INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR PADA BIDANG AGRIBISNIS (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB)
DANI ARISANDI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB) adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016
Dani Arisandi H351120121
RINGKASAN DANI ARISANDI. Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB). Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY dan RATNA WINANDI. Meningkatnya populasi penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan pangan dan masalah pengangguran. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan berwirausaha. Menumbuhkan semangat berwirausaha dapat diawali dengan menumbuhkan intensi berwirausaha pada diri seseorang. Nabi Muhammad SAW bersabda :“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya”. Hadist ini menjelaskan bahwa segala perbuatan seseorang itu adalah berdasarkan pada niatnya atau dengan kata lain berdasarkan intensinya. Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud dimasa yang akan datang. Meneliti intensi atau niat seseorang atau kelompok dalam berwirausaha merupakan suatu cara untuk memprediksi perilaku mereka dalam berwirausaha dikemudian hari. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB) pada bidang agribisnis. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa pascasarjana program magister (Strata 2/S2) yang dinyatakan aktif oleh SPs-IPB pada tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan jumlah 122 orang. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif dan model persamaan struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak (86.89%) responden memiliki intensi berwirausaha secara spesifik pada bidang agribisnis. Minat usaha tersebut meliputi usaha pada bidang penyediaan input produksi (1.46%), bidang onfarm (48.18%), bidang pengolahan pascapanen (18.25%), bidang perdagangan (8.03%), bidang jasa (9.49%), dan pada subsistem pendukung (14.6%). Penelitian ini menemukan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana IPB pada bidang agribisnis dipengaruhi oleh variabel norma subjektif yang merupakan pengaruh dari sejumlah pihak yang dianggap penting oleh seseorang untuk berwirausaha. Pihak disekitar responden yang paling besar memberikan pengaruh terhadap intensi berwirausaha responden pada bidang agribisnis adalah harapan dari teman dan orang tua yang memberikan pengaruh relatif lebih besar dibandingkan peran dari pihak yang lainnya. Kata kunci: Kewirausahaan, Intensi berwirausaha, Mahasiswa Pascasarjana IPB, Agribisnis.
SUMMARY DANI ARISANDI. Entrepreneurial Intention Postgreduate IPB in Agribusinnes (Case of Magister Student in SPs-IPB). Supervised by RACHMAT PAMBUDY and RATNA WINANDI.
Increasing of population impacted to food needs and unemployment. There is a solution to resolve with entrepreneurship. Spawns spirit of entrepreneur can be ini the starting by making entrepreneur cultivate intent on the self someone. The prophet Muhammad said :“behold actions were depending on the intention”. This hadist explains that all were based on intention. The intention is a component in self individual referring to the desire to do certain behavior.intention is the key to predict human behavior and as a psychological contruction shows the power motivation someone in terms of planning conscious in an attempt to resulting behavior is in intent in the future. Research of entrepreneur intention from person or group,is a way to predict of ttheir entrepreneur behavior in the future .The entrepreneur intention can be defined as the search information that be used to achieve a purpose the establishment of a business. The aims of this study is to describe the characteristics of respondents and the factors that influence the entrepreneurial intention of student at the Postgraduate School of Bogor Agricultural University (SPs-IPB) on agribusiness. The design of this study used cross sectional study. Respondent in this study are postgraduate student from magister program declared active in the academic year 2014/2015. The sampling technique used proportional stratified random sampling with 122 people. The analytical method used descriptive quantitative analysis and Structural Equation Modelling / SEM. The results showed that (86.89%) of the respondents have the intention of entrepreneurship in agribusiness. Including the provision of production inputs (1.46%), onfarm (48.18%), post-harvest processing (18.25%), trade sector (8.03%), services (9.49%), and support subsystem (14.6%). The study found that entrepreneurial intention are influenced by subjective norm which is the influence of a number of parties that are considered important to the behavior of entrepreneurs. The influenced of social environment surrounding the respondents most affected by the expectations from friends and parents who give relatively greater influence than the role of other.
Keywords: Entrepreneurship, Entrepreneurial Intention, Postgraduate Student of IPB, Agribusiness.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR PADA BIDANG AGRIBISNIS (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB)
DANI ARISANDI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Tesis
: Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis(Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs IPB)
Nama
: Dani Arisandi
NIM
: H351120121
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS
Anggota
Dik:etahui oleh
Ketua Program Studi Magister Sains Agibisnis
��
Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS
Tanggal Ujian: 25 November 2015
Tanggal Lulus:
Ll 3 JA N 20 1 S
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga Tesis dengan judul Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister Sps-IPB) telah berhasil diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Ketua Departemen Agribisnis, Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis, dan seluruh jajaran akademika IPB atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan selama penulis belajar di kampus IPB. 2. Bapak Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini. 3. Rekan-rekan pada program studi Magister Sains Agribisnis, Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB, Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB, Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana IPB, Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera selatan (IKA MUSI) atas kebersamaannya selama di kampus dan terima kasih telah banyak membantu selama proses penyelesaian Tesis ini. 4. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, istri, saudara/i-ku serta seluruh keluarga tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya selama ini. Besar harapan dari penulis semoga Tesis ini dapat menjadi bagian dari ilmu yang bermanfaat, Aamiin Ya Allah Ya Robbal Alamin. Bogor, Januari 2016
Dani Arisandi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Kompetensi Kewirausahaan Faktor yang berpengaruh pada intensi berwirausaha mahasiswa Kewirausahaan pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional 4 METODE Desain Penelitian dan Pengambilan Responden Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Analisis Structural Equation Model (SEM) Pendekatan Partial Least Square (PLS) Implementasi Model SEM pada penelitian ini Definisi Operasional 5 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Responden Penelitian 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kewirausahaan Mahasiswa Pascasarjana Program Magister SPs-IPB Faktor yang Berpengaruh Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana Program Magister SPs-IPB 7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
i ii ii 1 1 3 10 10 11 11 11 14 16 22 22 26 29 29 29 31 31 34 37 39 39 40 45 45 49 62 62 63 64
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2010–2013 (persen) berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah mahasiswa aktif pada tahun ajaran 2014/2015 dan proporsi pengambilan sampel Aturan evaluasi pengukuran model PLS indikator reflektif Aturan evaluasi struktural model PLS Hubungan antar variable laten dengan indikatornya Sebaran responden berdasarkan asal fakultas Sebaran responden berdasarkan status program studi Sebaran responden berdasarkan tahun masuk kuliah Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Sebaran responden berdasarkan usia Sebaran responden berdasarkan status pernikahan Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua Sebaran responden berdasarkan pengalaman bekerja Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan saat ini Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha secara umum Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha pada bidang agribisnis Sebaran responden berdasarkan status usaha yang sedang dijalankan saat ini. Sebaran responden berdasarkan status berwirausaha pada bidang agribisnis yang sedang dijalankan. Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang umum Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang agribisnis Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan Konsekuensi Perilaku Rata-rata skor setiap indikator untuk variabel laten Evaluasi Konsekuensi Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan Harapan Normatif Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Motivasi mematuhi harapan normatif Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan Kendali Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Kekuatan Pada Keyakinan Kendali Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Intensi berwirausaha Kebaikan Model Nilai R-square Pengujian Koefisien Jalur, Rataan, Simpangan Baku, t-values
4 29 33 34 36 41 41 42 42 43 43 44 45 45 46 46 47 47 47 48 51 52 52 53 53 54 54 56 58 59
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur 2011–2014 (juta orang) Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni berdasarkan fakultas tahun 2010 Model Theory of Reason Action (TRA) Model Theory of Planned Behavior (TPB) Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian Kerangka Operasional Penelitian Model intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB Model akhir dari intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis
4 8 23 24 26 27 35 60
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Asal suku bangsa responden Jenis pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan responden Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan oleh responden. Jenis usaha yang pernah dijalankan oleh responden. Jenis usaha bidang agribisnis yang pernah dijalankan sebelumnya oleh responden. Jenis usaha yang sedang dijalankan saat ini. Jenis usaha agribisnis yang sedang dijalankan oleh responden. Jenis usaha yang ingin dan berharap akan dijalankan oleh responden dikemudian hari. Jenis usaha pada komoditas tanaman pangan yang diminati oleh responden. Jenis usaha pada komoditas hortikultur yang diminati oleh responden. Jenis usaha pada komoditas perkebunan yang diminati oleh responden. Jenis usaha pada komoditas peternakan yang diminati oleh responden. Jenis usaha pada komoditas perikanan yang diminati oleh responden Jenis usaha pada komoditas kelautan yang diminati oleh responden. Jenis usaha pada bidang jasa pertanian yang diminati oleh responden. Jenis usaha lainnya pada bidang pertanian yang diminati oleh responden. Hasil Uji validitas kuesioner
68 68 70 70 72 73 73 73 76 76 77 77 78 79 79 80 80
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah dan sangat berpeluang untuk dijadikan usaha berbasis SDA yaitu usaha pada sektor pertanian.Usaha pada sektor pertanian sering dikenal dengan istilah usaha agribisnis yang meliputi komoditas pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, serta kehutanan. Indonesia memiliki ketersediaan lahan yang cukup besar, sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun juga merupakan potensi alamiah dalam memenuhi kebutuhan air pertanian, apabila dikelola dengan baik, waduk, bendungan dan air tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan usaha pada bidang agribisnis. Perkembangan pembangunan agribisnis akan sejalan dengan pembangunan nasional. Pembangunan agribisnis dipandang sebagai bagian penting dalam pembangunan masa depan Indonesia. Bidang agribisnis telah terbukti memberikan banyak kontribusi pada Negara, diantaranya melalui penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) serta kontribusi lainnya. BPS mencatat, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian pada agustus 2014 mencapai 38.07 juta orang atau sebanyak 32.2% dari total jumlah angkatan kerja, dan sumbangan bidang pertanian terhadap PDB Indonesia pada agustus 2014 mencapai 14.8% yang didapatkan dari sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Selain itu, Iskandar (2014)1 menyatakan bahwa sebanyak 40.5 persen lapangan usaha tersebut berada di sektor agribisnis2. Kesempatan kerja yang tercipta pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 1.87 juta orang,dan untuk lapangan usaha pada sektor agribisnis dapat dirinci menjadi Subsektor Tanaman Pangan 17.73 juta rumah tangga, Hortikultura 10.60 juta rumah tangga, Perkebunan 12.77 juta rumah tangga, Peternakan 12.97 juta rumah tangga, Perikanan kegiatan budidaya ikan 1.19 juta rumah tangga, Perikanan kegiatan penangkapan ikan 0.86 juta rumah tangga, Kehutanan 6.78 juta rumah tangga, dan Jasa Agribisnis 1.08 juta rumah tangga. Berbicara mengenai sektor agribisnis, Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki segudang potensi sumber daya alam (SDA) yang berlimpah dan sangat berpeluang untuk dijadikan usaha berbasis SDA yaitu usaha agribisnis. Indonesia memiliki ketersediaan lahan yang cukup besar. Direktorat jenderal pengelolaan lahan dan air (2006), menerangkan bahwa Indonesia memiliki total luas daratan sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64.6%) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha (35.4%) sisanya merupakan kawasan lindung, dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25.6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25.3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50.9 juta ha. Semua potensi yang tersedia untuk pengembangan 1 Muhaimin iskandar (2014). Pusat Humas Kemnakertrans (www.google.com/Muhaimin Prediksikan Jumlah Pengangguran di Indonesia Tahun 2014 Turun). 2 Hasil Sensus Pertanian 2013 (Angka Tetap) No. 90/12/Th. XVI, 2 Desember 2013
2
bidang agribisnis tersebut, sampai saat ini masih belum termanfaatkan secara optimal, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, saat ini yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian baru sebesar 47 juta ha (46.53%), sehingga masih tersisa 54 juta ha (53.47%) yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Potensi SDA di atas masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku pembangunan. Burhanuddin (2012)3 menjelaskan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) dengan jiwa kewirausahaan yang kuat untuk dapat mengembangkan sektor pertanian sebagai sektor yang berbasis SDA. Pada dasarnya, kewirausahaan merupakan faktor penentu bagi kemajuan suatu negara. Bagaimana tidak, kemajuan suatu negara salah satunya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika negara memiliki banyak wirausaha. Dengan kata lain bahwa wirausaha adalah pelaku penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini dalam rangka meningkatkan kemajuan suatu negara. Suatu negara untuk menjadi makmur minimum memiliki jumlah wirausaha 2 % dari total jumlah penduduk. Contohnya seperti negara Amerika Serikat memiliki 11,5 % wirausaha dan Singapura yang terus meningkat menjadi 7,2 %. Saat ini total jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa4, dengan angka tersebut seharusnya jumlah wirausaha di Indonesia saat ini sedikitnya 4.752.827 orang, namun saat ini baru ada sekitar 1,56 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia yang menjadi pengusaha yaitu sekitar 3.707.205 orang. Berarti Indonesia masih membutuhkan sekurangnya sekitar satu juta orang pengusaha baru untuk membantu pertumbuhan ekonomi. SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan serta memiliki jiwa kewirausahaan khususnya dalam bidang agribisnis masih sangat dibutuhkan untuk dapat mengoptimalkan SDA yang ada saat ini. Upaya untuk menghasilkan wirausaha baru tersebut terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk oleh pihak perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang berpotensi untuk mencetak dan menghasilkan SDM tersebut adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB merupakan salah satu dari perguruan tinggi yang diharapkan dapat berperan dalam pengembangan bidang pertanian. Dilihat berdasarkan visi dan misi dari IPB, jelas mencerminkan keinginan yang besar dari IPB untuk berperan serta dalam pembangunan nasional dengan cara menghasilkan SDM berupa mahasiswa dan lulusan yang memiliki kompetensi yang disebutkan di atas. Visi IPB berdasarkan (Statuta IPB, 2013), yaitu “Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika”. Sedangkan Misinya adalah: 1. Menyiapkan insan terdidik yang unggul, profesional, dan berkarakter kewirausahaan di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika. 2. Memelopori perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika. 3. Mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya unggul IPB untuk pencerahan, kemaslahatan, peningkatan kualitas kehidupan secara berkelanjutan.
3 Burhanuddin. 2012. Peran Kewirausahaan Menjawab Tantangan 60 Tahun yang Lalu dan yang Akan Datang Soal Pangan. http://burhan.staff.ipb.ac.id. 4 www.statistic.ptkpt.net/14 February 2014: Data jumlah penduduk Negara-negara.
3
IPB memiliki potensi yang besar untuk melahirkan wirausaha-wirausaha baru terdidik yang berusaha pada bidang agribisnis, Munculnya wirausahawirausaha baru tersebut yang merupakan generasi muda terdidik yang memiliki pengetahuan, tingkat kreasi dan inovasi yang tinggi serta ditambah dengan bidang kajian dan disiplin ilmu khusus pada bidang pertanian yang telah mereka dipelajari selama kuliah diharapkan mampu menciptakan ide-ide bisnis/produk yang lebih inovatif dan kreatif serta dapat memberikan nilai tambah terhadap produk-produk agribisnis. Semakin meningkatnya jumlah usaha-usaha pada bidang agribisnis tersebut diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan diharapkan akan meningkatkan jumlah produksi pangan dalam negeri yang dapat menopang ketahanan pangan bagi Negara. Selain itu, pengelolaan usaha dibidang agribisnis oleh tenaga-tenaga terdidik dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang masih didominasi oleh bidang agribisnis sebagai basis ekonomi pada hampir seluruh daerah di Indonesia diharapkanakan lebih memungkinkan terwujudnya pemanfaatan SDA secara optimal yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta peningkatan pendapatan nasional dan dapat mengurangi kemiskinan terutama di perdesaan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada tercapainya stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Perumusan Masalah Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, dan jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan jumlah penduduk tersebut akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada peningkatan jumlah angkatan kerja yang akan berdampak pula terhadap kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai akan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Badan pusat statistik (BPS)5 menyatakan bahwa pada Februari 2015 jumlah angkatan kerja mencapai 128.3 juta orang, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 120.8 juta orang dan jumlah pengangguran mencapai 7.45 juta orang. Untuk melihat perbandingan antara jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan penganggur dari tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 1. Data menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, Masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini harus segera ditanggulangi. Pengangguran di Indonesia menunjukkan sebagian dari mereka merupakan pengangguran yang berpendidikan, mulai dari lulusan tingkat sekolah dasar hingga lulusan Diploma atau Akademi serta lulusan Perguruan Tinggi.
5 Badan pusat statistik dalam laporan bulan Agustus 2015
4
Gambar 1. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur 2011–2014 (juta orang)
Penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan tinggi adalah sebanyak 10,5 juta orang, yang mencakup 2,64 persen atau 2,9 juta orang berpendidikan Diploma dan sebanyak 6,83 persen atau 7,6 juta orang yang berpendidikan Universitas. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Indonesia untuk lulusan perguruan tinggi masih cukup tinggi yaitu sebesar 5.87 persen berasal dari lulusan Diploma, dan 4,31 persen berasal dari lulusan Universitas. Tabel 1 di bawah ini menunjukan jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2010–2013 (persen) berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan SD Ke Bawah SLTP/SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas Jumlah
2010 Feb 3,71 7,55 11,90 13,81 15,71 14,24 7,41
Agt 3,81 7,45 11,90 11,87 12,78 11,92 7,14
2011 Feb 3,37 7,83 12,17 10,00 11,59 9,95 6,80
Agt 3,56 8,37 10,66 10,43 7,16 8,02 6,56
2012 Feb 3,69 7,80 10,34 9,51 7,50 6,95 6,32
Agt 3,64 7,76 9,60 9,87 6,21 5,91 6,14
2013 Feb 3,61 8,24 9,39 7,68 5,65 5,04 5,92
Agt 3,51 7,60 9,74 11,19 6,01 5,50 6,25
2014 Feb* 3.69 7.44 9.1 7.21 5.87 4.31 5.70
*Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk
Sumber: Badan pusat statistik (BPS)
Data di atas menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, Jumlah tersebut juga meliputi jumlah pengangguran terdidik pada berbagai jenjang pendidikan. BPS6 menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk lulusan perguruan tinggi pada Februari 2015 masih cukup tinggi yaitu sebesar 7.49% berasal dari lulusan Diploma, dan 5.34% berasal dari lulusan Universitas. Tingginya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia, salah satunya disebabkan karena peningkatan jumlah lulusan yang tidak diimbangi dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai serta sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria dan latar belakang
6 Badan pusat statistik dalam laporan bulan Agustus 2015
5
pendidikannya. Tingginya jumlah pengangguran terdidik juga dapat disebabkan karena keengganan mereka untuk memilih karir sebagai wirausaha. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia dengan potensi SDA yang berlimpah, masih sangat membutuhkan dukungan SDM tangguh yang memiliki jiwa kewirausahaan untuk dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensipotensi tersebut agar dapat optimal. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi seluruh pihak termasuk lembaga-lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan yang berfokus pada bidang pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang fokus dalam bidang pertanian diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tangguh berupa mahasiswa dan alumni yang dapat berperan dalam pengembangan sektor pertanian serta dapat berperan dalam pengembangan pembangunan kedepannya. Pada umumnya mahasiswa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, yaitu mahasiwa Diploma (DI, DII, DIII, DIV), mahasiwa Sarjana (S1), dan mahasiwa Pascasarjana yang dibagi menjadi program Magister (S2) dan program Doktor (S3). Masing-masing kelompok memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Mahasiswa tingkat Diploma lebih diarahkan kepada kompetensi teknis dan operasional, mahasiswa pada jenjang Sarjana lebih diarahkan kepada kompetensi manajerial, sedangkan mahasiswa pada program Pascasarjana, kompetensi yang diharapkan adalah lebih kearah pengembangan suatu model atau sistem, serta kemampuan dalam mensintesis ilmu. Mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya pada umumnya akan dihadapkan pada 3 pilihan, yaitu pilihan pertama adalah untuk menjadi pegawai, baik pegawai perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pilihan kedua menjadi pengangguran intelektual karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria. Pilihan ketiga adalah membuka usaha sendiri atau berwirausaha. Bagi sebagian besar lulusan perguruan tinggi, menjadi seorang wirausaha mungkin bukanlah menjadi pilihan karir mereka, karena untuk menjadi wirausaha mereka harus dihadapkan pada situasi yang kurang pasti, penuh tantangan dan seringkali terhambat oleh terbatasnya modal. Kondisi persaingan dalam merebutkan lapangan kerja oleh lulusan perguruan tinggi akan semakin ketat dengan situasi persaingan global, misal pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan memperhadapkan lulusan perguruan tinggi Indonesia bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan tinggi asing. Melihat kondisi pengangguran di atas, maka para lulusan perguruan tinggi hendaknya perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun juga dapat dan siap untuk menjadi pencipta pekerjaan (job creator) atau seorang wirausaha. Persepsi mahasiswa mengenai profesi wirausahawan harus diperkuat sehingga menjadi dorongan positif bagi mahasiswa untuk berani memulai usaha baik sejak masa kuliah maupun setelah lulus. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa di perguruan tinggi dapat diawali dengan menumbuhkan keinginan dan kesungguhan untuk berwirausaha pada diri mahasiswa. Apabila keinginan atau niat berwirausaha telah tertanam kuat dalam diri mahasiswa maka kemungkinan untuk menrealisasikan niat tersebut dalam bentuk suatu usaha juga akan kuat terlaksana. Dalam upaya menumbuhkan niat berwirausaha pada mahasiswa, terlebih dahulu perlu
6
diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi timbulnya niat tersebut. Sehingga faktor-faktor yang memengaruhi niat berwirausaha dapat terus dikembangkan sehingga minat tersebut dapat diwujudkan menjadi usaha yang nyata. Fishbein & Ajzen (1975), menjelaskan bahwa keinginan atau niat disebut sebagai intensi. Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud dimasa yang akan datang. Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan dalam Hadistnya sekitar 14 abad yang lalu, beliau bersabda :“Sesungguhnya setiap perbuatan seseorang itu tergantung pada niatnya” (HR.Bukhari)7. Hadist ini menjelaskan bahwa segala perbuatan seseorang itu akan sangat bergantung pada niatnya atau dengan kata lain berdasarkan intensinya. Meneliti intensi atau niat seseorang dan kelompok untuk berwirausaha merupakan suatu cara untuk memprediksi perilaku berwirausaha mereka dikemudian hari. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz & Gartner 1988). Intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan (Krueger et al. 2000). Umumnya, intensi kewirausahaan adalah keadaan berfikir yang secara langsung dan mengarahkan perilaku individu kearah pengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru (Bird, 1995). Intensi berwirausaha pada mahasiswa merupakan suatu keinginan kuat yang terdapat dalam diri seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk menciptakan suatu usaha yang dapat memberi lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekal kemandirian, keberanian, dan kreativitas. Penjelasan diatas menjelaskan bahwa dengan mengukur intensi seseorang atau kelompok dalam berwirausaha, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk melihat siapa saja yang siap untuk menjadi wirausaha dimasa yang akan datang. Indarti & Rostiani (2008), menjelaskan bahwa intensi wirausaha juga dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha. Seseorang dengan intensi yang kuat untuk memulai usaha, akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi dalam memulai suatu usaha. Penelitian dan kajian mengenai kewirausahaan pada mahasiswa telah mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa dan para lulusan perguruan tinggi hendaknya perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun juga dapat dan siap untuk menjadi pencipta pekerjaan (job creator) dan persepsi mahasiswa mengenai profesi wirausahawan harus diperkuat sehingga menjadi dorongan positif bagi mahasiswa untuk berani memulai usaha baik sejak masa kuliah maupun setelah lulus. Tingginya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia, salah satunya disebabkan karena keengganan mereka untuk berwirausaha. Bagi sebagian besar lulusan perguruan tinggi, menjadi seorang 7 Hadits Arba’in nawwawiyah, hadits pertama
7
wirausaha bukanlah menjadi pilihan karir mereka, karena untuk menjadi wirausaha mereka dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, penuh tantangan dan seringkali terhambat oleh terbatasnya modal. Penelitian yang menkaji tentang kewirausahaan pada mahasiswa telah banyak dilakukan termasuk penelitian di lingkungan IPB dalam berbagai kondisi juga telah banyak melakukan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa penelitian terkait kewirausahaan pada mahasiswa IPB meliputi penelitian mengenai pengembangan karakter wirausaha pada mahasiswa IPB program sarjana pada bidang studi agribisnis angkatan 2000 (Jusuf, 2004), sedangkan Azzahra (2009) meneliti mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK) dan program pengembangan (PPKM). Sutya (2010) meneliti mengenai perbandingan minat kerja serta faktor pendorong mereka untuk berwirausaha pada mahasiswa FMIPA dan FATETA IPB. Pambudy (2011) melakukan kajian mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB. kajian ini dilakukan terhadap mahasiswa IPB program sarjana dari sembilan Fakultas di lingkungan IPB. Trisnawati (2011) meneliti mengenai pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa IPB melalui pendekatan Theory of Planned Behavior. Ilham (2012) meneliti mengenai pengaruh lingkungan keluarga, pendidikan, dan sosial terhadap jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa TPB-IPB. Subachtiar (2013) meneliti mengenai karakteristik dan perilaku wirausaha mahasiswa pengusaha di IPB. Pratiwi (2014). Pratiwi meneliti tentang pengaruh kompetensi praktek kewirausahaan terhadap perilaku wirausaha dan pilihan bekerja pada mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 yang telah lulus mata kuliah praktek kewirausahaan dan mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 dan 4 serta mahasiswa agribisnis angkatan 48 yang sedang mengikuti mata kuliah praktek kewirausahaan. Muwartami (2014) meneliti mengenai persepsi mahasiswa IPB program sarjana angkatan 2010 dari 10 Departemen yang memiliki kedekatan bidang ilmu dengan kehutanan untuk mengetahui kecenderungan mahasiswa IPB dalam berkiprah pada bidang kehutanan dibandingkan bekerja di institusi pemerintah, perusahaan swasta, atau berwirausaha dalam bisnis kehutanan. Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) juga melakukan penelitian terhadap sebaran status aktivitas alumni IPB program Diploma dan Sarjana pada tahun 2010 yang mencapai jumlah 1.537 alumni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase dominan alumni IPB berada pada status bekerja dengan persentase sebesar 84,71 persen. Sedangkan alumni yang memilih karir berwirausaha setelah lulus kuliah hanya sebesar 4,42 persen. Sementara persentase alumni yang berada pada aktivitas lain sebesar 10,87 persen. Sebaran data alumni berdasarkan aktivitas dan status kerja dapat dilihat pada gambar 1.
