PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL ADDIE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X-1 SEMESTER GENAP DI SMAN 1 SUKASADA, BULELENG, BALI Oleh: I Wayan Budiarta, NIM 1014021042 Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Rancang bangun multimedia intaraktif dan (2) Keefektifan penggunaan multimedia interaktif untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X1 di SMA N 1 Sukasada. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian pengembangan ADDIE yang meliputi Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Media pembelajaran multimedia interaktif pada mata pelajaran Sejarah layak sesuai dengan karakteristik siswa kelas X1 di SMAN 1 Sukasada. Kualitas media pembelajaran multimedia interaktif yang dikembangkan adalah sangat baik. Hasil validasi data menunjukkan tingkat pencapaian media pembelajaran multimedia interaktif ini adalah (1) ahli isi mata pelajaran yaitu dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (96,6%), (2) ahli desain pembelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori baik (83,3%), (3) ahli media pembelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori baik (85,7%), (4) uji coba perorangan dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (91,9%), (5) uji coba kelompok kecil dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (90,1%), dan (6) uji lapangan dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (93,1%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan media pembelajaran multimedia interaktif dapat digunakan di SMAN 1 Sukasada kelas X1 semester II. (2) Terdapat peningkatan secara signifikan motivasi belajar sejarah sesudah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif (thitung = 3,179 > ttabel = 1,725). Kata Kunci: Pengembangan, Media Pembelajaran, Multimedia Interaktif, Peningkatan, Motivasi Belajar, Sejarah
ABSTRACT This study aimed to (1) design of interactive multimedia, and (2) The effectiveness of the use of interactive multimedia to enhance the motivation history learn students class X1 at SMA N 1 Sukasada. The research model used in this research is the model of development research ADDIE which includes Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation. The results of this study indicate (1) Media learning Interactive multimedia on subjects history worth according to characteristics of students the class X1 in SMAN 1 Sukasada. The quality of learning media interactive multimedia are developed is a very well. Data validation results indicate the level of achievement of interactive multimedia This is are (1) expert of learning materials with the level of achievement in the excellent category (96.6%), (2) instructional design experts with the level of achievement in both categories (83.3 %), (3) instructional media expert with the level of achievement in both categories (85.7%), (4) individual test with a level of achievement in the excellent category (91.9%), (5) small group trials with the level of achievement in the excellent category (90.1%), and (6) field test with
the level of achievement in the excellent category (93,1%). Based on results these we can conclude learning media interactive multimedia can be used in SMAN 1 Sukasada second semester class X1 (2) There was a significant increase motivation to learn history after applying learning using interactive multimedia (t arithmetic = 3.179> t table = 1.725). Keywords:
Development, Learning Motivation, History
Media,
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, sebab dengan pendidikan manusia dapat mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan, yang pada akhirnya dapat menempatkan seseorang pada derajat yang lebih baik (Rahayuningrum,2011). Oleh karena itu, pendidikan dituntut memiliki kualitas yang baik. Kualitas pendidikan ini, berkaitan erat dengan mutu pendidikan. Sehingga, perbaikan kualitas pendidikan akan mengarah pada peningkatan mutu pendidikan tersebut (Aqib, 2008: 28). Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan. Demikian halnya dalam penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, terutama pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas yang masih dihadapkan pada persoalan peningkatan mutu, baik dalam proses pembelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik. Pengajaran sejarah sebagai proses pendidikan dan pembelajaran nilai-nilai di sekolah, mempunyai misi dan tujuan yang strategis dalam upaya meningkatkan kreativitas, hasil belajar dan pembangunan karakter generasi muda. “Nilai-nilai yang ditanamkan oleh pelajaran sejarah adalah nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesa dan dunia pada masa lampau hingga kini” (Isjoni, 2007:71).
Interactive
Multimedia,
Improvement,
Untuk mencapai misi dan tujuan tersebut, maka proses pembelajaran sejarah di kelas hendaknya mencerminkan sebuah proses pendidikan nilai yang harus disadari lebih menekankan pencapaian tujuan belajar yang lebih efektif serta adanya kreativitas dan peningkatan motivasi belajar siswa. Namun kenyataan yang ada di sekolah, malah sebaliknya “Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)” khususnya sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang” (Widja, 2002; Solihatim, 2008). Permasalahan di atas dapat penulis amati selama mengikuti kegiatan PPL Real dan dari hasil diskusi dengan rekan mahasiswa pendidikan sejarah yang sedang mengikuti PPL-Real di mana diketahui bahwa siswa kurang memiliki motivasi dan minat untuk belajar sejarah. Pada saat pelajaran sejarah berlangsung siswa sering mengantuk, tidak memperhatikan pelajaran dan lebih senang untuk bermalas-malasan, mengobrol dengan teman sebangkunya dan bahkan sering membuat kegaduhan di dalam kelas. Setelah peneliti mencari tahu dengan mewawancarai beberapa siswa pada tanggal 28 Agustus 2013 diketahui bahwa
siswa malas untuk mengikuti pelajaran sejarah yang diberikan oleh guru karena sistem pembelajaran yang diterapkan masih konvensional dan tanpa menggunakan media pembelajaran yang inovatif. Jika ada guru yang menggunakan media, itu pun masih terbatas pada peta, gambar dan power point sederhana. Media tersebut kurang memancing semangat siswa untuk belajar sejarah menyebabkan siswa merasa tidak termotivasi untuk belajar sejarah sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Padahal pengunaan media pembelajaran yang inovatif dan bervariasi sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam proses belajar sejarah. Berpijak dari hal di atas, maka solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan mengembangkan media pembelajaran yang inovatif yaitu media pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif yang nantinya dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X1 SMA N 1 Sukasada. Pengembangan media pembelajaran sejarah ini akan menggunakan salah satu jenis aplikasi pembuatan media animasi yaitu Macromedia Flash. Penelitian pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif akan dilaksankan di SMA Negeri 1 Sukasada. Hal ini didasarkan atas beberapa alasan, di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil observasi pada tangal 27 Agustus 2013, SMA Negeri 1 Sukasada memiliki fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini, yaitu sekolah sudah memiliki Lab TIK dan memiliki LCD. Ini merupakan sarana penunjang yang dapat digunakan untuk menayangkan animasi media pembelajaran dalam pembelajaran Sejarah di kelas X1; (2) Guru Sejarah Kelas X1 SMAN 1 Sukasada
belum dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik dalam PBM sehingga permasalahan-permasalahan pada mata pelajaran sejarah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terlihat dalam aktivitas PBM di SMAN 1 Sukasada. Hal ini diperoleh berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Agustus 2013 di SMA Negeri 1 Sukasada. Di mana setelah dilakukan observasi awal, saat guru melaksanakan KBM serta melakukan wawancara dengan siswa, diperoleh data bahwa guru sejarah kelas X1 khususnya, di SMAN 1 Sukasada belum maksimal menggunakan media dalam kegiatan KBM-nya. Bahkan guru tidak mempergunakan media untuk menjelaskan materi di kelas, padahal isi materi tersebut sangat mendukung adanya penggunaan media, sehingga materi tersebut bisa dipahami oleh siswa; (3) Pengetahuan guru sejarah tentang komputer dan tentunya siswa-siswi SMAN 1 Sukasada yang sudah tidak asing lagi dengan penggunaan laptop atau komputer, menjadi faktor yang mendukung pula dalam proses penelitian pengembangan ini, sehingga hasil yang diperoleh nanti lebih efektif; (4) Alasan penulis secara pribadi memilih SMA N 1 Sukasada sebagai tempat penelitian dikarenakan penulis melaksanakan PPL-Real di SMA tersebut dan penulis menemukan berbagai permasalahan dalam melaksanakan pembelajaran sejarah selama ber-PPL Real khususnya permasalahan pembelajaran di kelas X1. Maka dari itu, SMA N 1 Sukasada merupakan lokasi yang tepat bagi peneliti untuk mengadakan penelitian pengembangan media pembelajaran ini dengan dukungan kemampuan siswa dan guru yang baik serta peralatan yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang pengembangan media pembelajaran
multimedia interaktif. Dengan dikembangkanya media pembelajaran berbasis multimedia interaktif diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar sejarah. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukasada pada rentang waktu Semester II (genap) di kelas X1 tahun ajaran 2013/2014. Model penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE. Pemilihan model ini didasarkan pada pertimbngan bahwa model ini mudah untuk dipahami, selain itu juga model ini dikembangakan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain pembelajaran yang dikembangkan. Model ADDIE terdiri dari lima tahapan yaitu: (1). Analysis (2). Design (3). Development, (4). Implementation dan (5). Evaluation (Tegeh & Kirna, 2010:80). Kelima tahap prosedur pengembangan di atas dapat dilihat pada bagan berikut.
