J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.3 No.2 : 191 – 198
ISSN 2303-3614
PENGARUH PENGELASAN LOGAM BERBEDA (AISI 1045) DENGAN (AISI 316L) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO The Effects of Dissimilar Metal Welding (AISI 1045) with (AISI 316l) on Mechanical Properties and Micro Structure Simon Parekke1, Johannes Leonard 2, Abdul Hay Muchsin2 1
2
Akademi Teknik Soroako Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK
Pertumbuhan dan Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju dan pesat, tidak dapat dipisahkan dari proses penyambungan logam yang sejenis atau penyambungan logam tak sejenis.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelasan logam berbeda dengan variasi arus pada sambungan las (dissimilar metal welding) antara baja AISI 1045 dengan baja tahan karat AISI 316L. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu baja AISI 1045 disambung dengan baja AISI 316L menggunakan mesin las SMAW dan GTAW dengan filer metal E 309M017, tegangan 30 Volt, arus 50 A, 60 A dan 70 A. Jenis sambungan yang digunakan adalah sambungan tumpul dengan kampuh V tunggal dengan ukuran spesimen 200 mm x 20 mm x 6 mm sesuai standar ASTM E8. Selanjutnya dilakukan pengujian meliputi pengujian tarik, kekerasan dan struktur mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus las berpengaruh terhadap kekuatan tarik baik pengelasan SMAW maupun GTAW. Kekuatan tarik tertinggi pada pengelasan SMAW sebesar 64,01 kg/mm2 dengan arus 70 A, dan kekuatan tarik terendah 61,97 kg/mm2 pada arus 50 A. Pengelasan GTAW kekuatan tarik tertinggi sebesar 49,54 kg/mm2 dengan arus 60 A dan kekuatan tarik terendah 46,64 kg/mm2 dengan arus 70 A. Analisis varians ANOVA SMAW dan GTAW menunjukkan bahwa 99,9% arus las mempengaruhi kekuatan tarik, dan 0,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Pengelasan GTAW menunjukkan bahwa 71,5% arus las mempengaruhi kekuatan tarik, dan 28,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Kekerasan pengelasan SMAW tertinggi pada arus 70 A sebesar 22,7 HRC dan kekerasan terendah pada arus 50 A sebesar 16,5 HRC. Pengelasan GTAW kekerasan tertinggi pada arus 60 A sebesar 20,5 HRC dan kekerasan terendah pada arus 50 A sebesar 15,9 HRC. Struktur mikro yang terjadi pada arus 50 A didominasi oleh struktur ferit, sementara pada arus 60 A dan 70 A struktur yang terbentuk adalah perlit yang berwarna gelap. Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, SMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro ABSTRACT Growth and development in the field of construction technology is advancing rapidly and can not be separated from the process of switching similar metal or metal connection was similar. The study aims to determine the effect of dissimilar metal welding by current variations in the weld joint (dissimilar metal welding) between AISI 1045 steel and AISI 316L stainless steel toward mechanical properties and micro structure. The method used was an experimental method that is AISI 1045 steel connected with AISI 316L steel by using SMAW and GTAW welding machine with with E 309M0 E-17 filer metal, 30 volts tention, and the current of 50 A, 60 A and 70 A. The type of connection used was the with single V dull joint with specimen size 200 mm x 20 mm x 6 mm according to the standard ASTM E8. Further testing which included testing of tensile, hardness and micro structure. The results indicate that welding current affects the tensile strength both SMAW and GTAW welding. The highest tensile strength on SMAW welding 64.01 kg/mm2 with a current 70 A, the lowest is 61.97 kg/mm2 in the current 50 A. The GTAW Welding of the highest tensile strength 49.54 kg/mm2 with 60 A current, the lowest is 64.6 kg/mm2 with 70 A current. Analysis varians ANOVA showed that 99.9% SMAW welding current affect tensile strength, and 0.1% is influenced by other factors. Analysis varians ANOVA showed that 71,5% GTAW welding currents affect
191
Simon Parekke
ISSN 2303-3614
tensile strength, and 28,5% influenced by other factors. The highest hardness of SMAW welding at 70 A current is 22.7 HRC and lowest at 50 A current is 16.5 HRC. The GTAW welding the highest hardness at the current at 60 A is 20.5 HRC and the lowest at 50 A current is 15.9 HRC. Photo of microstructure seen in the current 50 A structure formed by ferrite dominated, while the current 60 A and 70 A structure that is formed is dark colored pearlite current is 22.7 HRC and lowest at 50 A current is 16.5 HRC. The GTAW welding the highest hardness at the current at 60 A is 20.5 HRC and the lowest at 50 A current is 15.9 HRC. Photo of microstructure seen in the current 50 A structure formed by ferrite dominated, while the current 60 A and 70 A structure that was formed is dark colored pearlite Keywords: Dissimilar welding, SMAW, Welding Currents, Microstructure
Sifat mekanis logam termasuk pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan tarik sambungan logam berbeda dengan menggunakan filer metal E 309Mo-17 setelah mengalami proses pengelasan, sehingga diperoleh suatu harga yang menunjukkan seberapa besar penurunan kekuatan tarik karena pengaruh panas pengelasan. Harga kekerasan suatu bahan adalah menyatakan kemampuan bahan tersebut utuk menahan deformasi tekanan persatuan luas. Pada sambungan las tingkat kekerasan yang dicapai pada daerah logam las, daerah HAZ sangat tergantung pada sifat mampu keras bahan dalam pendinginan yang relatif cepat. Sifat fisis suatu bahan termasuk struktur mikro pada logam las, selama pendinginan dari logam cair sampai mencapai suhu kamar, logam las mengalami serangkaian perubahan (transformasi) fasa. Transfomasi tersebut akan mengalami perubahan-perubahan dari fase cair menjadi ferit α ketika pembekuan berlangsung, kemudian berubah menjadi austenit dan akhirnya menjadi ferit dan perlit (Suharno., 2008) Permasalahan yang dihadapi pada penggabungan dua logam berbeda adalah perbedaan titik lebur, koefisien muai, sifat fisis dan mekanis dari logam tersebut. Pengenceran logam pengisi dan pembentukan senyawa intermetalik pada antar muka yang menyebabkan terjadinya perpatahan. Dengan adanya perbedaan tersebut maka pengelasan kedua logam yang berbeda memerlukan suatu prosedur
PENDAHULUAN Pengelasan logam berbeda adalah suatu proses pengelasan yang dilakukan pada dua jenis logam atau paduan logam yang berbeda. Pengelasan logam berbeda (dissimilar metal welding) merupakan perkembangan dari teknologi las modern akibat dari kebutuhan akan penyambungan material-material yang memiliki jenis logam yang berbeda. Pemilihan elektroda dan penggunaan arus yang tepat serta pemilihan jenis sambungan menurut standar pengelasan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang sempurna. Metalurgi pengelasan baja tahan karat AISI 316L disambung dengan baja karbon AISI 1045 dapat dilihat dengan menggunakan diagram Schaeffler (Sonawan dkk., 2006) Pada mulanya diagram Schaeffler ditujukan untuk menyeleksi elektroda austenitik untuk pengelasan logam berbeda, namun dapat juga digunakan untuk menentukan struktur mikro logam induk dan logam las. Jenis filler metal yang sangat cocok untuk menyambung dua logam berbeda menurut diagram schaeffler direlomendasikan menggunakan elektroda stainless steel jenis E 309Mo-17. Proses pengelasan logam berbeda (dissimilar metal welding) kebanyakan digunakan dalam bidangbidang industri, seperti: pabrik semen, pusat pembangkit listrik, bidang transportasi, pabrik kimia, dan bidang industri lainnya yang membutuhkan proses pengelasan logam berbeda.
