PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Sistem Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit merupakan salah satu produsen terbesar bahan tanaman kelapa sawit di Indonesia. Bahan tanaman unggul dihasilkan melalui tahapan-tahapan yang sistematis dan saling menunjang diantaranya yaitu program pemuliaan, pemilihan pohon induk betina dan jantan, produksi dan pengolahan benih serta kontrol kualitas. Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS merupakan suatu bagian dalam perusahaan yang melibatkan divisi kerja yang menghasilkan bahan tanaman. Divisi terbagi menjadi lima yaitu Divisi Breeding and Research Development (Pemuliaan), Divisi Pohon Induk, Divisi Pemasaran, Divisi Quality Kontrol (QC), dan Divisi Pemasaran. Selama kegiatan magang, penulis mengikuti setiap kegiatan Divisi di SUS-BHT PPKS khususnya di Divisi Produksi. Selain itu penulis melakukan serangkaian kegiatan pengujian analisis viabilitas tetrazolium dan daya berkecambah benih berdasarkan letak dan posisi berondolan di dalam tandan. Kegiatan penulis selama kegiatan magang ditulis dalam jurnal kegiatan mingguan yang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pemuliaan Kelapa Sawit Divisi BRD (Breeding and Research Development) atau Divisi Pemuliaan merupakan divisi SUS-BHT PPKS yang memiliki fungsi untuk menganalisa, mengembangkan dan merakit varietas-varietas baru kelapa sawit. Pada divisi ini terbagi menjadi beberapa bagian unit kerja yang terdiri dari : Analisa Tandan, Crossing Plant, Penimbangan, dan Vegetatif. Program pemuliaan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan prosedur
khusus
yaitu
Resiprocal
Recurrent
Selection
(RSS)
yang
dikembangkan oleh Institute de Recherces pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Prinsip metode pemuliaan RSS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi grup A (Dura) dan grup B
24
(Pisifera,Tenera). Grup A atau grup Deli merupakan jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit dengan tandan yang besar, sedangkan grub B atau grup Afrika merupakan kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran lebih kecil. Keunggulan lain metode RSS yaitu memungkinkan untuk melaksanakan eksploitasi persilangan terbaik dengan segera namun kelemahan dari metode ini yaitu hanya dua populasi dasar saja (Lubis, 2008). Program pemuliaan kelapa sawit PPKS memasuki siklus III dengan tiap siklus membutuhkan waktu 10-15 tahun. Tujuan program pemuliaan kelapa sawit yaitu untuk meningkatkan produksi, ukuran dan rendemen minyak kelapa sawit melalui perakitan varietas unggul. Tujuan lain program pemuliaan yaitu mendapatkan varietas kelapa sawit yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, toleran terhadap kondisi marginal, lebih respon terhadap pemupukan, tandan lebih bobot, komposisi buah dan minyak lebih baik, stalk lebih pendek sehingga panen mudah, adaptasi baik dan lain-lain (Lubis, 2008). Skema metode pemuliaan RSS disajikan pada Gambar 2. Populasi Dasar Evaluasi
Rekombinasi Seleksi
Pohon Dura dan Pisifera Terpilih Produksi Bahan Tanaman Kelapa Sawit Gambar 2. Skema Metode Pemuliaan RSS (Sulistyo, 2010) Kegiatan pemuliaan yang telah dilakukan oleh PPKS menghasilkan varietas-varietas unggul sebanyak 12 varietas utama dengan varietas yang masih produktif diproduksi sebanyak 8 varietas. Varietas tersebut yaitu AVROS, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, La Me, Yangambi, Sungai Pancur 1, Sungai Pancur 2,
25
Langkat, Simalungun, PPKS 540, PPKS 718 dan varietas baru PPKS 239. Varietas Dolok Sinumbah, Bah Jambi, Sungai Pancur 1 dan Sungai Pancur 2 sudah tidak diproduksi. Kegiatan pemuliaan meliputi crossing plan, pengamatan vegetatif, analisa tandan, dan penimbangan. Analisa tandan merupakan kegiatan yang dilakukan Divisi BRD untuk menganalisa persilangan DxP dan DxD/DxT. Analisis DxP merupakan analisis pengujian keturunan untuk mendapatkan informasi persilangan yang baik untuk memproduksi varietas baru. Analisis DxD/DxT dilakukan untuk mendapatkan informasi calon tanaman induk betina dan jantan yang baik untuk memproduksi benih. Analisis tandan dilakukan untuk mengetahui informasi bobot tandan, bobot buah, jumlah buah per tandan, jumlah inti, persentase daging per buah, persentase inti per buah, kandungan minyak per buah, dan per tandan. Metode analisis tandan yaitu mengambil tandan dari setiap kebun percobaan. Tandan kemudiaan diidentifikasi kategorinya (segregasi), yaitu dura, tenera, dan pisifera dengan menggunakan kapak. Setelah dianalisa kemudian dihitung jumlah tandan buah segar yang terkategori dura, tenera dan pisifera. Penimbangan tandan dilakukan secara bertahap, tandan yang bobotnya di atas 15 kg, kemudian dibelah menjadi dua bagian namun dengan tidak meninggalkan organ stalk. Sisa berondolan sawit yang tidak terpakai kemudian dikumpulkan lalu akan dikirim ke perusahaan pengolah untuk dijadikan minyak. Setelah mendapatkan bagian, kemudian dicacah hanya ditinggalkan organ stalk, dimana organ ini ditimbang lagi. Buah yang masih menempel dengan spikelet kemudian dipipil, dipisahkan antara spikelet dan buah, spikelet yang telah terpisah dikumpulkan dan ditimbang. Berondolan ini kemudian ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam partitor divider atau mesin pembagi dimana berfungsi untuk membagi berondolan sama rata. Berondolan yang telah terbagi kemudian diambil sampel sebanyak dua kali, yaitu sampel A dan sampel B. Sampel A diberi identitas berupa adanya label, sedangkan sampel B tidak terdapat label. Sampel berondolan selanjutnya ditimbang sehingga didapatkan keseluruhan bobot bagian tandan hingga ke sampel berondolan. Sampel berondolan B tidak digunakan untuk proses, hanya sebagai pengukur bobot saja. Hasil pemipilan berupa berondolan kemudian
26
diambil 30 buah berondolan terdiri dari 10 buah bagian luar, 10 buah bagian tengah dan 10 buah bagian dalam. Kegiatan setelah penimbangan yaitu memproses berondolan sampel. Berondolan dikupas mesokarpnya lalu dicincang halus. Metode pengujian rendemen minyak terdiri dari 2 jenis yaitu uji konvensional dan uji soxhlet. Uji konvensional kini tidak digunakan lagi karena ekstraksi minyak tidak maksimal, sehingga uji yang sekarang digunakan merupakan uji Soxhlet. Adapun tahapan uji konvensional adalah sbb : 1. Sampel mesokarp yang diambil sebanyak 50 gram. 2. Mesokarp segar kemudian dioven selama 21 jam dengan suhu 103°C. 3. Mesokarp kering ditimbang lalu dilarutkan 25 cc ortho dicloro benzene. 4. Mesokarp kemudian dipress. 5. Kadar minyak dapat dihitung.
Tahapan uji Soxhlet adalah sebagai berikut: 1. Mesokarp segar sebanyak 50 gram disiapkan kemudian ditimbang (A). 2. Mangkok alumunium dengan diameter 8cm dan tinggi 5 cm ditimbang (B). 3. Mesokarp segar diletakkan di dalam mangkok lalu ditimbang (C). 4. Mesokarp segar + mangkok kemudian dioven dengan suhu 105°C selama 24 jam. 5. Mesokarp kering +mangkok ditimbang lalu diesikator selama 1 jam (D). 6. Mesokarp kering kemudian diblender sampai halus. 7. Mesokarp +mangkok kemudian dioven kembali dengan suhu 105°C selama 5 jam. 8. Kertas filter dengan ukuran 4,5cm x 4,5 cm disiapkan kemudian diesikator selama 30 menit (E) 9. Mesokarp halus dimasukkan ke dalam kertas filter lalu ditimbang (F). 10. Mesokarp halus + kantung filter sebanyak 80 kantung dimasukkan ke dalam soxhlet, lalu diberi larutan hexal sebanyak 3 liter untuk melarutkan minyak. 11. Serat mesokarp + kantung kemudian dikeringanginkan selama 1 jam.
27
12. Serat mesokarp + kantung kertas dioven 105°C selama 1 jam. 13. Serat mesokarp kemudian diekstraksi. 14. Serat mesokarp + kantung filter kemudian diesikator selama 1 jam lalu timbang (G). 15. Setelah mendapatkan bobot tiap timbangan kemudian dapat dianalisa rendemen dengan rumus sbb: Besar air
: (A+B)-D
%KA= (Besar Air/A) x 100%
Besar Serat
: G-E
% Serat Mesokarp = (G-F) x (DxB) x 100%
Besar Minyak : F-G
(F-E)
A
% Kadar Minyak = (F-G) x (D-B) x 100% F-E
A
Daftar daerah percobaan panen tandan yang diuji oleh unit analisa tandan yaitu: Balimbingan (BL), Benoa/Bah Jambi (BO), Sungai Dadan (SD), Sungai Silo (SS), Tanah Raja (TR), dan Marihat (MA). Kegiatan Crossing Plan yaitu melaksanakan rencana persilangan berdasarkan Matting Design yang telah disusun oleh Ka Kelti Pemuliaan (Senior Breeder), mengawasi pohon-pohon rencana seleksi (RS) terpilih, mencari bunga jantan untuk diambil polennya dari pohon terpilih. Prinsip pemuliaan kelapa sawit berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut : x
Tenera x Tenera
= 25% Pisifera, 50% Tenera dan 25% Dura
x
Pisifera x Tenera
= 50% Pisifera, 50% Tenera
x
Tenera x Dura
= 50% Tenera dan 50% Dura
x
Pisifera x Dura
= 100% Tenera
x
Dura x Dura
= 100% Dura
Jenis yang dikembangkan di PPKS sebagian besar spesies Elaeis guiinensis Jacq tidak menggunakan Elaeis oleifera. Penggunaan spesies ini berdasarkan
sifat-sifatnya.