8
Gambar 2. Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni berdasarkan fakultas tahun 2010
Data di atas menunjukan bahwa masih sebagian kecil dari lulusan IPB yang memilih karir untuk menjadi wirausahawan. Rendahnya keinginan (intensi) berwirausaha dikalangan mahasiswa dan alumni dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor-faktor internal maupun eksternal. Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa IPB, menunjukan bahwa penelitian yang mengkaji mahasiswa pada program Pascasarjana belum pernah dilakukan. Selain itu kajian yang lebih berfokus pada kajian kewirausahaan mahasiswa pada bidang agribisnis juga belum pernah dilakukan. Maka dianggap perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat berguna sebagai sumber informasi tambahan bagi masyarakat dan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya informasi mengenai karakteristik kewirausahaan pada mahasiswa IPB untuk berwirausaha pada bidang agribisnis. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa di perguruan tinggi, dipercaya merupakan solusi alternatif dan jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran. Mahasiswa yang merupakan calon lulusan perguruan tinggi perlu didorong dan ditumbuhkan niat mereka untuk berwirausaha (Enterpreneurial intention). Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. serta merupakan suatu kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan mengukur intensi seseorang maka kita dapat memprediksi perilakunya dimasa yang akan datang, jadi dengan melihat intensi berwirausaha seseorang atau kelompok pada bidang agribisnis, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk melihat siapa saja yang akan menjadi wirausaha dan mengembangkan usaha pada bidang agribisnis dimasa yang akan datang. Banyak pendekatan teoritis yang dapat digunakan untuk menjelaskan intensi berwirausaha mahasiswa. Pada penelitian pendekatan teoritis yang digunakan adalah Teori Perilaku Berencana atau Theory Of Planned Behavioral (TPB) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Teori ini menjelaskan bahwa intensi seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu Sikap perilaku tertentu (attitude toward the behavior), Norma subjektif (subjective norms) dan Kendali perilaku (perceived behavioral control). Dimana sikap terhadap perilaku (attitudes toward behavioral) merupakan perasaan negatif atau positif seorang individu untuk melaksanakan sesuatu tindakan, sedangkan norma
9
sosial subyektif (social norms) merupakan sejauh mana keinginan individumemenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Kendali perilaku (perceived behavioral control) merupakan persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu tindakan. Sejumlah faktor yang diprediksi dapat berpengaruh pada seseorang untuk memilih karir sebagai wirausaha adalah seperti faktor kepribadian, keterampilan wirausaha, dan ketersediaan modal. Disamping itu, terdapat juga faktor lain seperti demografi, umur, jenis kelamin, pengalaman kerja (Linan et al, 2005; Wilson, et al., 2007; dalam Pihie, 2009). Sedangkan Kalvereid (dalam Indarti.,et al 2008) menyatakan seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. sejalan dengan penelitian Scott dan Twomey (dalam Indiarti., et al 2008) beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda, semakin kondusif untuk menjadi wirausaha dan jika seseorang tersebut memiliki pengalaman terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan. Studi yang dilakukan Cooper (dalam Linan and Chen, 2006) menunjukan bahwa pengalaman seseorang dalam berwirasusaha akan semakin meningkatkan pengetahuan kewirausahaan. Basu dan Virick (2007) juga mengadakan penelitian tentang intensi berwirausaha. Penelitian tersebut menguji variabel pendidikan, orangtua yang sudah memiliki bisnis, pengalaman bekerja yang diduga dipengaruhi oleh tiga determinan yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan, keluarga memiliki hubungan positif terhadap attitudes toward entrepreneurship ,subjective norms, dan perceived behavioural control mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa. Faktor keluarga, pengalaman bekerja, dan pendidikan kewirausahaan akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural control. Dimana sikap terhadap perilaku (attitudes toward behavioral) adalah perasaan negatif atau positif seorang individu untuk melaksanakan sesuatu. Norma sosial subyektif (social norms) adalah sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) adalah persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu perilaku . Variabel pengalaman kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap attitude toward dan perceived behavioural control tetapi tidak pada subjective norms. Untuk variabel attitude toward entrepreneurship, subjective norms dan perceived behavioural control semuanya berpengaruh signifikan dengan intensi berwirausaha. Faktor Pendidikan kewirausahaan, faktor pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga yang berwirausaha, akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural ini dikarenakan program-program pendidikan diberikan universitas yang meliputi pelatihan khusus dan aktivitas-aktifitas
10
kewirausahaan diyakini dapat membentuk kreatifitas, dan meningkatkan wawasan mengenai kewirausahaan yang akan mempengaruhi tindakan seseorang menciptakan usahanya sendiri. Selain itu dorongan dari kelompok tertentu seperti tim pengajar, teman-teman kuliah, maupun orang terdekatnya akan meyakinkan bahwa untuk menjadi wirausaha dapat memberikan keuntungan bagi dirinya, dengan dilatar belakangi keluarga yang memiliki usaha, orang tua ataupun saudara dekat mereka akan mewarisikan jiwa dan mental pengusaha. Seseorang dengan referensi bisnis di keluarganya, akan lebih memilih menjadi wirausaha karena dianggap lebih menguntungkan dan keyakinan untuk sukses menciptakan bisnis baru semakin kuat. Begitu juga dengan pengalaman kerja, seseorang yang pernah bekerja memiliki niat yang kuat untuk menjadi wirausaha. sebab didorong oleh keyakinan atas kemampuan bahwa dirinya akan berhasil memulai bisnis baru yaitu dengan berbagai pertimbangan seperti kesiapan dari segi modal, finansial maupun pengalamannya sewaktu bekerja membuatnya lebih banyak memiliki referensi dan ide-ide untuk memulai bisnis baru. bila semakin kuat dukungan sosial yang didapat maka akan membentuk persepsinya untuk menjadi wirausaha. Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk melihat sejauh mana niat mahasiswa untuk berwirausaha, dapat disimpulkan bahwa niat kewirausahaan seseorang dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal (Johnson, 1990; Stewart et al., 1998). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri wirausahawan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausahawan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha serta bagaimanakah karakteristik kewirausahaan mahasiswa IPB pada jenjang Pascasarjana terutama kewirausahaan pada bidang agribisnis? Tujuan Penelitian 1. Mengkaji karakteristik kewirausahaan mahasiswa Pascasarjana SPs-IPB terkait intensinya berwirausaha pada bidang agribisnis. 2. Menganalisis faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan kerangka pembelajaran pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dalam rangka mendorong munculnya mahasiswa dan alumni dari perguruan tinggi yang memilih karir sebagai wirausaha. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi tambahan bagi masyarakat dan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya informasi mengenai karakteristik dan faktor-faktor yang memengaruhi intensi mahasiswa pascasarjana SPs-IPB untuk berwirausaha pada bidang agribisnis.
11
Ruang Lingkup Penelitian Batasan dan ruang lingkup pada penelitian ini adalah untuk melihat intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis dan faktorfaktor apakah yang menentukannya. Objek pada penelitian ini adalah studi kasus pada mahasiswa program magister SPs-IPB. Penentuan mahasiswa program magister (S2) sebagai objek penelitian ini adalah untuk pembatasan ruang lingkup kajian dan objek ini dianggap memiliki latarbelakang demografi yang lebih bervariasai terkait latarbelakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman wirausaha dan bekerja, suku, status hubungan, dan jarak umur yang lebih beragam sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait kewirausahaan mahasiswa IPB pada bidang agribisnis. Agribisnis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua usaha yang meliputi sistem usaha mulai dari subsistem hulu sampai subsistem hilir. Sistem usaha tersebut terdiri dari subsistem input (saprodi), subsistem onfarm (budidaya), subsistem pascapanen (pengolahan lanjutan dan nilai tambah), subsistem pemasaran, dan subsistem pendukung (kelembagaan), serta usaha jasa pada bidang agribisnis (konsultan, kesehatan, dan jasa lainnya). Komoditas usaha yang termasuk pada bidang agribisnis pada penelitian ini meliputi pada bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, dan kehutanan, serta bidang jasa dan pendukung lainnya.
2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Kompetensi Kewirausahaan Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia. Kata “wirausaha” merupakan gabungan dari kata “wira” yang berarti gagah berani, perkasa dan kata “usaha” yang berarti suatu proses menghasilkan sesuatu yang berharga. Jadi wirausaha dapat diartikan menjadi orang yang gagah berani dalam menjalankan suatu proses kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang berharga. Drucker (1985) menyatakan bahwa konsep kewiraswastaan atau kewirausahaan pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonomi Perancis J. B. Say sekitar tahun 1800, yaitu dengan pengertian memindahkan sumber daya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah ke kawasan produktivitas yang lebih tinggi dan hasil yang lebih tinggi. Casson et al. (2006) memaparkan bahwa pemikiran kewirausahaan yang popular adalah pengertian wirausaha yang didasarkan atas pemikiran Joseph A. Schumpeter (1911), yaitu bahwa wirausaha merupakan gambaran dari seorang inovator yang menciptakan industri baru dan dengan cara tersebut mempercepat perubahan struktural utama dalam ekonomi. Casson (1990) juga menyatakan bahwa pendekatan utama wirausaha dalam teori ekonomi dibedakan menjadi empat, yaitu wirausaha sebagai pengambil risiko, wirausaha sebagai sebuah perantara pada proses pasar, wirausaha sebagai inovator, dan wirausaha sebagai seorang yang ahli dalam membuat suatu keputusan
12
Joseph Schumpeter (1911), menerangkan bahwa wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan kemudian membentuk keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut, wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Dalam definisi ini ditekankan bahwa seseorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Banyak definisi mengenai kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli lainnya. Dari sekian banyak definisi tersebut dapat dirangkum menjadi beberapa garis besar yang meliputi : 1. Wirausaha merupakan seseorang yang menciptakan sebuah usaha. Dikemukakan oleh : Hisrich-Peter (1992), Holt (1992), Drucher (1996), Zimmerer dan Scarborough(2002), Riyanti (2003), Kasmir (2006), Suharyadiet al(2007). 2. Wirausaha adalah seseorang yang berani menghadapi risiko dan ketidakpastian. Dikemukakan oleh : Kao (1989), Hisrich-Peter (1992), Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993), Zimmerer dan Scarborough (2002), Holt (1992), Boone dan Kurtz (2002), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006),Suharyadi et al. (2007). 3. Wirausaha merupakan seseorang yang dapat melihat peluang dan kesempatan. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1911), Kao (1989), Hisrich dan Peter (1992), Zimmerer (1993), Zimmerer dan Scarborough (2002). Boone dan Kurtz (2002), Riyanti (2003), Zimmerer (2004), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006), Suharyadi et al. (2007). 4. Wirausaha merupakan seseorang yang dapat mengorganisir dan memanajemen. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1911), Kao (1989), Hisrich dan Peter (1992), Drucher (1996), Boone dan Kurtz (2002), Wickham (2004), Riyanti (2003), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006). 5. Wirausaha merupakan karakter dan jiwa/sifat dari seseorang. Dikemukakan oleh : Drucher (1996), Wickham (2004), Masykur (2007). 6. Wirausaha merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1934), Hisrich-Peter (1992), Prawirokusumo, Raymond (1995), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Rambat Lupiyoadi (2007). 7. Wirausaha merupakan seseorang yang dapat memberikan atau menambahkan suatu nilai. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1934), Kao (1989), Hisrich dan Peter (1992), Drucher (1996), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006).
13
8.
Wirausahawan adalah orang yang mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1934). Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda dari orang lainnya. Selain itu seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar dan dapat memberikan atau menambahkan suatu nilai pada peluang dan kesempatan yang datang secara kreatif dan inovatif, serta dapat mengorganisir dan memanajemen usaha yang didirikan tersebut dengan baik untuk memperoleh sebuah kesuksesan. Selain itu wirausaha juga harus berani dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian yang mungkin terjadi, serta bersemangat dalam menghadapi tantangan yang akan muncul. Dalam menjalankan sebuah usaha, wirausaha perlu memiliki kompetensi seperti halnya profesi lain dalam kehidupan. Kompetensi ini mendukung kearah kesuksesan dalam menjalankan sebuah usaha. Triton (2007) mengemukakan 10 kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh wirausaha dalam menjalankan usahanya, yaitu : 1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang entrepreneur harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubunganya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan. 2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien. 3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh dan tidak setengah hati. 4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental. 5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakanya secara tepat, dan mengendalikanya secara akurat. 6. Managing time efficiently, yaitu mengatur waktu seefisien mungkin, mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai kebutuhanya. 7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan atau memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan usahanya. 8. Statisfying customer by providing hight quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan. 9. Knowing method to compete, yaitu mengetahui strategi atau cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkapkan kekuatan (Strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing.
14
10. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan yang jelas tersurat, bukan tersirat. Faktor yang berpengaruh pada intensi berwirausaha mahasiswa Keinginan (intensi) berwirausaha dikalangan mahasiswa dan alumni dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat Intensi mahasiswa untuk berwirausaha, menunjukan bahwa intensi kewirausahaan seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal (Johnson, 1990; Stewart et al., 1998). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri wirausahawan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausahawan. Sejumlah faktor yang diprediksi dapat berpengaruh pada seseorang untuk memilih karir sebagai wirausaha adalah seperti faktor demografi, umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, kepribadian, keterampilan wirausaha, dan ketersediaan modal. Sedangkan Kalvereid (dalam Indarti & Rostiani, 2008) menyatakan seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Sejalan dengan penelitian Scott dan Twomey (dalam Indarti & Rostiani, 2008) beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda, semakin kondusif untuk menjadi wirausaha dan jika seseorang tersebut memiliki pengalaman terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan. Basu dan Virick (2007) mengadakan penelitian tentang intensi berwirausaha. Penelitian tersebut menguji variabel pendidikan, orangtua yang sudah memiliki bisnis, pengalaman bekerja yang diduga dipengaruhi oleh tiga determinan yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan, keluarga memiliki hubungan positif terhadap attitudes toward entrepreneurship ,subjective norms, dan perceived behavioural control mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa. Faktor keluarga, pengalaman bekerja, dan pendidikan kewirausahaan akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural control. Dimana sikap terhadap perilaku (attitudes toward behavioral) adalah perasaan negatif atau positif seorang individu untuk melaksanakan sesuatu. Norma sosial subyektif (social norms) adalah sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) adalah persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu perilaku . Variabel pengalaman kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap attitude toward dan perceived behavioural control tetapi tidak pada subjective norms. Untuk variabel attitude toward entrepreneurship, subjective norms dan perceived behavioural control semuanya berpengaruh signifikan dengan intensi berwirausaha. Faktor pendidikan kewirausahaan, faktor
15
pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga yang berwirausaha, akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural ini dikarenakan program-program pendidikan diberikan universitas yang meliputi pelatihan khusus dan aktivitas-aktifitas kewirausahaan diyakini dapat membentuk kreatifitas, dan meningkatkan wawasan mengenai kewirausahaan yang akan mempengaruhi tindakan seseorang menciptakan usahanya sendiri. Selain itu dorongan dari kelompok tertentu seperti tim pengajar, teman-teman kuliah, maupun orang terdekatnya akan meyakinkan bahwa untuk menjadi wirausaha dapat memberikan keuntungan bagi dirinya, dengan dilatar belakangi keluarga yang memiliki usaha, orang tua ataupun saudara dekat mereka akan mewarisikan jiwa dan mental pengusaha. Seseorang dengan referensi bisnis di keluarganya, akan lebih memilih menjadi wirausaha karena dianggap lebih menguntungkan dan keyakinan untuk sukses menciptakan bisnis baru semakin kuat. Begitu juga dengan pengalaman kerja, seseorang yang pernah bekerja memiliki minat yang kuat untuk menjadi wirausaha. sebab didorong oleh keyakinan atas kemampuan bahwa dirinya akan berhasil memulai bisnis baru yaitu dengan berbagai pertimbangan seperti kesiapan dari segi modal, finansial maupun pengalamannya sewaktu bekerja membuatnya lebih banyak memiliki referensi dan ide-ide untuk memulai bisnis baru. bila semakin kuat dukungan sosial yang didapat maka akan membentuk persepsinya untuk menjadi wirausaha. Astuti (2009) melakukan penelitian mengenai apakah konteks keluarga, kerja, pendidikan, hambatan dalam memulai bisnis, dukungan sosial, nilai – nilai individualisme dan kolektivisme memiliki pengaruh pada intensi berwirausaha. Penelitian ini dilakukan pada 79 mahasiswa hibah pengajaran kelas kewirausahaan (A dan B) S 1 FE Reguler Universitas Sebelas Maret. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel konteks keluarga, pendidikan dukungan sosial, hambatan dalam memulai bisnis dan nilai individualisme pada intensi berwirausaha. Sedangkan variabel konteks kerja dan nilai kolektivisme tidak berpengaruh secara signifikan pada intensi berwirausaha. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FE UNS sebagian besar memiliki latar belakang kewirausahaan. Namun mereka tidak mempunyai pengalaman berwirausaha. Padahal jika dilihat dari konteks hambatan dalam memulai bisnis, mereka akan merasa lebih tertantang dan tertarik untuk berwirausaha ketika semakin banyak menemui masalah dalam memulai sebuah bisnis. Azwar (2013) melakukan kajian terhadap mahasiswa semester akhir (semester 7) yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan/pengantar bisnis secara reguler maupun berupa kegiatan ekstrakurikuler pilihan Universitas Islam Negeri SUSKA Riau yang berasal dari tiga fakultas yang menyelenggarakan mata kuliah kewirausahaan/ pengantar bisnis. Hasil yang diperoleh dari kajian ini bahwa faktor sosio demografi dalam hal ini jenis kelamin dan pekerjaan orangtua sebagai wirausahawan tidak terbukti berpengaruh signifi kan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa, faktor sikap (attitudes) yaitu Economic Opport and Challenge, dan Perceived Confidence, terbukti berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa, faktor kontekstual yaitu, dukungan sosial (sociialsupport), terbukti
16
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Sementara faktor Academic Support, dan Environmental Support tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Misbakhuddin (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan eksternal (pola asuh, orang tua, kurikulum, kelompok sebaya,dan media massa) terhadap minat berwirausaha secara parsial dan simultan pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Hasilnya Secara parsial, tidak ada pengaruh antara pola asuh, orang tua, kurikulum, kelompok sebaya,dan media massa terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Sedangkan Secara simultan, lingkungan eksternal memberikan pengaruh sebesar 0,330 atau 33 % terhadap minat berwirausaha Kewirausahaan pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Jusuf (2004) melakukan penelitian mengenai pengembangan karakter wirausaha internal locus of control melalui pelatihan berbasis experiental learning pada mahasiswa program studi agribisnis angkatan 2000 IPB. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pelatihan yaitu penurunan nilai rata - rata eksternal dan kenaikan nilai rata- rata Internal Locus of Control, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pelatihan berbasis Experiental Learning karakter wirausaha Internal Locus of Control dapat dikembangkan pada mahasiswa PS AGB Angkatan 2000 Institut Pertanian Bogor. Saran dari penelitian ini adalah hendaknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan berbasis Experiental Learning karakter wirausaha pada mahasiswa IPB. Azzahra (2009) juga meneliti mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK) dan program pengembangan ke wirausahaan mahasiswa (PPKM). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik individu, untuk menganalisis perilaku kewirausahaan, dan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik dan perilaku kewirausahaan mahasiswa IPB yang berpartisipasi dalam PKMK dan PPKM. Respondennya adalah 25 mahasiswa IPB yang berpartisipasi dalam PKMK dan PPKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa IPB peserta PKMK dan PPKM berjenis kelamin laki-laki (64%), berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian (36%), mengambil minor non agribisnis (40%), memiliki IPK 3.01- 3.50 (68%), mendapatkan uang saku Rp 780.000,00– Rp 1.020.000,00 per bulan (36%), perkerjaan ayah maupun ibu adalah PNS (40%), suku daerah Jawa (44%), memiliki bidang usaha pertanian di PKMK (88%) dan PPKM (80%), belum pernah mengikuti PKMK di tahuntahun sebelumnya (64%), mengikuti pelatihan atau seminar kewirausahaan sebanyak satu sampai tiga kali (72%), dan mengambil mata kuliah Kewirausahaan (56%). Sebanyak 36 persen responden memiliki perilaku wirausaha tinggi dan 64 persen sangat tinggi, 96 persen responden memiliki pengetahuan wirausaha yang sangat tinggi dan hanya 4 persen yang memiliki pengetahuan wirausaha dengan kategori tinggi, Sebanyak 64 persen responden
17
