PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANGTAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Sri Sudaryati 11408071 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh: Sri Sudaryati 11408071
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jln. Tentara Pelajar 02, Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga ac.id.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama : Sri Sudaryati NIM : 11408071 Jurusan : Tarbiyah Progdi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan Salatiga,
Juli 2010
Pembimbing
ARI SETIAWAN, M.M. NIP.197510042003121002 .
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jln. Tentara Pelajar 02, Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga ac.id.
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudari Sri Sudaryati dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408071 yang berjudul : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 telah dimunaqosahkan sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010 M dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam (S.Pd.I). Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H. 28 Agustus 2010 PANITIA UJIAN Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 195808271983031002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 196701121992031005
Penguji I
Penguji II
Benny Ridwan, M.Hum NIP. 197305201999031006
Dr. H. M. Zulfa, M.Ag NIP. 195204301977031001 Pembimbing
Ari Setiawan, M.M NIP. 1975100420033121002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Sri Sudaryati
NIM
: 11408071
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Merupakan karya ilmiah yang saya buat sendiri dan menurut pengamatan serta keyakinan saya. Skripsi ini tidak mengandung bagian skripsi atau karya ilmiah yang pernah diterbitkan atau ditulis oleh orang lain, kecuali kutipan referensi yang dimuat di dalam skripsi ini. Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, saya sanggup menerima sanksi akademik dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. . Salatiga,
Maret 2010
Yang menyatakan Penulis
MOTTO
JANGAN PERNAH BERFIKIR TENTANG HIDUP KARENA KITA TELAH HIDUP, MAKA NIKMATILAH HIDUP DAN JADIKAN HIDUP LEBIH BERMAKNA.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada: Ayah ibuku, kakak-kakakku tercinta yang telah mendukungku baik secara materiil maupun spiritual, serta teman-temanku dan sahabatsahabatku yang telah membantu dan mendampingiku dalam penyelesaian skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga
penulisan
PEMBELAJARAN
skripsi ARIAS
dengan
judul
(ASSURANCE,
"
PENERAPAN
RELEVANCE,
MODEL
INTEREST,
ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN TEGALREJO MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010" ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SI Sarjana Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ketua STAIN Salatiga Bapak Imam Sutomo. 2. Dosen Pembimbing Bapak Ari Setiawan atas waktu, tenaga ilmu dan arahan serta bimbingan yang telah diberikan kepada peneliti dengan kesabaran dan keikhlasan. 3. Segenap Dosen STAIN Salatiga atas ilmu yang telah diberikan. 4. Kepada MAN Tegalrejo, Magelang Bapak Ali Masyhar dan seluruh keluarga besar MAN Tegalrejo Magelang. 5. Teman-teman satu bimbingan skripsi. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Salatiga, Juli 2010 Penulis
ABSTRAK SRI SUDARYATI, Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, assessment, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Fiqih Bagi Siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing Ari Setiawan, M.M. Kata kunci : Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bentuk pembelajaran secara umum saat ini yang masih konvensional dan secara khusus pembelajaran Fiqih di kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang sehingga pembelajaran yang selama ini terasa monoton dan berakibat pada motivasi dan prestasi belajar Fiqih siswa kelas X-1 yang dirasakan kurang serta perlu adanya upaya untuk meningkatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan meningkatkan motivasi serta prestasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 Masdrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penerapan model pembelajaran ARIAS pada proses pembelajaran Fiqih. Penelitian inii merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang yang berjumlah 30 siswa. Rencana tindakan pada penelitian ini meliputi dua siklus. Siklus I dengan materi permasalahan dalam dhaman dan siklus II dengan materi kafalah. Instrumen yang digunakan selama pengambilan data adalah lembar observasi, panduan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data kemudian mengorganisasikan data yang muncul agar bisa disajikan dan ditarik kesimpulan. Mengenai keberhasilan produk, dapat diketahui dengan menggunakan prosentase keberhasilan. Sedangkan untuk memeriksa keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan: (1) penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang dilaksanakan dalam dua siklus. Sebelum melakukan tindakan, dilakukan observasi awal untuk mengetahui kondisi pembelajaran dan motivasi belajar. Setiap pelaksanaan siklus akan diiringi oleh 4 (empat) tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dari dua siklus tersebut kemudian diolah dan dimaknai sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa model pembelajaran ARIAS ini berjalan dengan lancar dan membawa dampak positif bagi motivasi belajar dan prestasi belajar Fiqih siswa. (2) Peningkatan motivasi belajar Fiqih siswa melalui model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang ini ditandai dengan meningkatnya motivasi siswa yang sebelumnya siswa pasif dalam pembelajaran menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran seperti aktif dalam bertanya, memberi pendapat, semangat
dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, mencatat pelajaran/penjelasan guru. Hal ini juga dibuktikan dari hasil rata-rata observasi motivasi siswa antara siklus I dan II, kemudian didukung dengan hasil wawancara dengan guru dan siswa. (3) Sedangkan untuk prestasi Fiqih siswa cukup tinggi hal ini dibuktikan dari rata-rata hasil pre-test sebesar 6,78 dan nilai post-test sebesar 7,52. Ini berarti ada peningkatan sebesar 0,73. Pada siklus II, hasil prestasi belajar semakin mengalami peningkatan, yaitu pretest sebesar 7,52 dan nilai post-test sebesar 9,12. Pada siklus II ini prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar 1,60. artinya metode ARIAS sangat cocok untuk pembelajaran fiqih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHANA ...........................................
v
KATA PENGANTAR.......................................................................................
vi
ABSTRAK......................................................................................................... vii DAFTAR ISI.....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah.........................................................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................
4
D. Hipotesis Tindakan.......................................................................
5
E. Metode Penelitian.........................................................................
6
1. Jenis Penelitian ......................................................................
6
2. Pendekatan Penelitian.............................................................
7
3. Subyek Penelitian...................................................................
8
4. Prosedur Penelitian ................................................................
8
5. Rencana Penelitian..................................................................
10
6. Instrumen Penelitian...............................................................
13
7. Metode Pengumpulan Data.....................................................
13
8. Metode Analisis Data.............................................................
15
F. Sistematika Penulisan................................................................... 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 20 1. Model pembelajaran ARIAS........................................................
20
2. Motivasi Belajar...........................................................................
27
3. Prestasi Belajar.............................................................................
33
4. Fiqih.............................................................................................. 38 BAB III GAMBARAN UMUM MAN TEGALREJO MAGELANG.............
40
A. Letak dan Keadaan Geografis....................................................... 40 B. Sejarah Berdirinya Madrasah....................................................... 40 C. Dasar dan Tujuan Pendidikan....................................................... 43 D. Struktur Organisasi....................................................................... 45 E. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan........................................... 46 F. Keadaan Sarana Prasarana............................................................ 50 G. Pra Siklus......................................................................................
52
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.....................................................................................
55
A. Pelaksanaan Siklus I..................................................................... 55 B. Pelaksanaan Siklus II.................................................................... 69 C. Perbandingan Antar Siklus I dan Siklus II................................... 86
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 102 A. Simpulan...................................................................................... 102 B. Saran............................................................................................ 104 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 105 LAMPIRAN...................................................................................................... 106
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Guru MAN Tegalrejo Magelang......................................... 47 Tabel 3.2. Daftar Siswa MAN Tegalrejo Magelang........................................ 49 Tabel 3.3 Daftar Pegawai MAN Tegalrejo Magelang..................................... 50 Tabel 3.4. Daftar Sarana Prasarana MAN Tegalrejo Magelang...................... 51 Tabel 3.5. Skor Motivasi Siswa Pada Seluruh Aspek Pra Siklus.................... 52 Tabel 3.6. Nilai Pelajaran Fiqih Pada Pra Siklus............................................. 53 Tabel 4.1 Skor Motivasi Siswa Pada Seluruh Aspek Siklus I......................... 59 Tabel 4.2 Skor Motivasi Siswa Pada Masing-masing Aspek Siklus II........... 60 Tabel 4.3 Nilai Pelajaran Fiqih Pada Siklus I................................................... 61 Tabel 4.4 Skor Rata-rata Pre-test dan Post-test Motivasi Siswa Dengan Model ARIAS Siklus I................................................................................... 63 Tabel 4.5 Skor Rata-rata Motivasi Siswa Pre-test dan Post-test Siklus I........ 67 Tabel 4.6 Skor Motivasi Siswa Pada Seluruh Aspek Siklus II......................... 77 Tabel 4.7 Skor Motivasi Siswa Pada Masing-masing Aspek Siklus II............ 78 Tabel 4.8 Nilai Pelajaran Fiqih Pada Siklus II................................................ 78 Tabel 4.9 Skor Rata-rata Pre-test dan Post-test Motivasi Siswa Dengan Model ARIAS Siklus II.................................................................................. 81 Tabel 4.10 Skor Rata-rata Motivasi Siswa Pre-test dan Post-test Siklus II...... 84 Tabel 4.11 Peningkatan Nilai Pre-test dan Post-test Siklus I dan II
88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas..................................................
9
Gambar 3.2. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo Magelang........................... 45
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkunganya yang terdiri atas siswa, guru, materi pelajaran sumber belajar, fasilitas dan lain sebagainya. Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku baik pada ketrampilan tingkat pengetahuan, atau sikapnya. Perkembangan keagamaan mengikuti karakteristik tertentu yang khas. Pada usia yang berbeda akan dicirikan dengan karakteristik perkembangan agama yang berbeda pula, secara kasar dalam realitas kehidupan beragama anak ada yang sudah menjalankan ajaran agama dengan baik, artinya sudah melaksanakan ajaran agama secara rutin, ada yang setengah-setengah, ada pula yang kurang atau minim. Hal ini tergantung dari hasil pendidikan baik dari keluarga, lingkungan, maupun pendidikan prenatal, (Sriyanti; 2003: 93). Titik sentral setiap peristiwa pembelajaran terletak pada suksesnya siswa mengorganisasikan pengalamanya, mengembangkan kemampuan berfikir, bukan pada kebenaran siswa dalam replikasi atas apa yang dikerjakan oleh guru. Bidang studi Fiqih adalah salah satu bagian mata pelajaran Fiqih yang dapat mengembangkan ritual dan sosial siswa sehingga materi yang telah didapatkan dapat dipraktikan pula dalam hubungan sesama manusia. Pembelajaran Fiqih 1
2
yang
secara
umum
bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai
keislaman
kedalam diri siswa agar dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sampai saat ini, pelaksanaan Fiqih khususnya Fiqih masih dihadapkan pada problem (masalah) adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Praktik-praktik pembelajaran Pendidikan Agam Islam di SMA dan MA cenderung pada pembelajaran konvensional. Ini ditujukan bahwa pembelajaran Fiqih saat ini belum dapat mengembangkan seluruh aspek dalam diri siswa. Selain itu, praktik pembelajaran di kelas selama ini cenderung pada pembelajaran konvensional sehinga kurang mampu merangsang siswa untuk aktif, memotivasi dengan minat atau perhatian, membangkitkan kepercayaan diri untuk berhasil, menumbuhkan rasa bangga, kepuasan diri siswa dengan memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri dan yang paling penting adalah mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan riil siswa dalam masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas ini dapat ditempuh dengan meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan punya daya tarik. Dalam hal ini guru harus mempunyai kompetensi metodologi pembelajaran Fiqih. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 12 – 14 April 2010, bahwa konsep dan pembelajaran di MAN, Tegalrejo, Magelang telah menerapkan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) Namun pada kenyataanya, belum
3
banyak guru yang menyampaikan materi-materi pelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip KTSP, sehingga proses pembelajaran pun masih bersifat Transfer of knowledge dari pada mengembangkan potensi siswa. Artinya, proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini, belum mengarah ke proses pembelajaran yang dapat menjadikan motivasi yang tinggi bagi siswa dalam belajar. Sedangkan dampak dari proses pembelajaran tersebut adalah kurangnya minat belajar siswa dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai masih belum maksimal. Adapun hasil perbincangan peneliti dengan Faida Syarifah selaku guru yang mengampu mata pelajaran Fiqih mengenai proses pembelajaran Fiqih di MAN, Tegalrejo, Magelang masih bersifat konvensional. Selain itu, prestasi belajar Fiqih di sekolah ini masih berkisar pada rata-rata 60-75. Oleh karena itu, usaha untuk membantu meningkatkan pembelajaran Fiqih yang efektif, efisien, dan punya daya tarik dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dengan model pembelajaran salah satunya model Pembelajaran ARIAS. Berdasarkan fenomena persoalan pembelajaran Fiqih yang telah di paparkan sebelumnya, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FIQIH BAGI SISWA KELAS X-1 MAN, TEGALREJO, MAGELANG.
4
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih siswa kelas X-1 MAN, Tegalrejo, Magelang? 2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar Fiqih melalui model Pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN, Tegalrejo, Magelang? 3. Seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar Fiqih melalui Model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih pada kelas X MAN Tegalrejo, Magelang. b. Untuk meningkatkan motivasi belajar Fiqih bagi siswa kelas X di MAN Tegalrejo, Magelang dengan model pembelajaran ARIAS. c. Untuk meningkatkan prestasi belajar Fiqih bagi siswa kelas X di MAN Tegalrejo, Magelang dengan model pembelajaran ARIAS. 2. Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian a. Teoritis 1) Hasil penelitian ini dapat memberikan kejelasan teoritis dan pemahaman Tentang model pembelajaran ARIAS 2) Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam Bidang Fiqih dengan model pembelajaran ARIAS
5
3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan menjadi motivasi bagi peneliti lain yang lebih baik dan sempurna dalam menggali dan khususnya menggembangkan Fiqih. b. Praktis 1) Bagi siswa Menimbulkan sikap senang terhadap mata pelajaran Fiqih sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan percaya diri. 2) Bagi guru Memperkaya ilmu pengetahuan tentang metodologis pembelajaran Fiqih pada khususnya sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 3) Bagi sekolah Memberi sumbangan dan informasi bagi praktisi lembaga Pendidikan dalam rangka menyusun kebijaksanaan mengenai suatu program Pembelajaran
Fiqih
sehingga
meningkatkan
mutu
proses
pembelajaran.
D. Hipotesis Tindakan 1. Penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran Fiqih. 2. Penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Fiqih.
6
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau Classroom Acrion Research yakni kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. (Wiriaatmadja; 2005: 137) Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto Penilaian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), uaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajar berdasarkan asumsi atau teori pendidikan. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan. a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti.
7
b. Tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. (Arikunto; 2007: 2) Dengan menggabungkan batasa pengertian tiga kata inti, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. (Arikunto; 2007: 3) Ringkasnya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri (dilakukan dalam pembelajaran
biasa bukan kelas
khusus) dengan
jalan
merancang,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. PTK ini dilakukan dengan kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru mata pelajaran Fiqih MAN Tegalrejo, Magelang. Adapun fungsi peneliti sebagai pengamat/observer dan guru sebagai pelaksana tindakan.
2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi yaitu usaha untuk memahami segala perilaku terjadi pada manusia. Psikologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk memahami
8
perilaku belajar siswa. Psikologi dan belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan, mengingat aktivitas belajar siswa tidak terlepas dari keadaan psikologi siswa.
3. Subyek Penelitian Subyek penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari penelitian yang diinginkan. Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek adalah siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo, Magelang yang berjumlah 30 siswa.
4. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas terdapat 4 rangkaian antara lain, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi yang selalu dilakukan tiap siklus. Penelitian Tindakan Kelas minimal dilakukan sebanyak 2 (dua) siklus mulai dari perencanaan sampai refleksi. Tahapan tersebut diulang sampai terjadi peningkatan, dengan catatan bahwa perencanaan pada siklus berikutnya harus didasarkan atas masukan dari siklus sebelumnya, dan menunjukkan apa saja kelemahan siklus tersebut, kemudian penjelasan tentang bagaimana hal tersebut akan diperbaiki (Aqib; 2006: 41). Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan kea rah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas dan tercapai tujuannya. (Arikunto; 2007: 117)
9
Adapun penjelasan keempat tahap dalam suatu siklus penelitian dapat dilihat pada gambar berikut: (Arikunto; 2007: 16) Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 1.1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas Tahap perencanaan yang dilakukan dapat berupa fase persiapan yakni mulai dari permintaan izin penelitian di sekolah dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuaun yang diinginkan. Adapun pelaksanaan dilakukan untuk melakukan apa-apa yang telah direncanakan di awal. Observasi dilakukan untuk merekam semua tindakan atau kegiatan belajar mengajar, dan refleksi merupakan suatu usaha mengevaluasi proses sebelumnya merevisi proses selanjutnya.
10
5. Rencana Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS. Model pembelajaran ARIAS ini akan diterapkan pada pembelajaran Fiqih terhadap materi Dhaman dan Kafalah. Untuk materi dhaman, dengan komptensi dasar menjelaskan ketentuan Islam tentang Dhaman dan hikmahnya, serta menerapkan cara dhaman, sedangkan untuk materi kafalah dengan kompetensi dasar menjelaskan ketentuan Islam tentang kafalah dan hikmahnya serta menerapkan cara kafalah. Untuk lebih rincinya, rencana penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Tahap persiapan 1) Permintaan izin penelitian di sekolah. 2) Observasi dan wawancara. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang MAN Tegalrejo, Magelang secara keseluruhan dan keadaan proses pembelajaran Fiqih khususnya di kelas X-1. 3) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran Fiqih di MAN Tegalrejo, Magelang. b. Tahap perencanaan 1) Merumuskan spesifikasi sementara dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS.
11
2) Menyusun rancangan pelaksanaan tindakan berdasarkan model pembelajaran ARIAS yang mencakup pembahasan materi, dan menentukan skor awal berdasarkan pre-test pada pokok kajian yang diamati. 3) Membuat instrument penelitian. 4) Membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
dengan
menerapkan model pembelajaran ARIAS. 5) Membuat soal tes untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa pada materi serta mengetahui belajar siswa. 6) Membuat lembar observasi untuk merekam aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. c. Pelaksanaan Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, perhatian/minat siswa, sarana belajar, maka dilakukan tindakan yaitu dengan pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS. d. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan untuk merekam semua kemampuan dan aktivitas belajar siswa kelas X-1 ketika proses pembelajaran berlangsung. Setiap siswa yang menunjukkan kemampuan sesuai dengan kriteria akan dicatat pada lembar observasi.
12
e. Refleksi Dari pelaksanaan tindakan dan observasi tersebut, akan diperoleh informasi tentang hasil model pembelajaran ARIAS. Hasil observasi itu kemudian dianalisis dan didiskusikan dengan guru untuk mengetahui seberapa jauh tindakan yang dilaksanakan itu sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran tersebut. Dari hasil diskusi tersebut, dijadikan sebuah refleksi dalam menyusun perencanaan untuk siklus selanjutnya. f. Evaluasi dan revisi Kesimpulan hasil evaluasi menjadi acuan dalma pengambilan keputusan tindakan. Apakah tindakan telah berhasil atau belum sesuai dengan kriteria keberhasilan sehingga dilakukan perubahan terhadap rencana tindakan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dilakukan revisi atau modifikasi untuk tindakan pada siklus berikutnya sehingga mencapai target yang diharapkan. Adapun kriteria evaluasi dalam penelitian ini adalah untuk memberikan makna terhadap peningkatan motivasi belajar siswa yaitu apabila keadaan setelah tindakan, siswa bertambah semangat dalam belajar, senang dan tertarik belajar Fiqih yang ditunjukkan dengan indikator adanya buku catatan Fiqih, mendengarkan dengan aktif, berpartisipasi dalam kelompok, sering bertanya pada guru atau teman, selalu mengerjakan tugas yang diberikan, berani menjawab pertanyaan
13
dan mempertahankan pendapat setelah tindakan itu dapat dikatakan berhasil. Sedangkan untuk prestasi belajar, apabila hasil prosentasi ratarata tes seluruh siswa meningkat dari sebelum tindakan (60 – 70).
6. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto; 2006: 17 – 20). Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah check list yang berupa lembar pengamatan suasana kelas saat terjadi kegiatan belajar-mengajar dan lembar pengamatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS juga menggunakan pedoman dokumentasi untuk mencari data nilai siswa sebelum dilakukan penelitian.
7. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Wawancara Wawancara atau interview sebagai metode pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dan pertemuan tatap muka baik secara individual maupun kelompok (Sukmadinata; 2005: 216). Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan sebelumnya dengan cermat dan lengkap, namun penyampaian bebas tanpa terikat oleh nomor urut
14
yang telah digariskan (Kartono; 1990: 204). Adapun yang menjadi obyek wawancara dalam penelitian ini adalah guru Fiqih dan siswa guna menanyakan mengenai proses pembelajaran setelah menggunakan model pembelajaran ARIAS. Instrumen yang digunakan yakni pedoman wawancara yang berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup (Moleong; 2004: 187). Pedoman ini berisi pertanyaaan tentang pelaksanaan model pembelajaran ARIAS guna meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar Fiqih.
b. Observasi Metode observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata; 2004: 220). Atau dapat pula dikatakan suatu teknik pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsug. Adapun metode pengamatan yang digunakan
adalah
metode
pengamatan
secara
langsung
(direct
observation), yakni pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti. Metode ini peneliti gunakan untuk mengamati dan mencatat keadaan fisik sekolah, subjek didik, metode, strategi yang digunakan dan sarana dengan menggunakan lembar observasi yang berisi catatan gambaran kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dikelas.
15
c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto; 2006:231). Teknik ini digunakan untuk mencari data mengenai jumlah siswa dan perkembangan prestasi belajar siswa.
d. Tes Tes digunakan untuk memperoleh data/informasi tentang hasil belajar siswa baik sebelum dilakukan tindakan maupun setelah dilakukan tindakan. Adapun untuk mengukur tes tersebut peneliti menggunakan lembar soal tes sebagai instrument yakni lembar soal pre tes dan post tes. Lembar soal pre test disusun guna mengetahui pemahaman siswa terhadap kompetensi yang ditentukan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Lembar post test disusun untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kompetensi yang ditentukan setelah pelaksanaan pembelajaran.
8. Metode Analisis Data Analisis data adalah langkah untuk memberikan interpretasi dan arti data yang telah dikumpulkan sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menyajikannya dengan menggunakan metode analisis data yang bersifat deskriptif-kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh melalui
16
instrument penelitian. Setelah datanya terkumpul, lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Analisis data kualitatif yang digunakan adalah perkumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Mattew dan Michael; 1992: 15-17). Mengenai keberhasilan produk dari pre test dan post test, dapat diketahui dengan menggunakan presentase keberhasilan. Adapun rumus yang digunakan adalah: P
= F/N x 100%
Keterangan: P
= Presentase keberhasilan produk
F
= Frekuensi
N
= Jumlah siswa
Nilai rerata keberhasilan siswa dalam menjawab pre test dan post test dihitung dengan persamaan: Χ =
Σ fX N
Keterangan: X
= Nilai rerata
f
= Frekuensi
X
= nilai
N
= Jumlah siswa (Sudijono, 1992: 327)
17
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam pembuatan skripsi ini maka akan dijelaskan mengenai sistematika penelitian skripsi secara garis besar sistematika penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagian awal a. Sampul b. Lembar berlogo c. Judul d. Persetujuan pembimbing e. Pengesahan kelulusan f. Pernyataan keaslian tulisan g. Motto dan persembahan h. Kata pengantar i. Abstrak j. Daftar isi k. Daftar tabel l. Daftar gambar m. Daftar lampiran 2. Bagian Inti BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
18
D. Hipotesis Tindakan E. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian b. Pendekatan Penelitian c. Subyek Penelitian d. Prosedur Penelitian e. Rencana Penelitian f. Instrumen Penelitian g. Metode Pengumpulan Data h. Metode Analisis Data BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ARIAS B. Motivasi Belajar C. Prestasi Belajar D. Fiqih BAB III GAMBARAN UMUM MAN TEGALREJO MAGELANG A. Letak dan Keadaan Geografis B. Sejarah dan Tujuan Pendidikan C. Dasar dan Tujuan Pendidikan D. Struktur Organisasi E. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan F. Keadaan Sarana dan Prasarana G. Pra Siklus
19
BAB IVPELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Siklus I B. Pelaksanaan Siklus II C. Perbandingan Antar Siklus I dan Siklus II BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Model pembelajaran ARIAS Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS (attention, relevance, confidence, satisfaction) (Keller's; 1998: 1). Model Pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value Theory) yang menggandung dua komponen yaitu nilai (value ) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu, dari dua komponen tersebut oleh keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence, Satisfaction dengan akronim ARCS. Tetapi model pembelajaran ini tidak ada evaluasi, padahal evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang akan dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut. Maka dengan adanya modifikasi tersebut model pembelajaran yang digunakan menjadi lima komponen (Sopah; 2007: 2) yaitu: attention
20
21
(minat/perhatian),
relevance
(relevansi),
Confidence
(percaya/yakin),
satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan pengantian nama confidence menjadi Assurance dan Attention menjadi interest. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil tetapi sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Pengantian kata Attention menjadi interest karena kata interest (minat) sudah terkandung penggertian Attention (perhatian). Model pembelajaran yang telah dimodifikasi disebut model pembelajaran
ARIAS
(Assurance,
Relevance,
Interest,
Assessment,
Satisfaction). Kelima komponen itu merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatandalam kegiatan pembelajaran, Diskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut : Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah : a. Assurance (percaya diri) Assurance/percaya diri yaitu yang berhubungan dengan sikap percaya, akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan semaksimal
22
guna mencapai keberhasilan yang optimal. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah: 1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam satu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya itu merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri siswa dan kepada siswa. 2) Menggunakan suatu patokan, standart yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan, misalnya dengan menggatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan dibawah ini tanpa melihat buku. 3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa, misalnya menyajikan materi secara bertahap sesuai tingkat kesukarannya dan memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar.
b. Relevance (relevasi) Relevance/relevansi adalah berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang, siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai,
23
bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka, sehingga Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran: 1) Mengemukakan tujuan, sasaran yang akan dicapai.tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (kongkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut. 2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang atau untuk berbagai aktifitas dimasa mendatang. 3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh yang ada hubunganya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru, menggunakan berbagai alternatif, setrategi, dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan, dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
c. Interest (minat/perhatian) Interest/minat/perhatian
yaitu
yang
berhubungan
dengan
minat/perhatian siswa. Dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama
24
kegiatan pembelajaran berlangsung (Sopah; 2007: 3). Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/ perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu
yang
menarik
sesuai
dengan
minat/perhatian
mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar Siswa. Cara untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah: 1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik
yang
akan
dibicarakan,
mengajukan
pertanyaan
atau
mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. 3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya variasi dari serius ke humor dari cepat kelambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan menggubah gaya mengajar. 4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demontrasi dan simulasi.
25
d. Assessment (penilaian) Assessment/penilaian yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa, evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah di pahami oleh siswa. Untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi
dari
sebelumnya
agar mencapai hasil yang maksimal dan
mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang mereka ingin capai. Untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah: 1) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa. 2) Memberikan
evaluasi
yang
obyektif
dan
adil
serta
segera
menginformasikan hasil valuasi kepada siswa. 3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
26
4) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
e. Satisfaction (kepuasan/rasa bangga) Satisfaction/kepuasan/rasa bangga yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang di capai. Dalam teori belajar satisfaction adalah Reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan
atau
mencapai
sesuatu
merasa
bangga/puas
atas
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi
siswa
tersebut
untuk
mencapai
keberhasilan
berikutnya.
Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat di gunakan untuk mempengarui hasil belajar siswa. Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu di tanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa cara yang dapat di lakukan antara lain: 1) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non verbal. Kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilanya. Ucapan Guru ”Bagus, kamu telah mengerjakan dengan baik sekali” mengangukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu
27
pertanyaan. Merupakan salah satu bentuk kegiatan. Ucapan yang tulus atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau ketrampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi. 3) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru. 4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan.
2. Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata "motif" yang berarti daya/upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (1992: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah daya/kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
28
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasari atas motivasi tertentu akan mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Adanya motivasi dapat diamati dari partisipasi siswa dalam pelajaran yang sedang berlangsung. Seorang siswa yang termotivasi belajarnya akan berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung tanpa terpaksa tetapi secara sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibatnya hasil belajar yang dicapai akan lebih baik dan lebih lama diserap. Motivasi diperlukan agar anak didik mau belajar. Motivasi baik dan penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-rubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik sehingga dibutuhkan motivasi. Motivasi adalah mendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto; 2004: 71) Seseorang melakukan kegiatan karena adanya motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, begitu juga belajar perlu motivasi, semakin kuat motivasi intrinsik pada diri siswa semakin baik hasil belajarnya. Semakin tepat motivasi ekstrinsik yang diberikan makin baik juga. Keberhasilannya, jadi motivasi menentukan tingkat keberhasilan siswa. Adapun cara lain untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dari luar (ekstrinsik) antara lain dengan cara memberi hasil ulangan, memberi
29
hadiah, pujian ataupun dengan memberi hukuman kepada siswa. Sedangkan fungsi motivasi menurut Ngalim purwanto adalah: a. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, yakin sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan tugas. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. c. Menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang sesuai guna mencapai tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. (Purwanto; 2004: 70) Kehadiran motivasi dalam aktifitas belajar merupakan faktor psikis yang menimbulkan kegiatan belajar. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana ciri-ciri motivasi tersebut, menurut Sardiman (1992: 83) diantaranya: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai). b. Untuk menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan prestasi yang pernah dicapai). c. Senang mencari dan memecahkan soal.
30
Motivasi
belajar
merupakan
segi
kejiwaan
yang
mengalami
perkembangan artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan prikologis siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: a. Cita-cita atau aspirasi siswa. Dari segi pembelajaran penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemauan menjadi citacita. Dengan kata lain cita-cita akan memperkuat motivasi belajar sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. b. Kemampuan siswa. Keinginan seseorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan kemampuan akan memperkuat
motivasi
anak
untuk
melaksanakan
tugas-tugas
perkembangan. c. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang anak yang sedang sakit, lapar atau marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang anak yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dengan teman sebaya atau kehidupan kemasyarakatan dapat memperkuat motivasi belajar. Oleh sebab itu kondisi lingkungan yang
31
sehat, kerukunan hidup, ketertiban, pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. (Dimyati dan Mudjiono; 2000: 97 – 99) Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya diantaranya melalui: a. Memberi angka Pada umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya melalui angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik, maka akan mendorong motivasi belajarnya lebih besar. Namun sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, bisa menimbulkan frustasi atau bisa sebaliknya menjadi pendorong agar belajarnya lebih baik. b. Pujian Pemberian pujian kepada siswa atas hasil yang dicapainya besar manfaatnya sebagai pendorong belajar karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang. c. Hadiah Cara ini juga dapat dilakukan oleh guru seperti memberi hadiah pada siswa yang mendapat hasil belajar yang baik atau tinggi. d. Kerja kelompok Kadang-kadang
kerjasama
terhadap
mendorong kekuatan belajarnya.
kelompok
belajarnya
dapat
32
e. Persaingan Persaingan dapat memberikan motif-motif sosial terhadap siswa baik persaingan kerja kelompok maupun persaingan individual. f. Penilaian Penilaian secara continue akan mendorong siswa belajar.karena setiap siswa memiliki kecenderungan untuk mendapatkan hasil yang baik. g. Karyawisata dan ekskuri Dalam kegiatan ini siswa mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya karena obyek yang dikunjungi dapat menarik minat siswa sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan. h. Film pendidikan Gambaran dan isi cerita film dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. (Hamalik; 1992: 134) Dalam proses belajar di sekolah, maka motivasi belajar siswa bisa datang dari guru. Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Oleh karenanya seorang guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Adapun prinsip-prinsip motivasi belajar menurut Sutrisno (2005: 70) adalah: a. Kebermaknaan. b. Pengetahuan dan ketrampilan prasyarat. c. Model. d. Komunikasi terbuka. e. Keaslian dan tugas yang menantang.
