ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “USAHA BERSAMA" DI DESA BULUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU Hasrul
[email protected] (Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract The research aimed at finding out the control of the basic commodity product of fried red onion of Palu variety as the main commodity used at the Home Industry “Usaha Bersama” and analyzing the use of basic commodity to make fried onion. The sample, “Usaha Bersama” in Bulupountu Jaya Village as the place of this research, was stated by using purposive sampling technique. This village was one of the centres for development of red onion variety of Palu and had home industry for producting fried onion in Sigi Regency. Data were collected by using survey and direct observation. The data were analyzed by adopting Economic Order Quantity (EOQ) and Linier Trend Line analyses. The result shows that the optimal purchasing of the basic commodity was 2.192 kilograms per order; then, it was obtained the efficiency of supply restraint cost, 75.262,99 rupiahs (20%). Meanwhile, the result of Linier Trend Line analysis shows that prediction of the basic commodity need from January to December 2013 was 1.423 kilograms for each order. It is suggested that procurement of the basic commodity of Palu red onion variety applied at “Usaha Bersama” could be done by purchasing the commodity with 2.192 kilograms per order and with 8 times a year for the order frequency. Keywords: Supply, red onion variety of Palu, and fried onion. biaya total persediaan dari IRT “Usaha Bersama”.
Ketersediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis bawang goreng. Pengendalian persediaan bahan baku akan menentukan apakah IRT tersebut mampu beroperasi secara bisnis, kualitas terjamin dan kontinyuitasnya. Dengan demikian keberlangsungan persediaan bahan baku akan menentukan tingkat keuntungan IRT. Mengingat konsekwensi logis yang dilematis (kekurangan dan kelebihan) dari persediaan yang sering dialami oleh IRT “Usaha Bersama” dimana ada saat harga bahan baku murah dan pada saat tertentu harga melonjak, bahkan sangat sulit mendapatkan bahan baku, maka perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada tingkat yang optimal menjadi penting. Tujuan pengendalian persediaan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu adalah untuk menjaga ketersediaan stok bahan baku, khususnya dalam mengatur persediaan dan mengurangi risiko serta meminimumkan
METODE Economic Order Quantity (EOQ) Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap (fix cost) dari proses produksi atau pemesanan barang (Baroto, 2002). Model EOQ pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris, dengan rumus : Q*= Dimana, S = biaya pemesanan D = volume pemakaian H = biaya penyimpanan Model tersebut dapat diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: (1) Permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama periode persediaan
34
35 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
(2) Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap (3) Jarak waktu sejak pesanan datang (lead time) pasti (4) Semua biaya diketahui dan bersifat pasti (5) Kekurangan persediaan (stock out) tidak diizinkan (6) Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan. Safety Stock (SS) Safety Stock (SS) atau Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku (stock out) sehingga tidak mengganggu proses produksi. Usaha menjaga dan melindungi kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku, diperlukan persediaan cadangan. Rumus yang digunakan yaitu: SS= k X σt (Ahyari, 1992). Di mana: SS = persediaan pengaman k = faktor pengaman (folicy factors) σt = standar deviasi waktu pelindung Reorder Point (ROP) Reorder Point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah kondisi saat harus dilakukan pemesanan kembali dalam waktu dan jumlah yang tepat. Titik ini menandakan bahwa pemesanan harus dilakukan untuk mengganti persediaan yang telah habis. ROP menunujukkan suatu tingkat persediaan di mana pada saat itu harus dilakukan pesanan. Rumus yang digunakan yaitu: ROP = SS + DL (Render B. dan J. Haizer, 2001). Di mana: ROP = reorder point D = permintaan harian rata-rata L = lead time (Baroto, 2002). ROP tersebut diatas belum termasuk safety stock-nya. Apabila biaya kehabisan bahan baku dianggap penting, maka kehabisan persediaan tidak boleh terjadi. Akibat permintaan yang tidak mungkin konstan dalam Kenyataan, maka kemungkinan kehabisan persediaan ini dapat terjadi. Strategi untuk menghindari kehabisan persediaan ini, model Q memberikan
