NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)
Oleh: Rianti TM Marbun A14204006
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RIANTI TM MARBUN. Nilai Kerja Pertanian Pada Mahasiswa Batak Toba (Studi Kasus Mahasiswa Semester VI Institut Pertanian Bogor). Di bawah bimbingan DJUARA P LUBIS. Gejala kurangnya minat pemuda untuk bekerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh nilai kerja. Nilai kerja ini dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang diterima pemuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kerja pertanian mahasiswa Batak Toba serta mengidentifikasi hubungan proses sosialisasi dalam keluarga terhadap nilai kerja pertanian pada mahasiswa Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor selama dua bulan (Mei sampai Juni 2008). Responden dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 dikenal sebagai Angkatan 42 yang aktif mengikuti perkuliahan sampai Semester VI Institut Pertanian Bogor. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder yang dilakukan melalui dua tahap yaitu pengumpulan data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner, kemudian tahap kedua pengumpulan data kualitatif melalui diskusi kelompok. Data kuantitatif tersebut dianalisi melalui bantuan tabel frekuensi dan tabulasi silang atau dengan perhitungan statistik komputer SPSS dengan uji chi-square. Mahasiswa suku Batak di IPB Angkatan 42 mencapai 190 orang. Mereka terdiri dari 67 orang perempuan dan 39 orang laki-laki. Ditinjau dari posisi dalam keluarga, tujuh orang merupakan anak tunggal, 34 orang anak sulung, 25 orang anak bungsu dan empat orang anak tengah. Mahasiswa Batak Toba terbanyak berada pada Fakultas Ekonomi Manajemen. Ditinjau dari aktivitas sosial, mayoritas mahasiswa mengikuti organisasi kampus. Berdasarkan karakteristik orangtua, mayoritas orangtua responden memiliki tingkat pendidikan kategori
sedang yaitu SMP sampai SMA, tingkat pendapatan kategori rendah (Rp.0,sampai Rp. 2,5 juta) dan mayoritas bekerja sebagai non-petani. Selanjutnya, ditinjau dari kepemilikan lahan, 44 orangtua responden memiliki lahan dan 62 orangtua tidak memiliki lahan. Orangtua responden yang berasal dari Tapanuli berjumlah 58 orang dan 48 orang berasal dari luar Tapanuli. Mahasiswa mengalami sosialisasi nilai kerja pertanian dengan kategori rendah, karena mahasiswa tidak diajak ke sawah atau lahan pertanian dan tidak diajarkan bertani oleh agen sosialisasi. Rendahnya sosialisasi ini karena mereka tidak memiliki lahan dan tinggal di kota yang jauh dari keberadaan sawah serta orangtua telah memberikan kebebasan kepada anak-anaknya mengenai pekerjaan yang mereka inginkan sesuai dengan keterampilan dan minat. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua maka proses sosialisasi nilai kerja pertanian semakin rendah. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi diharapkan sebagai jalan untuk menghindar dari pekerjaan sebagai petani. Semakin tinggi pendapatan, orangtua cenderung melakukan proses sosialisasi nilai kerja pertanian rendah. Orangtua yang bekerja sebagai petani cenderung kurang memberikan sosialisasi nilai kerjanya karena menurut orangtua pekerjaan sebagai non-petani lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Apalagi orangtua yang pekerjaannya bukan petani tentu lebih cenderung tidak mensosialisasi nilai kerja pertanian karena pekerjaannya bukanlah petani sehingga untuk memberikan sosialisasi nilai kerja pertanian tidak berlangsung. Responden yang memiliki lahan tidak selalu mendapat sosialisasi nilai kerja pertanian. Keinginan yang besar untuk merantau mencari penghidupan yang layak inilah yang terjadi hingga tak jarang para pemuda lebih senang dengan gaya hidup di kota dan meninggalkan pertanian.