memiliki kategori sikap wirausaha yang tinggi, 24 persen masuk ke dalam kategori sangat tinggi, dan 12 persen lainnya diperoleh oleh kategori sedang. sebesar 84 persen memiliki tindakan wirausaha yang sangat tinggi dan 16 persen lainnya memiliki tindakan wirausaha pada kategori tinggi. Sebagian besar karakteristik internal memiliki hubungan tidak nyata dengan unsurunsur yang terdapat dalam perilaku wirausaha. Hanya terdapat hubungan nyata dengan α 0,20 antara minor dengan sikap wirausaha, pekerjaan ibu dengan tindakan wirausaha, suku daerah dengan dengan sikap wirausaha, pekerjaan ayah dengan pengetahuan dan sikap wirausaha, keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan dengan tindakan wira usaha, dan pengambilan mata kuliah Kewirausahaan dengan sikap dan perilaku wirausaha, sedangkan pada taraf α 0,05 terdapat hubungan nyata antara pekerjaan ayah dengan tindakan wirausaha, suku daerah dengan tindakan wirausaha, dan keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan dengan sikap dan perilaku wirausaha. Saran dari penelitian yang dilakukan Azzahra (2009), diharapkan IPB melalui Direktorat Kemahasiswaan ataupun Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni dapat memperbanyak kegiatan seminar atau pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa demi terwujudnya visi IPB yang di dalamnya terdapat pengembangan jiwa wirausaha. Departemen Agribisnis IPB dapat meningkatkan substansi mata kuliah Kewirausahaan agar langsung mempengaruhi tindakan mahasiswa untuk berwirausaha dan menampung potensi serta niat mahasiswa IPB untuk berwirausaha dan mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia agribisnis. Lembaga- lembaga kemahasiswaan di IPB hendaknya terus berupaya menyelenggarakan kegiatan- kegiatan seminar/pelatihan kewirausahaan guna menunjang upaya dari institusi pendidikan dalam bidang kewirausahaan serta mengembangkan potensi wirausaha dikalangan mahasiswa yang lebih luas. Sutya (2010) meneliti mengenai perbandingan minat kerja mahasiswa FMIPA dan FATETA IPB serta faktor pendorong mereka untuk berwirausaha. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa minat kerja mahasiswa FMIPA dengan mahasiswa FATETA ternyata tidak berbeda nyata, minat mahasiswa kedua fakultas tersebut untuk masuk ke dunia wirausaha masih sangat kecil, kurang dari 20% populasi mereka yang memilih untuk mengambil resiko terjun ke dunia wirausaha dan membuka peluang kerja bagi orang lain. Bagi para mahasiswa FMIPA, faktor-faktor yang mendorong mereka untuk berwirausaha adalah karena tidak suka menjadi pegawai atau bawahan, karena ingin mengaplikasikan mata kuliah yang telah didapat, dan karena ingin memiliki usaha sambilan. Sedangkan bagi para mahasiswa FATETA, faktor-faktor yang mendorong mereka untuk berwirausaha adalah karena termotivasi kesuksesan orang lain, berawal dari hobi, dan karena melihat adanya peluang bisnis. Saran dari penelitian tersebut adalah diharapkan di masa mendatang, pemberian program ataupun fasilitas-fasilitas yang dapat mengasah jiwa kewirausahaan para mahasiswa dapat diberikan secara merata di semua program studi yang ada di IPB. Sehingga setiap lulusannya telah memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang wirausahawan, dan mereka dapat menerapkan ilmu yang mereka miliki dalam usaha mereka masing-masing. Pambudy (2011) melakukan kajian mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB. kajian ini dilakukan terhadap mahasiswa IPB program sarjana
18
dari sembilan fakultas di Institut Pertanian Bogor dan diambil sampel dari setiap departemen di fakultas tersebut. Kajian ini melihat perkembangan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler berbagai bidang kewirausahaan, seperti penelitian, pendidikan, dan pelayanan pada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor perilaku kewirausahaan mahasiswa IPB, menganalisis perilaku kewirausahaan, dan menganalisis hubungan antara faktor perilaku mahasiswa IPB dengan perilaku kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki pengalaman kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan mahasiswa IPB yang tinggi, tingkat pengetahuan kewirausahaan yang sangat tinggi, sikap kewirausahaan dan tindakan kewirausahaan yang tinggi. Karakter kewirausahaan mahasiswa IPB dalam bentuk kemampuan untuk menghadapi risiko, disiplin diri, motivasi diri, dan keinginan yang kuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan karakter kewirausahaan mahasiswa IPB adalah semester, kelas, nilai rata-rata (IPK), tunjangan, uang dari orang tua, pelatihan dan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan pengalaman kewirausahaan. Berdasarkan karakter, plot dan perilaku siswa kewirausahaan di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dan Fakultas Peternakan (FAPET) relatif rendah. Sementara mahasiswa IPB yang memiliki karakter unggul dan perilaku kewirausahaan yang tinggi adalah mahasiswa dengan IPK 2,00-2,50. Saran dari penelitian ini IPB sebaiknya memprioritaskan pembentukan karakter wirausaha daripada perilaku wirausaha mahasiswa utama yang dimulai dari sejak semester awal atau TPB melalui pelatihan dan kegiatan ekstrakuler kewirausahaan. Fakultas dan Departemen yang berada pada kuadran inferior, baik perilaku dan karakter wirausahanya sebaiknya ada alokasi khusus kegiatan kewirausahaan mahasiswa yang lebih intensif dan meluas Trisnawati (2011) meneliti mengenai pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui pendekatan Theory of Planned Behavior. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa sarjana yang masih aktif dan merupakan mahasiswa semester empat sampai dengan semester delapan yang mengikuti pendidikan kewirausahaan secara formal atau pendidikan kewirausahaan secara nonformal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku (daerah) (p<0,05) berhubungan nyata dengan sikap. Uang saku bulanan (p<0,05) dan pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti (p<0,05) memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan sikap. Pendidikan ibu (p<0,05) mempunyai hubungan yang nyata dan negatif dengan kendali perilaku. Pendidikan kewirausahaan nonformal yang diikuti (p<0,05), sikap (p<0,01), dan norma subjektif (p<0,01) memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan intensi berwirausaha. Walaupun melalui pendekatan TPB, hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sikap (p<0,01) yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Saran dari penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2011) adalah diharapkan Institut Pertanian Bogor melalui Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni ataupun Direktorat Kemahasiswaan termasuk lembagalembaga kemahasiswaan dapat memperbanyak kegiatan seminar dan pelatihan kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan intensi berwirausaha serta mengembangkan potensi wirausaha di kalangan mahasiswa. Selain itu, hasil
19
penelitian ini menunjukkan bahwa kendali perilaku berhubungan positif dan nyata dengan norma subjektif yang berhubungan positif dan nyata dengan sikap yang akhirnya sikap berhubungan dan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Oleh karena itu, untuk meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa, IPB dapat melakukan penguatan sikap berwirausaha pada mahasiswa dengan menciptakan lingkungan yang kondusif yang menyediakan kesempatan mahasiswa untuk berwirausaha dan juga memudahkan akses terhadap modal usaha agar bisa memudahkan mahasiswa untuk memulai berwirausaha. Adanya kemudahan untuk berwirausaha dan dukungan dari berbagai pihak termasuk orang tua dapat mempengaruhi sikap mahasiswa dalam hal berwirausaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa IPB. Beberapa rekomendasi penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain, adalah Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat seberapa besar pengaruh intensi berwirausaha terhadap perilaku wirausaha mahasiswa setelah lulus kuliah dan juga perlu mencari faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Ilham (2012) meneliti mengenai pengaruh lingkungan keluarga, pendidikan, dan sosial terhadap jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh contoh adalah mahasiswa perempuan. Usia rata-rata adalah 18.7 tahun,dan hampir separuhnya anak sulung. Paling banyak contoh memiliki indeks prestasi semester-1antara 3.01-3.50. Separuh contoh contoh berasal dari wilayah pedesaan, dan paling banyak berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Sebagian besar contoh hidup bersama dengan orangtua sewaktu sekolah menengah atas, dan kurang dari seperlima belas contoh yang memiliki pengalaman wirausaha, dan kurang dari seperempat contoh yang memiliki pengalaman kerja, sedangkan contoh yang memiliki pengalaman wirausaha, sekaligus pengalaman kerja dari enam persen. Rataan uang saku bulanan contoh adalah Rp 754,345.24, dan hampir tiga perempat berasal dari orangtua, sedangkan rataan pengeluaran contoh sebesar Rp 613,750, dengan alokasi hampir tiga perempat untuk pemenuhan konsumsi. Lebih dari dua pertiga contoh mengaku memiliki tabungan. Usia ayah contoh rata 49.7 tahun dan usia ibu rata-rata 45.3 tahun. Sebagian besar orangtua contoh berstatus menikah (keluarga utuh). Lebih dua pertiga keluarga contoh termasuk keluarga kecil (≤4 orang). Tingkat pendidikan ayah paling banyak lulusan perguruan tinggi, dan tingkat pendidikan ibu paling banyak lulusan SMA. Pekerjaan utama ayah contoh paling banyak sebagai PNS/BUMN. Pekerjaan utama ibu contoh paling banyak adalah ibu rumah tangga, pensiunan atau tidak bekerja lagi diluar rumah. Sebagian besar ayah tidak memiliki pekerjaan sampingan, dan hampir seluruh ibu contoh tidak memiliki pekerjaan sampingan. Penghasilan ayah contoh paling banyak berada pada rentang Rp 1,000,000–Rp 2,000,000, sedangkan penghasilan ibu paling banyak di bawah Rp 1,000,000. Jika dilihat dari sebarannya, contoh memiliki lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, jiwa kewirausahaan, dan minat kewirausahaan terkategori cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa perempuan lebih baik dibandingkan mahasiswa laki-laki dalam hal lingkungan keluarga, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan kondisi ekonomi keluarga, sedangkan mahasiswa laki-laki lebih baik dibandingkan mahasiswa
20
perempuan dalam hal dukungan teman, akses modal, jiwa kewirausahaan, jiwa kepercayaan diri, jiwa keberanian mengambil resiko, dan minat kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan mahasiswa laki-laki berhubungan positif dan nyata dengan: lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial, sedangkan pada mahasiswa perempuan variabel yang nyata berhubungan dengan jiwa kewirausahaan antara lain: daerah asal, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap jiwa kewirausahaan pada keseluruhan mahasiswa adalah daerah asal, pengalaman kerja, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial. Adapun variabel yang berpengaruh nyata dengan minat kewirausahaan mahasiswa laki-laki adalah: pengalaman kerja, kepemilikan tabungan, penghasilan ibu, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, dan jiwa kewirausahaan, sedangkan pada mahasiswa perempuan dengan minat kewirausahaan diperoleh variabel yang berpengaruh nyata dan positif antara lain: pengalaman kerja, pekerjaan utama ayah, lingkungan sosial, dan jiwa kewirausahaan. Variabel yang berpengaruh nyata, namun bernilai negatif dengan minat kewirausahaan adalah hidup bersama orangtua, penghasilan ayah, dan penghasilan ibu. Secara keseluruhan minat wirausaha berpengaruh nyata dengan: pengalaman kerja, pekerjaan utama ayah, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, jiwa kewirausahaan, dan yang bernilai negatif adalah hidup bersama orangtua dan pekerjaan sampingan ibu. Faktor yang konsiten berpengaruh nyata terhadap jiwa kewirausahaan mahasiswa laki-laki antara lain: usia, lama pendidikan ibu (-), penghasilan ayah antara 5-10 juta, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial, sedangkan faktor yang berpengaruh nyata pada mahasiswa perempuan antara lain: daerah asal dari luar Jawa, urutan kelahiran, hidup bersama orangtua (), rasio uang saku-pengeluaran bulanan (-), lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial. Secara umum faktor yang berpengaruh nyata terhadap jiwa kewirausahaan pada seluruh contoh antara lain: usia, jenis kelamin (-), indeks prestasi, daerah asal dari luar Jawa, rasio uang saku-pengeluaran bulanan (),kepemilikan tabungan, lama pendidikan ibu (-), penghasilan ayah antara 5-10 juta, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial. Faktorfaktor yang mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa laki-laki antara lain: kepemilikan tabungan, lama pendidikan ayah (-), lama pendidikan ibu (-), penghasilan ayah antara Rp 5-10 juta (-), penghasilan ayah lebih besar dari Rp 10 juta (-), penghasilan ibu antara Rp 5-10 juta, lingkungan sosial, dan jiwa kewirausahaan. Pada mahasiswa perempuan, faktor yang berpengaruh nyata dengan minat kewirausahaan adalah: hidup bersama orangtua (-), penghasilan ayah lebih dari Rp 10 juta (-), penghasilan ibu antara Rp 2-3 juta (-), lingkungan sosial, dan jiwa kewirausahaan.Secara umum, faktor yang berpengaruh nyata terhadap minat kewirausahaan adalah: hidup bersama orangtua (-), pengalaman kerja, lama pendidikan ibu, pekerjaan sampingan ibu sebagai wirausaha (-), penghasilan ayah antara Rp 2-3 juta, penghasilan ayah antara Rp 5-10 juta (-), penghasilan ayah lebih dari 10 (-), lingkungan sosial, dan jiwa kewirausahaan. Saran dari penelitian Ilham (2012) adalah keluarga sebaiknya membangun kemandirian anak sejak dini, termasuk berlatih berwirausaha, dan mengurangi ketergantungan terhadap orangtua dengan membiasakan menabung, serta mau
21
berusaha sendiri, mengembangkan kreativitas, dan orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak dalam keluarga. Selain itu, keluarga harus dapat membangun persepsi anak terkait kemampuan ekonomi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, akses pendidikan formal, dan uang jajan. Perguruan tinggi sebaiknya lebih memperbanyak kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan kewirausahaan mahasiswa dan membangun jiwa reativitas dan orisinalitasmahasiswa, seperti seminar dan pelatihan, serta menyediakan informasi kewirausahaan secara berkala. Perguruan tinggi membuka kesempatan seluasluasnya kepada mahasiswa untuk memiliki pengalaman kerja dan berwirausaha melalui pengembangan praktek lapang dan magang mahasiswa. Masih diperlukan kajian dan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa berdasarkan lingkungan keluarga, pendidiikan, dan sosial, dengan menambahkan faktor konsep dan efikasi diri, usia akademik, ataupun faktor lingkungan atau instrumen pengembagan jiwa dan minat lainnya pada contoh dari populasi lainnya. Subachtiar (2013) meneliti mengenai karakteristik dan perilaku wirausaha mahasiswa pengusaha di Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pengusaha Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari berbagai kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik mahasiswa pengusaha yang memiliki perilaku tertinggi adalah mahasiswa pengusaha perempuan, memiliki IPK antara 3,00-3,50, pekerjaan ayah dan ibu sebagai pegawai swasta, jenis usaha selain pertanian, sumber modal dari dana hibah, menjalankan usaha lebih dari dua tahun, mempunyai penghasilan lebih dari enam juta per bulan, dan aktif ikut serta dalam komunitas wirausaha. Sebagian besar karakteristik responden tidak memiliki hubungan yang nyata dengan unsur-unsur perilaku wirausaha. Hanya terdapat hubungan nyata antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan wirausaha, lama usaha dengan pengetahuan wirausaha, lama usaha usaha dengan tindakan wirausaha, lama usaha dengan perilaku wirausaha, dan keikutsertaan komunitas bisnis dengan sikap wirausaha. Saran dari penelitian Subachtiar (2013) adalah diharapkan Institut Pertanian Bogor dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas program-program kewirausahaan sedini mungkin kepada mahasiswa baik itu berupa seminar, workshop, maupun pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan jiwa dan perilaku wirausaha yang merupakan perwujudan dari visi Institut Pertanian Bogor. Departemen Agribisnis IPB dapat meningkatkan substansi mata kuliah kewirausahaan dan memperbanyak ilmu-ilmu praktis di lapangan sejak awal pembelajaran agar dapat mempengaruhi secara lebih kuat dan lebih awal terhadap tindakan mahasiswa untuk berwirausaha. Lembaga-lembaga kemahasiswaan dapat ikut serta meningkatkan atmosfer kewirausahaan di kampus IPB dengan menciptakan dan mengembangkan komunitas wirausaha untuk mewadahi para mahasiswa pengusaha Institut Pertanian Bogor Muwartami (2014) meneliti mengenai persepsi mahasiswa IPB untuk mengetahui kecenderungan mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang kehutanan dengan bekerja di institusi pemerintah, perusahaan swasta, atau berwirausaha serta ketertarikan mahasiswa IPB untuk berkolaborasi dalam bisnis kehutanan dengan objek mahasiswa IPB angkatan 2010 dari 10 departemen yang memiliki kedekatan bidang ilmu dengan kehutanan. Hasil penelitian
22
menunjukan bahwa hanya sebanyak 1.6% responden yang menjadikan kehutanan sebagai prioritas utamanya dalam berkarir dan 17.5% responden memilih untuk mengembangkan wirausaha di bidang pertanian. Kecenderungan mahasiswa untuk berkolaborasi dengan lulusan kehutanan, pertanian lainnya, dan masyarakat dalam pengembangan wirausaha kehutanan tergolong tinggi dengan persentase di atas 90 %. Saran dari penelitian Muwartami (2014) adalah perlu adanya kajian lanjutan mengenai minat mahasiswa untuk berkiprah setelah lulus. Perlu adanya kajian mengenai dampak kolaborasi lulusan kehutanan dan lulusan pertanian lain dalam pengembangan usaha kehutanan serta efektivitasnya dalam peningkatan income serta PDB nasional. Perlu adanya kajian mengenai efektivitas kolaborasi antara lulusan pertanian dengan masyarakat sekitar hutan dalam pengembangan usaha kehutanan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat hutan. Pratiwi (2014) meneliti tentang pengaruh kompetensi praktek kewirausahaan terhadap perilaku wirausaha dan pilihan bekerja mahasiswa. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 yang telah lulus mata kuliah praktek kewirausahaan dan mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 dan 4 serta mahasiswa agribisnis angkatan 48 yang sedang mengikuti mata kuliah praktek kewirausahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum responden memiliki kompetensi yang baik pada praktek kewirausahaan, telah memahami elemen-elemen kompetensi dengan baik, telah menunjukkan perilaku wirausaha secara baik, dan telah memahami dengan baik mengenai pilihan bekerja. Perilaku wirausaha mahasiswa paling kuat dipengaruhi oleh elemen kompetensi analisis nilai tambah. Elemen kompetensi analisis nilai tambah juga kuat mempengaruhi pilihan bekerja mahasiswa untuk menjadi job creator dibandingkan menjadi job seeker. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian antara lain Pihak Departemen Agribisnis IPB dapat bersinergis dengan berbagai UKM kewirausahaan di IPB sehingga dapat menarik dan menambah minat mahasiswa untuk menjadi wirausaha dan dapat memperbanyak seminar atau pelatihan mengenai kewirausahaan dengan bekerjasama dengan pihak-pihak luar misalnya pemerintah, swasta, organisasi kewirausahaan, dll untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan agar dapat memperoleh informasi terkini mengenai perkembangan kewirausahaan dan wirausaha mahasiswa.
3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Banyak teori yang dikembangkan untuk mengukur intensi seseorang. Pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi perilaku dalam penelitian ini adalah Teori Perilaku Berencana atau Theory Of Planned Behavioral
23
(TPB) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). TPB dapat membantu bagaimana kita bisa meramalkan perilaku seseorang. Teori ini merupakan faktor utama menentukan minat individu, dalam melakukan suatu perilaku spesifik. TPB merupakan pengembangan teori tindakan beralasan. TPB telah diakui sebagai model terbaik untuk memahami perubahan perilaku dan telah dibuktikan sesuai untuk menilai intensi berwirausaha. TPB menjelaskan bahwa intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud (Eagly & Chaiken, 1993). Hal ini didukung oleh pendapat Ajzen dalam Llano (nd:9). TPB dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku seseorang. Hal ini juga senada dengan pendapat Li Wei (nd:2) yang menyatakan bahwa TPB dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami intensi berwirausaha. TPB menjelaskan bahwa sikap, norma subyektif dan kendali perilaku sebagai variabel yang mendahului intensi dan perilaku. Pada awalnya Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan bahwa intensi seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu sikap perilaku tertentu (attitude toward the behavior) dan norma subjektif (subjective norms).
Gambar 3. Model Theory of Reason Action (TRA) Sumber : Fishbein dan Ajzen (1975)
Sikap merupakan evaluasi atau penilaian positif atau negatif seseorang terhadap sejumlah kepercayaan (belief) terhadap objek tertentu. Sementara itu, norma subjektif yaitu sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Akumulasi dari faktor sikap dan norma subjektif tersebut disebut sebagai intensi atau niat (intention). Teori ini dikenal dengan Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action) yang dikenal dengan singkatan TRA. Penjelasan tentang Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action) dapat dilihat pada Gambar 2. TRA dinilai memiliki kelemahan karena adanya penekanan pada faktor norma subjektif yang dianggap terlalu melemahkan faktor individu sebagai pengendali atas tingkah lakunya sendiri. Oleh karena itu, TRA dikembangkan menjadi Theory of Planned Behavior (TPB) dengan menambahkan kendali perilaku (perceived behavioral control) sebagai penentu niat seseorang. TPB menjelaskan bahwa perilaku seseorang tidak hanya dikendalikan oleh dirinya sendiri, tetapi juga kendali yang ketersediaan sumber daya dan kesempatan tertentu (perceived behavioral control) (Ajzen 1991). Gambar 3 menerangkan tentang Model Theory of Planned Behavior (TPB) yang telah dikembangkan dari Teori Aksi Beralasan (Theory of Reasoned Action). Gambar ini memberikan
24
pemahaman bahwa intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku.
Gambar 4.Model Theory of Planned Behavior (TPB) Sumber : Ajzen (1991)
Ajzen (1991) menjelaskan bahwa intensi melibatkan empat elemen penting yaitu TACT yang merupakan singkatan dari Target, Action, Context, dan Time. Keempat elemen itu dapat diartikan sebagai objek target pada perilaku tersebut (Target), perilaku (Action), situasi dimana perilaku harus ditampilkan (Context) dan kapan perilaku harus ditampilkan (Time). Semakin jelas keempat elemen ini maka semakin kuat intensi memprediksi perilaku tertentu. Ajzen juga mengemukakan bahwa berdasarkan teori tersebut, intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga determinan, yaitu: tingkat dimana seorang individu merasa baik atau kurang baik (attitudes), pengaruh sosial yang mempengaruhi individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (subjective norms), dan perasaan mudah atau sulit dalam melakukan suatu perilaku (perceived behavioral control). 1. Sikap terhadap perilaku (Attitudes Toward) Sikap terhadap perilaku merupakan tingkatan evaluasi individu dalam menilai apakah menjadi seorang usahawan itu menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) (Linan & Chen, 2006). Penilaiannya tidak hanya afektif (misalnya jika saya melakukan suatu hal dan membuat saya dalam kondisi yang baik maka hal itu akan menyenangkan bagi saya) tetapi juga melalui pertimbangan tertentu, karena individu juga menginginkan hasil yang terbaik dari perilaku yang telah dibuat (Alsos et al, 2006). Dalam teori TPB, sikap perilaku (attitudes toward) mengacu pada tingkat dimana seseorang mempunyai penilaian evaluasi apakah perilaku itu baik atau kurang baik.