rekomendasi berupa adanya persediaan dalam jumlah tertentu. Berdasarkan hal ini, maka titik R yang dalam model EOQ adalah sebesar D x L harus ditambah dalam jumlah tertentu sebagai persediaan pengaman. Linear Trend Line Yunarto dan Santika (2005), menyatakan bahwa linear trend line digunakan untuk meramalkan demand dengan komponen trend, apakah itu naik atau turun. Penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi di dalam suatu perusahaan, kadang-kadang manajemen perusahaan yang bersangkutan mempergunakan pola trend. Mempergunakan pola ini, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan mempunyai anggapan dasar bahwa pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke waktu akan mempunyai tingkat perubahan yang tetap. Penambahan atau pengurangan banyaknya bahan baku untuk proses produksi ini dianggap mempunyai pola yang pasti dan tidak berubah dari suatu periode kepada periode yang lainnya. Bentuk umum dari trend garis lurus (Ahyari, 1986), yaitu: Y = a + bX Dimana: Y = peramalan kebutuhan bahan baku a = konstanta, atau sama dengan peramalan kebutuhan bahan baku pada waktu X = 0 b = besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X X = unit waktu. Penyelesaian persamaan tersebut dapat diselesaikan bilamana diketahui terlebih dahulu nilai a dan b, yaitu: a = ∑Y/n b = ∑XY/∑X2 dengan syarat ∑X = 0
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada IRT “Usaha Bersama” Pimpinan IRT “Usaha Bersama” mengatakan bahwa pemesanan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu dilakukan 2 kali
..................... 36
dalam 1 bulan sehingga diperoleh frekwensi pembelian sebanyak 24 kali pada tahun 2012. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa rata-rata pesanan setiap kali pesan sebesar 711,67 kg dengan biaya total persediaan tahun 2012 sebesar Rp. 385.061,11,-.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah Varietas Lembah Palu Berdasarkan Sistem yang digunakan IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012. Notasi Jumlah Variebel Frekwensi (kali) (a) 24,00 Jumlah Pemesanan (kg per pesanan) (b) 711,67 Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan) (c) 13.250,00 Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan) (d) 94,23 Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun) (e)=a X c 318.000,00 Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun) (f)=b X d 67.061.11 Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun) (g)=e + f 385.061,11 Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012 Pengendalian bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu dilakukan sendiri oleh pimpinan IRT “Usaha Bersama”. Pengawasan bahan baku berupa pencatatan keluar masuknya bahan baku dilakukan oleh sekretaris. Proses pemesanan juga dilakukan sendiri oleh pimpinan, mulai dari penentuan harga, kuantitas dan bahan baku yang akan digunakan. Proses dari berapa bahan baku yang digunakan dan berapa lama bahan baku tersebut disimpan serta berapa yang diproduksi sampai pada harga bahan baku semuanya dilakukan pencatatan sehingga IRT “Usaha Bersama” pada tahun 2012 mempunyai data-data akurat. Pengendalian Persediaan Bahan Baku berdasarkan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan biaya total persediaan tahun 2012 pada IRT “Usaha Bersama”. Frekwensi pembelian yang optimal pada tahun 2012 adalah sebanyak 8
kali dengan jumlah pemesanan optimal sebesar 2.192 kg. berbeda dengan hasil perhitungan oleh IRT yang terdapat pada Tabel 1, bahwa frekwensi pembelian pada tahun 2012 adalah 24 kali dengan jumlah pesanan sebesar 711,67 kg. Hal ini terjadi akibat frekwensi pembelian yang tidak terlalu banyak dilakukan. Selisih jumlah pesanan yang dilakukan IRT “Usaha Bersama” dengan jumlah pesanan optimal adalah sebesar 1.480,33 kg. Artinya bahwa semakin sedikit frekwensi pemesanan maka semakin banyak bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu setiap kali pemesanan sehingga akan mengurangi biaya total persediaan pada IRT “Usaha Bersama”. Terdapat selisih antara sistem yang digunakan oleh IRT “Usaha Bersama” dengan metode EOQ yang digunakan yaitu sebesar Rp. 75.262,99,- (20%). Selisih inilah yang disebut efisiensi biaya pengelolaan persediaan bahan baku.
