7
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel yangberjudul
"AI[ALISIS KONSEPSI MAHASISWA PROGRAM STTIDI PENDIDIKANI FISIKA PADA MATERI TERMODINAMIKA"
Oleh
ADRIANUS NrM. 421 411005
Disetujui Oleh
NrP. 19860123 200812
17 199003 1 003
Mengetahui
NIP. 19760412 2003122 004
I 002
ANALISIS KONSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PADA MATERI TERMODINAMIKA (Adrianus1, Asri Arbie2, Abd. Wahidin Nuayi3) Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Adrianus, 2015. Analisis Konsepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Pada Materi Termodinamika. Pembimbing (I) Asri Arbie dan Pembimbing (II) Abd. Wahidin Nuayi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo yang menggunakan metode survei untuk mengidentifikasi konsepsi mahasiswa pada materi termodinamika dan memberikan gambaran tentang konsepsi yang ada. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2014 yang berjumlah 64 orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu tes pilihan ganda disertai alasan terbuka. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika mengalami miskonsepsi dan sebagian besar tidak paham konsep. Persentase konsepsi mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Pendidikan Fisika pada materi Termodinamika, yaitu 6.16% paham konsep, 4.32% miskonsepsi, dan 89.52% tidak paham konsep.
Kata kunci: Konsepsi, Termodinamika
1
Adrianus, Mahasiswa Jurusan Fisika Drs. Asri Arbie, M.Si, Dosen Jurusan Fisika selaku pembimbing I 3 Abd. Wahidin Nuayi, S.Pd, M.Si, Dosen Jurusan Fisika selaku pembimbing II 2
ANALISIS KONSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PADA MATERI TERMODINAMIKA (Adrianus1, Asri Arbie2, Abd. Wahidin Nuayi3) Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRACT Adrianus, 2015. Conception analysis of student’s in study program of Physics Education at thermodynamics Topic. The principal supervisor was Asri Arbie and Co-supervisor Abd. Wahidin Nuayi. This research was categorized into qualitative research conducted at Study Program of Physics Education, Faculty Mathematics and Natural Science, Stsate University of Gorontalo which applied survey method to identify student’s conception at thermodynamics topic and give illustration about the concept. The subject in this research was student’s at class of 2014 which consisted is 64 students. The instrument of collection the data used multiple choice test with open reason. The result of research showed that students of Study Program of Physics Education got misconception and most of them did not understand the concept. Conception percentage student at class 2014 at thermodynamics topic was classificied to the 6.16% understod the concept, 4.32% got misconception and 89.52% did not understand the concept. Keywords: Conception, Thermodynamic
PENDAHULUAN Ilmu fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang memiliki peran sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya ilmu ini dipahami dengan baik oleh setiap orang yang mempelajarinya. Memahami konsep fisika dalam pembelajaran fisika sangatlah penting, karena konsep yang satu dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan. Jika ada kesalahan dalam satu konsep, maka dapat mempengaruhi konsep yang lain juga. Para mahasiswa, sebelum mengikuti proses pembelajaran fisika secara formal di kampus, mereka sudah membawa konsep awal (prakonsep) tentang fisika yang merupakan hasil dari pengalaman sehari-hari maupun dari pengalaman hasil belajar di sekolah waktu menjadi siswa yang telah mereka kontruksi dari awal. Konsep awal yang dibawa kadang-kadang bertentangan dengan pandangan para ahli. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah para ahli, inilah yang disebut miskonsepsi.
