PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN ASUPAN GIZI PADA BAYI DI DESA WIDORO SRAGEN WETAN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : ELSA YUNI HAPSARI NIM : B10138
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perilaku Ibu tentang Pemberian Asupan Gizi pada Bayi”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Desy Handayani, S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. dr. Y. Agus Sudarmanto, M.Kes yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penelitian ini.
iv
7. Bapak dan ibu tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat serta dukungan secara moral, material, dan spiritual. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
v
Juli 2013
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2013 Elsa Yuni Hapsari 10.138
PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN ASUPAN GIZI PADA BAYI DI DESA WIDORO SRAGEN WETAN SRAGEN xiv + 43 halaman + 15 lampiran + 5 tabel + 2 gambar ABSTRAK Latar Belakang : Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu kondisi banyaknya jumlah penderita gizi kurang, disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih cenderung meningkat. Nutrisi secara khusus penting dalam tahun pertama kehidupan bayi. Namun perlu diingat bahwa bayi harus mendapatkan zat gizi yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Perilaku gizi yang belum baik yaitu masih rendahnya menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terdapat 7 ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan memberikan makanan tambahan pada usia < 6 bulan, sedangkan 3 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan makanan tambahan < 6 bulan. Tujuan : Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi. Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian diambil di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen pada tanggal 10-24 Maret 2013. Jumlah responden sebanyak 35 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Alat pengumpulan data adalah angket, sedangkan untuk analisa data mengggunakan univariat. Hasil Penelitian : Perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi sebanyak 16 responden (45,71%) berperilaku baik, 19 responden (54,29%) berperilaku kurang baik. Kesimpulan : Dari penelitian didapatkan perilaku ibu di Desa Widoro Sragen mayoritas berperilaku kurang baik. Kata kunci : perilaku, ibu, asupan gizi bayi Kepustakaan : 25 literatur (Tahun 2006 s/d 2012)
vi
MOTTO
h Kesuksesan lebih diukur dari rintangan yang berhasil diatasi seseorang saat berusaha untuk sukses daripada dari posisi yang telah diraihnya dalam kehidupan (Booker T. Washingtong) h Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan kita tak kan bisa dikembalikan seperti semula h Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles) PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan untuk : 1. Ayah dan Bunda tercinta terimakasih atas doa dan cinta kasihnya selama ini. 2. Adikku tersayang yang selalu memberikan support di setiap langkahku. 3. Seseorang
yang
selalu
memberiku
semangat 4. Teman – teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 5. Teman – teman seperjuangan di STIKes Kusuma Husada Surakarta 6. Almamater tercinta
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
ABSTRAK…………………………………………………………………
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………...
vii
CURUCULUM VITAE…………………………………………………. .
viii
DAFTAR ISI .................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .................................................................
4
E. Keaslian Studi Kasus..............................................................
4
F. Sistematika Penulisan ............................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ........................................................................
ix
7
1. Perilaku.............................................................................
7
a. Pengertian .....................................................................
7
b. Domain Perilaku ..........................................................
8
c. Pengukuran Perilaku.....................................................
9
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku ..............
10
2. Bayi……………………………………………. .............
11
a. Pengertian .....................................................................
11
b. Tumbuh Kembang........................................................
11
3. Pemberian asupan gizi pada bayi ....................................
14
a. Pengertian ...................................................................
14
b. Kebutuhan gizi bayi…………………………………
15
c. Macam – macam asupan gizi pada bayi…………….
16
d. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asupan gizi pada bayi………………… .....................
21
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian gizi pada bayi ……………………………………….. .....
22
Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada bayi… ....
23
B. Kerangka Teori.......................................................................
24
C. Kerangka Konsep ...................................................................
24
f.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 25 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 25 C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ...................... 26
x
D. Instrumen Penelitian ................................................................ 27 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 29 F. Variabel Penelitian ................................................................... 30 G. Definisi Operasional ................................................................ 30 H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ..................................... 31 I. Etika Penelitian ........................................................................ 34 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum…………………………………………….. 36 B. Hasil Penelitian………………………………………………. 36 C. Pembahasan…………………………………………………… 37 D. Keterbatasan………………………………………………….. 40
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………….. 41 B. Saran…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
41
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Pola Pemberian Gizi Bayi………………………………………..
22
Tabel 2.2 Frekuensi Pemberian Gizi Bayi…...……………………………... 23 Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket .............................................................................
30
Tabel 3.2 Definisi Operasional……………………………………………… 32 Tabel 4.1 Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Pada Bayi………. 38
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori...........................................................................
25
Gambar 2.2 Kerangka Konsep………………………………………………
25
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5.
Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6.
Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian
Lampiran 7.
Surat Balasan Penggunaan Lahan Penelitian
Lampiran 8.
Surat Permohonan Responden
Lampiran 9.