33
f. Latihan yang tepat dan aktif. g. Penilaian tugas. h. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan. i. Keragaman pendekatan. j. Mengembangkan beragam kemampuan. k. Melibatkan sebanyak mungkin indra. l. Keseimbangan peraturan pengalaman belajar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar maka akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Ketekunan dan konsentrasi tinggi. b. Perhatian tinggi. c. Aktifitas dan partisipasi tinggi. d. Minat yang besar dalam belajar.
3. Prestasi Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai tes, atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Poerwadarminta; 1995: 787). Menurut Oemar Hamalik (1992: 29) bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan kegiatan.
34
Prestasi belajar Fiqih dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran Fiqih selama mengikuti proses belajar Fiqih yang diwujudkan dengan angka atau nilai untuk mengetahui prestasi belajar siswa tersebut dilakukan dengan tes hasil belajar. Menurut Slameto Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (faktor eksternal). Kedua faktor tersebut dijabarkan sebagai berikut: a. Faktor yang berasal dari diri individu (faktor internal). Faktor yang terdapat dalam diri individu dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu Faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1) Faktor fisiologis Proses
belajar
seseorang
dapat
dipengaruhi
oleh
fisik
atau
jasmaninya, kesehatan dan kenormalan fungsi alat–alat tubuhnya. Jika keadaan
tersebut
diatas baik, maka proses belajar akan berjalan
dengan baik. Demikian sebaliknya, jika faktor–faktor diatas kurang baik maka dapat mengganggu proses belajar seseorang. 2) Faktor Psikologis Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis.Faktorfaktor itu Adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
35
b. Faktor yang berasal dari luar diri individu (faktor eksternal) Faktor-faktor eksternal disini banyak jenisnya, karena banyak menyangkut hal yang Datangnya dari luar individu. Faktor-faktor itu adalah: 1) Faktor sosial Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dalam pergaulan antara Manusia terjadilah komunikasi, baik komunikasi satu arah atau lebih baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam proses komunikasi itulah pengaruh individu lain terjadi pada orang yang belajar, baik dalam perasaan, sikap, maupun pikiranya. Komunikasi dengan segala pengaruh itu akan terjadi di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat disertai segala aspek yang ada didalamnya. 2) Faktor non sosial Faktor non sosial adalah segala yang ada diluar diri manusia yang dapat mempengaruhi proses belajar di luar hal yang bersifat sosial. Faktor ini dapat berupa keadaan alam, misalnya: keadan udara, cuaca, panas, dingin, waktu, (pagi, Siang, malam), dan sebagainya. Fasilitas, misalnya : gedung, alat –alat tulis, buku Buku bacaan dan lain- lain. (Slameto; 2003: 56) Menurut Syah (2001: 154 – 156) untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat prestasi belajar siswa, dapat dilakukan evaluasi prestasi belajar dengan cara antara lain:
36
a. Evaluasi prestasi koginitif Yaitu mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tidak pernah diguankan lagi, karena pelaksanaan yang face to face.
b. Evaluasi prestasi afektif Dalam rangka menyusun instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa), jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi sebaiknya mendapat perhatian khusus, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
c. Evaluasi prestasi psikomotor Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi, yang dapat diartikan sebagai jenis tes mengenai peristiwa tingkah laku atau fenomena lain dengan pengamatan langsung. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari usaha pribadi sebagai pelajar, guru sebagai pengajar, kurikulum sebagai acuan pelajaran dan metode pembelajaran yang semuanya merupakan aspek dalam meningkatkan prestasi belaajr yang saling berkaitan.
37
Adapun prinsip-prinsip belajar yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar, menurut Slameto (2003: 29) adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar 1) Dalam belajar siswa harus diusahakan aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. 2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement (pengetahuan) dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya berekspresi dan belajar efektif. 4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar 1) Belajar itu perlu proses continue, maka harus tahap demi tahap menurut pengembangannya. 2) Belajar adalah organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery (penemuan). 3) Belajar adalah proses kontinuitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang berlawanan.
38
4. Fiqih Mata pelajaran Fiqih adalah suatu rangkaian pelajaran yang disampaikan dalam suatu lembaga pendidikan/sekolah. Sedangkan pengertian mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Aliyah (Depag; 2003: 2) adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, memahami, dan mengamalkan hukum-hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, latihan serta penggunaan pengalaman. Dalam Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah atau Aliyah materi pelajaran Fiqih merupakan salah satu materi wajib karena merupakan salah satu materi dengan ciri-ciri khusus sebagai sekolah yang bercirikan agama. Belajar Fiqih adalah penting mengingat bahwa Fiqih merupakan modal agama adalah merupakan rangkaian hukum-hukum syariat yang berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia agar mendapatkan kebahagiaan di dunia akhirat. Sedangkan tujuan bidang studi Fiqih sebagaimana yang dirumuskan oleh Depag RI adalah agar siswa dapat memahami ajaran agama Islam secara meluas dan menyeluruh dengan mengetahui dalil-dalilnya (aqli/naqli), sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, masyarakat, alam sekitar serta menjadi manusia yang taat terhadap perintah Allah dan rasul-Nya. Dari rumusan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan daripada bidang studi Fiqih adalah untuk memberi wawasan dan perluasan pandangan
39
bagi umat Islam khususnya, siswa-siswa dalam sebuah lembaga pendidikan agar dapat mengetahui secara jelas dan pasti tentang hukum-hukum Islam yang didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, agar manusia dapat melaksanakan syariat Islam dengan baik sesuai dengan hukum yang benar agar dapat mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
40
BAB III GAMBARAN UMUM MAN TEGALREJO MAGELANG
A. Letak dan Keadaan Geografis MAN Tegalrejo terletak di Jalan Abdan No. 4 PUSDIK Desa Dlimas, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang 56192, nomor telepon (0293) 3148996 Adapun batas bangunan MAN Tegalrejo sebagai berikut: -
Sebelah utara berbatasan dengan PUSDIK (Pusat Pendidikan)
-
Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan milik warga
-
Sebelah barat berbatasan dengan SDN Dlimas
-
Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Tegalrejo – Secang Lokasi ini sangat strategis untuk dijadikan lokasi lembaga pendidikan,
karena letaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya yang mengakibatkan kebisingan dan mengganggu proses pembelajaran. Juga tidak terlalu jauh dari jalan raya, yakni 100 meter. Dengan begitu lokasi madrasah mudah dijangkau oleh para siswa, guru maupun pegawai madrasah.
B. Sejarah Berdirinya Madrasah Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo yang berada di Jalan Kyai Abdan Pusdik Dlimas Tegalrejo beradal dari Pendidikan Guru Agama Islam Nahdlotul Ulama 4 tahun Tegalrejo didirikan atas ide dan arahan Bapak K.H. Chudlori yang
40
41
selanjutnya dikelola di bawah naungan sebuah yayasan yang bernama YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam) Tegalrejo. Perlu dimaklumi bahwa yayasan ini bergerak di bidang dakwah dan pendidikan dengan Akter Notaris nomor 14 tanggal 22 Juni 1972. Kepengurusan Yayasan ini meliputi: 1. Ketua
: K. Siradj Abdan
2. Sekretaris I
: Zarqoni
Sekretaris II 3. Bendahara I Bendahara II 4. Pembantu
: Rachmatullah Abdan : Dulkarnen : K. Sjamhudi : R. Ali Jamal Muhtarom
5. Badan Pengurus
: Muhammad AR K. Ismail Muh Chalil
6. Badan Penasehat
: K. Idris Abdan K. Thoyib Ahmadi M. Hasjim
7. Seksi Pendidikan
: A. Hartanto, BA.
8. Seksi Dakwah
: K.M. Salihun
Pada mulanya yayasan ini mempunyai: 1. 21 Raudlatul Athfal
42
2. 20 Madrasah Ibtidaiyah 3. 2 Madrasah Tsanawiyah Pada tanggal 7 April 1979 segenap pengurus yayasan mengadakan musyawarah bersama Muspika dan sabahat mendirikan Madrasah Aliyah YAKTI sebagai upaya untuk mencukupi dan menampung siswa tamatan SMP maupun MTs yang ada. Maka pada tanggal 3 Juli 1979 secara resmi berdirilah MA YAKTI dengan nomor/ragam LK/3C/075/MA/81 dengan Kepala Madrasah yang pertama adalah Bpk. K. Idris Abdan dan wakilnya Bpk. Sumarmo, BA., dengan jumlah murid 23 anak pada tahun pertama. Pada tahun kedua mencapai 36 siswa, tahun ketiga 68 siswa dan tahun keempat 77 siswa. Tahun 1983 kepala sekolah dipegang oleh Bapak Sumarmo, BA., dengan jumlah siswa 123 anak. Tahun 1984 merupakan puncak banyaknya siswa yakni 143. Kemudian setelah itu jumlah siswa mulai menurun bahkan tahun 1988 jumlah siswa seluruhnya hanya 112 anak. Dalam rangka memantapkan keberadaan MA YAKTI Tegalrejo Yayasan mengajukan Filialitas MA ke MAN Parakan Temanggung dengan surat permohonan yang ditandatangani oleh ketua A. Siradj Abdan, BA dan sekretaris M. Mahfudz pada tanggal 20 Desember 1982, sehingga pada tanggal 3 Maret 1984 MA YAKTI Tegalrejo dinyatakan sebagai MAN Filial Parakan Temanggung Filian Tegalrejo Kabupaten Magelang oleh Menteri Agama dengan Surat Keputusan Menteri Nomor: KEP/E/Pgm.6/54/1984.
43
Untuk menuju madrasah yang mandiri pemerintah Cq Departemen Agama RI menegrikan Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Filial Tegalrejo menjadi MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang dengan Keputusan Menteri Agama RI: Nomor. 17 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997. Dengan memandirikan Madrasah, maka jumlah siswapun bertambah terbukti kelas I pada waktu itu mendapat 2 (dua) kelas, terlebih pada 2 tahun terakhir ini MAN Tegalrejo berkembang cukup signifikan; dengan dibuktikan siswa semakin bertambah dan sudah menempati gedung baru dengan local kelas nyaman. Sedangkan untuk kendala/keadaan yang menjadi ancaman bagi Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo adalah dengan dicanangkannya otonomi daerah dimana terjadi pemekaran wilayah masing-masing daerah ingin mendirikan sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan yang dikhawatirkan akan mematikan Madrasah Aliyah termasuk di dalamnya MAN Tegalrejo. Disamping rendahnya kesadaran masyarakat Tegalrejo dan sekitarnya dalam menyekolahkan putra putrinya, juga mayoritas penduduknya tingkat ekonominya sangat lemah dan kebanyakan remajanya sekarang mempunyai kecenderungan lebih memilih sekolah kejuruan.
C. Dasar dan Tujuan Pendidikan 1. Visi Madrasah Mewujudkan Madrasah Aliyah unggulan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan (MULIA DALAM
44
BUDI PAKERTI), menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (UNGGUL DALAM PRESTASI), serta mampu mengaktualisasikannya di masyarakat (TERAMPIL DALAM BERKARYA DAN BERWAWASAN GLOBAL).
2. Misi Madrasah a. Mengembangkan potensi anak didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Islam. b. Mendorong pembaharuan pemikiran Islam menuju masyarakat modern. c. Mengintegrasikan ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan Islam. d. Menghasilkan lulusan yang religius (iman dan taqwa), akhlak mulia, cerdas trampil, demokratis, bersikap adil, disiplin, toleran, menghargai HAM, taat hukum dan berorientasi global.
3. Indikator Unggul a. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional. b. Unggul dalam perolehan nilai Ulangan Umum Semester. c. Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. d. Unggul dalam lomba mata pelajaran/akademis. e. Unggul dalam lomba kreativitas. f. Unggul dalam lomba kesenian. g. Unggul dalam lomba olah raga. h. Unggul dalam lomba kepramukaan. i. Unggul dalam kedisiplinan.
45
j. Unggul dalam aktivitas keagamaan. k. Unggul dalam ketrampilan komputer. l. Unggul dalam ketrampilan berbahasa Inggris. m. Unggul dalam kepemimpinan dan organisasi.
D. Struktur Organisasi Komite Sekolah
Kepala Madrasah
Kepala Urusan TU
Kepala Perpus
Waka Bid. Humas
Koord. Life Skill
Waka Bid. Kesiswaan
Koord. Keagamaan
Koord. Pramuka
Waka Bid. Kurikulum
Koord. Prestasi
Ka. Lab MIPA
Wali Kelas
Koord. Mapel & PPD
Koord. BP
Guru
Siswa Gambar 3.2. Struktur Organisasi MAN Tegalrejo Magelang
Waka Bid. Sarpras
Koord. Lab Bhs Komp. dan Media
46
Adapun keterangan bagan tersebut adalah: Kepala Madrasah
Ali Masyar S.Ag.,M.Si.
Kepala Urusan TU
Nur Istiqomah
Kepala Urusan Perpustakaan Dhorifa Uswatul W. A.Md. Waka Bid. Humas
Nur Kholiq S.Ag., M.Si.
Waka Kesiswaan
M. Purnama, S.Pt.
Waka Kurikulum
Drs. Dwi Adi S., S.Pd.
Waka Sarpras
Anas Munaji S.Ag.
Koord. Life Skill
Sutrisno
Koord. Keagamaan
Ma' Sumatun S.Ag.
Koord. Pramuka
Jamari S.Pd.I.
Koord. OR Prestasi
Yudi H.N. S.Pd.Kes.
Ka. LAB MIPA
A. Zubair S.Pd.
Koord. Klinik Mapel
Sri Widiarti S.Pd.Si.
Koord. LAB Komp. & Media M. Rofiq S.Pd. Koord. BP
Agus Sulistyo SE.
E. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan Guru yang mengajar di MAN Tegalrejo Magelang terbagi menjadi 21 golongan. Yaitu guru PNS dan non PNS. Jumlah guru PNS MAN Tegalrejo ada 28 orang dan guru non PNS berjumlah 17 orang. Berikut tabel guru MAN Tegalrejo Magelang:
47
Tabel 3.1. Daftar Guru MAN Tegalrejo Magelang No Nama 1 Ali Masyhar, S.Ag.,M.Si.
Pangkat Pend. Mata Pelajaran Utama IVa S2 Kepala Madrasah
2
Dra. Hj. Mizhariyatil Hidayah
IVa
S1
A. Hadits + Fiqih
3
Dra. Sri Zubaidah
IVa
S1
Fiqih
4
Drs. Subagyo
IVa
S1
Seni Budaya
5
Dra. Ida Ariyani
IVa
S1
Sosiologi
6
Muhamad Purnama S.Pt.
IVa
S1
Matematika
7
Drs. Zaenal Arifin
IVa
S1
Matematika + BTA
8
Ending Munawaroh S.Ag.
IIId
S1
Bahasa Inggris
9
A. Zubair S.Pd.
IIId
S1
Fisika + Prak. Fisika
10
Sri Amriyati, S.Ag.,S.Pd.
IIId
S1
Bio + Prak. Biologi
11
Muhamad Rofiq, S.Pd.
IIId
S1
Bahasa Inggris
12
Nur Kholiq, S.Ag.,M.Si.
IIId
S2
Bahasa Arab
13
Dwi Adi Satrianto, S.Pd.
