PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang Berjudul Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Perawat Dengan Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Di Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Oleh : Zulkifli B. Pomalango Telah diperiksa dan diuji
Pembimbing I
Pembimbing II
DR. Dra. Lintje Boekoesoe, M.Kes NIP. 19590110 198603 2 003
Nasrun Pakaya S.Kep, Ns, M.Kep NIP.19761118 199602 1 002
Mengetahui Ketua Program Studi Keperawatan
dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes NIP. 19740106 200604 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Perawat Dengan Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Di Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Oleh : Zulkifli B. Pomalango Telah dipertahankan didepan dewan penguji
Hari/ Tanggal
: Selasa/ 15 Juli 2014
Waktu
: 10.00 Wita
Penguji :
1. DR. Dra. Lintje Boekoesoe, M.Kes
1. ......................................
2. Nasrun Pakaya S.Kep, Ns, M.Kep
2. ......................................
3. Ahmad Aswad S.Kep, Ns, M.Ph
3. ......................................
4. Vik Salamanja, S.Kep, Ns, M.Kes
4. ......................................
Gorontalo, Juli 2014 Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan
Dra. Hj. Rany Hiola, M.Kes NIP. 19530913 198302 2 001
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PATIENT SAFETY DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD PROF DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Zulkifli B. Pomalango NIM. 841 410 009 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Identifikasi patient safety merupakan langkah yang dilakukan sebelum memberikan perawatan dan pengobatan bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi perawat dengan pelaksanaan identifikasi patient safety di Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang berjumlah 32 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Untuk analisa penelitian menggunakan uji fisher’s exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat (p value = 0,001), motivasi perawat (p value = 0,000) dengan pelaksanaan identifikasi patient safety (P < 0,05 ; α = 0,05). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya identifikasi patient safety telah dilaksanakan dengan baik. Namun demikian harus tetap diperhatikan peningkatan sumber daya manusianya melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan mengenai konsep patient safety, peningkatan keterampilan, peningkatan motivasi serta memperhatikan pemenuhan inventori bahan yang mendukung program patient safety. Kata Kunci : Patient safety, Pengetahuan, Motivasi
1. Pendahuluan Dalam pelayanan kesehatan, kegagalan dalam mengidentifikasi pasien secara benar, menyebabkan kesalahan pengobatan, kesalahan transfusi, keliru dalam tindakan dan penyerahan bayi kepada keluarga yang salah. Bulan November tahun 2003 sampai dengan bulan Juli 2005, UK National Patient Safety Agency melaporkan 236 insiden gelang hilang dan identifikasi pasien dengan keterangan yang salah. USA National Center for Patient Safety pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, melaporkan lebih dari 100 orang kesalahan pengobatan, kesalahan transfusi, keliru dalam tindakan dalam mengidentifikasi disebabkan kesalahan dalam identifikasi pasien (WHO: 2007). Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya kesalahan dengan atau tanpa cedera dan meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan ketepatan dalam mengidentifikasi pasien. “Pasien yang dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar sepenuhnya, mengalami disabilitas sensori, bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit, atau akibat situasi lain yang dapat mengarahkan terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien” (KARS Depkes RI: 2006). Tim patient safety atau Tim Keselamatan Pasien yang dibentuk oleh RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo telah menetapkan prosedur tetap identifikasi pasien sebagai acuan. Dalam prosedur tersebut proses identifikasi pasien dilakukan beberapa menit sebelum memberikan tindakan kepada pasien. Namun, sejauh manakah perawat dalam melaksanakan identifikasi patient safety. Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti, pelaksanaan identifikasi pasien RSUD Prof DR. H. Aloei Saboe kota gorontalo sudah baik, programnya sudah tersosialisasikan, dan kebijakan dari direktur rumah sakit bahwa semua pasien harus diidentifikasi dengan baik, khususnya dalam penggunaan gelang identitas. Tetapi peneliti melihat pelaksanaannya belum maksimal. Peneliti melihat sebagian besar pasien di rumah sakit tidak menggunakan gelang identitas. Sesuai dengan wawancara peneliti dengan beberapa pasien, ada yang menyatakan saat masuk rumah sakit, di ruang IRD sudah dipasangkan gelang, ada yang menyatakan tidak ada sama sekali, dan ada pula yang menyatakan