Gambar 1. Tahap Pengembangan Model ADDIE (Tegeh dan Kirna, 2010:80) Adapun penjelasan tentang setiap bagian dari model ini adalah sebagai berikut. Analysis, merupakan proses mengidentifikasi masalah pada tempat yang dijadikan sample penelitian; Design, merupakan tahap pembuatan rancangan
tampilan media yang akan dikembangkan dan alur navigasi media; Development, adalah tahap pembuatan media sesuai dengan rancangan media pada tahap desain; Implementation, langkah nyata untuk menerapkan media pembelajaran yang sudah dibuat. Sesuai dengan sasarannya, produk ini akan diimplementasikan di SMA Negeri 1 Sukasada; Evaluation, merupakan tahap yang dilakukan untuk mengevaluasi produk yang telah dikembangkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket/ kuesioner. “Metode angket/ kuesioner merupakan cara untuk memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan atau memberikan daftar pertanyaan/ pernyataan-pernyataan kepada responden/ subyek penelitian” (Agung, 2010b: 62; Sugiyono: 199). Kuesioner/angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil uji coba dari ahli isi bidang studi, ahli desain media pembelajaran, ahli media pembelajaran, siswa saat uji perseorangan, kelompok kecil, lapangan dan tingkat motivasi belajar sejarah siswa kelas X1. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar sejarah mengacu kepada teori Mc. Clelland yaitu teori motivasi belajar atau biasa disebut (n-ACH). Dalam penelitian ini digunakan dua kuesioner yaitu kuesioner pretes dan kuesioner postes. Dari perhitungan 34 pernyataan untuk istrumen pree test yang diuji cobakan hanya 31 pernyataann yang memenuhi validitas. Dari 31 soal yang dinyatakan valid maka diperoleh r11 = 0,95, artinya bahwa pernyataan pada penelitian ini tergolong reliabel dengan kriteria derajat reliabilitas sangat tinggi. Sedangkan untuk peritungan kuesioner post tes dari 34 butir pernyataan
yang dinyatakan valid 32 butir dan 2 butir tidak valid. Dari 32 soal yang dinyatakan valid maka diperoleh r11 = 0.98, artinya bahwa pernyataan pada penelitian ini tergolong reliabel dengan kriteria derajat reliabilitas sangat tinggi Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif, analisis deskriptif kualitatif dan teknik analisis statistik infrensial yaitu menggunakan uji-t untuk menguji perbedaan dua rata-rata. Teknik analisis Deskriptif Kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh yang berbentuk angka. Data yang diperoleh bersumber dari angket dalam bentuk deskriptif. Rumus yang digunakan dalam menghitung presentase dari masing-masing subyek sebagai berikut. ∑ (jawaban x bobot tiap pilihan) Persentase =
x 100% n x bobot tertinggi
(Sumber: Tegeh,2010:101)
Ket: ∑ = jumlah N = jumlah seluruh item angket Untuk menghitung presentase keseluruhan subyek menggunakan rumus sebagai berikut. Persentase = F : N (Sumber: Tegeh,2010:101)
Ket: F= Jumlah persentase keseluruhan subyek N= Banyak subyek Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebai berikut.
Tabel 1 Pedoman Konversi PAP Skala Lima tingkat kelayakan media pembelajaran
(Sumber: Agung, 2010:92) Teknik analisis deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang dapat dipahami, didukung dengan studi literature atau studi kepustakaan berdasarkan pengalaman kajian perpustakaan berupa data dan angka sehingga realitas dapat dipahami dengan baik. Data kualitatif ini diperoleh dari komentar, saran dan masukan yang diberikan oleh ketiga ahli dan siswa pada saat melakukan uji coba produk. Sedangkan teknik analisis statistik inpensial yaitu uji perbedaan rata-rata dengan uji-t (Koyan, 2009: 29) Uji-t digunakan untuk menganalisis data motivasi belajar sejarah sebelum dan sesudah dilaksanakannya pembelajaran dengan mengunakan media pembelajaran. Data motivasi belajar sejarah diperoleh dari penyebaran angket/kuesioner pre tes dan post tes. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Rancang bangun media pembelajaran sejarah berbasis multimedia interaktif Proses rancang bangun pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif dikembangkan pada mata pelajaran sejarah kelas X1 semester genap dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1) Analysis, merupakan proses mengidentifikasi
masalah pada tempat yang dijadikan sample penelitian. Analisis dimaksudkan untuk melihat kebutuhan dasar yang diperlukan untuk mengembangkan media multimedia interaktif. Dalam penelitian ini, terdapat tiga jenis analisis yaitu: analisis kebutuhan; analisis lingkungan/fasilitas sekolah; dan analisis mata pelajaran. 2) Design, merupakan tahapan kedua dalam melakukan desain media pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif. Terdapat tiga tahap yang harus dilakukan yaitu: memilih dan menentukan software yang digunakan; membuat desain tampilan utama media; mengembangkan flowchart media dan storyboard. 3) Development, adalah tahap pembuatan media sesuai dengan rancangan media pada tahap desain. Pengembangan media adalah tahap penerjemahan atau memindahkan desain ke tampilan sebenarnya dalam bentuk Macromedia Flash 8. 4) Implementation, pada tahap ini merupakan langkah nyata untuk menerapkan media pembelajaran yang sudah dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diset sedemikian rupa agar bisa diimplementasikan kepada siswa 5) Evaluation merupakan tahap untuk melihat keberhasilan dan kelayakan media. Media yang telah dikembangkan diuji oleh: (1) Ahli Isi Mata Pelajaran, (2) Ahli Desain Pelajaran, (3) Ahli Media Pembelajaran, (4) Uji perorangan (5) Uji kelompok kecil, (6) Uji coba lapangan. Berdasarkan hasil validasi ahli isi mata pelajaran, dapat dihitung persentase tingkat pencapaian kualitas multimedia interaktif dengan mengunakan rumus sebagai berikut. ∑ (jawaban x bobot tiap pilihan) Persentase =
x 100%
n x bobot tertinggi
58 x 1 =
x 100% 12 x 5 58
=
x 100% = 96,6 % 60
Setelah dikonversikan dengan tabel konvensi PAP tingkat pencapaian skala lima, persentase tingkat pencapaian sebesar 96,6 % berada pada kualitas sangat baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi. Berdasarkan hasil validasi ahli desain pembelajaran, maka dapat dihitung persentase tingkat pencapaian kualitas multimedia interaktif yaitu sebagai berikut. ∑ (jawaban x bobot tiap pilihan) Persentase =
x 100% n x bobot tertinggi
50 =
x 100%
= 83,3 %
12 x 5
Setelah dikonversikan dengan tabel konvensi PAP tingkat pencapaian skala lima, persentase tingkat pencapaian 83,3 % berada pada kualitas baik sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi. Berdasarkan hasil validasi ahli media pembelajaran, dapat dihitung persentase tingkat pencapaian kualitas multimedia interaktif sebagai berikut. ∑ (jawaban x bobot tiap pilihan) Persentase = n x bobot tertinggi
x 100%
90 =
x 100% 21 x 5 90
=
x 100%
= 85,7%
105
Setelah dikonversikan dengan tabel konvensi PAP tingkat pencapaian skala lima, persentase tingkat pencapaian 85,7 % berada pada kualitas baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi. Berdasarkan hasil uji coba perorangan, maka dapat dihitung persentase tingkat pencapaian kualitas multimedia interaktif sebagai berikut.
Persentase = (F : N) = 551,4 : 6 = 91,9 %
Setelah dikonversikan dengan tabel konvensi PAP tingkat pencapaian skala lima, persentase tingkat pencapaian 91,9% berada pada kualitas Sangat Baik sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi. Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil dapat dihitung persentase tingkat pencapaian kualitas multimedia interaktif sebagai berikut. Persentase = (F : N) = 1082 : 12 = 90,1%
Setelah dikonversikan dengan tabel konvensi PAP tingkat pencapaian skala lima, diketahui persentase tingkat pencapaian sebesar 90,1% berada pada kualitas sangat baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi. Berdasarkan hasil uji coba lapangan, maka dapat dihitung persentase tingkat pencapaian sebagai berikut. Persentase = (F : N) = 1955,71 : 21 = 93,1%
Setelah dikonversikan dengan tabel konvensi PAP tingkat pencapaian skala lima, diketahui persentase tingkat pencapaian 93,1% berada pada kualitas sangat baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi. Efektivitas penggunaan media pembelajaran multimedia interaktif untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah Hasil uji coba lapanan untuk mengtahui keefektifan pengunaan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah, diperoleh rata-rata skor pre test motivasi belajar sejarah adalah 114,61
dengan varian sebesar 15,45. Sedangkan rata-rata skor post test motivasi belajar sejarah adalah 129,33 dengan varian sebesar 14,53. Menurut Koyan (2009: 38) “Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat tersebut diantaranya adalah uji normalitas dan uji homogenitas varians”. Dari perhitungan untuk data pre tes diperoleh harga Lhitung sebesa 0.174 sedangkan Ltabel sebesar 0.190. Hal ini menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pretes berdistribusi normal. Sedangkan perhitungan untuk post tes, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh harga Lhitung sebesar 0.158 sedangkan Ltabel sebesar 0.190, hal ini menunjukan Lhitung < Ltabel dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data post-tes berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas antara data pre tes dan post tes diperoleh Fhitung sebesar 1,06 sedangkan Ftabel sebesar 2.12 dengan dk1 = n1-1 dan dk2 = n2-1 pada tarap signifikan 5%. Dimana Fhitung < Ftabel, sehingga dapat diasumsikan bahwa data berasal dari populasi dengan varian yang sama atau homogen. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t) dengan kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika, thitung > ttabel dimana t tabel (1 ) didapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = n1 1 (21-1=20) dan Ha ditolak jika thitung < ttabel. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 3,176. Dengan taraf signifikansi 5% dan dk=20 diperoleh batas penolakan hipotesis sebesar 1.725, berarti thitung > ttabel sehingga Ho yang menyatakan ”Tidak terdapat peningkatan motivasi belajar sejarah siswa kelas X1 setelah dilaksankan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif” ditolak, dan H1 yang menyatakan “Terdapat peningkatan motivasi belajar sejarah siswa kelas X1 setelah dilaksankan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif” diterima. Pembahasan Pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif ini telah dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation. Berdasarkan hasil validasi yang meliputi review para ahli dan uji coba produk dapat diketahui kualitas media pembelajaran yang dikembangkan termasuk sangat baik. Hasil penilaian dari ahli isi mata pelajaran tersebar pada skor 5 (sangat baik) dan 4 (baik). Kualitas media ditinjau dari isi materi pembelajaran termasuk kriteria sangat baik dengan persentase tingkat pencapaian 96,6%. Media ini memiliki konsep materi yang jelas. Materi dalam media pembelajaran ini telah disesuaikan dengan kurikulum 2007 (KTSP). Hal ini dikarenakan acuan yang digunakan adalah standar kompetensi mata pelajaran sejarah untuk SMA. Naskah yang digunakan untuk menyusun media pembelajaran ini telah diambil dari buku-buku pelajaran sejarah kebudayaan dan buku sejarah kelas X SMA karangan I Wayan Badrika tahun 2009, yang biasa dijadikan sebagai buku sumber di Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan hasil penilaian dari ahli desain pembelajaran, terungkap bahwa sebagian besar penilaian ahli desain pembelajaran terhadap komponenkomponen media multimedia interaktif tersebar pada 4 (baik) dan skor 5 (sangat baik). Kualitas media ditinjau dari desain
pembelajaran termasuk kriteria baik dengan persentase tingkat pencapaian 83,3%. Media pembelajaran ini dikatakan baik karena media pembelajaran memiliki topik yang jelas, yaitu materi struktur dan fungsi candi di indonesia selain itu media pembelajaran mempunyai pendekatan pembelajaran sesuai dengan skenario kegiatan belajar yang telah direncanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartan (2012) bahwa keterkaiatan antara media pembelajaran dengan tujuan, model dan materi, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Media pembelajaran yang baik harus memiliki topik materi yang jelas dan sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam multimedia interaktif ini pengguna dapat mempelajari materi, lalu berlatih menjawab soal. Pengguna juga dapat mempelajari materi saja atau hanya berlatih soal saja dan penguna juga dapat memilih materi yang mau dipelajari. Media pembelajaran juga dilengkapi dengan petunjuk penggunaan media, kompetensi dan indikator. Atas dasar penilaian dari ahli desain pelajaran ini, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dapat dipakai sebagai fasilitas belajar sejarah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hasil penilaian dari ahli media, dapat diketahui bahwa sebagian besar penilaian ahli media terhadap komponen-komponen media multimedia interaktif tersebar pada skor 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Kualitas media ditinjau dari media pembelajaran termasuk kriteria baik dengan persentase tingkat pencapaian 85,3%. Media
pembelajaran ini dikatakan baik karena dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut. (1) Pewarnaan, media pembelajaran yang dibuat menggunakan beberapa macam warna; (2) Font yang digunakan sebagian besar menggunakan jenis Times New Roman Baltic dengan ukuran minimal font 28; (3) Setiap tampilan pada program merupakan kombinasi dari beberapa komponen; (4) Image (Grafis/Gambar) dalam media pembelajaran ini digunakan dua macam image, yaitu image yang berformat bitmap, dan juga gambar yang berformat vector, yang dibuat dari Flash dengan tujuan untuk membuat informasi lebih atraktif, membantu mengingat informasi yang dipelajari, membantu pemahaman materi dan sebagai visualisasi; (5) Animasi, animasi yang digunakan dalam media pembelajaran ini, dibuat menggunakan movie maker dan animasi yang dibuat di dalam macromedia flash. Animasi sangat mempengaruhi kualitas tampilan multimedia, animasi menjadikan tampilan media menjadi hidup dan menarik untuk di lihat. Seperti yang diungkapkan oleh Sudarma dan Oka (2008: 79) bahwa “animasi dapat membuat halaman presentasi statis menjadi hidup”. Hidup dalam konteks ini adalah terjadi perubahan visual dalam disply computer dari sebuah produksi multimedia; (6) Suara yang digunakan dalam media pembelajaran ini yaitu musik latar dan narasi. Narasi digunakan agar konsep materi dalam media pembelajaran ini lebih mudah dipahami oleh siswa seperti yang diungkapkan oleh Sudatha dan Tegeh (2009:82) suara narasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa, bahan pelengkap tampilan di dalam screen, meminimalkan pesan yang ingin dasampaikan di dalam screen, mengumumkan beberapa peristiwa dengan jelas dan memotivasi siswa untuk belajar.
Berdasarkan hasil penilaian uji coba produk dari uji perorangan, terungkap bahwa untuk uji perorangan sebanyak 6 orang siswa terhadap komponen-komponen media multimedia interaktif tersebar pada skor 5 (sangat baik), 4 (baik) dan 3 (cukup). Kualitas media ditinjau dari uji perorangan termasuk kriteria sangat baik dengan persentase tingkat pencapaian 91,4%. Penilaian siswa terhadap komponenkomponen media multimedia interaktif pada uji kelompok kecil sebanyak 12 orang siswa tersebar pada skor 5 (sangat baik), 4 (baik) dan 3 (cukup). Kualitas media ditinjau dari uji kelompok kecil termasuk kriteria sangat baik dengan persentase tingkat pencapaian 90,2%. Sedangkan Penilaian siswa terhadap komponenkomponen media multimedia interaktif pada uji lapangan sebanyak 21 orang siswa tersebar pada skor 5 (sangat baik), 4 (baik) dan 3 (cukup). Kualitas media ditinjau dari uji lapangan termasuk kriteria sangat baik dengan persentase tingkat pencapaian 93,25%. Media pembelajaran ini dikatakan sangat baik dari hasil uji coba karena media pembelajaran yang dibuat mempunyai struktur media pembelajaran interaktif (pengguna bisa memilih menu yang dikehendaki), tidak seperti movie linier (dimana pengguna hanya dapat mengikuti media pembelajaran yang tersaji dari awal sampai akhir). Tampilan media menari karena mengunakan beberapa warna cerah dan gambar yang memperjelas media pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Sudarma dan Oka (2008:47) bahwa pesan yang disampaikan dengan gambar visual baik statis dan dinamis dapat dikatakan “a picture is wornt a thousand words”. Peribahasa ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar didalam pembelajaran
mampu menjelaskan banyak hal bila dibandingkan dengan media teks. Paparan materi sudah sesuai dengan SK/KD dan contoh-contoh yang diberikan di dalam media sudah jelas dan mudah dipahami. Dalam media pembelajaran ini pengguna dapat menggunakan media pembelajaran ini secara mandiri karena sudah berisi petunjuk pengunaan media. Selain itu media pembelajaran ini dilengkapi juga dengan narasi, yang dapat menuntun siswa untuk belajar mandiri. Atas dasar penilaian dari uji coba ini, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dapat dipakai sebagai fasilitas belajar di kelas maupun di rumah. Hasil uji coba lapanan untuk mengetahui keefektifan pengunaan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X1 antara sebelum dan sesudah dilakukannya pembelajaran mengunakan multimedia interaktif menunjukkan terjadinya peningkatan motivasi belajar sejarah. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sebelum dan sesudah perlakuan yang dibuktikan dengan Uji-t untuk melihat perbedaan dua rata-rata. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 3,179 dan ttabel sebesar 1.725 ternyata harga ttabel lebih kecil daripada thitung. Oleh karena itu keputusan yang diambil adalah menolak H0 atau menerima H1. Artinya terdapat peningkatan motivasi belajar sejarah setelah dilakukannya pembelajaran dengan mengunakan multimedia interaktif. Peningkatan motivasi belajar sejarah ini sangat memungkinkan, karena dalam pembelajaran sejarah mengunakan media pembelajaran yang menarik dan interaktif. Media pembelajaran ini dikatakan menarik kerana siswa dapat mengunakan media pembelajaran secara mandiri dan dapat
memilih materi yang ingin dipelajarai terlebih dahulu selain itu, tampilan media dirancang dengan mengunakan beberapa kombinasi warna yang cerah dan beberapa gambar candi yang berada di indonesia. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2009:15) bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, mebangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa”. Dimana siswa dalam belajar sejarah tidak hanya membaca, namun siswa bisa melihat animasi atau visualisasi objek candi dan dapat mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh narator dalam multimedia interaktif. Narasi digunakan untuk memperjelas konsep materi dalam media pembelajaran sehingga mudah dipahamim dan lebih lama tersipan di dalam benak siswa serta menhidupkan proses pembelajaran. Hal ini sesuai pendapat Yunus (dalam arsyad, 2009:16) “bahwasanya orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat dan mendengarkan selain itu media membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pembelajaran”. PENUTUP Simpulan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. Dengan menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation), penelitian ini menghasilkan produk berupa media pembelajaran mutimedia interaktif pada mata pelajaran sejarah kelas X1 semester genap SMA Negeri 1 Sukasada.
Berdasarkan hasil analisis data, tingkat pencapaian media pembelajaran multimedia interaktif adalah: (1) review ahli isi mata pelajaran yaitu dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (96,6%); (2) review ahli desain pembelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori baik (83,3%); (3) review ahli media pembelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori baik (85,7%); (4) uji coba perorangan dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (91,9%); (5) uji coba kelompok kecil dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (90,1%) dan; (6) uji coba lapangan dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik (93,1%). Dari hasil perhitungan dengan mengunakan uji-t diperoleh thitung = 3,179 dan untuk taraf signifikansi 5% dengan db=n1–1= 20 diperoleh ttabel = 1,725. Dengan demikian harga thitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,179 > 1,725 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti terdapat peningkatan yang signifikan terhadap motivasi belajar sejarah siswa kelas X1 setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan media pembelajaran multimedia interaktif. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur di panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat rahmat-Nya, artikel ini terselesaikan. Artikel ini disusun guna memenuhi persyaratan tugas akhir perkuliahan. Dalam penyusunan artikel ini tentu ada bantuan dari beberapa pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikannya, untuk itu di sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terkait. Adapun pihak yang ikut membantu baik itu dari
dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian artikel ini, yaitu: 1. Dr. I Ketut Margi, M. Si selaku Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal sehingga penyusunan skrispsi ini menjadi lancar dan dapat terselesaikan dengan baik. 2. Dr. I Komang Sudarma, S.Pd, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, saran dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lancar. Untuk semua itu semoga Tuhan memberikan imbalan yang setinggi-tinggiNya serta melimpahkan berkah yang menyertai semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2010. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. -------.2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Aqib, Zainal. 2004. Karya Tulis Ilmiah ”Bagi Pengembangan Profesi Guru”. Bandung: Yrama Widya. Arsyad, M. A, Prof. dr. Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Hartan. 2012. Pengertian, Tujuan, Manfaat, Dan Fungsi Media Pembelajaran. Terdapat dalam: http://der-traumer .blogspot.com/2012/09/pengertiantujuan-manfaat-dan-fungsi.html . diunduh tangal 26-05-2015
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Koyan, I.W. 2009. Buku Ajar Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Undiksha: Singaraja. Rahayuningrum, 2011: Artikel Pendidikna http://eprints.uny.ac.id/8376/2/bab%20 1-07502241008.pdf. diunduh tangal 04-10-2013 Solihatin M.Pd, Dra. Hj Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning (Analisis Moedel Pembelajaran IPS). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sudarma, I K. dan Oka, I. G. P. A. 2008. Teknik Produksi Dan Pengembangan Multimedia Pembelajaran . Singaraja: Undiksha Sugiyono, Prof. Dr. Metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tegeh, I M. & Kirna, I M. 2010. Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Widja, I Gede. 2002. Menuju wajah baru pendidikan sejarah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utamn. Sudatha, I Gde Wawan dan Tegeh, I Made. 2009. Desain Multimedia Pembelajaran. Singaraja: Undiksha