya ruang; (5). Mengelola sumberdaya sosial budaya; (6). Mengelola peralatan dan perlengkapan dan (7). Mengelola lingkungan. c. Kecakapan bekerja sama dengan orang lain Kehidupan baik perusahan, Bank, pendidikan maupun yang lain yang akan dimasuki oleh tamatan Pendidikan Luar Sekolah kelak pada umumnya bersifat kolektif. Tamatan
Pendidikan luar sekolah hanyalah merupakan dari bagian dari kehidupan tersebut. Mereka nantinya bisa bekerja sama secara harmonis dengan yang lain. Karena itu, sejak dini mereka perlu dibeka dan latihan-latihan yang dilakukan tentang cara-cara bekerja sama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggung jawab dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresepsi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, menejmen negosiasi, dan masih banyak lagi hl-hal yang perlu diajarkan. d. Kecakapan memenfaatkan informasi Saat ini dan lebih-lebih pada masa yang mendatang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Tertinggal informasi akan tertinggal pula dalam kehidupannya. Jadi, informasi sudah merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Untuk itu, wagra belajar perlu dibekali cara-cara mendapat dan memanfaatkan aneka ragam informasi yang ada. Mereka harus mendidik cara-cara mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi, menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi dan mengunakan komputer untuk mengelolah data agar menjadi informasi. e. Kecakapan mengunakan sistem dalam kehidupan Sistem adalah kumpulan proses berstruktur hirerarkis yang teikat pada tujuan. Warga belajar perlu memehami, menghayati dan menggunakan sistem dalam kehidupannya. Mereka perlu diberikan bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelolah dan menganalisis cara kehidupan sistem. Mereka harus mengetahui cara-cara kerja sistem kehidupan sehari-hari misalnya, Bank, perusahan, sekolah, pertanian, peternakan dan keluarga. Bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenali secara baik. f. Kecakapan berwirausaha Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada disekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Seringkali kehidupan kewirausahaan dikaitkan dengan income generating ativities (IGA). Memang kewirausahaan terkait dengan income generating ativities, tetapi kewirausahaan tidak sama dengan income generating ativities. Jika income generating ativities memeliki ciri-ciri mencari keuntungan ekonomi, kewirausahaan tidak selalu. Kewirausahaan memeliki ciri-ciri: (1). Bersikap dan berpikir mandiri; (2). Memeliki sikap berani menanggung resiko; (3). Tidak suka mencari kambing hitam; (4). Selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya; (5). Terbuka terhadap umpan balik; (6). Selalu ingin perubahan lebih baik; (7). Tidak pernah merasa puas dan terus-menerus membuat inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya dan (8). Memeliki tanggung jawab moral yang baik. g. Kecakapan kejujuran, termasuk olahraga dan seni (citra rasa) Tidak semua warga belajar menyukai keterampilan berpikir, sebagian dari mereka menyukai keterampilan-keterampilan kejujuran seperti, pertanian, peternakan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, olahraga dan kesenian (seni kriya, seni musik, seni tari, seni lukis, seni suara dan seni pertunjukan). Juga tidak semua warga tidak melanjutkan kependidikan lebih tinggi dan karenanya diberi bekal keterampilan kejujuaran agar mereka memeliki kemampuan untuk mencari nafkah. Lebih-lebih warga belajar yang berasal dari kalangan magrinal secara ekonomi sosial maka dipasikan bahwa mereka tidak akan melanjutkan kependidikan yan lebih tinggi dan mereka akan terjun dalam kehidupan. Untuk itu jelas mereka memerlukan keterampilan kejujuran yang secara praktis untuk digunakan mencari nafkah. h. Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir Setiap tamatan Pendidikan Luas Sekolah kelak berharap memeliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Selain itu, karir yang dimeliki diharapkan dapat memberikan perhagaan yang layak. Untuk sampai pada harapan tersebut, warga belajar perlu dengan potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan,
persyaratan untuk memesuki jenis karir tersebut disiapkan agar kelak setelah lulus dar pendidikan luar sekolah mampu memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya. Jangan sampai tamatan pendidikan luar sekolah tidak mengenal potensi dirinya sendiri dan jenis karir yang ada. i.Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan Warga belajar hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara dan lain-lain. Terhadap lingkungan fisik, warga belajar harus mampu menjaga kesehatan dirinya dan keharmonisan dalam alam sekitarnya. Lingkungan maya adalah susunan sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Terhadap lingkungan maya warga belajar harus mampu menjaga keharmonisan dengan masyarakat disekitarnya. j. Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari keanekaragaman bhinekaan dalam suku,agama, ras dan asal-usul tetapi harus menjadi satu (Bhineka Tunggal Ika). Untuk mencapai bhineka tunggal ika diperlukan upaya-upaya nyata, salah satunya melalui pendidikan luar sekolah. Warga belajar perlu diberi bekal kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga kesatuan bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negara, kepahlawan dan apsesiasi terhadap pahlawan, apresiasai terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadara sebagai warga negara adalah contoh-contoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo, menurut Arikunto (2006: 131) sampel adalah bagian populasi yang yang akan diteliti. Sedangkan Sugiyono (2008: 81) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah atau krakteristik yang dimiliki oleh pupulasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin semua yang ada dalam populasi, misalnya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga.
DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN Program kursus tata rias kecantikan rambut diselengarakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo dalam tiga tahapan, yakni tingkat dasar, tingkat terampil, tingkat mahir. Tahap dasar merupakan tahap pertama yang dilewati oleh warga belajar untuk belajar penataan rambut, dengan mengenal dan memahami karakteristik penataan rambut. Pada tahap trampil, warga belajar mulai melakukan penataan rambut dengan mengikuti polapola yang digemari. Pada tahap ini warga belajar telah mampu secara mandiri melakukan kegiatan penataan rambut, menata sesuai dengan selera pelanggan atau hasil kreasinya sendiri. STRUKTUR ORGANISASI SKB KOTA GOTONTALO Kepala SKB Kota Gorontalo Drs. Hartoyo A. Suma, M.Pd Koordinator Program Nelwan Ishak, S.Pd, M.Pd
Kepala Tata Usaha Ridwan Salam, S.Pd
Staf Tata Usaha Administrasi Keuangan Kepegawaian
Pokja Pendidikan Hasan Husaian, S.Pd
Pokja Humas Dra. Meike Bukusu
Pokja Luar Sekolah Dra. Nurjanah Tuki
Pokja Kesetaraan Saritno, S.Pd
Pembahasan Menurut Suryadi (2010:167) bahwa delapan faktor yang mempengaruhi kecakapan hidup terkait dengan pengembangan ketrampilan antara lain adalah factor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motifasi, kematangan, kesiapan dan cara belajar. Secara eseluruhan akan dijelaskan sebagai berikut : a.Intelegensi atau kecerdasan Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengenai atau mengunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif. Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidahnya studi seseorang. Kalau tingkat kecerdasan warga belajarnya normal maka secara potensial dapat prestasi yang tinggi. Namun dalam kenyataan kadang-kadang kita menjumpai warga belajar yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas normal tetapi prestasi belajarnya rendah sekali bahkan ada yang gagal sama sekali. b. Perhatian Perhatian menurut Gazali dalam Slameto, (2003: 57) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jika itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka warga belajar harus mempunyai perhatian terhadap bahan-bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajarannya tidak menjadi perhatian bagi warga belajar maka timbulah kebosanan sehingga tidak lagi suka belajar. Perhatian merupakan faktor internal yang sangat mempengaruhi warga belajar dalam kegiatan kursus tata rias kecantikan rambut. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan perhatian dapat dikatakan sebagai bentuk kepedulian warga belajar terhadap kursus tata rias kecantikan rambut. Ditemukan beberapa fakta bahwa ada sebagian warga belajar tidak benarbenar menyukai program kursus tata rias kecantikan rambut, mereka hanya ikut-ikutan saja sebagai bagian dari kegiatan pendidikan nonformal. Setelah dikatakan alasan mendasar diperoleh jawaban kontradiksi. Misalnya kurang perhatian dari sebagian warga belajar terpaksa mengikuti paket belajar di SKB Kota Gorontalo hanya untuk mendapat ijasah saja. Meskipun demikian, faktor ini juga berimplikasi positif bagi warga belajar lainnya. Kegiatan ini dipandang lebih baik dan produktif untuk diikuti, karena mengmungkinkan dapat dikembangkan dimasyarakat dalam mengingkatkan taraf kehidupan. c. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruh terhadap belajar, karena dalam bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat warga belajar, warga belajar tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Warga belajar tidak segan-segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat warga belajar lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan warga belajar. Minat juga sangat mempengaruhi perkembangan keterampilan tata rias rambut. Keinginan warga belajar untuk mengetahui tentang keterampilan penata rambut yang baik