Informed Consent
Lampiran 10. Angket Penelitian dan Kunci Jawaban Lampiran 11. Data Tabulasi Angket Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14. Hasil Penelitian Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Bayi Lampiran 15. Penghitungan Hasil Penelitian Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu kondisi banyaknya jumlah penderita gizi kurang, disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih cenderung meningkat. Masalah gizi ganda ini sangat erat kaitanya dengan gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan termasuk pada bayi (Peraturan Pemerintah No. 33, 2012). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%. Artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai (Depkes RI, 2011). Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaiknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode
1
2
kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006). Nutrisi secara khusus penting dalam tahun pertama kehidupan bayi. Saat itu bayi benar-benar tergantung pada pengasuhnya untuk memberikan makan. Selama tahun pertama, berat badan bayi meningkat tiga kali lipat dibanding berat lahirnya (Meadow dan Newell, 2005). Usia bayi memang usia yang rawan, kebutuhan gizi per kg berat badan lebih tinggi dari orang dewasa karena pertumbuhannya lebih cepat. Bertambahnya usia bayi karena bertambahnya umur akan membutuhkan sumber tenaga yang meningkat pula. Namun perlu diingat bahwa bayi harus mendapatkan zat gizi yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan (Paath dkk, 2005). Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini baru sekitar 50% anak balita yang dibawa ke Posyandu untuk di timbang sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 74 %. Demikian pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0 - 6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 39 %, sekitar 28 % rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat,
dan
pola
makan
(Kepmenkes No.747, 2007).
yang
belum
beraneka
ragam
3
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Widoro Sragen Wetan pada bulan November, jumlah ibu yang mempunyai bayi 35 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 ibu yang mempunyai bayi terdapat 7 ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan ibu memberikan makanan tambahan pada usia < 6 bulan, sedangkan 3 ibu memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan makanan tambahan < 6 bulan. Berdasarkan kondisi diatas maka peneliti dalam penelitian, tertarik mengambil judul mengenai perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku ibu dalam pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen?”
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen pada perilaku baik.
4
b. Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen pada perilaku kurang baik.
D. Manfaat penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi. 2. Bagi diri sendiri Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan informasi yang telah diperoleh khususnya tentang pemberian asupan gizi pada bayi. 3. Bagi institusi a. Lahan penelitian Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan desa khususnya asupan gizi pada bayi. b. Pendidikan Dapat dipergunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya asupan gizi pada bayi.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan “ Perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi” pernah dilaksanakan oleh :
5
Rahma, Muswita Widya (2009), judul “Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan”. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik sampling menggunakan teknik total sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula (93,5%) dan nasi tim (23,9%). Jumlah makanan tambahan yang diberikan ibu kurang dari 5 sendok makan adalah nasi tim (19,5%) dan biscuit (10,8%), serta susu formula lebih dari 300 cc (36,9%). Waktu pemberian susu formula dan air putih (100%) diberikan pada pagi, siang, sore hari, serta (93,5%) pada selingan pagi dan selingan siang. Ibu memberikan nasi tim pada pagi (15,2%), siang (10,8%), dan sore (13%). Frekuensi makanan tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula (76,1%) dan air putih (84,6%) setiap hari, makan pokok (23,9%), nasi tim (19,5%), dan sayur hijau (13%) setiap hari, serta pisang (6,5%) 1-2 kali seminggu. Alasan ibu memberikan makanan tambahan agar bayi lebih sehat (89,1%), dan resiko setelah pemberian makanan tambahan pada bayi sering susah Buang Air Besar (BAB) (26,1%).
Persamaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian deskriptif kuantitatif, teknik sampling menggunakan teknik total sampling (sampling jenuh). Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu subjek, waktu, lokasi, serta hasil penelitian.
6
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 Bab, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang diteliti, kerangka teori, dan kerangka konsep.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrument
penelitian,
teknik
pengumpulan
data,
variabel
penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, dan etika penelitian. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum daerah penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian
BAB V
PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia tersebut antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan seterusnya (Notoatmodjo, 2010). Menurut Skiner seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus ----› Organisme ----› Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”(stimulus-organismerespons). Skinner membedakan adanya dua respon. Dalam teori Skinner dibedakan adanya dua jenis respon, yakni : 1) Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. 2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
7
8
rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Menurut Notoatmodjo (2010), dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Perilaku tertutup (cover behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. 2) Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”. b. Domain perilaku Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain, ranah atau wilayah, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yakni: pengetahuan, sikap, dan tindakan atau praktik sebagai berikut :
9
1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Secara garis besar ada 6 tingkat pengaetahuan yakni : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). 2) Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitasnya yakni: menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible). 3) Tindakan atau praktik (practice) Praktik atau tindakan dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yakni : praktik terpimpin (guided response), praktik secara mekanisme (mechanism), adopsi (adoption). c. Pengukuran perilaku Menurut Notoadmodjo (2010), mengukur perilaku terbuka, praktik atau tindakan, relative lebih mudah bila dibanding dengan mengukur perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Sebab praktik atau tindakan mudah diamati secara konkret dan langsung maupun melalui pihak ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktik dapat dilakukan melalui dua metode, yakni :
10
1) Langsung Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti peneliti langsung mengamati atau mengobservasi perilaku subyek yang diteliti. 2) Tidak Langsung Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, berarti peneliti tidak langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (responden). Oleh sebab itu metode pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni : a) Metode mengingat kembali atau “recall” Metode ini dilakukan dengan cara responden atau subyek peneliti diminta untuk mengingat kembali (recall) terhadap perilaku atau tindakan beberapa waktu yang lalu. b) Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat” dengan subyek atau responden Pengukuran perilaku terhadap seseorang atau responden dilakukan oleh orang yang terdekat dengan responden yang diteliti. c) Melalui “indikator” (hasil perilaku responden) Pengukuran perilaku ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku orang yang diamati. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu : 1) Faktor-faktor presdiposisi (presdiposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.
