e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017)
PENGARUH UKURAN KAP DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN DENGAN KONDISI KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2015) Kadek Kartika Wati, 1Gede Adi Yuniarta, 2Ni Kadek Sinarwati
1
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected] [email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak
Keberlangsungan suatu usaha menjadi impian setiap perusahaan, sehingga perusahaan selalu berupaya dalam mempertahankan usahanya. Keberlangsungan usaha terdapat dalam laporan tahunan tentang opini perusahaan, yang sering disebut opini audit going concern. Opini audit going concern adalah laporan audit yang menunjukkan kekhawatiran bahwa jika ada auditor meragukan tentang kelangsungan hidup usaha perusahaan tetapi manajemen memiliki rencana untuk mengatasi kondisi tersebut. Jika perusahaan mendapatkan opini audit going concern maka keberlangsungan perusahaan diragukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2013 sampai 2015. Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik dilakukan dengan dibantu oleh Program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap opini audit going concern, sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Secara bersama-sama keseluruhan variabel (ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan) juga berpengaruh terhadap opini audit going concern. Kata kunci: Opini audit going concern, ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan. Abstract A well sustainable business always becomes a dream of every company, that it will maintain its program activities in order to achieve the real goal. The sustainable condition of a business could be viewed from the annual report about opinions of a company, opinion is frequently referred to audit going concern opinion. Audit going concern opinion is an audit report indicating worries or concerns that when an auditor feels worried about the business sustainability, however the management had already got planning to solve the condition. When a company got an audit going concern opinion that the business sustainability of a compny could be doubtful. The study aimed at analyzing the the effect of KAP size and audit opinion on the previous years on the audit opinion of going concern. The study involved the population of the manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange during 2013-2015. The samples were selected based on purposive sampling method. The hypothesis was tested by using logistic regression
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) analysis and the data were tested by using SPSS software version 18. (Statistical Product and Service Solution) 18. The results of the study indicated that the KAP size had an effect on the audit opinion of going concern, while the audit opinion on the previous years and the financial condition had no effect on the audit opinion of going concern. Simultaneously all variables such as the KAP size and audit opinion on the previous years and the financial condition also had an effect on the audit opinion of going concern. The financial condition also could not manage to moderate the relationship between the KAP size and audit opinion on the previous years on the audit opinion of going concern. Key words: audit opinion of going concern, the KAP size, audit opinion of previous years, financial condition. PENDAHULUAN
Tujuan dari keberadaan suatu perusahaan ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui asumsi going concern (Andi,2012). Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan merupakan hal yang penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Seorang auditor sangat diperlukan dalam menjembatani kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan guna memberikan opini audit atas laporan keuangan tesebut. Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai ukuran KAP yang besar yang tergabung dalam auditor big four lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien terdapat masalah mengenai going concern. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going cocern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini going concern. Penelitian De Angelo (1981) dalam Setyarno et. al. (2006) menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibanding auditor skala kecil. Seorang auditor memberikan opini going concern juga tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk
tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Ramadhany (2014), menyatakan ada hubungan yang signifikan dan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Kondisi keuangan perusahaan dapat menggambarkan keadaan suatu perusahaan untuk masa depan atau kelangsungan hidup suatu perusahaan. Laporan keuangan yang telah di audit akan memberikan keyakinan yang memadai bagi investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya bahwa laporan keuangan telah disajikan wajar sesuai dengan GAAP, namun penyajian wajar bukan merupakan kenyakinan mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan (going concern). Berdasarkan SPAP SA seksi 341 (2011) mengenai going concern, “auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kemampuan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit” (Zipra, 2015). Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkakan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Para pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan. Jadi, bila
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) perusahaan mendapatkan opini audit going concern atas laporan keuangannya maka ini berarti auditor menemukan adanya kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hasil yang berbeda-beda mengenai faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Kondisi keuangan masih memberikan hasil yang berbeda-beda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian yang dilakukan Sentosa dan Wedari (2007) mengatakan bahwa kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, namun penelitian yang dilakukan Fijriantoro (2010) mengatakan pendapat yang berbeda bahwa kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Kartika (2012), mengatakan bahwa kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dalam penelitian ini menggunakan variabel moderasi karena hasil penelitian sebelumnya belum konsisten. Variabel moderasi yang digunakan ialah kondisi keuangan, yang dapat mempengaruhi hubungan antara ukuran KAP dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu: (1)Bagaimana pengaruh ukuran KAP terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015?, (2) Bagaimana pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015?, (3)Bagaimana pengaruh kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-205?, (4) Bagaimana pengaruh ukuran KAP dan opini audit tahun sebelumnya secara simultan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015?, (5) Apakah kondisi keuangan memoderasi pengaruh
ukuran KAP terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015?, (6) Apakah kondisi keuangan memoderasi pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015?. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun beberapa manfaat dalam penelitian ini yaitu yang pertama manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai masalah going concern. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi, bahan diskusi, dan bahan kajian lanjut bagi pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan Opini Audit Going Concern. Manfaat yang kedua yaitu manfaat praktis diharapakan mampu meningkatkan pemahaman dan wawasan bagi auditor dan para praktisi akuntansi dalam memberikan opini audit yang berhubungan dengan going concern perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi investor dan kreditor untuk mengambil keputusan investasi dan pemberian pinjaman kepada perusahaan. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 341 paragraf 2 (IAI, 2012) mendefinisikan going concern sebagai kesangsian kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu yang pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. (Hany et. al., 2003). Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut, (Sukrisno Agoes, 2004:3).
