PERSETUJUAN PEMBIMBING
Jurnal yang berjudul " Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango "
Oleh FAHYUNI DEU NIM :841 411 088 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Pembimbing II
Pembimbing I
Rmi F. Zees, S.Kep, Ns, M.Kep NIP : 19811014 200501 2 002
dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes NIP : 19710307 200012 2 001
Mengetahui Ketua
Studi Ilmu Keperawatan
ang R.Paramata, M.Kes NIP. 19771028200812 2 003
LEMBAR PENGESAHAN Jurnal yang berjudul ―Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemanipuan lnteraksi Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango‖ Oleh FAHYUNI DEU NIM. 841 411 088 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Hari/ Tanggal : Selasa, 07 Juli 2015 Waktu
: 14.00 — 15.00 WITA Penguji:
1. Rini F. Zees, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIP. 19811014 200512 2 002 2. dr. Sri A. lbrahim, M.Kes NIP. 19710307 200012 2 001 3. dr. Edwina Rugaiah Monayo M. Biomed NIP. 19830906 200812 2 004 4. Ns. Rhein Djunaid, S.Kep, M.Kes NIP. 19750112 199403 1 003 Gorontalo,
Juli 2015
Dekan Fakultas I1m u-I1mu Kesehatan dan Keolahragaan
Boekoesoe M.Kes 590110 198603 2 003
ABSTRAK Fahyuni Deu, 2015. Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Program Studi Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini F. Zees, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes. Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah penurunan fungsi kognitif. Menurunnya fungsi kognitif dan kemampuan fisik lansia akan mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar yang menyebabkan interaksi sosial menurun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 200 responden, sampel penelitian berjumlah 30 responden menggunakan tehnik purposive sampling, teknik analisa data menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai (p value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05). Disarankan pihak puskesmas lebih memperhatikan pelayanan lansia dan memberikan penyuluhan terhadap keluarga agar dapat memberikan dukungan pada lansia. Kata Kunci: Fungsi Kognitif, Interaksi Sosial, Lansia. Daftar Pustaka : 31 referensi (1997 – 2014)
ABSTRACT Fahyuni Deu, 2015. The Correlation of Cognitive Function with Social Interaction Skill in Elderly Age in the Region of Community Health Center Kabila Bone Bolango. Skripsi, Department of Nursing, Faculty of Health Sciences and Sport, State Univeisity of Gorontalo. Principal Supew isor was Rini F. Zees, S.Kep, Ns., M.Kep and Co-Supervisor was dr. Sri A. Ibrahim, M.kes.
One of the major health problems in the elderly is cognitive function reduction. Cognitive function and physical abilities of elderly will affect slowly about withdrawing from the relationship with the surrounding community that led to the decrease of social interaction. This study aimed at knowing the correlation of cognitive function with social interaction skill in elderly age in community health center Kabila Bone Bolango. Research design was analytical survey with cross sectional approach. The population were 200 respondents, and sample were 30 respondents by using purposive sampling technique, technique analysis data used chi square test.
As conclusion that there is a sigrflficance correlation between cognitive function and social interaction in elderly age of community health center Kabila Bone Bolango with (p value —— 0,000 less than o addressed to the community health center is to pay more attention to the elderly and provide counseling service to the family in order to provide support to the elderly.
HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Fahyuni Deu, Rini F. Zees, S.Kep., Ns., M.Kep, dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
[email protected] ABSTRAK Fahyuni Deu, 2015. Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Program Studi Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini F. Zees, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes. Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah penurunan fungsi kognitif. Menurunnya fungsi kognitif dan kemampuan fisik lansia akan mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar yang menyebabkan interaksi sosial menurun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 200 responden, sampel penelitian berjumlah 30 responden menggunakan tehnik purposive sampling, teknik analisa data menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dengan nilai (p value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05). Disarankan pihak puskesmas lebih memperhatikan pelayanan lansia dan memberikan penyuluhan terhadap keluarga agar dapat memberikan dukungan pada lansia. Kata Kunci: Fungsi Kognitif, Interaksi Sosial, Lansia. Daftar Pustaka : 31 referensi (1997 – 2014)
PENDAHULUAN Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah kemunduran fungsi kognitif. Fungsi Kognitif adalah kemampuan mengenal atau mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas inteligensi seseorang. Termasuk fungsi kognisi ialah: memori/daya ingat, konsentrasi/ perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf inteligensi (Wreksoatmodjo 2014).1 Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Novita Sari, 2012).2 Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Ahmadi, 2009).3 Berdasarkan penelitian Marlina Dwi Rosita pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di Kelurahan Mandan wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Semakin tinggi fungsi kognitif pada lansia maka semakin tinggi kemampuan interaksi sosial pada lansia di Kelurahan Mandan wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, jumlah lansia yang berada di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 11.165 jiwa pada tahun 2014. Jumlah lansia yang tertinggi di Puskesmas Kabila sebanyak 1.644, tetapi yang dilayani hanya sebanyak 809 jiwa. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara peneliti kepada 6 lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila menunjukkan 4 diantaranya mengalami interaksi sosial yang kurang baik. Lansia tersebut ada yang melakukan percakapan tanpa mau bertatap muka, lansia yang apabila diberikan pertanyaan tidak mau memberikan jawaban atau tanggapan, dan ada juga lansia yang memilih untuk diam. Dan setelah dilakukan pengkajian fungsi kognitif dengan menggunakan MMSE, di tunjukkan bahwa adanya lansia yang lupa dengan tanggal lahir, serta lansia yang sudah tidak bisa mengingat tanggal, bulan dan tahun sekarang. Dari uraian singkat di atas, diduga bahwa kemampuan interaksi sosial lansia dipengaruhi oleh fungsi kognitif. Dugaan tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 18-22 Mei 2015. Menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini variabel independen (bebas) adalah fungsi kognitif. Dan variabel dependen (terikat) adalah interaksi sosial. 1
Wreksoatmodjo, B. R. (2014). Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta. 41 (3) : 171-172.
2
Novita Sari, R. (2012). Hubungan Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lansia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
3
Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien lansia umur ≥ 60 tahun yang datang berkunjung/berobat di Puskesmas Kabila dan tercatat di buku register di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila pada bulan Januari sampai dengan April 2015 sebanyak 200 jiwa. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purpossive sampling maka diperoleh sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Karakteristik responden berdasarkan umur No Umur (Tahun) 1. Elderly (60-74) 2. Old (75-90) Total Sumber : Data Primer 2015
Jumlah 22 8 30
% 73,3 26,7 100
Hasil Penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang berumur 60-74 (elderly) 22 orang (73,3%) dan responden yang berumur 75-90 (old) 8 orang (26,7%). 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin 1. Perempuan 2. Laki-laki Total Sumber : Data Primer 2015
Jumlah 21 9 30
% 70 30 100
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, berjenis kelamin perempuan 21 orang (70%) dan berjenis kelamin laki-laki 9 orang (30%). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami penurunan fungsi kognitif sebagian besar berjenis kelamin perempuan. 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan No Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SMA Total Sumber : Data Primer 2015
Jumlah 15 9 6 30
% 50 30 20 100
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang berpendidikan SD 15 orang (50%), SMP 9 orang (30%), dan SMA 6 orang (20%). HASIL PENELITIAN 1. Fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila No Fungsi Kognitif 1. Normal 2. Gangguan Kognitif Total Sumber : Data Primer 2015
Jumlah 13 17 30
% 43,3 56,7 100
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang mengalami fungsi kognitif normal 13 orang (43,3%) dan yang mengalami gangguan kognitif 17 orang (56,7). 2. Interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila No Interaksi Sosial 1. Baik 2. Kurang Total Sumber : Data Primer 2015
Jumlah 15 15 30
% 50 50 100
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang mengalami interaksi sosial baik 15 orang (50%) dan yang mengalami interaksi sosial kurang 15 orang (50%).
3. Hubungan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Interaksi Sosial Fungsi Kognitif Normal Gangguan Kognitif
Jumlah
Baik n 13 2 15
Jumlah
Kurang % 86,7 13,3 100
n 0 15 15
% 0 100 100
n 13 17 30
% 43,3 56,7 100
P Value
0,000
Sumber : Data Primer 2015
Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 30 responden, yang mempunyai fungsi kognitif normal berjumlah 13 responden (43,3%), dengan kemampuan interaksi sosial baik berjumlah 13 reponden (86,7%) dan kemampuan interaksi sosial kurang berjumlah 0 reponden (0%). Sedangkan yang mempunyai gangguan kognitif berjumlah 17 responden (56,7%), dengan kemampuan interaksi sosial baik berjumlah 2 reponden (13,3%) dan kemampuan interaksi sosial kurang berjumlah 15 reponden (100%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi square diperoleh p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari (α = 0,05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia. PEMBAHASAN 1. Fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami fungsi kognitif normal sejumlah 13 orang (43,3%) dan yang mengalami gangguan fungsi kognitif sejumlah 17 orang (56,7%). Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa muda, tetapi tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli berpendapat bahwa, kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan (Desmita, 2010).4 Penelitian yang dilakukan oleh (Yuniati dkk, 2004),5 menjelaskan bahwa faktorfaktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif gangguan kognitif pada lansia antara lain adalah faktor umur, kesulitan merawat diri, perasaan sedih, rendah diri dan tertekan, kesulitan melaksanakan fungsi sosial, pendidikan, status perkawinan dan faktor konsumsi buah dan sayur. Berdasarkan hal di atas peneliti berasumsi bahwa tinggi rendahnya nilai fungsi kognitif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif, antara lain umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Faktor umur sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia, karena lansia cenderung sulit untuk mengingat hal-hal yang baru atau hal-hal yang lama karena lansia tidak termotivasi untuk mengingat sesuatu. Hal ini di buktikan dengan 22 orang (73,3%) lansia berumur 60-74 tahun (elderly) dan 8 orang (26,7%) lansia berumur 75-90 tahun (old). Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia. Perempuan cenderung mempunyai resiko lebih besar terjadinya gangguan kognitif dibandingkan laki-
4
5
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yuniati, F. & Riza, M. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi pada Usia Lanjut di Indonesia Tahun 2004. Jurnal. Pembangunan Manusia
laki, hal ini disebabkan karena adanya penurunan hormon estrogen pada perempuan monopouse, sehingga meningkatkan resiko penyakit neuro degeneratif, karena hormon ini diketahui memegang peranan penting dalam memelihara fungsi otak. Hal ini dibuktikan dengan 21 orang (70%) lansia berjenis kelamin perempuan dan 9 orang (30%) lansia berjenis kelamin laki-laki. Demikian dengan pendidikan sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia, karena tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai resiko lebih rendah terjadinya penurunan fungsi kognitif karena dengan proses pendidikan yang berjalan terus menerus seseorang akan cenderung mempunyai kemampuan dalam uji fungsi kognitif. Dibuktikan dengan 15 orang (50%) lansia berpendidikan SD, 9 orang (30%) lansia berpendidikan SMP, dan 6 orang (20%) berpendidikan SMA. 2. Interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami interaksi sosial yang baik sejumlah 15 orang (50%) dan yang mengalami interaksi sosial yang kurang sejumlah 15 orang (50%). Pada masa tua, individu mulai menarik diri dari masyarakat, sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas-aktivitas yang berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium ini (Tamher dkk, 2009). 6 Penelitian yang dilakukan oleh (Nyumirah, 2012),7 menjelaskan bahwa lansia yang sebelum dilakukan terapi perilaku kognitif mengalami penurunan kemampuan interaksi sosial yang menyebabkan pikiran, perasaan dan perilaku negatif sehingga lansia malas melakukan interaksi dengan orang lain, malas melakukan aktivitas, merasa tidak berguna, sehingga menyebabkan lansia suka menyendiri, diam dan jarang berkomunikasi dengan orang lain. Peneliti berasumsi bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga atau orang terdekat dari responden, interaksi sosial lansia yang kurang tersebut dipengaruhi oleh sikap lansia yang tinggal di wilayah kerja puskesmas kabila yang hampir sebagian besar mempunyai sikap tertutup, jarang berkomunikasi dengan orang lain yang menyebabkan lansia kurang bergaul dengan teman-teman atau tetangga. Hal ini dipengaruhi oleh sikap lansia yang sudah tidak melibatkan diri dari kegiatan sosial, karena mereka menganggap sudah tidak cocok dengan kebutuhan mereka. 3. Hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas kabila Hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial menunjukkan bahwa responden yang mengalami fungsi kognitif normal dengan kemampuan interaksi sosial baik sebanyak 13 responden (86,7%) dan responden yang mengalami gangguan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial kurang yaitu sejumlah 15 responden (100%). Seseorang yang berpartisipasi secara aktif dalam berinteraksi sosial dengan baik kontak mata dan mempunyai keterikatan emosional dengan teman dekat atau ikut serta dalam memberikan respon terhadap suatu situasi yang santai akan mempunyai fungsi kognitif yang baik. Sedangkan seseorang yang tidak mau berinteraksi dengan baik dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan sosial akan menimbulkan reaksi stress dimulai
6
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
7
Nyumirah, S. (2012). Pengaruh Terapi Prilaku Kognitif Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Klien Isolasi Sosial di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tesis. Universitas Indonesia.
