PERSETUJUAN PEMBIMBING Artikel
DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA MATEMATIKA PADA MATA KULIAH PROGRAM LINEAR Oleh
FEBRY RIZKI SUSANTI KALAKA (NIM. 411 410 020, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo) Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Dipublikasikan
1
DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA MATEMATIKA PADA MATA KULIAH PROGRAM LINEAR Febry Rizki Susanti Kalaka, Franky A. Oroh, Nursiya Bito 123 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Febry Rizki Susanti Kalaka. 2014. Deksripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Matematika Pada Mata Kuliah Program Linear. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa terutama dalam melakukan penyelesaian matematika. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa matematika dalam memodelkan dan menentukan solusi masalah-masalah program linear pada mata kuliah program linear. Indikator yang digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah ini terurai dalam empat indikator yaitu kemampuan memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian dan menyimpulkan atau menafsirkan kembali hasilnya. Subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan pendidikan matematika yang memprogramkan mata kuliah program linear tahun 2014. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa matematika pada mata kuliah program linear yang terwakili atas 6 subjek penelitian tergolong rendah. Tingkat pemahaman yang kurang sehingga membuat kemampuan pemecahan masalah mahasiswa matematika rendah. Kata Kunci
1
: Kemampuan Pemecahan Masalah, Program Linear, Mahasiswa Semester IV1
Febry Rizki Susanti Kalaka. 411410020. Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Matematika dan IPA. Drs. Franky A. Oroh, M.Si. Nursiya Bito, S.Pd, M.Pd
2
Menurut Soedjadi (Abdurrahman, 2003: 252) dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis. Salah satu tujuan belajar matematika bagi siswa/mahasiswa adalah agar ia mempunyai kemampuan atau ketrampilan dalam memecahkan masalah atau soal soal matematika, sebagai sarana baginya untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, dan kreatif. Masalah merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari diri manusia. Oleh karena itu, memecahkan masalah merupakan aktivitas sehari-hari bagi manusia dan tingkat kecakapan memecahkan masalah menunjukkan seberapa mampu manusia tersebut bertahan hidup. Dalam perkuliahan di Program Studi Pendidikan Matematika UNG, kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari diantaranya diperoleh pada mata kuliah Program Linear. Masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dikemas dalam bentuk Soal cerita. Soal cerita adalah soal matematika yang disajikan dengan kalimat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan. Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti yang berupa tes yang diberikan kepada mahasiswa, dalam jawaban tes ini nampak bahwa mahasiswa belum mampu untuk melakukan pemecahan masalah dengan tepat terutama dalam memahami masalah yang ada dalam soal cerita, mahasiswa sering mengalami kekeliruan dalam memahami soal cerita hal ini sejalan ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa terlihat bahwa masih ada mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita ke dalam bentuk model matematika serta penyelesaikan dari model matematika tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu dosen mata kuliah program linear bahwa dalam proses perkuliahan, masih ada mahasiswa yang mengalami masalah dalam mengubah soal cerita ke dalam model matematika.
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Menurut Polya (Rudtin, 2013: 18) Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Suherman dkk (Rezeki, 2013: 5) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian peserta didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Menurut Polya (Silva dkk, 2011: 6) untuk memecahkan suatu masalah ada empat langkah yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Memahami masalah, kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah: apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan). 2. Merencanakan pemecahannya, kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: memcoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur). 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana, kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: menjalankan prosedur yang telah diibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.