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) Opini audit going concern yang merupakan opini audit modifikasi yang diberikan auditor bila terdapat keraguan atas kemampuan going concern perusahaan atau terdapat ketidak pastian yang signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya dalam kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011). Opini audit going concern tersebut merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa yang menggarah pada kesangsian atas kelangsungan hidup perusahaan (SA Seksi 341: paragraf 6): (1) Trend negatif-sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. (2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiaban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aset. (3) Masalah intern sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. (4) Masalah luar yang terjadi sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
Ukuran KAP dapat dijadikan suatu penilaian terhadap independensi terhadap KAP tersebut. Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai ukuran KAP yang besar lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klie n terdapat masalah mengenai going concern. Mutchler et. al. (1997) yang mendukung penelitian (Fijriantoro,2010) yang menemukan bukti univariat bahwa auditor big four lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big four. Penelitian De Angelo (1981) dalam Setyarno et. al. (2006) menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibanding auditor skala kecil. H1: Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit sebelumnya didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Opini audit going concern tahun sebelumya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Menurut Kartika (2012) apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan. Santoso dan Wedari (2007), Dewayanto (2011) menyatakan bahwa opini audit sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern. Tetapi penelitian yang dilakukan (Krissindiastuti dan Rasmini, 2016) yang memberikan hasil yang berbeda, yang mengatakan bahwa tidak adanya pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concer. H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan pada suatu perusahaan. Pada perusahaan yang tidak sehat atau kondisi keuangannya kurang baik banyak ditemukan indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004).
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) Perusahaan yang baik atau sehat memiliki tingkat profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar dibandingkan jika perusahaan meiliki profitabilitas yang cukup rendah. Dari bebrapa peneliti mengatakan bahwa kondisi keuangan memiliki pengaruh terhadap penerimaan oponi audit going concern, seperti penelitian yang dilakukan Fanny dan Saputra (2005), Mutchler (1985) dan Mc Keown (1991) yang mengatakan bahwa kondisi keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Susanto (2009), Solikah (2010) dan Nanda&Siska (2015) yang mengatakan bahwa kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. H3: Kondisi keuangan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Auditor yang mempunyai ukuran KAP yang besar cenderung akan memberikan opini audit yang lebih independen, auditor yang mempunyai ukuran KAP yang besar akan memberikan opini audit going concern dibandingkan auditor yang mempunyan ukuran KAP yang besar. Salah satu faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi auditor memberikan opini audit going concern yaitu tidak terlepas dari opini audit tahun sebelumnya. Yang menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perusahaan dalam mendapatkan opini audit going concern yaitu kondisi keuangan Dari beberapa penelitian kondisi keuangan juga dapat mempengaruhi perusahaan mendapatkan atau tidak opini audit going concern. H4: Ukuran KAP ,opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan secara simultan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Dengan kondisi keuangan yang baik atau dalam keadaan sehat tentu akan memberikan keyakinan perusahaan akan terus melangsungkan kehidupan perusahaannya atau yang diasumsikan sebagai going concern. Jika sebaliknya kondisi keuangan perusahaan tidak baik atau buruk akan muncul keraguan terhadap keberlangsungan
perusahaan tersebut. Disinilah diperlukannya peran seorang auditor dimana auditor adalah pihak yang membantu untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan, independen atau tidaknya suatu auditor dapat dilihat dari ukuran KAP yang dimilki oleh suatu auditor, ukuran KAP yang besar cenderung memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang kondisi keuangannya tidak sehat dibandingkan dengan ukuran KAP yang kecil seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Fijriantoro,2010. Dengan adanya auditor yang mempunyai ukuran KAP yang besar tentunya akan meningkatkan independensi terhadap opini yang diberikan oleh auditor dan tentu akan memberikan keyakinan bagi para investor maupun pihak lain yang menggunakan laporan keuangan terhadap pengambilan pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan. H5: Kondisi keuangan memoderasi pengaruh ukuran KAP terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit going concern dapat