Berdasarkan teori kontruktivisme, pengetahuan mahasiswa dikontruksi atau dibangun oleh mahasiswa sendiri. Proses kontruksi tersebut diperoleh melalui interaksi dengan benda, kejadian dan lingkungan. Pada saat mahasiswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, mahasiswa mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Menurut Taufiq (2012:4) proses kontruksi pengetahuan yang terjadi pada pelajar, sangat besar kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses mengkontruksi jika tidak didampingi sumber informasi yang jelas dan akurat. Materi-materi fisika ada yang bersifat konkrit ada juga yang bersifat abstrak. Sifat konkrit dan abstraknya materi fisika menimbulkan tingkat kesukaran yang beragam, ada yang mudah dipahami biasanya berkaitan dengan materi yang bersifat konkrit, ada yang sedang dan ada juga yang sulit dipahami. Keberagaman tingkat kesukaran materi tentunya memberikan respon tingkat pemahaman yang berbeda bagi yang mempelajarinya. Keberagaman tingkat kesukaran terhadap materi fisika memungkinkan terjadinya kesalahan penafsiran terhadap materi/konsep. Kesalahan penafsiran inilah yang menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi dalam topik atau materi fisika dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah pengalaman sehari-hari mahasiswa ketika berinteraksi dengan alam sekitar, mereka telah memiliki pengalaman dengan peristiwa panas dan dingin, kelajuan dan kecepatan, gerak benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu, energi, tumbukan, dan lain-lain. Penelitian sebelumnya mengungkap adanya miskonsepsi mengenai konsep-konsep fisika pada materi mekanika di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo, diantaranya penelitian Konsep Gaya menurut Hukum-hukum Newton tentang Gerak (Bakri, 2014:239), Gerak Jatuh Bebas dan Gerak Harmonis Sederhana. Bagaimana jika terjadi miskonsepsi pada materi fisika yang lain maka akan mementukan kualitas lulusan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Miskonsepsi pada materi fisika akan menyebabkan salah kaprah dalam dunia pendidikan fisika jangka panjang. Miskonsepsi yang sering terjadi akan bertahan lama dan sulit diperbaiki. Adanya miskonsepsi dapat menghambat proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru. Untuk mengetahui pemahaman konsep materi fisika khusus pada mahasiswa program studi pendidikan fisika, maka perlu diidentifikasi dan jika terdapat miskonsepsi akan diperbaiki sedini mungkin. Hal ini sangat penting karena mahasiswa program studi pendidikan fisika merupakan calon guru fisika. Sehingga diharapkan ketika menjadi guru nanti, dapat mengajar siswa dengan konsep fisika yang benar. Materi termodinamika merupakan salah satu topik penting dalam cabang fisika yang namanya Termofisika (Thermal Physics). Termodinamika mengkaji hubungan antara energi dan kerja suatu sistem. Materi ini akan sulit dipahami jika kuantitasnya tidak diamati secara langsung. Sebagai contoh, ada yang beranggapan bahwa air ketika mendidih suhunya akan naik jika terus dipanaskan, ada juga yang berpikir bahwa kalor hanya berhubungan dengan benda yang panas. Jika konsep dasar tidak dipahami dengan baik maka akan kesulitan membangun konsep-konsep berikutnya dengan benar.
Identifikasi pemahaman konsep fisika pada materi termodinamika perlu dilakukan agar kita tahu konsep yang sudah dibangun oleh mahasiswa dan dapat dilakukan perlakuan yang tepat kepada mahasiswa. Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji pemahaman konsep mahasiswa pada materi termodinamika. Padahal, materi termodinamika merupakan salah satu bagian penting dalam fisika yang harus dikuasai oleh mahasiswa calon guru fisika. Uraian di atas mengindikasikan penting untuk mengetahui konsepsi mahasiswa pada materi-materi fisika khususnya pada materi termodinamika. Hasil dari beberapa penelitian tentang konsep materi fisika menyatakan bahwa pelajar tidak terlepas dari miskonsepsi, oleh karena itu penelitian tentang pemahaman konsep perlu dikembangkan guna mengetahui keberhasilan pembelajaran konsep yang telah dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Konsepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika pada Materi Termodinamika”
KAJIAN TEORI 1. Konsepsi dan Miskonsepsi Konsepsi adalah tafsiran terhadap suatu konsep ilmu yang diperoleh berdasarkan pengalaman dari masing-masing individu. Menurut Suparno (2005:116), pemahaman konsep sangat penting dalam pembelajaran fisika karena semakin banyak konsep yang diketahui dan dipahami dengan benar maka seorang yang belajar fisika dikatakan benar-benar menguasai bidang fisika. Penafsiran sering tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang sering disebut miskonsepsi. Menurut Suparno (2005:4) miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh pakar dalam bidang itu. Hammer (dalam Tayubi, 2005:5), mendefinisikan miskonsepsi sebagai “strongly beld cognitive structures that are different from a accepted understanding in a fild and that are presumed to interfere with the acquisition of new knowledge,” yang berarti miskonsepsi dapat dipandang sebagai struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil dibenak pelajar yang sebenarnya berbeda dari konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang berdampak pada pemasukan pengetahuan baru. Menurut Aufschnaiter dan Rogge (2010:10) miskonsepsi mudah terjadi pada setiap pelajar, karena setiap harinya mereka menemukan pengalaman yang berulang, hal ini akan membangun konsep mereka. Misalnya, mereka melihat benda bergerak, memegang air dingin dan panas, mendengar bunyi, dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman ini akan membangun konsep dalam pemikiran mereka, yang terkadang tidak sesuai dengan pendapat para ahli. Miskonsepsi ini akan berlanjut dan mempengaruhi konsep-konsep yang lain. Menunjukkan suatu fenomena memudahkan untuk menanamkan suatu konsep sebagaimana konsep awal yang didapatkan melalui pengalaman dari kejadian yang dilihat dan dialami sehari-hari.