37 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
Tabel 2. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode Economic Order Quantity pada IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012 Variabel Notasi Jumlah Frekwensi Jumlah Pemesanan (kg per pesanan) Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan) Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan) Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun) Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun) Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun) Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012 (1) Safety Stock Rata-rata volume pemakaian per hari diperoleh dari hasil bagi antara volume pemakaian per tahun dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun yakni sebanyak 360 hari yaitu Tabel 3.
(a) (b) (c) (d) (e)=a X c (f)=b X d (g)=e + f
8,00 2.192,00 13.250,00 94,23 103.243,61 206.554,50 309.798,12
sebanyak 47,44 kg. Biaya persediaan pengaman diperoleh dari hasil kali antara persediaan pengaman IRT “Usaha Bersama” dengan biaya penyimpanan yaitu sebesar Rp. 8.941,48.
Kuantitas dan Biaya Persediaan Pengaman Berdasarkan Perhitungan IRT “Usaha Bersama” pada Tahun 2012 Variabel Notasi Jumlah
Volume Pemakaian (kg) Rata-rata Volume Pemakaian Per Hari (kg) Persediaan Pengaman (kg) Biaya Penyimpanan (Rp.) Biaya Persediaan Pengaman (Rp.) Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012 Perhitungan kuantitas dan biaya persediaan pengaman dapat juga dilakukan dengan metode EOQ, dengan mempertimbangkan tingkat pelayanan (level of service) dan standar deviasi waktu pelindung. Dengan metode EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman sebesar 6.199,54 kg dengan biaya persediaan Tabel 4. Kuantitas dan Biaya Persediaan Pengaman IRT “Usaha Bersama” Berdasarkan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2012 Variabel Notasi Jumlah Policy Factors St. Deviasi Waktu Pelindung Persediaan
(k) (σt)
3,09 2.006,32
(S)=k
6.199,54
(a) (b)=a/360 (c)=b X 2 (d) (f)=c X d
17.080,00 47,44 94,89 94,23 8.941,48
pengaman sebesar Rp. 584.189,01,-. Persediaan pengaman diperoleh dari hasil kali antara policy factors (k) dan standar deviasi waktu pelindung. Standar deviasi waktu pelindung (σt) diperoleh dengan mencari rata-rata dan standar deviasi dari pemakaian bahan baku dan waktu tunggu. Pengaman (kg) X (σt) Biaya (Z) 94,23 Penyimpanan (Rp. Per kg) Biaya Persediaan S x Z 584.189,01 Pengaman (Rp.) Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012 IRT “Usaha Bersama” tidak memperoleh efisiensi biaya persediaan pengaman atau akan
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
terjadi penambahan biaya sebesar 6,43% dari biaya yang dikeluarkan. Selisih biaya yang dihasilkan dapat dijelaskan bahwa IRT “Usaha Bersama” tidak memerlukan adanya persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku . Hal tersebut semakin menguatkan data bahwa Desa Bulupountu Jaya merupakan salah satu sentra produksi bawang merah varietas Lembah Palu dan menguatkan asumsi bahwa bawang merah varietas Lembah Palu untuk konsumsi tidak cocok disimpan dalam
..................... 38
jangka waktu lama karena akan mengurangi kuantitas dan kualitasnya. Reorder Point Persediaan maksimum merupakan batas maksimum jumlah persediaan yang diadakan IRT “Usaha Bersama”. Penentuan persediaan maksimum akan mempengaruhi perusahaan dalam menentukan titik pemesanan kembali. Persediaan maksimum diperoleh dari hasil penambahan persediaan pengaman dengan jumlah pesanan yang dilakukan oleh IRT “Usaha Bersama”.
