31
IV.
4.1
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kalimantan Tengah bagian selatan dengan
rincian lokasi: a. Lokasi habitat tangkap labi-labi di kelompok anak Sungai Kahayan Kota Palangkaraya, kelompok anak Sungai Katingan Kabupaten Katingan, kelompok anak Sungai Mentaya di Kabupaten Kotawaringin Timur dan kelompok anak Sungai Seruyan Kabupaten Seruyan. b. Lokasi pengukuran populasi panenan labi-labi di pemancing dan pengumpul (kota Palangkaraya dan kota Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan) Penelitian dilakukan selama 2 bulan (April s.d Mei 2012). 4.2
Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain Global Positioning System
(GPS) Garmin 76 CSx, termo-hygrometer, sechi disk, bola pingpong,
pH
indikator, kamera digital, pita ukur (1,5 m dan 50 m), kalkulator Casio fx-991ES, timbangan digital, kalang dan pancing beserta umpan. Perangkat lunak komputer yang digunakan meliputi ArcGIS versi 9.3, ERDAS Image versi 9.1 dan SPSS 16. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis, thallysheet, data koordinat lokasi labi-labi panenan 66 titik dan lokasi labi-labi yang tidak tertangkap (absence) 84 titik, peta digital Provinsi Kalimantan Tengah, peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)/peta kontur, citra Landsat_5 LT5118061201004, citra Landsat_5 LT5118062200911, citra Landsat_5 LT5119061200019 dan citra Landsat_5 LT5119062201001.
32
4.3
Metode Pengumpulan Data
4.3.1 Studi Literatur Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi umum lokasi penelitian, bioekologi labi-labi, penyebaran dan kondisi populasi panenan labi-labi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi), laporan kegiatan, dan laporan tahunan BKSDA Kalteng. 4.3.2 Pengamatan Langsung Pengumpulan data melalui pengamatan lapang secara langsung dilakukan untuk memperoleh data dan informasi sebagai berikut: (a) ground check posisi GPS lokasi penangkapan labi-labi, (b) observasi karaktreristik habitat tangkap, (c) pengukuran parameter demografi labi-labi panenan di pemancing dan pengumpul dan (d) pengukuran morfometri labi-labi panenan. 4.3.2.1 Sebaran Habitat Tangkap Langkah memperoleh data lokasi sebaran habitat tangkap labi-labi dilakukan secara bertahap. Penelusuran dimulai dari pengumpul besar di setiap lokasi penelitian dan menelusuri asal labi-labi yang diperoleh sampai tingkat paling dasar yaitu pemancing/penangkap labi-labi. Informasi didapatkan antara lain dari pihak BKSDA Kalimantan Tengah, pengumpul dan pemancing. Berdasarkan wawancara tersebut, maka lokasi penangkapan labi-labi di ground check kemudian dipetakan menggunakan ArcGIS. 4.3.2.2 Karakteristik Habitat Tangkap Pengambilan data untuk karakteristik habitat tangkap labi-labi di Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara mengukur peubah biofisik di 150 titik pancing yang terdiri dari 66 titik ditemukannya labi-labi dan 84 titik tidak ditemukannya labi-labi. Pemilihan titik pancing sepenuhnya diserahkan kepada penangkap labi-labi yang berdasarkan pengalamannya selama menjadi penangkap
33
labi-labi dianggap telah memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi lokasi dimana terdapat labi-labi. Tipe habitat yang diamati terdiri dari sungai dan danau yang terdapat di Kota Palangkaraya (Danau Pehun, Danau Sangomang, Danau Tahai, Danau Tintu, Sungai Rungan, Sungai Sangomang, Sungai Tahai dan Sungai Bangamat), Kabupaten Katingan (Danau Liliput dan Sungai Baner), Kabupaten Kotawaringin Timur (Sungai Parebok dan Sungai Ijum) dan Kabupaten Seruyan (Danau Burung, Danau Kapar, Kanal Transmigrasi, Sungai Seruyan dan Sungai Tabuk) Sembilan peubah biofisik yang diduga mempengaruhi keberadaan labi-labi di lokasi pengamatan diukur. Data peubah biofisik ini terdiri dari dua jenis data, yaitu berupa data kuantitatif (ketinggian tempat, suhu udara, suhu air, kelembaban, kedalaman air, derajat keasaman (pH) air, kecepatan arus air, dan kecerahan air,) serta data kualitatif (jenis substrat dasar). Peubah biofisik yang diukur adalah sebagai berikut : a.
Ketinggian tempat, diukur dengan menggunakan GPS Garmin 76 CSx, kemudian dilakukan pengecekan dengan cara melakukan overlaying titiktitik koordinat tersebut pada peta kontur Kalimantan Tengah.
b.
Iklim mikro, suhu udara, suhu air harian dan kelembaban udara relatif diukur menggunakan termometer air dan termo-hygrometer. Pengukuran dilakukan antara pukul 07.00 s/d 11.00 wib ketika mata pancing/banjur diperiksa.
c.
Kedalaman air, diukur dengan menancapkan tonggak yang lurus ke dasar perairan. Batas kedalaman air yang terlihat pada potongan kayu tersebut diukur menggunakan meteran dengan ketelitian 0,1 m.
d.
Derajat keasaman (pH) air, pengukuran derajat keasaman (pH) air di lokasi habitat labi-labi dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter skala 114. Perubahan warna pada indikator kertas pH meter dibandingkan dengan standar indikator nilai derajat keasaman.
e.
Kecepatan arus, diukur dengan cara terlebih dahulu ditetapkan jarak sepanjang 10 meter pada badan sungai, kemudian bola pingpong dilepaskan pada bagian hulu sungai dan waktu tempuhnya diukur hingga mencapai 10 meter tersebut, maka diperoleh parameter kecepatan arus dengan membagi jarak tempuh dengan waktu.
34
f.
Kecerahan, diukur menggunakan sechi disk. Alat ini dibuat dari keramik berwarna hitam dan putih secara menyilang diberi tali berskala. Sechi disk dimasukkan ke dalam air dan dicatat panjang tali ketika pertama kali sechi disk hilang dari pandangan. Berikutnya sechi disk ditarik kembali ke arah permukaan air dan dicatat panjang tali ketika sechi disk pertama kali dapat dilihat oleh mata. Penjumlahan kedua ukuran panjang tali tersebut kemudian dibagi dua untuk mendapatkan ukuran yang disebut sechi depth.
g.
Tipe substrat dasar sungai, dilakukan identifikasi jenis substrat pada dasar perairan dengan mengambil sedikit material di dasar sungai selanjutnya diamati jenisnya apakah dasar perairan berlumpur, berpasir atau bebatuan.
4.3.2.3 Parameter Demografi Populasi Panenan Data parameter demografi diperoleh dari 11 pemancing di lokasi tangkap Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya dan 3 pengumpul di Kota Palangkaraya (1 pengumpul), dan Kabupaten Seruyan (2 pengumpul). Parameter demografi populasi panenan labi-labi yang diduga adalah: (a) ukuran populasi, (b) struktur umur, (c) nisbah kelamin dan (d) mortalitas. Ukuran Populasi Ukuran populasi merupakan jumlah seluruh labi-labi yang ada di pemancing maupun pengumpul pada saat dilakukan pengambilan data. Seluruh hasil tangkapan dari setiap pemancing dicatat sebagai populasi panenan. Angka kehilangan yang mungkin terjadi pada setiap level alur perdagangan dicatat jumlah dan penyebabnya, sehingga pada akhirnya akan diketahui proporsi populasi panenan yang sampai ke pengumpul besar. Struktur Umur Penentuan struktur umur didasarkan pada Panjang Lengkung Karapas (PLK), hal ini mengacu pada Alviola et al.(2003) bahwa panjang karapas pada kura-kura
(penyu)
merupakan
indikator
yang
baik
bagi
pertumbuhan
dibandingkan dengan lebar karapas. Pembagian kelas umur mengacu pada Kusrini et al. (2007), dimana kelas umur Labi-labi dibagi kedalam 4 (empat) kelas umur sebagai berikut :
35
Tabel 6 Struktur umur labi-labi berdasarkan hasil pengukuran PLK Kelas Umur I II III IV
PLK (cm) ≤ 5,9 6,0 – 19,9 20 – 24,9 ≥ 25
Struktur Umur Tukik Remaja Dewasa Muda Dewasa
Nisbah kelamin Nisbah kelamin dihitung dengan membandingkan jumlah jantan dan betina pada populasi panenan di tingkat penangkap dan pengumpul. Jenis kelamin labilabi ditentukan dengan membandingkan panjang dan bentuk ekor. Perbedaan bentuk ekor berlaku pada semua jenis labi-labi. Perbedaan jenis kelamin tersebut terlihat jelas pada ukuran panjang lengkung karapas lebih dari 25 cm, sehingga yang berukuran kurang dari 25 cm dikelompokkan sebagai labi-labi muda (Oktaviani et al. 2008). Betina umumnya memiliki ekor yang pendek dan gempal, sementara jantan memiliki ekor yang lebih panjang dan ramping dengan lubang anus didekat ujungnya. Plastron pada jantan berwarna putih, sedangkan pada betina berwarna abu-abu (Ernest & Barbour 1989). Angka Kematian Angka kematian/mortalitas pada lokasi yang dipanen dihitung dengan pendekatan monitoring jumlah labi-labi hasil tangkapan penangkap dan pengumpul yang mati. Angka kematian yang terjadi pada setiap level jalur perdagangan dicatat jumlah dan penyebabnya. Morfometri Labi-labi Panenan Karakteristik morfometri yang diukur meliputi panjang lengkung karapas (PLK) dan bobot tubuh. Labi-labi di pemancing dan pengumpul ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran parameter morfometri dilakukan dengan metode curveline, yaitu mengukur mengikuti lengkung bagian tubuh yang diukur (Kusrini et al. 2007). Pengukuran PLK menggunakan pita ukur dengan ketepatan 0,1 cm. PLK diukur mulai anterior sampai dengan posterior bagian tengah karapas.
36
4.4
Pengolahan dan Analisis Data
4.4.1 Pemetaan Sebaran Habitat Tangkap Labi-labi Posisi GPS lokasi habitat tangkap labi-labi di upload ke dalam file database (*.dbf) di dalam program ArcGIS versi 9.3 dan ERDAS Image versi 9.1. Selanjutnya data ini di overlay dengan layer penutupan lahan hasil interpretasi citra yang telah di clip dengan peta sungai dan peta administrasi kecamatan sehingga menjadi peta sebaran habitat tangkap labi-labi menurut tutupan lahan. Perkiraan luas habitat dihitung menggunakan software GIS dengan mengukur panjang perairan yang diperkirakan menjadi habitat kunci di Kalimantan Tengah yang menjadi areal survey. 4.4.2 Analisis Peubah Determinan Keberadaan Labi-labi Panenan Penentuan peubah determinan yang paling berpengaruh terhadap labi-labi panenan pada suatu tempat tertentu dianalisis dengan menggunakan pendekatan regresi logistik biner yang diolah dengan software SPSS 16. Dalam hal ini dianalisis hubungan antara peubah tidak bebas (Z) dengan peubah bebas (X). peubah tidak bebas (Z) adalah labi-labi tertangkap pada suatu tempat, sedangkan peubah bebas (X) adalah peubah-peubah yang berasal dari peubah biofisik habitat yang diduga mempengaruhi tangkapan labi-labi pada tempat tersebut. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Z
= b0 + b1x1 + b2x2 + ……+ b6x6 + ε
Keterangan : Z = labi-labi tertangkap di suatu tempat P = peluang labi-labi tertangkap di suatu tempat b0 = nilai intersep b1 = nilai koefisien regresi ke-1 x1 = kecepatan arus (m/dtk) x2 = suhu air (0C)
37
x3 = suhu udara (0C) x4 = pH air x5 = kecerahan (m) x6 = ketinggian tempat/elevasi x7 = kelembaban udara (%) x8 = kedalaman perairan (m) Hipotesis yang dibangun adalah : Ho
: b1 = b2 = …….. = b8 = 0 (semua variabel bebas x tidak ada yang mempengaruhi variabel tidak bebas Z)
Ho
: b1 ≠ b2 ≠ …….. ≠ b8 ≠ 0 (paling sedikit ada satu variabel bebas x yang mempengaruhi variabel tidak bebas Z) Tujuan analisis untuk mendapatkan model terbaik yang ditunjukkan oleh
sebaran titik-titik keberadaan labi-labi yang tepat dan tidak jauh dari garis regresi sehingga menghasilkan data yang normal dan bebas multikolinearitas. Titik pancing yang dipasang dan diukur sebanyak 150 titik yang terdiri dari 66 titik labi-labi tertangkap (presence) dan 84 titik labi-labi tidak tertangkap (absence). Santoso (2012) menyatakan bahwa data berdistribusi normal jika kurva distribusi data mengikuti bentuk lonceng. Dalam penelitian ini kurva distribusi data mengikuti bentuk lonceng tidak menjulur ke kanan atau ke kiri dan titik-titik menyebar mengikuti garis diagonal sehingga bisa dikatakan data yang dihasilkan memiliki sebaran normal. Selain berdistribusi normal, model regresi yang baik adalah model dengan semua variabel bebasnya tidak berhubungan erat satu dengan yang lain (Santoso 2012). Koefisien korelasi antar variabel bebas haruslah lemah (di bawah 0,5). Cara untuk mengatasi adanya multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel bebas. 4.4.3 Analisis Penutupan Lahan Tahapan analisis citra untuk mengklasifikasi penutupan lahan pada lokasi ditemukannya labi-labi adalah sebagai berikut : 1) 60 titik labi-labi tertangkap (presence points) di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya di upload ke dalam file database (*.dbf) di dalam program ArcGIS versi 9.3
38
2) Pemotongan citra (Subset Image). Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang menjadi obyek studi. Dibuat buffering point dengan jarak 1 km2 di presence point labi-labi. 3) Pengklasifikasian citra (Image classification). Pembagian kelas klasifikasi penutupan lahan terdiri dari: rawa, sungai, semak belukar, pemukiman, kebun campuran dan lahan terbuka. Tahapan klasifikasi dilakukan dengan metode screening digitiser yakni dengan mendeliniasi pola-pola penggunaan lahan yang ada secara visual pada layar monitor menggunakan ArcGIS versi 9.3. Tahapan pengolahan citra dapat di lihat pada Gambar 2. Citra Landsat
60 titik labi‐labi tertangkap (presence points)
Pemotongan citra dengan 2 buffering point 1 km
Klasifikasi citra dengan screen digitizing
Citra hasil klasifikasi Cek lapangan Peta tutupan lahan
Gambar 2 Tahapan pengolahan citra. Pembuatan peta sebaran penggunaan habitat oleh labi-labi berdasarkan tipe tutupan lahan dilakukan di Laboratorium Analisis Spasial dan Lingkungan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
39
4.4.4 Analisis Seleksi Habitat Seleksi habitat oleh labi-labi diukur menggunakan fungsi-fungsi seleksi sumberdaya, dalam penelitian ini menurut tipe tutupan lahan. Pengujian signifikansi menggunakan uji Chi-square (χ2) . Hipotesis null (Ho) yang diuji adalah labi-labi tidak melakukan seleksi dalam menempati suatu habitat. Kaidah keputusannya adalah menolak Ho jika nilai χ2hitung > χ2tabel pada taraf uji α=5% (P=0.05). nilai χ2hitung dihitung dengan formula sebagai berikut (Ludwig & Reynolds 1988 dalam Rahmat 2012). χ2hitung = ∑ (observed – expected)2 expected
………………….. (Formula 1)
4.4.5 Analisis Parameter Demografi Populasi Panenan a.
Ukuran Populasi Ukuran populasi panenan labi-labi di pemancing dan pengumpul
ditampilkan sebagai jumlah labi-labi hasil penghitungan di setiap lokasi pmancing dan pengumpul. Perhitungan estimasi kelimpahan relatif panenan menggunakan rumus : Kelimpahan relatif = jumlah individu yang tertangkap (ekor) panjang unit area penangkapan (km) b.
Struktur Umur Hasil pengukuran PLK terhadap 445 labi-labi di pemancing dan pengumpul
kemudian dikelompokkan berdasarkan kisaran PLK yang menunjukkan kelas umur tertentu (Kusrini et al. 2007). Populasi panenan yang telah dikelompokkan ke dalam kelas-kelas umur berdasarkan ukuran PLK dapat memberikan gambaran mengenai kelas umur yang mendominasi populasi.
40
c.
Nisbah Kelamin Nisbah kelamin pada populasi panenan dirumuskan sebagai perbandingan
antara individu jantan dengan individu betina dalam suatu populasi, dan secara matematika dituliskan : Nisbah Kelamin = Keterangan:
d.
∑ yi ∑ xi
yi
= jumlah labi-labi jantan dalam populasi
Xi
= jumlah labi-labi betina dalam populasi
Angka Kematian Angka kematian/mortalitas pada lokasi yang dipanen dihitung dengan
pendekatan monitoring jumlah labi-labi panenan yang sampai ke tingkat pedagang besar. Angka kehilangan yang terjadi pada setiap level jalur perdagangan dicatat jumlah dan penyebabnya, sehingga pada akhirnya akan diketahui persentase populasi panenan yang sampai ke pedagang besar. Angka persentase ini dapat kemudian dijadikan suatu pendugaan terhadap ukuran populasi di alam ketika yang diketahui hanya ukuran populasi yang ada di tingkat pedagang besar. e.
Morfometri Data morfometrik yang diperoleh ditelaah dengan statistik deskriptif yang
meliputi kisaran panenan, rerata (X), dan simpangan baku (STD) dengan menggunakan software SPSS 16.