kembali akan diberikan kepada peruhasaan pada tahun berjalan jika perusahaan tidak menunjukkan adanya tanda perbaikan untuk memepebaiki kondisi perusahaan menjadi lebih baik. Bagi auditor sebelum menerbitkan kembali opini audit going concern kembali pada perusahaan, auditor akan melihat opini audit tahun sebelumnya yang didapatkan oleh perusahaan tersebut. Opini audit tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali going concern pada tahun berikutnya. Penelitian yang dilakukan Arysandi, 2015 yang mengatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Jika suatu perusahaan menginginkan untuk tidak mendapat opini going concern, maka perusahaan harus mampu memperbaiki kondisi keuangan perusahaannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kondisi keuangan yang sehat perusahaan akan mampu menekan kemungkinan penerimaan opini audit going concern kembali. H6: Kondisi keuangan memoderasi pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) METODE Penelitian ini berbentuk penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti, lebih bersifat sebab dan akibat sehingga dalam penelitian ini ada variabel dependen dan variabel independen berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2007). Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan Manufaktur yang listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode 2013-2015. Sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder berupa laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2013-2015. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 104 sampel selama tahun penelitian yaitu 2013-2015. Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu yang pertama statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk menarik kesimpulan yang berlaku secara generalisasi. Dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Metode analisis dalam penelitian ini yaitu regresi logistik, pengujian parsial, dan pengujian simultan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji normalitas dilakukan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Sampel dikatakan terdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang ditentukan 0,05 atau (5%). Hasil uji normalitas dalam penelitian ini menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah sebesar 0,000 yang jauh lebih kecil dari tingkat alpha yang ditentukan (5%) atau 0,05. maka dapat dikatakan data tidak terdistribusi normal. Karena penelitian ini menggunakan regresi logistik, yang dijelaskan dalam buku (Ghozali, 2015:333) bahwa dalam regresi logistik mengabaikan uji normalitas. Jadi analisis selanjutnya dapat dilakukan karena uji normalitas diabaikan.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas dalam model ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF), dimana nilai tolerance yang lebih dari 10% dan nilai VIF yang kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolonieritas. Hasil uji Multikoliniearitas nilai Variance Inflaction Factor (VIF) pada variabel Ukuran KAP, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Kondisi Keuangan masing-masing memiliki nilai VIF dibawah 10, dan nilai Tolerance dari masing-masing variabel diatas dari 0,1 maka dapat dinyatakan terbebas dari multikoliniearitas. Uji heteroskedastisitas metode ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika terdapat perbedaan varian, maka dijumpai gejala heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian menagatakan adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini, tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan logistic regresion (Gujarati, 2003:597) yang mengatakan bahwa regresi logitik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedasity untuk masing-masing variabel independennya. Sehingga adanya heterokedastisitas dapat diabaikan. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan uji Run Test dapat diketahui bahwa dalam pengujian penelitian ini dimana nilai Asymp.Sig yang menunjukkan nilai sebesar 0,164 dimana lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak adanya masalah autokorelasi dalam data pengujian ini. Analisis regresi logistik regresi yang digunakan untuk menguji sejauhmana probibalitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistic dapat
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) dijelaskan sebagai berikut (Ghozali 2013) yaitu: Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Kelayakan model regresi digunakan pengujian chi-square dengan nilai signifikan sebesar 0,05. Hasil pengujian pada tabel 1 menunjukkan nilai chi-square sebesar 4,579 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,783. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil pengujian lebih besar dari 0,05 maka model penelitian ini dapat diterima atau fit (layak) karena cocok dengan data observasinya.
dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 25,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 74,8 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian ini. Model analisis regresi logistik dibentuk melalui nilai estimasi parameter dalam tabel 2 variabel in the equatio, yaitu: Sehingga model regresi yang terbentuk berdasarkan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
df
Sig.
