e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
PELAKSANAAN PEDOMAN PERKREDITAN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSAMBA-TEGALLALANG 1Ni
1I
Kadek Asri Utami Gusti Ayu Purnamawati, 2Ni Kadek Sinarwati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail : {
[email protected],
[email protected],
[email protected] }@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pedoman perkreditan dalam proses pemberian kredit sebagai upaya meningkatkan kualitas kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba-Tegallalang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan berlokasi di PT. BPR Nusamba-Tegallalang. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dengan para pejabat kredit, dokumentasi berupa file kredit, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) proses pemberian kredit yang dilakukan oleh PT. BPR Nusamba-Tegallalang sudah baik yaitu 91,17% berdasarkan pedoman yang ada, namun masih ada beberapa pertimbangan karena kebijakan internal perusahaan, (2) dalam melakukan analisa kredit terhadap permohonan calon debitur, petugas analis kredit PT. BPR Nusamba-Tegallalang belum sepenuhnya melakukan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan perubahan perekonomian calon debitur dan persaingan bisnis sehingga masih menjadi salah satu penyebab terjadinya kredit bermasalah yaitu sebesar 2,23%, (3) produktivitas perusahaan masih kurang baik, tercermin dari laba yang diperoleh PT. BPR Nusamba-Tegallalang masih dibawah anggaran yang ditetapkan perusahaan. Kata kunci: Pedoman perkreditan, proses pemberian kredit, kualitas kredit, Bank Perkreditan Rakyat Abstract This study was aimed at finding out the implementation of loan manual in the process of lending as an effort to improve loan quality in PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusamba-Tegallalang. This study used qualitative approach and was located in PT. BPR NusambaTegallalang. The data collection methods used were an interview with the loan officer, documentation in the form of loan files, and observation. The results showed that (1) the process of lending done by PT. BPR NusambaTegallalang is good, i.e. , 91.17% based on the existing manual, but there were still some considerations based on the internal policy of the company, (2) in doing the loan analysis of the prospective debtors, the analyst of loan of PT BPR NusambaTegallalang did not fully anticipate some possibilities of economic change of the
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015) prospective debtors and business competition so that this was still one of the causes of nonperforming loan at 2.23%. (3) the productivity of the company is still less than satisfying as shown by the profit made by PT BPR Nusamba-Tegallalang that is still below the expectation of the company. Keywods: Loan manual, process of lending, loan quality, Bank Perkreditan Rakyat.
PENDAHULUAN Perkembangan dunia perbankan terlihat semakin kompleks, dengan berbagai produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Keadaan yang kompleks ini telah menciptakan suatu system dan pesaing baru dalam dunia perbankan, bukan hanya persaingan antar bank tetapi juga antara bank dengan lembaga keuangan lainnya. Sektor perbankan menjadi salah satu faktor yang memegang peranan karena berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana melalui penciptaan produk yang beraneka ragam untuk ditawarkan kepada masyarakat yang ingin menggunakan jasa perbankan. (Pratiwi, 2012 : 1). Bank merupakan lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang berkelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (dana pihak ketiga) dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Dari aktivitas bank tersebut tersalurlah berbagai produk bank sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan, dan kredit merupakan aktiva produktif yang memberikan pendapatan utama. Dalam pemberian kredit, bank harus menerapkan pedoman pedoman perkreditan yang ada. Somayasa (2005) menyadari kredit adalah risiko dan mengelola kredit adalah mengelola risiko, sehingga untuk menghindari risiko terburuk, maka dalam kegiatan perkreditan diperlukan pedoman perkreditan yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam mengambil kebijakan oleh pejabat bank
bersangkutan. Maka karena itulah pedoman perkreditan diperlukan. Dengan adanya sebuah pedoman yang mengatur perkreditan, diharapkan pedoman tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga proses pemberian kredit dapat berjalan dengan baik PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba-Tegallalang beralamat di Jalan Raya Tegallalang, Banjar Sapat Desa Tegallalang, Kec. Tegallalang, Kab. Gianyar, Bali. PT. BPR NusambaTegallalang ini, bergerak dalam bidang usaha perbankan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk kredit atau pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan. Data klasifikasi kredit PT. BPR Nusamba-Tegallalang menunjukkan tidak stabilnya jumlah kredit bermasalah tiap tahunnya, dimana kenaikan jumlah kredit tidak selalu diimbangi dengan kenaikan kualitas kredit. Pada tahun 2012, kredit bermasalah meningkat sebesar Rp 301.807.000,- yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas kredit kemudian pada tahun 2013 terjadi penurunan jumlah kredit bermasalah yaitu sebesar Rp 454.013.000,yang menunjukkan terjadi peningkatan kualitas kredit pada tahun 2013. Namun pada tahun 2014 kembali terjadi kenaikan jumlah kredit bermasalah sebesar Rp 20.230.000,- yang menunjukkan bahwa kembali terjadi penurunan kualitas kredit. Secara persentase kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada tahun 2011 sebesar 4,07%, tahun 2012 sebesar 4,92%, tahun 2013 sebesar 2,40%, dan pada tahun 2014 sebesar 2,23%. Hal tersebut menunjukkan masih terjadinya fluktuasi kredit bermasalah yang ada di PT. BPR Nusamba-Tegallalang yang artinya bahwa bank masih membutuhkan perbaikan kualitas kredit.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Data Laba Rugi PT. BPR NusambaTegallalang Tahun 2011 2014 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 2012 bank masih mengalami kerugian, dan pada tahun 2013 bank memperoleh laba sebesar Rp 269.052.000,-. Kemudian pada tahun 2014 bank kembali memperoleh laba sebesar Rp 638.128.000,- namun masih sangat jauh dari target laba semestinya. Rasio laba sebelum pajak pada tahun 2014 sebesar 7,78% dari total pendapatan. Sedangkan menurut aturan yang digunakan oleh BPR untuk mengukur tingkat kesehatan BPR, rasio laba sebelum pajak BPR yang sehat minimal 20% dari total pendapatan. Sedangkan rasio efisiensi biaya operasional merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam satu periode akuntansi yang dinyatakan dalam persentase. Data di atas menunjukkan rasio efisiensi PT. BPR Nusamba-Tegallalang pada tahun 2011 sebesar 111,07%, pada tahun 2012 sebesar 101,92%, tahun 2013 sebesar 96,11% dan tahun 2014 sebesar 92,21%. Sedangkan menurut aturan yang digunakan oleh BPR untuk mengukur tingkat kesehatan BPR, rasio efisiensi BPR yang sehat maksimal adalah 80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio laba sebelum pajak masih sangat kurang dari 20% dari total pendapatan, dan rasio efisiensi atau rasio total biaya juga masih di atas 80%. Secara matematis seharusnya PT. BPR Nusamba-Tegallalang mampu membukukan laba sebelum pajak pada tahun 2014 minimal sebesar 20% dari total pendapatan tahun 2014 atau minimal sebesar Rp 1.639.420.200,-. Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu “Bagaimana Pelaksanaan Pedoman Perkreditan Dalam Proses Pemberian Kredit Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusamba-Tegallalang?”. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Pedoman Perkreditan dalam Proses Pemberian Kredit Sebagai Upaya
Meningkatkan Kualitas Kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat NusambaTegallalang”. Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit, serta memberikan jasa-jasa dalam bentuk lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Kuncoro dan Suhardjono, 2002 : 68). Peraturan tata perbankan di Indonesia sesuai jiwa makna ketetapan MPRS/1966 pada dasarnya bertujuan untuk dapat memobilisasikan dan mengembangkan kekuatan ekonomi potensial guna dikerahkan bagi peningkatan kemakmuran rakyat. Menurut Sumarni-Soeprihanto (1987 : 112-113) dalam buku Pengantar Bisnis edisi kelima yang memuat secara ringkas beberapa tugas pokok bank yaitu: (1) Memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau usaha yang membutuhkannya. Kredit ini bertujuan untuk kegiatan yang produktif dan dapat diberikan dalam bentuk kredit jangka panjang, kredit jangka menengah, serta kredit jangka pendek. (2) Menarik uang dari masyarakat, dalam hal ini masyarakat dapat menyimpan uang yang tidak atau belum dipergunakan dalam bentuk rekening koran, giro, deposito berjangka, tabungan, dan lain-lain. (3) Memberikan jasa-jasa dalam bidang lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Jasa ini dapat berupa pengeluaran cek pengiriman uang, membeli dan menjual wesel, penukaran valuta asing (mata uang asing) dan sebagainya. Menurut Hasibuan (2007 : 87) menyatakan bahwa kredit adalah : “Semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Menurut Sinungan (1992 : 211) kredit yang disalurkan oleh bank memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah: (1) Kredit dapat memajukan arus barang dan jasa. (2) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. (3) Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru. (4) Kredit mengaktifkan dan meningkatkan faedah/kegunaan potensi-potensi ekonomi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
yang ada. (5) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang. (6) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang. (7) Kredit adalah salah satu stabilitas ekonomi. (8) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha dalam masyarakat. (9) Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. (10) Kredit adalah juga sebagai alat hubung ekonomi internasional. Seluruh kredit diberikan baik dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan yaitu kolektibilitas lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Unsur-unsur kredit menurut Hadiwidjaya dan Wirasasmita (1988 : 3) yaitu: kepercayaan, waktu, risiko, dan prestasi.
diberikan dapat mengenai sasaran dan terjaminnya pengembalian kredit tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. Adapun prinsip-prinsip pemberian kredit tersebut antara lain: 1) 5 C “Five C of Credit”, 2) 6 P “Six P of Credit”, 3) 3 R “Three R of Credit”. Analisis kredit merupakan suatu proses penilaian atau evaluasi terhadap data-data atau berkas-berkas permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Adapun maksud dan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah layak atau tidaknya suatu proyek atau usaha dibiayai dengan kredit. Untuk itu digunakan sarana analisis kredit yang mantap dan efisien dalam rangka pengambilan keputusan kredit yang
Tabel 1. Jumlah Karyawan Pada PT. BPR Nusamba-Tegallalang Tahun 2014 Bagian Jumlah Direktur Utama Direktur Bagian Internal Audit Kepala Kantor Pusat Operasional Kepala Cabang Kepala Bidang Kredit dan Pemasaran Kepala Bidang Operasional Sekretaris Perusahaan Bagian Sekretariat Personalia dan Umum Teller/Kasir Customer Service Pembukuan Administrasi Kredit Staf Dana Staf Kredit Office Boy Driver Satpam Jumlah Sumber : PT. BPR Nusamba-Kubutambahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Dalam permohonan kredit dari calon nasabah bank biasanya melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa kredit yang diberikan akan aman, artinya baik kredit maupun bunganya dapat dibayar oleh nasabah sesuai dengan waktu yang disepakati. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam setiap pemberian kredit diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang
1 1 2 1 1 2 1 0 2 8 1 1 3 15 5 2 1 4 51
sehat. Untuk menganalisa usaha debitur dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. METODE Penelitian ini dilakukan pada PT. BPR Nusamba - Tegallalang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pedoman perkreditan dalam proses pemberian kredit yang dilakukan oleh PT. BPR Nusamba-Tegallalang yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
beralamat di Jalan Raya TegallalangGianyar, Kec. Tegallalang, Kab. Gianyar, Bali. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data yang digunakan berbentuk kalimat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data kuantitatif yaitu total kredit, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet, yang merupakan data pendukung untuk dilaksanakannya penelitian ini. (2) Data kualitatif yaitu sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, proses pemberian kredit, serta pelaksanaan program perkreditan. Data yang penulis gunakan untuk membahas masalahmasalah yang ada, diperoleh dari berbagai sumber dan dapat dipertanggungjawabkan, yaitu (1) Data primer yang didapat dari hasil wawancara langsung pada perusahaan diantaranya dengan Direksi, dan karyawan bagian kredit, dan (2) Data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, dan sumber lain yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisa Kualitatif. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan memaparkan pembahasan berdasarkan data informasi yang diperoleh dari hasil penelitian di PT. BPR Nusamba-Tegallalang, yang kemudian dibandingkan dengan yang semestinya dilakukan, ataupun teori yang terkait. Sebagai tolok ukur dalam kriteria pelaksanaan pedoman dalam proses pemberian kredit di PT. BPR NusambaTegallalang dibuat secara persentase dengan mengacu kepada indikator pelaksanaan teknis yang dibuat oleh Nusamba Group salah satunya PT. BPR Nusamba-Tegallalang. Aturan ini merupakan kesepakan bersama diantara sesama BPR, yang tergabung dalam kelompok yang disebut Nusamba Group untuk penilaian pelaksanaan teknis terhadap seluruh SOP yang dimiliki oleh Nusamba Group (Sumber : PT. BPR Nusamba - Tegallalang). Indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan 90% - 100% (baik).
2. Pelaksanaan 80% - 89,9% (cukup baik). 3. Pelaksanaan 70% - 79,9% (kurang baik). 4. Pelaksanaan kurang dari 70% (tidak baik). HASIL DAN PEMBAHASAN PT. BPR Nusamba-Tegallalang didirikan sejalan dengan dikeluarkannya PACTO’88 (Paket Oktober 1988) yang isinya tentang Deregulasi Perbankan, dimana diberikannya kemudahan untuk mendirikan bank, maka pada tahun 1990 didirikanlah serentak di wilayah Jawa dan Bali sebanyak 20 BPR yang terbagi atas 4 wilayah yaitu: (1) Wilayah Bali terdiri dari 4 BPR (Manggis, Mengwi, Tegallalang, dan Kubutambahan), (2) Wilayah Jawa Timur terdiri atas 5 BPR, (3) Wilayah Jawa Barat terdiri atas 5 BPR, (4) Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas 6 BPR. Untuk PT. BPR Nusamba - Tegallalang didirikan dengan akta pendirian No. 117 tanggal 29 September 1989 dihadapan Notaris Ir. Abdul Latief di Jakarta, yang disahkan melalui Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-10268.HT.01.01 TH’89 tanggal 08 November 1989 dan beroperasi sejak tanggal 17 Februari 1990. Perubahan pengurus khususnya Direksi, dimana sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dimana Direksi Perseroan minimal terdiri dari Direktur Utama dan Direktur. Dengan perubahan struktur pengurus terakhir sesuai Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham PT. BPR Nusamba yang dikukuhkan oleh Akta Notaris No. 68 tanggal 28 Maret 2013 yang dibuat dihadapan notaris Ny. Djumini Setyoadi, SH.MKn dan berkedudukan di Jakarta, sehingga susunan pengurus terakhir sebagai berikut: (1) Komisaris Utama: I Ketut Komplit, SH (2) Komisaris: Henricus Herry Hartono, SE.,Ak (3) Direktur Utama: I Made Suwitrayasa,SE (4) Direktur: INyoman Suarjana,SH. Adapun susunan personalia PT. BPR Nusamba-Tegallalang adalah seperti yang disajikan pada tabel 1.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Aktivitas perusahaan sekarang ini sesuai dengan fungsi perusahaan tersebut yaitu sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan sebagai Bank Perkreditan Rakyat antara lain : (1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan. (2) Memberikan kredit bagi pengusaha mikro, kecil dan/atau mengengah. (3) Menjalankan usaha-usaha lain dalam lapangan perbankan pada umumnya, sejauh apa yang diperkenankan oleh pemerintah kepada Bank Perkreditan Rakyat, satu dan lain dalam arti kata yang seluas-luasnya. (4) Perseroan hendak mencapai maksud tersebut, baik atas usaha sendiri maupun bekerjasama dengan perusahaan/perseroan-perseroan lain dengan mengindahkan peraturan – peraturan yang berlaku. Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja serta pencapaian target anggaran, PT. BPR Nusamba-Tegallalang melaksanakan kegiatan pemasaran produk BPR ( Kredit, Tabungan dan Deposito ) diantaranya melalui : (1) Penyebaran brosur kepada para calon nasabah oleh tim marketing. (2) Melalui iklan radio dengan menginformasikan keunggulan produk BPR Nusamba Tegallalang. (3) Pemberian hadiah langsung dalam bentuk souvenir maupun cash back ( uang tunai ) kepada nasabah penabung maupun deposito. (4) Pemasangan papan reklame pada tempat yang strategis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. BPR NusambaTegallalang melalui observasi serta wawancara dengan staf kredit, kepala bidang kredit dan pemasaran, administrasi kredit, serta direksi tentang bagaimana pelaksanaan proses pemberian kredit yang dilakukan selama ini pada PT. BPR Nusamba-Tegallalang, adapun langkahlangkah yang ditempuh dalam proses pemberian kredit antara lain: (1) Customer service menerima pengajuan permohonan kredit dari calon nasabahnya yang diisi sesuai dengan jumlah permohonan, tujuan penggunaan kredit serta jangka waktu yang diinginkan, persyaratan kelengkapan permohonan diantaranya: (a) Fotokopi KTP (suami istri). (b) Fotokopi Kartu Keluarga (c)
Fotokopi jaminan yang akan dipergunakan sebagai agunan kredit. Setelah itu, calon nasabah akan diminta untuk menandatangani persetujuan untuk di cek SID untuk mengetahui pinjaman di bank lain. Dalam pengajuan kreditnya, calon nasabah kredit terkadang tidak datang langsung ke PT. BPR NusambaTegallalang melainkan calon nasabah menghubungi kantor kas atau kantor cabang dan karyawan seperti staf dana yang datang ke rumah-rumah nasabah tabungan untuk memungut tabungan. Pada saat itulah nasabah penabung yang ingin mencari kredit akan meminta tolong kepada staf dana untuk menyiapkan apa-apa saja file yang dibutuhkan untuk pengajuan kredit (berdasarkan hasil wawancara dengan Direksi PT. BPR Nusamba-Tegallalang yaitu Bapak I Made Suwitrayasa, S.E). Tetapi hal itu masih sesuai dengan tata cara pemberian kredit PT. BPR NusambaTegallalang karena dalam pedoman menyatakan bahwa calon nasabah dapat menghubungi karyawan bank dalam mengajukan kredit. Jadi pelaksanaan bagian pengajuan kredit sudah 100% sesuai pedoman. (2) Setelah permohonan dan perlengkapan syarat diterima, maka customer service mencatat permohonan tersebut pada register permohonan masuk. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman perkreditan berdasarkan hasil observasi. (3) Permohonan kredit beserta buku register diteruskan kepada staf TI untuk dilakukan BI checking/sistem informasi debitur (SID) kemudian hasilnya disampaikan kepada kabid. kredit dan pemasaran untuk dibuatkan surat perintah investigasi/survey ke rumah maupun lokasi usaha calon debitur oleh staf kredit yang mewilayahi alamat tempat tinggal pemohon. Adapun terbagi menjadi 5 wilayah yaitu: (a) Wilayah Ubud, Bedulu dan sekitarnya. (b) Wilayah Tegallalang, Payangan dan sekitarnya. (c) Wilayah Batubulan, Sukawati dan sekitarnya. (d) Wilayah kota Gianyar dan sekitarnya. (e) Wilayah kota Bangli dan sekitarnya. Dalam cek SID, terkadang halangan signal internet dapat menunda proses login. Sehingga kebijakan manajemen akan dibuat agar proses
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
pemberian kredit tetap berjalan sehingga jika proses ini terhalang oleh signal internet, maka langkah ini akan diloncati ke tahap selanjutnya yaitu survey lapangan. Namun cek SID tetap dilakukan pada saat signal sudah memungkinkan. Jadi pelaksanaan bagian cek SID ini dianalisis hanya 50% sesuai pedoman mengingat seringnya terjadi gangguan pada signal internet. (Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid. Kredit dan Pemasaran yaitu Ibu Ni Wayan Suratini, S.E). (4) Para staf kredit bersama-sama dengan Kabid. kredit dan pemasaran bertanggungjawab melaksanakan analisa kredit lebih lanjut guna menindaklanjuti permohonan kredit yang diajukan. Sebelum melakukan kunjungan ke lokasi nasabah, terlebih dahulu mempelajari dan melihat serta mengecek kelengkapan berkas permohonan kreditsepertiidentitas pemohon ( KTP, KK ), hasil cek SID, kelengkapan administrasi lainnya, dan beberapa hal yang diperlukan ditanyakan maupun dijadikan bahan kajian pada saat investigasi /survey, sehingga para petugas analisa kredit sudah memiliki gambaran awal tentang calon debitur. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid. Kredit dan Pemasaran yaitu Ibu Ni Wayan Suratini, S.E. (5) Selanjutnya Staf Kredit bersama Kabid. Kredit melakukan penelitian/survey terhadap calon debitur mengenai usaha, sumber pembayaran kredit, dan kelayakan jaminan calon debitur untuk dijadikan bahan kajian dalam memutuskan kredit serta pihak bank mendapatkan kepastian tentang bahwa kredit yang diberikan bermanfaat bagi calon debitur dan kredit terbayar kembali dengan lancar sampai lunas.Namun dalam situasi khusus survey tidak dilakukan pada nasabah yang sudah dikenal baik yang sebelumnya sudah pernah mencari kredit dan dalam pembayarannya lancar dan tidak ada tunggakan. Jadi hal ini sudah 80% sesuai dengan pedoman berdasarkan jumlah nasabah lama yang mencari kredit. (Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Kredit dan Pemasaran yaitu Ibu Ni Wayan Suratini, S.E). (6) Berdasarkan data
yang diperoleh saat survey kemudian dilakukan analisis kredit yaitu proses pengolahan informasi dasar secara cermat guna memastikan kemampuan serta kemauan calon debitur dalam membayar kembali pinjaman yang diterimanya sampai dengan lunas, serta memastikan peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi usaha serta kelancaran pembayaran kredit. Setelah itu akan dibuatkan proposal pengajuan kredit yang akan diserahkan kepada komite kredit. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid. Kredit dan Pemasaran yaituIbu Ni Wayan Suratini, S.E. (7) Setelah mendapat gambaran tentang calon debitur tentang usahanya, sumber pembayaran serta kelayakan jaminan, selanjutnya dilakukan oleh komite kredit bersama pejabat yang berwenang memutuskan kredit sesuai wewenangnya, guna menentukan jumlah kredit yang diberikan, jangka waktu, suku bunga, serta pengikatan jaminannya. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid. Kredit dan Pemasaran yaitu Ibu Ni Wayan Suratini, S.E. (8) Setelah data dipelajari dan diolah maka tahap selanjutnya menghitung kebutuhan modal yang riil.Tujuan perhitungan kebutuhan keuangan nasabah adalah untuk menentukan besarnya kredit yang akan diberikan kepada nasabah. Untuk itu dilaksanakan analisis kebutuhan kredit. Analisis kebutuhan kredit meliputi: (a) Perhitungan dan perincian secara cermat atas penggunaan kredit yang dibutuhkan. (b) Proyeksi arus kas juga harus disampaikan karena pendekatan ini merupakan cara yang cocok, baik dalam menetapkan jadwal pencairan kredit maupun dalam mengukur jangka waktu pemakaian kredit. Adapun prosedur yang dilaksanakan dalam mengevaluasi kebutuhan keuangan adalah sebagai berikut: (a) Menggunakan formulir proyeksi arus kas. (b) Menurunkan jumlah dan kapan terjadinya surplus atau kekurangan kas atas dasar realitas dengan memperhatikan performance nasabah pada tahun-tahun yang lalu. (c) Menyesuaikan dengan perhitungan adanya kelonggaran-
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
kelonggaran yang wajar, untuk menjaga adanya kelambatan dalam pengadaan kas yang timbul sebagai akibat dari kejadiankejadian yang tak terduga. (d) Menentukan jumlah kebutuhan keuangan nasabah dan jumlah kredit. Hal tersebut sudah 100% sesuai pedoman berdasarkan hasil wawancara dengan Direksi, serta Kabid. Kredit dan Pemasaran yaitu Bapak I Made Suwitrayasa, S.E dan Ibu Ni Wayan Suratini, S.E. (9) Selanjutnya yaitu penetapan struktur faslitas kredit. Tujuan penetapan struktur fasilitas kredit adalah untuk penetapan second way out (agunan) yang memadai dan syarat-syarat kredit lainnya untuk menjamin kepentingan bank. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka bank harus melaksanakan suatu proses struktur fasilitas kredit yang meliputi kegiatan sebagai berikut: (a) Evaluasi kebutuhan keuangan baik jumlah dan kapan waktu dibutuhkan. (b) Menetapkan jenis fasilitas kredit. (c) Memilih jaminan untuk memperkuat second way out (agunan). (d) Menetapkan persyaratanpersyaratan dan kondisi-kondisi untuk memperkecil risiko kegagalan. (e) Mengevaluasi agunan. Struktur fasilitas kredit mencakup penetapan: (a) Penetapan jenis fasilitas kredit, jumlah, dan jangka waktu. Jenis, jumlah dan jangka waktu kredit harus ditetapkan seuai dengan kebutuhan pembiayaan debitur. Tiap-tiap jenis fasilitas kredit mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda. Penetapan tingkat risiko terhadap masing-masing fasilitas penting dilaksanakan karena: (1) Merupakan petunjuk untuk menentukan jenis dan syarat-syarat kredit: (a) Memberikan identitas risiko atas setiap fasilitas kredit. (b) Memudahkan dalam membandingkan antara fasilitas kredit yang satu dengan fasilitas yang lainnya. (2) Menentukan petunjuk penetapan jaminan dan pemantauan yang diperlukan: (a) Fasilitas yang lebih berisiko memerlukan jaminan yang lebih kuat. (b) Fasilitas yang lebih berisiko memerlukan pemantapan yang lebih tajam. (3) Merupakan petunjuk untuk pelimpahan wewenang memutuskan perubahan jenis fasilitas dan penggantian jaminan. (a) Fasilitas yang berisiko tinggi
yang belum digunakan dapat diarahkan ke fasilitas lain yang risikonya lebih rendah atau kecil dengan kelompok pemutus yang lebih rendah. (b) Sampai batas-batas tertentu, pergantian jaminan untuk fasilitas yang risikonya kecil, dapat dilakukan dengan kelompok pemutus yang lebih rendah. (c) Selain risiko tersebut di atas, perlu diperhatikan risiko atas jangka waktu kredit yaitu risiko yang berkenaan dengan jangka waktu kredit, makin panjang waktu kredit maka makin tinggi risikonya karena faktor ketidakpastian. (d) Penetapan jenis jaminan/agunan yang diperlukan Perbedaan jenis agunan ditentukan oleh Cash Equivalency Factor (CEF) dari masing-masing jaminan. Agunan ditetapkan atas dasar CEF karena: (1) Menunjukkan nilai agunan realitas. (2) Membedakan jenis-jenis agunan. (3) Meyakinkan terpenuhinya agunan yang cukup terhadap total fasilitas kredit. Namun dalam penetapan jaminan, nilai jaminan tidak menjadi hal yang mutlak. Hal tersebut merupakan kebijakan yang diberikan kepada nasabah-nasabah binaan karena berdasarkan kepercayaan. Jadi hal ini 80% sesuai dengan pedoman mengingat jumlah nasabah binaan saat ini di PT. BPR Nusamba-Tegallalang. (Berdasarkan hasil wawancara dengan Direksi PT. BPR Nusamba-Tegallalang yaituBapak I Made Suwitrayasa, S.E) (10) Tahap selanjutnya yaitu keputusan kredit Jika dari beberapa pertimbangan ternyata ada hal-hal yang tidak terpenuhi, maka kemungkinan permohonan tersebut tidak dapat disetujui dengan keputusan kredit ditolak, maka dibuatkan surat penolakan dan sebaliknya jika memenuhi syarat-syarat maka kredit tersebut diteruskan kepada Kepala Bidang Kredit untuk dipelajari dan mendapat rekomendasi untuk diteruskan kepada Direktur dan Direktur Utama untuk mendapatkan persetujuan, disesuaikan dengan Batas Wewenang Memutuskan Kredit (BWMK) yang ditetapkan sesuai Pedoman Kebijakan Pemberian Kredit. Adapun ketentuan yang berlaku di PT. BPR Nusamba-Tegallalang sesuai dengan pedoman kebijakan pemberian kredit adalah sebagai berikut: (a) Untuk jumlah
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
kredit sampai dengan Rp 2.500.000,keputusan pemberiannya dapat dilakukan kepala bidang kredit sesudah memperhatikan rekomendasi dari komite kredit, namun tetap harus melaporkan kepada kepala kantor pusat operasional apa-apa yang telah diputuskan tersebut. (b) Untuk jumlah kredit sampai dengan Rp 10.000.000,- keputusan pemberiannya dapat dilakukan oleh kepala kantor pusat operasional sesudah memperhatikan rekomendasi dari komite kredit, namun tetap harus melaporkan kepada direktur apa-apa yang telah diputuskan tersebut. (c) Untuk jumlah kredit sampai dengan Rp 15.000.000,- keputusan pemberiannya dapat dilakukan oleh direktur sesudah meperhatikan rekomendasi dari komite kredit, namun tetap harus melaporkan kepada direktur utama apa-apa yang telah diputuskan tersebut. (d) Untuk jumlah kredit sampai dengan Rp 45.000.000,- dapat diputuskan oleh direktur utama BPR sesudah memperhatikan rekomendasi dari komite kredit. (e) Untuk jumlah kredit di atas di atas Rp 45.000.000,- dapat diputuskan direktur utama dan diketahui oleh dewan komisaris BPR sesudah memperhatikan rekomendasi dari komite kredit. (f) Pembiayaan bersama terhadap usaha debitur yang dilakukan oleh BPR dengan bank lain, di lokasi BPR hanya dapat dilakukan apabila telah mendapat persetujuan dari dewan komisaris. (g) Overdraft, hanya dapat diberikan atas persetujuan direktur utama. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil wawancara dengan Direksi, serta Kabid. Kredit dan Pemasaran yaituBapak I Made Suwitrayasa, S.E dan Ibu Ni Wayan Suratini, S.E. (11) Setelah keputusan kredit disetujui ataupun ditolak, maka berkas-berkas kredit diserahkan kembali ke administrasi kredit. Jika ditolak maka dikembalikan kepada pemohon kredit dan bila disetujui maka disiapkan berkasberkas untuk proses pencairan kredit. Hal ini 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil wawancara dengan Administrasi Kredit yaituBapak Kadek Arya. (12) Selanjutnya administrasi membuatkan nota droping, perjanjian kredit, surat
pernyataan, surat kuasa, jadwal pencairan kredit. Kemudian administrasi kredit melakukan koordinasi dengan notaris, untuk jaminan dengan pengikatan SKMHT ataupun APHT. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil wawancara dengan Administrasi Kredit yaituBapak Kadek Arya. (13) Kemudian administrasi kredit menjelaskan isi perjanjian dan akibat-akibat dari perikatan perjanjian, menjelaskan kewajiban tiap bulan, dll. Dalam hal ini, terkadang calon nasabah tidak ingin mendengarkan isi perjanjian, perikatan perjanjian, dan penjelasan-penjelasan tersebut melainkan langsung menanyakan kewajiban bayarnya tiap bulan. Sehingga hal ini hanya 40% sesuai dengan pedoman mengingat banyaknya nasabah yang tidak sabaran saat dibacakan perjanjian kredit. (Berdasarkan hasil wawancara dengan Administrasi Kredit yaitu Bapak Kadek Arya). (14) Setelah itu, nasabah serta anggota komite kredit menandatangani berkas-berkas yang perlu ditandatangani seperti file-file kredit tersebut. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil observasi di PT. BPR Nusamba-Tegallalang. (15) Meneruskan berkas-berkas sehubungan dengan pencairan dana kepada teller/kasir. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil observasi di PT. BPR Nusamba-Tegallalang. (16) Setelah menerima berkas dari administrasi kredit, maka teller mempersiapkan uang untuk diserahkan kepada nasabah dengan membuat rincian pecahan uang dan jumlah pada bagian belakang nota droping dan minta tandatangan kepada nasabah penerima uang jika jumlah uang telah sesuai. Hal ini sudah 100% sesuai dengan pedoman berdasarkan hasil observasi pada PT. BPR Nusamba-Tegallalang. (17) Kemudian nasabah datang ke counter untuk mencairkan/merealisasikan kredit. Selanjutnya teller mencatat transaksitransaksi dengan memvalidasi, untuk diteruskan kepada bagian pembukuan. Hal ini 100% sesuai dengan pedoman karena nasabah diharuskan untuk datang sendiri saat mencairkan dana. (Berdasarkan hasil
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
wawancara dengan Direksi PT. BPR Nusamba-Tegallalang yaitu Bapak I Made Suwitrayasa, S.E). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. BPR NusambaTegallalang melalui wawancara dengan staf kredit, kepala bidang kredit dan pemasaran, administrasi kredit, serta direksi tentang bagaimana pelaksanaan proses pemberian kredit yang dilakukan selama ini telah sesuai dengan pedoman yang ada, serta dengan membandingkan antara pelaksanaannya dengan pedoman kebijakan pemberian kredit yang ada serta dari hasil observasi terhadap file-file kredit yang telah dicairkan diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan proses pemberian kredit pada PT. BPR Nusamba Tegallalang sudah mengacu kepada pedoman kebijakan dan prosedur pemberian kredit PT. BPR NusambaTegallalang. Penelitian ini dilakukan dengan melihat sampel berupa file kredit dengan jumlah sampel sebanyak 30 file, dengan tiap bulan terwakili oleh 5 file. Dari 5 file yang disampel tiap bulan terdiri atas 3 file kredit Rp.50.000.000,- kebawah (kredit kecil), 2 file kredit di atas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 100.000.000,(kredit menengah) dan 1 file kredit di atas Rp. 100.000.000,- (kredit besar) menurut ukuran PT. BPR Nusamba-Tegallalang. Dari hasil penelitian terhadap dokumendokumen tersebut ditemukan antara lain: (1) Jangka waktu kredit untuk kredit reguler/musiman maksimal 12 bulan dan jangka waktu kredit dengan angsuran pokok / installment maksimal 60 bulan (5 tahun), namun khusus kredit property ( pembelian rumah dan tanah siap bangun ) diberikan dengan jangka waktu sampai dengan 96 bulan (8 tahun). (2) Jaminan yang diterima sebagai agunan kredit berupa BPKB (kendaraan roda 2 maupun roda 4), Sertifikat Hak Milik, dan Bilyet Deposito PT. BPR Nusamba Tegallalang. (3) Pengikatan jaminan dilakukan secara intern/dibawah tangan untuk kredit kurang dari Rp. 25.000.000,- dan FEO notariil untuk jaminan BPKB dengan kredit Rp. 25.000.000,- ke atas (belum didaftarkan di