IIIc
S1
BK/PD
14
Ma'Sumatun, S.Ag.
IIIc
S1
Bahasa Arab
15
Anas Munaji, S.Ag.
IIIc
S1
A. Hadits + Aqidah
16
Ending Aryati, S.Pd.
IIIc
S1
B. Indo + B. Jawa
17
Dra. Nuryanti
IIIb
S1
Geografi
18
Hartsa Jamila Rochi, S.Pd.
IIIb
S1
Bhs. Inggris
19
Nahru Rosyidah B., S.Pd.
IIIb
S1
PKn
20
Karyati, S.Pd.
IIIb
S1
Ekonomi
21
Nurul Ana Kusniyah, S.Pd.
IIIb
S1
Bhs. Indo + Bhs. Jawa
22
Sri Widiarti, S.Pd.Si.
IIIb
S1
Kimia + Prak. Kimia
23
Dra. Siti Zulaikah
IIIa
S1
Bhs. Indo + Bhs. Jawa
24
Yudi Hernayadi Nugraha, S.Pd.
IIIa
S1
Penjaskes
25
Agus Sulistyo, SE.
IIIa
S1
Eko + Klinik Mapel
26
Siti Salbiyah, S.Pd.
IIIa
S1
Mtk + Klinik Mapel
27
Eti Hikmawati, S.Ag.
IIIa
S1
Sejarah + SKI
28
Sudarti, S.Ag.
IIIa
S1
Aqidah + TIK
29
Heni Isdaniyah, SE.
-
S1
Ekonomi + Sejarah
Ket
48
30
Uswatul Khasanah, S.Ag.
-
S1
BTA
31
Amarudin Syarif, S.Si.
-
S1
Kimia
32
Dian Rafi' Rasita, S.Pd.I.
-
S1
Matematika
33
Dimyati
-
34
Dzorifat Uswatun W., A.Md.
-
S1
35
Eliya Nabibatus, SS.
-
S1
TIK
36
Faida Syarifah, S.Sos.I.
-
S1
Aqidah Akhlak
37
Ismi Ahsaniyah
-
38
Iadatul Hasanah, S.Pd.
-
S1
BK/PP
39
Maesaroh, S.Pd.
-
S1
ECC
40
Maksum, S.Pd.I.
-
S1
Praktikum
41
Muchibin
-
42
Mursyidul Anam, S.Ag.
-
S1
BTA + A. Hadits
43
Nurfathu Salam, S.Ag.
-
S1
BTA
44
Sholichah, S.Ag.
-
S1
BTA
MAN BTA
MAN Pramuka
MAN BTA
45 Ulfatu Syarifah, S.Pd.I. S1 Sumber: MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2009/2010
Bio + Prak. Bio + BI
Siswa yang belajar di MAN Tegalrejo berjumlah 372 yang terdiri dari 169 laki-laki dan 203 perempuan. Siswa terbagi menjadi 3 tingkat yang masingmasing terpisah dalam 5 kelas kecuali kelas XI yang terbagi menjadi 4 kelas. Berikut tabel jumlah siswa MAN Tegalrejo Magelang.
49
Tabel 3.2. Daftar Siswa MAN Tegalrejo Magelang
X–1
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 14 16
30
X–2
9
21
30
X–3
11
18
29
X–4
14
16
30
X–5 Jumlah XI IPA-1
15 64 13
15 86 18
30 149 31
XI IPS-1
12
12
24
XI IPS-2
14
11
25
XI IPS-3 Jumlah XII IPA-1
11 50 5
11 52 10
22 102 15
XII IPA-2
5
10
15
XII IPS-1
11
12
23
XII IPS-2
13
10
23
Kelas
XII IPS-3 11 11 Jumlah 45 53 Total 158 191 Sumber: MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2009/2010
Jumlah
22 98 349
Adapun jumlah pegawai MAN Tegalrejo Magelang sebanyak 7 orang, yang terdiri dari 2 PNS, dan 5 non PNS. Berikut tabel jumlah pegawai MAN Tegalrejo Magelang:
50
Tabel 3.3. Daftar Pegawai MAN Tegalrejo Magelang No Nama 1 Nur istiqomah
Pendidikan
Jabatan Kepal TU
2
Muhamad Badri
MAN
Penjaga
3
Kulyadi
MAN
Penjaga
4
Romli
MTs
Penjaga
5
Jamari, S.Pd.I.
S1
Kepegawaian
6
Nur Wachid
MAN
Penjaga Perpus
Ket
7 Yana Herdiana N. SMA Inventaris Sumber: MAN Tegalrejo Magelang Tahun 2009/2010
F. Keadaan Sarana Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang turut mendukung terlaksananya kegiatan belajar-mengajar, demi keberhasilan pendidikan dan pengajaran, tersedianya sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan santa besar pengaruhnya terhadap tercapainya tujuan pendidikan. MAN Tegalrejo Magelang telah berupaya mengusahakan sarana dan prasarana sekolah yang memadai, agar tercipta lingkungan yang kondusif. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MAN Tegalrejo Magelang adalah sebagai berikut: Tabel 3.4. Daftar Sarana Prasarana MAN Tegalrejo Magelang No
Nama Sarana & Prasarana
Jumlah
Keadaan
1
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
2
Ruang Tata Usaha
1
Baik
3
Ruang Waka
1
Baik
51
4
Ruang Bimbingan
1
Baik
5
Ruang Kepegawaian
1
Baik
6
Ruang Guru
1
Baik
7
Ruang Kelas, terdiri dari 13 kelas, 4 Kelas X, 4
13
Baik
Kelas XI, 5 Kelas XII 8
Ruang Perpustakaan
1
Baik
9
Ruang OSIS
1
Baik
10
Ruang Pramuka
1
Baik
11
Ruang LAB Skill
1
Baik
12
Ruang LAB Kimia
1
Baik
13
Ruang LAB Komputer
1
Baik
14
Ruang LAB Biologi
1
Baik
15
Ruang LAB Fisika
1
Baik
16
Ruang LAB Bahasas
1
Baik
17
Ruang LAB Seni
1
Baik
18
Ruang AULA
1
Baik
19
Musholla
1
Baik
20
UKS
1
Baik
21
Masjid
1
Baik
22
Gudang
1
Baik
23
Kamar Mandi
5
Baik
24
Kantin
2
Baik
25
Dapur
1
Baik
26
Tempat Parkir
1
Baik
Pra Siklus Sebelum memaparkan hasil tindakan pada setiap siklus, perlu pemaparan hasil observasi terhadap proses pembelajaran Fiqih di kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang. Hasil dari observasi dan wawancara, peneliti memperoleh gambaran
52
mengenai proses pembelajaran, proses pembelajaran ini dapat diketahui dari deskripsi observasi awal di bawah ini. Tabel 3.5. Skor motivasi siswa pada seluruh aspek pra siklus No 1 2 3
Interval skor 70 - 100 60 – 69 50 – 59
f 2 4 24 30
% 6,7 13,30 80,0 100
Kategori Baik Cukup Kurang
Berdasarkan hasil analisis frekuensi menunjukkan bahwa pengamatan motivasi siswa pada seluruh aspek pada pra siklus dari 30 siswa, 24 siswa mempunyai motivasi yang kurang (80,0 %), motivasi cukup 4 siswa (13,3 %) dan motivasi baik (6,7 %). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus motivasi siswa sebagian besar dalam ketegori kurang (80,0 %). Motivasi yang kurang tersebut karena proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung menggunakan metode ceramah sehingga guru lebih dominan di dalam kelas dan siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Selama
pembelajaran,
guru
menerangkan
materi
pelajaran
dan
siswa
mendengarkan serta mencatat. Menurut hasil wawancara dengan guru Fiqih, ini dikarenakan materi yang akan disampaikan sangat banyak dan butuh penjelasan yang sangat mendalam sedangkan waktu yang disediakan hanya sedikit, sehingga guru merasa khawatir kalau nanti tidak semua materi dapat disampaikan kepada siswa dan tidak dapat dipahami oleh siswa. Dari hasil pengamatan tersebut, motivasi belajar siswa kelas X-1 terhadap pelajaran Fiqih dapat dikatakan cukup rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari
53
perhatian siswa terhadap penjelasan guru rendah, kesadaran siswa untuk mencatat pelajaran yang diterangkan oleh guru juga rendah. Artinya, jika mereka tidak diperintah oleh guru untuk mencatat mereka diam saja. Menurut hasil observasi peneliti, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga kurang, ini diketahui dari frekuensi siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Sedangkan hasil pengamatan prestasi belajar fiqih pada pra test dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6. Nilai pelajaran Fiqih pada Pra Siklus No 1 2 3
Interval Nilai 7 – 10 6 – 6,9 5 – 5,9
f 19 11 0 30
% 63,3 36,7 0,0 100
Kategori Baik Cukup Kurang
Berdasarkan hasil nilai prestasi belajar pelajaran fiqih menunjukkan bahwa 19 siswa (63,3 %) prestasi sudah baik dan 11 siswa (36,7 %) prestasinya hanya cukup. Meskipun total rata-rata tersebut telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yakni 6,5, jumlah nilai tersebut dirasa kurang memuaskan. Masih diperlukan peningkatan-peningkatan ke arah yang lebih baik mengingat karakteristik pelajaran Fiqih tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Hasil dari wawancara dan observasi ini menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS dengan mengumpulkan informasi yang akurat mengenai tingkat pemahaman siswa. Hasil
54
belajar dan kebutuhan siswa yang bervariasi serta tingkat penguasaan kompetensi yang ditargetkan dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan.
55
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Mengingat penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS maka sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti melakukan perencanaan terlebih dahulu agar dalam melaksanakan tindakan pada siklus I nanti didapatkan hasil yang maksimal. Tahap perencanaan ini digunakan untuk menyusun rencana praktik pembelajaran, perencanaan tindakan, rencana observasi dan rencana refleksi. Perencanaan tindakan siklus I ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Rencana praktik pembelajaran Rencana praktik pembelajaran ini meliputi: Pokok Bahasan
: Dhaman
Sub Pokok Bahasan : Ketentuan Islam tentang Dhaman dan hilmahnya. Kelas/Semester
: X-1
Waktu
: 07.00 – 08.20
Sekolah
: MAN Tegalrejo Magelang
Kompetensi Dasar
: Menjelaskan ketentuan Islam tentang Dhaman dan hikmahnya serta menerapkan cara Dhaman
55
56
Materi Pokok
: Fiqih
Model Pembelajaran : ARIAS Metode/Strategi
: Ceramah, diskusi/diskusi dengan pasangan
Rencana praktik pembelajaran selengkapnya terlampir pada lampiran 1. b. Perencanaan tindakan Perencanaan
tindakan
ini
meliputi
perencanaan
pre-test,
perencanaan kegiatan awal pembelajaran, perencanaan kegiatan inti pembelajaran, perencanaan kegiatan akhir pembelajaran, perencanaan post-test. c. Perencanaan observasi Observasi ini direncanakan dengan tujuan untuk memperoleh data motivasi belajar dan penerapan model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran Fiqih dengan menggunakan lembar pengamatan motivasi belajar. d. Perencanaan refleksi Tujuan dari perencanaan refleksi ini yakni untuk menemukan kekurangan yang ada pada siklus I dan berusaha untuk memperbaiki dengan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II. Artinya, segala kekurangan yang ditemukan pada siklus II. Dalam pelaksanaan refleksi antara guru dan peneliti harus terbuka untuk menyampaikan hasil temuannya atau hasil pengamatannya selama tindakan.
57
2. Pelaksanaan Tindakan Materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah materi Dhaman pada pokok bahasan ketentuan Islam tentang dhaman dan hikmahnya dan cara menerapkan dhaman. Kompetensi dasar mengidentifikasi aturan Islam tentang dhaman. Indikator pembelajaran antara lain: a. Menjelaskan pengertian dhaman. b. Menjelaskan dasar hukum dhaman. c. Menjelaskan syarat dan rukun dhaman. d. Menjelaskan hikmah dhaman. Pada awal kegiatan pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan salam dan menyapa siswa, guru berusaha menarik perhatian dan minat siswa dengan sesekali mengajukan pertanyaan pelacak kepada siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi. Sebelum dimulai pembelajaran siswa diminta mengerjakan pre-test dan guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta relevansinya. Pada kegiatan inti guru langsung menjelaskan materi dan untuk memantapkan pemahaman, guru menjelaskan materi lebih detail dan sesekali siswa diajak berdiskusi bersama. Seperti di awal, pada akhir kegiatan pembelajaran guru meminta siswa mengerjakan lembaran post-test sambil mengingatkan pelajaran yang dipelajari di pertemuan berikutnya. 3. Observasi Dari hasil pengamatan dengan menggunakan format pengamatan dari penelit, dapat diketahui bahwa pelaksanaan tindakan siklus I hasilnya
58
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penerapan guru terhadap lima komponen yang ada pada model pembelajaran ARIAS. a. Assurance (percaya diri) Pada komponen ini guru sudah mulai menerapkannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi peneliti ketika proses pembelajaran siklus I. b. Relevance (relevansi) Dalam menjelaskan pelajaran, guru telah berusaha menerapkan komponen kedua ini. Salah satu cara guru menerapkannya yakni dengan menggunakan bahasa yang jelas (mudah dimengerti oleh siswa). c. Interest (perhatian/minat) Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan penjelasan materi, memberikan tugas dan sebagainya, akan tetapi guru juga harus bisa menarik perhatian siswa, minat atau motivasi siswa pada pelajaran. Begitu pula dalam penerapan model pembelajaran ARIAS, aspek perhatian, minat dan motivasi tercakup pada aspek interest. Untuk aspek ini, guru juga telah berusaha untuk menarik perhatian siswa. d. Assessment (penilaian) Pada komponen ini, guru menerapkannya dengan memberikan test melalui lembar pre-test dan post-test dan beberapa pertanyaan lewat lisan.
e. Satisfaction (kepusan/rasa bangga)
59
Pada komponen yang terakhir ini, yang dapat ditangkap oleh peneliti pada pelaksanaan pembelajaran siklus I hanya pada kalimat pujian (verbal) dan non verbal guru apabila siswa menjawab benar atau memberi tanggapan. 4. Pengamatan Setelah dilakukan tindakan siklus I dengan menggunakan metode ARIAS, peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil yang diperoleh meliputi dampak tindakan terhadap tindakan pembelajaran dan dampak tindakan hasil pembelajaran. a) Keberhasilan Proses Hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana dan telah menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil motivasi siswa dan prestasi pelajaran Fiqih. Penggunaan metode ARIAS dalam pelajaran Fiqih dapat terlaksana sesuai rencana walaupun dilihat dari pengamatan, setiap aspek masih perlu ditingkatkan. Berikut ini disajikan hasil pengamatan motivasi siswa keseluruhan aspek dan hasil test prestasi pelajaran Fiqih. Tabel 4.1. Skor motivasi siswa pada seluruh aspek siklus I No 1 2 3
Interval skor 70 - 100 60 – 69 50 – 59
f 15 9 6 30 Berdasarkan hasil pengamatan
% Kategori 50,0 Baik 30,0 Cukup 20,0 Kurang 100 pada motivasi siswa pada siklus I
menunjukkan bahwa 15 siswa (50,0 %) motivasinya baik, 9 siswa (30 %)
60
motivasi cukup dan 6 siswa (20 %) motivasinya kurang. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keseluruhan aspek tentang motivasi siswa motivasi siswa baik hanya mencapai 50 %, sehingga masih perlu dilanjutkan dengan siklus II. Sedangkan hasil pengamatan motivasi siswa masing-masing aspek pada siklus I dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4.2. Skor motivasi siswa pada masing-masing aspek siklus I No
Aspek yang diamati
Persen (%)
Kategori
1
Siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan
63.33
Cukup
2
50.00
Kurang
3
Siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru Siswa memberi respon terhadap penjelasan guru
46.67
Kurang
4
Siswa sering mengajukan pertanyaan
83.33
Baik
5
Siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru
96.67
Baik
6
Siswa aktif dalam mengikuti pelajaran
63.33
Cukup
7
Siswa mengerjakan PR atau tugas yang diberikan
53.33
Kurang
8
Siswa berani dalam menyampaikan pendapat
60.00
Cukup
9
Siswa berani dalam mempertahankan pendapatnya
60.00
Cukup
10
Siswa semangat dalam bekerja sama antar anggota kelompok
100.00
Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil pengamatan motivasi siswa dari 10 aspek menunjukkan bahwa pada aspek mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, aspek respon terhadap penjelasan guru, aspek mengerjakan tugas atau PR guru masih
61
berada dalam kategori kurang. Pada aspek menulis dan mencatat materi, aktif mengikuti pelajaran, berani menyampaikan pendapat. Berani mempertahankan pendapatnya berada dalam kategori cukup. Sedangkan pada aspek sering mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, semangat bekerja sesama anggota kelompok dalam ketegori baik. Sedangkan hasil nilai tes pada pelajaran fiqih pada siklus I disajikan pada Tabel 4.3. berikut. Tabel 4.3. Nilai pelajaran Fiqih pada siklus I No 1 2 3
Interval Nilai 7 – 10 6 – 6,9 5 – 5,9
f 26 4 0 30
% 86,7 13,3 0,0 100
Kategori Baik Cukup Kurang
Berdasarkan hasil analisis frekuensi menunjukkan bahwa nilai tes pelajaran Fiqih pada siklus I dari 30 siswa yang mempunyai nilai kategori baik 26 siswa (86,7 %) dan 4 siswa (12,3 %) prestasi belajar pelajaran Fiqih dalam kategori cukup. b) Keberhasilan Produk Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa sebagian besar motivasi siswa adalah cukup. Adapun perubahan hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran tersebut adalah meningkatnya motivasi siwa. Meskipun perubahan yang dihasilkan belum maksimal dan masih memerlukan penggunaan model pembelajaran ARIAS lagi.