11
2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3) Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Bayi a. Pengertian Bayi adalah sejak kelahiran sampai usia 12 bulan (Nirwana, 2011). Menurut Kamus Besar (2005), bayi adalah anak yang belum lama lahir. b. Tumbuh kembang bayi Menurut Ratnaningsih & Riyadi (2012), tumbuh kembang bayi umur 0 -12 bulan antara lain : 1) Umur 1 bulan Fisik
: Berat badan akan meningkat 150 – 200 gr/mg, tinggi badan
meningkat
2,5
cm/bulan,
lingkar
kepala
meningkat 1,5 cm/ bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi umur 6 bulan. Motorik
: Bayi mulai mengangkat kepala dengan dibantu, tubuh ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke kanan, menggenggam sudah mulai positif.
Sensoris
: Mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi
: Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada disekitar
12
2) Umur 2 – 3 bulan Fisik
: Fontanel posterior sudah tutup
Motorik
: Mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahanya sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke mulut, mulai berusaha untuk meraih benda-benda yang menarik, bisa di dudukkan dengan posisi punggung disokong, mulai asyik bermain-main sendiri dengan tangan dan jarinya.
Sensoris
: Sudah bisa mengikuti arah sinar tepi, koordinasi keatas dan
bawah,
mulai
mendengarkan
suara
yang
didengarnya. Sosialisasi
: Mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa keras, menangis, menangis sudah mulai berkurang.
3) Umur 4 – 5 bulan Fisik
: Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir, ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva.
Motorik
: jika di dudukkan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, mulai berusaha meraih benda sekitar tangannya.
Sosialisasi
: Senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum
pernah
mengeluarkan
dilihatnya/dikenalnya, suara
pertada
tidak
sudah
bisa
senang
bila
mainan/benda miliknya diambil oleh orang lain.
13
4) Umur 6 – 7 bulan Fisik
: Berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan, gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik
:
Bayi
sudah
bisa
membalikkan
badan
sendiri,
memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya, mengambil mainan dengan tangannya, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri. Sosialisasi
: Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya dengan
yang
menyebutkan
tidak atau
dikenalnya,
sudah
mengeluarkan
dapat suara
em……em…..em… 5) Umur 8 -9 bulan Fisik
: Sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan ke mulut sangat sering, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-jarinya.
Sensoris
: Bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada disekitarnya
Sosialisasi
: Bayi merasa cemas terhadap hal-hal yang belum dikenalnya jika dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang kata-kata “dada…..dada” tetapi belum punya arti.
14
6) Umur 10 – 12 bulan Fisik
: Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan bawah sudah tumbuh.
Motorik
: Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk
sendiri,
menggunakan
mulai
sendok
menggunakan
tangan,
belajar akan
makan
tetapi
sudah
dengan
lebih bisa
senang bermain
ci….luk….ba…., mulai senang mencoret-coret kertas. Sensoris
: Sudah dapat membedakan bentuk
Sosialisasi
: lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut pada situasi yang asing, mulai mengerti dengan perintah yang sederhana, sudah mengerti namanya sendiri.
3. Pemberian asupan gizi pada bayi a. Pengertian Pemberian asupan gizi pada bayi adalah jumlah pemberian makanan pada usia 0-12 bulan. Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. (Waryana, 2010). Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara
jaringan,
serta
mengatur
proses-proses
kehidupan
(Almatsier, 2009). Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur / ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi
15
oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh (Waryana, 2010). b. Kebutuhan gizi bayi Menurut Waryana (2010), usia bayi 0-6 bulan dengan berat 6,0 kg dan tinggi 60 cm, angka kecukupan gizi yang dianjurkan perharinya adalah: 1) Energi 550 kkal 2) Protein 10 g 3) Vitamin A 375 RE 4) Vitamin D 5 mcg 5) Vitamin E 4 mg 6) Vitamin C 40 mg 7) Kalsium 200 mg 8) Besi 0,5 mg 9) Seng 1,3 mg Menurut Purwitasari & Maryanti (2009), perkiraan kebutuhan ASI pada bayi usia 1-24 minggu antara lain : 1) Minggu 1
: 100 – 450 ml
2) Minggu 2 - 3
: 450 – 500 ml
3) Minggu 4 - 7
: 500 – 650 ml
4) Minggu 8 - 12
: 650 – 750 ml
5) Minggu 12 – 24 : 750 – 850 ml Bayi umur 0 – 6 bulan dengan berat badan 5,5 kg dan panjang 60 cm yaitu energy 560 Kkal dan protein 12 gram. Untuk bayi 7 – 12 bulan
16
dengan berat badan 8,5 kg dan panjang badan 71 cm, yaitu energi 800 Kkal dan protein 15 gram (Paath dkk, 2005). c. Macam-macam asupan gizi pada bayi 1) Air Susu Ibu (ASI) Menurut Waryana (2010), ASI adalah sumber gizi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. Usia bayi 0 – 6 bulan tidak perlu diberi makanan lain, kecuali ASI (ASI eksklusif). ASI adalah makanan yang paling bagus pada bayi. ASI yang pertama kali keluar adalah kolostrum (Riyadi & Ratna ningsih, 2012). ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk madu, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim sampai dengan usia 6 bulan (Waryana, 2010). Menurut Riksani (2012), beberapa alasan ASI harus diberikan pada bayi antara lain : a) ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) mengandung banyak zat kekebalan tubuh yang dapat mencegah infeksi pada bayi. b) Bayi yang minum ASI jarang menderita radang pencernaan, misalnya diare. c) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran pencernaan.
17
d) Kemungkinan kecil bayi menderita kejang akibat hipokalsemia (kekurangan
kalsium)
sangat
sedikit
karena
bayi
sudah
mendapatkan kalsium yang cukup dari ASI. e) Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan paling baik untuk mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi. f) ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik dari susu buatan manapun karena didalamnya terkandung zat kekebalan tubuh (kolostrum mengandung 15 kali lebih banyak zat kekebalan tubuh). Kadungan zat gizi yang terdapat dalam ASI (Riksani, 2012), antara lain : a) Air ASI mengandung 88,1% air. ASI yang diminum bayi sudah mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan kesehatan bayi. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat. b) Karbohidrat Karbohidrat terbanyak dalam ASI adalah laktosa. Laktosa diperlukan dalam pertumbuhan otak serta memiliki struktur kimiawi berupa sepasang gula, yaitu glukosa dan galaktosa. Galaktosa adalam makanan utama dalam pengembangan otak. Laktosa berperan membantu penyerapan kalsium yang gunanya untuk pembentukan tulang. Sehingga bayi yang mengkonsumsi ASI akan memiliki tubuh dan tulang yang lebih kuat.
18
c) Bahan Larut ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri atas 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahanbahan lain. d) Protein ASI mengandung protein yang tinggi dengan dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein. Whey adalah protein halus, lembut, serta mudah dicerna. Sedangkan kasein adalah protein yang kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi e) Taurin, DHA, dan AA Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI berperan penting dalam proses pematangan sel otak. Apabila kekurangan taurin dapat menyebabkan gangguan pada retina mata. Decosahexoid acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh berantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak secara optimal. f) Zat kekebalan tubuh ASI mengandung banyak zat kekbalan tubuh, antara lain immunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup yang diperlukan untuk membantu kekebalan tubuh bayi. g) Laktoferin dan lisosom Laktoferin adalah pengangkut zat besi dalam darah pada ASI. Lisosom adalah antibiotic alami dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri berbahaya.
19
Sedangkan manfaat Air Susu Ibu (ASI)
menurut Riksani
(2012), antara lain: a) Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim yang terbaik yang dibutuhkan b) Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya c) Meningkatkan sensivitas ibu akan kebutuhan bayinya d) Mengurangi perdarahan serta konservasi zat besi, protein, dan zat lainnya, mengingat ibu tidak haid selama menyusui sehingga menghemat zat yang terbuang. e) Penghematan anggaran karena tidak perlu membeli susu dan segala perlengkapannya. f) ASI
eksklusif
dapat
menurunkan
angka
kejadian
alergi,
terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas Menurut
Prawirohardjo
(2010),
penggunaan
ASI
yang
dianjurkan sebagai berikut: a) ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% asupan gizi bayi b) Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi 60 -70% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi. 2) Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Berdasarkan pernyataan dari Waryana (2010), makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada
20
bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI. Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan dan diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi bayi secara terus menerus. Beberapa pedoman dalam pemberian MP- ASI pada bayi yang masih minum ASI menurut Riksani (2012), antara lain : a) Lanjutkan pemberian ASI sesuai keinginan bayi (ondemand) b) Sebaiknya ibu memberikan makanan secara pelan dan sabar, berikan dorongan agar bayi mau makan, tetapi jangan memaksa untuk makan, ajak bayi untuk bicara, dan pertahankan kontak mata c) Jaga kebersihan dalam setiap makanan yang disajikan d) Memulai pemberian makanan pendamping setelah bayi berusia 6 bulan dalam jumlah sedikit. Secara bertahap, ibu bisa menambah jumlahnya sesuai usia bayi e) Variasi makanan secara bartahap ditambah agar bayi bisa merasakan segala macam cita rasa f) Frekuensi makanan ditambah secara bertahap sesuai pertambahan usianya, yaitu 2-3 kali sehari pada usia 6-8 bulan dan 3 – 4 kali sehari pada usia 9 – 24 bulan dengan tambahan makanan selingan 1 – 2 kali bila diperlukan g) Pilih variasi makanan yang kaya akan zat gizi
21
h) Usahakan untuk membuat sendiri makanan yang akan diberikan kepada bayi dan hindari makanan instan i) Jika bayi yang terlihat sakit, maka tambahkan asupan cairan (terutama berikan air susu lebih sering) d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asupan gizi pada bayi Beberapa
hal
penting
yang
harus
diperhatikan
menurut
Waryana (2010) antara lain : 1) Makanan bayi harus dapat memenuhi tujuan pemberian gizi yaitu : a) Untuk tumbuh kembang b) Untuk memenuhi kebutuhan psikologis 2) Keperluan edukatif/pendidikan untuk melatih kebiasaan makan yang baik 3) Pengenalan makanan pendamping ASI dilaksanakan secara bertahap dan berangsur-angsur. Berikan makanan bayi sedikit demi sedikit dari bentuk encer berangsur kebentuk yang lebih lembik 4) Makanan baru diperkenalkan satu persatu agar diterima dengan baik 5) Urutan pemberian makanan pelengkap : buah-buahan, tepungtepungan, sayuran, daging. Sumber potein hewani misalnya kuning telur diberikan terakhir (umur 6 bulan) 6) Perhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan (alat makan minum) 7) Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusu
22
1) Gunakan sendok atau cangkir untuk memberi makan 2) Sebelum berumur 2 tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa e.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian gizi pada bayi Faktor yang mempengaruhi pemberian gizi pada bayi menurut Kristyanasari (2010), antara lain : 1) Umur bayi 2) Jenis dan jumlah gizi yang diberikan 3) Waktu dan frekuensi pemberian 4) Kondisi kesehatan bayi 5) Berat badan bayi Tabel 2. 1 Pola Pemberian Gizi Bayi
Umur bayi Kalori ASI (bulan) 0–3 300 √ 3–4 400 √ 4–6 500 √ 6–9 800 √ 9 – 12 900 √ Sumber : Kristiyanasari (2010)
Buah
Makanan lumat
Makanan lembek
√ √
√ √
√ √
Tabel 2.2 Frekuensi Pemberian Gizi Bayi Umur
Jenis dan Frekuensi pemberian gizi
0-3 bulan
ASI sekehendak
3-4 bulan 4-6 bulan 6-9 bulan
ASI sekehendak ASI sekehendak ASI sekehendak, buah 1-2 kali, makanan lumat 2 kali, makanan lembek 1 kali
9-12 bulan
ASI/MP-ASI 2 kali, buah 1-2 , makanan lumat 1 kali, makanan lembek 2 kali, telur 1 kali
Sumber : Purwitasari & Maryanti (2009)
Telur
√
23
f. Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada bayi Berdasarkan pernyataan Riksani (2012), risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada bayi antara lain: 1) Ketika bayi berusia 0 – 6 bulan, organ-organ pencernaannya belum berkembang dengan sempurna dan system pencernaannyapun belum siap menerima makanan lain selain ASI. Organ pencernaannya akan kelebihan beban kerja jika sebelum usia 6 bulan sudah mendapat MPASI. 2) Risiko alergi meningkat, pada usia 6 bulan
bayi memproduksi
antibodi yang cukup untuk melawan alergen. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dari makanan sehingga makanan yang masuk akan menimbulkan reaksi imun dan menyebabkan terjadinya alergi pada bayi. 3) Saat bayi berusia 6 bulan, system pencernaannya relative lebih siap menerima makanan selain ASI 4) Meningkatkan risiko infeksi. Hal ini disebabkan system kekebalan tubuh bayi yang berusia kurang dari 6 bulan belum optimal. Hasil riset menunjukkan bahwa bayi yang diberikan makanan sebelum berusia 6 bulan lebih sering terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan demam, dibandingkan bayi yang hanya diberi ASI eksklusif. 5) Bayi akan terhindar dari bahaya obesitas jika pemberian MP-ASI ditunda hingga berusia 6 bulan.
24
B. Kerangka Teori Perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi
Asupan gizi pada bayi 1. Pengertian pemberian asupan gizi pada bayi 2. Kebutuhan Gizi Bayi 3. Macam-macam asupan gizi pada bayi 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asupan gizi pada bayi 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian gizi pada bayi 6. Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada bayi
Bayi ( umur 0- 12 bulan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Keyakinan 5. Petugas kesehatan Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Notoadmodjo (2010), Waryana (2010), dan Riksani (2012) C. Kerangka Konsep Baik Perilaku Kurang baik
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif . Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian
deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Menurut Riduwan (2012), kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Penelitian yang akan digunakan ini merupakan penelitian yang paling sederhana, menurut Arikunto (2010) yang dimaksud sederhana karena peneliti tidak melakukan apapun terhadap objek yang diteliti. Peneliti tidak mengubah, menambah, atau memanipulasi objek yang diteliti. Pada penelitian ini peneliti mendiskripsikan perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk mengambil data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2007). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen.