25
Sikap terhadap perilaku didasarkan pada dua determinan, yaitu keyakinan berperilaku (behavior beliefs) dan evaluasi terhadap konsekuensi perilaku (evaluation of that consequences). Keyakinan berperilaku adalah keyakinankeyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. Sedangkan evaluasi konsekuensi berperilaku adalah evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya. 2. Norma subjektif (Subjective Norms) Norma subjektif merupakan ukuran tekanan sosial untuk menentukan apakah perilaku kewirausahaan tersebut perlu dilakukan atau tidak. Tekanan sosial tersebut mengacu pada persepsi kelompok tertentu (reference people) yang menyetujui atau tidak keputusan seseorang untuk wirausaha dan biasanya individu berusaha untuk mematuhi persepsi kelompok tersebut (Linan & Chen, 2006). Subjective norms hubungannya mengacu pada persepsi dimana sekelompok orang memberikan pengaruh besar atas perilaku orang, mempelajari dimana jaringan sosial mempengaruhi perilaku individu (Krueger et al., 2000). Dalam teori Ajzen theory of planned behavioral, norma-norma (subjective norms) hubungan mengacu pada tekanan sosial merasa untuk melakukan atau tidak untuk melakukan perilaku. Norma subjektif didasarkan pada dua faktor, yaitu keyakinan normative (normative beliefs) dan motivasi kepatuhan (motivation to comply). Keyakinan normative adalah representasi persepsi dari orang-orang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan. Motivasi kepatuhan berarti kemungkinan seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap harapan referen. 3. Kendali perilaku (Perceived Behavioural Control) Kendali perilaku merupakan persepsi kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya (apakah sulit atau mudah) untuk menjadi seorang wirausaha. Kendali perilaku (perceived behavioral control) mengacu pada merasa mudah atau sulit melakukan perilaku dan diasumsikan untuk merefleksikan pengalaman masa lalu dan antisipasi halangan serta rintangan (Ajzen dalam Li Wei, 2006). Krueger et al (2000) menyatakan Konsep perceived behavioral control berkaitan dengan efikasi diri (self-efficacy) dan tingkat keterampilan seseorang menentukan kesuksesan mereka dan bahwa peluang tergantung pada persepsi seseorang dalam mengendalikan situasi. Kendali perilaku yang dipersepsikan dipresentasikan melalui keyakinan kendali (control belief) dan kekuatan pada keyakinan kendali (control belief power ). keyakinan kendali merupakan keyakinan mengenai kesempatan dan sumberdaya yang dimiliki individu dalam melakukan suatu perilaku. Keyakinan kendali dapat terbentuk dari pengalaman terhadap perilaku tersebut. Kekuatan pada keyakinan kendali adalah daya atau kesanggupan yang dimiliki untuk mengendalikan faktor-faktor yang diyakini memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku. Dua konstruk pertama, yaitu Sikap terhadap Perilaku (Attitude toward the Behaviour) dan Norma subyekif (Subjective Norm) merefleksikan keyakinan keinginan untuk melakukan perilaku (Krueger et al. 2000). Sedangkan konstruk terakhir, yaitu kendali berperilaku (Perceived Behavioral Control) dapat mempengaruhi perilaku secara langsung, sesuai dengan konsep keyakinan efikasi
26
diri dari Bandura (Krueger and Brazeal 1994, Krueger et al. 2000). Untuk melihat Model kerangka teoritis pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian Kerangka Pemikiran Operasional Salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh yang dapat berperan dalam pembangunan dan memiliki jiwa kewirausahaan khususnya pada mahasiswa adalah dengan cara menumbuhkembangkan intensi berwirausaha mereka. Mengukur intensi seseorang atau kelompok maka kita dapat memprediksi perilakunya dimasa yang akan datang, jadi dengan melihat intensi berwirausaha seseorang atau kelompok, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk
27
melihat perilaku berwirausaha mereka dimasa yang akan datang. Dengan meneliti intensi berwirausaha pada mahasiswa khususnya usaha pada bidang agribisnis, maka diharapkan dapat melihat dan memprediksi siapa saja yang mampu dan akan siap untuk menjadi seorang wirausaha pada bidang agribisnis dimasa yang akan datang. Untuk melihat Model kerangka berpikir operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat niat mahasiswa untuk berwirausaha, menunjukan bahwa intensi kewirausahaan seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal (Johnson, 1990; Stewart et al., 1998). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri wirausahawan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausahawan. Menurut Choo dan Wong (2006) Intensi seseorang untuk berwirausaha bisa diukur dengan menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB). TPB merupakan salah satu teori yang sering digunakan untuk mengukur intensi. TPB menjelaskan bagaimana perilaku tertentu dapat diprediksi melalui determinan-determinan perilaku tersebut. Menurut Ajzen (1991) Intensi mencakup
28
tiga determinan yang menentukannya, yakni sikap (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norms) dan kendali perilaku (perceived behavioral control). Artinya, jika seseorang memiliki sikap positif terhadap perilaku berwirausaha, mendapatkan dukungan lingkungan untuk melakukan suatu tindakan berwirausaha, dan ia merasa bahwa tidak ada hambatan untuk melaksanakannya maka intensi kewirausahaannya akan kuat. Dengan mengetahui faktor apa saja yang membentuk intensi seseorang atau dalam penelitian ini objeknya adalah mahasiswa pascasarjana program magister IPB. Munculnya wirausaha-wirausaha baru dibidang agribisnis dikemudian hari, diharapkan mampu menciptakan ide-ide bisnis dan produk yang lebih inovatif dan kreatif serta dapat memberikan nilai tambah terhadap produk-produk agribisnis. Semakin meningkatnya jumlah usaha-usaha pada bidang agribisnis diharapkan akanmendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu dengan munculnya wirausaha-wirausaha baru dibidang agribisnis yang merupakan generasi muda terdidik yang memiliki pengetahuan, tingkat kreasi dan inovasi yang tinggi serta ditambah dengan bidang kajian dan disiplin ilmu khusus pada bidang pertanian yang telah mereka dipelajari selama kuliah diharapkan mampu memanfaatkan keunggulan komparatif yang masih didominasi oleh bidang agribisnis sebagai basis ekonomi pada hampir seluruh daerah di Indonesia, hal ini dapat lebih memungkinkan terwujudnya pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta pencapaian dalam ketahanan pangan serta dapat berdampak pada peningkatan pendapatan nasional dan dapat mengurangi kemiskinan terutama di perdesaan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada tercapainya stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Hipotesis Penelitian Hipotesis berguna untuk memberi arah dan kesimpulan sementara dalam sebuah penelitian dan akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya pengaruh positif dari sikap (attitude toward behavior) terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana program magister SPs-IPB pada bidang agribisnis. 2. Adanya pengaruh positif dari norma subjektif (subjective norms) terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana program magister SPs-IPB pada bidang agribisnis. 3. Adanya pengaruh positif dari kendali perilaku (perceived behavioral control) terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana program magister SPs-IPB pada bidang agribisnis.
29
4 METODE Desain Penelitian dan Pengambilan Responden Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study, yaitu data dikumpulkan dalam satu waktu. Penelitian ini dilakukan di sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB) yang berlokasi di Kampus IPB Dramaga. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). SPs-IPB memiliki 9 fakultas dan ditambah dengan 1 program multidisiplin atau dengan jumlah program studi sebanyak 69 prodi. Waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Pascasarjana Program Magister (Strata 2/S2) yang masih dinyatakan aktif oleh SPs-IPB pada tahun ajaran 2014/2015. Jumlah mahasiswa Program Magister yang aktif pada tahun ajaran 2014/2015 adalah sebanyak 4268 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 10%, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel minimum sebanyak 99.99 orang dan untuk mengantisipasi adanya data yang tidak sesuai maka pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan dilebihkan sebanyak 122 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling. teknik ini digunakan untuk menjaga keterwakilan dari setiap fakultas yang ada yang ada di SPs-IPB dengan proporsi yang sama. Tabel 2. Jumlah mahasiswa aktif pada tahun ajaran 2014/2015 dan proporsi pengambilan sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fakultas Fahutan Faperta Fapet Fateta Fem Fema Fkh Fmipa Fpik Multidisiplin Total
Jumlah 292 639 173 416 495 300 144 887 596 326 4268
Proporsi untuk sampel 7% 15% 4% 10% 12% 7% 3% 21% 14% 8% 100%
Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan kuesioner untuk memperoleh data secara utuh yang dapat menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Pengumpulan data diperoleh melalui jawaban kuesioner dari responden sebagai sampel. Kuesioner yang dibagikan merupakan
30
penjabaran dari variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner kepada responden. Data yang digunakan jika dilihat dari waktunya merupakan data cross section yaitu data yang diambil pada satu periode waktu. Data sekunder diperoleh dari buku panduan program pascasarjana IPB mengenai gambaran umum lokasi penelitian dan Informasi mengenai jumlah mahasiswa diperoleh dari Sekretariat bagian kemahasiswaan SPs-IPB dan dari forum mahasiswa pascasarjana IPB. Data lainnya diperoleh melalui basis data Direktorat Kemahasiswaan IPB dan referensi lain baik melalui buku, artikel, internet, serta akses data dari lembaga lainnya yang dianggap bisa membantu dalam penelitian ini. Metode dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif bersifat memaparkan data yang dapat berupa penyajian data dalam bentuk tabel dan gambar ataupun narasi. Statistik inferensia merupakan analisis yang berupaya untuk menarik kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pembagian pertanyaan pada kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Variable sikap (attitude toward behavior) terdiri dari 22 pertanyaan yang meliputi 11 pertanyaan tentang keyakinan berperilaku (behavior beliefs) dan 11 pertanyaan tentang evaluasi terhadap konsekuensi perilaku (evaluation of that consequences), yang jawabannya dinilai melalui skala lima poin. 2. Variable norma subjektif (Subjective Norms) terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi 5 pertanyaan tentang keyakinan harapan normative (normative beliefs) dan 5 pertanyaan tentang motivasi mematuhi harapan normative (motivation to comply), yang jawabannya dinilai melalui skala lima poin. 3. Variable kendali perilaku (Perceived Behavioural Control) terdiri dari 8 pertanyaan yang meliputi 4 pertanyaan tentang keyakinan kendali (control belief) dan 4 pertanyaan tentang kekuatan pada keyakinan kendali (control belief power), yang jawabannya dinilai melalui skala lima poin. 4. Intensi berwirausaha (entrepreneur intention) terdiri dari 2 pertanyaan yang jawabannya dinilai melalui skala lima poin. Untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dan valid, maka dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas. Menurut Umar (2002), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur, hasil uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 17. Sedangkan uji realibilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan menghasilkan pengukuran yang relatif konsisten maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan andal. Dikatakan reliable atau dapat dipercaya apabila mantap atau stabil dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Hasil Uji reliabilitas kuesioner pada penelitian ini dengan nilai Cronbach's Alpha (CA) bernilai 0.858 maka kuesioner yang digunakan dapat dipercaya dan valid.
31
Analisis Structural Equation Model (SEM) Structural Equation Model (SEM) merupakan bagian dari model statistik yang dapat menjelaskan hubungan-hubungan antar variabel (Ghozali, 2006). Secara umum, sebuah model SEM dapat dibagi menjadi dua. Pertama yaitu measurement model dan kedua yaitu structural model. Measurement model yaitu bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dan indikatornya. Structural model yaitu model yang menggambarkan hubungan antar variabel laten yang satu dengan yang lainnya atau antar variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen. Oleh karena ada dua bagian dalam model SEM, maka error pada SEM juga terdapat dua, yaitu error pada sebuah measurement model dan pada sebuah structural model. Secara teknis, SEM dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu SEM berbasis covariance (CB-SEM) yang diwakili dengan software LISREL dan SEM berbasis variance (VB-SEM), seperti Partial Least Square (PLS). Covariance based SEM (CB-SEM) lebih bertujuan memberikan pernyataan tentang hubungan kausalitas atau memberikan deskripsi mekanisme hubungan sebab-akibat. Sedangkan variance based SEM (VB-SEM) dengan pendekatan partial least squares (PLS) lebih bertujuan untuk mencari hubungan linear prediktif antar variabel (Ghozali, 2006). Pada penelitian ini model SEM yang digunakan adalah variance based SEM (VB-SEM) dengan pendekatan partial least squares (PLS) dengan menggunakan program SmartPLS2.0M3. Pendekatan Partial Least Square (PLS) Partial Least Square (PLS) merupakan teknik membuat model yang sedang populer dalam penelitian manajemen dan kewirausahaan ( Ghozali, 2006). Prosedur Model persamaan struktural mencoba untuk menjelaskan struktur atau pola diantara kumpulan konstruk laten yang diukur dengan beberapa atau satu indikator. Pendekatan PLS digunakan untuk melihat pengaruh langsung antar peubah internal dan eksternal individu dalam menduga intensi berwirausaha. Berdasarkan hasil analisis PLS akan diperoleh berbagai indikator yang benarbenar kuat dalam menggambarkan masing-masing variabel latennya. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga hal, yaitu: (1) weight estimate, yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten; (2) loadings, yang mencerminkan estimasi jalur yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dengan indikatornya; (3) berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Perangkat lunak untuk menganalisis SEM dengan pendekatan PLS diberi nama SMARTPLS versi 2.0 M yang digunakan dalam mengolah data pada penelitian ini. PLS merupakan metode analisis yang powerful karena dapat diterapkan pada semua jenis skala data (distribution free) dimana tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu sehingga data dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval atau rasio. Selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya. Pemodelan analisis jalur dalam PLS terdiri dari 3 set hubungan, yaitu:
32
Inner Model (Model Struktural) Inner Model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori. Model persamaannya adalah sebagai berikut: η =∑β η +∑γ + ζ .................................................................(1) 1.
Dimana η menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, adalah vektor variabel eksogen, ζ adalah vektor variabel residual, β , dan γ adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor endogen dan laten eksogen sepanjang range indeks i dan b. Outer Model (Model Pengukuran) Outer model menspesifikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikator. Outer model terdiri dari 2 macam mode, yaitu mode reflective (mode A) dan mode formative (mode B). Mode reflektif merupakan relasi dari peubah laten ke peubah indikator atau “effect”. Sedangkan mode formative merupakan relasi dari peubah indikator membentuk peubah laten atau“causal”. Blok dengan indikator reflektif memiliki bentuk persamaan sebagai berikut : x = λ + δ.........................................................................................(2) y = λ η + ε.........................................................................................(3) 2.
Dimana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen dan endogen. Sedangkan λ dan λ merupakan matriks loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual diukur dengan δ dan ε sebagai kesalahan pengukuran. Weight Relation Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS. Nilai kausal untuk setiap variabel laten yang diestimasi dalam PLS sebagai berikut: = ∑kbWkbXkb.............................................................................(4) ηi = ∑kiWkiXki................................................................................(5) Dimana, Wkb dan Wki = k, weight yang digunakan untuk membentuk estimasi variabel laten dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linear agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasikan oleh inner dan outer model dimana η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan adalah vektor variabel laten eksogen (independen). PLS terdiri dari model pengukuran dan model struktural. Model pengukuran menjelaskan hubungan antara item yang diobsevasi dengan variabel laten, sedang model struktural menjelaskan hubungan antara variabel laten (Ghozali 2006). Oleh karena itu Model PLS diinterpretasikan dalam dua tahap, yaitu pertama validitas dan reliabibilas dari model pengukuran, kedua adalah model struktural dinilai dengan mengevaluasi daya penjelas (explanatory power) dan tingkat signifikansi koefisien jalur. Secara lebih rinci, diuraikan sebagai berikut: 1. Model Pengukuran atau Outer Model Cara yang paling sering digunakan untuk melakukan pengukuran model melalui analisis faktor konfirmatori adalah dengan menggunakan pendekatan MTMM (Multi Trait-Multi Method) dengan menguji validitas convergent dan 3.
33
discriminant. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukurpengukur (variabel manifes) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas konvergen indikator reflektif dapat dilihat dari nilai individual loading faktor (λ) untuk setiap indikator konstruk. Titik kritis yang digunakan biasanya harus lebih dari 0,5 – 0,6 untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran. Selain itu juga dilihat nilai Average Variance Extracted (AVE) yang harus lebih besar dari 0,5. Berikutnya adalah validitas diskriminan yang berhubungan dengan prinsip bahwa variabel manifes konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Cara untuk menguji validitas diskriminan dengan indikator reflektif yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus lebih dari 0,7. Cara lain adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk harus lebih besar dari nilai korelasi antar konstruk. Rumus AVE dapat dirumuskan sebagai berikut: .................................................................(6) Dimana, λi : Faktor loading; F : Faktor Variance; Θ : error variance. Selain uji validitas, evaluasi model juga dilakukan dengan uji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketetapan instrumen dalam mengukur konstruk. Dalam PLS, untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Cronbach’s Alpha (CA) dan Composite Reliability (CR). Namun demikian penggunaan CA untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk menggunakan CR. Titik kritis yang digunakan untuk menilai reliabilitas dengan CR disarankan lebih besar dari 0,7. Ringkasan metode evaluasi model pengukuran pada penelitian ini, baik uji validitas dan reliabilitas, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 3. Aturan evaluasi pengukuran model PLS indikator reflektif Evaluasi Model 1.
Parameter
Rule of Thumb
Loading Faktor
0.5 – 0.6 untuk pengembangan skala pengukuran
Validitas Validitas Konvergen
Validitas Diskriminan 2. Reliabilitas Sumber : Ghozali (2006)
Average Variance Extracted (AVE) Akar kuadrat AVE dan korelasi antar konstruk laten Composite Reliability
0.5 Akar kuadrat AVE > Korelasi antar konstruk laten 0.7
Model Struktural atau Inner Model Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory) menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen, Stone-Geisser-Q-square test untuk predictive relevance dan uji-t untuk signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural serta overall fit index yang yang menggunakan GoF Index. 2.
34
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R2 untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R2 dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Disamping melihat nilai R2, model PLS juga dievaluasi dengan melihat Q2 relevansi prediktif untuk model konstruktif. Q2 mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Terakhir adalah dengan melihat nilai indekx GoF. Indeks GoF dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : =
×
...................................................................................(7)
: rata-rata indeks Communality ; : rata-rata R-Square Ringkasan metode evaluasi model struktural pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4.Aturan evaluasi struktural model PLS A. Model Struktural Kriteria Rule of Thumb 2 2 R-square R R 0.75 : Kuat; 0.5 : Moderate; 0.35 : Kecil 2
Q-Square Q
Q2> 0 menunjukkan model mempunyai predictive relevance dan jika Q2< 0 menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance.
GoF
0.02 : kecil; 0.13 : Medium; dan 0.26 : Besar
Sumber : Ghozali (2006)
Implementasi Model SEM pada penelitian ini Pada model SEM, Peubah laten merupakan variabel-variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, sehingga pengamatan pada variabel ini dilakukan melalui efek dari variabel manifes atau indikator. Variabel indikator merupakan variabel yang dapat diamati atau diukur secara empiris. Konstruk laten berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu: variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel endogen adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Ghozali (2006), menerangkan bahwa proses analisis SEM mencakup beberapa langkah, yaitu: 1. Konseptualisasi model; 2. Penyusunan diagram alur; 3. Spesifikasi model; 4. Identifikasi model; 5. Estimasi parameter; 6. Penilaian model fit; 7. Modifikasi model; 8. Validasi silang model.
35
Analisis data dengan menggunakan SEM dapat menganalisis variabel laten yang tidak dapat dikuantitatifkan secara langsung dan menghubungkannya dengan variabel indikator. Model SEM pada penelitian ini terdiri dari 4 variabel laten endogen yaitu variable keinginan mahasiswa untuk berwirausaha (Y), sikap (X1), norma subjektif (X2), dan kendali perilaku (X3) dan 6 variabel laten eksogen yaitu variable (X1.1) Keyakinan konsekuensi perilaku, (X1.2) Evaluasi konsekuensi perilaku, (X2.1) Keyakinan terhadap harapan normatif referen, (X2.2) Motivasi untuk patuh terhadap harapan normatif referen, (X3.1) Keyakinan pada tingkat kemudahan berperilaku, (X3.2) Kekuatan kendali pada tingkat kemudahan berperilaku. Serta terdapat 42 variabel indikator. Model intensi kewirausahaan yang dikembangkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 7. Model intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB Variabel laten disebut juga variabel konstruk merupakan variabel yang sulit diukur secara langsung. Konstruk laten berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu: variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah suatu variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel endogen adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Untuk dapat mengukur variabel laten dibutuhkan variabel indikator. Variabel indikator merupakan variabel yang dapat diamati atau diukur secara empiris. Variabel indikator atau variabel manifes merupakan variabel yang menjelaskan atau mengukur variabel laten, sehingga pengamatan pada variabel laten dilakukan melalui efek dari variabel manifes atau indikator. Hubungan antar variable laten dengan indikatornya dapat dilihat pada Tabel 5.
36
Tabel 5. Hubungan antar variable laten dengan indikatornya INDIKATOR Variabel Laten (X1) Sikap terhadap perilaku (X1.1) Keyakinan konsekuensi perilaku (Z1) Keyakinan konsekuensi Menghargai waktu (Z2) Keyakinan konsekuensi Kerja kesar (Z3) Keyakinan konsekuensi Berani mengambil resiko (Z4) Keyakinan konsekuensi Kejujuran (Z5) Keyakinan konsekuensi Percaya Diri (Z6) Keyakinan konsekuensi Tidak mudah menyerah (Z7) Keyakinan konsekuensi Kreatif-inovatif (Z8) Keyakinan konsekuensi Kemandirian (Z9) Keyakinan konsekuensi Kepemimpinan (Z10) Keyakinan konsekuensi Spiritual (Z11) Keyakinan konsekuensi Ketekunan (X1.2) Evaluasi konsekuensi perilaku (Z12) Evaluasi konsekuensi Menghargai waktu (Z13) Evaluasi konsekuensi Kerja kesar (Z14) Evaluasi konsekuensi Berani mengambil resiko (Z15) Evaluasi konsekuensi Kejujuran (Z16) Evaluasi konsekuensi Percaya Diri (Z17) Evaluasi konsekuensi Tidak mudah menyerah (Z18) Evaluasi konsekuensi Kreatif-inovatif (Z19) Evaluasi konsekuensi Kemandirian (Z20) Evaluasi konsekuensi Kepemimpinan (Z21) Evaluasi konsekuensi Spiritual (Z22) Evaluasi konsekuensi Ketekunan (X2) Norma subjektif INDIKATOR Variabel Laten (X2.1) Keyakinan terhadap harapan normatif referen (Z23) Keyakinan terhadap harapan organisasi (Z24) Keyakinan terhadap harapan orang tua (Z25) Keyakinan terhadap harapan keluarga (Z26) Keyakinan terhadap harapan guru/dosen (Z27) Keyakinan terhadap harapan teman (X2.2) Motivasi untuk patuh terhadap harapan normatif referen (Z28) Motivasi untuk patuh terhadap organisasi (Z29) Motivasi untuk patuh terhadap harapan orang tua (Z30) Motivasi untuk patuh terhadap harapan keluarga
37
Variabel Laten
(X3) Kendali perilaku (X3.1) Keyakinan pada tingkat kemudahan berperilaku
(X3.2) Kekuatan kendali pada tingkat kemudahan berperilaku
(Y1) Keinginan mahasiswa untuk berwirausaha.