62
Pengamatan juga dilakukan terhadap hasil post test prestasi belajar pelajaran
fiqih.
Setelah
dikenai
tindakan,
yaitu
melalui
model
pembelajaran ARIAS, prestasi belajar pada pelajaran fiqih meningkat. Apabila dibandingkan dengan prestasi belajar pada pra siklus, siklus I sudah ada perubahan, tetapi belum mengalami perubahan yang berarti. Pada pra siklus rata-rata prestasi belajar pelajaran fiqih adalah 6,78 dan pada siklus I rata-ratanya adalah 7,52. 4) Refleksi Setelah dilakukan pengamatan, maka tahap selanjutnya adalah refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti dan kolaborator mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, yaitu menganalisis dan mengartikan hasil perlakuan pada siklus 1. Peneliti dan kolaborator juga membahas dan mendiskusikan hasil pembelajaran yang dilakukan setiap selesai pembelajaran model pembelajaran ARIAS. Setelah dilakukan perlakuan tindakan model pembelajaran ARIAS, maka peneliti dan guru mengemukakan telah terjadi peningkatan motivasi siswa dan prestasi belajar pelajaran fiqih meskipun hasil yang diperoleh belum maksimal. Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan oleh peneliti dan guru, maka kekurangan yang muncul ketika motivasi siswa dan prestasi belajar perlajaran fiqih dengan model pembelajaran ARIAS pada siklus I adalah belum maksimal. Oleh karena itu pada siklus II peneliti dan kolaborator merencanakan tindakan untuk memaksimalkan aspek-aspek yang kurang dalam motivasi siswa. Adapun langkah yang
63
diambil adalah mengulangi pemberian metode pembelajaran ARIAS. Refleksi lain juga dilakukan adalah berdasarkan peningkatan motivasi yang telah dilakukan pada siklus I. Peneliti membandingkan motivasi pre test (sebelum dikenai tindakan) dengan motivasi post-test (setelah dikenai tindakan). Berikut ini adalah tabel peningkatan motivasi siswa pre-test dengan rata-rata post-test untuk mengetahui keberhasilan siklus I. Tabel 4.4. Skor rata-rata pre-test dan post-test motivasi siswa dengan model pembelajaran ARIAS pada Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Rata-rata Rata-rata skor skor Perubahan pre-test post-test Siswa menulis dan mencatat 33.33 63.33 30.00 materi yang diajarkan Siswa mendengarkan atau 16.67 50.00 33.33 memperhatikan penjelasan dari guru Siswa memberi respon 6.67 46.67 40.00 terhadap penjelasan guru Siswa sering mengajukan 80.00 83.33 3.33 pertanyaan Siswa menjawab pertanyaan 90.00 96.67 6.67 yang ditanyakan guru Siswa aktif dalam mengikuti 33.33 63.33 30.00 pelajaran Siswa mengerjakan PR atau 26.67 53.33 26.67 tugas yang diberikan Siswa berani dalam 26.67 60.00 33.33 menyampaikan pendapat Siswa berani dalam 23.33 60.00 36.67 mempertahankan pendapatnya Siswa semangat dalam bekerja 100.00 100 0.00 sama antar anggota kelompok Pada Tabel 4.4 di atas diketahui skor rata-rata pre-tes dan postAspek
test, sehingga peningkatan setiap aspek motivasi siswa pada siklus I
64
dapat diketahui. Berikut ini akan dideskripsikan peningkatan motivasi siswa pada tiap-tiap aspek. a.Aspek siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa skor pre test ratarata pada aspek siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan adalah 33,33, setelah dikenai tindakan skor rata-rata pada aspek siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan meningkat menjadi 63,33 artinya bahwa motivasi siswa setelah dikenai tindakan meningkat sebesar 30,00. b.Aspek siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa motivasi pre test rata-rata pada aspek siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru adalah 16,67 setelah dikenai tindakan motivasi rata-rata pada aspek siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru meningkat menjadi 50,00, artinya bahwa motivasi siswa setelah dikenai tindakan meningkat sebesar 33,33. c.Aspek siswa memberi respon terhadap penjelasan guru Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa motivasi siswa pre test rata-rata pada aspek siswa memberi respon terhadap penjelasan guru adalah 6,67, setelah dikenai tindakan motivasi siswa rata-rata pada aspek siswa memberi respon terhadap penjelasan guru meningkat menjadi 46,67 artinya bahwa motivasi siswa setelah dikenai tindakan meningkat 40,00.
65
d.Siswa sering mengajukan pertanyaan Pada aspek siswa sering mengajukan pertanyaan motivasi siswa sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 80,00 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 83,33, sehingga mengalami peningkatan 3,33. e. Siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru Pada aspek siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 90,00 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 96,67, sehingga mengalami peningkatan 6,67. f. Siswa aktif dalam mengikuti pelajaran Pada aspek siswa aktif dalam mengikuti pelajaran sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 33,33 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 63,33, sehingga mengalami peningkatan 30,00. g.Siswa mengerjakan PR atau tugas yang diberikan Pada aspek siswa mengerjakan PR atau tugas yang diberikan sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 26,67 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 53,33, sehingga mengalami peningkatan 26,67.
66
h.Siswa berani dalam menyampaikan pendapat Pada aspek Siswa berani dalam menyampaikan pendapat sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 26,67 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 60,00, sehingga mengalami peningkatan 33,33. i.Siswa berani dalam mempertahankan pendapatnya Pada
aspek
siswa
berani
dalam
mempertahankan
pendapatnya sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 23,33 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 60,00, sehingga mengalami peningkatan 36,67. j.Siswa semangat dalam bekerja sama antar anggota kelompok Pada aspek siswa semangat dalam bekerja sama antar anggota kelompok sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 100,00 dan setelah dilakukan tindakan (post test)
rata-rata
motivasi
100,00,
sehingga tidak
mengalami
peningkatan atau tetap. k.Motivasi siswa seluruh Aspek Berdasarkan
deskripsi
seluruh
aspek,
maka
dapat
disimpulkan bahwa motivasi siswa MAN Tegalrejo Magelang pada siklus I adalah cukup. Motivasi siswa pada seluruh aspek dapat dilihat pada Tabel berikut.
67
Tabel 4.5. Skor rata-rata motivasi siswa pre-test dan post-test Siklus I No
Variabel
1.
Motivasi siswa Berdasarkan
Pre test 43,67 hasil
Post test 67,67 perhitungan
Perubahan nilai 24,00 prosentase
Kriteria Cukup perubahan
motivasi siswa diketahui bahwa siklus I dibandingkan dengan motivasi awal mengalami perubahan sebesar 24,00 sehingga motivasi siswa pada siklus I dikategorikan cukup, dan perlu dilanjutkan ke siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pada siklus I diperoleh beberapa hal yang positif antara lain: a. Siswa dapat menerima kegiatan pembelajaran ini. b. Sebagian siswa mulai memberikan respon terhadap kegiatan pembelajaran ini dan penjelasan guru. c. Substansi materi telah cukup baik serta mendapat tanggapan positif yang ditandai dengan serius memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. d. Siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran meskipun tanya jawab belum berkembang secara optimal, ini dikarenakan sebagian siswa masih malu dalam bertanya. e. Daya serap siswa cukup baik, karena rata-rata tes awal dan akhir mengalami peningkatan.
68
f. Adanya skenario kegiatan pembelajaran yang dapat mempermudah dalam melakukan tindakan. g. Guru telah menerapkan lima komponen ARIAS. Sedangkan kekurangan dari tindakan pada siklus I adalah: a. Strategi pembelajaran belum dapat diterapkan. b. Metode ceramah yang masih dominan, sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa masih banyak yang tidak memperhatikan. c. Guru dan siswa dalam pembelajaran dengan model ARIAS masih terlihat canggung dan masih terkesan tegang, ini dikarenakan merupakan hal yang baru. Berdasarkan observasi dan diskusi dengan guru, secara umum kegiatan pembelajaran sudah cukup baik, tetapi guru masih terlihat canggung dalam proses penerapan model pembelajaran ARIAS. Penggunaan model pembelajaran ARIAS belum bisa menyentuh seluruh motivasi siswa, karena hanya beberapa siswa yang terlihat aktif bertanya. Penggunaan metode ceramah yang lebih dominan sehingga siswa masih belum terlibat banyak dalam proses pembelajaran. Melalui refleksi dari proses penerapan model pembelajaran ARIAS pada siklus I ini, maka peneliti berupaya untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus II. Namun, peneliti tidak sendiri dalam merencanakan perbaikan untuk siklus II. Peneliti tentukan berdiskusi dengan guru Fiqih sebagai kolaborator
69
dengan peneliti. Adapun rencana perbaikan/revisi untuk siklus II adalah: a. Menyiapkan
semua
peralatan
pembelajaran
terutama
ruang/kelas sebelum jam pembelajaran. b. Memaksimalkan penerapan lima komponen dalam model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran. c. Menerapkan strategi yang dapat membuat siswa lebih aktif. d. Meminimalisir metode ceramah. B. Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan siklus I. Pada siklus II ini akan membahas materi kafalah yang akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. a. Pertemuan ke-1 Perencanaan pada siklus II pertemuan ke-1 ini sama seperti pertemuan di siklus I, tahap perencanaan di siklus II ini juga digunakan untuk menyusun rencana praktik pembelajaran, perencanaan tindakan, rencana observasi dan rencana refleksi. Perencanaan tindakan siklus II pada pertemuan ke-1 ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Rencana praktik pembelajaran Rencana praktik pembelajaran ini meliputi: Pokok Bahasan
: Kafalah
70
Sub Pokok Bahasan : Pengertian, dasar hukum kafalah, menjelaskan kebolehan dan batas tanggung jawab penanggung. Kelas/Semester
: X-1/II
Waktu
: 07.00 – 08.20
Sekolah
: MAN Tegalrejo Magelang
Kompetensi Dasar
: Mengidentifikasi aturan Islam tentang kafalah
Materi Pokok
: Fiqih
Model Pembelajaran : ARIAS Metode/Strategi
: Ceramah, diskusi/small group discussion
Rencana praktik pembelajaran selengkapnya pada lampiran. 2) Perencanaan tindakan Perencanaan tindakan ini pada siklus meliputi perencanaan pretest
yang
dilaksanakan
ketiga
kegiatan
awal
pembelajaran,
perencanaan kegiatan awal pembelajaran, perencanaan kegiatan inti pembelajaran, perencanaan kegiatan akhir pembelajaran, perencanaan post-test yang dilaksanakan ketika kegiatan akhir pembelajaran. Dalam perencanaan tindakan ini, strategi termasuk yang paling utama disoroti, karena hal ini menjadi beban evaluasi dan revisi dari siklus I yang diterapkan pada siklus II.
71
3) Perencanaan observasi Observasi pada kali ini direncanakan sama dengan perencanaan siklus I lalu yakni dengan tujuan untuk memperoleh data tingkat motivasi belajar dan penerapan model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran Fiqih pada pertemuan pertama siklus II dengan menggunakan lembar pengamatan motivasi belajar. Dan hasil temuan negatif (kekurangan) akan diperbaiki di pertemuan ke-2. b. Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-2 ini tahap perencanaan ini juga digunakan untuk menyusunan rencana praktik pembelajaran, perencanaan tindakan, rencana observasi dan rencana refleksi. Sebagai tanda perbaikan dari pertemuan ke-1. Adapun tindakan siklus II pertemuan ke-2 ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Rencana praktik pembelajaran Rencana praktik pembelajaran ini meliputi meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, kelas/semester, waktu, sekolah, kompetensi dasar, materi pokok, metode/strategi (rencana praktik pembelajaran selengkapnya terlampir pada lampiran 1) Rencana praktik pembelajaran ini meliputi: Pokok Bahasan
: Kafalah
Sub Pokok Bahasan : Macam-macam kafalah dan pelaksanaan kafalah. Kelas/Semester
: X-1/II
72
Waktu
: 07.00 – 08.20
Sekolah
: MAN Tegalrejo Magelang
Kompetensi Dasar
: Mengidentifikasi aturan Islam tentang kafalah
Materi Pokok
: Fiqih
Model Pembelajaran : ARIAS Metode/Strategi
: Ceramah, diskusi/small group discussion
Rencana praktik pembelajaran selengkapnya pada lampiran. 2) Perencanaan tindakan Perencanaan
tindakan
ini
meliputi
perencanaan
pre-test
perencanaan kegiatan awal pembelajaran, perencanaan kegiatan inti pembelajaran, perencanaan kegiatan akhir pembelajaran, perencanaan post-test. 3) Perencanaan observasi Observasi ini direncanakan dengan tujuan untuk memperoleh data tingkat motivasi belajar dalam proses pembelajaran Fiqih pada pertemuan kedua siklus II dengan menggunakan lembar pengamatan motivasi belajar. 4) Perencanaan refleksi Tujuan dari perencanaan refleksi ini yakni untuk menemukan kekurangan yang ada pada siklus I dan berusaha untuk memperbaiki dengan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II. Artinya, segala kekurangan yang ditemukan pada siklus II. Dalam pelaksanaan
73
refleksi antara guru dan peneliti harus terbuka untuk menyampaikan hasil temuannya atau hasil pengamatannya selama tindakan. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan ke-1 Materi yang diajarkan pada sikus II ini adalah materi kafalah pada pokok bahasan pengertian, hukum, kebolehan dan batas tanggung jawab, penanggung, macam, pelaksanaan kafalah, dengan kompetensi dasar mengidentifikasi
aturan
Islam
tentang
kafalah
dengan
indikator
pembelajarannya antara lain: 1) Menjelaskan pengertian dan hukum kafalah. 2) Menjelaskan kebolehan dan batas tanggung jawab penanggung. Pada siklus II pertemuan pertama ini tidak jauh berbeda dengan siklus I yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah singkat dan strategi diskusi kelompok. Pada awal kegiatan pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan salam dan menyapa siswa, guru berusaha menarik perhatian dan minat siswa dengan sesekali mengajukan pertanyaan pelacak kepada siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi. Tapi sebelum dimulai pembelajaran, siswa diminta mengerjakan pre-test dan guru sambil menjelaskan tujuan pembelajaran serta relevansinya. Pada kegiatan pembelajaran, siswa diperintahkan untuk berdiskusi dengan teman sekelompok mengenai materi yang akan dipelajari dan guru mengawasi kegiatan siswa. Setelah waktu berdiskusi guru bertanya tentang hasil
74
diskusi
ke
siswa
mempresentasikannya.
dengan Untuk
meminta
beberapa
memantapkan
siswa
pemahaman,
untuk guru
menjelaskan materi lebih detail dan sesekali siswa diajak berdiskusi bersama. Seperti di awal, pada akhir kegiatan pembelajaran guru juga meminta siswa mengerjakan lembaran post-test sambil mengingatkan pelajaran yang akan dipelajari di pertemuan berikutnya. i. Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-2 ini, materi yang diajarkan masih mengenai kafalah tapi pada pokok bahasan macam kafalah dan pelaksanaan kafalah, dengan kompetensi dasar mengidentifikasi aturan Islam tentang kafalah. Adapun indikator pembelajarannya antara lain: 1) Menjelaskan macam-macam kafalah. 2) Pelaksanaan kafalah. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini hampir sama dengan
kegiatan
pembelajaran
pertemuan
pertama
yaitu
dengan
menggunakan metode pembelajaran ceramah singkat dan strategi diskusi kelompok. Pada awal kegiatan pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan salam dan menyapa siswa, guru berusaha menarik perhatian dan minat siswa dengan sesekali mengajukan pertanyaan pelacak kepada siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi. Tapi sebelum dimulai pembelajaran, siswa diminta mengerjakan pre-test dan guru sambil menjelaskan tujuan pembelajaran serta relevansinya. Pada kegiatan
75
pembelajaran, siswa diperintahkan untuk berdiskusi dengan teman sekelompok mengenai materi yang akan dipelajari dan guru mengawasi kegiatan siswa. Setelah waktu berdiskusi guru bertanya tentang hasil diskusi
ke
siswa
dengan
mempresentasikannya.
Untuk
meminta
beberapa
memantapkan
siswa
untuk
pemahaman,
guru
menjelaskan materi lebih detail dan sesekali siswa diajak berdiskusi bersama. Seperti di awal, pada akhir kegiatan pembelajaran guru juga meminta siswa mengerjakan lembaran post-test sambil mengingatkan pelajaran yang akan dipelajari di pertemuan berikutnya. 3. Observasi a. Pertemuan ke-1 Dari hasil pengamatan dengan menggunakan format pengamatan dari peneliti, dapat diketahui bahwa pelaksanaan tindakan siklus II hasilnya meningkat cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari penerapan guru terhadap lima komponen yang ada pada model pembelajaran ARIAS. 1. Assurance (percaya diri) Pada komponen ini guru sudah mulai menerapkannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi peneliti ketika proses pembelajaran siklus II pertemuan ke-1. 2. Relevance (relevansi) Pada komponen kedua ini, guru berusaha menjelaskan pelajaran dengan menghubungkan ke kehidupan riil siswa.
76
3. Interest (perhatian/minat) Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan penjelasan materi, memberikan tugas dan sebagainya, akan tetapi guru juga harus bisa menarik perhatian siswa, minat atau motivasi siswa pada pelajaran. Begitu pula dalam penerapan model pembelajaran ARIAS, aspek perhatian, minat dan motivasi tercakup pada aspek interst. Untuk aspek ini, guru juga telah berusaha untuk menarik perhatian siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik ke siswa. 4. Assessment (penilaian) Pada komponen ini, guru menerapkannya dengan memberikan tes melalui lembar pre-test dan post-test dan beberapa pertanyaan lewat lisan. 5. Satisfaction (kepuasan/rasa bangga) Pada komponen yang terakhir ini, yang dapat ditangkap oleh peneliti pada pelaksanaan pembelajaran siklus II hanya pada kalimat pujian (verbal) dan non verbal guru apabila siswa menjawab benar atau memberi tanggapan. 4. Pengamatan Setelah dilakukan tindakan siklus II dengan menggunakan metode ARIAS, peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil yang diperoleh meliputi hasil motivasi siswa dan prestasi pelajaran fiqih.
77
a) Keberhasilan Proses Hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan telah sesuai rencana dan telah menunjukkan adanya peningkatan dalam hasil motivasi siswa dan prestasi pelajaran Fiqih. Berikut ini disajikan hasil pengamatan motivasi siswa keseluruhan aspek dan hasil test prestasi pelajaran Fiqih. Tabel 4.6. Skor motivasi siswa pada seluruh aspek siklus II No 1 2 3
Interval skor 70 - 100 60 – 69 50 – 59
f 25 4 1 30
% 83,3 13,3 3,3 100
Kategori Baik Cukup Kurang
Berdasarkan hasil pengamatan pada motivasi siswa pada siklus II menunjukkan bahwa 25 siswa (83,3 %) motivasinya baik, 4 siswa (13,3 %) motivasi cukup dan 1 siswa (3,3 %) motivasinya kurang. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keseluruhan aspek tentang motivasi siswa paling banyak adalah mtovasinyanya baik, yaitu mencapai 83,3 %. Sedangkan hasil pengamatan motivasi siswa masing-masing aspek pada siklus II dapat dilihat pada Tabel berikut.
78
Tabel 4.7. Skor motivasi siswa pada masing-masing aspek siklus II No
Aspek yang diamati
1 2
Siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan Siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru Siswa memberi respon terhadap penjelasan guru Siswa sering mengajukan pertanyaan Siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru Siswa aktif dalam mengikuti pelajaran Siswa mengerjakan PR atau tugas yang diberikan Siswa berani dalam menyampaikan pendapat Siswa berani dalam mempertahankan pendapatnya Siswa semangat dalam bekerja sama antar anggota kelompok
3 4 5 6 7 8 9 10
Persen (%)
Kategori
73.33 70.00
Baik Baik
83.33 86.67 100.00 76.67 76.67 76.67 70.00 100.00
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengamatan motivasi siswa dari 10 aspek menunjukkan bahwa pada masing-masing aspek motivasi siswanya semuanya menunjukkan kategori baik.. Sedangkan hasil prestasi belajar pada pelajaran fiqih pada siklus II disajikan pada Tabel 4.8. berikut. Tabel 4.8. Nilai pelajaran Fiqih pada siklus II No 1 2 3
Interval Nilai 7 – 10 6 – 6,9 5 – 5,9
f 30 0 0 30
% 100 0 0 100
Kategori Baik Cukup Kurang
79
Berdasarkan hasil analisis frekuensi menunjukkan bahwa prestasi belajar, yaitu nilai tes pelajaran Fiqih pada siklus II dari 30 siswa semuanya prestasi belajarnya di atas nilai 7, sehingga dikategorikan baik (100 %). b) Keberhasilan Produk Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa sebagian besar motivasi siswa adalah baik. Adapun perubahan hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran tersebut adalah meningkatnya motivasi siwa. Perubahan yang dihasilkan sudah maksimal. Pengamatan juga dilakukan terhadap hasil post test prestasi belajar pelajaran
fiqih.
Setelah
dikenai
tindakan,
yaitu
melalui
model
pembelajaran ARIAS, prestasi belajar pada pelajaran fiqih meningkat. Apabila dibandingkan dengan prestasi belajar pada siklus I, siklus II sudah mengalami perubahan yang berarti. Pada siklus I rata-rata prestasi belajar pelajaran fiqih adalah 7,52 dan pada siklus II rata-ratanya adalah 9,12. c) Refleksi Setelah dilakukan pengamatan, maka tahap selanjutnya adalah refleksi. Pada tahap refleksi, peneliti dan guru mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, yaitu menganalisis dan mengartikan hasil perlakuan pada siklus II. Peneliti dan kolaborator juga membahas dan mendiskusikan hasil pembelajaran yang dilakukan setiap selesai pembelajaran model pembelajaran ARIAS. Setelah dilakukan perlakuan
80
tindakan model pembelajaran ARIAS, maka peneliti dan guru mengemukakan telah terjadi peningkatan motivasi siswa dan prestasi belajar pelajaran fiqih. Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan oleh peneliti dan guru, maka diamati motivasi siswa dan prestasi belajar pelajaran fiqih dengan model pembelajaran ARIAS pada siklus II adalah sudah baik. Refleksi lain juga dilakukan adalah berdasarkan peningkatan motivasi yang telah dilakukan pada siklus II. Peneliti membandingkan motivasi pre test (sebelum dikenai tindakan) dengan motivasi post-test (setelah dikenai tindakan). Berikut ini adalah tabel peningkatan motivasi siswa pre-test dengan rata-rata post-test untuk mengetahui keberhasilan siklus II.
81
Tabel 4.9. Skor rata-rata pre-test dan post-test motivasi siswa dengan model pembelajaran ARIAS pada Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Rata-rata skor pre-test Siswa menulis dan mencatat 33.33 materi yang diajarkan Siswa mendengarkan atau 16.67 memperhatikan penjelasan dari guru Siswa memberi respon 6.67 terhadap penjelasan guru Siswa sering mengajukan 80.00 pertanyaan Siswa menjawab pertanyaan 90.00 yang ditanyakan guru Siswa aktif dalam mengikuti 33.33 pelajaran Siswa mengerjakan PR atau 26.67 tugas yang diberikan Siswa berani dalam 26.67 menyampaikan pendapat Siswa berani dalam 23.33 mempertahankan pendapatnya Siswa semangat dalam bekerja 100.00 sama antar anggota kelompok Aspek
Rata-rata skor post-test 73.33
Perubahan 40.00
70.00
53.33
83.33
76.67
86.67
6.67
100.00
10.00
76.67
43.33
76.67
50.00
76.67
50.00
70.00
46.67
100.00
0.00
Pada Tabel 4.9 di atas diketahui skor rata-rata pre-tes dan posttest, sehingga peningkatan setiap aspek motivasi siswa pada siklus II dapat diketahui. Berikut ini akan dideskripsikan peningkatan motivasi siswa pada tiap-tiap aspek. a.
Aspek siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa skor pre test ratarata pada aspek siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan adalah 33,33, setelah dikenai tindakan skor rata-rata pada aspek
82
siswa menulis dan mencatat materi yang diajarkan meningkat menjadi 73,33 artinya bahwa motivasi siswa setelah dikenai tindakan meningkat sebesar 40,00. b.
Aspek siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa motivasi pre test rata-rata pada aspek siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru adalah 16,67 setelah dikenai tindakan motivasi rata-rata pada aspek siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru meningkat menjadi 70,00, artinya bahwa motivasi siswa setelah dikenai tindakan meningkat sebesar 53,33.
c.
Aspek siswa memberi respon terhadap penjelasan guru Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa motivasi siswa pre test rata-rata pada aspek siswa memberi respon terhadap penjelasan guru adalah 6,67, setelah dikenai tindakan motivasi siswa rata-rata pada aspek siswa memberi respon terhadap penjelasan guru meningkat menjadi 83,33 artinya bahwa motivasi siswa setelah dikenai tindakan meningkat 76,67.
d.
Siswa sering mengajukan pertanyaan Pada aspek siswa sering mengajukan pertanyaan motivasi siswa sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 80,00 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 86,67, sehingga mengalami peningkatan 6,67.
83
e.
Siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru Pada aspek siswa menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 90,00 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 100,00, sehingga mengalami peningkatan 10,00.
f.
Siswa aktif dalam mengikuti pelajaran Pada aspek siswa aktif dalam mengikuti pelajaran sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 33,33 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 76,67, sehingga mengalami peningkatan 43,33.
g.
Siswa mengerjakan PR atau tugas yang diberikan Pada aspek siswa mengerjakan PR atau tugas yang diberikan sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 26,67 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 76,67, sehingga mengalami peningkatan 50,00.
h.
Siswa berani dalam menyampaikan pendapat Pada aspek Siswa berani dalam menyampaikan pendapat sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 6,67 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 76,67, sehingga mengalami peningkatan 50,00.
i.
Siswa berani dalam mempertahankan pendapatnya Pada
aspek
siswa
berani
dalam
mempertahankan
84
pendapatnya sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 23,33 dan setelah dilakukan tindakan (post test) rata-rata motivasi 70,00, sehingga mengalami peningkatan 46,67. j.
Siswa semangat dalam bekerja sama antar anggota kelompok Pada aspek siswa semangat dalam bekerja sama antar anggota kelompok sebelum diberi tindakan (pre test) rata-rata motivasinya adalah 100,00 dan setelah dilakukan tindakan (post test)
rata-rata
motivasi
100,00,
sehingga tidak
mengalami
peningkatan atau tetap. k.
Motivasi siswa seluruh Aspek Berdasarkan
deskripsi
seluruh
aspek,
maka
dapat
disimpulkan bahwa motivasi siswa MAN Tegalrejo Magelang pada siklus I adalah cukup. Motivasi siswa pada seluruh aspek dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4.10. Skor rata-rata motivasi siswa pre-test dan post-test Siklus II No
Variabel
1.
Motivasi siswa Berdasarkan
Pre test 43,67 hasil
Post test 81,33 perhitungan
Perubahan nilai 37,67 prosentase
Kriteria Baik perubahan
motivasi siswa diketahui bahwa siklus II dibandingkan dengan motivasi awal mengalami perubahan sebesar 37,67 sehingga motivasi siswa pada siklus II dikategorikan baik.
85
Dari hasil pengamatan dengan menggunakan format pengamatan dari peneliti dapat diketahui bahwa pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ke-1 hasil cukup baik sehingga diperoleh beberapa temuan positif sebagai berikut: 1) Penerapan model pembelajaran ARIAS mulai mengarah ke optimal. 2) Guru dan siswa dalam pembelajaran dengan model ARIAS mulai terlihat terbiasa dan tidak terkesan tegang. 3) Substansi materi telah cukup baik serta mendapat tanggapan positif yang ditandai dengan serius memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. 4) Siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran dan tanya jawab mulai berkembang secara optimal, ini dikarenakan sebagian siswa mulai merasakan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. 5) Sebagian siswa mulai memberikan respon terhadap kegiatan pembelajaran ini dan penjelasan guru. 6) Adanya skenario kegiatan pembelajaran yang dapat mempermudah dalam melakukan tindakan 7) Proses kegiatan pembelajaran lebih terorganisir. Sedangkan temuan negatif adalah: 1) Siswa merasa kesulitan dalam ungkapan kafalah 2) Metode pembelajaran ceramah yang masih dominan. 3) trategi pembelajaran belum dapat diterapkan.