25
26
2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto,2007). Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 – 24 Maret 2013.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen. Populasi ibu yang mempunyai bayi di desa tersebut adalah sebanyak 35 orang. 2. Sampel Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah semua ibu yang mempunyai bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen. Apabila subyek penelitian < 100, maka dapat diambil semua, jika populasi >100 dapat diambil 10-15%nya. Dalam penelitian ini, mengambil sampel sebanyak 35 orang. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik sampling jenuh. Menurut pernyataan Hidayat (2007), sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara pengambilan sampel ini dilakukan apabila populasinya kecil.
27
D. Instrument Penelitian Instrument
penelitian
adalah
alat-alat
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan (Hidayat, 2007). Angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup mengenai perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi. Angket tertutup atau berstruktur adalah dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2007). Responden hanya tinggal memberi tanda chek (¥) saja pada jawaban yang dipilih. Untuk pernyataan favorabel (+) jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Untuk pernyataan unfavorabel (-) jawaban benar diberi nilai 0 dan jawaban salah diberi nilai 1 (Arikunto, 2010). Untuk mengetahui angket peneliti ini berkualitas, telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan karakteristik yang sejenis di luar lokasi penelitian. Uji validitas telah dilakukan di Sragen Kulon, pada tanggal 26 November 2012, sebanyak 30 ibu yang mempunyai bayi. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Rumus kolerasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh person yaitu rumus kolerasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
28
rxy
^N ¦ x
N (¦ xy ) (¦ x. ¦ y ) 2
^
(¦ x) 2 N ¦ y 2 (¦ y ) 2
``
Keterangan : N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien kolerasi product moment
x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total Penghitungan uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer SPSS 16 for windows dengan taraf signifikan 5%. Uji validitas yang telah dilakukan di Sragen Kulon. Dari hasil uji validitas didapatkan hasil dari 24 butir pernyataan, 21 pernyataan valid dan 3 pernyataan dinyatakan tidak valid. Adapun nomor yang tidak valid yaitu nomor 13, 19, 22 . Sehingga pernyataan yang tidak valid tidak digunakan. 2. Uji Reliabilitas Realiabilitas adalah indikasi yang menunjukkan sejauh mana pengukuran individu-individu pada situasi – situasi yang berbeda memberikan hasil yang sama (Arikunto, 2010). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan komputer SPSS 16 for Windows. Dinyatakan reliable apabila nilai rkriteria > 0,707 (Hidayat, 2007). Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut :
29
r11
2 ª k º ª 6Vb º 1 « k 1» « V 2 t »¼ ¼¬ ¬
Keterangan : r11
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Ȉıb2
= Jumlah varian butir
Ȉt2
= Varians total
Hasil uji reliabilitas di Sragen kulon didapatkan nilai Alpha Chronbach sebesar 0,735 > 0,707 sehingga angket dinyatakan reliable. 3. Kisi – kisi angket Tabel 3.1 Kisi – kisi Angket Indikator Pengertian pemberian asupan gizi pada bayi Kebutuhan gizi pada bayi
No Soal
Jumlah
Positif 1
Negatif
3
2
1
6, 7, 11, 12, 8, 9, 10, 17 13* Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam 15, 16, 18, 14, 19* memberikan asupan gizi pada bayi 20, 21, 22* 5 Faktor – faktor yang mempengaruhi 4 pemberian gizi pada bayi Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada 23 24 bayi Total soal 15 9 Macam – macam asupan gizi pada bayi
Ket : * tidak valid
2 9 8 2 2 24
30
E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2006), data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Riwidikdo (2009), data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek/objek oleh peneliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pendokumentasian. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari responden, yaitu melalui lembar angket yang diisi langsung oleh responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi bidan desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen yang berupa jumlah ibu yang mempunyai bayi di desa tersebut.
F. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti merupakan variabel tunggal, yaitu perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
G. Definisi Operasional Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel – variabel yang diamati atau diteliti. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada
31
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah perilaku ibu tentang asupan gizi pada bayi. Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi
Definisi Alat ukur Operasional Hasil dari Angket kebiasaan ibu yang dilakukan setiap hari dalam pemberian asupan gizi pada bayi
Skala
Variasi Pengukuran
Ordinal
a. Baik, skor T responden > Mean T b. Kurang baik, skor T responden < Mean T (Riwidikdo, 2010)
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010), langkah – langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara manual, antara lain : a. Editing (penyuntingan data) Memeriksa hasil data yang diperoleh dan memperjelas pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan. Jika ada data yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan. b. Coding sheet (membuat lembaran kode) Lembaran kode adalah instrument berupa kolom – kolom untuk merekam data secara manual.