dipasangkan, tetapi sudah dilepas. Hal ini menunjukkan pelaksanaan identifikasi pasien yang sudah disosialisasikan belum dijalankan secara maksimal dan kurangnya pengawasan atas pelaksanaan identifikasi pasien. Di RSUD Prof Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo pemberian gelang identitas dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit, yakni di ruang Instalasi Rawat Darurat. Instalasi Rawat Darurat merupakan ruang pertama penerimaan pasien masuk rumah sakit. Di ruang Instalasi Rawat Darurat jumlah perawat pelaksana 32 orang dibagi dalam 5 kelompok, jadi dalam pertukaran shift hanya ada 6 orang perawat melayani pasien ± 25 orang per hari. Sistem asuhan keperawatan, setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Dengan situasi ruangan dimana pasien sering bergantian, hal ini dapat memungkinkan terjadinya kesalahan tindakan jika tidak mengidentifikasi pasien secara baik dan benar. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Di Ruang IRD di RSUD Prof DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo”. Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan. 2. Metode Penelitian 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ruang Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan waktu penelitian selama 3 minggu yaitu pada tanggal 27 Januari-15 Februari 2014. 2.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. 2.3 Variabel Penelitian Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan dan motivasi perawat, sedangkan variabel dependen adalah pelaksanaan identifikasi patient safety. 2.4 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang IRD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang berjumlah 32 orang. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling, maka sampel pada penelitian ini berjumlah 32 responden.
2.5 Teknik Analisa Data 2.5.1 Analisa Univariat Untuk mengetahui dan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat. 2.5.2 Analisa Bivariat Untuk mengetahui hubungan tiap variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Tabel 3.1 Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Identifikasi patient safety di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Pengetahuan Baik Kurang n % n % Baik 22 95,7 3 33,3 Kurang 1 4,3 6 66,7 23 100 9 100 Total Sumber : Data Primer 2014
Total n 25 7 32
% 78,1 21,9 100
P value
0,001
Dari hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh p value = 0,001 (p < 0,05). 3.1.2
Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Tabel 3.2 Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Identifikasi patient safety di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Pelaksanaan Identifikasi Patient Safety Motivasi Baik Kurang n % n % Tinggi 22 95,7 1 11,1 Rendah 1 4,3 8 88,9 23 100 9 100 Total Sumber : Data Primer 2014
Total n 23 9 32
% 71,9 28,1 100
P value
0,000
Dari hasil uji statistik fisher’s exact test diperoleh p value = 0,000 (p < 0,05).
3.2 Pembahasan 3.2.1 Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Identifikasi patient safety Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 responden, 22 responden dengan pelaksanaan identifikasi patient safety baik dan 3 responden dengan pelaksanaan identifikasi patient safety kurang baik. Selain itu juga terdapat 1 responden memiliki pengetahuan kurang tetapi pelaksanaan identifikasi patient safety baik dan 6 responden yang mempunyai pengetahuan serta pelaksanaan identifikasi patient safety yang kurang baik. Dari hasil tersebut sebaiknya perawat yang berpengetahuan baik dapat melaksanakan patient safety dengan baik, tetapi pada kenyataannya didapatkan responden yang berpengetahuan baik tetapi pelaksanaan patient safety kurang baik. Hal ini peneliti berasumsi bahwa hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi responden sehingga tidak mempunyai keinginan dalam melaksanakan identifikasi patient safety. Selain itu, responden yang memiliki pengetahuan kurang tetapi pelaksanaan identifikasi patient safety baik, hal ini dikarenakan perawat memiliki keinginan dan harapan dalam dirinya untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara baik demi keselamatan pasien. Sedangkan untuk responden yang mempunyai pengetahuan serta pelaksanaan identifikasi patient safety yang kurang, dikarenakan responden memiliki minat belajar yang kurang, responden tidak memiliki keinginan untuk mencari atau mengakses teori-teori yang baru dalam bidang keperawatan khususnya tentang patient safety. Selain itu dikarenakan sosialisasi tentang patient safety belum menyeluruh kepada semua perawat pelaksana yang ada di ruangan Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test diperoleh nilai p value = 0,001 lebih kecil dari = 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan identifikasi patient safety. Dari hasil analisa diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 44,0, artinya perawat yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 44 kali untuk melaksanaan identifikasi patient safety.
Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa: “Pengetahuan merupakan hasil tahu melalui pengindraan terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap terbentuknya tindakan seseorang dan pengetahuan dapat mengubah perilaku ke arah yang diinginkan”. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus, yang kemudian akan membentuk sikap positif atau negatif. Belajar dibutuhkan seseorang untuk mencapai tingkat kematangan diri. Hal ini berbanding lurus dengan Ariyani (2009) bahwa: “Penentuan tindakan yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih kuat tertanam dalam kepribadiannya, dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari atas pengetahuan atau konsep yang dipahaminya”. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan dengan melakukan sosialisasi, yang berguna untuk memperbaiki efektifitas pegawai dalam mencapai hasil kerja yang ditetapkan demi keselamatan dan kepuasan pasien. Dalam pelayanan asuhan keperawatan berkualitas yang baik tidak hanya menilai kinerja perawat tapi juga memberikan pembekalan para perawat dengan keterampilan dan pendidikan guna beradaptasi dengan perkembangan ilmu keperawatan. 3.2.2 Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Identifikasi patient safety Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan motivasi tinggi sebanyak 23 responden, 22 responden dengan pelaksanaan identifikasi patient safety baik dan 1 responden dengan pelaksanaan identifikasi patient safety kurang baik. Selain itu juga 1 responden memiliki motivasi rendah tetapi pelaksanaan identifikasi patient safety baik dan 8 responden yang mempunyai motivasi rendah dan pelaksanaan yang kurang baik. Responden dengan motivasi tinggi tetapi pelaksanaan identifikasi patient safety kurang. Hal ini peneliti berasumsi bahwa hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan responden sehingga tidak mengetahui tujuan dan sasaran pelaksanaan identifikasi patient safety. Selain itu, responden yang memiliki motivasi rendah tetapi pelaksanaan identifikasi patient safety baik, hal ini dikarenakan responden menyadari betapa pentingnya pelaksanaan identifikasi pasien yang baik sebagai tanggung jawabnya demi
keselamatan pasien. Sedangkan untuk responden yang mempunyai motivasi rendah dan pelaksanaan yang kurang baik, hal ini dikarenakan kurangnya pemenuhan bahan gelang identitas yang mendukung pelaksanaan identifikasi pasien. Hal ini dinyatakan oleh beberapa responden dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, mereka menyatakan tidak termotivasi dalam melaksanakan identifikasi pasien karena kurang tersedianya bahan gelang identitas. Hasil wawancara juga dilakukan peneliti dengan ketua tim Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe yang menyatakan kurangnya tersedia bahan gelang identitas dikarenakan keterlambatan pengiriman dan dikarenakan kurangnya biaya dalam pengadaan gelang identitas. Dan hasil observasi peneliti selama waktu penelitian, peneliti melihat hanya ada beberapa pasien yang terpasangkan gelang identitas. Sesuai dengan pernyataan dari beberapa responden, mereka menyatakan tidak sempat memasang gelang identitas dikarenakan banyaknya pasien yang ditangani. Sedangkan untuk jumlah perawat dalam setiap shift hanya ada 6 orang yang melayani kurang lebih 25 pasien per hari. Hal ini disimpulkan, bahwa banyaknya tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam melayani jumlah pasien yang tidak sesuai dengan jumlah perawat memungkinkan perawat tidak melakukan pemasangan gelang identitas. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test diperoleh nilai p value = 0,000 lebih kecil dari = 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan identifikasi patient safety. Dari hasil analisa diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 176,0, artinya perawat yang mempunyai motivasi tinggi berpeluang 176 kali untuk melaksanaan identifikasi patient safety. Menurut Sondang (2006), bahwa salah satu faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang yakni situasi lingkungan kerja dengan tersedianya seperangkat alat sarana yang diperlukan. Hal ini didukung oleh Hariandja (dalam Saptorini, 2010: 95) bahwa: “Motivasi dapat ditimbulkan oleh kebutuhan, daya dorong, keinginan dan keamanan yang merupakan penyebab yang mendasari perilaku seseorang. Daya dorong tersebut berupa keadaan lingkungan
kerja, sarana prasarana, penghargaan sehingga menimbulkan keinginan yang kemudian memicu timbulnya perilaku seseorang”. Relevansinya dengan pelaksanaan program patient safety berdasarkan pendapat tersebut, bahwa lingkungan kerja yang baik dan sarana prasarana rumah sakit yang lengkap, mendorong perawat melakukan identifikasi patient safety dengan baik. Oleh karena itu dalam meningkatkan motivasi kerja sebaiknya pihak rumah sakit membuat dan memperhatikan hal-hal yang dapat memotivasi, baik berupa sarana prasarana, kenyamanan pekerja dan jika perlu memberikan reward kepada mereka yang berprestasi khususnya dalam bidang keperawatan. 4. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pengetahuan dan motivasi perawat dengan pelaksanaan identifikasi patient safety di ruang Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan perawat pelaksana tentang identifikasi patient safety, dari 32 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 25 responden (78,1%), berpengetahuan kurang sebanyak 7 responden (21,9%) dan perawat yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 23 responden (71,9%), perawat dengan motivasi rendah sebanyak 9 responden (28,1%), 2. Pelaksanaan identifikasi patient safety sudah baik di ruang Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan presentase rata-rata 71,9%, 3. Ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi perawat dengan pelaksanaan identifikasi patient safety di ruang Instalasi Rawat Darurat RSUD Prof DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dengan nilai pengetahuan p value = 0,001 dan nilai Odds Ratio = 44,0 dan nilai motivasi p value = 0,000 dan nilai Odds Ratio = 176,0. 4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan perawat pelaksana tentang program patient safety, khususnya identifikasi pasien diperlukan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
mengenai konsep patient safety, misalnya melalui pelaksanaan sosialisasi, 2. Untuk meningkatkan motivasi perawat pelaksana tentang pelaksanaan identifikasi patient safety, maka pihak manajemen sebaiknya membuat dan memperhatikan halhal yang dapat memotivasi. Misalnya pemenuhan inventori bahan gelang identitas yang mendukung terlaksananya program identifikasi patient safety secara baik serta jumlah tenaga perawat sebanding dengan jumlah pasien yang ada agar pelaksanaan kerja dapat terlaksana dengan baik, 3. Diharapkan seluruh tenaga pelayanan kesehatan melaksanakan semua sasaran yang termasuk dalam program patient safety, yakni sasaran peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi dan pengurangan resiko pasien jatuh, 4. Pelaksanaan identifikasi patient safety dapat dilaksanakan dengan baik dalam pemberian asuhan keperawatan dan diharapkan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan program patient safety. Daftar Pustaka Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat yang Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Patient Safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD DR Moewardi Surakarta. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. (online). (http://eprints.undip.ac.id/16529/, diakses 27 November 2013) Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta ________ . 2011. SK Menkes No 1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta Hasibuan. 2002. Manajemen Dasar Pengertian dan Masala. Jakarta: Bumi Aksara ________. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
KARS. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Siagan, Sondang. 2006. Filsafat Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta
KKP-RS Aloei Saboe. 2011. Protap Identifikasi Pasien. Gorontalo
Suarli S, dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga
KKP-RS Aloei Saboe. 2011. Protap Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Gorontalo
Sudjana, Nana. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung:Sinar Baru Algesindo
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Ed. 2. Jakarta: EGC Sufren, Murdyastuti, Saptorini. 2010. Pengaruh persepsi tentang profesionalitas, pengetahuan Patients safety dan motivasi perawat terhadap Pelaksanaan program patients safety. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. (online). (http://eprints.uns.ac.id/2154/, diakses 27 November 2013) Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pakaya, N. 2013. Metodologi Penelitian. Materi Perkuliahan Metodologi dan Riset Keperawatan FIKK UNG. Gorontalo Pemuji, Tutik dkk. 2008. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Standar Prosesur Operasional (SPO) dengan Kepatuhan Perawat Terhadap Pelaksanaan SPO Profesi Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Purbalingga. (on line). (jks.fkik.unsoed.ac.id/index.php/jks/articl e/viewFile/155/70, diakses 23 November 2013) Putra, Sitiatava P. Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: DMedika Santrock, J. W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Setiadi. 2013. Konsep dan Praktis penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yonathan Natanael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta ________. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Triwibowo, Cecep. 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: TIM Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Buku Panduan Penulisan Proposal/ Skripsi. Gorontalo: UNG Wahjosumidjo. 2001. Kepemimpinan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
dan
WHO. 2007. Patient Safety Solution Volume 1 Solution 2. (On Line). (http://www.who.int/patientsafety/events/07/02_0 5_2007/en/, diakses 27 November 2013)