dengan meningkatkannya produksi glukocorticoid dan ini berpengaruh terhadap hipotalamus dan secara perlahan akan mempengaruhi fungsi kognitifnya (Hesti, dkk, 2008).8 Penelitian yang dilakukan oleh (Rosita, 2012),9 menjelaskan bahwa fungsi kognitif berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan interaksi sosial pada lansia yang tinggal di kelurahan Mandan wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai fungsi kognitif pada lansia menjadi acuan dalam meningkatnya kemampuan interaksi sosial pada lansia atau sebaliknya. Pada penelitian ini responden yang mengalami gangguan fungsi kognitif tetapi mempunyai kemampuan interaksi sosial yang baik sebanyak 2 responden (13,3%), hal ini disebabkan karena responden merasa dirinya masih kurang pengetahuan sehingga responden berusaha untuk mencari tambahan pengetahuan dengan cara berinteraksi sosial, baik yang dengan orang yang sudah dikenal atau belum dikenal sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi kognitif berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan interaksi sosial pada lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila. Hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai fungsi kognitif pada lansia menjadi acuan dalam meningkatnya kemampuan interaksi sosial pada lansia atau sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji statistik chi square diperoleh p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia. SIMPULAN 1. Fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila yang mengalami fungsi kognitif normal sebanyak 13 orang (43,3%) dan yang mengalami gangguan fungsi kognitif sebanyak 17 orang (56,7 %). 2. Kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila yang mempunyai interaksi sosial dalam kategori baik sebanyak 15 orang (50%) dan yang mempunyai interaksi sosial dalam kategori kurang sebanyak 15 orang (50%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila dimana diperoleh p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05. SARAN 1. Bagi Manajemen Puskesmas Lebih memperhatikan pelayanan lansia dan memberikan penyuluhan terhadap keluarga agar dapat memberikan dukungan pada lansia. 2. Bagi Profesi Keperawatan Perawat bisa memahami pengkajian kemampuan kognitif pada lansia dan lebih
8
Hesti, dkk. (2008). Pengaruh Gangguan Kognitif Terhadap Gangguan Keseimbangan Pada Lanjut Usia. Artikel Penelitian. 3 (25): 26-31
9
Rosita, M. D. (2012). Hubungan Antara Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
memperhatikan kondisi lansia khususnya dalam hal mengingat. Dengan cara melakukan senam otak terhadap lansia. 3. Bagi Responden Diharapkan bagi responden untuk tetap mau melatih ingatannya dengan cara melakukan senam otak agar kemampuan fungsi kognitifnya dapat meningkat. 4. Bagi Peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian yang berusia kurang dari 60 tahun pada fungsi kognitif sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dengan fungsi kognitif pada lansia yang berusia 60 tahun atau lebih. Daftar Pustaka Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Artinawati, S. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Bogor: IN MEDIA. Boedhi, D. (2010). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FKUI. Dayamaes, R. (2013). Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut Di Posbindu Rosella Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Departemen Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin. Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Gallo J. J, dkk. (1998). Gerontologi. Jakarta: EGC. Hesti, dkk. (2008). Pengaruh Gangguan Kognitif Terhadap Gangguan Keseimbangan Pada Lanjut Usia. Artikel Penelitian. 3 (25): 26-31 Indriana, Yeniar. (2012). Gerontologi & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Lueckenotte, A.G. (1997). Pengkajian Gerontik. Jakarta: EGC. Maryam, R. S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik Merawat Lansia dengan Cinta dan Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muslim, A. (2013). Interaksi Sosial dalam Masyarakat Multietnis. 1 (30) : 486 Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novita Sari, R. (2012). Hubungan Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada Lansia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Nurjanah, F. (2012). Gambaran Status Kognitif Lanjut Usia Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Puskesmas Masaran II. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Nyumirah, S. (2012). Pengaruh Terapi Prilaku Kognitif Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Klien Isolasi Sosial di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tesis. Universitas Indonesia. Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Rantepadang, A. (2012). Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Lansot Kecamatan Tomohon Selatan. 1 (1) : 62-63. Rohana, S. (2011). Senam Vitalisasi Otak lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif Kelompok Lansia daripada Senam Lansia di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten. 11 (1) : 16-17 Rosita, M. D. (2012). Hubungan Antara Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sanjaya, A. (2012). Hubungan Interaksi Sosial Lansia dengan Kesepian Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (edisi 2). Yogyakarta: Graha Ilmu Setiawan, R. A. (2014). Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta. Skripsi. Stikes Kusuma Husada. Sinthania, D. (2012). Studi Fenomenologi : Pengalaman Interaksi Sosial Lansia dengan sesama Lansia dan Pengasuh di Panti Sosial Tresna Werdha ‘’ Sabai Nan Aluih ‘’ Sicincin Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012. Skripsi. Universitas Andalas Stanley, M. & Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (edisi 2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sudjanah. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wreksoatmodjo, B. R. (2014). Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta. 41 (3) : 171-172. Yuniati, F. & Riza, M. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi pada Usia Lanjut di Indonesia Tahun 2004. Jurnal. Pembangunan Manusia