INDIKATOR (Z31) Motivasi untuk patuh terhadap harapan guru/dosen (Z32) Motivasi untuk patuh terhadap harapan teman
(Z33) Keyakinan mudah/sulit pada akses ke lembaga keuangan (Z34) Keyakinan mudah/sulit dalam mengatasi kelelahan/kebosanan (Z35) Keyakinan mudah/sulit dalam mengatasi kerumitan berwirausaha (Z36) Keyakinan mudah/sulit dalam memenuhi kesepakatan
(Z37) Kekuatan kendali pada akses ke lembaga keuangan (Z38) Kekuatan kendali dalam mengatasi kelelahan/kebosanan (Z39) Kekuatan kendali dalam mengatasi kerumitan berwirausaha (Z40) Kekuatan kendali dalam memenuhi kesepakatan
(Z41)Niat usaha (Z42)Niat usaha pada bidang agribisnis Definisi Operasional
1. Responden adalah mahasiswa pascasarjana Sps-IPB program magister yang dinyatakan aktif pada tahun ajaran 2014/2015. 2. Karakteristik responden adalah segala informasi yang berkaitan dengan identitas pribadi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, asal daerah, suku, agama, dan lainnya. 3. Usia adalah umur yang dimiliki oleh responden dinyatakan dalam tahun. 4. Jenis kelamin adalah karakteristik responden berdasarkan alat reproduksinya yang dinyatakan dalam laki-laki/perempuan. 5. Suku adalah suku asal keluarga yang diakui oleh responden. 6. Pekerjaan orang tua adalah mata pencaharian orang tua yang menjadi sumber utama pemasukan finansial keluarga. 7. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar dan dapat memberikan atau menambahkan suatu nilai pada peluang dan kesempatan yang datang secara kreatif dan inovatif, serta dapat mengorganisir dan memanajemen usaha yang didirikan tersebut dengan baik untuk memperoleh sebuah kesuksesan. Selain itu wirausaha juga harus berani
38
dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian yang mungkin terjadi, serta bersemangat dalam menghadapi tantangan yang akan muncul. 8. Wirausaha adalah orang yang berperilaku kewirausahaan dan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan pendapatan dengan cara berwirausaha. 9. Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud dimasa yang akan datang. 10. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. 11. Intensi berwirausaha pada mahasiswa merupakan suatu keinginan kuat yang terdapat dalam diri seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk menciptakan suatu usaha yang dapat memberi lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekal kemandirian, keberanian, dan kreativitas. 12. Sikap terhadap perilaku adalah tingkatan evaluasi individu dalam menilai apakah menjadi seorang usahawan itu menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif). 13. Norma subjektif adalah persepsi individu atas keinginan dan harapan orangorang disekitarnya untuk berwirausaha. 14. Kendali perilaku adalah kepercayaan responden akan adanya faktor pendorong atau penghambat perilaku dan seberapa besar kekuatannya untuk menunjukkan perilaku berwirausaha. 15. Keyakinan berperilaku adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. 16. Evaluasi konsekuensi berperilaku adalah evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya. 17. Keyakinan normative adalah representasi persepsi dari orang-orang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan 18. Motivasi kepatuhan berarti kemungkinan seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap harapan referen. 19. Keyakinan kendali merupakan keyakinan mengenai kesempatan dan sumberdaya yang dimiliki individu dalam melakukan suatu perilaku. 20. Kekuatan pada keyakinan kendali adalah daya atau kesanggupan yang dimiliki untuk mengendalikan faktor-faktor yang diyakini memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku. 21. Persepsi adalah penilaian atau sudut pandang responden mengenai wirausaha. 22. Usaha agribisnis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua usaha yang termasuk dalam sebuah sistem usaha dalam bidang agribisnis yang dikenal dengan istilah sistem agribisnis yang meliputi usaha pada bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, dan kehutanan. Sistem usaha tersebut terdiri dari usaha subsistem hulu sampai subsistem hilir yang terdiri dari subsistem input (saprodi), subsistem onfarm (budidaya), subsistem pascapanen (pengolahan lanjutan dan nilai tambah),
39
subsistem pemasaran, dan subsistem pendukung (kelembagaan), serta usaha jasa pada bidang agribisnis (konsultan, kesehatan, dan jasa lainnya).
5
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai telah pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum Perang Dunia II, lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouwschool Middelbare Bosbouwschool dan Nederlandsch Indiche Veeartsenschool. Lahirnya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian yang kini menjadi Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tanggal 26 Desember 2000 pemerintah Indonesia mengesahkan status otonomi IPB berdasarkan PP no. 152. Semenjak itu IPB merupakan perguruan tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Saat ini kampus utama IPB berlokasi di Jalan Raya Dramaga Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat . IPB memiliki lima Kampus yang tersebar dibeberapa lokasi dengan peruntukan khusus. 1. Kampus IPB Darmaga (267 ha) sebagai kantor rektorat dan pusat kegiatan belajar-mengajar S1, S2, dan S3. Selain itu, disediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum. 2. Kampus IPB Baranangsiang Bogor (11.5 ha), sebagai pusat kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat serta pendidikan pascasarjana eksekutif. Kampus ini memiliki IPB International Convention Center (ICC) sebagai tempat pertemuan atau kegiatan. 3. Kampus IPB Gunung Gede Bogor (14.5 ha) sebagai pusat kegiatan pendidikan manajemen dan bisnis yang akan dilengkapi dengan techno-park. 4. Kampus IPB Cilibende Bogor (3.2 ha) sebagai pusat kegiatan pendidikan diploma. 5. Kampus IPB Taman Kencana Bogor (3.4 ha), direncanakan untuk pendirian rumah sakit internasional. Kampus IPB Dramaga terletak di wilayah Barat perbatasan kota Bogor dan Kabupaten Bogor dan dikelilingi oleh 14 desa lingkar kampus yang memiliki sekitar 1 300 rumah kontrakan/indekos untuk dihuni hampir 25 000 mahasiswa IPB. Bagi mahasiswa baru TPB-IPB, pada tahun pertama disediakan student dormitory dengan kapasitas 3 000 orang putra dan putri. Berdekatan dengan dormitory tersebut tersedia kantin, cafeteria, rumah makan, wartel, rental computer, apotik, dan kios (toko) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain
40
itu IPB memberikan pelayanan informasi kepada mahasiswa, melalui unit perpustakaan yang termasuk 5 besar di Indonesia yang dilengkapi dengan IPB electronic library Cyber mahasiswa, sistem jaringan serat optik dan hot-spot untuk mengakses internet di beberapa lokasi kampus. Tahun 2005 IPB menerapkan sistem mayor minor sebagai pengganti sistem kurikulum nasional. Sistem ini hanya diterapkan di IPB, setiap mahasiswa IPB dimungkinkan mengambil dua atau bahkan lebih mata keahlian (jurusan) yang diminatinya. Sedangkan pada Sekolah Pascasarjana IPB (SPs-IPB) memiliki 9 fakultas dan ditambah dengan 1 program multidisiplin atau dengan jumlah program studi sebanyak 69 prodi. Jumlah mahasiswa IPB Program pascasarjana setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini dikarenakan bertambahnya peminat yang ingin meneruskan ke IPB untuk mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan softskill. Berdasarkan data dari Sub Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat Administrasi Pendidikan IPB tahun akademik 2014/2015, jumlah mahasiswa IPB untuk jenjang pascasarjana program magister (S2) sebanyak 4 268 orang. Visi Institut Pertanian Bogor berdasarkan (Statuta IPB, 2013), yaitu “Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika”. Sedangkan Misinyaadalah: 1. Menyiapkan insan terdidik yang unggul, profesional, dan berkarakter kewirausahaan di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika. 2. Memelopori perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika. 3. Mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya unggul IPB untuk pencerahan, kemaslahatan, peningkatan kualitas kehidupan secara berkelanjutan. Kebijakan Mutu IPB adalah sebagai perguruan tinggi yang berkomitmen terhadap peningkatan mutu dalam seluruh aspek penyelenggaraan program akademik dan non-akademik, IPB memiliki pernyataan mutu (quality statement) yaitu: ”dengan komitmen yang tinggi terhadap mutu, IPB secara efisien dan akuntabel menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika untuk kemajuan bangsa”. Gambaran Umum Responden Penelitian Asal fakultas Berdasarkan data dari Sub Dit. Registrasi dan Statistik Direktorat Administrasi Pendidikan IPB tahun akademik 2014/2015, jumlah mahasiswa IPB untuk jenjang pascasarjana program magister adalah sebanyak 4268 orang yang terbagi didalam 9 fakultas dan ditambah dengan 1 program multidisiplin atau dengan jumlah program studi sebanyak 69 prodi. Tabel 6 menunjukan sebaran responden berdasarkan asal fakultas, pada penelitian ini responden tersebar pada seluruh fakultas yang berada di lingkungan SPs-IPB. Responden terdiri dari mahasiswa program magister dari berbagai fakultas dan 1 program multidisiplin. Dengan data ini maka responden pada penelitian ini telah mewakili dari berbagai bidang keilmuan yang ada di SPs-IPB, sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menerangkan kondisi
41
sebenarnya dari kegiatan kewirausahaan mahasiswa pascasarjana IPB khususnya mahasiswa program magister (S2) pada bidang agribisnis. Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan asal fakultas No Asal Fakultas Jumlah(Orang) 1 11 Fahutan 2 15 Faperta 3 7 Fapet 4 10 Fateta 5 20 Fem 6 7 Fema 7 6 Fkh 8 21 Fmipa 9 15 Fpik 10 10 Multidisiplin 122 Total Status studi pada program magister Responden pada penelitian ini tidak semuanya memiliki status linier atau bukan berasal dari jurusan yang sama dengan saat kuliah pada jenjang sebelumnya (program sarjana). Tabel 7 menunjukan sebaran responden berdasarkan status studi yang dijalankan pada program magisternya. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa responden pada penelitian ini terdiri dari mahasiswa program magister (S2) yang linier sebesar (78.69 %) dan yang non linier sebesar (21.31%). Linier atau tidaknya seseorang dalam melanjutkan studi pada bidang tertentu akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesulitan dan kemudahan dalam mengusahai dan memahami ilmu tertentu. Dimana semakin tinggi pemahaman seseorang akan bidangnya, maka akan berdampak pada kemampuannya untuk mengatasi permasalahan serta kemampuan untuk mengembangkan bidang tersebut dikemudian hari, khususnya dalam aplikasi pada bidang usaha. Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan status program studi No Status Jumlah 1 2
Linier Non-Linier Total
96 26 122
% 78.69 21.31 100.00
Tahun masuk program magister Sebaran responden berdasarkan tahun masuk pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8. Sebarannya terdiri dari mahasiswa pascasarjana IPB program magister mulai masuk kuliah pada tahun ajaran 2011 sampai 2014. Sebarannya responden terdiri dari mahasiswa magister semester dua hingga semester delapan. Responden yang terbesar adalah mahasiswa yang menempuh semester empat atau
42
tahun kedua yaitu sebesar (42.62%), sementara itu disusul dengan sebaran terbesar kedua adalah pada mahasiswa tahun ketiga sebesar (30.33%), selanjutnya mahasiswa tahun pertama adalah sebesar (21.31%), dan tahun terakhir adalah sebesar (5.64%). Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan tahun masuk kuliah No Tahun Masuk Jumlah 1 2011 7 2 2012 37 3 2013 52 4 2014 26 Total 122
% 5.64 30.33 42.62 21.31 100.00
Pada mahasiswa pascasarjana IPB, semester yang ditempuh akan sangat berkaitan dengan kesibukan yang akan dijalankannya. Pada tahun awal perkuliahan disemester satu dan dua biasanya mahasiswa akan dihadapkan pada kondisi perkuliahan dan tugas kuliah yang padat , hal ini akan menyita banyak waktu dan pikiran untuk konsentrasi pada perkuliahan. Sedangkan untuk tahun kedua dan seterusnya, mahasiswa mulai dihadapkan pada proses penyusunan tugas akhir dan penelitian. Kedua kondisi ini akan sangat berpengaruh pada prioritas dalam memilih antara konsentrasi dalam kuliah atau keinginan mereka untuk memulai atau menjalankan suatu usaha. Jenis kelamin Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Jenis kelamin responden pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah responden dalam penelitian ini lebih dari separuh (53.28%) berjenis kelamin perempuan, sementara sisanya (46.72%) berjenis kelamin laki-laki. Azzahra (2009) menyatakan bahwa mahasiswa laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar berwirausaha dibandingkan dengan mahasiswa perempuan. Hal ini disebabkan kaum laki-laki memiliki tanggung jawab lebih besar terhadap keluarganya, sehingga motivasi untuk menyejahterahkan kehidupan keluarga menjadi salah satu motivasi berwirausaha bagi kaum laki-laki. Sedangkan salah satu penghambat perempuan untuk berwirausaha adalah adanya anggapan bahwa dengan berwirausaha akan menyita banyak waktu dari mengurus dan merawat keluarga. Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis kelamin Jumlah 1 Pria 57 2 Wanita 65 Total 122
% 46.72 53.28 100.00
Usia Usia responden pada penelitian ini berkisar antara 22 sampai 47 tahun. Usia responden terbanyak berada pada interval 21-30 tahun yaitu sebesar
43
(89.34%), jadi hampir seluruh responden berada pada kategori usia dewasa awal. Mahasiswa merupakan generasi muda yang memiliki motivasi serta semangat yang kuat untuk meraih kesuksesan dimasa depan. Masa usia mahasiswa merupakan masa yang ideal untuk memulai suatu usaha karena pada masa ini masa yang tepat untuk proses pemantapan kemandirian hidup dalam penyiapan diri dengan keterampilan dan kemauan yang diperlukan untuk merealisasikan pendirian diri berupa proses penemuan identitas diri (self-identify) sebagai pendukung dan pelaksana nilai-nilai tertentu. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran responden berdasarkan usia No Usia Jumlah 1 21-30 109 2 31-40 12 3 41-50 1 Total 122
% 89.34 9.84 0.82 100.00
Penelitian Scott dan Twomey (dalam Indiarti., et al 2008) menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda, semakin kondusif untuk menjadi wirausaha dan jika seseorang tersebut memiliki pengalaman terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan. Status pernikahan Sebaran responden berdasarkan status pernikahan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11, Status pernikahan akan sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Apabila seseorang telah menikah maka semua keputusan biasanya akan diambil berdasarkan pada hasil musyawarah dengan pasangan atau keluarga. Sedangkan pada penelitian ini jumlah responden pada penelitian ini sebagian besar (84.43%) merupakan individu yang belum menikah. Sehingga keputusan yang diambil relatif bersifat sepihak. Sedangkan jumlah responden yang telah menikah hanya sebesar (15.57%). Tabel 11. Sebaran responden berdasarkan status pernikahan No Status pernikahan Jumlah 1 2
Belum Menikah Menikah Total
103 19 122
% 84.43 15.57 100.00
Suku bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman suku bangsa. Responden pada penelitian ini terdiri dari berbagai suku bangsa. Pada penelitian ini, dominan responden berasal dari suku Jawa (23.77 %), suku Sunda (15.57%) dan suku melayu (9.02%). Perbedaan jarak antara tempat tinggal dengan kampus IPB yang ditempuh oleh responden relatif berbeda. Sehingga responden
44
yang berasal dari pulau Jawa menempuh jarak yang cenderung lebih dekat, sehingga jumlah mereka lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berasal dari luar Jawa. Untuk melihat data lengkap mengenai suku bangsa pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Pekerjaan orang tua Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi sikap seseorang dalam mengambil keputusan dan bertindak. Pekerjaan orang tua sedikit banyak akan memberikan dampak terhadap keputusan orang tua untuk mengarahkan anaknya dalam memilih karir. Sejalan dengan penelitian Scott dan Twomey (dalam Indiarti., et al 2008) beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 12. Jenis pekerjaan orangtua sangat beragam, dimulai dari pekerjaan yang berpendapatan kecil hingga besar. Hampir separuh (53.28%) pekerjaan dari ayah responden adalah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan lainnya bekerja pada BUMN (0.82%), pegawai swasta (6.56%), Pensiun (4.92%), Petani (12.30%), wiraswasta (12.30%) dan lainnya (9.84%) Pekerjaan ibu responden pada penelitian ini didominasi sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak (40.98%). Pekerjaan lain dari Ibu yaitu meliputi wiraswasta (15.57%), pegawai swasta (2.46%), petani (5.74%), dan pensiun (1.64%), dan lainnya (32.79%). Ibu yang memutuskan untuk tidak bekerja biasanya lebih memfokuskan diri terhadap keluarga dan pengurusan rumahtangga dan menyerahkan sepenuhnya kepada suami/kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah. Tabel 12. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua No Pekerjaan Ayah % 1 BUMN 1 0.82 2 8 6.56 Pegawai Swasta 3 6 4.92 Pensiun 4 15 12.30 Petani 5 PNS 65 53.28 6 Wirausaha 15 12.30 7 Lainnya 12 9.84 Total 122 100.00
Ibu 1 3 2 7 50 19 40 122
% 0.82 2.46 1.64 5.74 40.98 15.57 32.79 100.00
Profil pekerjaan Pengalaman bekerja seseorang juga akan berpengaruh terhadap keinginan atau niat seseorang memulai berwirausaha. Kalvereid (dalam Indarti & Rostiani 2008) menyatakan seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Pada penelitian ini sebanyak (71.31%) responden pernah bekerja sebelum melanjutkan pendidikan magister. Pekerjaan yang mereka geluti beragam mulai dari yang sifatnya Freelance sampai yang tetap. Sebaran responden
45
berdasarkan pengalaman bekerja dapat dilihat pada Tabel 13. Untuk melihat jenis pekerjaan yang pernah dilakukan oleh para responden dapat dilihat pada Lampiran2. Tabel 13. Sebaran responden berdasarkan pengalaman bekerja No Pernah kerja sebelumnya Jumlah 1 Ya 87 2 Tidak 35 Total 122
% 71.31 28.69 100.00
Pengalaman pekerjaan akan berdampak pada kebiasaan seseorang, walaupun pada saat ini responden merupakan mahasiswa aktif, namun masih ada sebagian dari mereka yang tetap bekerja (22.95%) walaupun sedang menjalankan proses perkuliahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya mungkin sebagian dari responden ini merupakan mahasiswa tugas belajar dari suatu instansi tertentu ataupun untuk menutupi biaya kuliah. Sehingga walaupun mereka berstatus kuliah, namun mereka masih tetap aktif bekerja seperti biasanya. Sebaran responden berdasarkan pengalaman bekerja dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan saat ini No Sedang bekerja Jumlah 1 Ya 28 2 Tidak 94 Total 122
% 22.95 77.05 100.00
Untuk melihat jenis pekerjaan yang sedang dilakukan oleh para responden dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan data pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa responden saat ini dominan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yaitu sebanyak (46.15%), kemudian diikuti dengan pekerjaan sebagai tenaga pengajar yaitu guru (15.39%) dan dosen (11.54%).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER SPs-IPB Pengalaman berwirausaha yang pernah dijalankan sebelumnya Pengalaman seseorang akan sangat mempengaruhi sikapnya terhadap suatu kondisi tertentu, begitu juga dalam hal berwirausaha, pengalaman berwirausaha akan mempengaruhi niatnya untuk mencoba kembali berwirausaha atau tidak. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha dapat dilihat pada Tabel 15. Responden pada penelitian ini lebih dari separoh terdiri dari orangorang yang telah pernah berwirausaha sebelumnya (57.38%), dan sisanya (42.62%) belum pernah menjalankan usaha. Pengalaman berwirausaha sebelumnya akan sangat berpengaruh terhadap semangat seseorang untuk memulai kembali membuka usaha baru pada kemudian hari.
46
Tabel 15. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha secara umum No Pernah usaha sebelumnya Jumlah % 1 2
Ya Tidak Total
70 52 122
57.38 42.62 100.00
Sebaran usaha yang pernah dilakukan oleh responden cukup beragam, Lampiran 4 menunjukan beberapa jenis usaha yang pernah dilakukan sebelumnya. Data menunjukan bahwa jenis usaha yang dominan pernah dijalankan oleh responden adalah usaha pada bidang perdagangan (34.46%). Usaha perdagangan disini meliputi perdagangan produk –produk pertanian (5.4%) dan perdagangan produk – produk non pertanian (29.06%). Selanjutnya usaha lainnya yang pernah dilakukan adalah usaha pada bidang onfarm (20.46%), pada bidang pengolahan pascapanen (23.67%) yang di dominasi oleh usaha kuliner (13.98%). Serta bidang jasa sebanyak (19.41%). Jenis bidang usaha dan skala usaha dapat dibagimenjadi beberapa kelompok, mulai dari yang berskala kecil sampai yang berskala besar. Salah satu kelompok usaha diantaranya adalah bidang Agribisnis. Pada penelitian ini terdapat beberapa responden yang pernah berwirausaha pada bidang agribisnis. Tabel 16 dibawah ini menunjukan sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha pada bidang agribisnis yang pernah dijalankan. Sebesar (22.95%) responden menyatakan pernah mencoba berwirausaha pada bidang agribisnis. Tabel 16. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha pada bidang agribisnis No Pernah usaha agribisnis Jumlah % 1 Ya 28 22.95 2 Tidak 94 77.05 Total 122 100.00 Sebaran usaha pada bidang agribisnis yang pernah dilakukan oleh responden cukup beragam, Lampiran 5 menunjukan beberapa jenis usaha yang pernah dilakukan sebelumnya. Data menunjukan bahwa jenis usaha agribisnis yang pernah dijalankan oleh responden adalah didominasi oleh usaha pada subsistem onfarm (60.52%), Sub sistem pascapanen / nilai tambah (23.68%), Sub sistem pemasaran (10.52%), dan Sub sistem pendukung (5.26%). Kegiatan wirausaha yang sedang dijalankan saat ini Pada penelitian ini, sebanyak (20.49%) responden adalah mahasiswa yang sedang menjalankan suatu usaha. Sebaran responden berdasarkan kegiatan berwirausaha dapat dilihat pada Tabel 17. Jenis usaha yang sedang dilakukan oleh responden cukup beragam, Lampiran 6 menunjukan beberapa jenis usaha yang sedang dilakukan saat ini. Data menunjukan bahwa jenis usaha yang sedang dijalankan oleh responden didominasi oleh usaha pada bidang perdagangan yaitu sebesar (54.17 %).
47
Tabel 17.Sebaran responden berdasarkan status usaha yang sedang dijalankan saat ini. No Sedang berwirausaha Jumlah % 1 Ya 25 20.49 2 Tidak 97 79.51 Total 122 100.00 Selain usaha pada bidang umum, ada juga responden yang berkonsentrasi dalam usaha pada bidang agribisnis. Sebaran responden berdasarkan kegiatan berwirausaha pada bidang agribisnis dapat dilihat pada Tabel 18. Pada penelitian ini, sebanyak (8.20%) responden adalah mahasiswa yang sedang menjalankan suatu usaha pada bidang agribisnis. Usaha agribisnis yang sedang dijalankan oleh responden cukup beragam yang meliputi usaha pada bidang pengolahan pascapanen (62.50%), bidang onfarm (25 %), dan perdagangan sebanyak (12.50%). Untuk melihat usaha agribisnis yang sedang dijalankan dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 18. Sebaran responden berdasarkan status berwirausaha pada bidang agribisnis yang sedang dijalankan. No Sedang usaha agribisnis Jumlah % 1 Ya 10 8.20 2 Tidak 112 91.80 Total 122 100.00 Keinginan untuk berwirausaha secara bidang agribisnis
umum dan berwirausaha pada
Pada penelitian ini, sebanyak (94.26%) responden menyatakan memiliki keinginan untuk menjalankan suatu usaha dikemudian hari. Tabel 19 menunjukan Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha. Pada penelitian ini responden memiliki keinginan yang tinggi untuk menjalankan usaha dikemudian hari. Intensi berwirausaha tersebut meliputi usaha pada subsistem input sebanyak (1.46%), bidang onfarm (48.18%), bidang pengolahan pascapanen (18.25%), bidang perdagangan sebanyak (8.03%), bidang jasa sebanyak (9.49%), dan pada subsistem pendukung sebanyak (14.6%). Untuk melihat data lengkap mengenai usaha yang ingin dan akan dijalankan oleh responden dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 19. Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang umum No Berniat usaha Jumlah % 1 Ya 115 94.26 2 Tidak 7 5.74 Total 122 100 Selain keinginan untuk menjalankan suatu usaha pada bidang umum. Beberapa responden juga menyatakan ketertarikan secara khusus pada usaha dibidang agribisnis. Tabel 20 menunjukan sebaran responden berdasarkan niat
48
berwirausaha secara khusus pada usaha dibidang agribisnis. Banyak faktor yang memengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha pada bidang agribisnis, salah satunya adalah untuk mengamalkan keilmuan yang dimilikinya. Tabel 20. Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang agribisnis No Berniat usaha agribisnis Jumlah % 1 Ya 106 86.89 2 Tidak 16 13.11 Total 122 100.00 Pada penelitian ini, sebanyak (86.96%) responden menyatakan memiliki keinginan untuk menjalankan suatu usaha secara khusus pada bidang agribisnis yang kemudian diklasifikasikan secara mendetail berdasarkan pada komoditas di bidang agribisnis. Usaha agribisnis pada komoditas tanaman pangan didominasi oleh padi (33.33%), jagung (20%), dan kedelai (13.33%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha pada bidang agribisnis berdasarkan komoditas tanaman pangan dapat dilihat pada Lampiran 9. Usaha agribisnis pada komoditas hortikultura didominasi oleh aneka sayuran sebanyak (42.64%) dan buah-buahan sebanyak (31.15%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha pada bidang agribisnis berdasarkan komoditas hortikultura dapat dilihat pada Lampiran 10. Usaha agribisnis pada komoditas perkebunan didominasi oleh tanaman sawit sebanyak (17.39%), cengkeh (15.22%), karet (13.04%), dan kurma (10.87%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha pada bidang agribisnis berdasarkan komoditas perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 11. Usaha agribisnis pada komoditas peternakan didominasi oleh ternak ayam sebanyak (28.79%), sapi (19.70%), kambing (15.15%), dan domba (12.12%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha pada bidang agribisnis berdasarkan komoditas peternakan dapat dilihat pada Lampiran 12. Usaha agribisnis pada komoditas perikanan didominasi oleh ikan konsumsi (53.14%) yang didominasi oleh ikan lele sebanyak (47%) dari total usaha pada ikan konsumsi. Untuk usaha perikanan ikan hias sebanyak (9.38%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha pada bidang agribisnis berdasarkan komoditas perikanan dapat dilihat pada Lampiran 13. Usaha agribisnis pada komoditas kelautan didominasi oleh usaha pada bidang penangkapan (22.22%) dan mutiara (22.22%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha pada bidang agribisnis berdasarkan komoditas kelautan dapat dilihat pada Lampiran 14. Usaha agribisnis pada bidang jasa dan usaha lainnya didominasi oleh usaha konsultasi (25%), agrowisata (12.50%) dan kuliner (50%). Untuk melihat data lengkap mengenai niat usaha jasa dan usaha lainnya pada bidang agribisnis dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Lampiran 16 .