32
c. Data entry (memasukkan data) Mengisi kolom – kolom atau kotak – kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing – masing pertanyaan. d. Tabulating (tabulasi) Kegiatan membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam pengolahan hasil data ini menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi dan presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya, menurut Riwidikdo (2010), perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi diukur melalui keterangan sebagai berikut: a. Baik bila skor T responden > Mean T b. Kurang baik bila skor T responden < Mean T Adapun rumus mencari Skor T adalah :
T
50 10
xi x SD
Keterangan: xi
: nilai responden
x
: rata - rata
SD
: simpangan baku
33
Sebelum mencari skor T harus diketahui nilai rata-rata dan SD terlebih dahulu. Rata-rata (mean) adalah rata-rata hitung atau nilai kecenderungan memusat (tendency central). n
¦x Rumus rata-rata (mean) :
X
i
i 1
n
Keterangan : : rata-rata (mean)
X n
¦x
i
: jumlah seluruh nilai reponden
i 1
n
: jumlah responden
Sedangkan simpangan baku (standart devitiation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-rata. Rumus SD (Standart Devitiation) :
SD
§ n · ¨ ¦ xi ¸ n 2 xi © i 1 ¹ ¦ n i 1 n 1
2
Keterangan: xi
: nilai responden
n
: jumlah responden
Selanjutnya rumus untuk mencari mean T adalah :
34
XT
¦ skorT n
Keterangan: XT
: rata-rata skor T
¦ skorT
: jumlah seluruh skor T responden
n
: jumlah responden
Menurut Riwidikdo (2010), rumus prosentase untuk jumlah ibu tentang pemberian asupan gizi menurut tingkat perilaku : Jumlah ibu menurut tingkat perilaku Skor prosentase =
x 100% Jumlah reponden
I.
Etika Penelitian Menurut Notoadmojo (2010), etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang apa yang dilakukan orang atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang. Masalah etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian dan perlu diperhatian menurut (Hidayat, 2007) antara lain : a. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden diberikan lembar penelitian. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuan informed consent agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
35
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. b. Anonymity (tanpa nama) Dalam
penelitian
ini,
peneliti
memberikan
jaminan
dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil pelelitian yang akan disajikan. c. Confidentiality (kerahasiaan) Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di Desa Widoro, Kelurahan Sragen Wetan, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Desa Widoro mempunyai luas wilayah 600.000 m2.Terdiri atas 2 RW, 11 RT. Batas wilayah Desa Widoro sebagai berikut : sebelah timur berbatasan dengan Desa Sidomulyo, sebelah utara berbatasan dengan Desa Nglorog, sebelah barat berbatasan dengan Desa Krapyak, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Sukowati. Jumlah total penduduk Desa Widoro adalah 3215 jiwa. Dengan perincian jumlah laki-laki sebanyak 1522 orang dan penduduk perempuan sebanyak 1693 orang. Desa Widoro memiliki 13 posyandu. Terdapat 2 BPS. Jumlah ibu yang mempunyai bayi yaitu 35 orang, yang semuanya dijadikan sampel dalam penelitian.
B. Hasil Penelitian Setelah dilakukan analisa terhadap perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi dengan jumlah sample sebanyak 35 responden. Sehingga didapatkan hasil perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Pada Bayi
36
37
No.
Perilaku
Frekuensi (orang)
Prosentase (%)
1
Baik
16
45,71
2
Kurang Baik
19
54,29
Jumlah
35
100
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel diatas perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi adalah baik sebanyak 16 responden (45,71 %), kurang baik sebanyak 19 responden (54,29 %).
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada responden menunjukkan hasil perilaku kurang baik sebanyak 19 responden (54,29 %), perilaku baik sebanyak 16 responden (45,71 %). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, responden dengan perilaku baik mempunyai perilaku yang baik tentang pemberian asupan gizi pada bayi, yang meliputi pemberian ASI eksklusif, waktu yang tepat saat memberikan makanan tambahan pada bayi, serta memperhatikan kebutuhan asupan gizi pada bayi. Selanjutnya untuk responden berperilaku kurang baik, sebagian besar berperilaku kurang baik tentang pemberian asupan gizi pada bayi antara lain masih banyak yang memberikan ASI dan susu formula pada bayi berusia 0-6 bulan serta dalam hal memberikan makanan tambahan pada bayi sebelum bayi menyusu. Namun sudah baik dalam memperhatikan kebutuhan pemberian asupan gizi pada bayi.
38
Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia tersebut antara lain : berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan seterusnya. Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Demikian pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 39%, sekitar 28% rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat, dan pola makan yang belum beraneka ragam (Kepmenkes No 747, 2007) Menurut Purwitasari & Maryanti (2009), perkiraan kebutuhan ASI pada bayi usia 1 – 24 minggu, pada minggu pertama bayi yaitu 100 – 450 ml dan bertambah tiap minggunya. Perkiraan kebutuhan gizi pada bayi dilihat dari berat badan dan panjang badan. Bayi umur 0 -6 bulan dengan berat badan 5,5 kg dan panjang badan 60 cm yaitu energi 560 Kkal dan protein 12 gram. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam memberikan asupan gizi pada bayi menurut Waryana (2010), yaitu makanan bayi harus dapat memenuhi tujuan pemberian gizi, pengenalan makanan pendamping ASI dilaksanakan secara bertahap dan berangsur-angsur. Berikan makanan bayi sedikit demi sedikit dari bentuk encer berangsur kebentuk yang lebih lembik.
