No. 02
Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010
Perakitan Varietas dan Teknologi Perbanyakan Benih secara Massal (dari 10 menjadi 1000 kali) serta Peningkatan Produktivitas Bawang merah (Umbi dan TSS) (12 ton/ha menjadi >20 ton/ha) dengan Efisiensi Biaya Produksi sampai >15% dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Bawang merah Iteu M. Hidayat RPTP berjudul: Perakitan Varietas Dan Teknologi Perbanyakan Benih Secara Massal (Dari 10 Menjadi 1000 Kali) Serta Peningkatan Produktivitas Bawang Merah (Umbi Dan TSS) (12 Ton/Ha Menjadi >20 Ton/Ha) Dengan Efisiensi Biaya Produksi Sampai >15% Dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Bawang Merah, telah dilaksanakan dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan pertama: Seleksi Klon-Klon Harapan Dan Uji Daya Hasil Pendahuluan Bawang Merah Asal Biji, terdiri dari tiga sub kegiatan, yaitu: Seleksi Awal Klon Bawang Merah Asal Biji Hasil Persilangan, Seleksi Lanjutan Klon-Klon Harapan Bawang Merah, Uji Daya Hasil Pendahuluan Calon Varietas Bawang Merah Asal Biji. Kegiatan kedua adalah Tehnik Embrio Somatik Untuk Meningkatkan Nisbah Perbanyakan Bawang Merah Secara Massal (Dari 10 Menjadi 1000 Kali). Dan kegiatan ketiga adalah: Pengelolaan Tanaman Terpadu Bawang Merah, terdiri dari tiga sub kegiatan: Pengaruh Kerapatan Tanaman Dan Dosis N Terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Varietas Bima Brebes Dan Kuning, Uji Daya Hasil Umbi Bibit Bawang Merah Varietas Bima Brebes Dan Kuning Yang Dihasilkan Dari Berbagai Kerapatan Tanaman Dan Dosis N, dan Pengaruh Dosis Dan Waktu Pemupukan NPK Terhadap Produksi Benih TSS Varietas Maja Dan Bima Brebes
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 02
Tahun Anggaran: 2010
Tujuan kegiatan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan klon harapan, calon varietas dengan sifat unggul dalam daya hasil (>20 ton/ha) dan karakteristik umbi, mendapatkan populasi TSS yang seragam untuk induk produksi benih TSS, mendapatkan tehnik perbanyakan dengan tehnik SE dengan daya regenerasi 60%, mendapatkan tehnik pegelolaan tanaman terpadu bawang merah yang efisien di daerah produksi bawang dan memperoleh tehnik produksi benih TSS. Sedangkan luaran yang diharapkan adalah: 10 klon harapan dari seleksi awal dan 20 klon dari seleksi lanjut; 1-2 calon varietas bawang merah unggul asal TSS dengan daya hasil 20 ton/ha, tehnik perbanyakan kalus embriogenik yang cepat dan metoda yang memberikan daya regenerasi sampai 60%, kerapatan tanaman dan dosis pupuk N yang efisien untuk produksi umbi benih bawang merah varietas Bima dan Kuning, serta dosis dan waktu pemupukan NPK yang tepat untuk produksi benih TSS varietas Maja dan Bima. Seleksi kegiatan pertama dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2010 di Kebun Percobaan Lembang dan kebun Percobaan Kramat Tegal (sub kegiatan 1) dengan menggunakan 150 kombinasi hasil persilangan tahun 2009, dan di Brebes Jawa Tengah (sub kegiatan 2) dengan menggunakan 80 klon hasil silangan 2007 dan 150 klon hasil silangan tahun 2008. Uji Daya Hasil Pendahuluan dilaksanakan di tiga lokasi sentra bawang merah yaitu Brebes dan Tegal (Jawa Tengah), serta Nganjuk (Jawa Timur), dengan menggunakan 11 galur hasil seleksi galur TSS-S4 hasil selfing tahun 2008, yaitu: TSS-1-S4, TSS-5S4, TSS-13-S4, TSS-17-S4, TSS-28-S4, TSS-33-S4, TSS-62-S4, TS-MJ-S3 TS-KL80-S3, TS-KT-S2 dan TS-ML-S3. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap. Penelitian tahap 1 adalah produksi biji dan penelitian tahap2 adalah pengujian galur galur bawang merah asal biji di 3 sentra produksi bawang merah. Kegiatan kedua dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, dari Januari – Desember 2010. Kultur in vitro dimulai dengan penjaringan eksplan yang dieksisi dari tunas umbi varietas Bima dan Sumenep untuk bebas bakteri endophytic. Induksi kalus dilakukan pada media BDS dilengkapi dengan 0.1, 0.5 dan 1.0 mg/l 2,4D atau picloram dalam dua subkultur dengan interval empat minggu. Kalus selanjutnya dipelihara dalam media 1.0 mg/l 2,4D atau picloram. Untuk inisiasi kalus embriogenik, Inisiasi kultur dilakukan pada medium cair yang memerlukan eksplan kalus yang relatif banyak untuk inisiasi, dan cenderung tidak bertambah dalam jumlah. Maka inisiasi kalus embriogenik dilakukan pada medium padat. Untuk regenerasi kalus diambil dari kultur setelah sub kultur ketiga dan dikulturkan pada media 0.5 mg/l NAA dan 1.0 mg/l BA, 0.5 mg/l NAA dan 2.0 mg/l BA,. 1.0 mg/l NAA dan 1.0 mg/l BA, 1.0 mg/l NAA dan 2.0 mg/l BA, serta tanpa zat pengatur tumbuh sebagai kontrol. Planlet yang terbentuk dipindahkan ke medium dengan 150g/l sukrose untuk pembentukan bulblet. Kegiatan ketiga, sub kegiatan 1 dilaksanakan di Kecamatan Larangan, Brebes Jawa Tengah yang merupakan Kawasan Pengembangan Hortikultura, sejak bulan Juli sampai dengan bulan September 2010. Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan digunakan dengan perlakuan terdiri atas: petak utama varietas bawang merah (Bima Brebes dan Kuning); Anak petak: Kerapatan tanaman (10 cm x 10 cm, 15 cm x Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 02
Tahun Anggaran: 2010
15 cm dan 15 cm x 20 cm); Anak-anak petak: Dosis N (80 kg N/ha, 160 kg N/ha dan 240 kg N/ha). Sub kegiatan ke2 dilaksanakan di di Kersana dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah dimana petak utama: varietas bawang merah (A), yaitu varietas Bima Brebes (a1) dan varietas Kuning (a2). Sebagai Anak Petak ialah berbagai kerapatan tanaman (B), yaitu b 1 = 10 cm x 10 cm (100 tanaman/m2), b2 = 15 cm x 15 cm (44 tanaman/m2) dan b3 = 15 cm x 20 cm (33 tanaman/m2). Sedangkan sebagai Anak-anak Petak ialah beberapa dosis N(C) yang dihitung dari pupuk Urea, dengan dosis 80 kg N/ha(c 1), 160 kg N/ha (c2) dan240 kg N/ha(c3), yang diberikan sebanyak 3 kali. Sub kegiatan ke3 dilaksanakan di Kebun Percobaan BALITSA, Lembang, dengan menggunakan Rancangan percobaan Split-split plot design, tiga ulangan. Petak utama adalah varietas bawang merah, yaitu Maja dan Bima. Anak petak adalah dosis pupuk NPK 16-16-16, yaitu 600 dan 1200 kg/ha. Anak-anak petak adalah waktu aplikasi pupuk NPK, yaitu dua kali (15 dan 30 hari setelah tanam) dan tiga kali (waktu tanam, 15 dan 30 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Dari kegiatan pertama melalui sub kegiatan 1 terpilih 12 klon: 2009/12; 2009/18; 2009/19; 2009/20; 2009/31; 2009/37; 2009/50; 2009/51; 2009/63; 2009/72; 2009/146; 2009/147, dengan rata-rata berumur 55 hari , warna umbi merah, diameter umbi 2 cm berat umbi rata-rata 20 gram. Sedangkan dari sub kegiatan ke2 terseleksi 5 klon dari hasil silangan 2007: klon 2007/12, 2007/19, 2007/27, 2007/52 dan Klon 2007/53. Dan 17 klon yang terseleksi dari hasil silangan 2008: Klon 2008/5, Klon 2008/18, Klon 2008/32, Klon 2008/47, Klon 2008/50, Klon 2008/64, Klon 2008/65, Klon 2008/69, Klon 2008/82, Klon 2008/84, Klon 2008/85, Klon 2008/121, Klon 2008/122, Klon 2008/125, Klon 2008/137, Klon 2008/143 dan. Klon 2008/148, dengan karakteristik umumnya berumur genjah - sedang (50-54 hst dan 55-60 hst), jumlah anakan 7-8, warna merah, bentuk umbi bulat – bulat lonjong, ukuran umbi 1,1 – 2 cm, berat umbi rata-rata 10-20 gram/umbi. Dari sub kegiatan ke3: Galur TS-KL80-S3 di Tegal menunjukkan produksi kering tertinggi 21.35 ton/ha , melampai target 20 ton/ha. Pada saat laporan ini dibuat data dari lokaasi pengujian Nganjuk belum lengkap, sehingga belum dapat disajikan pada laporan ini. Sementara dari kegiatan kedua diperoleh: Dari kegiatan kedua diperoleh: Kalus embriogenik bawang merah var. Bima dan Sumenep dapat diinduksi pada medium BDS dilengkapi dengan 1 mg/l 2,4D atau pikloram. Kalus embriogenik dapat dipelihara dan diperbanyak pada medium yang sama, yaitu BDS dilengkapi dengan 1 mg/l 2,4D atau pikloram dengan interval sub kultur, dan rasio perbanyakan masing masing 8 (Bima) dan 12 (Sumenep). Perbanyakan kalus embriogenik pada medium cair masih dicoba, dan pada medium padat hanya diperoleh kalus monopolar yang lagsung berploriferasi menjadi sprout.Kalus embriogenik berploriferasi menjadi planlet pada media BDS dengan 0.5 mg/l NAA dan 2.0 mg/l BA. Planlet dan bulblet masih terkendala dengan gejala vitrifikasi. Dari kegiatan ini disarankan untuk dilakukan seleksi kalus nodular, dan optimisasi media untuk perbanyakan kalus serta regenerasi menjadi planlet dan bulblet yang normal tanpa gejala vitrifikasi
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 02
Tahun Anggaran: 2010
Dari Kegiatan ketiga sub kegiatan ke 1 diperoleh: Penggunaan pupuk N pada berbagai dosis yang diuji memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan OPT dan hasil produksi benih bawang merah. Varietas Kuning lebih toleran terhadap cuaca ekstrim dan menghasilkan produksi benih bawang merah lebih baik dibandingkan dengan varietas Bima Brebes. Jarak tanam yang rapat (10 x 10 cm) dan penggunaan dosis pupuk N yang tinggi (240 kg/ha) dapat meningkatkan serangan penyakit antraknose pada tanaman bawang merah. Perlakuan varietas, jarak tanam dan dosis pupuk N yang digunakan memberikan pengaruh interaksi terhadap OPT (S. exigua, L. chinensis dan C. gloeosporoides) dan ukuran benih bawang merah yang dihasilkan. Varietas Kuning yang di tanam pada jarak tanam 15 x 15 cm dengan menggunakan pupuk N pada dosis 160 kg/ha merupakan perlakuan terbaik untuk produksi benih bawang merah . Varietas Kuning memperlihatkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, toleran terhadap serangan hama S exigua dan penyakit trotol (A porri), antraknos (Colletotrichum spp) dan Fusarium spp. serta menghasilkan bobot umbi tertinggi dengan susut bobot juga tertinggi. Dari sub kegiatan ke2 diperoleh: Kerapatan tanaman dan dosis pupuk N tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Kerapatan tanaman dengan jarak tanam 15 x 15 cm (44 tanaman/m²) memperlihatkan pertumbuhan tanaman lebih baik serta dapat menekan serangan hama S exigua dan penyakit trotol (A porri), antraknos (Colletotrichum spp) dan Fusarium spp. Pemberian pupuk N dengan dosis 160 kg/ha lebih baik menghasilkan bobot umbi yang setara dengan perlakuan lainnya. Dari sub kegiatan ke3 diperoleh: Pertumbuhan tanaman, pembungaan dan pembijian bawang merah dipengaruhi oleh varietas, tetapi tidak dipengaruhi oleh dosis dan waktu aplikasi pupuk NPK. Varietas Bima menghasilkan persentase jumlah tanaman yang berbunga dan jumlah umbel bunga yang berbuah dan berbiji lebih banyak dibandingkan varietas Maja. Pemberian pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 600 kg/ha yang diberikan 2 kali pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam cukup memadai untuk pertumbuhan tanaman, pembungaan dan pembijian bawang merah pada tanah Andisol di dataran tinggi. Pembungaan dan pembijian bawang merah tidak optimal karena keadaan cuaca terutama curah hujan yang tinggi. Varietas dan penggunaan pupuk NPK mempengaruhi serangan OPT pada tanaman bawang merah. Hasil biji/benih TSS masih dalam proses.
Pertumbuhan dan perkembangan kalus pada media dengan 0.1 m/l pikloram yang berstruktur kalus monopolar, remah, berwarna putih (Kiri atas), kalus dengan proliferasi tunas (Kiri bawah), kalus dengan struktur beragam dan remah (Tengah) dan kalus dengan proliferasi daun berwarna putih (Kanan)
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 02
Tahun Anggaran: 2010
Bulblet yang terbentuk dari planlet yang vitrifikasi tetap vitrifikasi (Kiri), sedangkan yang normal membentuk bulblet yang normal
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 02
Tahun Anggaran: 2010