49
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER SPs-IPB Model intensi kewirausahaan pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB yang dikembangkan berdasarkan pada Theory of Planned Behavior (TPB) atau teori perilaku berencana bertujuan untuk merumuskan hipotesis dalam menduga variabel yang secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap intensi kewirausahaan karena variabel-variabel ini masih memberikan kesempatan untuk dieksplorasi lebih luas. Model yang dikembangkan menduga bahwa intensi berwirausaha dipengaruhi oleh tiga komponen utama yaitu sikap perilaku (attitude toward the behavior), norma subjektif (subjective norms), kendali perilaku (perceived behavioral control). Sikap terhadap perilaku merupakan tingkatan evaluasi individu dalam menilai apakah menjadi seorang usahawan itu menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif). Penilaiannya tidak hanya afektif (misalnya jika saya melakukan suatu hal dan membuat saya dalam kondisi yang baik maka hal itu akan menyenangkan bagi saya) tetapi juga melalui pertimbangan tertentu, karena individu juga menginginkan hasil yang terbaik dari perilaku yang telah dibuat. Sikap perilaku (attitudes toward) mengacu pada tingkat dimana seseorang mempunyai penilaian evaluasi apakah perilaku itu baik atau kurang baik. Sikap terhadap perilaku didasarkan pada dua determinan, yaitu keyakinan berperilaku (behavior beliefs) dan evaluasi terhadap konsekuensi perilaku (evaluation of that consequences). Keyakinan berperilaku adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. Sedangkan evaluasi konsekuensi berperilaku adalah evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinankeyakinan yang dimilikinya. Norma subjektif (Subjective norms) merupakan ukuran tekanan sosial untuk menentukan apakah perilaku kewirausahaan tersebut perlu dilakukan atau tidak. Tekanan sosial tersebut mengacu pada persepsi kelompok tertentu (reference people) yang menyetujui atau tidak keputusan seseorang untuk wirausaha dan biasanya individu berusaha untuk mematuhi persepsi kelompok tersebut (Linan & Chen, 2006). Norma subjektif hubungannya mengacu pada persepsi dimana sekelompok orang memberikan pengaruh besar atas perilaku orang, mempelajari dimana jaringan sosial mempengaruhi perilaku individu (Krueger et al., 2000). Dalam teori Ajzen theory of planned behavioral, normanorma (subjective norms) hubungan mengacu pada tekanan sosial merasa untuk melakukan atau tidak untuk melakukan perilaku. Norma subjektif didasarkan pada dua faktor, yaitu keyakinan normative (normative beliefs) dan motivasi kepatuhan (motivation to comply). Keyakinan normative adalah representasi persepsi dari orang-orang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan. Motivasi kepatuhan berarti kemungkinan seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap harapan referen. Kendali perilaku (Perceived Behavioural Control) merupakan persepsi kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya (apakah sulit atau mudah) untuk menjadi seorang wirausaha. Kendali perilaku mengacu pada merasa
50
mudah atau sulit melakukan perilaku dan diasumsikan untuk merefleksikan pengalaman masa lalu dan antisipasi halangan serta rintangan. Krueger et al (2000) menyatakan konsep perceived behavioral control berkaitan dengan efikasi diri (self-efficacy) dan tingkat keterampilan seseorang menentukan kesuksesan mereka dan bahwa peluang tergantung pada persepsi seseorang dalam mengendalikan situasi. Kendali perilaku yang dipersepsikan dipresentasikan melalui keyakinan kendali (control belief) dan kekuatan pada keyakinan kendali (control belief power ). Keyakinan kendali merupakan keyakinan mengenai kesempatan dan sumberdaya yang dimiliki individu dalam melakukan suatu perilaku dan kekuatan pada keyakinan kendali adalah daya atau kesanggupan yang dimiliki untuk mengendalikan faktor-faktor yang diyakini memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku. Dua konstruk pertama, yaitu Sikap terhadap Perilaku (Attitude toward the Behaviour) dan Norma subyekif (Subjective Norm) merefleksikan keyakinan keinginan untuk melakukan perilaku (Krueger et al. 2000). Sedangkan konstruk terakhir, yaitu kendali berperilaku (Perceived Behavioral Control) dapat mempengaruhi perilaku secara langsung, sesuai dengan konsep keyakinan efikasi diri dari Bandura (Krueger and Brazeal 1994, Krueger et al. 2000). Sikap merupakan evaluasi atau penilaian positif atau negatif seseorang terhadap sejumlah kepercayaan (belief) terhadap objek tertentu. Sementara itu, norma subjektif yaitu sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Sedangkan kendali perilaku (perceived behavioral control) merupakan penentu intensi seseorang. Akumulasi dari faktor sikap, norma subjektif dan kendali perilaku tersebut disebut sebagai intensi atau niat (intention). Sebaran skor rata-rata hasil jawaban responden berdasarkan variabel indikator penelitian Skor indikator merupakan pilihan jawaban dari responden penelitian terhadap pertanyaan yang diajukan pada kuisioner penelitian dengan skala nilai lima poin 1-5 dengan keterangan nilai ≤ 1.66 = rendah; nilai 1.67-3.33 = sedang; nilai >3.33 = tinggi. Pertanyaan yang diajukan merupakan variable-variabel yang akan diukur untuk menilai variabel latennya yang terdiri atas 42 pertanyaan. Variabel sikap terdiri dari 22 pertanyaan yang meliputi pertanyaan tentang keyakinan konsekuensi perilaku sebanyak 11 pertanyaan dan evaluasi konsekuensi sebanyak 11 pertanyaan, Variable norma subjektif terdiri dari 10 pertanyaan yang meliputi pertanyaan tentang keyakinan harapan normative konsekuensi sebanyak 5 pertanyaan dan motivasi mematuhi harapan normative konsekuensi sebanyak 5 pertanyaan. Variable kendali perilaku terdiri dari 8 pertanyaan yang meliputi pertanyaan tentang keyakinan kendali konsekuensi sebanyak 4 pertanyaan dan kekuatan pada keyakinan kendali konsekuensi sebanyak 4 pertanyaan. Intensi berwirausaha terdiri dari 2 pertanyaan, dibagi menjadi satu pertanyaan mengenai intensi berwirausaha secara umum dan satu pertanyaan mengenai intensi berwirausaha pada bidang agribisnis.
51
Tabel 21. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan Konsekuensi Perilaku No Variabel Indikator Rata-rata Deviasi Keyakinan Konsekuensi Perilaku (X1.1) skor Standar 1 0.46 (Z1) Menghargai waktu 4.73 2 0.45 (Z2) Kerja kesar 4.73 3 0.50 (Z3) Berani mengambil resiko 4.56 4 0.42 (Z4) Kejujuran 4.78 5 0.53 (Z5) Percaya Diri 4.56 6 0.48 (Z6) Tidak mudah menyerah 4.65 7 0.52 (Z7) Kreatif-inovatif 4.61 8 0.49 (Z8) Kemandirian 4.59 9 0.66 (Z9) Kepemimpinan 4.36 10 0.48 (Z10) Konsekuensi Spiritual 4.70 11 0.52 (Z11) Ketekunan 4.61 Table 21 memperlihatkan rata-rata skor dari jawaban responden terhadap 11 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten keyakinan konsekuensi perilaku. Keyakinan berperilaku adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua variabel dianggap sangat baik oleh responden, yang berarti bahwa faktor-faktor dalam menghargai waktu, bekerja keras, berani mengambil resiko, kejujuran, percaya diri, tidak mudah menyerah, kreatif-inovatif, kemandirian, kepemimpinan, konsekuensi spiritual, dan ketekunan. Merupakan sikap yang diyakini sebagai komponen yang penting untuk memulai sebuah usaha. Rata-rata skor tertinggi terdapat pada indikator kejujuran (4,78) yang mengindikasikan bahwa kejujuran sangat dibutuhkan sebagai sebuah sifat dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk merintis sebuah usaha. Hal ini diyakini oleh para responden dengan relative seragam (deviasi standar terkecil: 0,42). Secara keseluruhan 11 indikator dari variable laten keyakinan konsekuensi perilaku memiliki nilai positif, yang mengindikasikan bahwa semua indikator tersebut dianggap penting bagi seseorang yang akan memulai sebuah usaha. Selain memiliki keyakinan yang tinggi terhadap semua variabel indikator, ternyata mereka juga menilai semua indikator sebagai kebutuhan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk memulai usaha. Rata-rata skor para responden terhadap 11 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten evaluasi konsekuensi perilaku dapat dilihat pada Tabel 22. Evaluasi konsekuensi berperilaku adalah evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya. Data memperlihatkan bahwa semua variable dianggap sangat baik oleh responden, dengan nilai tertinggi terdapat pada indikator kejujuran dan menghargai waktu. Berdasarkan perhitungan skor tertinggi, menunjukan bahwa responden mengangap bahwa sifat kejujuran merupakan sifat utama yang sangat penting dan harus dimiliki untuk memulai dan menjalankan sebuah kegiatan usaha.
52
Tabel 22. Rata-rata skor setiap indikator untuk variabel laten Evaluasi Konsekuensi No Variabel Indikator Rata-rata Deviasi Evaluasi Konsekuensi (X1.2) skor standar 1 0.39 (Z12) Menghargai waktu 4.81 2 0.45 (Z13) Kerja kesar 4.72 3 0.50 (Z14) Berani mengambil resiko 4.52 4 0.39 (Z15) Kejujuran 4.81 5 0.50 (Z16) Percaya Diri 4.54 6 0.48 (Z17) Tidak mudah menyerah 4.64 7 0.50 (Z18) Kreatif-inovatif 4.65 8 0.49 (Z19) Kemandirian 4.61 9 0.52 (Z20) Kepemimpinan 4.53 10 0.44 (Z21) Spiritual 4.78 11 0.47 (Z22) Ketekunan 4.67 Rata-rata skor untuk jawaban para responden terhadap 5 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten keyakinan harapan normative dapat dilihat pada Tabel 23. Keyakinan normative adalah representasi persepsi dari orangorang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan. Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa semua nilai indikator terhadap keyakinan akan harapan dari orang sekitar yang dianggap penting yang memberikan pendapat dan saran untuk menjalankan suatu usaha memiliki nilai yang semuanya tinggi. Skor atas keyakinan harapan teman sebesar (3.91), keluarga (3.80), orang tua (3.75), organisasi yang sedang diikuti (3.72), dan guru/dosen (3.64). Tabel 23. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan Harapan Normatif No Variabel Indikator Rata-rata Deviasi Keyakinan Harapan Normatif (X2.1) skor Standar 1 0.95 (Z23) Organisasi 3.72 2 0.88 (Z24) Orang Tua 3.75 3 0.86 (Z25) Keluarga 3.80 4 0.89 (Z26) Guru/Dosen 3.64 5 0.82 (Z27) Teman 3.91 Keyakinan normative akan harapan dari teman yang menyarankan untuk berwirausaha merupakan indikator yang memiliki skor tertinggi (3.91) dengan deviasi standar yang paling kecil (0.82), hal ini mengindikasikan bahwa menurut responden keinginan untuk berwirausaha sangat dipengaruhi oleh saran dan pendapat dari teman. Hal ini sangat sesuai dengan karakteristik mahasiswa yang secara rutin aktivitas komunikasi dan pertukaran informasi terhadap dunia usaha lebih banyak diberikan oleh teman dalam lingkungan kampus . Tabel 24 memperlihatkan rata-rata skor dari jawaban para responden terhadap 5 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten motivasi
53
mematuhi harapan normatif. Motivasi kepatuhan berarti kemungkinan seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap harapan referen. Data pada tabel 24 memperlihatkan bahwa rata-rata skor terhadap indikator motivasi untuk mematuhi harapan orang sekitar semuanya tinggi, namun skor tertinggi adalah motivasi untuk mematuhi harapan dari orang tua (4.61) dengan deviasi standar terkecil (0.51). Hal ini mengindikasikan bahwa menurut sebagian besar responden mematuhi keinginan dari kedua orang tua merupakan sikap yang paling penting dibandingkan dengan motivasi untuk mematuhi harapan yang lainnya. Hal ini diduga sangat berkaitan dengan budaya yang diterapkan pada masyarakat Indonesia yang tetap menjaga dan mematuhi aturan-aturan norma dan sopan santun yang berlaku pada masyarakat, serta saling menghormati terhadap pendapat dan saran yang diberikan dari lingkungan sekitar. Tabel 24. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Motivasi mematuhi harapan normatif No Variabel Indikator Rata-rata Deviasi Motivasi mematuhi harapan normatif (X2.2) skor Standar 1 0.66 (Z28) Organisasi 3.96 2 0.51 (Z29) Orang Tua 4.61 3 0.56 (Z30) Keluarga 4.42 4 0.55 (Z31) Guru/Dosen 3.98 5 0.74 (Z32) Teman 3.70 Tabel 25 menunjukan rata-rata skor dari jawaban para responden terhadap 4 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten keyakinan kendali (control belief). Keyakinan kendali merupakan keyakinan mengenai kesempatan dan sumberdaya yang dimiliki individu dalam melakukan suatu perilaku. Keyakinan kendali merupakan kendali yang dapat terbentuk dari pengalaman seseorang terhadap perilaku tertentu. Tingkat kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah akan menentukan kesuksesan mereka dan bahwa peluang tergantung pada persepsi seseorang dalam mengendalikan situasi. Tabel 25. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan Kendali No Variabel Indikator Rata-rata Deviasi Keyakinan Kendali (X3.1) skor Standar 1 0.88 (Z33) Akses ke lembaga keuangan 2.80 2 0.88 (Z34) Mengatasi kelelahan/kebosanan 3.14 3 0.80 (Z35) Mengatasi kerumitan berwirausaha 3.13 4 0.86 (Z36) Memenuhi kesepakatan 3.11 Tabel 26.menunjukan rata-rata skor dari jawaban para responden terhadap 4 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten kekuatan pada keyakinan kendali (control belief power). Kekuatan pada keyakinan kendali adalah daya atau kesanggupan yang dimiliki untuk mengendalikan faktor-faktor yang diyakini memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku.
54
Kekuatan pada keyakinan kendali dalam mengatasi kelelahan dan kebosanan dalam menjalankan usaha merupakan indikator yang memiliki skor tertinggi (3.52) dengan deviasi standar (0.91). Hal ini selaras dengan keyakinan kendali responden terhadap keyakinan kendali dalam mengatasi kelelahan dan kebosanan dalam menjalankan usaha yang juga bernilai tertinggi yaitu (3.14) dengan deviasi standar (0.88). Hal ini mengindikasikan bahwa menurut responden keyakinan dalam mengendalikan kelelahan dan kebosanan dalam menjalankan usaha merupakan faktor yang harus dapat dilakukan dalam kegiatan untuk berwirausaha dan responden merasa mampu dan yakin dapat mengendalikan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau menghambat dalam suatu kegiatan berwirausaha. Tabel 26. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Kekuatan Pada Keyakinan Kendali No Variabel Indikator Rata-rata Deviasi Kekuatan Pada Keyakinan Kendali (X3.2) skor Standar 1 0.94 (Z37 Akses ke lembaga keuangan 3.08 2 0.91 (Z38) Mengatasi kelelahan/kebosanan 3.52 3 0.87 (Z39) Mengatasi kerumitan berwirausaha 3.45 4 0.88 (Z40) Memenuhi kesepakatan 3.43 Tabel 27 menunjukan rata-rata skor dari jawaban para responden terhadap 2 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha merupakan keadaan berfikir yang secara langsung dan mengarahkan perilaku individu kearah pengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru (Bird, 1995). Intensi berwirausaha pada mahasiswa merupakan suatu keinginan kuat yang terdapat dalam diri seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk menciptakan suatu usaha yang dapat memberi lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekal kemandirian, keberanian, dan kreativitas. Intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan (Krueger et al. 2000). Pada penelitian ini rata-rata skor dari jawaban para responden terhadap 2 pertanyaan yang menjadi indikator dari variable laten intensi berwirausaha, menunjukan nilai yang tinggi yaitu (4.54) untuk indikator intensi berwirausaha secara umum dengan deviasi standar (0.56) dan (4.24) untuk indikator intensi berwirausaha secara khusus pada bidang agribisnis dengan deviasi standar (0.74). Data ini menjelaskan bahwa responden memiliki keinginan yang kuat untuk berwirausaha baik usaha secara umum ataupun pada bidang agribisnis dikemudian hari. Tabel 27. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Intensi berwirausaha Rata-rata Deviasi No Variabel Indikator Intensi berwirausaha skor Standar 1 4.54 0.56 (Z41) Intensi berwirausaha 2 4.24 0.74 (Z42) Intensi berwirausaha Agribisnis
55
Evaluasi Model Pengukuran Tujuan utama dilakukan evaluasi model pengukuran adalah untuk menilai validitas dan reliabilitas model atau secara tidak langsung untuk menilai bahwa variabel indikator benar-benar mengukur variabel laten dalam model. Untuk melakukan evaluasi model pengukuran dengan indikator reflektif, sebagaimana model penelitian ini dikembangkan, digunakan evaluasi beberapa perlakuan dan metode. Pertama, evaluasi model ini dilakukan dengan menilai tingkat validitas model yang terdiri atas validitas konvergen yang ditunjukkan oleh nilai Loading Faktor dan Average Variance Extracted (AVE) yang harus lebih besar dari 0.5. Kemudian dilakukan evaluasi validitas diskriminan yang ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model (Ghazali 2006). Validitas konvergen merepresentasikan varians umum antara variabel indikator dengan konstruknya yang diukur dengan AVE. Semakin tinggi nilai AVE, semakin tinggi indikator merepresentasikan konstruknya. Selain itu skala reliabilitas menunjukkan koherensi internal sebagai indikasi hubungan terhadap konstruk. Composite Reliability lebih dipilih untuk digunakan mengukur reliabilitas dibandingkan Cronbach Alpha (CA) karena CA seringkali tidak secara tepat mengukur skala reliabilitas. Dengan alasan ini, digunakan Composite Reliability untuk mengukur reliabilitas dengan nilai kritis CR yang lebih besar dari 0.7 (Ghazali 2006). Dari hasil evaluasi pengukuran pada model awal diperoleh beberapa variabel indikator yang dinilai tidak merefleksikan konstruknya. Oleh karena itu perlu dilakukan perlakuan untuk memperbaiki validitas dan reliabilitas model. Perbaikan model dilakukan dengan menghilangkan variabel indikator dan laten yang tidak memenuhi titik kritis kelayakan model pengukuran. Hasil dari evaluasi model pengukuran model dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari hasil evaluasi model pengukuran model awal penelitian dapat diketahui beberapa perlakuan yang dibutuhkan untuk memperbaiki model adalah sebagai berikut Variabel indikator yang memiliki nilai loading faktor (λ) kurang dari 0.5 akan dikeluarkan dari model, antara lain: Berdasarkan tabel diatas ada beberapa peubah yang memiliki nilai outer loading kurang dari 0.5 sehingga perlu dihilangkan. Berdasarkan pada hasil evaluasi model pengukuran model ada beberapa peubah yang memiliki nilai outer loading kurang dari 0.5 sehingga perlu dihilangkan. Peubah-peubah tersebut meliputi 1. (Z9) Keyakinan konsekuensi Kepemimpinan 0.47, 2. (Z30) Motivasi untuk patuh terhadap harapan keluarga 0.46, 3. (Z33) Keyakinan mudah/sulit pada akses ke lembaga keuangan -0.51, 4. (Z34) Keyakinan mudah/sulit dalam mengatasi kelelahan/kebosanan -0.85, 5. (Z35) Keyakinan mudah/sulit dalam mengatasi kerumitan berwirausaha -0.87, 6. (Z36) Keyakinan mudah/sulit dalam memenuhi kesepakatan -0.79. Tahapan selanjutnya adalah melakukan proses ulang dengan tanpa melibatkan variabel-variabel indikator tersebut diatas. Proses algoritma PLS pada model yang telah diperbarui memberikan hasil yang valid dan reliabel berdasarkan kriteria evaluasi model pengukuran. Validitas konvergen masing-masing konstruk pada model final sudah sesuai dengan nilai kritis atau rule of thumb, yaitu loading faktor (λ) dan AVE yang lebih dari 0.5 serta t-hitung lebih dari 1.96 (Latan dan
56
Ghozali 2012). Selain itu, tingkat reliabilitas masing-masing konstruk sudah meyakinkan karena nilai CR (Composite reliability) seluruh konstruk lebih besar dari 0.7. Tabel 28 menunjukan hasil dari evaluasi pengukuran konstruk. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk tersebut menunjukkan variabel indikator yang merefleksikannya. Oleh sebab itu, nilai loading faktor kedua konstruk tersebut bernilai satu dengan composite reliabilities dan AVE yang juga bernilai satu. Syarat Cronbach alpha yang baik adalah di atas 0.7. Pada Tabel 28, nilai Cronbach alpha yang kurang dari 0.7 adalah nilai CA kendali perilaku(X3) yaitu sebesar 0.59 dan nilai CA keyakinan pada tingkat kemudahan berperilaku (X3.1) yaitu sebesar 0.65. Variable yang lain tidak ada yang kurang dari 0.7 jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Sedangkan syarat Composite reliability yang baik adalah di atas 0.7. Pada Tabel 25, nilai composite reliability tidak ada yang kurang dari 0.7 jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Validitas diskriminan ditunjukkan dengan nilai akar kuadrat AVE yang lebih tinggi dibandingkan korelasi satu konstruk dengan konstruk lainnya. Tabel 28 menunjukkan korelasi antar konstruk dan nilai akar kuadrat dari AVE di sepanjang diagonal, dan menunjukkan bawah terdapat validitas diskriminan diantara konstruk yang dinilai dalam model karena seluruh nilai akar kuadrat AVE lebih tinggi dibandingkan korelasi antar konstruk. Tabel 28. Kebaikan Model Variabel CA X1 0.93 X1.1 0.88 X1.2 0.87 X2 0.87 X2.1 0.83 X2.2 0.82 X3 0.59 X3.1 0.65 X3.2 0.86 Y 0.69
CR 0.94 0.90 0.90 0.90 0.88 0.89 0.80 0.85 0.90 0.87
AVE 0.41 0.48 0.44 0.52 0.60 0.73 0.61 0.74 0.71 0.76
Akar AVE 0.64 0.69 0.67 0.72 0.77 0.86 0.78 0.86 0.84 0.87
Secara umum, hasil evaluasi model pengukuran yang meliputi uji validitas dan reliabilitas model sudah memuaskan dan dianggap baik serta dapat digunakan untuk menguji hipotesis, yaitu korelasi dan signifikansi hubungan antar konstruk. selanjutnya akan dilakukan evaluasi model struktural sebagai kelanjutan dari evaluasi model pengukuran. Evaluasi Model Struktural Setelah model dievaluasi dan dianggap sudah valid dan reliabel serta menghasilkan model final, maka selanjutnya dilakukan uji model struktural atau inner model. Tujuan evaluasi model struktural adalah untuk melihat hubungan antara konstruk laten dengan melihat hasil estimasi koefisien parameter jalur dan
57