86
Dari hasil pengamatan dengan menggunakan format pengamatan dari peneliti dapat diketahui bahwa pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ke-2 hasilnya cukup baik sehingga diperoleh beberapa temuan positif sebagai berikut: 1) Penerapan model pembelajaran ARIAS mulai mengarah ke optimal. 2) Guru dan siswa dalam pembelajaran dengan model ARIAS mulai terlihat terbiasa dan tidak terkesan tegang. 3) Substansi materi telah cukup baik serta mendapat tanggapan positif yang ditandai dengan serius memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. 4) Siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran dan tanya jawab mulai berkembang secara optimal, ini dikarenakan sebagian siswa mulai merasakan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. 5) Sebagian siswa mulai memberikan respon terhadap kegiatan pembelajaran ini dan penjelasan guru. 6) Adanya skenario kegiatan pembelajaran yang dapat mempermudah dalam melakukan tindakan 7) Proses kegiatan pembelajaran lebih terorganisir. C. Perbandingan Antar Siklus I dan Siklus II Hasil yang dicapai siswa pada siklus I dapat dilihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai pre-test sebesar 7 ke atas 63,3 %, post-test 86,7% (data selengkapnya disajikan pada lampiran). Berdasarkan data di atas, prestasi belajar siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang terhadap pelajaran Fiqih mengalami
87
peningkatan. Hal ini dapat dilihat presentase keberhasilan produk serta rata-rata nilai pre-test dan post-test. Pada nilai pre-test siswa yang memperoleh nilai di atas 7 sebanyak 63,3 %, sedangkan pada post-test nilai di atas 7 sebanyak 86,7% (data selengkapnya disajikan pada lampiran). Apabila presentase nilai di atas 7 meningkat antara pre-test dan post-test yang diperoleh siswa pada siklus I juga mengalami peningkatan. Rata-rata nilai pre-test siswa sebesar 6,78 dan rata-rata nilai post-test siswa sebesar 7,52. Dari hasil tersebut dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa adalah sebesar 0,73 (dapat dilihat pada lampiran). Sebagaimana pada siklus I, pada siklus II siswa juga diminta mengerjakan soal pre-test dan post-test untuk mengukur prestasi belajar Fiqih siswa. Hasil yang dicapai siswa pada siklus II dapat dilihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai pre-test sebesar 7 ke atas sebanyak 86,7 % dan ketika post-test sebanyak 100% (data selengkapnya disajikan pada lampiran). Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 13,30 % dari hasil pre-test siklus I dengan nilai rata-rata sebesar 7,52. Post-test juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, pada siklus I siswa yang memperoleh nilai di atas 7 sebesar 86,7% dengan rata-rata 7,52, sedangkan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai di atas 7 sebesar 100% dengan rata-rata 9,12. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan nilai pre-test dan post-test sebesar 1,60. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
88
Tabel 4.11 Peningkatan Nilai Pre-test dan Post-test Siklus I dan II Siklus I II
Pre-test 6,78 7,52
Post-test 7,52 9,12
Kenaikan 0,73 1,60
Dalam dua siklus tindakan prestasi belajar mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dari hasil tes pre-test dan post-test yang telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan prestasi belajar Fiqih siswa ini tentunya dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Secara teoritis, peningkatan prestasi belajar siswa ini telah diawali dari meningkatnya motivasi belajar. Karena dengan semakin tingginya motivasi siswa, siswa pada akhirnya dapat menguasai konsep atau materi Fiqih yang dipelajari sehingga prestasi belajar Fiqih siswa dapat meningkat. Disadari atau tidak dalam proses pendidikan terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi tercapai tidaknya sebuah tujuan yang diinginkan. Adapun kedua faktor tersebut adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik yang bersifat material maupun non material. Faktor pendukung adalah hal-hal yang menunjang tercapainya suatu tujuan kegiatan, sedangkan faktor penghambat adalah berbagai hal yang menyebabkan tidak terlaksananya program dengan baik. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model pembelajaran ARIAS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang antara lain adalah sebagai berikut:
89
a. Faktor yang mendukung pelaksanaan model pembelajaran ARIAS dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih siswa di kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang adalah: 1) Antusiasme siswa Antusiasme siswa selama mengikuti pembelajaran ketika penerapan model pembelajaran ARIAS merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan model pembelajaran ARIAS. Secara input siswa kelas X-1 merupakan pilihan dari siswa lainnya, sebenarnya kemampuan siswa dalam pembelajaran PAI khususnya Fiqih dirasa standar-standar saja, akan tetapi rasa antusias siswa terhadap pelajaran Fiqih stabil walaupun tingkat antusiasnya tidak sama dengan mata pelajaran umum lainnya. Hal ini dapat dijadikan modal dalam penerapan model pembelajaran ARIAS, apalagi kalau didukung dengan usaha guru yang selalu ingin membuat suasana pembelajaran menjadi suasana yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru Fiqih kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang, faktor yang mendukung pelaksanaan model pembelajaran ARIAS pada pembelajaran Fiqih yaitu antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran seperti yang telah diungkapkan peneliti sebelumnya. Selain faktor pendukung yang telah diungkapkan guru menurut peneliti yang berdasarkan hasil pengamatan terdapat faktor-
90
faktor lain yang mendukung pelaksanaan model pembelajaran ARIAS. 2) Kemauan guru dalam mencoba Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru selain menjadi pendidik guru juga sebagai fasilitator, innovator, motivator. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru memiliki peran penting karena guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Dengan kemauan guru yang tinggi dalam mencoba sesuatu hal yang baru dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bervariasi atau tidak monoton. b. Faktor yang mendukung model pembelajaran ARIAS dengan metode lain 1) Fleksibilitas model pembelajaran ARIAS Dalam menerapkan model pembelajaran ARIAS ini, tidak terlalu
dikekang
dalam
pelaksanaannya.
Guru
bebas
dalam
menentukan metode/strategi/media/penilaian yang akan digunakan ketika pembelajaran. Peneliti juga sependapat dengan guru bahwa dalam penerapan model pembelajaran ARIAS tidak serta merta harus berdiri sendiri, akan tetapi model pembelajaran ARIAS juga bisa divariasikan dengan metode/strategi lain. Hal ini sesuai dengan komponen model pembelajaran ARIAS yang ada lima (assurance, relevance, interest, assessment, satisfaction). Di antara kelima komponen tersebut
91
terdapat komponen yang memperhatikan aspek minat dan perhatian siswa percaya siswa. Untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut pada siswa, salah satunya dengan menggunakan metode/strategi yang bisa membangkitkan aspek tersebut. Oleh karena itu, dalam model pembelajaran ARIAS ini bebas menggunakan metode/strategi apapun, asalkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan pelajaran yang akan diajarkan. Sedangkan yang menjadi faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan model pembelajaran ARIAS adalah : a. Alokasi waktu pembelajaran Fiqih kurang memadai Berdasarkan wawancara dengan guru Fiqih, alokasi waktu untuk pembelajaran Fiqih dirasa kurang. Karena pembelajaran Fiqih banyak muatannya dan agar siswa lebih faham memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk penyampaian materi, yang mana dalam setiap satu pekan hanya satu kali pertemuan dengan waktu 80 menit. b. Kurangnya pemahaman guru Fiqih terhadap metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan Dalam menggunakan
pelaksanaan
pembelajaran
metode/strategi
yang
Fiqih,
baru
guru
jarang
sehingga
proses
pembelajaran selama ini cukup terkesan konvensioanl. Hal ini pembelajaran selama ini cukup terkesan konvensional. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman guru terhadap metode/strategi yang dapat mengaktifkan siswa.
92
Selain faktor penghambat yang telah diungkapkan guru menurut peneliti yang berdasarkan hasil pengamatan terhadap faktorfaktor lain yang agak menghambat pelaksanaan model pembelajaran ARIAS pada pembelajaran Fiqih yaitu: 1) Setting penataan kelas Setting penataan ruang kelas di MAN Tegalrejo Magelang yaitu meja panjang dan kursi berbaris ke belakang. Jadi belum menggunakan bentuk kursi dan meja yang menyatu sehingga ketika guru merasa kesulitan ketika ingin menggunakan metode yang memerlukan posisi tempat duduk yang bervariasi misalnya dengan formasi corak U, lingkaran, dan formasi lainnya. Tetapi hal ini tidak membuat guru kehilangan cara, untuk dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, guru menggunakan cara dengan mendatangi siswa ke tempatnya apabila ada yang bertanya dan ketika mengawasi siswa. Dengan adanya beberapa faktor penghambat di atas, maka terdapat usaha untuk mengatasi adanya faktor penghambat tersebut. Adapun usaha yang dilakukan antara lain sebagai berikut: a. Menyeleksi materi pelajaran, artinya guru hanya menyampaikan materi yang dianggap penting untuk disampaikan, tentunya telah diseleksi terlebih dahulu sebelumnya. b. Sebelum memulai proses pembelajaran atau beberapa hari sebelum hari siklus tindakan, peneliti dan guru mendiskusikan metode/strategi apa yang
93
akan digunakan. Untuk mempermudah langkah guru dalam proses pembelajaran, maka dibuatlah langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini tidak bisa dipungkiri terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya walaupun sebenarnya jika dilihat secara keseluruhan pelaksanaan model pembelajaran ARIAS ini dapat dikatakan baik. Hanya saja, penulis perlu membandingkan antara teori model pembelajaran ARIAS dan penerapannya ketika di lapangan. Model pembelajaran ARIAS terdiri dari 5 (lima) komponen yakni assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Ada bebarapa hal yang belum dapat diterapkan sesuai dengan idealnya teori model pembelajaran ARIAS yakni: a. Assurance (percaya diri) Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Ketika proses pembelajaran, guru telah berusaha membangkitkan rasa percaya diri siswa dengan kata-kata yang memberi muatan power untuk siswa. Cara ini merupakan memberikan harapan kepada siswa, agar siswa memiliki keyakinan kalau siswa sebenarnya bisa melakukan apa yang menjadi tanggun jawab siswa. Untuk meningkatkan motivasi perlu dibangkitkan dahulu rasa percaya diri pada siswa, pemberian harapan ini merupakan salah satu cara yang dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa dan akhirnya menjadi motivasi bagi siswa (Hamalik; 1992: 186).
94
Hal senada pula yang diungkapkan oleh DeCecco dan Grawford yang dikutip oleh Slameto (2003: 176) bahwa untuk meningkatkan dan memelihara motivasi guru harus mengetahui 4 (empat) fungsi mengajar yang diantaranya pemberian harapan yang realistis. Selain pemberian harapan, cara yang dapat ditempuh antara lain dengan menghadirkan seorang model yang terkenal dalam suatu bidang atau pembicara, atau video tape atau menceritakan potret seseorang yang telah berhasil, ini juga merupakan cara yang dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. Serta cara yang dapat menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan siswa. Ungkapan tersebut juga dinyatakan oleh Sutrisno (2005: 70) bahwa dengan menghadirkan model dapat pula mengakibatkan siswa akan lebih menguasai pengetahuan atau ketrampilan baru, lebih mempercayai bukti daripada ucapan dan perkataan. Beberapa cara dan contoh telah diungkapkan di atas, pada komponen ini, sebenarnya guru bisa saja menggunakan model sebagai cara, kalaupun tidak bisa menghadirkan seseorang untuk dijadikan model karena alasannya materi dhaman dan kafalah, tapi guru juga bisa menceritakan sosok model yang selama ini umat Islam teladani yakni Rosulullah dan para sahabatnya selama menerapkan hukum dhaman dan kafalah. Hal seperti ini tentunya dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, karena pada dasarnya siswa juga membutuhkan seseorang sebagai figur untuk membangkitkan rasa percaya diri, oleh karena itu, perlu pengembangan-pengembangan kembali dalam penerapan komponen ini.
95
Meskipun demikian, hal ini dirasa baik untuk kategori pemula dalam penerapan model pembelajaran yang baru. b. Relevance (relevansi) Istilah relevance juga dianggap penting untuk diperhatikan ketika proses pembelajaran. Maksud relevance di sini adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan "Penerapan model pembelajaran ARIAS" bahwasanya pada komponen ini guru telah menerapkannya dengan cukup baik. Akan tetapi, dalam penerapannya guru hanya menggunakan bahasa yang jelas, contoh-contoh yang tidak jauh dari kehidupan siswa. Sebenarnya pada unsur ini, guru juga bisa menggunakan cara dengan mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari ketika awal pembelajaran atau ketika contoh. Hanya saja ketika penerapan, guru belum menggunakan cara ini, padahal dengan mengemukakan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dapat memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan dapat mendorong siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang senada pula diungkapkan oleh Oemar Hamalik (1992: 182) bahwa apabila seseorang yang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, maka perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya. Begitu pula dengan pendapat Sadirman (1992: 94) bahwa dengan memahami tujuan yang harus dicapai,
96
siswa
akan
merasakan
pelajaran
tersebut
sangat
berguna
dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah terus untuk belajar. Hal ini merupakan alat motivasi yang sangat penting dan tentunya juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran yang didukung dengan strategi, metode atau media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan juga bisa digunakan sebagai satu cara agar siswa bisa merasakan bahwa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti tersebut memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka (Sopah; 2007: 4). Guru dapat menerapkan strategi-strategi yang dapat membuat siswa aktif. Misalnya untuk pelajaran dhaman dan kafalah dapat menggunakan strategi studi kasus. Untuk menjadikan proses pembelajaran sampai kearah relevance, guru dapat pula menyampaikan penjelasan kepada siswa mengenai manfaatnya
yang
dapat
disampaikan
melalui
contoh,
artinya
kebermaknaan pembelajaran dapat disampaikan oleh guru kepada siswa, karena siswa akan tertarik belajar jika materi yang dipelajari berguna atau penting baginya. c. Interest (perhatian/minat) Selain komponen yang lain, guru juga harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat atau perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan usaha membangkitkan dan memelihara minat atau perhatian merupakan usaha menumbuhkan rasa ingin tahu siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
97
Selama penerapan, guru juga telah berusaha menarik perhatian atau minat siswa dalam proses pembelajaran. Untuk menarik perhatian guru memang handal, akan tetapi dalam proses pembelajaran perhatian atau minat tidak hanya dibangkitkan saja melainkan juga perlu dipelihara agar selama proses pembelajaran minat atau perhatian siswa selalu dalam keadaan ON, kalau minat atau perhatian siswa ON terus maka rasa penasaran atau keingintahuan siswa juga bertambah, keingintahuan siswa terus meningkat. Menurut Sadirman (1992: 95) untuk menarik perhatian atau minat siswa dapat dengan cara: 1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. 2) Menghubungkan pelajaran dengan persoalan pengalaman yang lampau. 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Spesifiknya,
menurut
Slameto,
untuk
tetap
mendapatkan
perhatian, sekali-kali pengajar atau guru melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya meminta siswa menyusun soal-soal tes, menceritakan problem guru dan belajar. (Slameto; 2003: 178)
d. Assessment (penilaian) Pada komponen keempat ini yakni berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi di sini tidak hanya dilakukan oleh guru tapi bisa
98
dilakukan siswa sendiri terhadap dirinya sendiri atau dilakukan oleh siswa terhadap temannya sendiri. (Sopah; 2007: 5) Dalam penerapannya, unsur assessment dirasakan belum dapat diterapkan dengan optimal. Menurut Sopah (2007: 5), evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi bisa dilakukan oleh siswa untuk mengevaluasi diri merek sendiri dan bisa mengevaluasi teman mereka. Evaluasi seperti ini dapat mendukung proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam penerapan di lapangan, evaluasi yang digunakan hanya evaluasi yang obyektif dan memberi umpan balik terhadap kinerja sedangkan evaluasi diri sendiri dan teman belum dapat diterapkan. Untuk mempermudah penilaian dapat pula digunakan strategi-strategi yang dapat membuat siswa aktif. Misalnya, untuk melakukan penilaian diri, guru dapat menggunakan strategi "galeri belajar, mozaik penilaian (Siberman; 2006: 274 – 278) dan banyak lagi strategi yang lain. e. Satisfaction (penguatan) Sesuatu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Artinya siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu akan measa bangga atau puas atas keberhasilan tersebut. (Sopah; 2007: 5) Untuk penerapan unsur kelima ini, guru dirasa baik dalam menerapkannya, guru telah memberi penguatan kepada siswa baik secara
99
verbal dan non verbal, perhatian kepada siswa juga telah berusaha diperhatikan di hadapan siswa. Penguatan secara verbal di sini maksudnya memberikan pujian yang diungkapkan dengan lisan atau katakata pujian kepada siswa apabila siswa berhasil melakukan sesuatu sedangkan secara non verbal di sini maksudnya memberikan pujian melalui gerakan, ekspresi (non kata-kata). Berdasarkan teori yang ada, pemberian pujian kepada siswa yang sukses atau yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik merupakan bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan memotivasi yang baik. (Sadirman; 1992: 94) Walaupun demikian, guru bisa terus mengembangkan unsur ini dengan cara-cara yang lain sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan siswa sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Karena menurut Slameto, bahwa untuk memberikan penguatan bisa dilakukan dengan memberikan intensif yang tidak hanya berupa pujian akan tetapi bisa pula dengan angka (nilai), hadiah, dan hukuman. (Sadirman; 1992: 92 – 94) Seperti
yang
telah
diuraikan
sebelumnya,
bahwa
secara
keseluruhan penerapan model pembelajaran ARIAS ini berjalan cukup baik, meskipun belum seideal teori yang ditawarkan. Secara umum guru juga telah menerapkannya dengan baik, hanya saja diperlukan sedikit strategi yang bervariasi ketika membangkitkan kelima komponen tersebut. Misalnya saja, ketika memberikan penguatan kepada siswa sekali-sekali guru bisa saja memberikan hadiah kepada siswa yang
100
berprestasi
selama
proses
pembelajaran,
atau
bisa
memberikan
kepercayaan kepada siswa untuk membantu temannya sendiri. Banyak cara yang dapat dikembangkan oleh guru dalam membangkitkan dan memelihara kelima komponen ini ketika proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar proses membangkitkan dan memelihara lima komponen dalam model pembelajaran ARIAS ini tidak terkesan monoton. Perlu diungkapkan bahwa selama proses pembelajaran guru juga menerapkan pendekatan rasional, pendekatan emosional, pendekatan pembiasaan,
pendekatan
fungsional dan
pendekatan
keteladanan.