Exp(B)
UK
2,798
1,371
4,163
1
,041
16,409
OTS
1,096
1,333
,677
1
,411
2,993
KK
-,380
,546
,485
1
,486
,684
UK_KK
-,271
,691
,154
1
,695
,762
OTS_KK
-,064
1,040
,004
1
,951
,938
Constant
-2,590
1,068
5,883
1
,015
,075
Sumber: data diola, 2016
Tabel 1. Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Wald
Chi-square 4,579
df 8
Sig. 0,783
Sumber: data diolah, 2016 Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal (Block Number = 0), dimana hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Nilai -2 Log Likelihood awal adalah sebesar 73,891 dan setelah dimasukkan ketiga variabel independen dan variabel moderasinya, maka nilai -2 Log Likelihood akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 59,679. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logisitk oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,252 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat
P Ln 2.590 2.798X1 1.096X2 0.380X3 1 P 0.271X1 X3 0.064X2 X3 Keterangan: P(Y): Opini audit going concern α : Konstanta β1 : Koefisien regresi dari ukuran KAP β2 : Koefisien regresi dari opini audit tahun sebelumnya β3 : Koefisien regresi dari kondisi keuangan β4 : Koefisien regresi dari ukuran KAP dengan kondisi keuangan β5 : Koefisien regredi dari opini tahun sebelumnya dengan kondisi keuangan X1 : Ukuran KAP X2 : Opini audit tahun sebelumnya X3 : Kondisi Keuangan X1X3: Variabel perkalian antara ukuran KAP dengan kondisi keuangan yang menggambarkan pengaruh variabel moderating kondisi keuangan terhadap
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) hubungan ukuran KAP dengan opini audit going concern. X2X3: Variabel perkalian antara opini audit tahun sebelumnya dengan kondisi keuangan yang menggambarkan pengaruh variabel moderating kondisi keuangan terhadap hubungan opini audit tahun sebelumnya dengan opini audit going concern. e : Error Berdasarkan persamaan diatas maka: Ukuran KAP memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2,798 dengan tingkat signifikan sebesar 0,041 yang lebih kecil dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,096 dengan tingkat signifikan sebesar 0,411 yang jauh lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian menunjukkan variabel kondisi keuangan memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,380 dengan tingkat signifikan sebesar 0,486 yang jauh lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian interaksi ukuran KAP dengan kondisi keuangan dengan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,271 dengan tingkat signifikan sebesar 0,695 yang berarti jauh lebih besar dari 0,05 (5%). Hasil pengujian interaksi opini audit tahun sebelumnya dengan kondisi keuangan dengan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,064 dengan tingkat signifikan sebesar 0,951 yang berarti jauh lebih besar dari 0,05 (5%). Pengujian parsial, untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-variabel independen (ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya) dan kondisi keuangan sebagai variabel moderating
terhadap variabel dependen (opini audit going concern). Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa ukuran KAP memiliki signifikan dibawah 0,05 yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap opini audit going concern. Sedangkan opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Pengujian simultan, statistik uji yang digunakan adalah uji G. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5% (0,05). Hasil pengujian simultan antara ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan memiliki tingkat signifikan 0,014 yang berarti dibawah 0,05 yang mengatakan secara simultan berpengaruh terhadap opini audit going concern, yang terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 14,212 14,212 14,212
df
5 5 5
Sig. ,014 ,014 ,014
Sumber: data diolah, 2016 Pembahasan Pengaruh ukuran KAP terhadap opini audit going concern. Hipotesis pertama menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap opini audit going concern. Artinya H1 diterima. Hasil penelitian ini mendukung logika teori deep pocket dan reputasi yang melamarkan hubungan positif antara ukuran KAP atau skala auditor dan kualitas audit yang dikemukakan oleh DeAngelo (1981). DeAngelo (1981) menyatakan bahwa auditor berskala besar seperti KAP Big Four yang memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) dibandingkan pada auditor bersakala kecil, termasuk dalam mendeteksi dan melaporkan masalah going concern kliennya. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutchler et al. (1997) yang menemukan bukti univariate bahwa auditor berskala besar lebih cenderung untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dibandingkan auditor berskala kecil. uji regresi logistik yang terlihat pada tabel 2 bahwa variabel secara statistik signifikan, dimana signifikan variabel ukuran KAP sebesar 0,041 yang lebih kecil dengan tingkat signifikan 0,05 (5%). Artinya ukuran KAP berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Hipotesis kedua menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Artinya H2 ditolak. Dimana sesuai tabel 2, tingkat signifikan variabel ini sebesar 0,414 yang jauh lebih besar dari 0,05 (5%). Dimana hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Krissindiastuti dan Rasmini, 2016, yang mengasilkan hasil yang sama yaitu opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa opini audit sebelumnya belum tentu menjadi pertimbangan bagi auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Sesungguhnya penerbitan kembali opini audit going concern ini tidak saja didasarkan dalam opini going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun lebih kepada efek yang disebabkan oleh pemberian opini audit going
concern tersebut yaitu jatuhnya harga saham, hilangnya kepercayaan dari publik akan kelangsungan usaha perusahaan termasuk dari investor, kreditur dan konsumen, sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk dapat bangkit kembali dari kondisi keterpurukan. Pengaruh kondisi keuangan terhadap opini audit going concern. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Artinya H3 ditolak. Variabel kondisi keuangan yang diproksi dengan ZSCORE secara statistik signifikan dimana signifikan variabel ini sebesar 0,464 yang jauh lebih besar dari 0,05 (5%). Kondisi keuangan yang diukur dengan revised altman models. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Tidak berpengaruhnya variabel kondisi keuangan terhadap penerimaan opini audit going concern disebabkan auditor tidak hanya melihat kondisi keuangan perusahaan yang diukur dengan ZScore Altman, yaitu yang hanya melihat modal kerja, laba ditahan, EBIT, penjualan dan nilai pasar ekuitas, tetapi auditor akan melihat kondisi keuangan lainnya seperti likuiditas perusahaan juga merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh seorang auditor. Dan juga auditor lebih cenderung memberikan opini audit berkaitan dengan going concern pada perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang berulang kali. Dalam peelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), yang mengatakan kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit going concern.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) Pengaruh ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, dan kondisi keuangan secara simultan terhadap opini audit going concern. Hipotesisi keempat menyatakan bahwa ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya dan kondisi keuangan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Artinya H4 diterima. Memiliki tingkat signifikan 0,014 yang berarti dibawah 0,05 Hasil temuan ini menunjukkan bahwa semua variabel independen secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi variabel dependen. Pengaruh ukuran KAP terhadap opini audit going concern dengan kondisi keuangan sebagai variabel moderating. Hipotesis kelima menyatakan bahwa kondisi keuangan tidak mampu memoderasi ukran KAP terhadap opini audit going concern. Artinya H5 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi keuangan tidak mampu mempengaruhi hubungan antara ukuran KAP dengan opini audit going concern. Bahwa setiap perusahaan yang menggunakan KAP Big Four akan lebih mendapatkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan. alam penelitian ini kondisi keuangan diukur dengan ZScore Altman yang hanya mengukur modal kerja, laba ditahan, penjualan, nilai pasar ekuitas dan EBIT (Earning Before Intrest and Tax), auditor tidak hanya melihat kondisi keuangan tersebut, tetapi auditor menilai kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh seperti likuiditas perusahaan yang merupakan pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini, sehingga dalam penelitian ini kondisi keuangan tidak mampu
memperngaruhi ukuran KAP terhadap opini audit going concern. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern dengan kondisi keuangan variabel moderating. Hipotesis keenam menyatakan bahwa kondisi keuangan tidak mampu memoderasi opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Artinya H6 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian opini audit going concern tidak berdasarkan pada opini audit tahun sebelumnya yang diterima perusahaan, tetapi lebih memperhatikan beberapa kondisi perusahaan yang dapat menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Beberapa kondisi perusahaan yang menyebabkan auditor memiliki keraguan akan kelangsungan usaha perusahaan, seperti adanya kesulitan dalam memenuhi kewajibannya, pemogokan kerja, kerugian yang dialami perusahaan secara terus-menerus. Sehingga bagaimanapun kondisi keuangan perusahaan selama auditor tidak menemukan keraguan akan kelangsungan usaha, maka auditor tidak akan memberikan opini audit going concern. Kerugian yang dialami perusahaan dalam satu periode belum menguatkan auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena selama perusahaan menunjukkan tanda-tanda perbaikan akan kondisi usahanya auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan. Sehingga kondisi keuangan tidak mampu memoderasi opini audit tahun sebelumnta terhadap opini aduit going concern.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ukuran KAP berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjuuka tingkat signifikan ukuran KAP yaitu 0,041 < 0,05. Hal ini berarti bahwa ukuran KAP dapat mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Ukuran KAP yang besar yang tergabung dalam Big Four akan lebih independen dalam pemberian opini, ukuran KAP yang besar akan memberi opini sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya, karena ukuran KAP yang besar akan lebih menjaga independensinya agar tetap dipercaya oleh masyarakat. Opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan tingkat signifikan yaitu 0,411 > 0,05. Bahwa opini audit tahun sebelumnya belum tentu menjadi pertimbangan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern kembali kepada perusahaan, tetapi auditor lebih melihat kondisi-kondisi yang menyebabkan auditor menerbitkan opini audit going concern, seperti jatuhnya harga saham, hilangnya kepercayaan dari publik akan kelangsungan usaha perusahaan termasuk dari investor sehingga akan menyulitkan bagi perusahaan untuk dapat bangkit kembali dari kondisi yang tidak baik. Kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap opini audt going concern. Dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan tingkat signifikan yaitu 0,486 > 0,05. Bahwa auditor akan lebih cenderung memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami kerugian yang dialami perusahaan secara terus-menerus, bagi
perusahaan yang mengalami kerugian pada satu periode perusahaan tersebut belum tentu menerima opini audit going concern. Ukuran KAP, opini audit tahun sebelumnya, dan kondisi keuangan secara simultan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan tingkat signifikan yaitu 0,014 < 0,05. Secara simultan hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi variabel dependen. Hal ini berarti auditor memperhatikan ketiga variabel independen tersebut dalam menetapkan opini audit going concern. Kondisi keuangan tidak mampu memoderasi ukuran KAP terhadap opini audit going concern. Dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan tingkat signifikan yaitu 0,695 > 0,05. Bahwa ukuran KAP yang besar akan memberikan opininya sesuai kondisi perusahaan yang sebenarnya. Jika kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode mengalami kerugian auditor tidak akan langsung memberikan opini audit going concer, atau dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik tidak selalu mendapatkan opini audit going concern. Kondisi keuangan tidak mampu memoderasi opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern. Dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan tingkat signifikan yaitu 0,951 > 0,05. Bahwa auditor tidak hanya melihat opini audit tahun sebelumnya yang diterima perusahaan dalam memberikan opini ditahun berjalan, tetapi ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Jika kondisi keuangan perusahaan
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7, No. 1 Tahun 2017) dalam keadaan sehat, dan pada tahun sebelumnya perusahaan mendapatkan opini audit going concern auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern.
Audit Going Concern. Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat menjai pertimbangan untuk kedepannya. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel yang akan diteliti seperti pertumbuhan perusahaan, rasio-rasio keuangan lainnya, sehingga hasil penelitian akan lebih baik dalam memprediksi penerbitan opini audit going concern dengan lebih tepat. Jumlah tahun pengamatan sebaiknya diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang. Bagi para investor yang ingin berinvestasi disarankan untuk memperhatikan opini audit perusahaan yang diberikan oleh auditor, untuk melihat kelangsungan usaha suatu perusahaan
Ghozali, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Arens. 2011. Jasa Audit Dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat. De Angelo, L.E.1981. “Auditor Size and Audit Quality.” Journla of Accounting and Economic. Desember.pp.183-199. Fijriantoro, 2010. Analisis Pengaruh Ukuran KAP, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini
Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics 4th Ed. McGraw-Hill, Inc. New York.
IAPI. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Kartika,
Andi. 2012. “Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Universitas Stikubank.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Mutchler, J. (1984). “Auditors Perceptions of the Going Concern Opini Decision.” Auditing: Journal Practice & Theory. Ramadhany, Alexander. (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.