dan hasilnya memuaskan. Seluruh warga belajar yang mengikuti kursus sebenarnya mengikuti program ini hanya alasan gratis. Hanya orang-orang tertentu saja yang benar-benar berminat mengikuti kursus tata rias kecantikan rambut yang diselenggarakan oleh SKB Kota Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya lulusan yang membuka usaha tata rias kecantikan rambut dimasyarakat sehingga motivasi dan cara belajar sangat rendah. Minat mengikuti kursus tata rias misalnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan atau minat menjadi seorang penata rambut profesional atau motivasi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, mungkin sudah sangat jarang ditemukan oleh warga belajar, sehingga dengan cara yang dilakukan terkesaan hanya terpaksa. d. Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, dan akan menjadi kecakapan yang nyata. Seseorang yang tidak berbakat akan suka untuk mempelajari sesuatu secara mendalam. Menurut Hilgard dalam Slameto, (2003: 58) bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuadah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari warga belajar sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dan lebih mendalam belajarnya. Mengetahui bakat yang yang dimeliki warga belajar. e. Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempunyai setiap uasaha kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang kuat, maka prestasi belajar juga tinggi. Motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi menyebabkan berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Motif yang sangat kuat perlu didalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan itu sangat perlu dalam belajar. Motivasi merpakan faktor penting dalam melaksanakan yang sangat penting bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Bagi seseorang tutor yang dituntut kerja secara profesional membutuhkan motivasi agar hasil memberikan sesuatu kepuasan bagi semua pihak. Hal ini sesuai dengan penekanan Triton (2010: 163) bahwa motivasi adalah bagian dari perkembangan diri, untuk motivasi tutor dapat dilakukan dengan menstimulus kebutuhan-kebutuhannya yang belum terpuaskan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan kesediaan mengerakan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi tertentu. Dan kesediaan mengerahkan usaha itu sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha mendapatkan ukuran intensitas kemampuan seseorang. Apabila seseorang termotivasi, yang bersangkutan akan berusaha keras melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Motivasi dibutuhkan seseorang warga belajar, bukan sekedar motivasi kerja, tetapi membutuhkan motivasi berprestasi, seorang tutor akan berjuang dengan segala upaya dan kemampuan, agar hasil pekerjaannya selesai dengan baik oleh warga belajar itu sendiri maupun orang lain. Kebutuhan yang dapat memotivasi gairah kerja seseorang warga belajar adalah kebutuhan atas prestasi, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Berangkat dari pandangan tersebut, masalah imbalan dipandang salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh manejemen atau pemimpin suatu lembaga pendidikan luas sekolah. Karena motivasi sebagai suatu faktor psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah keinginan untuk terus survei, keinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, keinginan untuk berkuasa, kondisi lingkungan kerja serta peraturan yang fleksibel. (Sutrisni, 2009: 126).
Berdasarkan faktor-faktor pengaruh tersebut, masih rendahnya upaya instruktur atau penyelenggara dalam beberapa aspek yang dikaji memalui penelitian disebabkan oleh salah satu dari faktor-faktor pengaruh tersebut. Keberadaan warga belajar disetiap instansi pendidikan formal sangat penting. Para warga belajar bertugas untuk melaksanakan pekerjaan kursus kecantikan. Motivasi menjadi alasan personal bagi setiap warga belajar bagi setiap tanggung jawab yang diberikan kepadanya, motivasi warga belajar SKB Kota Gorontalo secara sederhana misalnya, seorang warga belajar mau melaksanakan atau tidak melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Motivasi belajar SKB Kota Gorontalo sangat bervariasi, tergantung pada jenis pekerjaan dan kompetensi yang diperoleh atas hasil pekerjaan yang diselesaikan. Jenis pekerjaan yang menentukan tingkat motivasi seorang warga belajar. Suatu hal yang biasanya berlaku ialah adanya pemahaman bahwa tingginya pekerjaan sering menyurutkan frekuensi pekerjaan dengan adanya pendelegasian kepada warga belajar. Bagi warga belajar hal ini mau atau tidak mau harus dipenuhi sebagai kosekuensi taat dan komitmen dengan perintah instruktur. Pada pemimpin sendiri, justru menunjukan tingkat kemandirian yang semakin menurun seakan-akan tanggung jawab pekerjaan jauh lebih besar dibandingkan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang warga belajar. Selain itu, beberapa masalah terkait motivasi warga belajar di SKB Kota Gorontalo dapat dilihat pada keseriusan warga belajar mengikuti setiap kegiatan, atau keseriusan mengikuti kegiatan kursus, atau keseriusan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Pengaruh paling dampak dengan kurangnya motivasi belajar, dapat dilihat pada adanya warga belajar yang terlambat datang pada tempat kursus dan sebagainya. Motivasi terbagi atas dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri warga belajar yang dilihat dari minat, bakat, perhatian, keseriusan, atau kualitas pekerjaan yang ditekuni. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri warga belajar yang dapat dilihat dari sudut pandang karena keadaan dan keadaan situasi lingkungan tempat kerjanya. Berdasarkan faktor-faktor pengaruh motivasi rendah maka akan terjadi belajar rendah juga oleh sebab itu, para warga belajar bertugas untuk melaksanakan pekerjaan kursus kecantikan. Motivasi akan menjadi alasan personal bagi seorang warga belajar dalam melaksanakan setiap tanggung jawab yang diberikan kepadanya. f. Kematangan Kematangan adalah suatu tingkatan yang dalam pertumbuhan sesorang, dimana alatalat tumbuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan ini belum berarti warga belajar dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk diperlakukan pelatihan dalam pelajaran. Dengan kata lain warga belajar sudah siap belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar adalah akan lebih siap jika warga belajar sudah siap. Jadi warga belajar terikat masalah ini adalah keseriusan yang diperlihatkan dalam mengikuti kursus tata rias kecantikan rambut. Tata rias kecantikan rambut hanya diminati oleh kaum perempuan ataupun ada dikalangan laki-laki hanya ditemukan sedikit saja. Oleh karena itu warga belajar dikalangan perempuan kursus tata rias kecantika rambut ini dianggap sangat baik dan berpotensi sangat tinggi, cara belajar yang diperlihatkan pun berbeda dengan kaum laki-laki. Perempuan lebuh serius dalam mengerjakan tugas-tugas atau kegiatan merawat dan memperlakukan rambut. g. Kesiapan Kesiapan atau readinnes menurut Jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan ini timbul didalam diri sesorang atau juga berhubungan dengan kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan
dalam proses belajar. Karena jika warga belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. h. Cara Belajar Cara belajar seseorang mempunyai pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan tekhnik, faktor fisiologo, psikologi atau ilmu kesehatan akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan. Ada seseorang yang rajin belajar, siang dan malam tanpaistrahat yang cukup, cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istrahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh yang lainnya untuk memperoleh tenaga kembali. Selain itu tekhnik-tekhnik belajar perlu diperhatikan bagaimana cara membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan dan sebagainya. Selain itu perlu diperhatikan waktu belajarnya, tempat, fasilitas, penggunaan media dan penyesuaian bahan pelajaran. Karena semua itu dapat mempengaruhi minat belajar dari warga belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Kursus tata rias kecantikan selama ini hanya mengedepankan peralatan yang ada untuk melakukan peraktikum. Berdasarkan urayan di atas, menurut pendapat peneliti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pngembangan ketrampilan tata rias kecantikan rambut di SKB Kota Gorontalo meliputi delapan hal, yakni: (1) intelegensi, (2) perhatian, (3) minat (4) bakat, (5) kematagan, (6) kematangan, (7) kesiapan dan (8) cara belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan urayan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, faktor- faktor yang menghambat dalam pengembangan ketrampilan tata rias rambut SKB Kota Gorontalo adalah intelegensi atau kecerdasan adalah Intelegensi, Minat, Bakat, Motifasi, Kemampuan, Kesiapan dan Cara belajar. Dalam pengelolan tata rias rambut di SKB Kota Gorontalo secara umum berlangsung efektif baik dari aspek perencanan pembelajaran serta aspek nilai. Dalam hal pembelajaran lebih diutamakan peraktekum, sedangkan dari penelitian tutor melaksanakan efualuasi terhadap materi yang di belajarkan baik secara tertulis maupun secara peraktik, walupun dengan keterbatasan alat-alat yang ada mereka tetap berjalan dilandasi oleh motifasi yang kuat sehinga terjadinya pembelang efesien dan efektif. Maka di harapkan kepada penanggung jawab dengan pikiran yang jernih untuk terus mengembangkan lembaga tersebut dengan mengirim pengajar untuk dilatih didalam maupun diluar negeri, disertakan denagan warga belajar yang perstasi agar motifasi warga belajar yang lain. Saran Mengacu pada kesimpulan yang di uraikan diatas, maka ditemukan saran-saran sebagai berikut: 1.) Dari delapan faktor penghambat sersebut, di sarankan pengajar untuk berusaha terus untuk mengembangkan lembaga kurus degan banyak belajar mengikuti penelitianpenilitan yang mengarah kepada pengembangan lembaga tersebut, sedangkan untuk menanggung jawab lembaga kursus, agar mengirim pengajar untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan didalam maupun diluar negeri, untuk pengembagan lebih lembaga ini. 2.) Untuk waraga belajar berupaya dan rajin belajar untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan, setiap warga belajar harus memiliki jiwa yang ingin tahu tinggi agar bisa membawa lembaga ini pada lomba-lomba didaerah, nasiaonal, maupun tingkat internasional. Warga belajar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
kegiatan kursus dalam kecantikan rambut, sehinga ketika kembali dimasyarakat mampu memberi kualitas kerja secara maksimal. 3.) Kepada pemerintah daerah setempat, agar dapat bekerja sama dengan lembaga kursus untuk membuka ladang usaha baru kepada masyarakat setempat. 4.) Para penyelengara pendidikan nonformal mampu memaksimalkan potensi warga belajar dan potensi lembaga sehingga masyarakat dapat secara baik dan benar.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Broling. 1989. Mengatur Hidup Dengan Keterampilan yang Baik. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2009. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup(life Skill) Melalui Pendekatan Broad-Besed Education. Jakatra: Depertemen Pendidikan Nasional . Depkes RI. 2009. Sistem kesekatan Nasional. Jakatra: Depertemen Pendidikan Nasional. Depdikbud RI. 2009. Sistem Pendidikan Pada Kecakapan Hidup. Jakatra: Depertemen Pendidikan Nasional. Kusumadewi. 1999. Pengetahuan dan Seni Tata Rambut Moderen Untuk Tingkat Mahir. Jakatra: INSANI. Malik, Fadjar. 2001. Laporan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional Malik, Fadjar. 2002. Laporan Langkah-langkah Menuju Tercapainya Suasana Pendidikan. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional Polapa, Iskntandar. 2007. Kursus Kecantikan Tata Rambut Tingkat Terampil. Gorontalo: BKPB Propinsi Gorontalo. Slamet, PH .1997. Perlunya Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Utuh. Jogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan dan Teknologi. Slamet, PH .2002. Pendidikan Kecakapan Hidup Sekolah Menengah Pertama. Jogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan dan Teknologi. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabet Sugiono. 2013. Penelitian Kulaitatif dan kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabet Suryadi. 2010. Rahasia Sidik Jari. Jogyakarta: Flash Books Uhar, S. 2012. Metode Penelitian Kualitaif dan kuantitatif dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama