e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015)
ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN (STUDI KASUS PADA GABUNGAN KELOMPOK TANI WAHANA SARI ) Gilbarto Frofika Zanzes, I Wayan Suwendra, Gede Putu Agus Jana Susila Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis dan mengetahui besar tingkat pendapatan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wahana Sari sebelum dan sesudah menerima bantuan dana PUAP dan (2) mengetahui besar tingkat efektivitas bantuan dana PUAP terhadap tingkat pendapatan Gapoktan Wahana Sari. Penelitian ini dilaksanakan pada Gapoktan termasuk jenis penelitian deskriptif-kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah Gapoktan yang memperoleh dana PUAP, dan objeknya adalah pendapatan Gapoktan penerima bantuan dana PUAP. Data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa pendapatan anggota Gapoktan penerima bantuan dana PUAP. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yaitu uji t sampel berpasangan (paired sample t-test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan tingkat pendapatan usaha tani Gapoktan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pedesaan (PUAP) sebesar 7,24% atau sebesar Rp.54.090,00, berarti ada perbedaan pendapatan nilai thitung 2,371 > ttabel 2,014. ; (2) efektivitas bantuan dana PUAP terhadap tingkat pendapatan Gapoktan masuk kreteria tidak efektif (26,69%). Artinya, dana PUAP belum efektif digunakan di Desa Mengani. . Kata kunci: dana PUAP, pendapatan Abstract The aims of this research is to know about : (1) analyze and determine differences in income levels (Gabungan Kelompok Tani) Gapoktan before and after receiving funding PUAP and (2) determine the effectiveness of aid to the level of income Gapoktan PUAP . The research was conducted on Gapoktan including quantitative descriptive study. The subjects were Gapoktan PUAP obtain funding , while the object is net income Gapoktan beneficiaries PUAP, while the object is net income Gapoktan beneficiaries PUAP. The data used is the quantitative data in the form of income Gapoktan Wahana Sari beneficiaries PUAP. The analysis technique used is descriptive and inferential statistical analysis is paired sample t-test. The results showed that : (1) there are differences in the level of farm income Gapoktan before and after receiving funding rural ( PUAP ) of 7.24 % or Rp.54.090,00 , means that there are differences in income tcount 2,371 > 2,014 ttable ; (2) effectiveness of financial assistance to the level of income Gapoktan PUAP entry criteria are not effective ( 26.69 % ) . That is , the funds have not been effective PUAP used in the Mengani village . Keywords : PUAP funds , income
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) PENDAHULUAN Masalah kemiskinan selalu terkait dengan sektor pekerjaan di bidang pertanian untuk daerah pedesaan dan sektor informal di daerah perkotaan. Menurut Chatani (2011), pada tahun 2007 pekerja miskin banyak bekerja di sektor pertanian dimana sektor pertanian ini terdapat di perdesaan (60,3%) dan sektor jasa dominan terdapat di perkotaan (8,5%). Ini membuktikan bahwa masyarakat miskin tinggal di perdesaan dan bekerja di sektor pertanian dan bersifat informal. Keterbatasan skill dan pengetahuan menyebabkan pekerja miskin bekerja di sektor-sektor yang tidak memerlukan keterampilan khusus (Anggriani, 2012). Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian memberikan banyak kontribusi dalam pembangunan ekonomi (Ginting, dkk. 2012). Disatu sisi, sektor pertanian mempunyai peran yang cukup signifikan dalam perekonomian nasional, antara lain berupa kontribusi dalam pembentukan PDB, penyediaan pangan dan pakan, penyediaan sumber devisa, penyediaan bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, perbaikan pendapatan masyarakat, dan sumber bioenergi (Kementerian Pertanian, 2009). Pembangunan pertanian ditujukan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama petani dan pelaku usaha pertanian. Dalam pencapaian tujuan tersebut, kegiatan pembangunan pertanian menuntut termanfaatkannya seluruh potensi yang ada di masyarakat, baik potensi sumber daya alam, manusia, teknologi dan juga sumber daya institusi secara optimal, menguntungkan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan (Anggriani, 2012). Pasaribu (2012) menyatakan bahwa jika pemerintah berpihak pada pembangunan pertanian, ada lima (5) pendekatan stabilitas pemerintah dalam pembangunan bidang ekonomi, yaitu : 1). Meningkatkan lapangan kerja di perdesaan, untuk menghambat urbanisasi di perkotaan;