3
4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian, kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah: menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebihh efektif, apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya. Menurut Sumarno dkk (Ibrahim, 2010: 29) dalam matematika istilah pemecahan masalah mempunyai suatu pengertian khusus dengan interpretasi yang berbeda misalnya menyelesaikan soal-soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, membuktikan dan menciptakan konjektur. Sugondo (Na’fian, 2011: 571) menyatakan bahwa soal cerita matematika merupakan soal-soal matematika yang menggunakan bahasa verbal dan umumnya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita menurut Soedjadi (Na’fian, 2011: 572) adalah membaca soal cerita dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat; memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan pengerjaan hitung apa yang diperlukan dalam soal; membuat model matematika dari soal; menyelesaikan model menurut aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari soal tersebut; mengembalikan jawaban model ke jawaban soal asal. Tahapan-tahapan penyelesaian dari soal cerita yang diberikan di atas sesuai dengan proses pemecahan masalah yang diberikan oleh Polya Berdasarkan beberapa kajian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki seseorang dalam berprilaku atau berfikir di segala situasi agar dapat menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan, sebagai usaha nyata dalam rangka mencari jalan dari suatu persoalan yang dihadapi baik persoalan dalam kehidupan sehari-hari atau persoalan yang tidak biasa untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, dengan indikatorindikator pemecahan masalah yaitu: 1. Memahami masalah. 2. Membuat Rencana Penyelesaian 3. Pelaksanaan Rencana Penyelesaian. 4. Menyimpulkan atau Menafsirkan kembali hasilnya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2014 selama ± 3 bulan yaitu mulai dari penyusunan dan pengembangan instrumen, pengumpulan data, analisis data hingga penulisan laporan akhir. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui dan megkaji kemampuan pemecahan masalah mahasiswa matematika secara lebih dalam. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester IV program studi matematika tahun 2014 dengan jumlah kelas sebanyak empat kelas. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil dua kelas sebagai altenratif untuk pemberian tes dengan jumlah 73 mahasiswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penarikan sampel karena tujuan tertentu (Arikunto, 2010: 183). Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selain bertindak sebagai pengumpul data peneliti juga berperan sebagai instrument atau alat penelitian yang
4
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya sebagai pengamat partisipan sehingga diketahui oleh subjek penelitian. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat partisipan sehingga diketahui oleh subjek penelitian sebagai informan. Prosedur Pengumpulan Data Tahapan-tahapan prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi Observasi yang megawali keseluruhn proses dalam penelitian ini. Dengan obeservasi langsung peneliti dapat mengetahui informasi tentang obyek yang diteleliti yang berhubungan dengan karakteristik subjek penelitian yaitu mengenai gambaran kemampua pemecahan masalah mahasiswa matematika semester IV. 2. Pemberian tes dan penentuan subjek penelitian Pemberian tes dalam penelitian ini dilakukan dijurusan pendidikan matematika khususnya mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah program linear semester IV pada hari senin tanggal 23 juni 2014. Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu enam orang yang merupakan perwakilan dari ketiga kelompk, yakni dua orang untuk kelompok atas, dua orang untuk kelompok sedang dan dua orang untuk kelompok bawah. 3. Wawancara Wawancara digunakan untuk melengkapi informasi data yang diperoleh dari hasil pemberian tes, wawacara ini dilakukan guna mengetahui informasi yang lebih mengenai alasan-alasan mahasiswa dalam menjawab tes yang diberikan. Teknik analisis data Data yang diperoleh melalui pengumpulan data selama dilapangan dianalisi melalui teknik berikut sesuai dengan I Miles and Huberman (Sugiyono, 2010) 1. Reduksi data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaa, pengabstrakan, tranformasi data kasar dari lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan data sehingga data tersebut dapat diverifikasi. Dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu memeriksa tes hasil jawaban yang diberikan mahasiswa, melakukan perengkian terhadap hasil yang diperoleh kedalam tiga kelompok, menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai, menyeleksi data yang diperoleh dari tiap subjek penelitian saat wawancara yakni data yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Penyajian data Data dalam penelitian diperoleh melalui hasil reduksi mengenai kemampuan pemecahan masalah mahasiswa sesuai dengan indikator yang ada dalam penelitian yang disajikan atau disusun dalam tabel, narasi yang berupa uraian singkat sehingga memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Setelah tahapan penyajian selanjutnya diambil satu kesimpulan berdasarkan uraian dari penyajian data berupa informasi kemampuan pemecahan masalah mahasiswa sesuai dengan tujuan peneltian yang dilakukan. PEMBAHASAN 1. Deskripsi pelaksanaan penelitian Sesuai dengan yang telah diuraikan pada Bab III tentang penentuan subjek penelitian, maka dengan meilhat adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga serta kemampuan peneliti sehingga untuk keperluan analisis data dibatasi subjek penelitian
5
yang berjumlah 6 orang mahasiswa yang mewakili untuk tiap kelompok yakni 2 oarng mahasiswa yang berasal dari kelompok tinggi, 2 orang dari kelompok sedang dan 2 orang siswa dari kelompok rendah. Subjek penelitian yang dipilih dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1. Subjek Penelitian NO 1 2 3 4 5 6
NAMA Hilda Manjaliku Ramdhan Y Hasim Indriani Maadi Hasan Pasue Silviyana Kadir Nurmila S Machmud
SKOR 87.5 85.4 41 41 8.9 8.4
KODE SP-1 SP-2 SP-3 SP-4 SP-5 SP-6
2. Deksripsi hasil penelitian Untuk memperoleh kejelasan hubungan antara setiap permasalahan dalam setiap penelitian, maka penyajian data hasil lembar kerja mahasiswa untuk tiap butir soal diurutkan berdasarkan indikator pemecahan masalah. Berdasarkan hasil tes yang telah diberikan diperoleh persentase penguasaan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa untuk tiap nomor soal adalah sebagai berikut: Tabel 4.2. Presentase Hasil Tes Mahasiswa No. Soal
Indikator Pemecahan Masalah
Skor Tiap Item
Jumlah Reponden
1
K1 K2 K3 K4
4 4 4 4
73 73 73 73
Perolehan Persentase (%) 27.397 77.054 42.808 22.945
2
K1 K2 K3 K4
4 4 4 4
73 73 73 73
47.945 75.685 62.671 32.876
3
K1 K2 K3 K4
4 4 4 4
73 73 73 73
35.959 55.137 33.562 6.507
Keterangan: K1 = Kemampuan memahami Masalah K2 = Kemampuan membuat rencana penyelesaian K3 = Kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian K4 = Kemampuan menyimpulkan atau memeriksa kembali Berdasarkan hasil persentase terlihat bahwa seluruh siswa belum mampu untuk menjawab soal dengan benar, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal pada mata kuliah program linear masih tergolong rendah karena hampir semua indikator memiliki persentase dibawah 50%, hal ini membuktikan bahwa masih banyak mahasiswa yang menjawab soal-soal dengan keliru. 3. Pembahasan Dalam uraian pada Bab I, mengenai tujuan yang ada dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam memodelkan dan menentukan solusi masalah-masalah program linear pada mata kuliah program linear pada materi model matematika dari masalah program linear, penyelesaian menggunakan
6
metode grafik dan garis selidik serta penggunaan metode simpleks tabel yang dirinci dalam empat indikator berikut, yaitu: 1. Memahami masalah 2. Membuat Rencana Penyelesaian 3. Pelaksanaan Rencana Penyelesaian 4. Menyimpulkan atau Menafsirkan kembali hasilnya Untuk membahas mengenai kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada mata kuliah program linear pada materi model matematika dari masalah program linear, penggunaan metode grafik dan garis selidik serta penggunaan meode simpleks tabel, maka telah dipilih enam orang mahasiswa sebagai subjek penelitian yang telah dideksripsikan hasilnya pada bagian 4.1 sebelumnya dan ditemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh setiap subjek berbeda-beda baik dalam setiap indikator yang ada dalam pemecahan masalah. Untuk subjek yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah tinggi (SP-1 dan SP-2) a. Memahami masalah Dari deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan memahami masalah untuk SP-1 dan SP-2 bisa dikategorikan pada level tinggi yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Hal ini dikarenakan subjek mampu memahami masalah dengan merincikan alternative yang diketahui dan ditanyakan dengan benar. b. Membuat rencana penyelesaian Dari deskripsi hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan membuat rencana penyelesaian untuk SP-1 dan SP-2 bisa dikategorikan pada level tinggi yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Hal ini dikarenakan subjek mampu untuk memahami masalah dalam soal sehingga dia mampu untuk memikirkan bagaimana cara menyelesaikan permasalah yang ada dalam soal tersebut. Dari sini teridentifikasi bahwa subjek tersebut mulai merencanakan langkah-langkah apa yang harus digunakan dalam soal seperti dengan membuat model matematika dari masalah yang ada dalam soal tersebut. c. Melaksanakan rencana penyelesaian Dari deskripsi hasil tes wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian masalah untuk SP-1 dan SP 2 bisa dikategorikan pada level tinggi. Untuk SP-1 nampak pada jawaban soal nomor 2 dan 3 hal ini diterlihat dari subjek mampu untuk menyelesaikan soal sesuai dengan langkah-langkah berdasarkan penyelesaian metode grafik dan metode simpleks tabel. Namun untuk soal nomor 1 subjek belum sepenuhnya mampu untuk menyelesaikan soal dengan baik dan benar. Hal ini terlihat melalui kekeliruan subjek dalam menggunakan metode dan juga terlihat dari hasil wawancara bahwa subjek masih mengalami kesulitan dalam menggunakan metode yang diperintahkan, ini disebabkan subjek tidak mempelajari materi tersebut tapi subjek memahami sebagian langkah-langkah yang harus digunakan dalam menyelesaiakan soal tersebut. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa subjek mampu untuk melaksanakan rencana penyelesaian namun masih terdapat beberapa kekeliruan dalam menggunakan metode penyelesaiannya. Sedangkan untuk SP-2 subjek mampu untuk melaksanakan rencana penyelesaiannya, hal ini nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. d. Menyimpulkan atau menafsirkan kembali hasilnya Dari deskripsi hasil tes wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan menyimpulkam atau menafsirkan kembali hasil jawabannya untuk SP-1 dan SP 2 bisa dikategorikan pada level sedang, hal ini terlihat dari subjek yang hanya mampu menyimpulkan hasis akhir dari jawaban secara sistematis dan tidak menafsirkan kembali
7
sesuai dengan konteks yang ada dalam soal, ini tidak sejalan dengan teori yang ada dalam bab II bahwa dikatakan mampu untuk menyimpulkan atau menafsirkan kembali hasilnya jika subjek mampu untuk menyimpulkan atau menafsirkan hasil jawabannya berdasarkan konteks yang ada dalam soal atau pertanyaan yang ada dalam soal. Untuk subjek yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah sedang (SP-3 dan SP-4) a. Memahami masalah Dari deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan memahami masalah untuk SP-3 dan SP-4 bisa dikategorikan pada level sedang yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Hal ini disebabkan karena subjek tidak benar-benar bisa memahami masalah dalam soal, selain terlihat dari subjek yang tidak menuliskan atau merincikan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal juga terlihat pada saat peneliti melakukan wawancara, berdasarkan tes dan wawancara maka teridentifikasi bahwa mahasiswa tersebut belum benar-benar memahami masalah dalam soal tersebut karena belum bisa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan tepat. b. Membuat rencana penyelesaian Dari deskripsi hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan membuat rencana penyelesaian untuk SP-3 dan SP-4 bisa dikategorikan pada level tinggi yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Meskipun subjek belum bisa memahami masalah dengan benar dan tepat namun masih bisa membuat rencana pemecahan masalah dengan benar dan tepat. Hal ini terideentifikasi bahwa subjek masih bisa untuk memikirkan cara bagaimana caranya menyelesaikan soal tersebut. c. Melaksanakan rencana penyelesaian Dari deskripsi hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian untuk SP-3 dan SP-4 bisa dikategorikan pada level sedang yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Dalam hal ini subjek mampu untuk melaksanakan rencana penyelesaian, namun dalam tahapnya subjek masih sering mengalami kekeliruan dan sering tidak mengerjakannya sampai selesai. Hal ini teridentifikasi bahwa subjek masih bisa untuk melaksanakan rencana penyelesaian dari soal. d. Menyimpulkan atau menafsirkan kembali hasilnnya Dari deskripsi hasil tes wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan menyimpulkam atau menafsirkan kembali hasil jawabannya untuk SP-3 dan SP 4 bisa dikategorikan pada level sedang, hal ini terlihat dari subjek yang hanya mampu menyimpulkan hasis akhir dari jawaban secara sistematis dan tidak menafsirkan kembali sesuai dengan konteks yang ada dalam soal. Untuk subjek yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah (SP-5 dan SP-6) a. Memahami masalah Dari deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan memahami masalah untuk SP-5 dan SP-6 bisa dikategorikan pada level rendah yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Hal ini disebabkan karena subjek tidak mampu memahami masalah dalam soal, selain terlihat dari subjek yang tidak menuliskan atau merincikan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal juga terlihat pada saat peneliti melakukan wawancara, berdasarkan tes dan wawancara maka teridentifikasi bahwa mahasiswa tersebut tidak mampu memahami masalah yang adadalam soal tersebut. b. Membuat rencana penyelesaian