192
Pengelasan Berbeda, SMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro
pengelasan yang baik agar didapat mutu las yang maksimal (Wiryosumarto, 2006). Pengelasan dissimilar metal welding antara baja karbon A36 dengan baja tahan karat austenitik AISI 304, di dapat hasil dengan perlakuan preheat, akan menurunkan nilai kekerasan pada HAZ baja karbon dibandingkan dengan HAZ baja karbon tanpa preheat, sehingga mampu menaikkan ketangguhannya (toughness), Dengan perlakuan preheat, akan menaikkan nilai kekerasan pada HAZ baja tahan karat dibandingkan dengan HAZ baja tahan karat tanpa preheat. (Saifuddin dkk., 2000) Pengelasan dissimilar metal welding baja AISI 1045 dengan AISI 304 dengan variasi arus bahwa karena pengaruh elektroda Xuper 222XH. Ketika dilakukan pengujian tarik material mengalami perpatahan di daerah logam AISI 1045. Harga kekuatan tarik maksimum (Rm) dengan arus 100 A adalah 147,5 N/mm2. Harga kekerasan pada daerah logam lasan (titik 0) dengan arus 100 A = 195,7 VHN (Prasetyo., 2006) Pengelasan dissimilar welding antara baja karbon A-106 dan baja tahan karat A 312 TP 304H dengan menggunakan GTAW dan menggunakan filler metal inconel 82. Dari hasil penelitian bahwa didapatkan pelebaran ukuran dark band efek dari variasi temperatur PWHT pada batas fusi sambungan baja karbon dan weld metal, serta terjadi pengkasaran butir pada daerah HAZ baja karbon yang berstruktur full ferit. Nilai kekerasan pada dark band lebih tinggi dibanding daerah lainnya dan nilai kekerasan HAZ menurun (Nugroho dkk., 2012). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan kualitas hasil pengelasan dissimilar metal welding antara baja AISI 1045 dengan baja tahan karat AISI 316L dengan menggunakan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dengan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) terhadap sifat fisis dan sifat mekanis.
ISSN 2303-3614
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat yang berbeda. Untuk pengambilan data awal dan pengujian kekerasan di lakukan di laboratorium Akademi Teknik Soroako (ATS). Pengujian sifat mekanis termasuk pengujian tarik dilaksanakan di Laboratorium UKIP PAULUS Makassar. Pengujian struktur mikro dilakukan di laboratorium Metalurgi Fisik Jurusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin. Disain Penilitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon menengah AISI 1045 dan Baja tahan karat jenis austenik AISI 316L (Aggen dkk., 2006) dan filler metal yang digunakan E 309Mo -17 dengan diameter 2,5 mm. Standar pembuatan specimen uji uji tarik menurut ASTM/ AWS E8-04 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan oleh petugas/welder yang terlatih dengan menggunakan mesin las SMAW dan GTAW, penyetelan arus las pada mesin las yang telah di tetapkan, memilih elektroda yang digunakan yaitu E 309Mo-17 dengan diameter 2,5 mm, menggunakan tegangan 30 volt, 0 melakukan preheating 150 sebelum pengelasan dimulai. Membuat kampuh las dengan alur V tunggal dengan sudut 70o dan panjang 200 mm, lebar 20 mm dan tebal plat 6 mm. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1). Mesin shearing digunakan untuk memotong plat, (2). Mesin las inventer ITG 222P 30 Volt digunakan untuk mengelas dua logam berbeda, (3). Mesin gergaji potong, dengan spesifikasi Krisbow Hacksaw Machine model G7025 digunakan untuk memotong plat hasil pengelasan, (4). Mesin Frais dengan spesifikasi Krisbow X6328B, digunakan untuk membuat kampuh las dan menghaluskan hasil pengelasan, (5). Mesin uji tarik untuk 193
Simon Parekke
ISSN 2303-3614
mengetahui kekuatan tarik, (6). Mikroskop elektron untuk melihat struktur mikro. Batang uji tarik untuk sambungan las dipilih arah tarikan melintang garis las. Dalam pengujian batang uji tersebut dibebani dengan kenaikan beban sedikit demi sedikit sampai batang uji patah, kemudian dapat dihasilkan kurva tegangan dan regangan. Sifat–sifat tarikannya dapat dihitung sebagai berikut: Bila Tegangan σ (Kg/mm2), F beban (kg) dan A0 luas penampang batang uji (mm2) maka :
kekuatan tarik dan kekerasan, maka digunakan analisis regresi linier sederhana (Sugiyono, 2012). HASIL Karakteristik sampel Pada Tabel 1 memperlihatkan hasil perhitungan kekuatan tarik rata-rata hasil pengelasan SMAW dan GTAW dengan variasi arus sebagai berikut yaitu 50 amper kekuatan tariknya 61,97 kg/mm2 , 60 amper kekuatan tariknya 62,96 kg/mm2 dan 70 amper kekuatan tariknya 64,01 kg/mm2 untuk pengelasan SMAW dan untuk pengelasan GTAW yaitu 50 amper 49,42 kg/mm2, 60 amper kekuatan tariknya 49,54 kg/mm2 dan 70 amper kekuatan tariknya 46,83 kg/mm2. Gambar 1 (a) menunjukkan hubungan antara arus las dengan kekuatan tarik. Terlihat bahwa semakin tinggi arus las, maka akan diikuti oleh naiknya kekuatan tarik. Tabel 2 memperlihatkan hasil pengujian kekerasan pada beberapa daerah pengujian berikut : Arus las 50 amper didapat kekerasan Base metal AISI 1045 sebesar 16,8 HRC, HAZ AISI 1045 sebesar 18,1 HRC, Weld Metal sebesar 22,0 HRC, HAZ AISI 316L sebesar 19,8 HRC dan Base Metal AISI 316L sebesar 19,8 HRC. Arus las 60 amper didapat kekerasan Base metal AISI 1045 sebesar 16,5 HRC, HAZ AISI 1045 sebesar 17,7 HRC, Weld Metal sebesar 22,6 HRC, HAZ AISI 316L sebesar 18,9 HRC dan Base Metal AISI 316L sebesar 18,1 HRC. Arus las 70 amper didapat kekerasan Base metal AISI 1045 sebesar 17,0 HRC, HAZ AISI 1045 sebesar 19,4 HRC, Weld Metal sebesar 22,7 HRC, HAZ AISI 316L sebesar 18,9 HRC dan Base Metal AISI 316L sebesar 17,2 HRC. Gambar 1(b) menunjukkan hubungan antara Jarak indentor dengan kekerasan Rockwell . Terlihat bahwa terjadi distribusi kekerasan yang berbeda-beda pada masing-masing daerah pengelasan. Kekerasan tertinggi terjadi pada daerah weld metal sebesar 22,7 HRC dan
dan Regangan dapat dihitung dengan ɛ regangan, L panjang mula dari batang uji, L0 panjang batang uji yang dibebani dengan rumus :
Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode kekerasan Rockwell dengan beban 150 kg, menggunakan penetrator kerucut intan dengan skala C (Cone), jarak indentor antar titik 1 mm , mulai dari daerah las (weld metal) sampai logam induk (base metal). Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui perbedaan struktur logam daerah manik las, daerah pengaruh panas (HAZ) dan pada daerah las (weld Metal). Butir pada daerah las mempunyai perbedaan yang kontras, sebab butir pada HAZ adalah butir logam induk yang mengalami pengaruh panas akibat pengelasan dan logam induk (Khan, 2007). Analisis Data Data hasil pengujian kekuatan tarik dan pegujian kekerasan yang telah dilakukan diatas akan diolah dengan menggunakan metode statistik. Dimana arus las sebagai variabel tetap (X) dan kekuatan tarik dan kekerasan sebagai varabel bebas (Y). Untuk menilai hubungan antara arus las dengan 194
Pengelasan Berbeda, SMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro
terendah pada daerah Base metal AISI 1045 sebesar 16,5 HRC. Gambar 2 menunjukkan struktur mikro yang terjadi pada setiap batas antara weld metal dengan HAZ las SMAW dengan variasi arus las (a) 50 amper, (b) 60 amper dan (c) 70 amper . Struktur mikro yang terjadi didominasi oleh struktur ferit dan struktur perlit.
ISSN 2303-3614
Tabel 3 memperlihatkan hasil Analisis Varians ANOVA antara arus las dengan kekuatan tarik dimana didapat harga Fhitung sebeser 3468 dalam penelitian ini dipilih taraf kesalahan 5% sehingga didapat Ftabel sebesar 161. Karena F hitung > F tabel, maka Ho ditolak; Ha diterima kesimpulannya adalah koefisien arah regresi berarti ( b ≠ 0).
Tabel 1. Perbedaan kekuatan Tarik Las SMAW dan GTAW No 1 2 3
Arus (Amper) 50 60 70
σu (kg/mm²) 61,97 62,96 64,01
1 2 3
50 60 70
49,42 49,54 46,83
Jenis mesin Las SMAW
GTAW
Tabel 2. Hubungan Kekuatan Tarik dan kekerasan pada Las SMAW
No
Arus
Diameter elektroda (mm)
σu (kg/mm²)
1
50
2,5
2
60
3
70
BM 1045
HAZ1 045
WM
HAZ3 16L
BM 316L
49,42
15,9
18,4
20,5
18,5
17,6
2,5
49,54
17,8
19,8
20,2
20,4
18,3
2,5
46,83
17,5
18,6
19,6
18,9
18,4
Tabel 3. Hasil Analisis Varians ANOVA Kekuatan Tarik SMAW Sumber variasi
dK
JK
KT
Total
3
11901.5
11901.5
Koefisien (a)
1
11899.44
11899.44
Regresi (b|a)
1
2.0808
2.0808
Sisa
1
0.0
0.0006
Tuna cocok
1
2.1
2.0814
Galat
1
-2.1
-2.0808
195
F hitung
F Tabel (α =0,05)
3468
161
-1.00029
Simon Parekke
Gambar 1.
ISSN 2303-3614
(a). Hubungan antara Las SMAW dan GTAW, (b). Hubungan Kekerasan dan jarak indentor Las SMAW
Gambar 2. (a) Batas antara weld metal dngan HAZ las SMAW 50, (b) 60 amper dan (c), 70 amper pembesaran 50x. dari kekuatan tarik baja karbon sedang yang terdiri dari baja karbon setengah keras dengan kekuatan tarik 50–60 kg/mm2 dan baja karbon keras dengan kekuatan tarik sebesar 58 - 70 kg/mm2, maka hasil pengujian ini masih dikategorikan sebagai baja karbon sedang. Berubahnya harga kekuatan tarik hasil pengelasan baja karbon sedang dengan baja tahan karat dapat dipengaruhi oleh keadaan, cara dan prosedur pengelasan, di samping itu juga
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh variasi arus las pada pengelasan logam berbeda terhadap sifat mekanis termasuk kekuatan tarik secara signifikan mempengaruhi kekuatan tarik dimana kekuatan tarik tertinggi pada arus 70 amper sebesar 64,01 kg/mm2 turun sebesar 8,6 % dari kekuatan tarik base metal 70 kg/mm2. Kekuatan tarik terendah pada arus 50 amper sebessar 61,97 kg/mm2 turun sebesar 11,5 % dari kekuatan tarik base metal. Jika ditinjau
196
Pengelasan Berbeda, SMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro
ISSN 2303-3614
adalah menghitung nilai korelasi (R)2. dari hasil penelitian didapat Rhitung = 0,9998 dan Rtabel = 0,997, Rhitung > Rtabel , Ha diterima, H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan yakni sebesar 99,9% antara arus las dengan kekuatan tarik dan 0,1 % merupakan akibat dari faktor lain. Hasil uji ANOVA untuk las GTAW Dari hasil perhitungan F hitung = 2,5127. Dalam Penelitian ini dipilih taraf kesalahan 5 % sehingga F tabel didapat 161 sehingga F hitung < F tabel = 2,5127 < 161. Karena F hitung < F tabel, maka Ho diterima; Ha ditolak, kesimpulannya adalah Koefisien arah regresi tidak berarti (b = 0) Karena r hitung < r tabel, maka Ho diterima; Ha ditolak, maka nilai korelasi (r) sebesar 0,846 artinya hubungan antara variabel independen X (arus las) terhadap variabel dependen Y (kekuatan tarik) dapat dikatakan mempunyai hubungan yang signifikan atau hubungan variabel X terhadap variabel Y. Nilai determinasinya (r2) yang diperoleh sebesar 0,715 atau 71,5%. Hal ini menunjukkan persentase pengaruh variabel independen (arus las) sebesar 71,5% proporsi keragaman nilai dependen Y (kekuatan tarik) dapat dijelaskan oleh nilai X ( arus las) melalui hubungan linier. Sedangkan sisanya 28,5% merupakan akibat dari faktor lain seperti kecepatan pengelasan, temperature ruangan, heat input dll. Hasil uji ANOVA satu arah untuk kekerasan SMAW mengindikasikan bahwa harga Fhitung = 12 dibanding dengan Ftabel = 161. Karena Fhitung < Ftabel , H0 diterima, Ha ditolak. langkah selanjutnya adalah menghitung nilai korelasi (R)2. dari hasil penelitian didapat Rhitung = 0,955 dan Rtabel = 0,997, Fhitung < Ftabel, H0 diterima, Ha ditolak. Artinya ada hubungan yang cukup signifikan sebesar 91,2% antara arus las dengan Kekerasan dan 8,7% merupakan akibat dari faktor lain seperti kecepatan pengelasan, temperatur ruangan, heat input dll (Daryanto., 2002). Hasil uji ANOVA kekerasan GTAW didapat r hitung = 0,955 dan r tabel =
tergantung pada tempat pengambilan batang uji (Wiryosumarto, 2006). Penelitian ini memperlihatkan distribusi kekerasan sepanjang sambungan las tak sejenis hasil pengelasan SMAW, Hasil uji kekerasan rata-rata Rockwell distribusi nilai kekerasan berbeda-beda pada masing-masing daerah pengelasan Kekerasan tertinggi pada arus 70 amper sebesar 24,8 HRC pada daerah weld metal dan kekerasan rata-rata terendah pada arus 50 dan 60 amper sebesar 15,7 HRC pada daerah logam induk. Jika tinjau dari setiap daerah pengelasan, maka harga kekerasan ratarata untuk setiap daerah berbeda-beda. Hubungan kekerasan rata-rata terhadap daerah BM AISI 1045, HAZ AISI 1045, WM, HAZ AISI 316L, BM AISI 316L. memperlihatkan arus pengelasan dan tingkat kekerasan rata-rata pada daerah dengan penggunaan arus 70 Amper dengan harga kekerasan rata-rata 22,7 HRC dan kekerasan terendah pada daerah base metal AISI 1045 dengan harga kekerasan rata-rata 16.5 HRC. Hasil pengujian dan analisis struktur mikro pada pengelasan SMAW dengan variasi arus 50 amper didapat struktur mikro pada daerah HAZ terlihat struktur ferit dan struktur perlit, namun masih didominasi oleh struktur ferit yang berwarna terang berbutir kasar . Hasil pengujian dan analisis struktur mikro pada pengelasan SMAW dengan variasi arus 60 amper didapat struktur mikro pada daerah HAZ, terlihat struktur ferit dan struktur perlit yang semakin padat, berbutir halus dan seragam. Hasil pengujian dan analisis struktur mikro pada pengelasan SMAW dengan variasi arus 70 amper didapat struktur mikro pada daerah HAZ terlihit struktur ferit dan struktur perlit yang semakin padat, berbutir halus dan seragam kekerasannya mencai 19,4 HRC. Hasil uji ANOVA satu arah yang telah dilakukan pada pengelasan, mengindikasikan bahwa harga Fhitung = 3468, dibanding dengan Ftabel = 161 Karena Fhitung > Ftabel, Ha diterima , H0 ditolak. langkah selanjutnya 197
Simon Parekke
ISSN 2303-3614
0,997. Karena r hitung < r tabel, maka Ho diterima; Ha ditolak, Maka nilai korelasi (r) sebesar 0,955 artinya hubungan antara variabel independen X (arus las) terhadap variabel dependen Y (kekerasan) dapat dikatakan mempunyai hubungan yang signifikan atau hubungan variabel X terhadap variabel Y. Kemudian nilai determinasinya (r2) yang diperoleh sebesar 0,912 atau 91,2%. Hal ini menunjukkan persentase pengaruh variabel independen (arus las) sebesar 91,2% proporsi keragaman nilai dependen Y (kekerasan) dapat dijelaskan oleh nilai X (arus las) melalui hubungan linier. Sedangkan sisanya 8,8% akibat dari faktor lain seperti kecepatan pengelasan, temperature ruangan, heat input dll.
Hasil pengelasan sebaiknya dilakukan pengujian NDT (Non Destruktif Test) untuk menyakinkan bahwa tidak terjadi cacat las yang menyebabkan terjadinya penurun harga kekuatan las. Sebaiknya juga dilakukan PWHT (Post Weld Heat Treatment) untuk memperbaiki struktur mikro khususnya untuk menghindari terjadinya retak las.
DAFTAR PUSTAKA Aggen G., Akstens W Frank., & Allen C. Michael. (2006). ASM Handbook Volume 1, 10th Edition. Nugroho Sri., Sudiarso W. (2012). Pengaruh PWHT dan Preheat pada kualitas Pengelasan Dissimilar Metal antara Baja karbon A-106 dan baja tahan karat A312 TP 304H dengan filler Mtal inconel 82. 14(1): 16-20. Prasetyo Bangun. (2006). Pengaruh Variasi Arus pada Proses Pengelasan Logam Berbeda Antara Logam Induk Baja Karbon Menengah (AISI 1045)dengan Baja Tahan Karat Austenitik (AISI 304)(skripsi). Bandung: Institut Teknologi Nasional. Saifuddin., M.Noer Ilham. (2000). Pengaruh Preheat terhadap Struktur Mikro dan Kekuatan tarik Las logam tak Sejenis Baja Tahan karat Austenitik304 dan Baja Karbon A 36. Sonawan Hery., Suratman Rochim. (2006). Pengantar untuk memahami Proses Pengelasan Logam, Alpabeta Bandung. Suharno. (2008). Prinsip-prinsip Teknologi dan Metalurgi Pengelasan Logam. Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian, Alfabeta Bandung. Wiryosumarto Harsono., Okumura Toshie, (2006). Teknologi Pengelasan Logam. Pradnya Paramita, Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan tentang pengaruh pengelasan logam berbeda dengan variasi arus yang digunakan antara Baja AISI 1045 dengan baja tahan karat AISI 316L dengan menggunakan mesin las SMAW dan GTAW terhadap sifat mekanis dan sifat fisis, maka dapat disimpulkan perbandingan kekuatan tarik SMAW dengan pengelasan GTAW adalah Kekuatan tarik tertinggi pada pengelasan SMAW sebesar 64,01 kg/mm2 pada arus 70 A dan terendah sebesar 61,97 kg/mm2 pada arus 50 A, sementara kekuatan tarik tertinggi pada pengelasan GTAW sebesar 49,54 kg/mm2 pada arus 60 A dan terendah sebesar 46,83 kg/mm2 pada arus 70 A. Kekerasan pengelasan SMAW tertinggi pada arus 70 A sebesar 22,7 HRC dan kekerasan terendah pada arus 50 A sebesar 16,5 HRC. Pengelasan GTAW kekerasan tertinggi pada arus 60 A sebesar 20,5 HRC dan kekerasan terendah pada arus 50 A sebesar 15,9 HRC. Struktur mikro yang terjadi pada arus 50 A didominasi oleh struktur ferit, sementara pada arus 60 A dan 70 A struktur yang terbentuk adalah perlit yang berwarna gelap (Suharno. 2008).
198