2). Menopang ketahanan pangan Indonesia dari ketergantungan impor dari negaranegara maju; 3). Mengoptimalkan sumber daya alam yang sudah ada sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa pada Indonesia sebagai negara agraris; 4). Sebagai pengendali faktor inflasi bagi ekonomi Indonesia yang bersumber dari demand bahan makanan; dan 5). Memberikan peluang bagi angkatan muda wirausaha Indonesia, untuk membuka lapangan kerja baru bagi pemuda dan pemudi generasi baru Indonesia. Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah pertanian yang dimaksud yaitu pertama, sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Kedua, petani mengalami keterbatasan pada akses informasi pertanian. Ketiga, petani memiliki kendala atas sumberdaya manusia yang dimiliki. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan modal yang dihadapi oleh para pelaku usaha agribisnis, kini telah mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dalam rangka untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis sehingga nantinya dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan, oleh sebab itu pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandir (PNPMMandiri). Salah satu kegiatan dari PNPMMandiri di Kementerian Pertanian dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP merupakan program pemberdayaan usaha agribisnis yang ditunjukan bagi petani/peternak di perdesaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Program PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal untuk kegiatan usaha pertanian yang dberikan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Setiap Gapoktan terdiri dari beberapa kelompok tani. Setiap kelompok
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) tani tersebut memiliki jumlah anggota yang berbeda-beda, sehingga jumlah anggota dari setiap Gapoktan tidak sama. Dana PUAP hanya diberikan pada Gapoktan yang aktif melakukan usaha di desa. Jenis usaha yang dilakukan oleh Gapoktan penerima Dana PUAP sangat beraneka ragam. Jenis usaha tersebut adalah (a) tanaman pangan (padi dan palawija); (b) peternakan; (c) industri rumah tangga (olahan hasil pertanian, peternakan dan perkebunan); (d) hortikultura (buah-buahan dan sayursayuran); (e) tanaman perkebunan; (f) pemasaran hasil pertanian (buah-buahan, beras, sayur-sayuran, olahan limbah ternak); dan (g) usaha lain (simpan pinjam, pakan ternak, pupuk). Pemberian dana PUAP diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani. Peningkatan pendapatan tersebut menjadi tolak ukur dari keberhasilan pemberian dana PUAP. Dana PUAP akan disalurkan kepada anggota Gapoktan yang kemudian digunakan untuk membeli pupuk, bibit, dan pestisida. Dengan adanya bantuan dana PUAP dari pemerintah ini nantinya diharapkan para petani Gapoktan dapat meningkatkan hasil produksinya. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wahana Sari yang terletak di Desa Mengani Kecamatan Kintamani merupakan salah satu organisasi gabungan para petani yang mendapatkan bantuan dana PUAP. Dari hasil survei awal berdasarkan data yang diperoleh dari Gapoktan Wahana Sari, dapat diketahui bahwa jumlah anggota Gapoktan yang menerima dana PUAP sebanyak 50 orang. Jumlah dana bantuan yang diterima masing-masing anggota sebesar Rp. 4.000.000,- sehingga jumlah total dana PUAP yang disalurkan kepada Gapoktan Wahan Sari sebesar Rp. 200.000.000,-. Perkembangan jumlah tingkat pendapatan seluruh anggota Gapoktan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana PUAP dapat diketahui bahwa dari tabel diatas terlihat bahwa dari 50 orang petani, 22 orang mengalami penurunan pendapatan dan 28 orang lainya
mengalami peningkatan pendapatan. Hal ini tidak sesuai dengan Sjarkowi (2004) yang menyatakan pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki, jika modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat juga tinggi. Bagitu pula sebaliknya, jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. . Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis dan mengetahui besar tingkat pendapatan usaha tani Gapoktan Wahana Sari di Desa Mengani Kecamatan Kintamani sebelum dan sesudah menerima bantuan dana PUAP; dan (2) mengetahui besar tingkat efektivitas bantuan dana PUAP terhadap tingkat pendapatan dalam pengentasan kemiskinan di Desa Mengani Kecamatan Kintamani. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah: (1) manfaat teoritis, bagi pihak akademis dan peneliti diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengambil topik yang sama; dan (2) manfaat praktis/operasional: (a) Bagi Lembaga pemberi dana PUAP, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam menerapkan kebijakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan mengenai penyaluran dana PUAP kepada GAPOKTAN, (b) bagi anggota GAPOKTAN, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap efektivitas bantuan dana PUAP yang diberikan. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Pendapatan dari pelaku agribisnis adalah pendapatan dari usaha sendiri, artinya nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang, tenaga kerja, dan nilai sewa. Pendapatan merupakan salah satu faktor penunjang usaha atau aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan para pelaku agribisnis masih tergolong rendah. Rendahnya pendapatan tersebut karena modal yang dimiliki kecil sehingga produktivitasnya rendah.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Bagi para pelaku agribisnis, modal seringkali menjadi kendala dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, pemerintah meluncurkan program kebijakan pembangunan yang disebut dengan PUAP. Program PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal untuk kegiatan usaha agribisnis yang diberikan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). PUAP bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani, memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis, dan meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring dan mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Dari pemberian dana PUAP tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis. METODE Penelitian ini tergolong kedalam penelitian deskriptif-kuantitatif, yang mana konsep penelitian ini dirancang berdasarkan latar belakang adanya fenomena dilapangan. Subjek penelitian ini adalah gabungan kelompok tani Wahana Sari yang memperoleh dana PUAP, sedangkan objeknya adalah pendapatan bersih anggota gabungan kelompok tani (Gapoktan) Wahana Sari penerima bantuan dana PUAP. Jenis data yang digunakan
adalah data kuantitatif. Data kuantitatif difokuskan pada jumlah bantuan dana PUAP yang diberikan kepada anggota Gapoktan Wahana Sari, serta pendapatan anggota Gapoktan Wahana Sari penerima bantuan dana PUAP.dari sumbernya, data yang digunakan adalah data sekunder. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan wawancara kemudian dianalisis deskriptif kuantitatif, kemudian dilakukan Uji t sampel berpasangan (paired sample t-test) dengan bantuan IBM SPSS 20 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Statistik deskriptif bertujuan untuk mengambarkan secara umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel dan mengetahui karakteristik data (Sugiyono, 2013). Melalui statistik deskriptif diharapkan dapat memberikan penjelasan data mengenai gambaran awal tentang masalah yang diteliti dan juga keadaan data dari masing-masing variabel. Penggunaan statistik deskriptif dapat mencerminkan karakteristik pendapatan gabungan kelompok tani (Gapoktan) Wahana Sari periode 2009-2013 sebelum dan sesudah memperoleh dana PUAP. Indikator dalam statistik deskriptif difokuskan kepada nilai maksimum dan minimum. Pendapatan sebelum dan sesudah memperoleh dana PUAP periode 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Pendapatan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wahana Sari Sebelum dan Sesudah Memperoleh Dana PUAP Periode 2009-2013 N Minimum Maksimum Rata-rata pendapatan sebelum 50 551000 975000 menerima bantuan tahun 2009 – 2010 Rata-rata pendapatan sesudah 50 559000 1088500 menerima bantuan tahun2012 – 2013 Sumber : Output SPSS IBM 20 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui pendapatan minimum sebelum menerima
dana PUAP adalah Rp. 551.000,00/bulan dan pendapatan minimum sesudah
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) menerima dana PUAP sebesar Rp. 559.000,00/bulan; sedangkan pendapatan maksimun sebelum menerima dana PUAP sebesar Rp. 975.000,00/bulan dan pendapatan maksimun sesudah menerima dana PUAP adalah Rp. 1.088.500,00/bulan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wahana Sari mengalami peningkatan pendapatan rata-rata minimum sebanyak Rp. 8.000,00/bulan dan peningkatan pendapatan maksimum sebanyak Rp. 113.500,00/bulan; maka selama periode 2009 - 2013 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wahana Sari secara umum tidak mengalami kerugian. Analisis uji hipotesis pengaruh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan
(PUAP) terhadap pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wahana Sari periode 2009-2013, sesudah dilakukan uji normalitas, langkah selanjutnya digunakan pengujian hipotesis dengan uji-t paired samples test (Candiasa, 2010; Koyan, 2007; & Sugiyono, 2012). Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa semua data pada unit analisis memiliki skor p>0,05 pada statistik Kolmogorov-Smirnova. Artinya, sebaran data variabel rata-rata pendapatan terdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan untuk uji-t paired samples test. Komputasi uji t paired samples test dicantumkan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Rata-rata Pendapatan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Wahana Sari Sebelum dan Sesudah Memperoleh Dana PUAP Periode 2009-2013 Std. Std. Error Mean N Deviation Mean Rata-rata pendapatan sebelum 746.840,00 50 94.007,514 13.294,670 menerima bantuan Rata-rata pendapatan sesudah menerima bantuan
800.930,00 50 120.672,013 17.065,600
Tabel 3 Hasil Ujii t Paired Samples Test Paired Differences Mean Rata-rata pendapatan sesudah 54090,00 - Rata-rata 0 pendapatan sebelum menerima bantuan Sumber : Output SPSS
Std. Deviation
Std. Error Mean
161296,61 8
22810,78 6
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan rata-rata antara pendapatan petani sebelum memperoleh dana PUAP sebesar Rp. 746.840,00/bulan dengan pendapatan petani sesudah memperoleh dana PUAP sebesar Rp. 800.930,00/bulan; maka ratarata pendapatan yang diperoleh anggota gabungan kelompok tani (GAPOKTAN)
T
Dk
2,371 49
P
,022
meningkat sebesar Rp. 54.090,00/bulan untuk jumlah selisih pendapatan semua anggota GAPOKTAN adalah Rp. 2.704.500,-/bulan. Berdasarkan Tabel 3 tertera nilai p-value < α (0,05) dan besarnya nilai thitung (2,371) > ttabel (2,014) dengan tingkat signifikan α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Artinya,
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) terdapat perbedaan pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wahana Sari sebelum dan sesudah memperoleh dana PUAP periode 2009-2013. Dengan demikian ada pengaruh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) terhadap pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wahana Sari periode 2009-2013. Nilai efektivitas PUAP terhadap pendapatan adalah 26,69% masuk kriteria tidak efektif. Dengan demikian berarti meskipun rata-rata pendapatan yang diperoleh gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) setelah diberikan dana PUAP lebih besar dibandingkan dengan pendapatan sebelum diberikan dana PUAP namun masih belum cukup untuk pengembalian angsuran dana PUAP. Hal ini menyebabkan beberapa petani yang tergolong miskin akan mendapatkan beban lebih karena tidak mampu membayar hutang. Korelasi antara pendapatan sebelum dengan skor sesudah memperoleh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) sangat rendah, yakni 0,115 dengan nilai P (0,425) > α (0,05). Artinya, perubahan pendapatan sebelum memperoleh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) tidak berhubungan dengan perubahan pendapatan setelah memperoleh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) (Agusyana, 2011 dan Candiasa, 2010). Jika pendapatan anggota GAPOKTAN sebelum diberikan dana PUAP besar belum tentu pendapatan akhirnya juga besar tetapi bisa lebih kecil dari pendapatan awal, begitu juga sebaliknya. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wahana Sari sebelum dan sesudah memperoleh dana PUAP periode 20092013. Ini dapat dinyatakan dana PUAP berpengaruh terhadap pendapatan. Ini konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa PUAP berpengaruh positif terhadap