Halim, et al. (2014:6) memaparkan bahwa miskonsepsi perlu menjadi perhatian sedini mungkin karena hal ini tidak mudah untuk diatasi. Alasan lain bahwa setiap orang memiliki kesulitan berpikir untuk memahami konsep-konsep yang abstrak. Hal ini menunjukan tingkat berpikir sangat penting untuk memahami konsep-konsep yang abstrak dalam fisika. Menurut teori Piaget, perkembangan setiap anak memiliki level berpikir masing-masing, tetapi perkembangan ini tidak sama untuk semua orang. Jadi, setiap pengajar fisika perlu mengetahui tingkatan berpikir setiap anak didik dan membantu mereka untuk memahami setiap konsep fisika sesui dengan tingkatan berpikir masing-masing. Hal ini menandakan bahwa miskonsepsi tidak bisa hanya diatasi oleh pribadi yang mengalaminya, oleh karena itu campur tangan dari orang lain untuk memperbaiki dan mengatasi miskonsepsi ini sangat dibutuhkan. Suparno (2005:29) menuliskan bahwa secara garis besar penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa/mahasiswa dapat berasal dari siswa/mahasiswa sendiri, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. 2. Tes Diagnostik Menurut Daryanto (2005:37) tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pelajar sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian yang tepat. Tes ini bertujuan untuk mendiagnostik kesulitan belajar dan mengupayakan perbaikannya. Tes diagnostik untuk siswa/mahasiswa bertujuan untuk mencari tahu meteri-materi yang belum dipahami, salah memahami atau kesulitan dalam memahami suatu materi pelajaran. Sesui dengan pendapat Purwanto (2001:2015), bahwa tes diagnostik adalah tes yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa/mahasiswa. Pada umumnya, tes diagnostik berbentuk pilihan ganda atau esay. Penelitian Susanti, dkk. (2014:18) tentang penyusunan intrumen tes diagnostik, menyatakan bahwa tes diagnostik mampu mengklasifikasikan tingkat pemahaman pelajar. Tingkat pemahaman dibedakan menjadi tiga, yaitu memahami, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep. Tes diagnostik akan memudahkan kita mengetahui konsepsi mahasiswa jika disertai alasan yang diberikan untuk setiap jawaban. Wahyuningsih, dkk. (2013:114) mengemukakan bahwa tes diagnostik dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi pelajar. Hasil tes dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan yang lebih sesui dengan kemampuan pelajar sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Hasil tes akan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan konsep-konsep yang sudah dipahami. Penelitian ini menggunakan tes diagnostik berbentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka (Tes Multiple Choice dengan Reasoning terbuka). Menurut Suparno (2005:124), tes multiple choice dengan reasoning terbuka di mana responden harus memilih satu jawaban yang dianggap benar dan menuliskan alasan memilih jawaban tersebut. Dari jawaban tes tersebut terdapat 7 kemungkinan, yaitu:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Responden memilih jawaban benar dan menulis alasannya juga benar Responden memilih jawaban benar tetapi menulis alasannya salah Responden memilih jawaban salah tetapi menulis alasannya benar Responden memilih jawaban salah dan juga menulis alasannya salah Responden memilih jawaban benar tetapi tidak menulis alasannya Responden memilih jawaban salah dan tidak menulis alasannya Responden tidak memberi jawaban atau tidak ada respon Dari ketujuh kemungkinan jawaban di atas, jawaban 1 menandakan bahwa responden memahami konsep dengan benar. Jawaban 2 dan 3 adalah jawaban yang kemungkinan besar mengandung miskonsepsi. Untuk jawaban 4 dapat disimpulkan bahwa responden tidak paham konsep sama sekali. Untuk jawaban 5 dan 6 memberi gambaran bahwa responden hanya menebak dan ini menandakan bahwa responden tidak paham konsep. Jika responden tidak memberi jawaban atau respon maka ia jelas tidak memahami konsep. Dengan demikian, seorang mahasiswa (responden) mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal dengan alasan yang diberikan untuk jawaban tersebut. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi pemahaman konsep dengan mengacu pada kriteria yang ditetapkan. Renner dan Brumby (dalam Purtadi dan Sari, 2009:5) telah menyusun kriteria untuk mengelompokkan pemahaman konsep seperti pada tabel berikut. Tabel 1. Pengelompokan Derajat Pemahaman Konsep Derajat No. Kriteria Kategori Pemahaman (1) (2) (3) (4) 1 Tidak ada jawaban/kosong, Tidak ada respon Tidak menjawab “saya tidak tahu” memahami 2 Mengulang pernyataan, menjawab Tidak memahami tapi tidak berhubungan dengan pertanyaan atau tidak jelas 3 Menjawab dengan penjelasan Miskonsepsi Miskonsepsi tidak logis 4 Jawaban menunjukkan ada Memahami konsep yang dikuasai tetapi ada sebagian dengan pernyataan dalam jawaban yang miskonsepsi menunjukkan miskonsepsi 5 Jawaban menunjukkan hanya Memahami Memahami sebagian konsep yang dikuasai sebagian tanpa ada miskonsepsi 6 Jawaban menunjukkan konsep Memahami dipahami dengan semua konsep penjelasan benar (Sumber: Purtadi dan Sari. Makalah Seminar Nasional MIPA)
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Subjek penelitian adalah mahasiswa angkatan 2014 dengan jumlah responden 64 orang. Daftar distribusi responden terlihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Distribusi responden No. Kelas Jumlah (1) (2) (3) 1. Fisika A 24 Mahasiswa 2.
Fisika B
16 Mahasiswa
3.
Fisika C
24 Mahasiswa
Total
64 Mahasiswa
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan intrumen tes diagnostik berbentuk pilihan ganda disertai alasan terbuka yang di desain untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Tes ini tidak membatasi alasan tertentu melainkan membuka kebebasan kepada reponden untuk mengungkapkan alasannya sendiri (Salirawati, 2011:235). Seorang mahasiswa mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya pilihan jawaban suatu soal dengan alasan yang diberikan untuk jawaban tersebut Setelah data diperoleh, data dianalisis berdasarkan hasil tes diagnostik dengan mengkombinasikan pilihan jawaban dan alasan untuk setiap item soal. Data hasil analisis akan dikelompokkan dalam beberapa kriteria pemahaman konsep. Kriteria untuk mengelompokan pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Pengelompokkan Derajat Pemahaman Konsep dan Kategorinya berdasarkan Jawaban Responden Derajat No. Pola Jawaban Kategori Pemahaman (1) (2) (3) (4) 1 Tidak ada jawaban/kosong, Tidak ada respon Tidak menjawab “saya tidak tahu” memahami 2 Memilih jawaban salah dan tidak Hanya menebak menulis alasannya 3 Memilih jawaban benar tetapi tidak Hanya menebak menulis alasannya 4 Memilih jawaban salah dan juga Tidak memahami menulis alasannya salah 5 Memilih jawaban benar tetapi Miskonsepsi Miskonsepsi menulis alasannya salah 6 Memilih jawaban salah tetapi Miskonsepsi menulis alasannya benar
7
Memilih jawaban benar dan menulis alasannya juga benar
Memahami konsep
Memahami
HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh data kemudian dideskripsikan sesuai dengan konsepsi mahasiswa. Konsepsi mahasiswa dibagi dalam tiga kategori: paham konse p, miskonsepsi, dan tidak paham konsep. Data statistik gambaran konsepsi mahasiswa fisika secara keseluruhan pada konsep materi termodinamika berdasarkan klasifikasi derajat pemahaman setiap konsep dapat dilihat pada gambar 1. Hasil penelitian yang didapatkan dari tes diagnostik menunjukan bahwa lebih banyak mahasiswa yang tidak memahami konsep dibandingkan dengan yang
Keterangan setiap konsep: 1. suhu dan kesetimbangan termal 2. kalor 3. titik didih 4. kalor jenis dan kapasitas kalor 5. perubahan wujud zat 6. pemuaian zat 7. perpindahan kalor 8. persamaan keadaan gas ideal
9. energi kinetik gas 10. kecepatan partikel gas 11. proses termodinamika 12. energi dalam 13. usaha sistem 14. entropi 15. mesin kalor dan mesin pendingin 16. siklus mesin Carnot
Gambar 1: Persentase derajat konsepsi mahasiswa pada konsep-konsep termodinamika
paham konsep dan miskonsepsi pada materi termodinamika. Suhu merupakan variabel intensif tetapi mahasiswa memberlakukan suhu sebagai variabel ekstensif. Hal ini jelas terlihat dari pendapat mereka ketika benda dibagi suhunya ikut terbagi. Konsep aliran kalor juga masih terdapat banyak kesalahan. Suhu dipandang sebagai variabel yang dapat mengalir, begitupun kapasitas kalor dan kalor jenis. Pemahaman mahasiswa bahwa jaket menghalangi suhu dingin untuk masuk ke tubuh, hal ini jelas menunjukan bahwa mahasiswa tidak memahami dari dan kemana kalor mengalir. Mahasiswapun menganggap bahwa suhu es 00C dan tidak bisa turun lagi. Suparno (2005:20) dalam bukunya miskonsepsi dan perubahan konsep pendidikan fisikapun mengungkapkan beberapa siswa meyakini bahwa suhu es tidak dapat berubah. Konsep tentang titik didih juga masih sangat sulit untuk dipahami oleh mahasiswa terbukti tidak ada mahasiswa yang menjawab benar soal yang berkaitan dengan titik didih. Mereka masih belum dapat mengaitkan hubungan tekanan atmosfer (tekanan eksternal) terhadap tekanan uap, namun sebagian besar mahasiswa berpikir bahwa massa jenis air yang mempengaruhi titik didih. Mahasiswa beranggapan benda yang mudah menyerap atau menyimpan panas akan sulit untuk melepaskan panas, hal ini tentu akan bertentangan dengan hukum kelembaman yang seharusnya benda yang mudah menyerap panas akan mudah juga melepaskan panas. Dengan kata lain, benda yang cepat panas akan mudah juga untuk dingin. Ada juga mahasiswa yang beranggapan bila panas terus diberikan pada air mendidih, maka suhu air yang mendidih itu akan bertambah. Anggapan ini serupa dengan anggapan siswa yang diungkapkan oleh Zarour dalam Suparno (2005:20). Sesungguhnya, suhu tetap tidak naik sampai semuanya menjadi gas. Hal ini menunjukan bahwa miskonsepsi terjadi di mana-mana dan juga menandakan pikiran setiap orang membentuk pengetahuan itu sendiri. Setiap orang bebas membentuk pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Kesalahan-kesalahan pada konsep energi kinetik gas disebabkan karena mahasiswa tidak memahami benar tentang proses termodinamika: isotermik, isobarik, maupun isokhorik. Sebagian besar mahasiswa tidak memahami bahwa volume berbanding terbalik dengan tekanan. Dan juga mahasiswa tidak mengetahui makna dari setiap persamaan. Tidak ada mahasiswa yang mengetahui bahwa kecepatan partikel gas dan energi kinetik merupakan fungsi dari suhu. Hasil tes juga menunjukan bahwa mahasiswa kesulitan dalam memahami grafik P-V. Ada mahasiswa yang memahami proses termodinamika khususnya isobarik dan isokhorik tetapi mereka salah dalam menentukan prosesnya jika digambarkan dalam grafik. Hal ini ditunjukkan dari jawaban mahasiswa yang saling menukarkan proses isobarik dan isokhorik yang digambarkan dalam grafik. Konsep energi dalam sistem dan usaha gas banyak terjadi kesalahan, mahasiswa belum bisa menghubungkan dengan persamaan kerja (W pV ) dan energi dalam (U Q W ) untuk menjawab soal. Pemahaman mahasiswa tentang konsep entropi masih kurang terdapat banyak mahasiswa tidak mengikutsertakan alasannya dalam menjawab soal ini, hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa lebih banyak menebak dalam
menjawab soal. Sama halnya dengan soal mengenai mesin kalor dan mesin pendingin, jawaban mahasiswa lebih banyak mengarah pada tebakan semata. Mahasiswa tidak memahami grafik kemana arah kalor yang dipindahkan oleh mesin kalor dan kerja yang dilakukan. Pemahaman tentang siklus mesin Carnot juga masih kurang, hanya beberapa mahasiswa yang menjawab lengkap dengan alasan tetapi tidak ada yang paham konsep melainkan terjadi miskonsepsi. Mahasiswa tidak mengingat untuk menyebutkan proses isotermik dan proses adiabatik dalam menjawab soal tentang siklus mesin Carnot. Terlihat jelas bahwa sebagian besar mahasiswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan grafik P-V dan grafik P-T tidak mengikutsertakan alasan dalam jawabannya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa mahasiswa masih kesulitan dalam memahami grafik P-V dan Grafik P-T. Konsep-konsep yang keliru ini dan bahkan belum dipahami penting untuk diperhatikan. Karena jika tidak diperbaiki dan dibekali sejak dini konsep ini akan terus berlanjut sampai akhir rmahasiswa menyelesaikan studi. Jika mahasiswa sudah selesai maka konsep-konsep ini akan dibawa sampai menjadi guru nantinya. Hasil tes yang didapatkan memberikan informasi tentang mahasiswa yang yang belum mengerti atau tidak paham pada konsep-konsep termodinamika. Renner dan Brumby (dalam Purtadi dan Sari, 2009:5) mengelompokkan beberapa kategori yang dapat dilihat dan diamati melalui dua kriteria, yaitu pertama tidak ada jawaban/kosong atau menjawab “saya tidak tahu” dan kedua mengulangi pernyataan, menjawab tapi tidak berhubungan dengan pertanyaan atau tidak jelas. Pada lembar tes, kedua kriteria ini terlihat dengan jelas dan ditandai dengan adanya jawaban-jawaban kosong dan menuliskan alasan yang isinya sama dengan pilihan pada soal. Dengan demikian, penelitian ini jelas dapat memberikan gambaran tentang konsepsi mahasiswa program studi pendidikan fisika pada materi termodinamika dengan berbagai derajat pemahaman. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa konsepsi mahasiswa program studi pendidikan fisika pada materi termodinamika masih memiliki banyak masalah dan mengandung banyak miskonsepsi. Beberapa konsepsi yang banyak bermasalah dimiliki oleh mahasiswa antara lain, 37.5% mahasiswa menganggap bahwa suhu dapat mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah dan 39% mahasiswa berpikir suhu benda tergantung pada ukuran besarnya, semua responden (mahasiswa) belum dapat mengaitkan hubungan tekanan atmosfer (tekanan eksternal) dengan titik didih dan sangat kesulitan dalam memahami grafik P-V dan grafik P-T. Persentase konsepsi mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Pendidikan Fisika pada materi termodinamika, yaitu 6.16% paham konsep, 4.32% miskonsepsi, dan 89.52% tidak paham konsep.
DAFTAR PUSTAKA Ary, Donald, dkk. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Penerjemah Arief H. Furchan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Aufschnaiter, Claudia Von dan Rogge, Christian. 2010. Misconceptions or Missing Conceptions? Eurasia Journal of Mathematic, Sains & Technologi Education, 2010, 6(1), 3-18. Bakri, Marwan. 2014. Analisis Konsepsi Calon Guru Fisika terhadap Konsep Gaya menurut Hukum-hukum Newton tentang Gerak. Jurnal Fisika Edukasi Indonesia. ISSN:2354-6816, Vol. 1, Ed. 2, Juli 2014, hal. 239244. Pendidikan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Daryanto, H. M. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Halim, Lilia. et al. 2014. Overcoming Students’ Misconceptions on Forces in Equilibrium: An Action Research Study. Jurnal Creative Education, 2014, 5, Hidayat, M. 2010. Mengatasi Miskonsepsi pada Mata Pelajaran Fisika. Artikel Ilmiah Fisika. Margono, S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Mosik dan Maulana, P. 2010. Usaha Mengurangi Miskonsepsi Fisika melaui Pembelajaran dengan Pendekatan Konflik Kognitif. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 98-103. Purtadi, Sukisman dan Sari, Rr. Lis Permana. 2009. Analisis Miskonsepsi Konsep Laju dan Kesetimbangan Kimia pada Siswa SMA. Makalah Seminar Nasional MIPA. Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Salirawati, Das. 2011. Pengembangan Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia pada Peserta Didik SMA. Jurnal Penelitian dan Evaluasi, Tahun 15, Nomor 2, 2011. Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo Susanti, Dwi dkk. 2014. Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi Fisika SMA Kelas XI pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Pendidikan Fisika 2014 Vol. 2 No. 2 hal 16-19. Taufiq, Muhamad. 2012. Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Sycle) 5E. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII) 1 (2) (2012) 198-203. Tayubi, Y. R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-Konsep Fisika menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan No. 3/XXIV/2005. Wahyuningsih, Tri. dkk. 2013. Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Fisika 2012 Vol. 1 No. 1 hal 111-117.