Tabel 5. Persediaan Maksimum IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012 Variebel Notasi Jumlah Persediaan Pengaman (kg) (a) 94,89 Jumlah Pesanan (kg) Persediaan Maksimum (kg)
(b)
711,67
(c)=(a)+(b)
806,56
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012 Persediaan maksimum yang optimal tahun 2012 sebesar 806,56 kg, yang menunjukkan bahwa persediaan maksimum yang harus diadakan IRT “Usaha Bersama” agar tidak terjadi kelebihan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu dengan pertimbangan
biaya dan kapasitas ruang penyimpanan. Sementara metode EOQ menjelaskan bahwa persediaan pengaman tidak diperlukan untuk mengatasi kekurangan bahan baku.
Tabel 6. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali IRT “Usaha Bersama” Berdasarkan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2012. Variebel Notasi Jumlah Waktu Tunggu Rata-rata (hari) L 1,00 Rata-rata Pemakaian (kg per hari) D 47,44 Persediaan Pengaman (kg) S 6.199,54 Titik Pemesanan Kembali (kg) T=D.L 47,44 Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012 Tabel 4 menunjukkan titik pemesanan kembali yang optimal terjadi pada saat persediaan bahan baku berkapasitas 47,44 kg pada tahun 2012, sementara waktu tunggu (lead time) yang optimal bagi IRT “Usaha Bersama” adalah 1 hari. Hal ini memperjelas bahwa kapasitas tersebut tidak sesuai dengan data penggunaan bahan baku yang akan habis selama 4 hari, sementara metode EOQ menjelaskan bahwa frekwensi pemesanan bahan
baku bawang merah varietas Lembah Palu yang optimal dilakukan sebanyak 8 kali, berarti bahan baku tersebut harus tersedia 45 hari sejak dilakukannya pembelian. Artinya bahwa tidak ada bahan baku yang tersisa setelah 4 hari terhitung sejak dilakukannya pembelian.
39 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
Linear Trend Line Analisis linear trend line merupakan salah satu metode dalam peramalan kebutuhan bahan baku yang sangat penting pada IRT “Usaha Bersama” sehingga hubungan antara peramalan dan perencanaan sangat erat, semakin baik peramalan yang ada semakin baik juga perencanaan yang lain, demikian sebaliknya jika peramalan kurang baik maka perencanaan yang lain juga kurang baik. Tabel 7.
Analisis linear trend line dengan formula: Y = a + bX, diperoleh nilai a = 1.423 dan b = 0,00029, dengan demikian bentuk umum dari persamaan trend tersebut adalah, Y = 1.423 + (0,00029)(X). Hasil peramalan kebutuhan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu (Y) menjelaskan bahwa nilai a (1.423) merupakan nilai trend pada saat X=0, dan b (0,00029) merupakan besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X.
Nilai X dan Y bulan Januari sampai Desember Tahun 2013 pada IRT “Usaha Bersama” No. Bulan (2013) X Y = 1.423 + (0,00029) (X) 1. Januari -6 1.423,3316 2. Februari -5 1.423,3319 3. Maret -4 1.423,3322 4. April -3 1.423,3325 5. Mei -2 1.423,3328 6. Juni -1 1.423,3330 7. Juli 1 1.423,3336 8. Agustus 2 1.423,3339 9. September 3 1.423,3342 10. Oktober 4 1.423,3345 11. November 5 1.423,3348 12. Desember 6 1.423,3351 Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Koefisien b menunjukkan bahwa kebutuhan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu periode Januari sampai Desember 2013 cenderung mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penambahan jumlah bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu yang akan dipesan. Hal ini terjadi bilamana tingkat konsumsi bawang goreng Palu tetap. Olehnya pihak IRT “Usaha Bersama” harus mempertahankan pemasok
bahan baku yang selama ini menjadi mitra untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan peramalan pada bulan Januari sampai Desember 2013. Metode EOQ Jika Skala Usaha Diperbesar IRT “Usaha Bersama” berencana akan melakukan pengembangan usaha dengan berbagai terobosan yaitu promosi dan perluasan jangkauan pasar.
Semuel Taruk La’bi, Kajian Pengelolaan Taman Wisata Alam Wera di Kabupaten Sigi Provinsi
Tabel 9.
Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode Skala Usaha diperbesar. Variabel Frekwensi (kali) Jumlah Pemesanan (kg per pesanan) Biaya Pemesanan (Rp. per pesanan) Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per tahun) Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun) Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun) Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun) Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2012
Biaya total pengendalian persediaan bahan baku terdiri atas perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan biaya total pengendalian persediaan dapat dilihat pada Tabel 9. Frekwensi pembelian dilakukan sebanyak 8 kali dengan biaya total pemesanan bahan baku sebesar Rp. 106.000,00,- biaya total penyimpanan bahan baku sebesar Rp. 125.859,30,- sehingga biaya total persediaan sebesar Rp. 231.859,30,-. Analisis EOQ menjelaskan bahwa IRT “Usaha Bersama” sudah sepantasnya melakukan pengembangan usaha. Hasil tersebut sejalan dengan peningkatan produktivitas yang direncanakan setelah penerapan IPTEKDA yaitu terjadi peningkatan produksi 75% dari 250 kg per bulan menjadi 437,50 kg dengan asumsi bahwa: bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu mudah didapatkan; pengembangan jejaring pasar para pengrajin bawang goreng Palu khususnya di Kabupaten Sigi dan swalayan/supermarket di Kota Palu; dan tersedianya paket teknologi yang memadai dan sesuai GAP/SOP dalam proses produksi (Kassa, 2013).
2.
3.
4.
SIMPULAN 1. Pembelian bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu untuk produksi bawang goreng Palu yang optimal menurut Economic Order Quantity selama periode 2012 pada IRT “Usaha Bersama” untuk setiap kali pesan lebih besar daripada
5.
..................... 40
Persediaan Bahan Baku Bawang Merah EOQ pada IRT “Usaha Bersama” Jika Notasi (a) (b) (c) (d) (e)=a X c (f) (g)=e + f
Jumlah 8,00 2.299,50 13.250 82,10 106.000,00 125.859,30 231.859,30
kebijakan yang dikeluarkan, hal ini terjadi akibat frekwensi pembelian yang tidak terlalu banyak dilakukan. Pembelian bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu untuk proses produksi bawang goreng Palu yang optimal untuk periode 2012 sebesar 2.192 kg per pesanan. Biaya total persediaan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu untuk proses produksi yang dikeluarkan IRT “Usaha Bersama” pada periode 2012 menurut metode Economic Order Quantity lebih kecil dari kebijakan yang dikeluarkan. Total biaya persediaan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu menurut Economic Order Quantity untuk periode 2012 sebesar Rp. 309.798,12,Efisiensi biaya pengendalian persediaan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu pada IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012 dapat diturunkan sebesar Rp. 75.262,99,- atau sebesar 20%. Hal ini terjadi karena frekwensi pemesanan sebanyak 8 kali dan jumlah pesanan bertambah. Biaya operasional atau biaya total pemesanan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu manakala skala usaha pada IRT “Usaha Bersama” diperbesar adalah sebesar Rp. 106.000,- per tahun. Artinya bahwa tidak terjadi penambahan biaya yang besar. Hasil peramalan kebutuhan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu berdasarkan pola kecenderungan garis lurus
41 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 3 Nomor 1, Januari 2014 hlm 34-41
(Linear Trend Line) mengalami kenaikan diakibatkan tingkat konsumsi/pembelian konsumen diprediksikan akan meningkat. DAFTAR RUJUKAN Ahyari, A. 1986. Manajemen Produksi “Pengendalian Produksi. Edisi 4 buku 1. Yogyakarta: BPFE. . 1992. Efisiensi Persediaan Bahan: Buku Pegangan Untuk PerusahaanPerusahaan Kecil dan Menengah. Yogyakarta: BPFE. Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Kassa, S. 2013. Peningkatan Daya Saing Produk Bawang Goreng Melalui Kemitraan dalam rangka Perluasan Jangkauan Pasar dari Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Laporan Kegiatan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA) XV LIPI. Palu: UNTAD. Render, B. dan J. Haizer. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia. Yunarto, H.I. dan Santika, M.G. 2005. Business Concepts Implementation Series in Inventory Management. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo.