PENGARUH PEMBELAJARAN PARTISIPATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 135 JAKARTA TIMUR
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Iin Indahwati NIM: 106011000032
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
Lampiran – lampiran
ABSTRAKSI Iin Indahwati, NIM: 106011000032. Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta Timur, skripi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan dua kelompok sample, yaitu Kelompok Eksperimen, kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Partisipatif dan Kelompok Kontrol, kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling (Sampel acak kelompok), dengan unit samplingnya adalah kelas. Kelas VII-3 sebagai kelompok kontrol dan kelas VII-1 sebagai kelompok eksperimen, dengan jumlah yang sama yaitu 35 siswa. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan posttest. Posttest yang diberikan berupa soal obyektif dengan jumlah25 soal. Hasil test diuji meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf sukar, uji daya pembeda dan fungsi distraktor, diperoleh 6 butir soal yang invalid. Dengan proporsi soal yang tingkat kesulitannya ”sukar” sebanyak 8 %, ”sedang” sebanyak 88 % dan ”mudah” sebanyak 4 %. Guna mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil belajar antara kelompok kontrol dan eksperimen, maka dilakukan uji ”t”. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 1,237. Nilai thitung dikonsultasikan pada ttabel dengan taraf signifikansi 5 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,00 dan pada taraf signifikansi 1 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,65 maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima. Berarti antara Pembelajaran Partisipatif dan Hasil Belajar Siswa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Artinya antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran partisipatif dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pembelajaran partisipatif tidak memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala puji hanyalah milik Allah s.w.t., Yang Maha Pengasih dan tiada pernah pilih kasih terhadap hamba-hambanya untuk memberikan rahmat-Nya yang berlimpah, sehingga penulis merasakan dengan sepenuh hati akan Kebesaran-Nya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan atas junjungan Baginda Nabi besar Muhammad s.a.w., bersama keluarganya, sahabatnya yang telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang, dari zaman jahiliyyah menuju zaman modern yang penuh dengan cahaya Islam. Semoga di Yaumil akhir kita tergolong sebagai umatnya yang memperoleh syafaatnya, amiin. Penulis masih menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bahrissalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dosen Pembimbing Drs. H. Masan A.F, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membagi ilmunya dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi.
5.
Penasihat Akademik Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.
6.
Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
7.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.
8.
Pihak sekolah SMP Negeri 135 Jakarta Timur, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.
9.
Guru-guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan terima kasih atas segala doa dan dukungannya serta nasihat-nasihatnya kepada penulis.
10.
Untuk ummi dan bapak, yang telah begitu banyak memberikan sokongan moril maupun materiil kepada penulis. Terima kasih atas segala hanturan doa yang tiada henti, sehingga penulis dapat merangkumkan skripsi ini. Usaha yang dilakukan penulis tidak berarti apa-apa tanpa doa hajat dan kasih sayang ummi dan bapak. Semoga
Allah
swt
memberikan
kesempatan
kepada
penulis
untuk
membahagiakan ummi dan bapak. Dan semoga Allah swt, menjadikan pengorbanan ummi dan bapak sebagai ladang surga kelak diakhirat, amiin. 11.
Terima kasih untuk kakak-kakakku Teh Iis, Teh Evi dan Teh Eka yang sudah memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis. Serta kakak iparku K’Andi, K’Cayo dan Bang Rozi yang telah memberikan paket keponakan yang lucu-lucu dan ngangenin Husein, Zaqi, Hatim dan Nayla yang sudah menambahkan kebahagian penulis selama ini.
12.
Untuk sahabat-sahabatku, nadia dan neneng terima kasih yach bu udah mau jadi pendengar yang baik buat curhat-curhat penulis plus wejangannya. Doain biar cepet nyusul yach ke jenjang pernikahan, amiin.... Sahabatku erika, nervi dan lulu terima kasih telah menemaniku dan menjalin persahabatan dengan ikatan yang berarti takkan penulis lupa. Syaidah dan teh Devi, terima kasih atas nasihat-nasihatnya semoga senantiasa keistiqamahan persaudaraan ini dapat terjalin hingga tiada akhir.
13.
Buat anak-anak kelas A PAI angkatan 2006 (aisyah, nung, neng, aim, nta, uni dan sholehah) yang telah mengisi buku hati penulis dengan kenangan yang tiada pernah terhapus. Buat zame terima kasih buat sms tausyiahnya, temen-temen history community angkatan 2006, kapan nich jalan-jalan lagi....? temen
iii
seperjuangan di ruang munaqasah (adit, evi n’ rukmi) dan mas yudhi buat perhatian dan bantuannya 14.
Untuk k’ faiz, terima kasih ka’ atas doanya dan dukungannya. Terima kasih kakak udah sabar untuk nemenin aku menghadapi masa-masa sulit dan menjadi pendengar yang baik. Semua yang terjadi antara kita udah buat aku menjadi orang yang lebih kuat, sabar, ikhlas dan dewasa. Semoga Allah swt mempertautkan hati kita dalam ikatan yang diridhoi-Nya, amiin.... Mohon maaf jika ada pihak yang tidak disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat
terima kasih atas segala dukungannya. Penulis sangat sadar akan segala dorongan dan bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga amal kebaikan selalu mendapatkan imbalan yang setimpal dari sisi Allah swt. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak sehingga terjadi satu sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi di masa yang akan datang. Dan akhirnya penulis berharap bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Jakarta, 16 Sepetember 2010 Penulis Iin Indahwati
iv
DAFTAR ISI
Abstraksi………………………………………………………………………………i Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii Daftar Isi……………………………………………………………………………....v Daftar Tabel…………………………………………………………………………..vii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1 B. Identifikasi Masalah………………………………………………...6 C. Pembatasan Masalah………………………………………………..7 D. Perumusan Masalah…………………………………………………7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………7
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Partisipatif………………………………………….9 a. Pengertian Belajar……………………………………………..9 b. Pengertian Pembelajaran……………………………………..10 c. Konsep Pembelajaran Partisipatif……………………………14 d. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif…………………………...14 e. Tahap Kegiatan Pembelajaran Partisipatif……………………………………………………15 2. Hasil Belajar……………………………………………………..19 a. Pengertian Hasil Belajar……………………………………..19 b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar…………………….21 3. Pendidikan Agama Islam..............................................................23 a. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................................23 b. Fungsi Pendidikan Agama Islam.............................................24 c. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam................................25 B. Hasil Penelitian yang Relevan..........................................................26
v
C. Kerangka Berfikir.…………………………………………………27 D. Hipotesis...………………………………………………………....28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................29 B. Metode Penelitian.............................................................................29 C. Populasi dan Sampling.....................................................................30 D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................31 E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..............................................34 F. Hipotesis Statistik ............................................................................36
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data..................................................................................37 B. Pengujian Persyaratan Analisis........................................................46 C. Pengujian Hipotesis..........................................................................44 D. Keterbatasan Penelitian....................................................................48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.......................................................................................50 B. Saran.................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1
Desain Penelitian............................................................................................30
Tabel 2
Rekapitulasi Uji Instrumen Tes Obyektif.......................................................40
vi
Tabel 3 Rekapitulasi Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol.................43 Tabel 4 Rekapitulasi Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol..............44 Tabel 5
Transformasi Hasil Tes Obyektif ...................................................................73
Tabel 6 Butir Item, nilai P dan Q………………………………………………….…74 Tabel 7
Perhitungan untuk mengetahui Koefisien Korelasi r pbi ................................76
Tabel 8
Nilai n, ∑ Xt, ∑ Xt2 ......................................................................................78
Tabel 9 Butir Item, nilai P Q dan ∑ PQ………….…………………………………..79 Tabel 10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran.......................................................................81 Tabel 11 Klasifikasi Daya Pembeda.............................................................................82 Tabel 12 Penghitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen...................................84 Tabel 13 Penghitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen...................................86
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Peranan pendidikan dalam mengembangkan bangsa tertuang dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 1 Peranan pendidikan untuk kelangsungan kehidupan bangsa dan umat, juga telah digariskan dalam firman Allah swt, surah At-Taubah ayat 122:
☺
⌧
⌧ ⌧
⌧
1
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 32
1
2
2
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. 2
Menuntut
ilmu
dan
mendalami
ilmu-ilmu
agama
bertujuan
untuk
mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam, agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh segala macam lapisan masyarakat. Menurut pengertian yang tersurat dari ayat di atas, kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah swt adalah dalam bidang ilmu agama. Agama adalah suatu system hidup yang mencangkup seluruh aspek dan segi kehidupan manusia. Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat mencerdaskan kehidupan, dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan memiliki peranan terhadap kemajuan suatu bangsa, bahwasanya pendidikan merupakan proses bantuan yang disengaja dari seseorang kepada orang lain dalam rangka mengembangkan secara maksimal segala potensi yang ada pada peserta didik. Mengarah pada wacana tersebut, dalam aspek pendidikan terdapat tiga ranah yang harus dicapai guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasbullah dalam bukunya “Dasardasar Ilmu Pendidikan” mengutip pendapatnya Ahmad D. Marimba, bahwa terdapat lima unsur yang harus dipenuhi dalam pendidikan, “yaitu (a) usaha kegiatan, usaha itu bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan dan dilakukan secara sadar; (b) ada pendidik, pembimbing atau penolong; (c) ada yang dididik
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan, (Semarang: CV. Adi Grafika, 1994), h. 301
3
atau si terdidik; (d) bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan; (e) dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan”. 3 Dari kelima unsur tersebut, pendidiklah yang memiliki peranan. Terlebih untuk mencapai keberhasilan dalam pencapaian ketiga ranah tersebut, tidak terlepas dari adanya peran guru. Guru yang melakukan usaha dalam membimbing. Bimbingan yang dilakukan memiliki tujuan untuk membuat peserta didik memahami dan menerapkan akan pelajaran yang disampaikan, dan guru pula yang menggunakan alat-alat berupa media guna menunjang proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal itu, Didi Sutardi dan Encep Sudirjo mengemukakan bahwa “yang menjadi kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah guru dalam mengemban tugas profesinya, keberhasilan tugas guru dalam mengelola pembelajaran ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dan siswa.” 4 Pendidikan diharapkan tidak hanya bersifat sebagai transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan para peserta didik dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya
dalam
kehidupan
sehari-hari
baik
untuk
dirinya
maupun
lingkungannya. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi melalui kegiatan pembelajaran. Dan modal dari hasil pendidikan itu sendiri, salah satunya dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang memadai. Proses pembelajaran dapat berlangsung pada pendidikan formal maupun non formal. Proses pembelajaran pada pendidikan formal (pendidikan di sekolah) mencangkup jenjang Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Didalamnya terdapat kurikulum yang diwujudkan melalui penyelenggaraan mata pelajaran-mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjangnya. Dan Pendidikan Agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan Agama Islam termasuk dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, sebagaimana sesuai dengan uu no. 20 Tahun 2003, pasal 30 yaitu ”pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan 3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3 Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 26 4
4
peraturan perundang-undangan.” 5
Pendidikan Agama Islam adalah salah satu
bidang akademis yang dapat dioptimalkan kemampuannya dengan motivasi dan kesadaran yang tinggi, Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari sekian ilmu yang ada mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Materi-materi yang terdapat dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut bersifat teori yang membutuhkan pengaplikasian. Dalam Pendidikan Agama Islam, siswa patutlah memakai konsep teori yang ada dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan begitu para siswa dapat secara baik mengaplikasikannya. Keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat terlihat pada penerapannya dalam tingkah laku sehari-hari yang dilakukan oleh para siswa. Terkait dengan pemahaman konsep dan pengaplikasian materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, ditemukan beberapa persoalan yakni siswa dapat memahami konsep materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun tidak terlihat pengaplikasiannya. Tergambar dari nilai raport siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, memperoleh nilai baik namun siswa tidak menunjukkan pengaplikasiannya sesuai dengan nilai yang tertera pada raport. Ada juga siswa yang tidak dapat memahami bahkan juga tidak dapat mengaplikasikan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan siswa dalam memahami dan mempraktekan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, bukan semata-mata berasal dari permasalahan siswa. Tidak menutup kemungkinan dapat disebabkan oleh guru dalam proses pembelajarannya.
Bahwa
dalam
pengajaran
Pendidikan
Agama
Islam,
penyampaian guru cenderung bersifat monoton dan kurang kreatif menyebabkan motivasi siswa tidak tumbuh. “Segala sesuatu akan mudah dicerna, diterima dan dihayati jika siswa merasa dihargai dan bermotivasi untuk belajar.” 6 Pendidikan Agama Islam adalah salah satu bidang akademis yang dapat dioptimalkan kemampuannya dengan motivasi dan kesadaran tinggi untuk mengaplikasikannya. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seorang guru kerap kali hanya terlihat sebatas menyampaikan dan menjelaskan, tanpa ada upaya menindaklanjuti 5
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional........h. 15 6 Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 13
5
kembali. Sebagaimana Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari sekian ilmu yang ada, mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika ditinjau lagi, persoalan dalam kurangnya pemahaman dan tidak tampaknya pengaplikasian, dapat berindikasi menurunkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pemahaman siswa yang kurang serta ketidakmampuan siswa dalam mempraktekkannya membuat penilaian terhadap hasil belajar siswa menjadi rendah.Yang “hasil belajar merupakan seperangkat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik setelah melalui proses evaluasi yang didapat, yaitu hasil belajar kognitifnya.” 7 Dengan demikian, keberhasilan proses pembelajaran tergantung kepada guru sebagai seorang pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Terlepas dari perannya, guru memerlukan alat bantu guna memudahkan dalam mengajar. Misalnya media pengajaran, metode pengajaran dan strategi pembelajaran guna mencapai tujuan proses belajar mengajar. Menanggapi persoalan yang telah disebutkan di atas, guru harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kondunsif agar dapat lebih melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa dengan sendirinya dapat memahami dan mampu mengaplikasikan materi pelajaran yang telah dipelajari. Pembelajaran kini harus lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan dimiliki siswa dari proses pembelajaran, baik kognitif, afektif serta psikomotorik. Salah satu pembelajaran yang dianggap sesuai terhadap hal tersebut yaitu pembelajaran partisipatif. “Pembelajaran Partisipatif merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.” 8 Melalui “model pembelajaran ini, siswa belajar dengan melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.” 9 Pembelajaran partisipatif 7
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989), h. 50 8 H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2005), h. 10 9 Nur Asma, Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan, 2006), h. 14
6
diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan mental peserta didik dalam proses belajar
mengajar,
peserta
didik
diberi
kebebasan
dan
keluasan
untuk
mengembangkan potensi dirinya. Adapun guru menjadi mitra belajar bagi para peserta didik dan bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang dapat mendorong motivasi dan tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang menyenangkan dan tidak kaku sehingga pembelajaran akan mudah dipahami dan berpusat pada peserta didik. Pada prosesnya, pembelajaran partisipatif memanfaatkan media yang sesuai dengan materi, strategi pembelajaran, suasana dan tempat yang variatif. Hal ini guna meningkatkan motivasi belajar siswa dan aktifitas siswa dalam belajar. Sehingga, siswa akan memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh dalam penyelenggaraan pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Setelah melihat uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Rendahnya pemahaman dan pengaplikasian materi pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta. 2. Adanya kesenjangan antara nilai raport siswa dengan pengaplikasian materi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta. 3. Masih jarang dilakukan pembelajaran yang bersifat partisipatif oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta.
7
4. Kurang efektifnya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipakai selama ini, yakni pembelajaran partisipatif masih jarang dilakukan di SMP Negeri 135 Jakarta. 5. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 135 Jakarta. 6. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta. 7. Kurang terlihatnya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran non partisipatif di SMP Negeri 135 Jakarta.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi dengan dua aspek yaitu Model Pembelajaran Partisipatif dan hasil belajar siswa. 1. Kurang efektifnya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipakai selama ini, yakni pembelajaran partisipatif masih jarang dilakukan di SMP Negeri 135 Jakarta. 2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di muka dan pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut yakni Sejauhmana Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta ?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan aktivitas pelaksanaan pembelajaran Partisipatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
8
b. Untuk membuat analisis hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui penerapan model pembelajaran Partisipatif. c. Untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini dapat memberikan kegunaan yang diantaranya: a. Bagi penulis, dapat menjadi wahana ilmiah dalam mengaplikasikan kemampuan yang diperoleh selama menjalani perkuliahan dan dapat memberikan gambaran mengenai Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Bagi guru Pendidikan Agama Islam, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam memilih jenis pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. c. Bagi siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman baru dalam belajar yang lebih aktif hingga termotivasi dalam memahami dan mengaplikasikan pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan begitu dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. d. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pendidikan dan sebagai masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Partisipatif a. Pengertian Belajar Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.” 1 Definisi dari kata belajar, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut: Menurut Morgan yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Sedangkan Whiterington mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian.2 Belajar mengandung pengertian bahwa “belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.” 3 Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar.
1
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jiwa, 1996), cet.2, h. 55 M. Ngalim Purwanto, Psiklogi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 84 3 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), cet.6, h.98 2
9
10
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar yakni suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut perubahan fisik, psikis yang mencangkup perubahan dalam tingkah laku, perbuatan, sikap, ketrampilan ataupun kecakapan sebagai akibat pengalaman dan latihan.
b. Pengertian Pembelajaran Kata “pembelajaran” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.” 4 Correy mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu “proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.” 5 Pembelajaran dapat pula dikatakan sebagai proses belajar mengajar, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dalam mengajar (teaching) dan peserta didik dalam belajar (learning). Perlu diketahui, bahwa pembelajaran tidak sama dengan pengajaran. Sebagaimana pengajaran adalah “perbuatan, cara mengajar” 6 seorang pendidik kepada peserta didik. Pembelajaran,
ada
yang
bersifat pembelajaran
Konvensional
dan
pembelajaran Kooperatif. 1) Pembelajaran Konvensional Percival
dan
Ellington
dalam
Mukminan
(1992)
menamakan
pembelajaran konvensional dengan pembelajaran yang berpusat pada guru. Hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru, seluruh system diarahkan pada rangkaian yang rapi dalam lembaga pendidikan tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda yang sesuai dengan tingkat kesulitan tiap-tiap individu. 4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h.17 5
6
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h.61 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.........h.11
11
Pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga siatuasi belajarnya terpusat pada pengajar. Ini berarti guru mengajar untuk memberikan informasi secara lisan dan data kepada siswa tanpa ada usaha mengembangkan keterampilan. Guru juga hanya mengajar menggunakan buku sumber atau buku paket sehingga selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa hanya berinteraksi dengan buku sumber atau buku paket. Aktivitas-aktivitas yang terkandung dalam pembelajaran konvensional, yaitu: a) Guru menerapkan suatu konsep. b) Guru memberikan contoh soal dan penyelesainnya. c) Guru memberikan soal- soal latihan. d) Siswa menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas-tugas serta ulangan tes yang diberikan guru.
Nasution dalam bukunya yang berjudul Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar, mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran konvensional, yaitu: a) Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual. b) Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah dan tugas tertulis. c) Siswa bersifat pasif karena harus mendengarkan penjelasan guru. d) Dalam kecepatan belajar, siswa harus belajar menurut kecepatan umum yang ditentukan oleh guru mengajar. e) Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subyektif. f) Hanya sebagian kecil yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas. g) Guru terutama berfungsi sebagai sumber informasi atau pengalaman. 7 Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran konvensional terletak pada peranan guru dalam penyajian materi pelajaran dan dalam mengelola proses 7
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 209-211
12
pembelajaran. Proses pembelajaran lebih mudah dikendalikan oleh pengajar, sehingga bisa lebih terarah pada proses pembelajaran yang berlangsung. Guru berperan sebagai penyampai informasi sebanyakbanyaknya kepada siswa.
2) Pembelajaran Kooperatif Dan pembelajaran Kooperatif, sebagaimana Didi Sutardi dan Encep Sudirjo mengutip pendapat beberapa ahli, diantaranya : Richard D. Kellough “Cooperative learning a genre of instructional strategies that use small group students working together and helping each other on learning tasks, stressing support for one another rather than competition”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran, dimana menggunakan kelompok-kelompok kecil siswa untuk bekerja bersama dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas yang dipelajarinya, ditekankan kepada membantu satu sama lain bukan pada kompetisi. Slavin, “Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates as well as their own”. Pembelajaran kooperatif dilakukan melalui saling bertukar pikiran, dimana siswa belajar bersama dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. 8 Kegiatan siswa dalam pembelajaran kooperatif antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman kelompoknya untuk berpartisipasi aktif, dan berdiskusi. Pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk memperkuat pelajaran akademik setiap anggota kelompok, tujuannya agar siswa lebih berhasil dalam belajar dari pada belajar sendiri. Sebagai konsekuensinya, untuk menjamin agar setiap siswa belajar, maka setiap siswa harus diberi tanggung jawab secara individual mengerjakan bagian tugasnya sendiri, dan mengetahui apa yang menjadi target yang harus dipelajarinya. Menurut Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, dalam bukunya “Pembaharuan dalam PBM di SD,” pembelajaran kooperatif atau cooperative learning setidaknya memiliki lima prinsip yang dianut, sebagai berikut 8
Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM di SD…, h.57-58
13
a) Belajar siswa aktif (student active learning) Proses pembelajaran berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan oleh siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan diakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. b) Belajar bekerjasama (cooperative learning) Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah, dan mengujinya secara bersama. Pengetahuan yang diperoleh melalui hasil kerjasama diyakini lebih bernilai permanen. c) Pembelajaran Partisipatif (Partisipative leraning) Melalui model pembelajaran ini, siswa belajar dengan melakukan sesuatu atau learning by doing, secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. d) Mengajar Reaktif (reactive teaching) Motivasi siswa dapat dibangkitkan, jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran untuk masa depan mereka. Ciri-ciri guru yang reaktif, antara lain: (1) menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, (2) pembelajaran dari guru dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami oleh siswa, (3) selalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa-siswanya, (4) mengetahui hal-hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera mencari solusi. e) Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) Pembelajaran yang menyenangkan, harus dimulai dari sikap dan perilaku guru di luar maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang
14
ramah, dengan tutur bahasa yang menyayangi siswa-siswanya dan bersabar dalam menghadapi masalah di kelas.
c. Konsep Pembelajaran Partisipatif Kata “Partisipatif” dapat diartikan “hal ikut serta dalam suatu kegiatan, melakukan partisipasi, ikut berperan serta dalam suatu kegiatan.” 9 Dan yang dimaksud dengan pembelajaran Partisipatif adalah model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pmbelajaran. 10 Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat juga diartikan sebagai “upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.” 11 Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip-prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan membelajarkan. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar dan berperilaku belajar. Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai, memahami materi atau bahan belajar dan berperilaku membelajarkan peserta didik.
d. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif Ciri-ciri
Pembelajaran
Partisipatif
berdasarkan
pada
pengertian
pembelajaran partisipatif yaitu upaya untuk mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran, maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif adalah : 1) Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran 2) Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.........h.320 H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2005), h. 10 11 http://74.125.153.132/search Model-Pembelajaran- Sosial+model+partisipatorik, 31 maret 010 10
15
3) Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif. 4) Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok. 5) Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi. 6) Pendidik
mendorong
peserta
didik
untuk
berupaya
memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.
Knowles menyebutkan bahwa indikator dalam pembelajaran partisipatif, yaitu: 1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; 2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; 3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.12
Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. 2) Membantu peserta didik menyusun kelompok agar siap belajar. 3) Membantu peserta didik untuk menemukan kebutuhan belajarnya. 4) Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. 5) Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. 6) Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
e. Tahap Kegiatan Pembelajaran Partisipatif Kegiatan pembelajaran partisipatif dapat ditempuh melalui enam tahapan kegiatan, mencangkup: “(1) pembinaan keakraban; (2) identifikasi kebutuhan dan sumber serta kemungkinan hambatan; (3) perumusan tujuan belajar; (4)
12
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 – Panduan Belajar KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 156
16
penyusunan program pembelajaran; (5) pelaksanaan kegiatan pembelajaran; dan (6) penilaian terhadap proses, hasil serta dampak kegiatan belajar.” 13 Sebagaimana yang dikembangkan oleh H.D. Sudjana dalam bukunya “Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif”, berikut penjelasan dari masing-masing tahapan kegiatan, antara lain: 1) Tahap Pembinaan Keakraban Tahap pembinaan keakraban merupakan tahap untuk mempersiapkan para peserta didik melakukan interaksi dalam kegiatan pembelajaran partisipatif, baik dengan pendidik maupun dengan peserta didik yang lain. Peserta didik tentunya akan merasa siap untuk saling belajar apabila telah terbina suasana yang akrab, saling mempercayai dan saling menghargai di antara peserta didik. Dengan demikian setiap peserta didik diharapkan terdorong untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Teknik pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik dalam membina keakraban yakni pembentukan kelompok. Pada penelitian ini, tahap pembinaan keakraban dapat pula diwujudkan pada kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran. Selain untuk menciptakan keakraban antar peserta didik, tahap ini juga dapat digunakan untuk menggali kemampuan peserta didik sebelum memulai proses pembelajaran. Misalnya me-review pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, sebagai bekal untuk memahami materi yang akan dipelajari. Teknik yang dapat digunakan yakni games dan kuis yang dikerjakan secara berkelompok. 2) Tahap Identifikasi Kebutuhan dan Sumber serta Kemungkinan Hambatan Tahap identifikasi kebutuhan dan sumber serta kemungkinan hambatan merupakan upaya pendidik untuk melibatkan peserta didik dalam mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar sumbersumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan belajar. Tahap ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar itu dirasakan menjadi milik peserta didik. Selain itu juga, diharapkan peserta didik dapat mempersiapkan diri untuk belajar. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam tahap ini antara lain: Curah pendapat (Brain Storming), diskusi kelompok dan Lembaran Isian Kebutuhan. 3) Tahap Perumusan Tujuan Belajar Tujuan belajar berfungsi sebagai pengarah kegiatan belajar dan tolak ukur efektifitas pencapaian hasil kegiatan belajar. Tahap perumusan 13
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2005), h. 66
17
tujuan belajar ini merupakan tahap yang melibatkan peserta didik dalam menentukan dan merumuskan tujuan belajar yang ingin mereka capai melalui kegiatan belajar dengan bimbingan pendidik. Pada penelitian ini, tahap perumusan tujuan belajar dilakukan dengan teknik Lembaran Isian Perumusan Tujuan Belajar. Dengan demikian, peserta didik mengetahui tujuan dari proses pembelajaran yang akan ditempuhnya. Tahap ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik dalam mempersiapkan dan mengikuti kegiatan belajar, serta senantiasa mengukur tingkat keberhasilan yang dicapainya dalam memahami pelajaran. 4) Tahap Penyusunan Program Pembelajaran Tahap penyusunan program pembelajaran melibatkan peserta didik dalam kegiatan penyusunan program kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah supaya peserta didik dapat memiliki pengalaman bersama dalam menyatakan, memilih, menyusun dan menetapkan program kegiatan belajar yang akan ditempuh. Hasil dari tahap ini adalah rencana atau program kegiatan belajar. Teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam tahap ini yakni diskusi kelompok. 5) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pada tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut keterlibatannya dalam upaya membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah disepakati dan ditetapkan bersama pada saat penyusunan program. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini, para peserta dibantu oleh pendidik agar melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut mencangkup: Diskusi, Ceramah bervariasi, permainan dan kuis. 6) Tahap Penilaian terhadap Proses, Hasil serta Dampak Kegiatan Belajar Pada tahap penilaian terhadap proses, hasil serta dampak kegiatan belajar ini peserta didik dilibatkan dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah ditempuhnya. Pada tahap ini pendidik mengumpulkan, mengolah dan meyajikan data atau informasi mengenai program kegiatan pembelajaran sebagai bahan analisis untuk menentukan tindakan yang tepat. Aspek-aspek yang dinilai adalah proses, hasil dan pengaruh pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam tahap penilaian ini yakni wawancara dan lembar pendapat. 14
14
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif........ h. 67
18
Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dapat dipertegas dengan menekankan peranan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif. Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran, pendidik bersama peserta didik meliputi, melakukan identifikasi sumber-sumber dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran, serta melaksanakan dan menilai program pembelajaran. Sedangkan keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif. Mc. Keachi (dalam Dimyati, 2002:119) mengemukakan 4 aspek terjadinya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran: a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. b. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa. b. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar. c. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. 15 Gagne dan Brigs (1979) menjelaskan rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kelas meliputi tujuh aspek untuk menumbuhkan aktifitas dan partisipasi siswa. Masing-masing diantaranya: a. Memberikan motivasi atau menarik minat perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep) yang akan dipelajari. c. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. d. Memunculkan aktifitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. e. Memberikan umpan balik (feed back). f. Memberikan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur. g. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. 16 Berdasarkan uraian mengenai pembelajaran partisipatif, berikut ini penulis sajikan kelebihan-kelebihan pembelajaran partisipatif: a. Siswa mengetahui tujuan dan makna dari setiap pembelajaran yang akan ditempuhnya, sehingga siswa termotivasi untuk berusaha mencapainya.
15 16
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h.177 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa…, h.84
19
b. Guru dan siswa turut menyusun program dan rencana pembelajaran yang akan ditempuhnya, sehingga dapat disusun program pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan keinginan siswa. Selain itu, siswa juga akan dilatih untuk bertanggungjawab untuk mengikuti pembelajaran yang telah disusunnya dengan sungguh-sungguh. c. Siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan serta segala sesuatu yang dibutuhkannya dalam belajar, sehingga siswa dilatih untuk belajar secara terarah. d. Terjalinnya komunikasi dan interaksi yang akrab antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa merasa nyaman untuk saling belajar. e. Siswa termotivasi untuk memahami konsep-konsep dengan tingkat kemampuan dan pengalamannya sendiri. f. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran, sehingga melatih kemandirian siswa. g. Siswa dilatih untuk mengevaluasi tingkat pemahaman yang dicapainya terhadap konsep/materi yang telah dipelajarinya.
2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Dalam dunia pendidikan dikenal istilah kemampuan yang dicapai siswa dalam menyerap pelajaran. Ada yang mengatakan hasil, potensi, skor dan adapula yang menggunakan istilah prestasi. “Hasil belajar dapat diartikan bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.” 17 Hasil belajar yang baik merupakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari proses pengajaran. Ada tiga aspek yang termasuk sebagai hasil belajar siswa yakni bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.30
20
Dari penjelasan diatas, hasil belajar dapat dibagi kedalam tiga: 1) aspek kognitif; 2) aspek afektif; dan 3) aspek psikomotorik. Dr. Ahmad Tafsir dalam buku “Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” mengutip Teori Taksonomi Bloom, bahwa untuk domain Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dibagi menjadi pengetahuan, pemahaman, penerapan dan penilaian. Lalu domain Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi kemampuan menerima, menjawab atau reaksi dan menilai. Dan hasil belajar Psikomotorik merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan ketrampilan gerak seseorang. Dasar kemampuan yang diukur adalah kemampuan fisik. Terdiri atas hasil belajar gerakan refleks, kemampuan fisik, gerakan yang terampil. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” 18 Menurut Dr. Mulyono hasil belajar adalah “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.” 19 Dalam proses belajar mengajar di sekolah perubahan tingkah laku siswa ditandai
dengan
kemampuan
peserta
didik
menerapkan
dan
mendemonstrasikan pengetahuannya serta ketrampilannya. Perubahan inilah yang disebut hasil belajar. Hal ini selaras dengan pendapat DR. Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan mengatakan, “ Hasil Belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur.” 20 Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau criteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang diperoleh peserta didik setelah melalui proses belajar. 18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya, 2005), h.22 19 Mulyono Abdur Rahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesusilaan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 20 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.133
21
b. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Faktor Internal a) Faktor Biologis (Jasmaniah) Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan adalah: (1) Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh. (2) Kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur , olahraga serta cukup tidur.
b) Faktor Psikologis Faktor Psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut: (1) Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. (2) Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. (3) Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang. (4) Daya ingat seseorang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan dalam menerima pelajaran.
22
(5) Daya
konsentrasi
seseorang
untuk
memfokuskan
pikiran,
perasaan, kemauan dan panca indera pada satu objek juga mempengaruhi keberhasilan belajar.
2) Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. b) Faktor lingkungan sekolah Lingkungan
sekolah
sangat
diperlukan
untuk
menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang diterapkan. c) Faktor lingkungan masyarakat Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan factor ekstern
yang
juga
berpengaruh
terhadap
belajar
siswa
karena
keberadaanya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya, adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain. Dengan
memperhatikan
factor-faktor
tersebut
diharapkan
dapat
meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.
23
3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”. 21 Pendidikan Islam merupakan “pendidikan dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya”. 22 Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”. 23 Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 24 Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penambahan pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.
21
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. I, h.
10 22
http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130 24 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002), Cet. I, h. 37. 23
24
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. 3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4) Perbaikan, yakni untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya. 6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum. 7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang mempunyai bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 25
Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran
25
135
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,.......h. 134-
25
agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam berarti pendidikan tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan dipergunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi: 1) Keimanan Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam, yakni percaya kepada Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada para Malaikat, kepada Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar. 26 2) Ibadah Ibadah yakni mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganNya. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalat secara luas. 3) Al-Quran Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti, dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan. 27 4) Akhlak Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam
26
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 84 27 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.......h. 90
26
kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah laku. 5) Sejarah (tarikh) Pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang kafir, pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat, riwayat hidup Nabi Muhammad Saw dan masih banyak lagi yang lainnya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mursanti dalam skripinya yang berjudul “Pola Belajar Partisipatif Sebagai Suatu Cara Yang Mengaktifkan Siswa”. Penelitian tersebut merupakan studi deskriptif kualitatif di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya, Tebet-Jakarta Selatan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pola belajar partisipatif berhasil mengaktifkan peserta didik dan melatih kemandirian peserta didik. Selain itu juga, peserta didik menyukai pola belajar partisipatif ini. 2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Yoyon Suryono, dalam laporannya yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar Segi Empat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Siswa Kelas VII-A UPTD SMP Negeri.” Berdasarkan hasil-hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika materi bangun datar segi empat melalui penerapan model pembelajaran partisipatif meningkat dan hasil belajar matematika materi bangun datar segi empat melalui model penerapan pembelajaran partisipatif meningkat.
27
C. Kerangka Berfikir Saat ini pendidikan diharapkan dapat mentransfer ilmu pengetahuan terhadap anak didiknya secara tepat, sehingga anak didik kelak dapat bertanggung jawab, mandiri, berperilaku baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun lingkunganya. Demikian halnya dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam, diharapkan siswa tidak hanya sebatas memahami konsep pelajaran dan materi-materi Pendidikan Agama Islam saja. Namun lebih ditingkatkan lagi pada proses pengaplikasiannya. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya kecerdasan siswa, bakat siswa, kemampuan belajar, minat siswa, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta kondisi masyarakat luas. Menanggapi hal-hal tersebut, guru harus mampu menyelenggarakan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kondunsif agar dapat lebih melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa dengan sendirinya dapat memahami dan mampu mengaplikasikan materi pelajaran yang telah dipelajari. Pembelajaran kini harus lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan dimiliki siswa dari proses pembelajaran. Pembelajaran Partisipatif merupakan model pembelajaran dengan melibatkan pserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
28
Pembelajaran partisipatif diharapkan mampu meningkatkan
keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar, peserta didik diberi kebebasan dan keluasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Hal ini guna meningkatkan motivasi belajar siswa dan aktifitas siswa dalam belajar. Sehingga, siswa akan memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari serta dapat berimplikasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan demikian, penyelenggaraan pembelajaran partisipatif diduga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
28
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif........ h. 10
28
D. Hipotesis Ha : Adanya pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ho : Tidak adanya pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 135 Jakarta yang beralamat di Jalan Teluk Palu No. 35 Pondok Bambu, Jakarta Timur. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010, yaitu terhitung dari tanggal 29 April sampai dengan tanggal 27 Mei 2010.
B. Metode Penelitian Variabel dalam penelitian ini yakni pembelajaran Partisipatif dan hasil belajar siswa. Sebagaimana yang dimakud dengan ”variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian.” 1 Dan yang menjadi variable I yaitu pembelajaran Partisipatif dan variable II yaitu hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan guna mengetahui Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah metode eksperimen.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 10
29
30
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan dua kelompok sample sebagai berikut: 1. Kelompok Eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Partisipatif. 2. Kelompok Kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah Desain Kelompok Kontrol dan Eksperimen dengan Posttest. Untuk lebih jelasnya desain penelitian digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 1 Desain Penelitian Kelompok
Pengambilan
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
A
X1
O
Kontrol
A
X2
O
Keterangan: A
= pengambilan sampel secara random/acak
O
= posttest pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol
X1
= perlakuan dengan menerapkan pembelajaran partisipatif
X2
= perlakuan dengan menerapkan pembelajaran konvensional
C. Populasi dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMP Negeri 135 Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 135 Jakarta dengan jumlah 819 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling. Dari seluruh siswa SMP Negeri 135 Jakarta, diambil 2 kelas secara
31
acak untuk dijadikan sample. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling (Sampel acak kelompok), dengan unit samplingnya adalah kelas. Berdasarkan teknik sampling tersebut terpilih kelas VII-3 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa yang muslim 35 orang dan kelas VII-1 sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa yang muslim 35 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir (posttest) dengan bentuk tes obyektif yang terdiri dari 25 soal. Tes ini diuji melalui uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf sukar, uji daya pembeda dan fungsi distraktor. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data, sebagai berikut: a) Uji Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti mempunyai validitas rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas adalah: r pbi =
M p − Mt SDt
P Q
Keterangan : r pbi : koefisien korelasi antara variabel I dan variabel II Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab betul. Mt
: skor rata-rata dari skor total
32
SDt : deviasi standar dari skor total. P
: jumlah testee yang menjawab betul
Q
: jumlah testee yang menjawab salah
Uji validitas intrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan di atas dengan r
tabel
pada taraf signifikan 5 % dengan ketentuan
bahwa jika r pbi sama atau lebih besar dari r tabel maka soal tersebut dinyatakan valid. b) Uji Reliabilitas Reliabilitas dapat diartikan bahwa suatu soal dapat dengan ajeg atau tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes yang berbentuk obyektif adalah: rii =
k ⎛⎜ ∑ PQ ⎞⎟ 1− 2 k − 1 ⎜⎝ S t ⎟⎠
Keterangan : rii
: koefisien reliabilitas tes
k
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
∑ PQ: jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item St2
: varian total
c) Uji Taraf Sukar Uji taraf sukar butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus sebagai berikut: P=
R T
Keterangan : P : Tingkat kesukaran Butir Soal R : Jumlah yang menjawab benar T : Jumlah seluruh peserta tes
33
d) Uji Daya Pembeda Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut: D=
FTI ( X = 1) FRI ( X = 1) − MT MR
Keterangan : D : Daya Beda FTI : kelompok tinggi FRI : kelompok rendah MT : Jumlah responden kelompok tinggi MR : Jumlah responden kelompok rendah e) Distraktor Pemasangan distraktor pada tiap butir item adalah agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban betul. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur fungsi distraktor pada tiap butir item adalah: Dis =
Jumlah jawaban ( pilihan) jumlah siswa
x100%
2 Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan
dengan
sistematik
untuk
mengumpulkan
data
tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Observasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pembelajaran partisipatif terkait dengan hasil belajar siswa.
34
3 Wawancara Wawancara sebagai teknik pengumpulan data untuk memperoleh dan mendalami data mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan pembelajaran Partsispatif dan juga hasil belajar siswa. 4
Studi Dokumentasi Studi Dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data terstruktur organissasi, visi dan misi serta prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara berikut: 1) Editing Mengedit adalah memeriksa hasil tes dan pedoman observasi yang diserahkan oleh para pengumpul data. Setelah tes diisi oleh responden dan telah dikumpulkan kepada penulis, kemudian penulis memeriksa satu persatu tes yang dikembalikan. Bila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka
penulis
menghubungi
responden
yang
bersangkutan
untuk
menyempurnakan jawabannya. 2) Tabulating Langkah selanjutnya yakni memindahkan data dengan memindahkan jawaban yang terdapat dalam tes. Termasuk kegiatan tabulasi ini adalah memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.
2. Teknik Analisis Data a. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1) Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunkan adalah Uji Liliefors dengan rumus L0 = Max F ( Z i ) − S ( Z i )
35
Kemudian diinterpretasikan dengan harga Lt (L tabel), kesimpulannya jika : L0 < Lt : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal L0 > Lt : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sample berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher dengan rumus: F=
Sb Sk
n∑ X 1 − (∑ X 1 ) 2 2
2
dimana
2
2
S =
n(n − 1)
Adapun criteria pengujian untuk Uji Homogenitas adalah Ho diterima jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varians yang homogen dan Ho ditolak jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varians yang tidak homogen.
b. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran partisipatif dengan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk menguji Hipotesis maka digunakan Uji “t”. Rumus Uji “t” yang digunakan yaitu: thitung = M1 - M2 SEM1-M2 Keterangan : thitung
: nilai thitung
M1
: Mean dari Mean Variable I (kelompok eksperimen)
M2
: Mean dari Mean Variable II (kelompok kontrol)
SEM1-M2
: Standard Error perbedaan Mean Variabel I dan Mean Variabel II
Pengujian hipotesis juga didukung dengan penghitungan persentase, nilai dalam bentuk persen menunjukkan besarnya persentase pengaruh
36
pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penghitungan persentase diaali dengan penghitungan korelasi, dengan menggunakan rumus Product Moment : r xy =
n ∑ XY – ( ∑X )( ∑Y ) ( n ∑X2 – ( ∑X )2 ) ( n ∑Y2 - ( ∑Y )2 )
Setelah
diperoleh
nilai
korelasinya,
kemudian
dihitung
besar
persentasenya dengan menggunakan rumus koefisien of determation atau koefisien penentu, dengan rumus: KD = r2 x 100 %
F. Hipotesis Statistik
Untuk menguji Hipotesis maka digunakan Uji “t”. Dan kriteria pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah: Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan selama 4 pertemuan. Materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada penelitian ini adalah pokok bahasan sejarah Nabi Muhammad SAW yang meliputi sejarah Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah, akhlak-akhlak Nabi yang terpuji, contoh perilaku akhlak terpuji Nabi dan misi Rasulullah SAW dalam berdakwah. Pada proses pembelajaran kedua kelompok memperoleh perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen (kelas VII1) mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif, sedangkan kelompok kontrol (kelas VII-3) mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pemebelajaran konvensional. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada sampel setelah perlakuan disebabkan oleh perbedaan perlakuanperlakuan dalam poses pembelajaran tersebut. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif. Pada awal pertemuan penulis terlebih dahulu menyampaikan pembelajaran yang akan diterapkan dalam beberapa pertemuan ke depan kepada siswa. Pada pertemuan pertama, penulis memulai melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif dengan memperkenalkan diri dan meminta siswa untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing. Setelah antara penulis dan siswa saling mengenal, penulis membagi siswa menjadi 7 kelompok. Selanjutnya, penulis membagikan lembar identifikasi kebutuhan, sumber dan
37
38
kemungkinan hambatan belajar serta lembar perumusan tujuan yang berisi daftar check list (dengan opsi ”ya” dan ”tidak”) terhadap identifikasi kebutuhan, sumber dan kemungkinan hambatan belajar serta tujuan belajar yang akan dicapai (lihat lampiran halaman 55). Melalui lembar tersebut siswa diarahkan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan belajar yang bisa diperolehnya selama pembelajaran. Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut diarahkan untuk dapat memenuhi tujuan belajar, yang meliputi kemampuan pengetahuan (dalam hal ini tentang sejarah Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah), kemampuan keterampilan dan sikap. Siswa juga dapat turut serta mengajukan sumber belajar yang hendak digunakan, sehingga penulis bisa memilih variasi sumber dan metode belajar yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melibatkan siswa agar mengetahui tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan siswa akan lebih bertanggungjawab dalam mengikuti kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh. Jika terdapat siswa yang memilih opsi ”tidak” pada daftar check list, bukan berrti siswa tersebut tidak membutuhkan kegiatan belajar atau tidak ingin mencapai tujuan belajar. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, untuk itu penulis harus mampu mendorong minat siswa tersebut. Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai pengumpul informasi tentang hambatan/kesulitan siswa sebelum pembelajaran dengan partisipatif dilaksanakan, sehingga penulis dapat segera mengatasinya. Misalnya, melalui identifikasi hambatan belajar diperoleh bahwa masih ada siswa yang belum memahami sejarah Nabi Muhammad SAW, maka hal ini bisa diatasi dengan cara penulis mengadakan kuis-kuis di dalam kelas untuk mereview materi yang belum dipahami. Hasil dari pengisian lembar identifikasi kebutuhan, sumber dan kemungkinan hambatan belajar, dan lembar perumusan tujuan kemudian diolah dan disusun oleh penulis menjadi program pembelajaran yang akan ditempuh. Setiap pertemuan siswa diberikan lembar kontrol belajar (lihat lampiran halaman 59). Selain sebagai alat informasi mengenai kegiatan belajar dan tujuan belajar yang akan dicapai dalam setiap pertemuan, lembar ini pun berfungsi
39
sebagai alat evaluasi siswa dan penulis terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apakah semua siswa sudah memahami materi yang disampaikan? Apakah terdapat hambatan/kesulitan selama kegiatan pembelajaran? Selama proses pembelajaran, siswa diberikan latihan soal. Siswa mempelajarinya secara berkelompok dan kemudian dengan bimbingan penulis siswa turut serta mnemukan konsep. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat siswa-siswa yang antusias mengerjakan latihan soal yang diberikan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari, dan mereka mengaku bangga dan puas atas usahanya tersebut, namun terdapat juga siswa-siswa yang masih bingung sehingga tetap pasif dan hanya menunggu penjelasan dari penulis atau temannya yang sudah menemukannya lebih dulu. Terhadap siswa yang demikian, penulis turut membimbingnya dan terus memberinya motivasi. Selain memberikan latihan soal selama pembelajaran, penulis juga melibatkan diskusi kelompok agar para siswa termotivasi dalam mengembangkan pendapat dan pengetahuannya. Tidak hanya itu, penulis pun menerapkan ceramah bervariasi agar pembelajaran tidak terasa jenuh dan monoton. Yakni disisipi dengan kuis-kuis yang menarik. Hal tersebut dapat memotivasi siswa dan menjawab pertanyaan. Semakin menarik, karena kuis yang diberikan dikemas dengan games dan strategi pembelajaran. Dengan begitu, siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan dan dapat dimengerti secara baik. Pada akhir pembelajaran (pertemuan terakhir) kedua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan posttest yang digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang telah disampaikan. Posttest yang diberikan berupa soal obyektif. Kemudian hasil test diuji yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf sukar, uji daya pembeda dan fungsi distraktor, maka diperoleh 6 butir soal yang invalid. Dengan proporsi soal yang tingkat kesulitannya ”sukar” sebanyak 8 %, soal yang tingkat kesukarannya ”sedang” sebanyak 88 % dan soal yang tingkat kesukarannya ”mudah” sebanyak 4 % .
40
(Tabel 2) Rekapitulasi Uji Instrumen Tes Obyektif Validitas
Taraf Sukar
No Soal 1
r pbi 0,2
Sta tus In
Daya
Distraktor
Pembeda
P
Ket
D
Ket
Kunci
0,375
sedang
0,3
sedang
C
valid 2 3
0,405 0,57
valid valid
0,225 0,475
sukar sedang
0,3 0,8
sedang baik
B A
sekali 4 5
0,7378 0,308
valid In
0,275 0,55
sedang sedang
0,6 0,6
baik baik
B C
valid 6
0,53
valid
0,5
sedang
0,7
baik
D
sekali 7 8
0,39 0,15
valid In
0,525 0,625
sedang sedang
0,4 0,3
sedang sedang
A D
valid 9 10
0,4 0,59
valid valid
0,425 0,5
sedang sedang
0,4 0,7
sedang baik
B B
sekali 11 12
0,52 0,66
valid valid
0,55 0,425
sedang sedang
0,4 0,6
sedang baik
B B
Option A
B
C
D
25 %
30 %
37,5 %
7,5 %
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
27,5 %
22,5%
50 %
0%
fungsi
fungsi
fungsi
Tidak
47,5 %
25 %
10 %
17,5%
Fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
17,5%
27,5%
7,5 %
47,5%
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
30 %
2,5 %
55 %
12,5%
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
0%
12,5%
37,5 %
50 %
Tidak
fungsi
fungsi
fungsi
52,5 %
37,5%
0%
10 %
fungsi
fungsi
Tidak
fungsi
37,5%
0%
0%
62,5%
fungsi
Tidak
Tidak
fungsi
37,5%
42,5%
12,5%
7,5 %
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
25 %
50 %
25 %
0%
fungsi
fungsi
fungsi
Tidak
7,5 %
55 %
37,5%
0%
fungsi
fungsi
fungsi
Tidak
2,5 %
42,5%
10 %
45 %
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
41
13 14
0,57 0,68
valid valid
0,325 0,45
sedang sedang
0,5 0,8
baik baik
D C
sekali 15 16 17
0,59 0,4 0,546
valid valid valid
0,525 0,425 0,575
sedang sedang sedang
0,6 0,5 0,9
baik baik baik
A A D
sekali 18 19 20
0,437 0,646 0,258
valid valid In
0,475 0,475 0,65
sedang sedang sedang
0,4 0,6 0,4
baik baik baik
C B B
valid 21
0,265
In
0,2
sukar
0,6
baik
D
valid 22 23
0,462 0,594
valid valid
0,55 0,55
sedang sedang
0,6 0,8
baik baik
A C
sekali 24 25
0,377 0,29
valid In
0,3 0,7
sedang mudah
0,3 0,3
valid
Reliabilitas Soal-soal Valid: 0.9785
sedang sedang
C A
50 %
17,5%
0%
32,5%
fungsi
fungsi
Tidak
fungsi
55 %
0%
45 %
0%
fungsi
Tidak
fungsi
Tidak
52,5 %
10 %
37,5%
0%
fungsi
fungsi
fungsi
Tidak
42,5%
7,5 %
50 %
0%
fungsi
fungsi
fungsi
Tidak
0%
5%
37,5%
57,5%
Tidak
fungsi
fungsi
fungsi
0%
0%
47,5%
52,5%
Tidak
Tidak
fungsi
fungsi
0%
47,5%
0%
52,5%
Tidak
fungsi
Tidak
fungsi
25 %
65 %
5%
5%
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
17,5 %
12,5%
25 %
45 %
fungsi
fungsi
fungsi
fungsi
55 %
45 %
0%
0%
fungsi
fungsi
Tidak
Tidak
0%
45 %
55 %
0%
Tidak
fungsi
fungsi
Tidak
20 %
50 %
30 %
0%
fungsi
fungsi
fungsi
Tidak
70 %
30 %
0%
0%
fungsi
fungsi
Tidak
Tidak
42
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan adalah Uji Liliefors dengan rumus L0 = Max F ( Z i ) − S ( Z i ) Kemudian diinterpretasikan dengan harga Lt (L tabel), kesimpulannya jika : L0 < Lt : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal L0 > Lt : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Uji Normalitas dilakukan pada kedua sampel yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Pada kelompok eksperimen diperoleh harga mutlaknya yaitu Lo = 0,096. Dan diketahui bahwa n = 35, dikonsultasikan harga Lo dengan Lt pada taraf signifikansi 5 %. Dikarenakan jumlah n > 30 maka Lt = 0,886 = 0,886 = 0,14976 35
5,916
Karena Lo < Lt ( 0,096 < 0,14976 ) maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol Pada kelompok kontrol diperoleh harga mutlaknya yaitu Lo =0,1507. Dan diketahui bahwa n = 35, dikonsultasikan harga Lo dengan Lt pada taraf signifikansi 5 %. Dikarenakan jumlah n > 30 maka Lt = 0,886 = 0,886 = 0,14976 35
5,916
Karena Lo > Lt (0,1507 > 0,14976 ) maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
43
( Tabel 3 ) Rekapitulasi Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Variabel
Jumlah
Taraf
sampel
Signifikansi
35 35
kelompok eksperimen kelompok kontrol
Lo
Lt
Kesimpulan
5%
0,096
0,14976
berdistribusi normal
5%
0,1507
0,14976
tidak berdistribusi normal
2. Uji Homogenitas Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher dengan rumus: Fhitung =
Sb Sk
2
2
dimana
2
Keterangan:
S =
n∑ fiXi 2 − (∑ fiXi ) 2 n(n − 1)
Fhitung : Homogenitas Sb2
: Varians Terbesar
Sk2
: Varians Terkecil
Pada penghitungan Fhitung terlebih dahulu dihitung varians dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. a. Varians Kelompok Eksperimen 2
S =
n∑ fiXi 2 − (∑ fiXi ) 2 n(n − 1)
35(222784) − (2784) 2 = = 39,314 35(35 − 1)
b. Varians Kelompok Kontrol 2
S =
n∑ fiXi 2 − (∑ fiXi ) 2 n(n − 1)
35(212880) − (2716) 2 = 62,306 = 35(35 − 1)
Berdasarkan perbandingan data statistik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh varians terbesar adalah nilai varians klompok kontrol dan varians terkecil adalah nilai varians kelompok eksperimen, maka Sb2 = 62,306 dan Sk2 = 39,314. Sehingga diperoleh : Fhitung =
Sb Sk
2 2
=
62,306 = 1,58483 39,314
44
Dan nilai Fhitung dikonsultasikan dengan nilai Ftabel = 1,764 pada taraf signifikan = 0,05. Karena Fhitung < Ftabel, yaitu1,58483 <1,764 maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari kedua kelompok tersebut memiliki varians Homogen.
( Tabel 4 ) Rekapitulasi Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Varians Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Taraf Signifikansi
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
kedua kelompok 62,306
39,314
0,05
1,58483
1,764
tersebut memiliki varians Homogen
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan Uji “t”. Sampel yang diteliti berasal dari kelompok yang berbeda dan tidak berhubungan dengan jumlah 35. Dikarenakan sampel berjumlah lebih dari 30 maka digunakan rumus Uji “t” untuk sampel besar yang kedua sampelnya tidak saling berhubungan, dengan rumus: thitung = M1 - M2 SEM1-M2 Keterangan : thitung
: nilai thitung
M1
: Mean dari Mean Variable I (kelompok eksperimen)
M2
: Mean dari Mean Variable II (kelompok kontrol)
SEM1-M2
: Standard Error perbedaan Mean Variabel I dan Mean Variabel II
45
Dan kriteria pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah: Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima Pada penghitungan thitung diperoleh nilai thitung = 1,237. Dengan derajat bebas (df atau db) = (N1+N2-2) = 35+35-2 =68 (konsultasi table nilai thitung). Ternyata dalam tabel tidak ditemui df sebesar 68, karena itu dipergunakan df yang terdekat, yaitu df = 70. Dengan df sebesar 70 diperoleh ttabel sebagai berikut: -
pada taraf signifikansi 5 %, ttabel = 2,00
-
pada taraf signifikansi 1 %, ttabel = 2,65
Karena ”t” yang diperoleh dalam perhitungan yaitu (thitung = 1,237) adalah lebih kecil daripada ttabel baik pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 % (pada taraf signifikansi 5 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,00 dan pada taraf signifikansi 1 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,65 ) maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima. Berarti antara Variabel I dan Variabel II tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Diterimanya Ho, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran partisipatif dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran partisipatif yang dieksperimentasikan tidak lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dapat disimpulkan, bahwa tidak adanya pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pengujian hipotesis juga didukung dengan penghitungan persentase, nilai dalam
bentuk
persen
menunjukkan
besarnya
persentase
pengaruh
pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama
Islam.
Penghitungan
persentase
diaali
dengan
penghitungan korelasi, dengan menggunakan rumus Product Moment : r xy =
n ∑ XY – ( ∑X )( ∑Y ) ( n ∑X2 – ( ∑X )2 ) ( n ∑Y2 - ( ∑Y )2 )
=
35 x 216416 – (2716)(2784) ( 35 x 212880 – (2716)2 ) ( 35 x222784 – (2784) 2 )
46
=
7574560 – 7561344 ( 7450800 – 7376656 ) ( 7797440 – 7750656 )
= 13216 = 0,22 58896,1 Setelah uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y dinyatakan dalam bentuk persen. Maka digunakan rumus Koefisien of Determation atau Koefisien Penentu yang dalam hal ini digunakan untuk memudahkan pemberian interpretasi angka indeks korelai ”r” Product Moment di atas, sebagai berikut: KD = r2 x 100 % = (0,22)2 x 100 % = 4,84 % Menghitung Koefisien of Determation dimakudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa. Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Koefisien of Determation sebesar 4,84 %. Hal ini menunjukkan bahwasanya variabel X telah memberikan pengaruh sebesar 4,84 % terhadap variabel Y, sebesar 95,16 % menunjukkan bahwasanya 95,16 % dari pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Diantaranya Kondisi siswa yang masih merasa kaku selama proses pembelajaran karena belum terbiasa dengan tahap-tahap pembelajaran yang dianggap baru/ lain dari yang biasa dilaksanakan guru-gurunya. Suasana didalam maupun diluar kelas yang bising, kurang kondusif dan kurang mendukung. Alokasi waktu yang kurang untuk mengkondisikan siswa benar-benar melaksanakan tahaptahap pembelajaran secara maksimal. Terbatasnya fokus penelitian hanya pada kemampuan kognitif siswa, sedangkan untuk kemampuan lainnya tidak diteliti.
2. Pembahasan Hasil Pengujian
Pengujian hipotesis di atas menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
47
partisipatif dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Tidak terdapatnya perbedaan hasil belajar siswa antara kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan analisa penulis dan didukung pula oleh hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa penyebab yang menjadi kendala selama proses pembelajaran dengan partisipatif, antara lain sebagian sisa belum dapat menggunakan tahap perencanaan pembelajaran secara maksimal untuk benar-benar mengetahui dan memahami apa dan bagaimana kebutuhan belajar (materi pokok pelajaran), tujuan dan program selama proses pembelajaran yang akan ditempuh. siswa masih terbiasa dengan proses pembelajaran yang sudah diprogram guru dan langsung mengikutinya saja, tanpa ada keinginan untuk mengetahui apa tujuan dari pembelajaran yang akan ditempuh. Padahal hal tersebut sangat penting dalam memotivasi siswa mempersiapkan diri untuk belajar. Demikian pula pada tahap evaluasi pembelajaran, masih sedikit siswa yang memanfaatkannya secara maksimal untuk menyatakan kesulitan/ hambatan dalam belajar. Padahal tahap tersebut seharusnya dijadikan sebagai sarana siswa untuk dapat mengukur kemampuan/ tingkat keberhasilannya dalam memahami materi yang telah diterimanya dan mengkonsultasikannya dengan guru. Kendala lain yang diduga sebagai penyebab kurang efektifnya pelaksanaan proses pembelajaran dengan partisipatif adalah suasana didalam maupun diluar kelas yang bising. Hal tersebut cukup mengganggu konsentrasi siswa yang benar-benar ingin mengikuti proses pembelajaran. Walaupun demikian, penulis telah berusaha semakimal mungkin untuk mengendalikan kelas sehingga dapat berjalan dengan tertib selama proses pembelajaran.
48
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa didapat informasi bahwa siswa senang belajar dengan pembelajaran partisipatif karena merupakan pengalaman belajar yang baru dan ”suasana belajarnya yang nyaman” 1 mendorongnya untuk terus berusaha memahami sendiri materi yang disampaikan. Beberapa siswa mengakui nilainya meningkat dan dapat memahami pelajaran dengan baik. Begitu pula menurut diagnosa penulis terhadap tingkat pemahaman siswa, terdapat beberapa siswa yang mengalami peningkatan dalam pemahamannya terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu juga, proses pembelajaran dengan pembelajaran partisipatif berhasil dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan akrab, baik antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Sehingga, siswa termotivasi untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Siswa baik secara individu maupun kelompok tertantang untuk berusaha memahami materi yang disampaikan. Dan siswa secara bertahap dapat memanfaatkan fungsi kelompok dalam kegiatan belajar untuk saling belajar, berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan jawaban. Dengan demikian, walaupun belum diperoleh hasil yang secara signifikan menyatakan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran partisipatif dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih variasi pembelajaran dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, karena penelitian ini masih mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya : 1. Kondisi siswa yang masih merasa kaku selama proses pembelajaran karena belum terbiasa dengan tahap-tahap pembelajaran yang dianggap baru/ lain dari yang biasa dilaksanakan guru-gurunya. 1
Wawancara dengan siswa, Diarika Mayaranti, selasa 25 mei 2010, pukul 15.00
49
2. Suasana didalam maupun diluar kelas yang bising, kurang kondusif dan kurang mendukung. 3. Alokasi waktu yang kurang untuk mengkondisikan siswa benar-benar melaksanakan tahap-tahap pembelajaran secara maksimal. 4. Terbatasnya fokus penelitian hanya pada kemampuan kognitif siswa, sedangkan untuk kemampuan lainnya tidak diteliti.
BAB V PENUTUP
Berdasarkan landasan teori dan pelaksanaan penelitian mengenai Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta Timur, yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran.
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan mengenai ” Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan pengamatan penulis, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan partisipatif cukup aktif dan sebagian besar siswa ingin berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Secara umum tingkat pencapaian hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol, yakni terlihat dari nilai rata-rata (mean) kelompok eksperimen = 79,7 dan kelompok kontrol = 77,6. walaupun rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi, tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dan Berdasarkan penghitungan dengan uji ”t” terkait Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka diperoleh nilai ”t” yang diperoleh dalam perhitungan yaitu (thitung = 1,237) adalah lebih
50
51
kecil daripada ttabel baik pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 % (pada taraf signifikansi 5 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,00 dan pada taraf signifikansi 1 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,65 ) maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima. Berarti antara Variabel I dan Variabel II tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Diterimanya Ho, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran partisipatif dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran partisipatif yang dieksperimentasikan tidak lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dapat disimpulkan, bahwa tidak adanya pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi siswa hendaknya selalu berusaha untuk memahami sendiri materi yang disampaikan, memanfaatkan kelompok belajar dengan sebaik-baiknya dan senantiasa melakukan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan yang telah dicapai.
2.
Bagi guru hendaknya memberikan kesempatan remedial kepada siswa yang masih belum memahami materi pelajaran dasar atau bahkan siswa yang berkemampuan kurang, sehingga siswa tidak semakin kesulitan memahami materi pelajaran selanjutnya.
3.
Agar pembelajaran partisipatif dapat digunakan secara maksimal, maka guru harus melakukan hal-hal berikut: a. Kemukakan terlebih dahulu pembelajaran yang akan digunakan. b. Arahkan siswa agar ikut terlibat dalam tahap perencanaan pembelajaran. Tampung dan pertimbangkan bersama-sama setiap aspirasi siswa. c. Ciptakan suasana yang nyaman dan akrab untuk memotivasi terus agar siswa aktif selama tahap proses pembelajaran.
52
d. Ajaklah siswa untuk mengevaluasi tingkat keberhasilannya dalam memahami materi, baik secara tulisan maupun lisan. e. Berikan alokasi waktu yang cukup untuk setiap tahap pembelajaran, bahkan jika memungkinkan gunakan waktu di luar jam pelajaran. 4.
Bagi pihak sekolah, hendaknya menggunakan variasi pembelajaran dalam proses pembelajaran, salah satunya yaitu pembelajaran partisipatif untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan akrab bagi siswa, sehingga mendorong siswa untuk ikut terlibat dan merasa memiliki kegiatan belajar yang diikutinya.
5.
Penulis menyadari dalam penelitian ini, masih terdapat hal yang harus diperbaiki. Tidak menutup kemungkinan bagi pihak lain yakni masyarakat pada umumnya untuk melakukan penelitian lanjutan. Guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesusilaan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 004 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1993 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Asma, Nur, Model Pembelajaran Kooperatif, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan, 2006 Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, Cet. I 2002 Darajat, Zakiah., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I, 1995 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan, Semarang: CV. Adi Grafika, 1994 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 – Panduan Belajar KBK, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005 H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production, 2005 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006 Harsanto, Radno, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius, 2007 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006 Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III 2006 Marimba, Ahmad.D, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: al-Ma’arif, 1980 Penjelasan UU Republik Indonesia, Nomor 2. Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
54
Purwanto, M. Ngalim, Psiklogi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Jakarta: Pedoman Ilmu Jiwa, 1996 Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Brorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006 Sudijono, Anas, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Sudijono, Anas, Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya, 2005 Sujana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989 Sutardi, Didi, Pembaharuan dalam PBM di SD, Bandung: UPI Press, 2007 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Tafsir, Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya1990 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Citra Umbara, 2003 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976 W.s. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,1976 Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007 Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, cet.6, 2009 http://74.125.153.132/search Model-Pembelajaran- Sosial+model+partisipator, 31 maret 2010