Spesies
E.guiinensis
memiliki
karakteristik
pertumbuhan vegetatif yang relatif cepat, produksi yang tinggi, dan morfologi cenderung pendek, sedangkan spesies oleifera memiliki karakter umur yang panjang, produksi cenderung sedikit dan morfologi yang tinggi. Pengamatan vegetatif merupakan kegiatan yang dilakukan Divisi BRD mengenai karakter vegetatif tanaman kelapa sawit yang diuji dan untuk
28
menentukan dan mengukur pertumbuhan, penyakit, abnormalitas. Parameter pengamatan yang rutin dilakukan terdiri dari pengamatan vegetatif, jari-jari tajuk, sex ratio, sensus pohon, dan segregasi. Pengamatan vegetatif dilakukan sebanyak satu kali dalam setahun. Adapun parameter yang diamati berupa : 1. Tinggi tanaman
5. Diameter batang
2. Jumlah Pelepah
6. Panjang rachis/pelepah
3. Petiole
7. Panjang dan lebar anak daun
4. Diameter batang
8. Jumlah anak daun satu sisi
Pengukuran lingkar batang dipatok satu meter di atas tanah, pengukuran tinggi tanaman dilakukan berdasarkan umur. Apabila batang tanaman belum mencapai tinggi satu meter, maka diukur diameter terbesarnya. Pengamatan sex ratio, merupakan pengamatan yang membandingkan kemunculan antara bunga jantan, bunga betina dan bunga banci. Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Jumlah bunga jantan. 2. Jumlah bunga betina. 3. Jumlah bunga banci (tidak jelas bentuknya). 4. Pertambahan Fronds (anak daun) satu sisi. Pengamatan segregasi,
merupakan pengamatan jenis berondolan,
populasi tanaman dan abnormalitas. Khusus untuk pengamatan jenis buah dengan cara menebas sebagian buah untuk dilihat apakah berjenis dura, pisifera dan tenera Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Jenis D/T/P
5. CD = Crown Disease
2. N = Tidak Tumbuh
6. S = Sisipan
3. A = Abnormal
7. M = Mati
4. O = Oryctes
8. MP = Mati Pasar
9. GD = Genoderma
Hasil pemuliaan yang dihasilkan oleh PPKS diutamakan memiliki ciriciri sebagai berikut : 1. Produksi tandan tinggi
5. Mampu tumbuh di lahan marginal
2. Tandan yang berbobot
6. Tahan serangan hama
3. Kadar minyak yang tinggi
7. Tahan serangan penyakit
4. Kecepatan meninggi yang rendah
8. Jagur/kuat
29
Secara umum cara pengamatan karakter-karakter vegetatif tanaman kelapa sawit dapat dijabarkan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakter Vegetatif dan Teknik Pengamatan No
Karakter Vegetatif
1
Tinggi Tanaman
2
Produksi Daun
3
Jumlah daun
4
Panjang Pelepah
5
Jumlah anak daun
6
Diameter batang
7
Lebar dan panjang Petiole
Cara Pengamatan Menggunakan eggrek yg panjangnya sudah ditandai. Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah (pangkal batang) hingga pangkal rachis Menghitung pertambahan jumlah daun dari pengamatan sebelumnya Menghitung jumlah pelepah yang ada saat pengamatan dengan menghitung jumlah spiral daun kemudian dikalikan 8 Mengukur dari anak daun rudimenter paling bawah daun yang paling atas Menghitung jmlah anak daun pada salah satu sisi pelepah daun ke 17 Menggunakan meteran ukur, pengukuran dimulai dari ketinggian 1m di atas permukaan tanah Menggunakan caliper (jangka sorong)
Pengamatan penimbangan merupakan kegiatan yang bertugas untuk menimbang tandan yang dipanen. Hasil yang diperoleh berupa nilai produksi dan produktivitas tanaman semua tanaman di kebun contoh. Kategori penimbangan tanaman adalah tanaman yang tidak lagi menghasilkan buah pasir atau telah berumur 4 tahun. Daerah pengambilan data penimbangan dari kebun percobaan adalah sebagai berikut : 1. Kebun Tana Raja (TN) 01 dan 02 2. Kebun Rambutan (RB) 01 dan 02 3. Marihat (MA) 16 dan 17 4. Balimbingan (BL) 01,02,dan 03 5. Kebun Sungai Silo (SS) 01 dan 02 6. Sungai Dolok (SD) 01 7. Banoa (BO) 44 dan 45 Umur kebun pengambilan data penimbangan maksimal 10 tahun, namun umur pengujian fleksibel tergantung instruksi. Parameter pengamatan yang diamati pada penimbangan adalah sebagai berikut :
30
1. Jumlah tandan 2. Bobot tandan 3. Jumlah pokok mati
Pengelolaan Pohon Induk Betina dan Pohon Induk Jantan Divisi Pohon Induk-PPKS merupakan salah satu dari divisi yang berada pada kelompok Satuan Unit Strategis. Divisi ini secara umum bertugas untuk menghasilkan tandan benih yang baik dan benar untuk diolah ke Divisi Produksi. Divisi pohon induk memiliki organisasi kerja, yaitu : a) Manager b) Supervisor c) Mandor d) Krani e) Teknisi Laboratorium f) Pollinator g) Centeng/Sekuriti h) Cleaning Service Hasil tanaman yang diperbanyak dan diolah oleh divisi Pohon Induk berasal dari hasil pengujian Divisi BRD/Pemuliaan. Adapun 5 Sasaran Mutu Divisi Pohon Induk adalah sebagai berikut : 1. Menekan kegagalan proses produksi dari pembungkusan hingga panen maksimal 6% 2. Menjaga tingkat keberadaan tandan benih di divisi produksi minimal 97% 3. Menghasilkan tandan benih sebanyak 34000 tandan 4. Menghasilkan benih kelapa sawit minimal 42,5 Juta butir 5. Menekan kegagalan proses tepung sari dari pembungkusan hingga pengampulan maksimal 13% Kegiatan di Divisi Pohon Induk terbagi menjadi dua bagian yaitu unit pohon induk betina dan unit pohon induk jantan (tepung sari). Kegiatan di unit pohon induk betina terdiri dari :
31
1. Inspeksi dan pengamatan bunga betina 2. Pembungkusan bunga betina dan sanitasi 3. Penyerbukan 4. Panen dan pengangkutan Kegiatan di pohon induk jantan terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian lapang dan laboratorium tepung sari. A. Unit Lapangan a) Inspeksi dan pengamatan bunga jantan b) Pembungkusan bunga jantan c) Inspeksi masa anthesis d) Panen B. Unit Laboratorium Tepung Sari a) Pengeringan tandan di ruang AC b) Ekstraksi tepung sari dengan cara dipukul c) Pengayakan dan pengeringan tepung sari d) Pengisian ke botol unit e) Pengujian viabilitas pollen f) Pengujian kadar air g) Pengujian kehampaan h) Persiapan botol serbuk/pencampuran
Pohon induk dibedakan dengan pohon komersial lainnya di dalam kebun. Pohon induk ditandai dengan cat berwarna merah, untuk pohon yang diberi cat berwarna hijau merupakan pohon yang dijadikan rencana seleksi atau dijadikan pengujian pemuliaan. Luas kebun pohon induk beragam antara satu blok dengan blok lain, secara umum luas kebun antara 7 ha hingga 40 ha dengan sumber plasma nutfah dan penanaman berasal dari PPKS. Tidak semua tanaman kelapa sawit dijadikan pohon induk, hanya tanaman terpilih yang melalui proses seleksi dan analisa oleh Divisi BRD yang ditunjuk menjadi pohon induk. Kondisi kebun pohon induk telah terdapat serangan ganoderma yang cukup parah, terdapat beberapa pohon induk yang mulai tumbang dan layu sehingga populasi pohon induk berkurang secara periodik.
32
Karakteristik pohon induk secara umum yaitu pohon ini berukuran kecilsedang dengan tinggi antara 5-15 meter tergantung usia, menghasilkan tandan berjenis Dura, tidak menghasilkan tandan jantan dikarenakan dibuang atau dipotong (kastrasi). Karakteristik pohon induk jantan yaitu pohon ini ramping dengan tinggi antara 10-25 meter tergantung usia tanam, dan tidak menghasilkan tandan betina karena dilakukan pembuangan bunga (emanskulasi).
I. Pohon Induk Betina a) Inspeksi Pohon Inspeksi dan pengamatan bunga merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh para pollinator. Kegiatan pengamatan bunga ini dilakukan dengan memanjat pohon secara langsung melihat kondisi kemunculan bunga, kondisi antesis bunga dan membukanya seludang bunga. Bunga yang sudah siap dibungkus yaitu bunga dengan tingkat membuka seludang minimal 25%. Bunga betina memiliki karakteristik besar, mekar, tiap spikelet memiliki bunga antara 5-15 bunga.
b) Pembungkusan Bunga Betina Pembungkusan bunga dan sanitasi merupakan kegiatan kedua setelah pengamatan, setelah seludang bunga memenuhi kriteria bungkus, maka bunga akan dibungkus. Pembungkusan tidak dapat dilakukan secara langsung, harus terdapat ruangan yang cukup agar tandan benih dapat berkembang dengan baik yaitu dengan cara memotong bagian pangkal pelepah agar pelepah sedikit menurun sehingga terdapat ruang. Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu seludang dibersihkan sehingga seluruh bagian bunga terlihat. Pada bagian stalk tandan dibalut dengan kapas yang diberi insektisida, hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya serangga ketika telah dibungkus. Pembungkusan dilakukan sebanyak dua lapisan. Lapisan pertama yaitu lapisan utama, sedangkan lapisan kedua merupakan lapisan pendukung. Pembungkus bunga menggunakan pembungkus khusus yaitu triline yang terbuat dari bahan serat.
33
Pollinator dalam bertugas membutuhkan kelengkapan peralatan, adapun peralatannya terdiri dari: a) Alat pemotong berbentuk sabit b) Kapas c) Triline d) Karet pengikat e) Spray anti serangga f) Botol serbuk + label g) Alkohol c) Penyerbukan Kegiatan penyerbukan pada pohon induk tidak hanya menghasilkan satu varietas saja tetapi terdapat dua jenis, seperti pada afdeling 3, dimana tandan benih yang dihasilkan satu pohon menghasilkan tandan varietas LT-C dan simalungun. Letak bunga menjadi salah satu pengamatan, letak bunga dikelaskan menjadi 4 jenis yaitu muka kanan (MKN), muka kiri (MKI), belakang kanan (BKN), belakang kiri (BKI). Patokan letak kondisi bunga didasarkan pada pasar pikulnya.Penyerbukan yaitu kegiatan utama pada pollinator. Kegiatan penyerbukan harus dalam keadaan steril dari serangga. Kegiatan penyerbukan dilakukan ketika bunga sudah antesis yang ditandai dengan banyak serangga berkumpul, mekar berwarna kuning dan bunga mengeluarkan bau yang harum. Langkah penyerbukan yaitu, plastik triline disterilkan dengan menggunakan alkohol, kemudian ditusuk lalu dimasukkan selang yang terhubung dengan botol serbuk. Campuran tepung sari dan bedak talkum disemburkan merata ke seluruh bagian bunga, setelah selesai, kemudian lubang tusukan ditutup kembali dengan isolasi lalu bunga digoyang-dipukul agar tepung sari yang disemburkan merata. Setelah 15 hari penyerbukan lalu pembungkus triline dapat dibuka lalu diberi label. Bunga dikatakan lewat antesis apabila sebagian besar bunga yang terdapat pada tandan menghitam. d) Panen Tandan Benih Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir. Sebelum dilakukan panen, rutin dilakukan taksasi panen 2 hari sebelum panen.Tandan benih yang siap
34
dipanen berumur antara 4.5-5 bulan setelah penyerbukan dengan tingkat kematangan fraksi nol (85%) dan tidak memberondol tipe tandan yang ditemui yaitu nigrescens memiliki ciri-ciri buah ketika matang berwarna oranye-hitam. Pemanenan dilakukan dengna cara dipanjat, tandan dipotong lalu dijatuhkan. Tingkat kematangan pada tandan sama halnya seperti bunga, tidak merata secara keseluruhan sehingga perlu pengamatan secara berkala. Tandan yang abnormal dan fruitset tetap dibawa dan dilaporkan dalam berita acara. Masa antesis bunga betina terjadi pada umumnya 14 hari setelah pembungkusan. Kendala dalam melakukan penyerbukan yaitu masa antesis bunga tidak seragam keseluruhan sehingga terdapat persilangan ulangan ke dua bahkan ditunda penyerbukannya. Jenis kegagalan panen tandan benih terdiri dari : a) Busuk tandan (KODE: BSB) b) Bocor (KODE : BCR) c) Hilang (KODE : HLG) d) Telat Serbuk (KODE : TLS) e) Abnormal (KODE : ABN) f) Talkum (KODE : TLK) g) Telat Panen (KODE : TLP)
II. Pohon Induk Jantan Kegiatan kerja di pohon induk jantan tidak jauh berbeda dengan kegiatan di pohon induk betina. Pohon induk jantan juga memiliki analisa dan seleksi sehingga tidak semua tanaman dapat dijadikan pohon induk jantan dalam satu blok. Pohon induk jantan terpilih diberi tanda cat berwarna merah, sedangkan pohon rencana seleksi tetap diberi warna hijau. Kegiatan kerja di pohon induk jantan meliputi: a) Pengamatan b) Sanitasi c) Pembungkusan d) Panen e) Pengangkutan
35
Lokasi pohon induk jantan terdapat 4 lokasi di afdeling 7 dan 8 yaitu pada blok 87, 83, 100, dan 2000 dengan luas yang bervariasi. Seluruh kebun induk jantan dikendalikan oleh satu mandor saja, berbeda dengan pohon induk dimana setiap pos dikoordinasikan oleh satu mandor. Pohon induk jantan memiliki karakteristik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pohon induk, dengan tinggi antara 15-25 meter per pohon. Karakteristik bunga jantan yaitu memiliki bobot antara 10-15 kg, berbentuk lancip dan panjang berukuran sedang tiap spikelet memiliki bunga ratusan hingga ribuan berukuran kecil.
a) Inspeksi Pohon Induk Jantan Kegiatan inspeksi atau pengamatan dilakukan secara berkala setiap hari, dengan melihat kondisi bunga yang akan dibungkus, sudah antesis, siap panen, dan
pembersihan.
Bunga
betina
tidak
digunakan
sehingga
dipotong
(emanskulasi). Umumnya kemunculan bunga betina jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bunga jantan, sehingga kegiatan emanskulasi menjadi cukup bobot. Pada pohon induk jantan yang diamati adalah tandan bunga muda, tandan bunga yang akan dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen.
b) Pembungkusan Kegiatan pembungkusan sama seperti pada pembungkusan pohon induk, sebelum dibungkus, pemberian kapas pada pangkal tandan, perbedaanya pembungkusan hanya menggunakan satu lapisan saja dengan ujung yang diberi ring dan disekatkan label. Pemberian ring ini bertujuan agar memudahkan pengambilan tepung sari. Pembungkusan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis. Tandan jantan dapat menghasilkan 20 gram tepung sari setelah diayak, untuk tandan yang berasal dari pohon muda, dapat menghasilkan hingga 25 gram tepung sari.
Tandan yang diterima minimal
menghasilkan 1,25 gram tepung sari, apabila di bawah standar tersebut maka disebut kosong.
36
c) Pemanenan Kegiatan panen dilakukan apabila bunga yang telah dibungkus telah antesis 40-60 %, hal ini ditandai dengan bau wangi yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina dan adanya serangga penyerbuk yang mengerumuni bungkusan tandan. Standar lain panen yaitu berumur 10-20 hari setelah pembungkusan, bunga dapat dipanen. Pemanenan tandan dilakukan secara hati-hati, dipanggul dan dibawa turun secara perlahan, tidak dijatuhkan. Pengamatan terhadap bunga yang akan dipanen dilakukan setiap hari terutama menjelang antesis. Apabila terdapat kerusakan pembungkusan maka bunga tersebut diafkir. Pemanenan umumnya dilakukan pada pukul 09.00-11.00 siang. Jenis kegagalan panen dalam tandan jantan terdiri dari : a) Bocor. b) Bunga banci. c) Abnormal. d) Busuk. e) Telat Bungkus. f) Telat Panen. g) Tikus/Bocor. Pohon induk jantan tetap dieksploitasi hingga tumbang, tidak dieksploitasi berdasarkan lamanya usia tanaman. III. Tepung Sari a) Penerimaan Tandan Kegiatan kerja di laboratorium tepung sari merupakan kegiatan penanganan yang memfokuskan pada pengolahan tandan induk jantan dan pengujian viabilitas pollen. Kegiatan di laboratorium tepung sari terdiri dari : 1. Pendinginan dan pengeringan tandan jantan 2. Ekstraksi tepung sari 3. Pengayakan dan pengeringan tepung sari 4. Pengampulan dan penyimpanan 5. Pengujian viabilitas pollen 6. Persiapan botol serbuk
37
Tandan jantan setelah dipanen kemudian dikirimkan ke laboratorium tepung sari. Tandan yang diterima tidak langsung diekstraksi dikarenakan terdapat embun di dalam pembungkus, antisipasinya dengan cara dikeringkan di dalam ruang AC selama 2-3 jam . Setelah dikeringkan, kemudian diekstraksi dengan cara dipukul untuk dirontokkan bunga beserta tepung sarinya. Setelah terkumpul kemudian dikumpulkan di dalam kantung pembungkus, disterilkan dengan alkohol kemudian diberi label. Proses pengayakan tepung sari dilakukan di tempat khusus yaitu box manipulasi yang dilengkapi dengan alat sterlisasi berupa dua buah lampu masing-masing 1000 watt yang mampu menghasilkan panas sebesar ± 150°C. Proses steriliasi dilakukan selama 5 menit kemudian dipadamkan dan ditunggu selama 30-40 menit hingga temperatur turun. Tujuan dari proses steriliasi yaitu untuk menghindari proses kontaminasi pada proses-proses selanjutnya. Pengayakan dilakukan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa oleh tepung sari. Pengayakan menggunakan ayakan dengan kehalusan 8 - 10 mesh. Hasil ayakan diletakkan di kertas ayakan. Bagian bawah ayakan diberi silica gel sebanyak 100-200 gram dan bagian atas ayakan diberi tutup dan disegel dengan isolasi plastik kemudian dikeringkan di ruang ac selama tiga hari. Pengisian vial tepung sari dilakukan didalam box manipulasi yang telah disterilkan beserta perlengkapan dan alat. Setiap tabung ampul berisi tepung sari sebanyak ± 0.25 gram yang biasa disebut satu unit, diberi kapas kemudian ditutup. Tabung ampul atau unit sebanyak 2-4 buah dimasukkan kembali ke dalam botol kaca khusus atau botol penisilin yang telah diberi silica gel. Botol penisilin lalu dimasukkan kembali ke dalam vakum bertekanan 7 mm/hg dan disegel dengan tutup alumunium. Botol yang siap simpan dimasukkan ke dalam bungkus khusus yang diberi identitas lalu dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu -18°C. Tepung sari sebelum disimpan diuji terlebih dahulu tingkat viabilitasnya.
38
b) Penyiapan Tepung Sari Untuk penyerbukan di lapang, tepung sari terlebih dahulu dicampur dengan tepung talkum, pencampuran dilakukan di dalam peti manipulasi. Setiap 1 unit tepung sari dapat menyerbuki untuk 1 hingga 32 bunga betina, lalu dimasukkan ke dalam botol serbuk yang telah berisi 4 gram tepung talkum. Pencampuran dengan cara dikocok. Setiap botol yang telah berisi campuran tepung sari diberi tanda menggunakan spidol lalu disekatkan label identitas. Kegiatan pencampuran tepung sari dilakukan pada pagi hari sebelum dikirim ke kebun.
c) Pengujian Viabilitas Pollen, Kehampaan Dan Kadar Air Uji viabilitas pollen merupakan uji tingkat viabilitas tepung sari. Uji ini umumnya ditujukan kepada tepung sari yang telah disimpan lama, tetapi uji ini dilakukan juga untuk setiap tepung sari yang akan disimpan. Pengujian viabilitas tepung sari dilakukan sederhana dengan menggunakan media khusus melalui mikroskop. Bahan dan alat dalam pengujian ini terdiri dari : Bahan 1. Boraks 2. Sukrosa 3. Alkohol 4. Tepung sari 5. Kertas HVS 6. Aquadest Alat 1. Penusuk 2. D-Glass 3. Pippet 4. Karet gabus berbentuk kotak 5. Mikroskop 6. Nampan alumunium 7. Lempengan modifikasi
39
Metode 1. D-glass disusun di atas kertas HVS. 2. Larutan campuran antara sukrosa dan boraks 3. Karet gabus disusun di atas lempengan yang telah dimodifikasi. 4. Pippet aquadest lalu diletakkan di atas D-glass sebanyak 1 tetes, dengan ukuran tertesan sedang. 5. Botol ampul dibuka, kemudian tepung sari diambil menggunakan penusuk yang telah disterilkan, tepung sari yang diambil sedikit, kemudian dicampur dengan tetesan yang berada di D-glass. 6. Secara cepat D-glass dibalik, sehingga tetesan berada di bawah. 7. D-glass ditempatkan di atas karet yang berada di lempengan. Kemudian diletakkan ke dalam nampan yang telah diisi air, lalu,dimasukkan ke dalam oven bersuhu 40°C selama 3 jam. 8. Setelah 3 jam, diamati di atas mikroskop. Pollen yang viabel terlihat ekornya,
pollen
yang
baik
minimal
70%.
Perhitungan
pollen
menggunakan taksiran secara visual.
Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas pada mikroskop. Penghitungan persentase tepung sari dapat dihitung dengan rumus Persentase viabilitas = T/(T-M) x 100% T = Tepung sari viabel/hidup M = Tepung sari mati. Selain pengujian viabilitas pollen, pengujian lain yang dilakukan yaitu pengujian kehampaan tepung sari dan kadar air. Pengujian kehampaan dilakukan dengan menggunakan alat suntik yang ditusukkan ke dalam botol kaca tepung sari. Kolom udara yang terhisap sampai 10cc maka kehampaan masih baik, apabila > 10 cc dilakukan tes ulang dan divakum kembali. Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air tepung sari apakah layak untuk digunakan di dalam penyerbukan. Batas kadar air aman yaitu 4 %, apabila > 4 % maka tepung sari harus diafkir karena tidak layak.
40
Proses Pengolahan Tandan Divisi Produksi merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam mengolah tandan benih menjadi kecambah siap salur. Proses produksi benih kelapa sawit terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan benih, pematahan dormansi dan perkecambahan.
1. Persiapan Benih. Unit persiapan benih merupakan bagian dari Divisi Produksi yang memiliki tugas untuk mempersiapkan benih dari tandan benih menjadi benih siap proses. Kegiatan persiapan benih terdiri dari: penerimaan tandan benih, pencincangan tandan, fermentasi, pemipilan, pengupasan, seleksi, pemberian logo PPKS, dan penyimpanan benih. Standar HOK yang diterapkan pada unit ini setiap pekerja khususnya bagian pencincangan minimal per hari 30 tandan, standar ini bersifat fleksibel, tidak dituntut satu hari selesai, yang berarti sesuai dengan banyaknya jumlah tandan, apabila sedikit, bisa berkurang. Pencacahan dan pemipilan masih menggunakan tenaga manual, alat yang digunakan berupa kapak untuk mencacah dan sekop untuk memipil. Tenaga pencacah sawit merupakan pekerja yang harus terampil, dikarenakan apabila teknik mencacah salah, maka kerusakan benih akan semakin besar. Sumber daya yang terdapat pada unit persiapan benih berjumlah 44 orang yang terdiri dari: satu supervisor, 18 karyawan tetap, 14 karyawan harian lepas (KHL) ,dan 11 pegawai kontrak waktu tertentu (PKWT). Secara umum alur persiapan benih dapat dilihat pada Gambar 9.
a) Penerimaan Tandan Penerimaan tandan buah segar yang akan dijadikan benih dikirim berdasarkan lokasi dan shift pengiriman. Untuk lokasi yang berada di daerah Bah Jambi sebagian besar dikirim pada hari senin, sebagian lainnya dikirim pada hari selasa. Pengiriman tandan buah segar dikirim dari lokasi Bah Jambi, Marihat dan Balimbingan dikirim pada hari selasa. Khusus hari kamis, terdapat pengiriman dari kebun Dalu-Dalu, seluruh pengiriman ini sudah terjadwal
41
dengan baik. Pengambilan tandan buah segar untuk kebun Bah Jambi, Marihat, dan Balimbingan menggunakan sistem afdeling dan blok, sedangkan untuk kebun Dalu-Dalu hanya menggunakan blok saja. Pengiriman tandan tidak ada target, tetapi fleksibel tergantung berbagai kondisi yang terjadi, seperti cuaca dan kondisi tanaman namun sesuai jadwal. Pengiriman tandan beragam, mulai dari 50-300 tandan benih dengan 1 350-2 000 berondolan kumulatif. Setiap varietas dan daerah ditandai dengan kode khusus seperti: 1. 09 = Yangambi
4. LTC = Langkat
7. 718 = High Meso
2. 04 = Lame
5. SMB = Simalungun
8. Dy = Dumpy
3. 05 = AVROS
6. 540 = Big Bunch
Penerimaan tandan merupakan kegiatan serah terima tandan benih dari Divisi Pohon Induk ke Divisi Produksi. Petugas yang membawa tandan dari lapang yaitu krani lapang. Tandan yang telah diterima kemudia diperiksa surat pengantar panen, kebenaran, kelengkapan label kemudian ditimbang. Kegiatan pemeriksaan tandan meliputi kondisi label tandan yang tertancan, identitas label, nomor penyerbukan, tanggal bungkus, tanggal serbuk, nomor pohon unduk, nomor registrasi, dan nama inisial pollinator. Nama-nama varietas yang dikeluarkan PPKS dan karakteristik dari varietas tersebut terdapat pada lampiran 2 dan 3. Tandan yang diterima dalam kondisi terbungkus tas (bagging), hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kehilangan berondolan, tercampurnya berondolan dan kerusakan yang terjadi selama pengiriman. Penimbangan tandan dilakukan bersama dengan tas pembungkusnya yang memiliki bobot 1 kg. Bobot tandan memiliki nilai yang bervariasi tergantung tahun tanam dan kondisi pohon, semakin tua umur tanaman induk maka semakin berbobot tandannya. Proses penerimaan tandan dapat dilihat pada Gambar 3. Tandan-tandan yang diterima merupakan tandan dengan tipe nigrescens yang memiliki ciri-ciri berwarna oranye-ungu ketika dalam keadaan masak. Bobot tandan memiliki varian yang beragam, dengan kisaran 25 hingga 71 kg.
42
Gambar 3. Proses Penerimaan Tandan Benih: (A) Penerimaan Dari Pohon Induk, (B) Label Identitas Tandan, dan (C) Pengecekan Label dan Identitas Tandan.
b) Pencincangan Tandan Kegiatan pencincangan merupakan suatu proses pemotongan spikelet dari stalk tandan. Kegiatan pencincangan dilakukan di tempat khusus yaitu bak pencincangan yang terpisah agar tidak tercampur dengan potongan tandan lain. Bak ini memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi berturut turut 1 m x 1 m x 0.6 m. Pencincangan dilakukan setelah tandan diperiksa, umumnya dilakukan satu hari setelah penerimaan tandan. Proses pencincangan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, dikarenakan beresiko terjadinya kerusakan biji, oleh karena itu dilakukan oleh petugas pencincang yang sudah mahir. Lamanya proses mencincang bervariasi antara 7-9 menit tergantung ukuran tandan. Hasil pencincangan selanjutnya dikelaskan berdasarkan kelas fruitset (persentase buah baik yang terbentuk dalam satu tandan). Tandan berkualitas tidak baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pembentukan berondolan tandan (fruitset) <20%, (2) tandan tanpa biji, (3) tandan busuk, (4) kondisi label yang lepas/tidak tertancap. Tandan yang tidak baik selanjutnya diafkir, dihitung jumlahnya, dimusnahkan dengan cara dibakar lalu dibuat berita acara pemusnahan. Kegiatan Pencincangan dapat dilihat pada Gambar 4. Tandan benih dengan tingkat Fruitset < 20% (kelas D) memiliki karakteristik buah yang terbentuk tidak sempurna, banyak buah berukuran kecil, tidak memiliki inti, dan tidak berisi. Penyebab terjadinya tandan dengan kelas fruitset D yaitu:
43
a) Kondisi bunga belum sepenuhnya anthesis atau telah lewat masa anthesis pada saat diserbuki. b) Penyebaran tepung sari tidak merata saat penyerbukan. c) Bunga atau tandan terganggu saat pertumbuhan. d) Faktor genetis tanaman. Setelah kegiatan pencincangan, kumpulan spikelet kemudian dimasukkan ke dalam keranjang plastik berdasarkan persilangan untuk selanjutnya difermentasi. Daftar kelas fruitset tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Kelas Fruitset Tandan Benih Kelas Fruitset A B C D E
Persen Terbentuknya Buah (%) 80-90 60-80 40-60 20-40 <20
Sumber: Persiapan Benih, Divisi Produksi PPKS Marihat
Gambar 4. Proses Pencincangan Tandan: (A) Pencincangan Manual, (B) Hasil Cincangan, (C) Hasil Cincangan Siap Fermentasi
c) Fermentasi dan Pemipilan Fermentasi dilakukan untuk memudahkan dalam pemipilan berondolan dan memidahkan pengupasan daging. Fermentasi dilakukan langsung di dalam keranjang plastik dikarenakan tidak mudah berkarat dan dapat dipakai berulang serta umur ekonomisnya panjang. Tandan difermentasi selama 4-7 hari hingga terbentuk jamur.
44
Ciri-ciri keberhasilan fermentasi yaitu: (1) buah mudah terlepas dari spikelet, (2) banyak buah yang telah terlepas, (3) daging buah agak memar dan mudah tersobek, (4) spikelet terlihat layu dan mengkerut, (5) adanya miselium dan tercium bau khas fermentasi, (6) adanya lalat kecil yang mengerubungi. Setelah proses fermentasi selesai, kemudian dipipil (Gambar 5).
Gambar 5. Proses Fermentasi dan Pemipilan: (A) Fermentasi dan (B) Pemipilan Pemipilan dilakukan untuk memisahkan berondolan dari spikelet. Proses pemipilan dilakukan di box khusus yang memiliki tiga bagian khusus yaitu bagian pemipil atas, ayakan besi untuk memisahkan berondolan dan spikelet, proses ini dibantu dengan sekop dan ruang penampung bagian atas. Seluruh buah dipastikan lepas dari spikelet untuk mengurangi terjadinya kehilangan hasil. Hasil pemipilan dimasukkan ke dalam karung goni, tiap karung goni berisi satu persilangan yang selanjutnya siap untuk dikupas.
d) Pengupasan Buah Berondolan yang telah dipipil kemudian dimasukkan ke dalam karung lalu dikupas menggunakan alat pengupas depericarper. Mesin depericarper yang dimiliki oleh PPKS sebanyak 7 unit, dengan depericarper horizontal sebanyak 6 unit dan vertikal sebanyak 1 unit. Mesin pengupas depericarper memiliki keunggulan dan kelemahan. Mesin depericarper horizontal memiliki keunggulan kerusakan 0%, tetapi memerlukan air dan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 45 menit per tandan. Mesin depericarper vertikal memiliki keunggulan waktu yang relatif lebih singkat dibanding horizontal, mesin ini membutuhkan waktu pengupasan per tandan selama 10 menit dengan tingkat kerusakan 1%.
45
Instansi PPKS dalam memproduksi lebih mengutamakan dalam menggunakan mesin pengupas tipe vertikal karena waktu yang digunakan untuk mengupas lebih cepat. Pengoperasian mesin pengupas dituntuk untuk berhatihati dan peka dikarenakan apabila terjadi kelalaian maka tidak hanya kerusakan biji yang tinggi tetapi dapat melukai petugas. Pengupasan dilakukan secara terpisah untuk tiap persilangan dan satu mesin untuk satu persilangan. Hasil pengupasan berupa benih kemudian direndam dengan larutan Dithane untuk mencegah berkembangnya jamur serta mikroorganisme. Bobot basah biji hasil pengupasan diletakkan di atas kawat penirisan dan disimpan kering selama 24 jam dengan suhu 20-25°C. Kegiatan pengeringan selain untuk mengeringkan Dithane juga untuk dapat memudahkan seleksi biji putih dan biji normal. Mesin dan hasil pengupasan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Proses Pengupasan Buah: (A) Depericarper Tipe Vertikal, (B) Depericarper Tipe Horizontal, dan (C) Penirisan Biji Hasil Pengupasan. e) Seleksi Benih Bagian seleksi benih pada divisi ini terbagi dua yaitu seleksi benih dan pengelompokan. Kegiatan seleksi benih terdiri dari memisahkan, mengelompokkan dan menghitung benih baik dan benih afkir. Setiap persilangan yang diseleksi dilakukan secara terpisah dan dilakukan secara teliti untuk menghindari tercampurnya benih lain. Benih yang telah diterima kemudian disortasi menggunakan kotak kawat dengan panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 10 cm, diameter lubang yang digunakan sebesar 1.3 x 1.3 cm. Penggunaan diameter sebesar 1.3 cm
46
merupakan benih yang berukuran sedang. Benih yang lolos dari kotak kawat merupakan benih kecil dan afkir. Selain seleksi kotak kawat bawah, kotak kawat atas turut diseleksi untuk memisahkan benih pecah dan benih baik. Selain seleksi, unit ini juga memotong rambut benih yang terdapat di bagian ujung, yang bertujuan untuk mencegah terbentuknya jamur. Benih-benih yang telah diseleksi, kemudian ditimbang dan dicatat jumlahnya serta dimasukkan ke dalam kantung berlubang beserta identitas. Kantung yang berisi benih kemudian dikirim ke gudang stock untuk dikelompokkan dan diberi identitas. Bagian stock terdiri dari dua unit kerja, yaitu pengelompokan dan pemberian identitas. Pengelompokan benih memiliki kegiatan kerja untuk memilah benih berdasarkan jenis persilangannya. Pengerjaan pengelompokan benih berada pada ruang stock I yang memiliki suhu dingin (AC). Benih yang telah disortir oleh bagian ini kemudian dikirim ke bagian identitas. Bagian identitas bertugas untuk menandai benih, menandakan benih menggunakan mesin inkjet dengan kapasitas mesin 60.000 butir/hari atau 200 butir per menit dan masa kerja mesin per hari 5 jam (Gambar 7). Benih yang telah diberi identitas memiliki ciri-ciri terdapat tulisam PPKS berwarna kuning di cangkang benih. Benih yang telah diberi identitas selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang stock II, namun untuk benih yang telah dipesan, dikirim ke unit pematahan dormansi. Benih-benih yang terkategori afkir selanjutnya akan dimusnahkan dengan cara dibakar di tempat khusus pembakaran, kegiatan pemusnahan dilakukan setiap bulan secara rutin.
Gambar 7. Pemberian Cap Identitas: (A) Benih yang Berada Di Lintasan Mesin, (B) Benih yang Telah Diberi Cap Identitas, (C) Mesin Inkjet
47
%HQLK \DQJ EDLN \DLWX EHQLK \DQJ PHPLOLNL XNXUDQ GLDPHWHU cm, berwarna coklat tua atau hitam, tidak cacat fisik, dan tidak pecah. Biji afkir dibedakan menjadi empat jenis (Gambar 8) yaitu: a) Biji kecil Kriteria biji kecil yaitu yang berukuran < 1.3 cm yang lolos saringan. Penyebab terjadinya biji kecil yaitu faktor genetik atau kondisi morfologis pohon induk. b) Biji pecah Biji pecah yaitu biji yang kondisi fisiknya tidak baik yang disebabkan oleh kegiatan prosessing dalam penyiapan benih yaitu pencincangan dan pengupasan. c) Biji putih Biji putih merupakan biji yang disebabkan oleh pertumbuhan yang belum sempurna atau dipanen terlalu muda. Biji putih umumnya biji yang terdapat di bagian dalam.
Gambar 8. Biji Afkir dan Kemasan Benih: (A) Biji Ukuran Kecil, (B) Biji Pecah, (C) Biji Putih Afkir, (D) Label Identitas dan (E) Kemasan Simpan Benih
48
f) Penyimpanan Benih Benih yang sudah diberi identitas, cap, dan dikelompokkan kemudian disimpan di ruang stock. Di dalam ruang penyimpanan disusun rak-rak penyimpanan sesuai dengan varietasnya yang berukuran 8 m x 1 m x 3 m. Ruang penyimpanan berfungsi untuk menyimpan benih seoptimal mungkin dalam jangka waktu lama serta menjaga viabilitas benih. Ruangan penyimpanan bersuhu 20°-25°C dengan kontrol rutin tiga kali dalam satu hari untuk menjaga kestabilan suhu. Penyimpanan benih umumnya variatif mulai dari dua minggu hingga tiga bulan sudah langsung diminta untuk dikecambahkan. Benih yang akan dikecambahkan kemudian dikeluarkan dari ruang penyimpanan sesuai dengan varietas disertai dengan surat permintaan.
g) Pencapaian Produksi Benih Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa setiap tahun PPKS marihat dapat memproduksi benih baik dengan rata-rata 43 442 612 butir dengan jumlah benih per tandan rata-rata sebesar 1385 benih per tandan. Produksi benih tertinggi terdapat pada tahun 2005 yaitu sebanyak 50 835 900 butir dan terendah yaitu pada tahun 2007 sebesar 36 724 022 butir.
Tabel 4. Produksi Persiapan Benih Tahun 2005-2010 Tahun Produksi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Tandan Masuk 40 212 32 238 25 860 31 303 34 442 28 138 32 032
Tandan Afkir 1411 543 197 290 309 279 505
Tandan Diproses 38 801 31 695 25 663 31 013 34 133 27 859 31 527
Biji Afkir 107 633 127 741 54 530 63 602 57 350 160 143 95 166
Sumber: Persiapan Benih, Divisi Produksi PPKS Marihat
Benih Baik 50 835 900 42 428 992 36 724 022 43 514 789 48 503 862 38 648 106 43 442 612
Jumlah benih/tandan 1316 1345 1435 1407 1425 1387 1385
49
Realisasi pencapaian produksi dilihat dari persentase tingkat kerusakan benih selama proses hingga bulan maret 2011. Sampai dengan bulan Maret 2011, biji afkir akibat kerusakan (pecah) selama proses pengolahan menjadi benih sebanyak 36 551 butir dengan jumlah biji yang diproses/dihasilkan sebanyak 8 976 554 butir sehingga persentase kerusakan adalah 0.40% Kerusakan benih:
36 551 x 100 % = 0.40 % 8 976 554
Penerimaan Tandan Benih
Pengecekan Identitas, Penghitungan, Tandan Kelas D Pencincangan Tandan
Tandan Banci Tandan Tanpa Identitas
Fermentasi
Pemipilan
Afkir / Dimusnahkan
Pengupasan dan Penirisan Biji berukuran kecil Seleksi Benih
Biji putih Biji pecah
Stock Seed
Pemberian Label dan Cap
Penyimpanan Benih
Pematahan Dormansi
Gambar 9. Alur Penyiapan Benih di PPKS Marihat
50
2. Pematahan Dormansi Benih kelapa sawit memiliki karakteristik cangkang yang cukup tebal dan keras sehingga air dan udara sulit masuk ke dalam benih, sehingga diperlukan proses untuk mematahkan dormansinya. Seluruh benih yang akan dikecambahkan dari ruang stock terlebih dahulu melalui proses pematahan dormansi. Proses pematahan dormansi yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan identitas yang terdiri dari nomor persiapan benih, nomor penyerbukan, bobot, dan jumlah benih. Proses pematahan dormansi meliputi: perendaman I, pengeringan I, pemanasan, perendaman II, dan pengeringan II. Proses pematahan dormansi dapat dilihat pada Gambar 10. a) Perendaman I Perendaman pertama bertujuan untuk menaikkan kadar air benih dari 14 % menjadi 18 %. Proses perendaman pertama yaitu benih dimasukkan ke dalam jarring perendaman dengan jangka waktu 5-7 hari. Proses perendaman berada di bak khusus perendaman dengan dibantu oleh aerator. Air perendaman tiap hari diganti untuk menghilangkan jamur dan kotoran yang menempel pada benih.
b) Pengeringan I Proses kedua setelah perendaman selama tujuh hari yaitu benih direndam di dalam larutan Dithane 0.2 % selama tiga menit untuk menghindari terjadinya kontaminasi jamur. Benih kemudian dikeringanginkan di dalam rak plastik selama 24 jam dengan bantuan kipas angin dan diserak agar pengeringan merata.
c) Pemanasan Pemanasan merupakan proses ketiga pematahan dormansi. Benih yang telah kering kemudian dimasukkan ke dalam tray plastik berwarna kuning dengan ukuran 70 cm x 45 cm x 8 cm. Lamanya benih dimasukkan ke dalam ruang pemanas selama 60 hari dengan suhu 40°C. Setiap satu minggu sekali, benih dikeluarkan dari ruang pemanas untuk dikeringanginkan selama 3-5 menit dengan tujuan pergantian udara.
51
Alat pendukung yang terdapat di ruang pemanas terdiri dari termometer ruang, kipas, dan thermograph digital. Sistem pemanas yang digunakan sudah terkomputerisasi, setiap suhu mencapai 40 OC, secara otomatis pemanas akan dimatikan lalu diganti kipas secara bergantian.
d) Perendaman II Perendaman kedua tidak jauh berbeda dengan perendaman pertama, yang berbeda yaitu lamanya waktu perendaman selama tiga hari. Tujuan perendaman kedua yaitu menaikkan kadar air dari 18 % menjadi 22 % - 24 %. Meningkatnya kadar air untuk mempermudah proses imbibisi pada benih, dikarenakan poripori pada cangkang mengalami peregangan.
e) Pengeringan II Proses
setelah
perendaman
kedua
yaitu
pengeringan,
sebelum
dikeringkan, benih direndam dengan larutan Dithane 0.2 % untuk mencegah kontaminasi jamur. Benih dikeringkan selama 5 - 8 jam pada rak pengeringan dibantu dengan bantuan kipas. Benih yang sudah siap untuk dikecambahkan diganti tray dengan ukuran yang sama namun dengan warna biru.
Gambar 10. Proses Pematahan Dormansi: (A) Perendaman, (B) Pengeringan, dan (C) Pemanasan
3. Perkecambahan Benih Benih-benih yang telah dipatahkan dormansinya kemudian masuk proses perkecambahan. Benih yang telah disusun dalam tray kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengecambahan dengan suhu 28 - 32°C. Sistem pengaturan suhu di dalam ruangan perkecambahan sudah terkomputerisasi, setiap suhu 32°C maka
52
akan berganti dengan kipas. Lamanya benih berkecambah secara normal antara 17-30 hari tergantung varietas dan kondisi benih, pada umumnya varietas yang paling lama yaitu LTC dan Langkat (25-30 hari perkecambahan). Setelah benih berada selama tiga hari kemudian disiram pertama menggunakan hand sprayer berisi Dithane 0.2% dengan volume yang cukup banyak. Penyiraman lanjutan tergantung kondisi benih, apabila kering, maka disiram namun dengan volume yang sedikit untuk menjaga benih tetap dalam kondisi lembab. Daya berkecambah benih kelapa sawit tidak serempak, sehingga pemilihan benih dilakukan berulang-ulang. Umumnya benih berkecambah pada umur 14-21 hari yang merupakan pemilihan pertama. Pemilihan selanjutnya berselang antara tiga hari hingga dua minggu bahkan lebih, hal ini dikarenakan pemilihan benih tergantung pemesanan. Prosedur pemilihan kecambah dilakukan selama enam kali, namun saat ini pemilihan kecambah dilakukan hingga 12-13 kali hingga benih terlihat tidak lagi berkecambah untuk mengoptimalkan produksi kecambah. Dalam pemilihan kecambah akan dijumpai kecambah normal dan afkir (abnormal dan kecambah panjang). Kondisi dan perkecambahan benih dapat dilihat pada Gambar 11.
Kriteria kecambah normal meliputi : 1. Kecambah tumbuh dengan baik, dapat dibedakan antara radikula dan plumula 2. Plumula dan radikula tumbuh lurus dan berlawanan arah 3. Panjang plumula dan radikula maksimal 2cm serta segar. 4. Tidak berjamur dan tidak patah
Kriteria kecambah afkir yaitu : 1. Plumula dan radikula tumbuh searah (membengkok) 2. Layu dan berjamur 3. Panjang radikula dan plumula >2cm 4. Pertumbuhan plumula atau radikula terhambat 5. Plumula atau radikula tidak tumbuh
53
Gambar 11. Perkecambahan Benih: (A) Ruang Perkecambahan, (B) Benih Normal, (C) Benih Afkir Panjang 4. Pengemasan Kecambah Kecambah yang akan disalurkan dikemas ke dalam kantong plastik. Kantong plastik berisi 150 butir kecambah dengan ukuran 26 cm x 30 cm dengan label PPKS. Kecambah yang dijual memiliki kisaran harga Rp 6 000 Rp 7 000/kecambah tergantung varietas. Pengiriman kecambah dilakukan dengan memasukkan kantung plastik kecil ke dalam box plastik berukuran 62 cm x 54 cm x 12 cm dengan kapasitas 33 - 34 kantong kecambah dengan jumlah benih sebanyak 5 000 - 5 125 kecambah. Pemberian busa syrofoam di dalam box digunakan untuk mengurangi kerusakan benih ketika dikirimkan. Pengiriman benih ke luar pulau memerlukan penanganan khusus yaitu kantong-kantong kemasan kecambah dimasukkan ke dalam peti pengiriman yang terbuat dari kayu/triplek berukuran 55 x 35 x 40 cm dengan kapasitas ± 5 125 benih dengan bobot ± 5 kg berlogo PPKS. Kemasan yang digunakan untuk konsumen langsung berbentuk kardus. Kemasan peti plastik tidak jauh berbeda dengan peti kotak, baik peti plastik dan peti kotak lebih sering digunakan untuk penyaluran ke PPKS Medan dan luar pulau, sedangkan untuk kemasan kardus merupakan kemasan yang ditujukan untuk konsumen langsung. Kemasan kardus memiliki daya tamping hingga 2000 butir kecambah. Kemasan kecambah baik per persilangan yang akan disalurkan ke konsumen sebelumnya dicatat dan disalin ke dokumen daftar persilangan disertai dengan dokumen DO (Delivery Order) yang dikeluarkan oleh administrasi Divisi Pemasaran dan Logistik serta surat pengantar acara serah terima kecambah dari Divisi Produksi kepada konsumen kemudian staf Divisi
54
QC memberikan segel khusus. Pembungkusan dan pengemasan kecambah dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pengemasan dan Penyaluran Kecambah: (A) Kemasan Plastik Kecambah, (B) Box Plastik, dan (C) Box Kardus Penyaluran kecambah dilakukan di Divisi Pemasaran dan Logistik PPKS. Pembelian oleh konsumen dilakukan secara langsung kepada konsumen. Khusus untuk konsumen lokal dapat langsung datang membeli. Produksi kecambah PPKS dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Kecambah PPKS Tahun 2005 - 2010 No 1 2 3 4 5 6
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Benih Baik 50 835 900 42 428 992 36 742 022 43 514 789 48 503 862 38 648 106 43 442 612
Produksi Kecambah (butir) 40 676 096 26 182 240 39 310 737 46 156 569 39 220 325 38 659 007 38 367 495
Sumber: Persiapan Benih, Divisi Produksi PPKS Marihat
Persentase daya berkecambah, jumlah kecambah normal, kecambah abnormal dan benih tidak tumbuh berfluktuatif tiap bulannya. Jumlah kecambah yang diproduksi tergantung oleh banyaknya pesanan kecambah. Persentase daya kecambah , kecambah normal, abnormal, dan benih tidak tumbuh tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6.
55
Tabel 6. Perkecambahan Benih PPKS Tahun 2010 Kecambah Kecambah Tidak % Daya Normal Abnormal Tumbuh Kecambah Januari 4 553 280 159 899 996 295 82.55 Februari 4 315 879 108 86 1 098 505 80.11 Maret 4 274 006 189 145 1 236 206 78.31 April 3 410 335 126 274 723 997 83.01 Mei 3 315 494 132 601 1 128 881 75.34 Juni 3 470 072 137 151 1 046 416 77.51 Juli 2 213 873 130 637 1 057 129 68.92 Agustus 2 867 542 22 484 1 357 953 69.49 September 2 382 908 123 502 1 521 786 62.22 Oktober 2 429 963 10 665 1 337 207 65.48 November 2 535 295 106 644 994 143 72.66 Desember 2 890 360 150 563 636 593 78.59 Rata-rata 38 659 007 1 300 451 13 135 111 74.51 Bulan
Sumber: Persiapan Benih, Divisi Produksi PPKS Marihat
Quality Control Quality Control atau Quality Assurance merupakan divisi yang lingkup kerjanya melakukan pengawasan dan verifikasi proses pada hampir semua divisi yang dibawahi oleh SUS (Satuan Usaha Strategis). Sasaran mutu dan verifikasi Divisi Quality Control adalah sebagai berikut: I.
Melakukan verifikasi pada setiap tahap proses produksi tandan benih pada divisi pohon induk yang terdiri dari : a. Pengamatan bunga minimal 33% b. Pembungkusan bunga minimal 34% c. Penyerbukan bunga minimal 39% d. Pembungkaan bungkusan minimal 38% e. Panen minimal 25% f. Tepung sari minimal 55%
II.
Melakukan verifikasi kualitas dan kuantitas produk pada setiap tahap proses produksi kecambah kelapa sawit minimal 8.5% untuk kualitas dan 3.5% untuk kuantitas
III.
Menindaklanjuti keluhan pelanggan 100%
56
IV.
Jangka waktu penyelesaian terhadap keluhan pelanggan tersebut maksimal 30 hari setelah surat resmi yang berkenan dan keluhan diterima oleh divisi QC-QA. Jumlah pekerja yang berada di divisi ini total 30 orang dengan perincian sebagai berikut: 1. Divisi pohon induk
: 1 orang
2. Divisi Produksi
: 5 orang
3. Divisi Kultur Jaringan
: 2 orang
4. Pekerja Kantor
: 5 orang
5. Pekerja Lapangan
: 17 orang
Dalam divisi ini, pengawasan dilakukan terhadap proses, apabila suatu proses produksi dan pengamatan dilakukan dengan baik, maka hasil yang didapat akan baik. Alur proses pengadaan bahan tanaman kecambah kelapa sawit di instansi PPKS Marihat dapat dilihat pada Gambar 13. Proses verifikasi yang dilakukan oleh staf Divisi Quality Control yaitu pengamatan secara rutin setiap hari yang kemudian akan dicatat dalam kegiatan harian pekerja, khusus di bagian perkecambahan, staf QC diperkenankan mengganti kecambah yang tidak baik pada proses seleksi verifikasi dalam hal kualitas dan kuantitas. Proses verifikasi tidak terlepas dari pengambilan sampel. Kegiatan pengambilan sampel berlangsung secara acak sesuai dengan kriteria sasaran mutu, setiap divisi dan unit memiliki kriteria pengambilan sampel yang berbeda-beda. Hasil dari proses verifikasi yang dilakukan oleh Divisi Quality Control selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi. Evaluasi yang dijadikan pertimbangan terdiri dari kinerja karyawan, proses produksi, bahan dan alat serta fasilitas penunjang produksi yang berkelanjutan.
57
Pemuliaan Tanaman Divisi BRD/Pemuliaan
Divisi Pohon Induk
Pohon Induk
Pohon Bapak
Produksi Tandan Benih
Divisi Produksi
Persiapan Benih
Divisi QC/QA Pematahan Dormansi
Perkecambahan
Produksi Kecambah
Divisi Pemasaran dan Logistik
Penyaluran Kecambah
Gambar 13. Alur Proses Pengadaan Bahan Tanaman di PPKS Marihat
58
Analisis Tetrazolium dan Daya Berkecambah Berdasarkan Letak Benih Dalam Tandan Viabilitas benih merupakan salah satu tolok ukur dalam menentukan kualitas benih. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas dengan tingkat viabilitas benih yang beragam antar benih maupun varietas. Pengaruh letak dan posisi benih dalam tandan kelapa sawit menjadi salah satu penyebab beragamnya tingkat viabilitas benih dalam sebuah tandan. Proses produksi benih diharapkan mendapatkan tingkat viabilitas yang seragam dan tinggi sehingga meminimalisir adanya replanting dan kebutuhan benih tambahan. Tingkat viabilitas benih pada umumnya berbanding lurus dengan daya berkecambah benih, dimana tingkat viabilitas yang baik akan memperoleh benih dengan daya berkecambah yang baik juga. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh letak benih perlu dilakukan analisis tetrazolium dan daya berkecambah berdasarkan letak benih. Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui tingkat viabilitas benih kelapa sawit dan potensi perkecambahan seluruh bagian tandan dan letak benih. Pengujian daya berkecambah menggunakan metode pengambilan letak yang sama dengan pengujian viabilitas tetrazolium. Proses pematahan dormansi benih dilakukan selama 58 hari dan pengamatan pemilihan pertama dilakukan pada hari ke 17 dengan pengamatan pemilihan rutin setiap 3 - 4 hari selama enam kali pemilihan. Kriteria pengamatan terdiri dari berbagai parameter. Pengamatan embrio viabel terdiri dari embrio berwarna merah tua titik dan merah tua rata, sedangkan embrio non viabel terdiri dari berwarna merah muda rata dan tidak mengalami perubahan warna setelah perendaman. Pengujian daya kecambah memiliki kriteria pengamatan yang terdiri dari kecambah normal, kecambah abnormal, kecambah panjang dan benih tidak tumbuh. Pemetaan bagian tandan selengkapnya pada Lampiran 6.
59
Hasil I.
Struktur Tandan, Berondolan Dan Spikelet Morfologi tandan untuk tiap varietas tidak memiliki karakter yang secara
spesifik berbeda. Tandan yang digunakan bertipe nigrescens, dengan warna kematangan ungu-hitam, namun untuk tandan varietas AVROS, tandan berwarna oranye-merah. Bentuk tandan bervariasi, tidak sepenuhnya membulat, pada bagian pangkal terdapat kapas-kapas hasil sisa pembungkusan. Gambar tandan yang diuji dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Tandan Uji; (A) Varietas Yangambi, (B) Varietas AVROS, dan (C) Varietas Simalungun Struktur berondolan tandan tiap varietas memberikan variasi yang berbeda. Hasil sampling menunjukkan bahwa berondolan yang berasal dari varietas AVROS memiliki ukuran dan bentuk paling kecil dibandingkan dengan varietas Yangambi dan Simalungun. ukuran berondolan terbesar yaitu varietas Simalungun. Ukuran berondolan antar varietas uji dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Perbandingan Ukuran Berondolan; (A) Varietas Yangambi, (B) Varietas Simalungun, (C) Varietas AVROS
60
Struktur spikelet pada tandan kelapa sawit memiliki karakteristik yang sama untuk setiap tandan, namun untuk letak benih memiliki karakter yang berbeda. Secara garis besar, pembagian letak benih yaitu bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Bagian atas yang dicirikan terdapat bagian meruncing memiliki karakteristik spikelet yang berukuran paling kecil beserta berondolan dan jumlah benih yang terbentuk baik. Bagian tengah memiliki karakteristik spikelet berukuran sedang - besar, paling tinggi, ukuran berondolan sedang besar dan paling banyak terbentuk berondolan baik. Karakteristik spikelet yang berada di bagian bawah yaitu besar melebar, berukuran pendek dan berondolan yang terbentuk baik banyak. Karakteristik spikelet dan berondolan antar letak tandan dapat dilihat pada Gambar 16 dan 17.
A
B
Gambar 16. Karakter Tandan dan Spikelet; (A) Bagian Tandan dan (B) Karakteristik Spikelet Sesuai Abjad; Bawah, Tengah, dan Atas
Gambar 17. Karakteristik Berondolan; (A) Bawah, (B) Atas, dan (C) Tengah
61
II.
Karakteristik Tandan Bobot tandan benih kelapa sawit memiliki tingkat variasi yang beragam, secara umum dipengaruhi oleh umur tanaman dan kondisi pohon induk. Bobot tandan sampel dapat dilihat pada Tabel 7. Tandan sampel yang digunakan memiliki kelas ftuitset A, tandan terbobot yaitu pada varietas Yangambi, dan teringan yaitu Simalungun. Tandan yang memiliki diameter terluas yaitu AVROS dan terpanjang yaitu Yangambi.
Tabel 7. Karakteristik Tandan Sampel
III.
VARIETAS YANGAMBI
KELAS FRUITSET A
AVROS
A
51 CM
54 CM
40 KG
SIMALUNGUN
A
45 CM
45 CM
31 KG
DIAMETER PANJANG 48 CM 55 CM
BOBOT 45 KG
WARNA UNGU UNGUORANYE UNGU
Karakteristik Mesokarp Mesokarp yang terdapat pada berondolan untuk tiap varietas bervariasi. Hasil penimbangan menunjukkan bahwa berondolan sampel dan benih terbobot berada pada bagian tengah dengan rata-rata persentase mesokarp sebesar 64 % dan benih sebesar 36 %. Bobot berondolan dan benih dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Bobot Berondolan dan Benih Pembagian L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 Rata-rata
Bobot Berondolan (g/90 Butir) Bobot Benih ( g/90 Butir) Yangambi AVROS Simalungun Yangambi AVROS Simalungun 980 850 920 400 270 380 950 800 965 410 250 310 1050 850 860 380 225 285 1100 850 1150 450 300 400 1250 880 910 450 250 250 800 750 1100 380 310 510 920 900 825 450 200 285 900 790 825 350 250 250 770 800 750 360 220 250 968,89 830,00 922,78 403,33 252,78 324,44
62
IV.
Karakteristik Benih, Inti dan Embrio Embrio dan inti merupakan bagian yang terdapat pada benih kelapa sawit yang memiliki lapisan cangkang. Benih yang terdapat pada benih varietas AVROS memiliki karakteristik yang lebih kecil, dan benih yang terbesar berada pada varietas Simalungun, secara umum ukuran benih berbanding lurus dengan ukuran inti. Embrio kelapa sawit memiliki ukuran yang beragam, didominasi oleh warna putih dengan rona kekuningan pada bagian ujung. A
B
D Gambar 18.
V.
C
E
Karakteristik Benih, Inti dan Embrio; (A) Inti Varietas Yangambi, (B) Inti Varietas AVROS, (C) Inti Varietas Simalungun, (D) Perbandingan Benih Varietas Simalungun, AVROS dan Yangambi, dan (E) Embrio Benih Kelapa Sawit
Rekapitulasi Analisis Ragam Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4. Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa letak benih berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas tetrazolium. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa varietas dan letak menunjukkan hasil yang sangat nyata pada keseluruhan peubah sedangkan interaksi letak dan varietas memiliki pengaruh yang nyata terhadap keseluruhan peubah. Rekapitulasi analisis ragam disajikan pada Tabel 9.
63
Tabel 9. Rekapitulasi Analisis Ragam Pada Setiap Peubah Pengamatan Peubah Viabilitas Tetrazolium Daya Berkecambah Potensi Tumbuh Maksimum Keterangan
VI.
* ** tn
Letak ** ** **
Varietas ** ** **
LxV ** * *
KK 12.55 14.80 12.28
: berbeda nyata pada taraf 5% : berbeda sangat nyata pada taraf 1% : tidak berbeda nyata
Pengaruh Letak, Varietas dan Interaksi Letak Dengan Varietas Terhadap Peubah Perkecambahan Tabel 10 menunjukkan bahwa letak berpengaruh sangat nyata terhadap keseluruhan peubah pertumbuhan. Hasil menunjukkan bahwa bagian tengah memiliki hasil paling tinggi yang diwakili oleh L4, L5 dan L6 dibandingkan dengan bagian atas dan bawah baik pada peubah daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum.
Tabel 10. Pengaruh Letak terhadap Viabilitas Tetrazolium, Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum Peubah
Letak L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
L8
L9
67.78a
51.11c
47.78c
40.00e
VT
48.89cd 43.33de 33.33f
60.00b
58.89b
DB
32.22cd 27.78cd 25.00e
43.33a
41.11ab 40.55ab 37.77b 32.77c 27.22de
PTM
36.67bc 32.78cd 27.22e 48.889a
46.11a
47.22a
41.11b 35.55c 30.55de
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, (VT) Viabilitas Tetrazolium, (DK) Daya Berkecambah, dan PTM (Potensi Tumbuh Maksimum).
Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada keseluruhan peubah perkecambahan. Varietas yang memiliki persentase tertinggi yaitu varietas Simalungun dan terendah yaitu AVROS.
64
Tabel 11.
Pengaruh Varietas Terhadap Viabilitas Tetrazolium, Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum Varietas (D x P) Peubah AVROS Yangambi Simalungun 37.40c 48.89b 64.81a Viabilitas Tetrazolium Daya Berkecambah 27.72c 34.07b 41.29a Potensi Tumbuh Maksimum 29.07c 38.70b 47.59a
Keterangan :
VII.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Interaksi Letak Dengan Varietas Terhadap Peubah Perkecambahan a) Viabilitas Tetrazolium Viabilitas tetrazolium dipengaruhi oleh letak baik pada ketiga varietas. Pengaruh varietas yang memberikan hasil yang sangat nyata hasilnya memberikan perbedaan yang jelas. Interaksi antara letak dan varietas terhadap viabilitas tetrazolium ditunjukkan pada Tabel 12. Persentase tertinggi dari semua letak yaitu varietas Simalungun pada letak L6 (86.67 %). Letak L3 pada varietas AVROS memberikan persentase terendah dibandingkan dengan letak lainnya, diduga karena beberapa benih belum berkembang dengan baik.
b) Daya Berkecambah Daya Berkecambah dipengaruhi oleh letak dan varietas seperti pada Tabel 12. Daya berkecambah untuk tiap letak memiliki karakteristik yang menyerupai pola viabilitas tetrazolium. Letak yang memiliki persentase tertinggi terletak pada varietas Simalungun dengan letak L5 yaitu sebesar 53.33 % yang tidak berbeda nyata dengan letak L4, L6 dan L7 pada varietas yang sama dan L4 serta L5 pada varietas Yangambi. Letak L3 pada varietas Yangambi memberikan persentase daya berkecambah yang paling rendah dibandingkan dengan letak lainnya yaitu sebesar 20 %.
c) Potensi Tumbuh Maksimum Potensi Tumbuh Maksimum memberikan pengaruh yang sangat nyata. Pada Tabel 12, letak yang memiliki persentase tertinggi pada varietas Simalungun dengan letak L6 sebesar 60% yang tidak berbeda nyata pada letak
65
L5, L4, dan L7 pada varietas yang sama serta letak L4 pada varietas Yangambi. Letak dengan persentase terendah terletak pada varietas Yangambi dengan letak L3 sebesar 23.33 %.
VIII.
Benih Tanpa Inti dan Tanpa Embrio Hasil pengamatan menunjukkan bahwa baik varietas dan letak memberikan karakteristik kemunculan benih non inti dan non embrio yang berbeda beda. Varietas yang memiliki persentase kemunculan benih non inti dan non embrio terbanyak yaitu varietas AVROS. Letak dengan persentase kemunculan benih non inti tertinggi pada letak L3 dan benih dengan kemunculan benih non embrio tertinggi yaitu pada L2, kedua letak tersebut mewakili bagian benih yang terdapat pada bagian bawah. Rata-rata persentase kemunculan benih non inti dan non embrio untuk setiap varietas dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 19.
Rata-Rata Persentase Benih Non Inti dan Non Embrio Tiap Varietas: (A) Varietas Yangambi, (B) Varietas AVROS Dan (C) Varietas Simalungun
66
IX.
Kecambah Abnormal dan Kecambah Panjang Pembentukan kecambah abnormal dan kecambah panjang berdasarkan letak dan posisi benih berdasarkan pengamatan tidak menunjukkan adanya pola yang terspesifik. Keseluruhan varietas dan letak memberikan hasil yang tidak berbeda. Rata-rata persentase terbentuknya kecambah abnormal dan kecambah panjang tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-Rata Persentase Terbentuknya Kecambah Panjang Setiap Varietas
Bagian
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9
Kecambah Abnormal
Kecambah Kecambah Panjang Abnormal ---- Persentase ---Yangambi 15 15 10 20 15 20 10 10 10 AVROS 5 5 0 0 15 5 5 5 10 SMB 20 20 10 25 15 20 15 10 10
10 5 10 10 10 15 5 5 5 5 0 5 5 5 10 0 0 5 10 0 0 10 10 10 5 5 5
dan
67
Tabel 13.
Letak
L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9
Interaksi Pengaruh Letak dengan Varietas terhadap Peubah Perkecambahan Umur Kecambah Potensi Tumbuh Viabilitas Daya Berkecambah Maksimum Tetrazolium Yangambi 33.33cdef 38.33efg 53.33de 26.67efg 31.67ghij 40.00fg 20.00g 23.33j 30.00ghi 48.33ab 53.33ab 60.00cd 43.33abc 48.33bcd 56.67de 40.00bcd 46.67bcde 63.33bcd 40.00bcd 43.33cdef 53.33de 31.67def 35.00fghi 46.67ef 25.00efg 28.33 hij 36.67fgh Simalungun 40.00bcd 46.67bcde 53.33de 33.33cdef 41.67def 53.33de 28.33efg 31.67ghij 46.67ef 48.33ab 58.33a 73.33b 53.33a 58.33a 73.33b 48.33ab 60.00a 86.67a 48.33ab 51.67abc 70.00bc 40.00bcd 43.33cdef 70.00bc 33.33cdef 36.67fgh 56.67de AVROS 23.33fg 25.00ij 40.00fg 23.33fg 25.00ij 36.67fgh 26.67efg 26.67hij 23.33i 35.00cde 35.00fghi 46.67ef 26.67efg 31.67ghij 46.67ef 33.33cdef 35.00fghi 53.33de 26.67efg 28.33hij 30.00ghi 26.67efg 28.33hij 33.33ghi 25.00efg 26.67hij 26.67hi
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
X.
Respon Hasil Respon hasil pertumbuhan antara tiga bagian utama menunjukkan hasil yang
menurun pada bagian atas dan bawah, semakin ke atas atau ke bawah maka persentase daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum dan viabilitas tetrazolium menunjukkan penurunan. Sedangkan pada bagian tengah menunjukkan hasil yang cenderung konstan.. Grafik respon untuk tiap peubah disajikan pada Lampiran 5.