Keengganan para pemuda untuk bekerja di sektor pertanian terjadi juga pada generasi Batak Toba. Kehidupan kota yang jauh dari pertanian seringkali dianggap sebagai gaya hidup modern Secara umum mahasiswa Batak Toba menilai kerja pertanian sebagai pekerjaan yang tidak baik dan tidak buruk. Hal ini disebabkan bahwa pekerjaan pertanian dipandang sebagai pekerjaan sulit dan dianggap ‘kurang berkelas’ dan cenderung dilakukan oleh kalangan berpendidikan rendah. Nilai kerja pada masyarakat Batak dipengaruhi status sosial yang diterima dengan jenis pekerjaan tertentu. Status sosial yang merupakan cita-cita hidup masyarakat Batak adalah terwujudnya tiga konsep 3H yaitu hagabeon (keturunan), hamoraon (kekayaan) dan hasangapon (kehormatan). Biasanya cita-cita seorang anak etnis Batak Toba akan dipengaruhi oleh cita-cita keluarga, hal ini dipandang sebagai kewajiban sebagai anak. Mengingat arti penting nilai 3H maka nilai budaya berhubungan dengan nilai kerja pertanian mahasiswa. Hasil pembahasan menunjukkan nilai kerja pertanian mahasiswa tidak berhubungan secara nyata dengan sosialisasi nilai budaya karena orangtua telah menganggap anak yang mencapai pendidikan sampai perguruan tinggi telah mampu mempertimbangkan mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Namun, orangtua masih memberikan nilai-nilai tentang kerja melalui harapan-harapan bahwa anak harus lebih tinggi dalam segala hal dari orangtua, misalnya pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Orangtua tidak menekankan secara khusus tentang nilai terhadap pekerjaan tertentu, yang terpenting bagi orangtua pekerjaan tersebut akan membawanya ke status sosial yang lebih tinggi.
NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)
Oleh: Rianti TM Marbun A14204006
SKRIPSI Sebagai prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa
: Rianti TM Marbun
NRP
: A14204006
Program Studi
: Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dengan Judul
: Nilai Kerja Pertanian Pada Mahasiswa Batak Toba (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 131 476 600 Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA” (KASUS PADA MAHASISWA ANGKATAN TAHUN 2005 INSTITUT PERTANIAN BOGOR) BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI HASIL KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI, TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN SURAT PERNYATAAN INI SAYA BUAT
DENGAN
SESUNGGUHNYA
DAN
SAYA
BERSEDIA
MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Agustus 2008
Rianti TM Marbun A14204006
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1986 di Pangururan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari Ayah Jaingot Marbun dan Ibu Linda Sinurat. Pendidikan formal yang dilalui adalah di SDN No. 173741 Pangururan tahun 1998, kemudian melanjut ke SMP N 1 Pangururan dan lulus tahun 2001 dan tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan di SMU N 1 Panguruan. Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) yang terdaftar di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi di kampus yaitu PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) serta mengikuti berbagai kepanitiaan, seperti Perayaaan Natal IPB tahun 2007.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul Nilai Kerja Pertanian Pada Mahasiswa Batak Toba, kasus mahasiswa Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor. Sebagai anggota masyarakat Batak sekaligus mahasiswa IPB, penulis tertarik untuk meneliti latarbelakang mahasiswa IPB yang lahir sebagai bagian dari komunitas Batak yang sangat kental dengan budayanya. Budaya yang sangat unik dan diturunkan dari generasi ke generasi membuat penulis tertarik meneliti hubungan antara sosialisasi budaya dengan nilai kerja khususnya pertanian. Hasil penelitian ini menjadi salah satu tugas akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sudi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi in. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
UCAPAN TERIMAKSIH Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan kasihnya dalam segala aktivitas kehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr.Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberi motivasi, saran, kritik yang bersifat membangun serta arahan dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. 2. Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS sebagai dosen penguji utama dalam sidang yang telah memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Ratri Virianita, S.Sos, Msi sebagai dosen penguji skripsi perwakilan dari komisi pendidikan. 4. Dr.Ir. Arya H. Dharmawan, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas perhatian dan masukan berharga. 5. Seluruh responden mahasiswa-mahasiswi IPB Angkatan 42, atas kerjasama selama penelitian. 6. Oma dan Bapa, serta Kak Mey, Bang Hendra, adikku Eldo dan Miranda serta saudara-saudara yang tidak saya sebut satu persatu atas dukungan dan doa-doanya. 7. Penghuni Pondok Putri PPYN (Mirce, Shera, Doris, Rohani, Titin, Desy, Jo’e, Wenny) atas kebersamaannya, doa dan dukungannnya. 8. Teman-teman di Bogor (Kak Eboy, Kak Melda, Sari dan Kak Ndunk), atas kebersamaannya dan dukungan serta doanya.