pendapatan anggota gapoktan pada studi kasus: Desa Banyu Kuning, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Selain itu untuk penelitian lain, Cepriadi dan Lara Trisiana (2010), menyatakan modal usaha kelompok dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Kuala Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar mampu dikembalikan oleh petani, artinya petani mampu mengelola dana tersebut dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk keperluan proses pertanian. Hal tersebut juga didukung hasil penelitian Anggriani (2012) yang menyatakan dampak pelaksanaan program PUAP mengakibatkan peningkatan rata-rata pendapatan rumah tangga petani penerima manfaat sebesar 12,86% dan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 7,67%. PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis untuk anggota petani, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. PUAP bertujuan untuk (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani; (3) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiataan usaha agribisnis; dan (4) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sasaran PUAP yang hendak dicapai adalah (1) mengembangkan usaha agribisnis di desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa; (2) mengembangkan Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; (3) meningkatkan kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, serta buruh tani; dan (4) mengembangkan usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman. Indikator
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) keberhasilan PUAP sesui Kepmentan No. 01/Kpst/OT.140/1/2014 yaitu: (1) Indikator keberhasilan output artinya dapat membantu masalah permodalan untuk melakukan usaha produktif petani dan dapat menguatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan PMT; (2) Indikator keberhasilan outcome artinya membantu meningkatkan kemapuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk anggota Gapoktan, dapat meningkatkan pendapatan petani (pemilik dan atau pengarap), dapat meningkatkan jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha, dapat meningkatan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan; (3) Indikator benefit dan impact artinya dapat mengurangi jumlah petani miskin dan pengangguran di pedesaan, dapat meningkatkan fungsi dari Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dapat mengembangkan usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa yang menerima PUAP. Dengan adanya pengaruh terhadap pendapatan dengan peningkatan rata-rata sebesar masing-masing anggota Rp. 54.090,00 per bulan kurang mampu menunjukkan keberhasilan outcome penyaluran dana PUAP. Karena kalau dilihat dari nilai efektivitas PUAP terhadap pendapatan adalah 26,69% masuk criteria tidak efektif. Artinya, tambahan rata-rata pendapatan per bulan tidak mampu untuk membayar angsuran pengembalian dana PUAP dan malah ada beberapa anggota yang mengalami penurunan pendapatan. Sehingga, perlu dilakukan evaluasi terkait penyaluran dana PUAP di GAPOKTAN Wahana Sari untuk mengetahui dan memberikan solusi atas permasalahanpermasalahan dihadapi petani di lapangan. Tidak efektifnya penyaluran dana PUAP di GAPOKTAN Wahana Sari terbukti dengan adanya beberapa anggota yang masih menunggak pengembalian dana PUAP yang dipinjamnya. Agar penyaluran dana
PUAP dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi kemiskinan maka perlu adanya pembimbingan, kontrol, dan pelatihan yang berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani di lapangan. Selain itu, dari 50 anggota gapoktan terdapat 22 anggota yang mengalami penurunan ratarata pendapatan (lihat Lampiran 01) dan 28 lainya mengalami peningkatan pendapatan. Berdasarkan hasil survey pada anggota GAPOKTAN penurunan/peningkatan pendapatan rata-rata ini diduga karena banyak faktor, antara lain: (1) rendahnya kemampuan manajemen modal beberapa anggota GAPOKTAN; (2) penggunaan dana di luar keperluan pertanian misalnya untuk membeli sepeda motor; (3) perbedaan tipe lahan yang menyebabkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian juga berbeda; (4) perbedaan jenis tanaman budidaya (Kopi dan Bunga Gemitir) yang dibudidayakan sehingga penjualan hasil panen dan jangka waktu pemanenan yang berbeda yang terkait dengan pendapatan masing-masing anggota; (5) dalam penjualan hasil pertanian, petani kebanyakan masih tergantung pada saudagar yang terkadang mempermainankan harga di pasar. Sebagian besar petani belum mampu mendistribusikan hasil panennya; (5) gagal panen pada musim tertentu; (7) kurangnya kemampuan petani melihat peluang harga pasar; dan (8) Beberapa petani tidak mengikuti pola pengelolaan pertanian yang benar misalnya terkait: jarak tanam lebih renggang/rapat, pemupukan atau penggunaan insektisida berlebih, dan lainlain yang malah menyebabkan penurunan hasil panen (malah bisa gagal panen). Oleh sebab itu aspek kinerja dan kualitas kinerja Gapoktan Wahana Sari perlu dilakukan peningkatan kinerja adalah adanya rencana kerja gapoktan, penyelenggaraan rapat/pertemuan anggota, gapoktan belum memiliki badan hukum, waktu dan realisasi pinjaman, analisa kelayakan usaha, pelaporan yang dibuat pengurus gapoktan, pembinaan usaha anggota, adanya pengawasan dalam hal pembiayaan, penggunaan dana, sarana dan prasarana,
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) peran penyuluh pendamping yang berkesinambungan; perlu adanya pelatihan terkait strategi menyiasati harga pasar, cara distribusi, dan pengolahan pasca panen. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan pengembalian dana PUAP di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang macet sebanyak 100% (Jufri, 2012). Selain itu, di wilayah Padang juga pengembalian dana PUAP mengalami kemacetan (Tan, 2011). Artikel resmi Litbang Pertanian Nanggro Aceh Darusalam dalam Bakar (2010) menyatakan 80% anggota GAPOKTAN Kabupaten Aceh Singkil tidak melakukan pengembalian dana PUAP alias macet. Anonim (2014) melaporkan kredit PUAP di Kabupaten Simalunggung dari Rp. 19,9 milyar yang disalurkan, Rp. 9 milyar pengembaliannya macet/tidak mampu dikembalikan oleh anggota GAPOKTAN. Aspek pendapatan memang seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Namun dalam implementasinya diharapkan ada pengontrolan dan pelatihan yang berkelanjutan. Salah satu cara meningkatkan pendapatan rumah tangga dapat dilakukan dengan cara melakukan diversifikasi usaha rumah tangga. Tentunya masyarakat desa tidak akan pernah lepas dengan sektor pertanian maka diversifikasi usaha rumah tangga juga tidak lepas dari sektor pertanian. Cara pemerintah melakukan penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat petani yang salah satunya adalah modal, sangat penting terutama bagi petani yang tergolong kurang mampu/miskin. Harapannya, dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) harus terus disalurkan kalau bisa dengan jumlah yang lebih besar karena dapat meningkatkan pendapatan sebagian masyarakat petani khususnya gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wahana Sari di Desa Mengani Kecamatan Kintamani guna menanggulani kemiskinan. Bantuan dana sebagai modal sangat penting bagi petani yang kurang mampu. Karena, dengan modal yang cukup maka para
petani mampu membeli bibit, pupuk, dan melakukan perawatan lahan pertanian untuk menperoleh pendapatan. Suwardjono (2005) menyatakan, bahwa besar kecilnya modal yang dipergunakan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Munawir (2004: 114) juga menyatakan dalam konsep modal kerja yaitu konsep fungsional yang mendasarkan pada fungsi dari dana untuk dapat menghasilkan pendapatan (income). Pada dasarnya dana yang dimiliki perusahaan seluruhnya dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan sesuai dengan usaha pokok perusahaan. Namun, kenyataan dari studi kasus di GAPOKTAN Wahana Sari hasil analisis Korelasi antara pendapatan sebelum dengan skor sesudah memperoleh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) sangat rendah, yakni 0,115 dengan nilai P (0,425) > α (0,05). Artinya, perubahan pendapatan sebelum memperoleh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP) tidak berhubungan dengan perubahan pendapatan setelah memperoleh dana pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap GAPOKTAN Wahana Sari pada periode 2009-2013 maka dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan tingkat pendapatan usaha Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Wahana Sari di Desa Mengani Kecamatan Kintamani sebelum dan sesudah menerima bantuan dana PUAP (p<0,05), dengan rata-rata pendapatan sebelum memperoleh dana PUAP berjumlah Rp. 746.840,00 dan sesudahnya Rp. 800.930,00; dan (2) Nilai efektivitas PUAP terhadap pendapatan adalah 26,69% masuk kriteria tidak efektif. Dengan demikian, meskipun rata-rata pendapatan yang diperoleh gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) setelah diberikan dana PUAP lebih besar dibandingkan dengan pendapatan sebelum diberikan dana PUAP namun masih belum
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) cukup untuk pengembalian angsuran dana PUAP. Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu: (1) Pemberian dana PUAP memiliki pengaruh terhadap pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wahana Sari, maka diharapkan pemerintah dapat meningkatkan jumlah bantuan dana dan atau jumlah penerima dana PUAP yan disalurkan kepada kepada gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) melalui Dinas Pertanian. Selain meningkatkan jumlah dana PUAP, pemerintah juga diharapkan dapat: (a) melakukan pengawasan dalam hal pembiayaan, penggunaan dana, sarana dan prasarana; (b) memberikan penyuluhan dan pendampingan yang berkesinambungan untuk setiap GAPOKTAN; (c) melaksanakan pelatihan terkait strategi harga pasar, cara distribusi hasil panen, pengolahan pasca panen; dan (d) membuat aturan standar harga minimal pembelian hasil panen kopi dan gemitir agar para petani tidak dirugikan oleh saudagar; (2) bagi gabungan kelompok tani (GAPOKTAN), diharapkan dapat mengelola dana dengan baik dan sesuai dengan rencana usaha bersama yang telah dibuat sehingga pemberian dana PUAP bisa meningkatkan skala produksi dan meningkatkan pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) secara berkesinambungan; (3) bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pemberian dana PUAP, agar dikaji kembali sumber penghasilan lain yang berpengaruh terhadap pendapatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) setelah diberikan dana PUAP, analisis faktor kendala-kendala pemanfaatan, penyaluran, dan pengembalian dana PUAP, analisis korelasi jumlah penyaluran dana PUAP dengan peningkatan pendapatan anggota GAPOKTAN, serta perluasan lokasi penelitianya sampai di tingkat kabupaten atau provinsi agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang pengaruh PUAP terhadap GAPOKTAN/POKTAN.
DAFTAR RUJUKAN Agusyana, Y. 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: PT. Gramedia Anonim. 2014. “Rp. 9 Milyar Kredit Dana PUAP Macet”. www.metrosiantar.com. Diakses 22 Januari Anggriani, Triane Widya. (2012). Analisis Dampak Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Studi Kasus Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.Tesis.Fakultas Ekonomi Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia. Cambel, J.P. 1989. Riset Dalam Efektivitas Organisasi. Diterjemahkan oleh Sahat Simora. Jakarta: Penerbit Erlangga Candiasa, I M. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja: Unit Penerbitan UNDIKSHA Chatani, Kazutoshi. (2012). Diagnosing The Indonesian Economy : Toward Inclusive and Green Growth. Chapter 9 : Economic Growth Employment Creation, and Poverty Alleviation. Penerbit Anthem Press. Ginting, J. (2004). Analisis Faktor Penyebab Pendapatan Petani Miskin di Kecamatan Deli Tua.Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Kementerian Pertanian. (2011). Pedoman Umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Jakarta. Kementerian Pertanian. (2009). Informasi Anggaran Departemen Pertanian Tahun 2009. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Jakarta.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 3 Tahun 2015) Berita Pertanian www.deptan.go.id.
Online
Koyan, I W. 2007. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Prodi PEP PASCA Sarjana UNDIKSHA Koyan, I Wayan. 2009. Buku Ajar: Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja:Prodi PEV Pasca Sarjana UNDIKSHA Pasaribu, Ali Musa. (2012). Perencanaan & Evaluasi Proyek Agribisnis (Konsep dan Aplikasi). Jakarta. Lily Publisher. Samuelson, Paul A, William D. Nordhaus. (2002). Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Sjarkowi.(2004). Manajemen Agribisnis. Palembang: CV. Baldal Grafiti Press Sugiyono. 2013. Metode Kombinasi (Mixed Bandung: Alfabeta, cv.
Penelitian Methods).
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv. Tan, F. Kamira D., dan Noer, N. 2011. “Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agrobisnis Pedesaan (PUAP) di Kota Padang”. Artikel (Tidak diterbitkan). Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Andalas