tingkat signifikansinya (Ghazali 2006). Analisa model struktural dilakukan untuk menggambarkan korelasi antar konstruk atau variabel laten. Pada penelitian ini dikembangkan hubungan-hubungan prediksi antara konstruk yang menjadi variabel atau anteseden dari intensi kewirausahaan. Model yang dikembangkan menduga bahwa intensi berwirausaha dipengaruhi oleh. Konstruk pembentuk intensi kewirausahaan tersebut diduga dipengauhi oleh berbagai faktor yang dikembangkan dalam penelitian ini. Keinginan berwirausaha diduga dipengaruhi oleh sikap perilaku tertentu (attitude toward the behavior) dan norma subjektif (subjective norms) serta kendali perilaku (perceived behavioral control). Sikap merupakan evaluasi atau penilaian positif atau negatif seseorang terhadap sejumlah kepercayaan (belief) terhadap objek tertentu. Sementara itu, norma subjektif yaitu sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Sedangkan kendali perilaku (perceived behavioral control) merupakan penentu niat seseorang. Sikap terhadap perilaku didasarkan pada dua determinan, yaitu keyakinan berperilaku (behavior beliefs) dan evaluasi terhadap konsekuensi perilaku (evaluation of that consequences). Keyakinan berperilaku adalah kemungkinan subjektif dari hubungan antara objek yang diyakininya dengan nilai, konsep, atau atribut atas objek. Sedangkan evaluasi konsekuensi berperilaku adalah kemungkinan subjektif yang mewujud sebagai konsekuensi logis yang akan didapat dari perilaku tertentu. Norma subjektif didasarkan pada dua faktor, yaitu keyakinan normative (normative beliefs) dan motivasi kepatuhan (motivation to comply). keyakinan normative adalah representasi persepsi dari orang-orang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan. Motivasi kepatuhan berarti kemungkinan subjektif dari orang-orang yang penting dan mempengaruhinya (sebagai rujukan / referent),sehingga seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap harapan referen. Kendali perilaku yang dipersepsikan dipresentasikan melalui keyakinan kendali (control belief) dan kekuatan pada keyakinan kendali (control belief power ). keyakinan kendali merupakan keyakinan mengenai kesempatan dan sumberdaya yang dimiliki individu dalam melakukan suatu perilaku. Keyakinan kendali merupakan kendali dapat terbentuk dari pengalaman terhadap perilaku tersebut. Kekuatan pada keyakinan kendali adalah daya atau kesanggupan yang dimiliki untuk mengendalikan faktor-faktor yang diyakini memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku. Evaluasi model struktural dilakukan dengan beberapa tahap. Evaluasi pertama dilakukan dengan melihat R-square (R2) pada variabel laten endogen yang digunakan dalam model. Nilai R2 0.75, 0.5, dan 0.25 secara berturut-turut dapat disimpulkan bahwa model kuat, sedang dan lemah. Hasil dari PLS menjelaskan bahwa R2 merepresentasikan jumlah varians dari konstruk yang dijelaskan oleh model. Tabel 29 menunjukan sebaran Nilai R-square (R2 ) dari masing-masing konstruk . Nilai R-square dari variable sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku adalah sebesar 0.99 yang menerangkan bahwa variabel laten eksogen dari tiap-tiap variabel mampu menjelaskan variabel sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku seseorang untuk berwirausaha. sedangkan nilai R-
58
square dari variabel intensi (Y) adalah sebesar 25.79 %, yang artinya variabel X (sikap, norma subjektif, dan kendali perilaku) yang dicobakan mampu menjelaskan keragaman nilai Y sebesar 25.79 % sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Tabel 29. Nilai R-square Variabel
R Square
X1 X2 X3 Y
0.999993 0.999918 0.994952 0.257985
Selanjutnya dari Tabel 29, dapat dihitung nilai kesesuaian model terhadap data yang ada dengan mencari nilai Q2 sebagai berikut: Q2 = 1 - (1-0.999993)x(1-0.999918)x(1-0.994952)x(1-0.257985) = 1 - (0.0000070)x( 0.0000820)x( 0.0050480)x (0.7420150) = 1- ( 0.0000000000021500 ) = 0.9999999999978500 atau 99 persen Galat Model = 100 – 99 = 1 persen Nilai Q2 adalah 99 persen yang artinya model hasil analisis sudah baik. Selanjutnya setelah diperoleh nilai Q2 , dilanjutkan dengan melihat overall fit index dengan menggunakan goodness of fit (Indeks GoF). Indeks ini dikembangkan untuk mengevaluasi model pengukuran dan model struktural. Disamping itu juga memberikan pengukuran sederhana untuk keseluruhan dari prediksi model. Kelayakan nilai GoF didasarkan pada kriteria 0.02: kecil; 0.13: medium; dan 0.26: besar (Ghozali 2006). Nilai GoF pada model diperoleh dengan rumus: GoF
= = √0.75 = 0.65
0.86
Karena nilai GoF yang dihasilkan adalah 0.65 > 0.26, maka dapat disimpulkan bahwa GoF model termasuk dalam kategori besar yang artinya model hasil analisis sudah baik. Selanjutnya setelah diperoleh nilai R2 , Q2 , GoF. Maka pengujian terakhir adalah uji signifikansi hubungan antar konstruk yang dipergunakan sebagai dasar dalam melakukan uji hipotesis. Uji ini dapat dilihat dari nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi statistiknya. Secara lebih lengkap nilai-nilai tersebut disajikan dalam Tabel 30. Data analisis menunjukkan hubungan konstruk yang signifikan pada tingkat kepercayaan (α) 0.1 dan 0.05. Penggunaan tingkat kepercayaan sampai 0.1 dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih luas variabel yang berpengaruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan konsekuensi perilaku (X1.1) dan evaluasi konsekuensi perilaku (X1.2) bersama-sama signfikan memberikan pengaruh yang positif terhadap Sikap perilaku (X1). Hal ini menjelaskan bahwa keyakinan akan sikap dan evaluasi terhadap sikap-sikap yang diduga membentuk
59
intensi berwirausaha pada diri mahasiswa memberikan pengaruh yang nyata dalam proses pembentukan sikap dan mental. Semua sikap yang diduga tersebut dianggap perlu dan penting dalam melakukan kegiatan usaha dikemudian hari. Variabel keyakinan terhadap harapan normative referen (X2.1) dan motivasi untuk patuh terhadap harapan normative referen (X2.2) bersama-sama signfikan memberikan pengaruh yang positif terhadap norma subjektif (X2). Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh dari lingkungan eksternal yang terdapat pada diri mahasiswa memberikan pengaruh yang kuat dalam proses menumbuhkan minat berwirausaha pada mahasiswa. Sedangkan untuk variabel keyakinan pada tingkat kemudahan berperilaku (X3.1) dan kekuatan kendali pada tingkat kemudahan berperilaku (X3.2) bersama-sama signfikan memberikan pengaruh yang positif terhadap kendali perilaku (X.3). Hal ini menjelaskan bahwa responden pada penelitian ini memiliki kemampuan dan keyakinan yang baik dalam menghadapi permasalahan yang dapat muncul dalam kegiatan berwirausaha. Pada penelitian ini intensi berwirausaha mahasiswa pada bidang agribisnis (Y) secara nyata dipengaruhi oleh variabel norma subjektif (X2) yang merupakan pengaruh dan peranan dari sejumlah pihak yang dianggap penting oleh seseorang untuk melakukan kegiatan berwirausaha. Tabel 30. Pengujian Koefisien Jalur, Rataan, Simpangan Baku, t-values
X1 -> Y X1.1 -> X1 X1.2 -> X1 X2 -> X1 X2 -> X3 X2 -> Y X2.1 -> X2 X2.2 -> X2 X3 -> Y X3.1 -> X3 X3.2 -> X3
Koefisien
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T-hitung
-0.0204511 0.520068 0.534964 0.000657 0.013492 0.512961 0.671481 0.436307 0.009011 -0.1556111 0.922012
-0.0352811 0.519076 0.534036 0.000752 0.010669 0.513336 0.668178 0.436721 0.005894 -0.150811 0.920162
0.090236 0.029479 0.023349 0.001611 0.009204 0.083041 0.031544 0.027973 0.087086 0.038332 0.022809
0.090236 0.029479 0.023349 0.001611 0.009204 0.083041 0.031544 0.027973 0.087086 0.038332 0.022809
0.226652 17.64199* 22.91197* 0.410466 1.465873 6.177261* 21.28712* 15.59751* 0.103456 4.059309* 40.42243*
*t(0.05): 1.96; **t(0.1):1.645.
Model akhir dari intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPsIPB pada bidang agribisnis Banyak aplikasi dari model intensi kewirausahaan telah diterapkan dalam berbagai penelitian dan telah diterima dengan dukungan empiris. Originilitas dari penelitian ini salah satunya terletak pada pendekatan intensi kewirausahaan yang ditujukan pada mahasiswa pascasarjana program magister (S2) SPs-IPB terhadap kegiatan usaha pada bidang Agribisnis. Selain itu, penelitian ini juga mengadopsi dan mengembangkan model intensi kewirausahaan dengan pendekatan dari Teori Perilaku Berencana atau Theory Of Planned Behavioral (TPB) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) dalam mengeksplorasi peran dari faktor sikap perilaku tertentu (attitude toward the behavior) dan norma subjektif (subjective norms) serta kendali perilaku (perceived behavioral control) sebagai variabel anteseden dari intensi kewirausahaan.
60
Berdasarkan hasil yang diperoleh, model intensi kewirausahaan dalam penelitian ini dapat diverifikasi telah memiliki basis teori yang kuat. Selain itu, model intensi kewirausahaan yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid dan reliabel dalam menduga intensi responden untuk berwirausaha. Hasil penelitian memberikan temuan yang menarik. Secara umum hasil uji hipotesis menunjukan bahwa variabel keinginan berwirausaha secara signifikan (α = 0.05) dipengaruhi oleh variable norma subjektif. Sedangkan variable sikap perilaku tertentu (attitude toward the behavior) dan kendali perilaku (perceived behavioral control) tidak memberikan pengaruh secara signifikan pada intensi berwirausaha mahasiswa.
Gambar 8. Model akhir dari intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis
61
Hasil menunjukan bahwa anteseden intensi berwirausaha yang berpengaruh signifikan adalah norma subjektif dengan nilai R2 sebesar 25.79 persen. Hasil ini menjelaskan bahwa variable norma subjektif yang dicobakan mampu menjelaskan keragaman nilai intensi berwirausaha sebesar 25.79 % sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Pada penelitian sebelumnya yang sama-sama menggunakan model struktural menjelaskan kurang dari 60 persen, yaitu 55.5 persen (Linan and Chen 2009) dan 26 persen (Fini et al. 2012) serta 40 persen (Lucas et al. 2008). Norma subjektif merupakan sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Norma subjektif didasarkan pada dua faktor, yaitu keyakinan normatif (normative beliefs) dan motivasi kepatuhan (motivation to comply). Keyakinan normative adalah representasi persepsi dari orang-orang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan. Motivasi kepatuhan berarti kemungkinan subjektif dari orang-orang yang penting dan mempengaruhinya (sebagai rujukan / referent), sehingga seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap harapan referen. Nilai dari masing-masing variable keyakinan normatif (normative beliefs) dan motivasi kepatuhan (motivation to comply) adalah sebagai berikut. Keyakinan akan harapan dari teman (3.91), keluarga (3.80), orang tua (3.75), organisasi yang sedang diikuti (3.72), dan guru/dosen (3.64). sedangkan nilai untuk variable motivasi untuk mematuhi harapan dari orang tua (4.61), keluarga (4.42), organisasi yang sedang diikuti (3.96), guru/dosen (3.98) dan teman (3.70). Dengan keterangan nilai ≤ 1.66 = rendah; nilai 1.67-3.33 = sedang; nilai >3.33 = tinggi. Nilai skor di atas menunjukan bahwa semua orang disekitar responden memberikan dampak yang besar terhadap niat mereka berwirausaha. Saran dan pendapat dari teman memiliki dampak yang paling besar terhadap intensi berwirausaha responden dan pada penelitian ini responden akan paling patuh terhadap saran dan pendapat dari orang tua. Hal ini dapat dipahami karena mahasiswa adalah sekelompok orang dalam satu kelompok besar yang dikelilingi orang lain disekitarnya dan dalam lingkungan keluarga. Peranan orang disekitar kita memberikan gambaran yang menarik dalam menduga intensi kewirausahaan. Priatna (2011) meneliti intensi berwirausaha beberapa wirausahawan pada bidang agribisnis menunjukkan bahwa peranan keluarga, orang tua, suami/istri, dan teman memiliki pengaruh yang besar terhadap intensi individu untuk menjalankan usaha. Keinginan yang timbul dapat berasal dari dirinya sendiri dan lingkungan tempat individu tinggal. Lingkungan kampus dan lingkungan keluarga memiliki indikasi kecenderungan yang kuat terhadap aktivitas kewirausahaan pada mahasiswa. Faktor dukungan dari lingkungan sekitar dan persepsi yang kuat terhadap wirausaha, menjadikan mahasiswa berpendapat bahwa berwirausaha pada bidang agribisnis merupakan pilihan pekerjaan yang dapat memberikan identitas diri kepada individu akan sebuah kemandirian dan pada akhirnya kesuksesan, mendukung adanya perkembangan ide-ide berwirausaha, dan anggapan bahwa bidang agribisnis memiliki peluang dan potensi yang besar untuk dapat dikembangkan. Beberapa penelitian lain yang dilakukan pada remaja menunjukkan bahwa keluarga, khususnya orang tua wirausaha, memiliki pengaruh yang besar terhadap intensi individu untuk mendirikan usaha. Azwar (2013) menerangkan bahwa
62
dukungan sosial (social support) berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Dorongan dari unsur-unsur lingkungan sosial seperti motivasi dari teman dekat, orang-orang yang dianggap penting serta keluarga ternyata terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Misbakhuddin (2013), yang menerangkan bahwa kelompok sebaya atau teman berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa pendidikan ekonomi di fakultas ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Besarnya pengaruh kelompok sebaya terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa adalah 0,418 atau 41,8%. Dari indikator-indikator dalam kelompok sebaya, indikator memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan merupakan yang paling besar diantara indikator kelompok sebaya yang lainnya, hal ini mengindikasikan bahwa banyak pengetahuan yang diberikan oleh kelompok sebaya seputar bidang kewirausahaan yang sulit diperoleh dalam keluarga, oleh sebab itu dapat mendorong timbulnya niat berwirausaha yang semakin tinggi pada mahasiswa. Hal ini diduga menjadi alasan mengapa variable norma subjektif memiliki pengaruh yang relatif paling kuat terhadap intensi berwirausaha dibandingkan variabel anteseden lainnya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Keluarga memiliki peran besar dalam mendukung keputusan tersebut melalui intensi seseorang untuk berwirausaha, dukungan keluarga memiliki peran yang lebih penting dalam membentuk keinginan individu dalam berwirausaha, terutama rasa kebanggaan ketika memiliki usaha sendiri.
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
Karakteristik kewirausahaan pada mahasiswa pascasarjana IPB menunjukan bahwa sebanyak (57.38%) responden memiliki pengalaman berwirausaha sebelum melanjutkan kuliah pascasarjana dan sebanyak (22.95%) fokus pada bidang agribisnis. Sebanyak (20.49%) responden sedang menjalankan usaha dan sebanyak (8.20%) diantaranya berwirausaha pada bidang agribisnis. Sebanyak (94.26%) responden menyatakan memiliki keinginan untuk menjalankan suatu usaha secara umum dikemudian hari dan sebanyak (86.89%) responden menyatakan memiliki keinginan untuk menjalankan suatu usaha secara spesifik pada bidang agribisnis. Niat usaha tersebut meliputi usaha pada bidang penyediaan input produksi (1.46%) yang didominasi oleh usaha pada bidang pembibitan, bidang onfarm (48.18%) yang didominasi oleh usaha pada bidang budidaya peternakan, bidang pengolahan pascapanen (18.25%) yang didominasi oleh usaha kuliner, bidang pemasaran (8.03%) yang didominasi oleh usaha perdagangan secara umum, bidang jasa dan subsistem pendukung (24.08%) yang didominasi oleh usaha konsultasi dan agrowisata.
2.
Variable norma subjektif merupakan faktor yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana IPB pada bidang agribisnis.
63
dimana norma subjektif merupakan pengaruh dari lingkungan sosial sekitar yang menentukan apakah seseorang baik untuk menjadi wirausaha atau tidak. Pada penelitian ini pengaruh lingkungan sosial disekitar responden paling dipengaruhi oleh harapan dan peran dari teman dan orang tua yang memberikan pengaruh relatif lebih besar dibandingkan peran dari yang lainnya. Saran 1. Perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas program-program kewirausahaan yang lebih intensif dan sedini mungkin kepada mahasiswa baik itu berupa seminar, workshop, maupun pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan jiwa dan perilaku wirausaha, dan perlunya diciptakan lingkungan yang kondusif serta adanya dukungan akses terhadap modal usaha agar bisa memudahkan mahasiswa dan alumni untuk memulai berwirausaha. Selain itu, perlu adanya peningkatan substansi dan pemahaman terhadap mata kuliah Kewirausahaan dan Sistem Usaha Agribisnis serta memperbanyak praktik di lapangan agar langsung mempengaruhi tindakan mahasiswa untuk berwirausaha dan dapat mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia agribisnis. Selanjutnya, diharapkan adanya peranan yang lebih aktif dari pihak lingkungan sekitar mahasiswa terutama pihak keluarga dan teman, dalam rangka menumbuhkembangkan semangat berwirausaha pada diri mahasiswa. Sehingga pemahaman dan semangat terhadap pentingnya peran kewirausahaan dapat tumbuh pada diri mahasiswa, sehingga pada akhirnya para mahasiswa dan alumni dapat berperan aktif dalam pengembangan pembangunan terutama pada sektor agribisnis yang paling banyak diminati oleh mahasiswa. 2. Beberapa rekomendasi penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain, perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa serta seberapa besar pengaruh intensi berwirausaha tersebut terhadap perilaku wirausaha mahasiswa baik selama kuliah maupun setelah lulus. Selanjutnya diharapkan adanya kajian lebih mendalam terkait dengan karakteristik kewirausahaan yang dianggap dapat membentuk intensi dan perilaku mahasiswa berwirausaha terutama pada bidang agribisnis dan adanya kajian lanjutan terkait sektor usaha pada bidang agribisnis yang paling banyak diminati oleh mahasiswa guna memperoleh informasi terkini mengenai perkembangan kewirausahaan pada mahasiswa.
64
DAFTAR PUSTAKA Azzahra R, 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM). [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ajzen I,. Fishbein M. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Menlo Park California: AddisonWesley Publishing Company Inc ______ (1991). The Theory of Planned Behavior : Organizational Behavior and Human Decision Processes Astuti. D (2009) Pengaruh Konteks Keluarga, Kerja, Pendidikan, Hambatan Dalam Memulai Bisnis, Dukungan Sosial, Nilai – Nilai Individualisme Dan Kolektivisme Pada Intensi Berwirausaha(Studi pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret). Fakultas ekonomi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Alma, Buchari. 2009. Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung : Alfabeta Azwar, S. 1998. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Edisi ke- 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, B (2013) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Islam Negeri SUSKA Riau). Menara, Vol. 12 No.1 Januari – Juni 2013 Bird,B.1995.Toward a Theory of Entrepereneurial Competency.Connecticut (US) : Jai Press Bird MJ. 1996. Entrepreneurial Behaviour. Singapore (SG): McGraw-Hill Irwin. Boone LE dan Kurtz DL.Pengantar Bisnis. 2002. Diterjemahkan oleh: Fadriansyah Anwar, Hardjono Honggoamiseno. Jakarta (ID): Erlangga. Casson M, Yeung B, Basu A, Wadeson N. 2006.The Oxford Handbook of Entrepreneurship. New York (US): Oxford University Press. Chaplin, J. P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa, Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Chen, Y.W, and Linan F .2006 . Testing The Entrepreneurial Intention Model On a Two- Country sample.Document de tereball num. 06/7, 1-28. Drucher. 1996. Konsep Kewirausahaan Era Globalisasi, Erlangga: Jakarta. Terjemahan Drucker, PF. 1985. Inovasi dan Kewiraswastaan Praktek dan Dasar-Dasar. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Eagly, A.H., & Chaiken, S. 1993. Attitude structure and function. In The Handbook of Social Psychology. D. T Gilbert & S.T Fiske (eds). McGrawHill, Boston. Fini R, Grimaldi R, Marzochi GL, Sobrero M. 2012. The Determinants of Corporate Entrepreneurial Intention Within Small and Newly Established Firms. ET&P. 36:387–414.doi:10.1111/j.1540-6520.2010.00411.x. Ghozali, I., 2006. Struktural Equation Modeling : Metode Alternative Dengan Partial Least Square. Semarang : badan penerbit undip
65
Hersey, P dan Blanchard, K. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi; Pendayagunaan Sumberdaya Manusia Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga Hisrich RD dan Peters MP. 1992. Entrepreneurship: Starting, Developing, and Managing a New Enterprise. United States of America (US): Richard D. Irwin, Inc. ____-__1995. Entrepreneurship: Starting, Developing and Managing A New Enterprises. Third Edition. New York: McGraw-Hill. ____-_. 2002. Entrepreneurship 5th ed. New York: McGraw-Hill. Holt DH. 1992.Entrepreneurship: New Venture Creation. New Jersey (US): Prentice Hall. Indarti & Rostiani. (2008). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia.The best paper award CFP JEBI, Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia,Vol.23,No.4.UGM. Ilham M, 2012. Pengaruh lingkungan keluarga, pendidikan, Dan sosial terhadap jiwa dan minat Kewirausahaan mahasiswa. [Tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut pertanian bogor. Jusuf, AA. 2004. Pengembangan Karakter Wirausaha Internal Locus of Control melalui Pelatihan Berbasis Experiental Learning pada Mahasiswa Program Studi Agribisnis Angkatan 2000, Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Johnson, B. 1990. Toward A Multidimensional Model of Entrepreneurship: The Case of Achievement Motivation and The Entre-preneur. Entrepreneurial Theory Practice, 14(3): 39–54. Kao, J. 1989. Entrepreneurship, Creativity, and Organization: Text, Cases, and Readings. New Jersey (US): Prentice Hall. Kartono, K. dan Gulo, D.1987. Kamus Psikologi.Bandung : Pianir Jaya terhadap perilaku berwirausaha : survey pada mahasiswa fakultas pendidikan pendidikan ekonomi dan bisnis UPI . (http://repository.ipi.edu/id/eprint/4103 Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): PT Grafindo Persada. Katz J, dan Gartner W. 1988. “Properties of emerging organizations”. Academy Of Management Review. 13: 429-441 Krueger NF, Reilly MD, Carsrud AL. 2000. Competing models of entrepreneurial intentions. Journal of Business Venturing 15:411-432 Llano, J.A. (nd). The University Environment and Academic Entrepreneurship: A Behavioral Mode for Measuring Environment Success. New York: Stevens Institute of Technology. (http://www.cherry.gatech.edu/ t2s2005/papers/ lIano_1057T.pdf ) Linan F, Chen YW. 2009. Development and cross-cultural application of a specific instrument to measure entrepreneurial intentions. ET&P. 33(3):593-617.doi:10.1111/j.1540-6520.2009.00318. Li Wei .Entrepreneurial Intention Among International Students: Testing a Model of Entrepreneurial Intention. Illinois. (http://www.usabe.org /knowledge /proceedings/proceedingsDocs/USABE2006proceedings-li-Internat.pdf ) Lucas WA, Cooper SY, MacFarlane S. 2008. Necessity-Driven Intention at Dounray and The Shapero Displacement Model (Interactive Paper). Frontiers of Entrepreneurship Research [Internet]. Tersedia pada: http://digitalknowledge.babson.edu/fer/vol28/iss6/17.
66
Masykur, A. M. 2007. Kewirausahaan Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Adversity Quotient. Jurnal Psikologi Proyeksi, Vol.2 No.2 (37-45) Monks, F. J., Knoers, A. M. P. 1982. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Alih Bahasa. Rahayu. Yogyakarta : Gajah Mada Press Muwartami D, 2014. Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan. [skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Misbakhuddin. A(2013) Pengaruh Lingkungan Eksternal Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.Fakultas Ekonomi, UNESA. Pambudy R, Burhanuddin, Priatna WB, Rosiana N. 2011. Analisis Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di dalam: Nurmalina R, Priatna WB, Jahroh S, Nurhayati P, Rifin A, editor. Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis; 2011 Desember 7 dan 14; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. hlm 179-196. Pratiwi LP, 2014. Pengaruh kompetensi praktek kewirausahaan Terhadap perilaku wirausaha dan pilihan Bekerja mahasiswa. [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Priatna WB. 2011. Komunikasi Intrapribadi Wirausaha Kecil Agribisnis (pengaruh Sikap, Norma subjektif, dan Kendali Perilaku Terhada Intensi wirausaha kecil agribisnis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas padjadjaran. Ramanti, RP. 2006. Perilaku Wirausaha Wanita Peternak dalam Mencari dan Menerapkan Informasi Usahaternak Ayam Buras (Kasus Kelompok Taniternak “Tanjung”, Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta (ID): PT Grasindo. Robbins SP, Coulter M. 2005.Management 8thed.New Jersey (US): Pearson Education International. Schumpeter, Joseph A. (1911): The Theory of Economic Development. An Inquiry into Profits, Capital, Credit, Interest, and the Business Cycle. Published by Oxford University Press (1963). Stewart, W.H., Watson, W.E., Carland, J.C. & Carland, J.W. 1998. A Proclivity for Entrepreneurship: A Comparison of Entrepreneurs, Small Business Owners, and Corporate Managers”. Journal of Business Venturing, 14(2): 189-214. Suharyadi, Nugroho A, SK Purwanto, Faturohman M. 2007. Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Subachtiar FT, 2013. Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Mahasiswa Pengusaha di Institut Pertanian Bogor. [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sutya A, 2010. Perbandingan Minat Kerja Mahasiswa FMIPA dan FATETA IPB Serta Faktor Pendorong Mereka Untuk Berwirausaha. [skripsi]. Bogor.
67
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Trisnawati E, 2011. Pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui pendekatan Theory of Planned Behavior. [skripsi]. Bogor. Fakultas Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Triton PB., 2007, Entrepreneurship : Kiat Sukses Menjadi Wirausaha, Tugu Publisher, Yogyakarta. Umar, H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wickham PA. 2004. Strategic Entrepreneurship 3thed. Essex (GB): Pearson Education Limited. Wijaya, Tony. 2007, Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.9, no. 2, september 2007: 117-127 Winardi J.2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta (ID): Prenada Media. Zimmerer TW dan Scarborough NM. 2002. Essential of Entrepreneurship and Small Business Management, Third Edition. New Jersey (US): Pearson Education International.
68
LAMPIRAN Lampiran 1. Asal suku bangsa responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Suku Aceh Balantak Bali Banggai Batak Batak karo Batak mandailing Betawi Bugis Buton Campuran Aceh batak Jawa Kaili Lampung Madura Makasar Melayu Minangkabau Nusantara Nasution Ogan Rejang Sasak Sunda Campuran Sunda jawa Ternate Toraja Total
Jumlah 4 1 1 1 1 1 2 2 5 3 1 29 1 1 2 2 11 9 17 1 1 1 1 19 2 2 1 122
% 3.28 0.82 0.82 0.82 0.82 0.82 1.64 1.64 4.10 2.46 0.82 23.77 0.82 0.82 1.64 1.64 9.02 7.38 13.93 0.82 0.82 0.82 0.82 15.57 1.64 1.64 0.82 100.00
Lampiran 2. Jenis pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan responden No 1 2 3 4
Pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan Announcer (2005-2011) pt.radio ternate Asisten peneliti Asisten dosen Asisten laboratorium
Jumlah
%
1 2 3 2
1.19 2.38 3.57 2.38
69
No 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan Pegawai Bank bni syariah BBWS Karyawan bidang perikanan Desainer lanskap Dosen Drafter Freelance Guru Guru private Penjual baju Kantor notaris & PPAT Karyawan umum Karyawan swasta Karyawan telkomsel Kementrian hutan
Jumlah
%
1 1 1 1 1 1 2 6 1 1 1 1 8 1 3
1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 2.38 7.14 1.19 1.19 1.19 1.19 9.52 1.19 3.57
Konsultan
1
1.19
Konsultan lingkungan Kontraktor Kuliner Marketing Staf NGO atau LSM Numerator Penyuluh Perkebunan sawit Perusahan kayu HPH Peternakan Planer Pnpm mp, PNS PNS dinas perikanan jambi Proyek PT bank danamon
1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 2 1 1 1 1 1 2 1 3
1.19 1.19 1.19 4.76 1.19 1.19 1.19 1.19 2.38 1.19 1.19 1.19 7.14 1.19 2.38 1.19 1.19 1.19 1.19 1.19 2.38 1.19 3.57
PT indolakto Pt jasa kontraktor alat berat Purcashing Regulatory staff di perusahaan pestisida Staf IT Staff di PPLH universitas sriwijaya Surveyor
70
No 44 45 46 47 48 49
Pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan Surveyor BPS Tentor Tentor bimbel Tentor pegawai swasta Tour leader, Wartawan Total
Jumlah
%
1 1 4 1 1 1 84
1.19 1.19 4.76 1.19 1.19 1.19 100.00
Lampiran 3. Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan oleh responden. No
Pekerjaan yang sedang dilakukan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Analis plankton Analyst Dosen Freelance tourleader Guru Konsultan Konsultan lanskap Mengajar privat Peneliti PNS Redaksi jurnal marine fisheries psp ipb Tentor bimbel Total
Jumlah 1 1 3 1 2 1 1 1 1 12 1 1 26
% 3.85 3.85 11.54 3.85 7.69 3.85 3.85 3.85 3.85 46.15 3.85 3.85 100.00
Lampiran 4. Jenis usaha yang pernah dijalankan oleh responden. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Usaha yang pernah dijalankan Sub sistem input Pembenihan lele Pembibitan padi Sub sistem onfarm Budidaya ayam Budidaya cabai Budidaya cacing Budidaya itik telur Budidaya jagung manis Budidaya jamur Budidaya lele Budidaya sayuran
Jumlah
%
1 1
1.08 1.08
2 1 1 1 1 2 2 1
2.15 1.08 1.08 1.08 1.08 2.15 2.15 1.08
71
No
Usaha yang pernah dijalankan
11 12 13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Jumlah
%
Budidaya tembakau Budidaya sektor peternakan Budidaya sektor pertanian Usaha bunga potong Sub sistem pascapanen / nilai tambah Kerajinan tangan Kuliner Olahan makanan
1 2 2 3
1.08 2.15 2.15 3.23
1 13 4
1.08 13.98 4.30
Olahan minuman
3
3.23
Pengolahan hhbk Sub sistem pemasaran Perdagangan produk non pertanian Jual mainan Jual pulsa Jualan produk kecantikan Jualan produk sandang Konter hp Online shop Toserba Trading Trading perhiasan Trading perlengkapan outdoor Perdagangan produk pertanian jual kue kering Jual kripik Jual pisang goring Trading domba Trading ikan segar Sub sistem pendukung Digital printing Event organizer Konsultan Konsultan taman Konveksi Kos-kosan Laundry MLM Pendidikan Percetakan sablon Pijat
1
1.08
1 1 1 1 1
1.08 3.23 1.08 8.60 1.08 4.30 1.08 6.45 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08
1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1
1.08 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08 1.08 4.30 1.08 1.08 1.08
1 3 1 8 1 4 1 6 1 1
72
No
Usaha yang pernah dijalankan
Jumlah
%
46 47 48
Rental computer Taman belajar private course Warnet Total
1 2 1 93
1.08 2.15 1.08 100.00
Lampiran 5. Jenis usaha bidang agribisnis yang pernah dijalankan sebelumnya oleh responden. No Usaha bidang agribisnis yang pernah dijalankan Sub sistem input Sub sistem onfarm 1 Budidaya padi 2 Budidaya cabai 3 Budidaya cacing 4 Nursery 5 Budidaya sektor perikanan 6 Budidaya jamur 7 Budidaya lele 8 Budidaya sayuran 9 Budidaya sektor perkebunan 10 Budidaya sektor peternakan 11 Budidaya sektor pertanian 12 Usaha bunga potong Sub sistem pascapanen / nilai tambah 13 Atsiri 14 Kuliner 15 Olahan makanan 16 Olahan minuman 17 Pengolahan hhbk Sub sistem pemasaran Perdagangan produk non pertanian 18 Trading Perdagangan produk pertanian 19 Jual sayuran 20 Trading domba Sub sistem pendukung 21 Konsultan taman 22 Penyewaan tanaman hias Total
Jumlah 0
% -
2 1 1 1 1 1 2 4 1 4 4 1
5.26 2.63 2.63 2.63 2.63 2.63 5.26 10.53 2.63 10.53 10.53 2.63
1 4 1 2 1
2.63 10.53 2.63 5.26 2.63 -
1
2.63 -
2 1
5.26 2.63
1 1 38
2.63 2.63 100
73
Lampiran 6. Jenis usaha yang sedang dijalankan saat ini. No
Usaha yang sedang dijalankan
Jumlah
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Anggrek potong Ayam bakar Berjualan seprei Budidaya padi Budidaya pembenihan lele Elektronik Jual dinar Kedai kopi dan footshal Pengolaha hhbk Perhiasan Pertanian Pijat Reseller jersey bola Trading Trading distributor bed cover Usaha jual beli kaos Yoghurt, Total
1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 6 1 1 1 24
4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 12.50 4.17 4.17 4.17 4.17 25.00 4.17 4.17 4.17 100.00
Lampiran 7. Jenis usaha agribisnis yang sedang dijalankan oleh responden. No 1 2 3 4 5 6
Usaha agribisnis yang sedang dijalankan Pengolahan hhbk Trading Budidaya padi Produksi sayuran katuk Produk olahan makanan Produk olahan minuman Total
Jumlah 3 1 1 1 1 1 8
% 37.50 12.50 12.50 12.50 12.50 12.50 100.00
Lampiran 8. Jenis usaha yang ingin dan berharap akan dijalankan oleh responden dikemudian hari. No
Usaha yang ingin dijalankan
Jumlah
%
1 1
0.73 0.73 5.11
Sub sistem input 1 2 3
Pembibit Usaha pembenihan ikan Sub sistem onfarm Agribisnis
7
74
No
Usaha yang ingin dijalankan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
34 35 36 37 38 39
Jumlah
%
Ayam Bdy jamur Budidaya ikan , kepiting, bakau Budidaya sayuran organik Burung kicau Floris Gula Hortikultur Ifs Ikan hias Kehutanan Kopi Nursery Orgnic farm Pangan
1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2
0.73 1.46 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 1.46 1.46 0.73 1.46 0.73 0.73 0.73 1.46
Perikanan
8
5.84
Perkebunan Pertanian Pertanian Peternakan Silvapastura Tanaman hias Telur, Sub sistem pascapanen / nilai tambah Food & beverage Olahan pangan Forniture Garmen Restoran Kuliner Kafe, Sub sistem pemasaran Perdagangan produk non pertanian Butik Berjualan online dan fisik Grosir Online shop, Trading Trading baju Perdagangan produk pertanian
5 10 1 12 1 1 1
3.65 7.30 0.73 8.76 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 4.38 9.49 1.46 1.46 0.73 0.73 0.73 1.46 0.73 -
1 1 1 1 6 13 2
2 1 1 1 2 1
75
No
Usaha yang ingin dijalankan
40 41
Toko pertanian, Trading pertanian Sub sistem pendukung Bimbel Agrowisata Biologi Klinik hewan Lembaga pendidikan Lembaga penelitian Membuka smk multimedia Usaha aquaculture Minimaket Paud Percetakan Socioentreprenership pendidikan Start up Konsultan ekonomi pertanian Toko buah Membuat rumah buku Wisata Yayasan Jasa dan lainnya Jasa foto kopi Karoeke Kos-2an Perumahan Propeti Salon Sanggar rias Toko Toko buku Traveling agent Usaha dibidang konveksi Usaha distribusi Total
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Jumlah
%
2 1
1.46 0.73 1.46 0.73 0.73 0.73 1.46 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 1.46 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 0.73 100.00
2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 137
76
Lampiran 9. Jenis usaha pada komoditas tanaman pangan yang diminati oleh responden. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tanaman pangan Benih padi Jagung Kedelai Kentang Padi Padi organic Pangan Singkong Sorgum Ubi jalar Total
Jumlah
%
1 9 6 1 15 2 4 3 1 3 45
2.22 20.00 13.33 2.22 33.33 4.44 8.89 6.67 2.22 6.67 100.00
Lampiran 10. Jenis usaha pada komoditas hortikultur yang diminati oleh responden. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Hortikultura Apel Buah secara umum Budidaya hidroponik Benih sayur Bunga Cabai Caisin Florist Gula merah Hortikultur Jamur Jeruk Kubis Lanscap Mangga Nursery Papaya Pisang Rambutan Sayur Sayur organik
Jumlah
%
1 9 1 1 2 5 1 3 1 3 5 2 1 1 1 2 2
1.64 14.75 1.64 1.64 3.28 8.20 1.64 4.92 1.64 4.92 8.20 3.28 1.64 1.64 1.64 3.28 3.28
3
4.92
1 6 4
1.64 9.84 6.56
77
No 22 23 24 25 26
Hortikultura Sayuran hidroponik Tanaman mini Tebu Tomat Wortel Total
Jumlah
%
1 1 1 1 1 61
1.64 1.64 1.64 1.64 1.64 100.00
Lampiran 11. Jenis usaha pada komoditas perkebunan yang diminati oleh responden. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Perkebunan Bibit jati Cengkeh Kakao Karet Kebun pala Kelapa (kopra) Kopi Kuljar jati Kurma Lada Manggis Pembibitan Perkebunan Sagu Sawit Tembakau, Zaitun Total
Jumlah
%
2 7 2 6 2 1 3 1 5 1 1 1 3 1 8 1 1 46
4.35 15.22 4.35 13.04 4.35 2.17 6.52 2.17 10.87 2.17 2.17 2.17 6.52 2.17 17.39 2.17 2.17 100.00
Lampiran 12Jenis usaha pada komoditas peternakan yang diminati oleh responden. No 1 2 3 4 5 6 7
Peternakan Ayam Ayam petelur Bebek Burung kicau Cacing Domba Itik petelur
Jumlah
%
19 1 2 1 1 8 2
28.79 1.52 3.03 1.52 1.52 12.12 3.03
78
No 8 9 10 11 12 13 14 15
Peternakan Kambing Kuda Merpati Pakan ternak Peternakan Sapi Sapi perah Unta Total
Jumlah
%
10 1 1 1 2 13 3 1 66
15.15 1.52 1.52 1.52 3.03 19.70 4.55 1.52 100.00
Lampiran13. Jenis usaha pada komoditas perikananyang diminati oleh responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Perikanan ikan nila produk olahan tepung ikan Akuaponik Budidaya kepiting Budidaya ikan laut Ikan gabus Ikan gurame Ikan hias Ikan konsumsi Ikan lele Ikan mas Ikan patin Krapu Mujair Pengepul ikan Perikanan Perikanan Sidat Udang Usaha ikan air tawar ( olahan) Usaha pembenihan ikan air tawar Total
Jumlah
%
3 1 2 1 1 1 2 6 7 16 2 3 1 1 1 6 1 1 3
4.69 1.56 3.13 1.56 1.56 1.56 3.13 9.38 10.94 25.00 3.13 4.69 1.56 1.56 1.56 9.38 1.56 1.56 4.69
1
1.56
4 64
6.25 100.00
79
Lampiran14. Jenis usaha pada komoditas kelautan yang diminati oleh responden. No 1 2 3 4 5 6 7
Kelautan Kepiting Lobster Mutiara Pariwisata laut Penangkapan Penyu Udang Total
Jumlah
%
1 1 2 1 2 1 1 9
11.11 11.11 22.22 11.11 22.22 11.11 11.11 100.00
Lampiran 15. Jenis usaha pada bidang jasa pertanian yang diminati oleh responden. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jasa pada bidang pertanian Agrowisata Bank pertanian Distribusi produk pertanian Jasa pertanian Klinik hewan Konsultan secara umum Konsultan pertanian Koperasi, Kultur jaringan, Pelatihan Pengujian mutu Penjualan hasil tani (segar dan olahan) Penyuluhan Pupuk Sertifikasi Suplayer hasil tani Toko pertanian Toko saprotan Total
Jumlah 3 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
% 12.50 4.17 4.17 4.17 4.17 16.67 8.33 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 4.17 100.00
80
Lampiran 16. Jenis usaha lainnya pada bidang pertanian yang diminati oleh responden. No Jumlah % Usahalainnya 1 1 8.33 Trading 2 5 41.67 Kuliner 3 1 8.33 Bimbel 4 1 8.33 Protein sel tunggal 5 1 8.33 Saprotan 6 1 8.33 Kuliner seafood 7 Produsen pupuk organik & 1 8.33 hayati 8 1 8.33 Pasca panen Total 12 100.00
Lampiran 17. Hasil Uji validitas kuesioner Variabel Indikator
CA
keterangan
(Z1) Keyakinan konsekuensi Menghargai waktu
0.854
Valid
(Z2) Keyakinan konsekuensi Kerja kesar
0.852
Valid
(Z3) Keyakinan konsekuensi Berani mengambil resiko
0.857
Valid
(Z4) Keyakinan konsekuensi Kejujuran
0.854
Valid
(Z5) Keyakinan konsekuensi Percaya Diri
0.852
Valid
(Z6) Keyakinan konsekuensi Tidak mudah menyerah
0.853
Valid
(Z7) Keyakinan konsekuensi Kreatif-inovatif
0.85
Valid
(Z8) Keyakinan konsekuensi Kemandirian
0.854
Valid
(Z9) Keyakinan konsekuensi Kepemimpinan
0.851
Valid
(Z10) Keyakinan konsekuensi Spiritual
0.854
Valid
(Z11) Keyakinan konsekuensi Ketekunan
0.852
Valid
(Z12) Evaluasi konsekuensi Menghargai waktu
0.853
Valid
(Z13) Evaluasi konsekuensi Kerja kesar
0.852
Valid
(Z14) Evaluasi konsekuensi Berani mengambil resiko
0.853
Valid
(Z15) Evaluasi konsekuensi Kejujuran
0.854
Valid
(Z16) Evaluasi konsekuensi Percaya Diri
0.853
Valid
(Z17) Evaluasi konsekuensi Tidak mudah menyerah
0.853
Valid
(Z18) Evaluasi konsekuensi Kreatif-inovatif
0.851
Valid
(Z19) Evaluasi konsekuensi Kemandirian
0.853
Valid
(Z20) Evaluasi konsekuensi Kepemimpinan
0.852
Valid
(Z21) Evaluasi konsekuensi Spiritual
0.854
Valid
(Z22) Evaluasi konsekuensi Ketekunan
0.853
Valid
81
Variabel Indikator
CA
keterangan
(Z23) Keyakinan terhadap harapan organisasi
0.852
Valid
(Z24) Keyakinan terhadap harapan orang tua
0.852
Valid
(Z25) Keyakinan terhadap harapan keluarga
0.852
Valid
(Z26) Keyakinan terhadap harapan guru/dosen
0.854
Valid
(Z27) Keyakinan terhadap harapan teman
0.851
Valid
(Z28) Motivasi untuk patuh terhadap organisasi
0.853
Valid
(Z29) Motivasi untuk patuh terhadap harapan orang tua
0.854
Valid
(Z30) Motivasi untuk patuh terhadap harapan keluarga
0.856
Valid
(Z31) Motivasi untuk patuh terhadap harapan guru/dosen
0.854
Valid
(Z32) Motivasi untuk patuh terhadap harapan teman
0.853
Valid
(Z33) Keyakinan mudah/sulit pada akses ke lembaga keuangan
0.862
Valid
(Z34) Keyakinan mudah/sulit dalam mengatasi kelelahan/kebosanan
0.859
Valid
(Z35) Keyakinan mudah/sulit dalam mengatasi kerumitan berwirausaha
0.858
Valid
(Z36) Keyakinan mudah/sulit dalam memenuhi kesepakatan
0.86
Valid
(Z37) Kekuatan kendali pada akses ke lembaga keuangan
0.865
Valid
(Z38) Kekuatan kendali dalam mengatasi kelelahan/kebosanan
0.865
Valid
(Z39) Kekuatan kendali dalam mengatasi kerumitan berwirausaha
0.862
Valid
(Z40) Kekuatan kendali dalam memenuhi kesepakatan
0.862
Valid
(Z41) Niat berwirausaha secara umum
0.855
Valid
(Z42) Niat berwirausaha pada bidang agribisnis
0.856
Valid
82
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 22 Januari 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs Daludin dan Ibu Nita Hartini. Pada tahun 2000, terdaftar di Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 1 Palembang dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad), Sumedang dan lulus pada tahun 2009. Kemudian pada tahun 2012 penulis melanjutkanstudi program magister sains Agribisnis pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB). Pengalaman organisasi yang pernah diikuti oleh penulis meliputi Pramuka 19941996, Ikatan Pesilat Seluruh Indonesia (IPSI) 2000-2003, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 2006-2009, BEM Kema Fapet Unpad 2006-2009, Kelompok profesi Ternak Unggas (KPTU) 2006-2009, Rabbit Ranch 2007-2009, Tim Teknalogi Informasi Peternakan (TTIP) 2007-2009, Komunitas Wirausaha Mahasiswa UNPAD (DePioneer) 2009-sekarang, Asosiasi Peternak Kelinci Indonesia (APKIN) 2009-2011, Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB (Himawipa IPB) 2013-sekarang. Bogor , Januari 2016
Dani Arisandi