Pendekatan-pendekatan merupakan pendekatan yang harus diperhatikan oleh guru ketika kegiatan pembelajaran PAI (Sutrisno; 2005: 62). Akan tetapi, perlu diungkapkan pula selama proses pembelajaran yang peneliti temukan pendekatan rasional yang lebih dominan. Demikian analisis verifikasi antara teori dan fakta ketika penerapan dari teori model pembelajaran ARIAS. Ketika penerapan model pembelajaran ini tentukan belum bisa berjalan seideal teori yang ada. Model pembelajaran ARIAS ini masih sangat umum, butuh pemahaman dan pengembangan-pengembangan yang lebih lanjut ketika akan menerapkan model pembelajaran ARIAS ini. Walaupun demikian, inilah fleksibilitas model pembelajaran ARIAS, di satu sisi model pembelajarannya masih umum akan tetapi di sisi lain guru atau peneliti yang akan menerapkannya bisa berkreasi asalkan sesuai dengan kaidah dari model pembelajaran ARIAS.
101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan yang telah diungkapkan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran Fiqih siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang dilaksanakan dalam 2 siklus dengan melalui 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi atau revisi. Sebelum dilakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu mengamati dan mewawancarai guru proses pembelajaran sehingga diperolehkan gambaran pembelajaran di kelas, motivasi dan prestasi belajar siswa. Setelah melakukan observasi awal, peneliti melakukan rancangan terlebih dahulu untuk siklus pertama. Perencanaan ini digunakan untuk menyusun rencana praktik pembelajaran, perencanaan tindakan, rencana observasi dan rencana refleksi. Setelah melakukan perencanaan baru kemudain dilakukan pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan. Ketika proses pelaksanaan tindakan berlangsung tahap keempat yakni observasi berlangsung pula pada waktu bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Setelah ketiga tahap ini telah dilewati baru kemudian di refleksi (dievaluasi) kekurangan atau kelebihannya dan akan direvisi pada siklus selanjutnya. Keempat tahap tersebut akan mengiringi kembali ketika akan melakukan siklus selanjutnya sampai dirasa cukup tidak mengadakan siklus tindakan lagi. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2010 102
102
dan siklus II pada tanggal 15 dan 29 Mei 2010. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dimaknai sehingga mendapat kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran ini berjalan dengan lancar dan membawa dampak positif bagi motivasi belajar dan prestasi belajar Fiqih siswa tapi walaupun berdampak positif tetap tidak bisa dipungkiri terdapat kekurangan dalam penerapan model pembelajaran ARIAS dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Fiqih di MAN Tegalrejo Magelang ini. 2.
Peningkatan motivasi belajar Fiqih melalui model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya motivasi siswa yang sebelumnya siswa pasif dalam pembelajaran menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran seperti aktif dalam bertanya, memberi pendapat, semangat dalam
mengerjakan
tugas
yang
diberikan
guru,
mendengar
dan
memperhatikan penjelasan guru, mencatat pelajaran atau penjelasan guru. Hal ini juga dibuktikan dari hasil rata-rata observasi motivasi siswa antara siklus I dan siklus II kemudian didukung dengan hasil wawancara terhadap guru dan siswa serta terwujudnya dampak instruksional tidak hanya peningkatan intelektual (dalam wujud belajar siswa), melainkan juga motivasi belajar. 3.
Peningkatan prestasi belajar Fiqih siswa melalui model pembelajaran ARIAS bagi siswa kelas X-1 MAN Tegalrejo Magelang cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya hasil rata-rata pre-test sebesar 6,78 pada
103
siklus I rata-rata meningkat menjadi 7,52 dan pada siklus II dengan rata-rata 9,12.
B. Saran Berdasarkan simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1.
Bagi guru a.
Guru Fiqih hendaknya dapat mempelajari dan memahami secara mendalam tentang substansi isi model pembelajaran ARIAS dan prosedur
pelaksanaannya
sebagai
salah
satu
referensi
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. b.
Guru dapat menerapkan model pembelajaran ARIAS pada kelas yang berbeda sehingga guru akan terbiasa menerapkan pembelajaran yang mengembangkan berbagai aktivitas siswa.
2.
Bagi peneliti a.
Perlu memahami yang lebih mendalam akan kebutuhan-kebutuhan dalam proses pembelajaran terutama model pembelajaran, metode dan strategi dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
b.
Perlunya perhatian yang lebih terhadap lamanya penelitian, mengingat bahwa kegiatan ini sebaiknya diamati secara kontinyu dan dalam kegiatan proses pembelajaran.
104
DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007. Djamaah Sopah. Model Pembelajaran ARIAS. Article. www.duniaguru.com.2007 Kartini Katono. Pengantar Metodologi Riset. Bandung: Mandar Maju. 1990 Lexy J. moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosydakarya. 2006. Miles. Mattew B. dan Huberman A. Michael. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjejep Rohendi. Jakarta: UI Press. 1992 Muhibin Syah. Psikology Pendidikan dengan Pendekatan Baru “Edisi Revisi”. Bandung: Rosydakarya. 2006 Melvin L. Siberman. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Penerjemah Raisul Muttaqin. Bandung: Nusa Media. 2006 Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. remaja Rosydakarya. 2005 Oemar Hamalik. Psikology Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. 1992 Pins A. Partanto. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Balai Pustaka. 1994 Rochiah Widiaatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosydakarya. 2005 Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali. 1992 Sutrisno. Revolusi Pendidikan di Indonesia Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2005 Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta. 2003 Wesel
Choof, d Kellers’s ARCS http://ARCS_motivational_theory,mht,1998
model.
Artikel.
Lilik Sriyanti. Psikologi Pendidikan. STAIN Salatiga Press. 2003 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktik. Jakarta; Bina Aksara. 2007
105
Dimyati, Mujiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta. 2000 Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosydakarya. 1992
106
107
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1
Nama Madrasah
: MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/ Semester
: X/ Genap
Pertemuan
: 16
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memiliki pemahaman dan penghayatan yang lebih mendalam terhadap ajaran islam tentang wakafah, sulhu, dhoman dan kafalah serta hikmahnya. Kompetensi Dasar
: Mengidentifikasi aturan islam tentang dhomana dan hikmahnya serta menerapkan dhoman.
Indikator
: 1. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum dhoman. 2. Menjelaskan rukun dhoman. 3. Menjelaskan syarat-syarat dhoman
I.
Tujuan pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum dhoman 2. Menjelaskan rukun dhoman 3. Menjelaskan syarat-syarat dhoman
II.
Materi ajar 1. Pengertian dan dasar hukum dhoman 2. Rukun dhoman 3. Syarat-syarat dhoman
III.
Metode pembelajaran
IV.
Model : ARIAS
V.
Langkah-langkah pembelajaran :
108
a. Kegiatan awal : -
Apersepsi
-
Motivasi
-
Menyampoaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan inti : -
Menjelaskan pengertian dan dasar hukum dhoman
-
Menjelaskan dasar hukum dhoman
-
Menjelaskan syarat-syarat dhoman
c. Kegiatan akhir :
VI.
-
Siswa dapat menjelaskan pengertian dan dasar hukum dhoman
-
Siswa dapat menjelaskan dasar hukum dhoman
-
Siswa dapat menjelaskan syarat-syarat dhoman
Alat /Bahan /Sumber Belajar
VII.
-
Al Qur’an dan terjemahnya
-
Buku Fiqih MA kelas X, Depag Pusat
-
Fiqih MA, M. Rizal Qosim
Penilaian -
Tes tertulis : soal 1. Jelaskan pengertian dhoman 2. Sebutkan rukun dhoman
-
Unjuk kerja ; Mencari dasar hukum tentang dhoman
-
Proses : keaktifan berdiskusi
No Nama
Aktivitas Kemampuan Kemampuan bertanya B
1 2 3 4
C
Aktivitas
mengeluarkan diskusi K
pendapat B C K
Kerja sama
B C K B
C K
109
5 6
Tegalrejo, 7 Mei 2010 Mengetahui Kepala MAN Tegalrejo
Guru Mata Pelajaran
Ali Masyar, S.Ag. M.Si
Faida Syarifah, S.Sos.I.
NIP. 197109041999031002
NIP. 198003252009012006
110
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Nama Madrasah
: MAN Tegalrejo Kabupaten Magelang
Mata Pelajaran
: Fiqih
Kelas/ Semester
: X/ Genap
Pertemuan
: 17
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi
: Memiliki pemahaman dan penghayatan yang lebih mendalam terhadap ajaran islam tentang wakafah, sulhu, dhoman dan kafalah serta hikmahnya.
Kompetensi Dasar
: Mengidentifikasi aturan islam tentang kafalah
Indikator
: 1. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum kafalah 2. Menjelaskan kebolehan dan dasar hukum kafalah 3. Menjelaskan macam-macam kafalah 4. Menjelaskan pelaksanaan kafalah
I.
Tujuan pembelajaran Setelah kegiatan pembelajaran siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum kafalah. 2. Menjelaskan kebolehan dan dasar hukum kafalah 3. Menjelaskan macam-macam kafalah 4. Menjelaskan pelaksanaan kafalah
II.
Materi ajar 1. Pengertian dan dasar hukum kafalah 2. Kebolehan dan dasar hukum kafalah 3. Macam-macam kafalah 4. Pelaksanaan kafalah
111
III.
Metode pembelajaran : Ceramah dan diskusi
IV.
Model : ARIAS
V.
Langkah-langkah pembelajaran : a. Kegiatan awal : -
Apersepsi
-
Motivasi
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan inti : -
Menjelaskan pengertian dan dasar hukum kafalah
-
Menjelaskan kebolehan dan batas tanggung jawab penanggung
-
Menjelaskan macam-macam kafalah
-
Menjelaskan pelaksanaan kafalah
c. Kegiatan akhir :
VI.
VII.
-
Siswa dapat menjelaskan pengertian dan dasar hukum kafalah
-
Siswa kebolehan dan batas tanggung jawab penanggung
-
Siswa dapat menjelaskan macam-macam kafalah
-
Siswa dapat menjelaskan pelaksanaan kafalah
Alat /Bahan /Sumber Belajar -
Al Qur’an dan terjemahnya
-
Buku Fiqih MA kelas X, Depag Pusat
-
Fiqih MA, M. Rizal Qosim
Penilaian -
Tes tertulis : Soal 1. Jelaskan pengertian kafalah 2. Sebutkan macam-macam kafalah
-
Unjuk kerja ; Mencari dasar hukum tentang kafalah
-
Proses : keaktifan berdiskusi
112
No Nama
Aktivitas Kemampuan Kemampuan bertanya B
C
Aktivitas
mengeluarkan diskusi K
pendapat B C K
Kerja sama
B C K B
C K
1 2 3 4 5 6
Tegalrejo, 14 Mei 2010 Mengetahui Kepala MAN Tegalrejo
Guru Mata Pelajaran
Ali Masyar, S.Ag. M.Si
Faida Syarifah, S.Sos.I.
NIP. 197109041999031002
NIP. 198003252009012006
113
Lampiran 3 SOAL PE-TEST DAN POST TEST SIKLUS I 1. Hukum kafalah adalah ………. a. Jaminan
d. Kesanggupan
b. Tanggung jawab
e. Pinjaman
c. Perjanjian 2. Hukum dhamman adalah …….. a. Wajib
d. Haram
b. Sunnah
e. Mandub
c. Mubah 3. الماربة........... a.
مؤدبة
d. مؤداه
b.
منورة
e. معامرة
c.
مؤمرة
4. الزع يم غارم........... Arti dari hadits tersebut adalah orang yang menaggung hendaknya ……. a. Membayar
d. Melaksanakan
b. Menepati
e. Mengembalikan
c. Menjalankan 5. Madmum’anhu termasuk dalam ……. a. Syarat dhamman
d. Hikmah dhamman
b. Rukun dhamman
e. batalnya dhamman
c. Sahnya dhamman 6. Orang yang berhutang disebut juga dengan …….. a. Madmun lahu
d. Madmun alaihi
b. Madmun fihi
e. Madmun alaika
c. Madmun ‘anhu 7. Syarat dhamin adalah …… a. Islam
d. Berpendidikan
b. Kuat
e. Baligh
114
c. Kaya 8. Orang yang menjamin pembayaran hutang adalah …….. a. Dhamin
d. Dhamiin
b. Dhiman
e. Adhum
c. Madmum 9. Barang atau uang dalam rukun dhamam disebut ……. a. Madmum
d. Madmum lahu
b. Madmum alahi
e. Madmumun
c. Madmum bihi 10. Syarat dhaman adalah masing-masing pihak tidak boleh ……. a. Mengetahui
d. Bertemu
b. Berkhianat
e. Bertengkar
c. Melihat
Lampiran 4 SOAL PE-TEST DAN POST TEST SIKLUS II 1. Hukum kafalah adalah a. haram
d. sunat
b. boleh
e. wajib
c. makruh 2. من ال اتأتنني به......قال لن أرسله معكم حتى لتؤتون Kelengkapan hadits di atas adalah a. مؤتقة
d. الموئق
b. مؤثيقا
e. مواثقا
c. موثقا 3. Kafil disebut juga dengan …… a. Zamil
d. katsir
b. kamil
e. qabil
c. jamil
115
4. Sahabat nabi yang menjamin hutang seseorang ketika orang tersebut sudah meninggal adalah …… a. Abu Musa
d. Abu Bakar
b. Abu Huroiroh
e. Abu Dawud
c. Abu Qotadah 5. Jaminan tidak boleh mengandung ……. a. persamaan
d. penipu
b. perbedaan
e. kesengajaan
c. ketidakpastian 6. Arti zama’ah adalah ……… a. tanggungan
d. kesanggupan
b. tanggung jawab
e. perjanjian
c. kewajiban 7. Kafalah disebut juga dengan ….. a. hamlun
d. qana’ah
b. hamalah
e. kitabah
c. jama’ah 8. Kafalah merupakan tanggungan dari ……. a. barang
d. pendidikan
b. harta
e. badan
c. jiwa 9. Kafalah dikenal juga dengan tanggungan …………. a. kepala
d. kaki
b. tangan
e. jari
c. muka 10. Di antara di bawah ini yang termasuk rukun kafalah kecuali ……… a. kafil
d. makful bihi
b. ashiil
e. tanjiz
c. makful lahu
116