No. 03
Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010
Perakitan Varietas Kentang Berdaya Hasil Tinggi (> 30 ton/ha), Kualitas Olahan (Specific Gravity > 1.067), Adaptif di Dataran Medium (500 m dpl), dan Toleran Penyakit Busuk Daun serta Teknologi Peningkatan Produktivitas Kentang (dari 20 menjadi > 30 ton/ha) Eri Sofiari Petani kentang memiliki keinginan untuk menanam varietas baru yang lebih unggul dari ‘Granola’ yang mendominasi lebih dari 90 % areal pertanaman kentang di Indonesia. Upaya-upaya pemulia tanaman kentang bekerjasama dengan International Potato Center (CIP) semenjak tahun 80-han telah mengintroduksi lebih dari 100 klon yang diseleksi di berbagai tempat di Indonesia. Selain introduksi oleh CIP juga hal ini dilakukan oleh berbagai institusi termasuk oleh importir benih. Puluhan varietas telah dicoba, tetapi belum ada yang dapat mengalahkan ‘Granola’ untuk kentang sayur dan ‘Atlantic’ untuk kentang olahan. Hasil seleksi tahun 2004-2005 telah terpilih 40 klon kentang, yang dihasilkan dari hasil persilangan tahun 2002. Tetua yang digunakan pada persilangan tersebut diantaranya adalah varietas Granola dan Atlantic. Sedangkan hasil persilangan tahun 2004-2005 telah berhasil didapatkan 13 progeni kentang, untuk karakter kentang olahan, tahan busuk daun dan berdaya hasil tinggi. Hasil-hasil tahap awal tersebut perlu diteruskan ke tahap berikutnya yaitu seleksi untuk mendapatkan klon-klon kentang yang unggul, stabil baik dari hasil, kulitas maupun ketahanannya terhadap penyakit busuk daun.
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 03
Tahun Anggaran: 2010
Penggeseran areal pertanaman kentang dan sayuran lain yang berasal dari daerah beriklim dingin ke dataran medium, merupakan program jangka panjang yang penting, karena kerusakan areal di dataran tinggi oleh berbagai sebab telah nampak dengan jelas. Balitsa pada tahun 2006 mengintroduksi lebih dari 10 klon kentang baru yang dapat beradapatsi pada suhu panas dari CIP-Peru dan CPRI-India. Klon baru tersebut juga memilki sifat yang unggul seperti kadar karbohidrat tinggi, tahan penyakit virus dan tahan nematode. Klon tersebut masih dalam bentuk in-vitro dan sedang diperbanyak untuk kepentingan pengujian daya hasil pendahuluan di dataran rendah serta mengevaluasi karakter unggul lainnya. Hawar daun merupakan penyakit penting pada tanaman, yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora infestans. Penyakit hawar daun merupakan penyakit yang sangat merugikan. Di beberapa negara berkembang, kehilangan hasil dapat mencapai 100% karena terbatasnya dana untuk biaya operasional seperti pembelian fungisida. Di Indonesia, kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini berkisar antara 10-100 %. Serangan di lapangan tergantung pada tingkat musim, ketinggian dan varietas kentang. Kegiatan penelitian meliputi (1) Evaluasi 30 Klon Kentang Untuk Kentang Olahan (2) Uji Daya Hasil Lanjutan Kentang Adaptif di Dataran Medium (3) Seleksi Galur Kentang Persilangan Varietas Atlantik untuk Hasil Tinggi dan Toleran Busuk Daun (4) Persiapan dan Pelepasan 3 Varietas Unggul Baru Hasil Tinggi dan Tahan Busuk Daun (5) Uji Kualitas Ubi Kentang Beberapa Klon Terpilih (6) Perakitan Varietas Unggul Kentang In Konvensional Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Busuk Daun (7) Inisiasi Perbanyakan Benih Kentang G0 Klon Kentang Terpilih (8) Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kentang Di Dataran Medium. Tujuan penelitian adalah: 1. Menyeleksi klon-klon kentang yang cocok sebagai bahan baku olahan. 2. Melakukan Uji adaptasi kentang yang adaptif di dataran medium (400-700 m dpl) pada musim penghujan. 3. Menyeleksi klon-klon hasil silangan berdaya hasil tinggi dan toleran busuk daun. 4. Mempersiapkan dokumen bahan pengusulan pelepasan kentang hasil tinggi toleran busuk daun. 5. Menguji kualitas olahan beberapa klon kentang terpilih. 6. Uji lapang lanjutan kentang tahan busuk daun hasil transformasi gen 7. Aklimatisasi dan inisiasi produksi ubi G0 calon varietas galur unggul. 8. Untuk mendapatkan komponen teknologi pemupukan bio-organik dan anorganik yang cocok untuk setiap klon harapan kentang di dataran medium. Hasil seleksi awal terhadap 30 galur kentang, diperoleh 7 galur dengan produksi ubi yang tinggi, yaitu N.1 (1.030 g/tan dan 7,4 kg/plot), AH.1 (962,00 g/tan dan 7,44 kg/plot), AH. 46 (943,33 g/tan dan 7,23 kg/plot), AH.45 (961,33 g/tan dan 6,8 kg/plot), J.18.7 (909,33 g/tan dan 6,63 kg/plot), KL.17 (954 g/tan dan 7,3 kg/plot), No.29 (957,33 g/tan dan 7,5 kg/plot), M.C (921,33 g/tan dan 7,4 kg/plot) dan LV 5116 (1.029 g/tan dan 6,8 kg/plot). Berdasarkan karakter kualitas ubi, diperoleh 7 galur kentang yang menyamai bahkan melebihi Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 03
Tahun Anggaran: 2010
kualitas kentang Atlantik, yaitu: AH.10 (pati 11.023%, gula reduksi 0.0335%, total bahan padatan/TSS 4.000%, air 83.112% dan berat jenis/BJ 1,175); AH.51 (pati 13.165%, gula reduksi 0.0340%, total bahan padatan/TSS 5.200%, air 83.971% dan berat jenis/BJ 1,074); Klon 4 (pati 12.123%, gula reduksi 0.0555%, total bahan padatan/TSS 0.050%, air 81.365% dan berat jenis/BJ 1,044); J.3 (pati 12.224%, gula reduksi 0.0750%, total bahan padatan/TSS 5.100%, air 79.785% dan berat jenis/BJ 1,470); J.12.A (pati 13.947%, gula reduksi 0.0335%, total bahan padatan/TSS 5.200%, air 80.387% dan berat jenis/BJ 1,597); No. 28 (pati 11.858%, gula reduksi 0.1135%, total bahan padatan/TSS 4.300%, air 85.636% dan berat jenis/BJ 1,100); Margahayu (pati 11.759%, gula reduksi 0.0095%, total bahan padatan/TSS 4.900%, air 86.288% dan berat jenis/BJ 1,121). Uji Daya Hasil Lanjutan Kentang Adaptif di Dataran Medium dapat disimpulkan bahwa pengujian yang dilakukan di tiga lokasi, Subang, Cianjur dan Sleman tidak menunjukkan hasil yang bagus. Kemunculan tunas dan pertumbuhan awal tanaman di ketiga lokasi tersebut sangat terhambat. Dari rata-rata tiga lokasi, dari 5 klon adaptif dataran medium yang diuji, produksi ubinya dibawah varietas pembanding Mb-17. Di lokasi Sleman, klon CIP-397073.7 memperlihatkan rerata berat ubi pertanaman lebih tinggi dibanding Mb-17. Kriteria Seleksi Galur Kentang Persilangan Varietas Atlantik untuk Hasil Tinggi dan Toleran Busuk Daun berdasarkan rendahnya tingkat infeksi busuk daun hal ini dicirikan dengan rendahnya nilai AUDPC (<500). Persilangan dengan menggunakan tetua klon Atlantic x 393077.54 diikuti klon Atlantic x 393284.39 merupakan tetua yang banyak terseleksi.
Kegiatan Persiapan dan Pelepasan 2 Varietas Unggul Baru Hasil Tinggi dan Tahan Busuk Daun, calon varietas Andina, Kastanum dan Vernei memiliki potensi hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding Granola dan Atlantic
pada lokasi uji adaptasi di
Garut, Banjarnegara,
Pangalengan dan Ciwidey. Andina dan Kastanum dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pembuatan kripik kentang. Hasil pemilihan responden Andina, Kastanum dan Vernei merupakan tiga klon terbanyak yang dipilih petani. Andina, Kastanum dan Vernei kami usulkan untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. Kegiatan Uji Kualitas Ubi Kentang Beberapa Klon Terpilihdapat disimpulkan bahwaperbedaan klon kentang memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna, rasa, kerenyahan dan penampilan keripik kentang yang dihasilkan. Klon terbaik untuk keripik kentang yaitu : klon 7 (391011.17 x 385524.9) dan klon 8 (391011.17 x 385524.9).
Hasil Perakitan Varietas Unggul Kentang In Konvensional Untuk Ketahanan Terhadap Penyakit Busuk Daun di lapangan, dapat disimpulkan bahwa klon-klon transgenik hasil transformasi tidak ada yang menunjukkan ketahanan terhadap penyakit hawar daun. Sedangkan dari klon-klon transgenik hasil silangan terdapat 3 klon yang tingkat serangannya dibawah 80% yaitu P1.20 (76.4%), P1.39 (76.4%) dan P8.32 (74.3%). Dari 87 klon calon varietas yang sudah dapat di inisiasi meristem sebanyak 53 klon, yaitu adaptif dataran medium 9 klon, berdaya hasil tinggi 10 klon, tranformasi gen Rb 20 klon dan hasil silangan gen Rb 14 klon. Yang sudah bebas virus sebanyak 24 klon (adaptif dataran medium 2 klon, transformasi gen Rb 20 klon
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 03
Tahun Anggaran: 2010
dan berdaya hasil tinggi 2 klon). Klon-klon yang sudah diaklimatisasi dan menghasilkan ubi G0 sebanyak 43 klon (adaptif dataran medium 3 klon, transformasi gen Rb 20 klon, berdaya hasil tinggi 10 klon dan transgenik hasil silangan sebanyak 10 klon). Semua klon-klon hasil transformasi gen Rb; klon CIP-392781.1 dan CIP394614.117 (adaptif dataran medium); klon 10.09, 11.09, 15.09, 20.09 (berdaya hasil tinggi); P1.14, P1.19, P1.20, P1.29, P P5.16, 5.29, P5.30 (transgenik hasil silangan) memperlihatkan pertumbuhan planlet yang bagus terutama klon CIP-392781.1 dan CIP-394614.117 serta klon 15.09 lebih cepat dibandingkan klon lainnya. Klon-klon yang menunjukan pertumbuhan yang bagus di screen house adalah CIP-394614.117, CIP392781.1, 4.09, 15.09, 20.09, P1.14, P1.19, P1.29, dan P5.29. Jumlah ubi G0 terbanyak dari klon-klon adaptif dataran medium adalah CIP-394614.117 (365 knol); klon-klon transformasi gen Rb adalah G.1.2.6 (150 knol), G.10.4.4 (150 knol), G.1.2.5 (123 knol), G.1.7.3 (115 knol), G.1.7.1 (110 knol), G.10.3.8 (110 knol), G.10.3.7 (100 knol) dan G. 1.4.2 (100 knol); klon-klon berdaya hasil tinggi adalah 10.09 (95 knol) dan klon-klon hasil silangan transgenik adalah P1.19 (631 knol), P1.14 (626 knol), P5.29 (582 knol). Hasil kegiatan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Kentang Di Dataran Medium dapat disimpulkan bahwak klon-klon kentang no. 394613.32 (klon-29) dan 397077.16 (klon-4) umumnya menunjukkan keragaan pertumbuhan vegetatif yang paling baik, namun ketiga klon yang diuji 394613.32 (klon-29), 397077.16 (klon-4) dan 391846.5 (klon-34) lebih tahan tumbuh di dataran medium dan mempunyai produksi lebih tinggi daripada varietas Granola. Aplikasi bio-organik + NPK pada berbagai dosis tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi kentang.
Ubi Hasil Panen
Perbanyakan planlet
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 03
Tahun Anggaran: 2010
Dari segi hama, jenis hama yang ditemukan pada pertanaman kentang ialah trips,kutudaun, ulat P. operculella, lalat pengorok daun Liriomyza sp., ulat grayak, kumbang Epilachna sp., dan wereng Empoasca spdengan populasi dan intensitas serangan yang sangat rendah, jauh di bawah ambang pengendaliannya Hal tersebut terjadi karena pertanaman kentang disemprot dengan insektisida secara rutin sebagai langkah pencegahan terhadap serangan hama. Penyakityang menyerang tanaman kentang adalah layu yang disebabkan Ralstonia solanacearum.
Warta Hasil Penelitian Balitsa, No. 03
Tahun Anggaran: 2010