lembaga fiducia), pengikatan notariil berupa SKMHT (jaminan SHM) dengan kredit Rp. 25.000.000,- s/d < Rp. 50.000.000,- dan APHT untuk kredit Rp. 50.000.000,- ke atas. (4) Tanda tangan pada memorandum kredit / komite persetujuan kredit sudah sesuai dengan pedoman kebijakan pemberian kredit yang ada yaitu : kredit sampai Rp. 2.500.000,- diputus oleh Kabid kredit dan pemasaran, kredit sampai Rp. 10.000.000,- diputus oleh Kacab/KKPO, kredit sampai Rp. 15.000.000,- diputus oleh Direktur, kredit sampai Rp. 45.000.000,diputus oleh Direktur utama, sedangan kredit di atas Rp. 45.000.000,- diputus oleh Direktur Utama dan diketahui oleh Dewan Komisaris, serta keputusan kredit semuanya telah dilakukan atas rekomendasi team komite kredit. Sebagai bukti pendukung lainnya bahwa PT. BPR Nusamba-Tegallalang telah melaksanakan pedoman perkreditannya dengan baik dalam proses pemberian kreditnya, dapat dilihat dari kualitas kredit berdasarkan laporan portofolio kredit. Berdasarkan portofolio kredit posisi bulan Desember 2014 dengan Non Performing Loan (NPL) atau tingkat kredit bermasalah sebesar 2,23% dari total kredit per Desember 2014 dengan katagori kualitas kredit masih sehat, data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2. Melihat dari data di tabel 3, terdapat 29 orang debitur dengan kredit bermasalah yang terdiri dari 6 orang nasabah tergolong kurang lancar, 15 orang nasabah tergolong diragukan, dan 8 orang nasabah tergolong macet. Dari sejumlah kredit bermasalah tersebut di atas lebih didominasi oleh kredit dengan pinjaman Rp. 50.000.000,- ke bawah yaitu sebanyak 18 orang debitur atau sebesar 62,06% adapun yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah tersebut di atas lebih banyak faktor yang tidak dapat diduga seperti penurunan kemampuan bayar karena adanya peningkatan biaya hidup/kebutuhan rumah tangga, penurunan omset usaha karena adanya pesaing usaha sejenis, debitur mengalami musibah karena sakit dimana nasabah kecil paling terdampak oleh
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Tabel 2. Laporan Portofolio Kredit posisi bulan Desember 2014 pada PT. BPR Nusamba-Tegallalang No Keterangan Jumlah Nasabah Jumlah (Rp.000) 1 Kolektibilitas 1 (Lancar) 1.048 30.393.453 2 Kolektibilitas 2 (Kurang lancar) 6 25.630 3 Kolektibilitas 3 (Diragukan) 15 501.723 4 Kolektibilitas 4 (Macet) 8 165.252 1.087 31.086.058 Jumlah Sumber : PT. BPR Nusamba-Kubutambahan peningkatan biaya hidup. Dan umumnya kredit tersebut masih terselamatkan mengingat masih jaminan yang mendukung pembayaran kredit minimal lunas pinjaman.
pada dapat ada untuk pokok
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa proses pemberian kredit yang dilakukan oleh PT. BPR Nusamba-Tegallalang sudah baik yaitu 91,17% berdasarkan pedoman yang ada, namun masih ada beberapa pertimbangan karena kebijakan internal perusahaan, kemudian dalam melakukan analisa kredit terhadap permohonan calon debitur, petugas analis kredit PT. BPR Nusamba-Tegallalang belum sepenuhnya melakukan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan perubahan perekonomian calon debitur dan persaingan bisnis sehingga masih menjadi salah satu penyebab terjadinya kredit bermasalah yaitu sebesar 2,23%, dan produktivitas perusahaan masih kurang baik yang tercermin dari laba yang diperoleh PT. BPR Nusamba-Tegallalang masih dibawah anggaran yang ditetapkan oleh perusahaan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan tersebut tersebut di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut yaitu Direksi PT. BPR NusambaTegallalang sebagai pengendali perusahaan agar melakukan evaluasi dan
perbaikan terhadap pelaksanaan proses pemberian kredit sehingga kedepannya kredit bermasalah dapat dikurangi /diminimalisir, manajemen bank agar selalu meningkatkan kompetensi SDM yang ada sehingga kemampuan, produktivitas dan kualitas hasil kerja semakin meningkat agar perusahaan menjadi lebih efisien, manajemen bank agar melakukan analisis terhadap rasio kecukupan SDM agar produktivitas perusahaan meningkat, diantaranya : meningkatkan omset perusahaan sebagai upaya mengimbangi biaya tenaga kerja yang ada (51 orang), dan manajemen agar membuat langkah/terobosan dan kebijakan strategis untuk meningkatkan jumlah kredit yang diberikan sebagai sumber pendapatan PT. BPR Nusamba-Tegallalang sehingga kemampulabaan semakin meningkat. DAFTAR PUSTAKA Hadiwijaya dan Wirasasmita, Rivai.Beberapa Segi Mengenai Perkreditan. Bandung: Pionir Jaya. Hasibuan. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kuncoro, Mudrajat dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan. Yogyakarta: BPFE. Pratiwi.
2012. Analisis Kebijakan Pemberian Kredit Terhadap Non Performing Loan. Skripsi. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makassar.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)
Sinungan, Muchdarsyah. 1992. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Rineka Cipta. Sumarni, Murti dan Soeprihanto. 1987. Pengantar Bisnis, Edisi Kelima. Yogyakarta: Liberty.