8
Dari deskripsi hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan membuat rencana penyelesaian untuk SP-5 dan SP-6 bisa dikategorikan pada level rendah yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Subjek belum mampu untuk membuat rencana pemecahan masalah dari soal, hal ini terditentifkasi bahwa subjek tidak mampu untuk memikirkan cara bagaimana caranya menyelesaikan soal tersebut. c. Melaksanakan rencana penyelesaian Dari deskripsi hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan melaksanakan rencana penyelesaian untuk SP-5 dan SP-6 bisa dikategorikan pada level rendah yang nampak pada soal nomor 1, 2 dan 3. Dalam hal ini subjek tidak mampu untuk melaksanakan rencana penyelesaian, dalam tahapnya subjek tidak mampu untuk mengerjakan soal. d. Menyimpulkan atau menafsirkan kembali hasilnya Dari deskripsi hasil tes wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan menyimpulkam atau menafsirkan kembali hasil jawabannya untuk SP-5 dan SP-6 bisa dikategorikan pada level rendah, tidak hanya dari segi tes subjek tidak mengerjakan soal, hal ini terlihat juga saat wawancara yang mana bahwa subjek belum mampu untuk membuat kesimpulan atau menafsirkan kembali hasil dari jawabannnya. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kemampuan menyimpulkan atau menafsirkan kembali hasilnya masih sangat rendah. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan pada Bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam memecahkan masalah yang ada dalam program linear masih rendah. Terlihat dari hasil penelitian dan pembahasan kemampuan pemecahan masalah mashasiswa untuk setiap indikator yang ada dalam setiap soal berbeda. Hal ini ditemukan peneliti pada setiap indikator yang ada pada 3 buah soal yang telah diberikan. Level dari kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh subjek penelitian pada mata kuliah program linear materi model matematika dari masalah program linear, penggunaan metode grafik dan garis selidik serta penggunaan metode simpleks tabel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1. Level Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Penelitian
ANALISIS HASIL PENELITIAN SP-1 SP-2 SP-3 SP-4
SP-5
SP-6
R T R R
R T R R
R T
R T
R T
T
S
R
R
R
R
R R
T
T
R
R
T
T
T
T
S
T
S
S
R
R
R
R
R
R
No Soal 1
Indikator K1 K2 K3 K4
T T R R
T T T S
S T S S
2
K1 K2
T T
T T
T T
K3
T
T
K4
R
R
K1
T
K2
T
K3 K4
3
Keterangan: K1 = kemampuan memahami masalah K2 = kemampuan membuat rencana penyelesaian K3 = kemampuan melaksanakn
Level Yang Dimiliki S T S S
R T R R
9
rencana penyelesaian = kemampuan menyimpulkan atau menafsirkan kembali = tinggi = sedang = rendah Dari tabel 5.1. menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh mahasiswa bisa dikategorikan rendah karena sebagian besar subjek belum bisa menjawab soal-soal yang diberikan dengan menggunakan pemecahan masalah yang baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Management Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Fatmah J. 2010. Pengaruh Teknik SQ4R dan Tipe Kepribadian Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik. Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Gorontalo. Na’fian, Ilman. 2011. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Prosiding. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 – 3 Rezeki, Sri. 2013. Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Mateatis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Universitas Pendidikan Indonesia. Online tersedia di: http://repository.upi.edu/2073/4/T_MTK_1102649_Chapter1.pdf [diakses tanggal 17 maret 2014] Rudtin, Nur A. 2013. Penerapan Langkah Polya Dalam Model Problem Based Instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Persegi Panjang. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 01 Nomor 01 september 2013 Silva, dkk. 2011. Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Pada Konten Uncertainty Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Online tersedia di: http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/download/335/101 [diakses tanggal 17 maret 2014] Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. K4 T S R