39
Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusu. Sebelum berumur 2 tahun, bayi dapt mengkonsumsi makanan orang dewasa. Menurut Purwitasari & Maryanti (2009), pemberian gizi bayi pada umur 0-6 bulan sebaiknya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan. Mulai umur 6-9 diberikan ASI sekehendak, buah 1-2 kali, makanan lembek 1 kali, dan umur 9-12 bulan diberikan ASI/MP-ASI 2 kali, buah 1-2, makanan lumat 1 kali, makanan lembek 2 kali, telur 1 kali. Pedoman dalam pemberian MP-ASI pada bayi yang masih minum ASI menurut Riksani (2012), yaitu mulai memberikan makanan pendamping setelah bayi berusia 6 bulan dalam jumlah sedikit, secara bertahap, ibu bisa menambahkan jumlahnya sesuai usia bayi. Usahakan untuk membuat sendiri makanan yang akan diberikan kepada bayi dan hindari makanan instan. Biasanya para ibu menginginkan yang praktis, cepat dan mudah pada saat membuat makanan bayinya. Dari hasil analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen masih kurang terutama mengenai hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian asupan gizi pada bayi yaitu hal pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan yang tidak tepat pada waktunya, dan pemberian makanan tambahan sebelum bayi menyusu. Sebaiknya ibu dalam memberikan makanan tambahan setelah bayi menyusu. Oleh karena itu, para ibu perlu mendapat penyuluhan mengenai pemberian asupan gizi pada bayi.
40
D.
Keterbatasan 1. Kendala penelitian Kendala dalam penelitian ini adalah waktu mengumpulkan responden. Karena responden di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen tidak hadir dalam pembagian angket. Sehingga untuk ibu yang tidak datang peneliti harus berkunjung kerumah responden tersebut untuk memberikan angket. 2. Kelemahan / keterbatasan selama proses penelitian a. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga penelitian terbatas pada tingkat perilaku saja. b. Kuesioner yang digunakan adalah angket tertutup, sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak saja, dan jawaban reponden secara mendalam.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Pada Bayi Di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Perilaku Ibu tentang Pemberian Asupan Gizi pada Bayi di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen pada perilaku kurang baik sebanyak 19 responden (54,29%).
2.
Perilaku Ibu tentang Pemberian Asupan Gizi pada Bayi di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen pada perilaku baik sebanyak 16 responden (45,71%)
B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
diatas,
perlu
adanya
upaya
untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik dan optimal. Oleh karena itu peneliti menyampaikan sebagai berikut: 1. Bagi Lahan Penelitian Diharapkan desa dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan khususnya tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
41
42
2. Bagi Ibu Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para ibu mengerti dan bersedia memberikan asupan gizi pada bayi serta mencari informasi tentang pemberian asupan gizi pada bayi baik melalui media cetak maupun elektronik. Selain itu ibu dapat mengikuti penyuluhan yang diadakan di posyandu. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lagi lebih lanjut mengenai topik asupan gizi pada bayi. Seperti mejelaskan lebih mendalam mengenai kebutuhan gizi pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Budiarto. 2006. Metodologi penelitian Kedokteran. Jakarta : egc Depkes RI, 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) lokal. (online) http://gizi.depkes.go.id/wp.content/uploads/2012/05/Pedoman-MP-ASIlokal.pdf diakses tanggal 13 oktober 2012 ________, 2011. Capaian Pembangunan Kesehatan.(online) http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=ar ticle&id=157:capaian-pembangunan-kesehatan-tahun2011&catid=38:berita&Itemid=82 diakses tanggal 20 oktober 2012 Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta : Balai Pustaka Kepmenkes no 747, 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga.(online) http://gizi.depkes.go.id/wp-content/upload/2012/05/ped-opskadarsi.pdf diakses tanggal 13 oktober 2012 Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika Meadow, R. Newell, S. 2005. Lecture Notes On Paediatrics. Jakarta: Erlangga Nirwana, A.D. 2011. Psikologi Bayi Balita dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika Notoadmodjo, S. 2010. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ____________. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Paath, E.F. Y.Rumdasih. Meryati, 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC Peraturan Pemerintah no 33, 2012. Pemberian Air Susu Ibu. (online) http://depkes.go.id/downloads//pp%20ASI.pdf diakses tanggal 13 oktober 2012.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Purwitasari, D. Maryanti, D. 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta : Nuha Medika Rahma, M. W. 2009. Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan. Jurnal Kebidanan Usu. http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:519422/q/gambaran%20perilaku%2 0ibu%20dalam%20pemberian%20asupan%20gizi%20pada%20bayi/offset/0 /limit/15diaksestanggal 1 November 2012 Ratnaningsih, S. Riyadi, S. 2012. Tumbang Cara Praktis Orang Tua untuk Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta Riksani, R. 2012. Keajaiban Asi. Jakarta : Dunia Sehat Riwidikdo, H. 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihana Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana