II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Sistem Informasi Menurut Sutedjo (2002), sistem adalah kumpulan elemen yang saling
berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Sutanta (2003), sistem adalah sekumpulan elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan. Menurut Sutedjo (2002), informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untuk menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. Sedangkan menurut Sutanta (2003), informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang. Menurut Sutedjo (2002), sistem informasi adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lainyang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan, serta mendistribusikan informasi. Sedangkan menurut Jogiyanto (2007), sistem Informasi adalah suatu tipe khusus dari sistem kerja yang fungsi internalnya terbatas pada pemrosesan informasi dengan enam tipe operasi: menangkap (capturing), mentransmisikan (transmitting), menyimpan (storing), mengambil (retrieving), memanipulasi (manipulating), dan menampilkan (displaying) informasi. Selain mendukung pembuatan keputusan, koordinasi dan pengawasan, sistem informasi dapat membantu manajer dalam menganalisa masalah, membuat masalah-masalah kompleks dan menciptakan produk-produk baru. Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja diperlukan.
5
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan blok kendali. Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu sama lainya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran (Jogiyanto, 2005). a) Blok masukan. Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar. b) Blok model. Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. c) Blok keluaran. Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem. d) Blok teknologi. Teknologi merupakan tool box dalam sistem informasi, teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. e) Blok basis data. Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya.
6
f) Blok kendali. Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan, kegagalan sistem itu sendiri, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahankesalahan dapat langsung diatasi.
2.2
Standar Nasional Pendidikan (SNP) Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Standar Nasional
Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Uraian setiap standar dimaksud ialah sebagai berikut: a. Standar Isi Mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi secara keseluruhan mencakup: • Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. • Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah. • Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari Standar isi. • Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. b. Standar proses Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan
untuk
mencapai
7
kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar Proses membantu terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar proses meliputi: • Perencanaan proses pembelajaran. Perencanaan
proses
pembelajaran
meliputi
silabus
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. • Pelaksanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran antara lain rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran antara lain kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. • Penilaian hasil pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
8
• Pengawasan proses pembelajaran. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, serta pelaporan dan tindak lanjut. c. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. d. Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan. Pendidik dan Tenaga Kependidikan disini antara lain pengawas, kepala sekolah, guru, tata usaha, staf perpustakaan, staf laboratorium dan konselor. e. Standar Sarana dan Prasarana Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.Sebuah SMA
sekurang-kurangnya
memiliki
prasarana
ruang
kelas,
ruang
perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga. f. Standar Pengelolaan Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
9
g. Standar Pembiayaan Standar biaya operasi non personalia untuk SMA adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 (satu) tahun untuk SMA sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. h. Standar Penilaian Pendidikan Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu cara untuk menilai kriteria sekolah yang telah memenuhi/hampir memenuhi SNP adalah dengan melakukan analisis pencapaian SNP yaitu kegiatan untuk menguraikan, mengidentifikasi antara kondisi nyata sekolah dengan kondisi ideal yang merupakan kriteria minimal sebagaimana terdapat pada SNP. Analisis pencapaian SNP dapat dilakukan dengan menginventarisasi kondisi satuan pendidikan, yaitu proses pengumpulan, pencatatan data dan informasi pendukung tentang kondisi nyata sekolah. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
2.3
Arsitektur Enterprise Dalam mengkaji arsitektur enterprise, pertama yang harus diperhatikan
adalah pembentuk kata. Kata arsitektur enterprise terbentuk dari kata arsitektur dan enterprise.
Arsitektur
merupakan
perancangan
dari
suatu
benda
atau
merepresentasikan suatu gambaran yang sesuai dengan suatu obyek sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan kebutuhan dan berkualitas (Zachman, 1997). Menurut Surendro (2007) arsitektur menyiratkan suatu perencanaan yang diwujudkan dengan model dan gambar dari komponen dari sesuatu dengan
10
berbagai sudut pandang. Untuk definisi enterprise mengandung arti keseluruhan komponen pada suatu organisasi dibawah kepemilikan dan kontrol organisasi tunggal (Lankhorst et al. 2005). Dari
definisi
tersebut,
pengorganisasian data yang
arsitektur
enterprise
dihasilkan oleh
merupakan
organisasi
yang
kegiatan kemudian
dipergunakan untuk mencapai tujuan proses bisnis dari organisasi tersebut (Mutyarini & Sembiring, 2006). Sedangkan menurut CIO Council (2001) merupakan basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengpenerapan kan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan misi. Dengan memahami pengertian arsitektur, enterprise, dan arsitektur enterprise, maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur enterprise mengandung arti perencanaan, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan konektifitas dari berbagai komponen yang menyusun suatu enterprise yang diwujudkan dalam bentuk model dan gambar serta memiliki komponen utama yaitu
arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur aplikasi, dan
arsitektur teknologi (Parizeu 2002). Hasil dari arsitektur enterprise ini terdiri dari dokumen-dokumen seperti gambar, diagram, model, serta dokumen dalam bentuk teks yang akan menjelaskan seperti apa sistem informasi yang dibutuhkan suatu organisasi. Arsitektur enterprise akan dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan sistem informasi. Pengembangan sistem tanpa memiliki arsitektur yang baik akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal (Lankhorst et al. 2005). Latar belakang dibentuknya konsep architecture enterprise adalah adanya kebutuhan organisasi dalam membangun sistem informasi untuk memisahkan data, proses, infrastruktur teknologi, orang, waktu, dan motivasi dalam suatu kerangka kerja architecture enterprise (Zachman, 2003). Kebutuhan pemisahan komponen informasi yang berjalan dalam suatu perusahaan dimaksudkan untuk menghindari pengulangan data, proses, dan kesalahan identifikasi kebutuhan teknologi yang berjalan dalam suatu sistem informasi agar berjalan secara efektif dan efisien. Mengapa harus memiliki arsitektur enterprise? Karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin kompleks, menuntut hadirnya
11
rancang bangun yang komprehensif. Ada beberapa manfaat dari arsitektur enterprise (Katili, 2004), antara lain: • Memperlancar proses bisnis Keuntungan dasar dalam membangun sebuah arsitektur enterprise adalah untuk menemukan dan mengurangi pengulangan pada proses bisnis. Penyebab pengulangan ini dikarenakan pandangan organisasi yang berbeda-beda pada data atau proses bisnis. Pendekatan dasar untuk membangun arsitektur enterprise adalah memfokuskan pada data dan proses. • Mengurangi kerumitan Sistem Informasi Suatu kerangka kerja mengurangi kerumitan sistem informasi. Hal itu dicapai melalui suatu proses identifikasi dan mengurangi pengulangan pada data dan perangkat lunak. Kesederhanaan pada aplikasi dan database juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu sistem informasi. • Memungkinkan integrasi melalui data sharing Arsitektur enterprise mengidentifikasikan standar data untuk digunakan bersama (share). Contoh kebanyakan perusahaan mempunyai data pelanggan dan data pasar, tetapi data tersebut tersimpan dalam basis data yang berbedabeda. Arsitektur enterprise membentuk kompatibilitas dari data yang digunakan (share) tersebut. Kompabilitas data menyediakan suatu data standar disimpan pada data warehouse untuk riset dan analisis pasar. Suatu rancangan arsitektur yang baik tidak hanya memperlancar value chain perusahaan, tetapi juga dapat menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk menghubungkan value chain antar perusahaan. • Mempercepat evolusi teknologi baru Teknologi client/server berkisar pada pemahaman data dan proses yang membentuk dan mengaksesnya. Selama arsitektur enterprise distrukturkan berdasarkan data dan proses serta tidak adanya pengulangan pada sesuatu yang sama, maka teknologi client/server dapat berjalan dengan baik dalam suatu sistem informasi di suatu perusahaan/institusi.
12
2.4 Kerangka Kerja Arsitektur Enterprise Kerangka kerja bisa diartikan sebagai sejumlah pemikiran, konsep, ide atau asumsi yang digunakan untuk mengorganisasikan proses pemikiran tentang sesuatu atau situasi. Kerangka kerja ini juga dapat dianggap sebagai dasar berpikir untuk mengelompokkan dan mengorganisasikan representasi sebuah perusahaan yang penting bagi manajemen perusahaan dan pengembangan sistem selanjutnya (Zachman 1996). Menurut CIO Council (2001) sebuah architecture framework adalah tool yang bisa digunakan untuk mengembangkan cakupan luas dari arsitekturarsitektur yang berbeda. Arsitektur enterprise harus mendeskripsikan sebuah metode untuk mendesain sistem informasi dalam term kumpulan building block dan memperlihatkan bagaimana building block tersebut sesuai satu dengan lainnya. Penggunaan arsitektur enterprise framework akan mempercepat dan menyederhanakan pengembangan arsitektur, memastikan cakupan komplit dari solusi desain dan memastikan arsitektur yang terpilih akan memungkinkan pengembangan di masa depan sebagai respon terhadap kebutuhan bisnis (Setiawan, 2009a).
2.5 Survei terhadap Arsitektur Enterprise Saat ini ada beragam jenis framework yang menunjukkan perkembangan konsep arsitektur enterprise, diantaranya adalah Zachman framework, Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF), DoD Architecture Framework (DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), serta The Open Group Architectural Framework (TOGAF). Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Institute For Enterprise Architecture Development (IFEAD) tahun 2005, framework yang paling banyak digunakan dalam dunia industri maupun pemerintahan adalah Zachman (25%), TOGAF (11%), dan FEAF (9%). Hasil perbandingan penggunaan jenis framework terlihat pada Gambar 1.
13
Gambar 1 Hasil survei pemakaian framework (IFEAD 2005).
2.6 Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) Federal Enterprise Architecture Framework (FEAF) merupakan sebuah framework yang diperkenalkan pada tahun 1999 oleh Federal CIO Council. FEAF ini ditujukan untuk mengembangkan EA dalam Federal Agency atau sistem yang melewati batas multiple inter-agency. FEAF menyediakan standar untuk mengembangkan dan mendokumentasikan deskripsi arstitektur pada area yang menjadi prioritas utama. FEAF ini cocok untuk mendeskripsikan arsitektur bagi pemerintahan Federal. FEAF membagi arsitektur menjadi area bisnis, data, aplikasi dan teknologi, dimana sekarang FEAF juga mengadopsi tiga kolom pertama pada Zachman framework dan metodologi perencanaan arsitektur enterprise oleh Spewak.
14
Gambar 2 Struktur komponen FEAF (CIO Council 2001). Pada FEAF arsitektur yang ada (Gambar 2) diperuntukkan sebagai reference point untuk memfasilitasi koordinasi yang efektif dan efisien dari proses bisnis yang umum, penyisipan teknologi, aliran informasi dan investasi pada Federal Agencies. FEAF menyediakan sebuah struktur untuk mengembangkan, memelihara dan mengpenerapan kan lingkungan operasional pada top-level dan mendukung penerapan dari sistem TI. Pada Gambar 3 menunjukkan gambaran matriks 5 x 3 FEAF dengan tipe-tipe arsitektur pada sumbu mendatar dan perspektif pada sumbu lainnya. Hubungan antara produk arsitektur enterprise terdapat pada cells matriks.
Gambar 3 Matriks arsitektur FEAF (CIO Council 2001).
15
Karakteristik dari FEAF: a. Merupakan arsitektur enterprise Reference Model b. Standar yang dipakai oleh pemerintahan Amerika Serikat c. Menampilkan perspektif view yang menyeluruh d. Merupakan tool untuk perencanaan dan komunikasi
2.7 Zachman Framework Zachman framework merupakan salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk mengembangkan arsitektur enterprise yang diperkenalkan oleh John Zachman sejak tahun 1987. Ia menemukan bahwa dokumen-dokumen enterprise itu bermacam-macam, ada yang berbentuk teks, diagram, gambar dan lain-lain. Dokumen-dokumen ini kadang menjelaskan hal yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Agar dokumen tersebut dapat mudah dipahami dan dikelola, maka Zachman mengusulkan agar dokumen tersebut dikelompokkelompokkan. Kerangka kerja Zachman merupakan suatu alat bantu yang dikembangkan untuk memotret arsitektur organisasi dari berbagai sudut pandang dan aspek, sehingga didapatkan gambaran organisasi secara utuh (Setiawan, 2009a). Pada dasarnya kerangka kerja Zachman sebagai alat bantu berpikir (Zachman 1996), yang dapat membantu
arsitek dan manager dalam mengisolasi,
memodulasi, dan memetakan masalah sehingga menjadi lebih sederhana, lebih mudah dipahami dan lebih fokus. Kerangka kerja Zachman tidak harus digunakan untuk keseluruhan enterprise secara seketika karena akan memakan terlalu banyak waktu dan biaya. Penggunakan kerangka kerja ini dapat dilakukan secara bertahap berbasis pada pendekatan “sepotong-sepotong”. Ini berarti memecah proyek arsitektur enterprise menjadi proyek berdasarkan skala prioritas.Kerangka kerja Zachman untuk arsitektur enterprise terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris dapat dilihat pada Gambar 4.
