e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN RASIO KEUANGAN DAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) PADA PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BEI I Kade Adi Sucipta, I Wayan Suwendra, Wayan Cipta Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode Economic Value Added (EVA) serta mengetahui perbandingan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa. Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan obyeknya adalah kinerja keuangan perusahaan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode Economic Value Added (EVA). Data dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen. Data dianalisis menggunakan perhitungan rasio keuangan, EVA serta uji t (independent sample t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) berdasarkan analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas yang dihitung dengan menggunakan ROA dan ROE, perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berada dalam kategori baik, (2) berdasarkan hasil perhitungan dengan metode EVA, kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur berada pada kondisi yang tidak baik atau negatif, sedangkan dalam sektor jasa berada pada kondisi yang baik atau positif, (3) berdasarkan analisis dengan uji t (independent sample t-test) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode Economic Value Added (EVA). Kata kunci: kinerja keuangan, rasio keuangan, economic value added
ABSTRACT This study aims to determine the financial performance of LQ 45’s companies in manufacturing and service based on liquidity ratio, leverage ratio, profitability ratio and Economic Value Added (EVA) as well as to know the comparison between financial performance of LQ 45 in manufacturing and service’s companies. The subject of this study was LQ 45’s companies that already listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and the object was financial performance of the companies, liquidity ratio, leverage ratio, profitability ratio, and EVA method. The data was collected by documentation technique. The data was analyzed using the calculation of financial ratio, EVA and t-test (independent sample t-test). The result of this study showed that: (1) based on the analysis of liquidity ratio, leverage ratio, profitability ratio, and EVA that calculated using ROA and ROE, LQ 45’s companies in manufacturing and service was classified in excellent category, (2) based on the calculation using EVA method, the financial performance of LQ 45’s companies in manufacturing was in unfavorable condition or negative and in service companies was in good condition or positive, (3) based on the analysis using T-test (independent sample t-test) showed that there was no differences of the financial performance of LQ 45’s companies in manufacturing with service based on liquidity ratio, leverage ratio, profitability ratio and Economic Value Added (EVA). Keywords : financial performance, financial ratio, economic value added
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) PENDAHULUAN Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat saat ini, menuntut agar perusahaan mampu untuk mempertahankan serta meningkatkan kinerja yang dimilikinya. Perusahaan dalam mempertahankan kinerja yang dimiliki dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas operasional serta mengelola keuangannya secara efektif dan efisien. Maka dari itu pihak manajemen dapat mempersiapkan berbagai strategi dalam bersaing sehingga mampu meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya. Kinerja yang baik dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan, karena semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai perusahaan dimata investor. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan. Alat analisis yang dapat dipergunakan dalam mengukur kinerja keuangan melalui laporan keuangan adalah dengan rasio keuangan. Analisis rasio keungan bersifat menyeluruh karena mampu mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya serta mampu mengukur tingkat keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas perusahaan dalam mengelola keuangannya serta dapat menilai kinerja menajemen suatu perusahaan dalam periode tertentu. Analisis rasio keuangan mencakup analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas (leverage) adalah rasio yang digunakan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Kemudian rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atau sebagai ukuran efektivitas pengelolaan manajemen suatu perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan tersebut masih memiliki kelemahan yaitu tidak memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dalam perhitungannya, dimana hal tersebut dapat mengabaikan kepentingan dari pemegang saham. Bambang Riyanto (1995) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor atau kreditor. Untuk mengurangi adanya kelemahan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas, maka diperlukan metode yang lebih baik dalam pengukuran kinerja yang memasukkan komponen biaya modal atas ekuitas yaitu dengan metode Economic Value Added (EVA). EVA merupakan ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari annual report perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sumber: www.idx.co.id, data sekunder tersebut berasal dari data keuangan perusahaan (aktiva, kewajiban jangka panjang, dan laba sebelum pajak) dari lima perusahaan dalam sektor manufaktur yang konsisten sebagai perusahaan LQ 45 periode 2013-2014, dan lima perusahaan dalam sektor jasa dari enam belas perusahaan yang dipilih dengan permasalahan yang hampir sama dengan perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur, perkembangan aktiva pada PT Gudang Garam, Tbk, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dan PT Kalbe Farma, Tbk mengalami peningkatan yang diikuti dengan kenaikan perolehan laba sebelum pajak. Namun berbeda halnya pada PT Astra Internasional, Tbk dan PT Charoen Pokphan Indonesia, Tbk pada Tahu 2014 jumlah aktiva yang dimiliki mengalami peningkatan, sedangkan perolehan laba sebelum pajak menurun. Pada perusahaan sektor jasa jumlah aktiva dari empat perusahaan yaitu PT Bumi Serpong Damai, Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk, PT Lippo Karawaci, Tbk, dan PT Media Nusantara Citra, Tbk meningkat pada Tahun 2014, yang diikuti
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) dengan peningkatan perolehan laba sebelum pajak. Berbeda halnya pada PT XL Axiata, Tbk jumlah aktiva yang dimiliki mengalami peningkatan, sedangkan perusahaan justru mengalami kerugian dalam usahanya. Teori Sunarto (2009) mengatakan bahwa aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan perusahaan. Dilihat dari jumlah kewajiban jangka panjang, pada perusahaan manufaktur yaitu PT Astra Internasional, Tbk dan PT Charoen Pokphan Indonesia, Tbk meningkat yang menyebabkan penurunan dalam perolehan laba sebelum pajak perusahaan serta PT Gudang Garam, Tbk pada Tahun 2014 jumlah kewajiban jangka panjang menurun, sehingga perolehan laba sebelum pajak meningkat. Berbeda halnya pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dan PT Kalbe Farma, Tbk jumlah kewajiban jangka panjang meningkat, tetapi perolehan laba sebelum pajak perusahaan juga meningkat. Pada perusahaan jasa, jumlah kewajiban jangka panjang pada PT XL Axiata, Tbk meningkat, yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian usaha. Berbeda dengan jumlah jangka panjang pada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk, PT Lippo Karawaci, Tbk, dan PT Media Nusantara Citra, Tbk pada Tahun 2014 meningkat, namun perolehan laba sebelum pajak perusahaan juga mengalami peningkatan. Teori Brigham (2001: 4) menyatakan bahwa penggunaan hutang dalam jumlah besar dapat mengurangi laba perusahaan sehingga dapat membawa kearah kebangkrutan. Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA) Periode 2013-2014?, (2) Bagaimana kinerja keuangan perusahaan
pada perusahaan LQ 45 dalam sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA) Periode 2013-2014?, (3) Bagaimana perbandingan kinerja keuangan perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA) Periode 2013-2014?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: (1) Kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA) Periode 2013-2014, (2) Kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan LQ 45 dalam sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA) Periode 2013-2014, (3) Perbandingan kinerja keuangan perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA) Periode 2013-2014. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, (1) Bagi perusahaan: Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap perusahaan dan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan perusahaan berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA), (2) Bagi mahasiswa: Hasil penelitian ini digunakan sebagai sarana untuk dapat menerapkan teori serta ilmu pengetahuan yang diperoleh dan menambah wawasan terhadap masalah praktis yang ada pada perusahaan, khususnya dalam hal kinerja keuangan perusahaan, (3) Bagi Perguruan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Tinggi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi oleh lembaga sebagai bahan perbandingan dalam menyusun penelitian dengan masalah yang sama dimasa mendatang. Laporan Keuangan menurut Jumingan (2006: 4) merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya terdiri dari beberapa aspek yang meliputi neraca, laporan rugi laba, dan laporan keuangan lainnya. Laporan keuangan yang baik dapat menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu, masa sekarang, dan meramalkan posisi dan kinerja keuangan dimasa yang akan datang. Jenis-jenis laporan keuangan pada suatu perusahaan biasanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan lainya. Tujuan dari laporan keuangan sendiri adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta dapat menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut Rudianto (2013: 189) kinerja keuangan adalah hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola asset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Pengukuran kinerja adalah salah satu faktor yang sangat penting dilakukan bagi suatu perusahaan, dimana dari adanya pengukuran tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perusahaan. Wiagustini (2010: 75) menjelaskan bahwa analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis yang menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau laba rugi maupun
kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan yang biasanya digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitablitas. Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih (Munawir, 1995: 31). Bambang Riyanto (1997: 32) memiliki pendapat bahwa rasio solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Menurut Martono (2007: 53) rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Perhitungan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2012: 198) dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) return on asset (ROA) merupakan merupakan rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. (2) return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. EVA biasanya dipergunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat dengan mudah diintegrasikan dalam aktivitas perusahaan sehari-hari. EVA masih belum banyak dipergunakan sebagai tolok ukur kinerja keuangan perusahaan di Indonesia walaupun EVA sudah lama dipopulerkan. Rudianto (2013: 217) menyatakan bahwa EVA merupakan alat pengukur kinerja perusahaan, dimana kinerja perusahaan diukur dengan melihat selisih antara tingkat pengembalian modal dan biaya modal, kemudian dikalikan dengan modal yang beredar pada awal tahun. NOPAT merupakan salah satu unsur penting dalam perhitungan EVA. net operating profit after tax (NOPAT) adalah laba usaha setelah pajak sebelum beban bunga. Suatu investasi dapat dianggap menguntungkan apabila investasi tersebut akan menghasilkan tingkat pengembalian (rate of return) yang lebih besar dari biaya
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) modal yang ditanamkan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan dengan weighted average cost of capital (WACC). Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) terdiri dari komponen biaya hutang serta biaya ekuitas. Invested capital (IC) dapat dicari dengan menjumlahkan kewajiban dan ekuitas yang dikurangi dengan kewajiban lancar yang tidak mengandung bunga. Kelebihan dari metode EVA dalam menganalisis kinerja keuangan Menurut Rudianto (2013: 224) diantaranya sebagai berikut. (1) EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham, dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasi dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor. (2) EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dana/ modal, mengeksposur pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi. (3) EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasi sehari-hari. Disamping memiliki kelebihan dalam mengukur kinerja perusahaan, EVA juga memiliki beberapa kekurangan yang belum dapat ditutupi, yaitu sebagai berikut. (1) Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri. Dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan ketika melakukan perhitungan sahamnya. (2) Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja, sedangkan untuk mengukur kinerja perusahaan secara optimum, perusahaan harus diukur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu dari Farida Ratna Dewi (2010), Ratih Puspitasari (2012), Mamik Mardiani (2013), dan Soenya Gandhi (2014), yang menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan dihitung berdasarkan rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas berada
dalam kategori baik serta EVA bernilai positif. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, yang merupakan penelitian untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 38). Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu kinerja keuangan perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode economic value added (EVA). Hubungan dari kinerja keuangan dengan rasio keuangan dan EVA, dimana rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Apabila tingkat likuiditas baik, perusahaan akan efektif menghasilkan laba dan para investor percaya untuk berinvestasi pada perusahaan. Semakin rendah tingkat solvabilitas, maka semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Apabila tingkat profitabilitas tinggi, perusahaan efektif dalam menghasilkan laba serta posisi pemilik semakin kuat. Apabila EVA bernilai positif, berarti perusahaan dapat menciptakan nilai tambah ekonomis. Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Obyek dalam penelitian ini adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas serta metode economic value added (EVA). Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria. Sampel penelitian ini merupakan perusahaan yang tergabung pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa yang memiliki konsistensi selama periode 2013-
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) 2014 serta sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ≥10 tahun dan ≤25 tahun. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 perusahaan yang terdiri dari lima perusahaan dalam sektor manufaktur dan enam belas perusahaan dalam sektor jasa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pencatatan dokumen, yang merupakan pengumpulan data yang bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi dimasa silam yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti dari dokumen yang dimiliki perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan metode EVA serta uji t (independent sample t-test). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penyajian hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
(1) Rasio Keuangan Tabel 4.1 Kinerja Keuangan Perusahaan LQ 45 Dalam Sektor Manufaktur dan Sektor Jasa Berdasarkan Rasio Keuangan Rata-Rata Rasio No Perusahaan LQ 45 Rasio Rasio Profitabilitas Likuiditas Solvabilitas ROA ROE 1 Sektor Manufaktur 217 % 42 % 11 % 17 % 2 Sektor Jasa 211% 55% 8% 18 % (Sumber: Lampiran 4) Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dilihat dari rasio likuiditas, rata-rata yang diperoleh dari lima perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tergolong dalam kategori baik dengan nilai sebesar 217%. Kemudian pada sektor jasa, nilai dari rasio likuiditas yang diperoleh dari rata-rata enam belas perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tergolong dalam kategori baik dengan nilai sebesar 211%. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006, tentang Standar Penilaian Kinerja Keuangan, maka perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa kriterianya berada pada interval 176% 240%. Berdasarkan rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dilihat dari nilai rata-rata lima perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tegolong kategori baik, dengan nilai sebesar 42%. Kemudian
pada sektor jasa, nilai dari rasio solvabilitas yang diperoleh dari rata-rata enam belas perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tegolong kategori baik, dengan nilai sebesar 55%. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006, tentang Standar Penilaian Kinerja Keuangan, maka perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa kriterianya berada pada interval 41% 60%. Berdasarkan nilai return on asset (ROA), kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dilihat dari nilai rata-rata lima perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tegolong kategori baik, dengan nilai sebesar 11%. Kemudian pada sektor jasa, nilai ROA yang diperoleh dari rata-rata enam belas perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tegolong kategori baik, dengan nilai sebesar 8%. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006, tentang Standar
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Penilaian Kinerja Keuangan, maka perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa kriterianya berada pada interval 8% - 11%. Berdasarkan nilai return on equity (ROE), kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dilihat dari nilai rata-rata lima perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tegolong kategori baik, dengan nilai sebesar 17%. Kemudian pada sektor jasa, nilai ROE yang diperoleh
dari rata-rata enam belas perusahaan selama periode 2013-2014 yaitu tegolong kategori baik, dengan nilai sebesar 18%. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 06/Per/M.KUKM/V/2006, tentang Standar Penilaian Kinerja Keuangan, maka Perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa kriterianya berada pada interval 16% - 21%.
(2) Economic Value Adde (EVA) Tabel 4.2 Kinerja Keuangan Perusahaan LQ 45 Dalam Sektor Manufaktur dan Sektor Jasa Berdasarkan Metode Economic Value Added (EVA) No
Perusahaan LQ 45
Rata-Rata EVA
1 Sektor Manufaktur 2 Sektor Jasa (Sumber: Lampiran 5) Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai EVA dari lima perusahaan dalam sektor manufaktur periode 2013-2014 bernilai negatif. Ini artinya perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur tidak dapat memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya
-2.237.995.611.958 70.890.816499
modal. Dilihat dari rata-rata nilai EVA dari enam belas perusahaan dalam sektor jasa periode 2013-2014 bernilai positif. Ini artinya perusahaan LQ 45 dalam sektor jasa dapat memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari biaya modal.
(3) Analisis Uji t (independent sample t-test) Tabel 4.3 Hasil Uji Beda (independent sample t-test) thitung ttabel Rasio Likuiditas 0,069 2.093 Rasio Solvabilitas -1,169 2.093 Return On Asset 0,777 2.093 Return On Equity -0,061 2.093 EVA -1,367 2.093 (Sumber: Hasil Output SPSS (data diolah) pada Lampiran 6)
Keputusan Menerima Ho Menerima Ho Menerima Ho Menerima Ho Menerima Ho
Keterangan: (1) Ho diterima jika –ttabel < thitung < ttabel (2) Ho ditolak jika thitung > ttabel atau thitung < ttabel. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa dari rasio likuiditas penelitian menerima Ho, berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan rasio likuiditas. Dengan demikian terlihat bahwa kinerja keuangan
yang dimiliki oleh perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa memiliki kesamaan dilihat dari kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari rasio solvabilitas penelitian menerima Ho, berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan rasio solvabilitas. Dengan demikian terlihat bahwa kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa memiliki kesamaan dalam mengelola aset yang dimiliki sehingga dapat menghasilkan laba. Dari return on asset, penelitian menerima Ho, berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan return on asset. Dengan demikian terlihat bahwa kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa memiliki kesamaan dalam mengelola aset yang dimiliki sehingga dapat menghasilkan laba. Dari return on equity penelitian menerima Ho, berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan return on equity. Dengan demikian terlihat bahwa kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa memiliki kesamaan dalam mengelola modal secara efektif, sehingga mampu menghasilkan laba yang optimal. Dilihat dari economic value added (EVA), penelitian menerima Ho, berarti tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan EVA. Dengan demikian terlihat bahwa kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa memiliki kesamaan dalam memberikan nilai tambah ekonomis pada pemilik modal itu sendiri. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa pengukuran kinerja keuangan perusahaan LQ 45 baik dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa tergolong dalam kategori baik. Artinya perusahaan mampu untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aset lancar perusahaan yang relative lebih tinggi daripada hutang lancarnya. Hasil Penelitian ini sejalan
dengan teori yang dijelaskan oleh Kasmir (2012: 129) bahwa likuiditas menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Ratih Puspitasari (2012) yang melakukan penelitian pada PT Astra Internasional, Tbk dengan hasil penelitian rasio likuditas terlihat baik. Serta penelitian dari Soenya Gandhi (2014) yang melakukan penelitian pada Hotel Sunari Villas & Spa Resort dengan hasil solvabilitas berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sekarang, perusahaan LQ 45 baik dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa berada dalam ketegori baik. Hasil analisis rasio solvabilitas yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa pengukuran kinerja keuangan pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berada pada ketegori baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Soenya Gandhi (2014) yang melakukan penelitian pada Hotel Sunari Villas & Spa Resort dengan hasil dari rasio solvabilitas berda pada posisi sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sekarang, perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berada pada ketegori baik. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kemampuan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa dalam mengelola sumber dana perusahaannya sangat baik, sehingga perusahaan tidak banyak dibiayai oleh hutang. Hasil analisis rasio profitabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Hasil ROA yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa pengukuran kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa tergolong dalam kategori baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Ratih Puspitasari (2012) yang melakukan penelitian pada PT Astra Internasional,Tbk
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) dapat dikategorikan baik. Berdasarkan dari hasil penelitian sekarang, rata-rata ROA perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berada pada ketegori baik, yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan kontribusi dalam bentuk prosentase keuntungan atau laba dari aset yang dikelola. Hasil ROE yang telah dilakukan dapat digambarkan bahwa pengukuran kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa tergolong dalam kategori baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Ratih Puspitasari (2012) yang melakukan penelitian pada PT Astra Internasional, Tbk dapat dikategorikan baik. Rata-rata ROE baik perusahaan dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berada pada ketegori baik, yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola modalnya secara efektif dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dilihat dari nilai ratarata EVA dalam sektor manufaktur dan sektor jasa terdapat perbedaan. Dimana rata-rata nilai EVA pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur bernilai negatif, hal ini menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat pengembalian modal yang dihasilkan lebih rendah dari pada tingkat pengembalian modal yang dituntut oleh investor. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Soenya Gandhi (2014) yang melakukan penelitian pada Hotel Sunari Villas & Spa Resort dengan nilai EVA yang negatif. Sedangkan rata-rata nilai EVA pada perusahaan LQ 45 dalam sektor jasa bernilai positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan nilai tambah ekonomis pada pemilik modal perusahaan itu sendiri. Hasil uji t (independent sample ttest) yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan metode economic value bahwa kinerja keuangan pada kondisi yang baik, karena EVA bernilai
added (EVA). Secara umum kinerja (performance) yang dimiliki oleh masingmasing sektor, baik dari sektor manufaktur maupun sektor jasa memiliki kinerja yang baik, yang menunjukkan bahwa masingmasing perusahaan tersebut mampu mengoptimalkan kinerjanya melalui likuditas, solvabilitas, profitabilitas serta nilai tambah ekonomis (EVA). Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini diperkirakan pada jumlah perusahaan yang mewakili masing-masing sektor, baik sektor manufaktur maupun sektor jasa. Diharapkan dalam penelitian berikutnya, lebih mempertimbangkan kembali jumlah perusahaan yang dijadikan sebagai subyek penelitian. PENUTUP Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Kemampuan likuiditas perusahaan LQ 45 baik dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa periode 2013-2014 dengan nilai rata-rata berada pada interval 176% 240% sehingga tergolong dalam kategori baik. (2) Berdasarkan hasil rasio solvabilitas perusahaan LQ 45 baik dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa periode 2013-2014 dengan nilai rata-rata berada pada interval 41% - 60% sehingga tergolong dalam kategori baik. (3) Hasil analisis rasio profitabilitas yang dihitung berdasarkan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Nilai ROA pada perusahaan LQ 45 baik dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa periode 2013-2014 berada pada interval 8 % - 11 % sehingga tergolong dalam kategori baik. Dan nilai ROE pada perusahaan LQ 45 baik dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa periode 2013-2014 berada pada interval 16% - 21% sehingga tergolong kategori baik. (4) Hasil perhitungan menggunakan EVA pada perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada kondisi yang tidak baik, karena EVA bernilai negatif. Sedangkan nilai EVA dalam sektor jasa menunjukkan positif. (5) Berdasarkan analisis dengan uji t (independent sample t-test) diketahui
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) nilai thitung pada rasio likuditas, rasio solvabilitas, Retun On Asset, Return On Equity, dan metode EVA lebih kecil dari ttabel, sehingga menerima Ho dengan hipotesis tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur dan sektor jasa berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan metode EVA. Berdasarkan hasil penelitian dan penarikan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Perusahaan harus lebih memperhatikan kembali jangka waktu pemakaian dana perusahaan atau berapa lama dana tersebut diperlukan dalam perusahaan, sehingga nilai rasio likuiditas yang dimiliki perusahaan semakin baik. (2) Perusahaan harus lebih meningkatkan pengelolaan aktiva yang dimiliki untuk membayar seluruh kewajiban-kewajibannya. (3) Aset serta modal yang dimiliki oleh perusahaan sebaiknya dikelola secara efisien serta mengendalikan atau menekan biaya operasional yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan labanya. (4) Perusahaan sebaiknya mampu memperoleh NOPAT atau laba kotor yang lebih tinggi daripada biaya modal, serta perusahaan lebih mempertimbangkan struktur modal yang optimal agar perusahaan berjalan secara efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene F, dkk. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Surakarta: PT Bumi Aksara. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Martono, dan Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia, FE UII.
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat Cetakan Kelima. Yogyakarta: Liberty Jogya. Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Empat. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta: Erlangga. Sunarto dan Agus Prasetyo Budi. 2009. Pengaruh Leverage, Ukuran Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas. TEMA (Telaah Manajemen, Vol. 6, Edisi 1, Maret 2009. Wiagustini, N.L.P. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayanan University Press. Young, S. David, dan Stephen F.O’ Byrne. 2001. Eva dan Manajemen Berdasarkan nilai: Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.