16
17
Gambar 4 Kerangka Kerja Zachman untuk Arsitektur Enterprise (Spewak 1992).
Zachman Framework merupakan skema untuk melakukan klasifikasi pengorganisasian artifak enterprise. Zachman framework terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris. Tiap baris menyajikan perspektif dari sudut pandang perencana (planner), pemilik (owner), perancang (designer), pengembang (builder), subkontraktor (sub-contractor) dan functioning enterprise . Tiap kolom merepresentasikan fokus, abstraksi, atau topik arsitektur enterprise, yaitu: data, fungsi, jaringan, manusia, waktu, dan motivasi. Secara rinci, setiap baris dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan perspektif berikut: • Perencana (planner): menetapkan konteks, latar belakang, dan tujuan. • Pemilik (owner): menetapkan model konseptual dari enterprise. • Perancang
(designer):
menetapkan model sistem informasi sekaligus
menjembatani hal yang diinginkan pemilik dan hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan fisik. • Pengembang (builder): menetapkan model teknis dan fisik yang digunakan dalam mengawasi penerapan teknis dan fisik. • Subkontraktor (sub-contractor): menetapkan peran dan rujukan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan sistem informasi. • Functioning enterprise: merepresentasikan perspektif pengguna dan wujud nyata hasil penerapan . Dan untuk tiap kolom dalam kerangka kerja Zachman merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik arsitektur enterprise, yaitu: • What (data) Menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam bisnis. Kesatuan tersebut adalah hal-hal yang informasinya perlu dipelihara. • How (function) Mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga dipertimbangkan di kolom ini. • Where (networks) Menunjukkan lokasi geografis dan hubungan antara aktivitas dalam organisasi, meliputi lokasi geografis bisnis yang utama.
18
• Who (people) Mewakili manusia dalam organisasi dan metric untuk mengukur kemampuan dan kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan dengan antar muka pengguna dan hubungan antara manusia dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. • When (time) Mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria kinerja. Kolom ini berguna untuk mendesain jadwal dan memproses arsitektur. • Why (motivation) Menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya. Disini terlihat tujuan, sasaran,
rencana
bisnis,
arsitektur
pengetahuan,
alasan
pikiran
dan
pengambilan keputusan dalam organisasi. Framework Zachman bukan suatu metodologi untuk membuat penerapan dari suatu obyek, tapi merupakan ontologi untuk menggambarkan arsitektur enterprise. Ontologi adalah suatu struktur sedangkan metodologi adalah suatu proses.
2.8
The Open Group Architecture Enterprise (TOGAF) TOGAF memberikan metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola
serta mengpenerapan kan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (Open Group, 2011b). ADM merupakan hasil dari kontribusi secara terus menerus dari banyak pelaksana arsitektur. ADM menggambarkan sebuah metoda untuk membangun sebuah arsitektur enterprise, dan membentuk inti dari TOGAF. Metode ini menggabungkan elemen dari TOGAF dengan kebutuhan bisnis dan TI organisasi (Open Group, 2011b). ADM juga bisa digunakan
sebagai
panduan
atau
alat
untuk
merencanakan,
merancang,
mengembangkan, dan mengpenerapan kan arsitektur sistem informasi untuk organisasi (Yunis & Surendro, 2008). TOGAF ADM seperti ditunjukkan pada Gambar 5, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengidentifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.
19
Gambar 5 TOGAF Architecture Development Method (Land et al. 2009). TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi (Open Group, 2011). Prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Prinsip Enterprise Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
b.
Prinsip Teknologi Informasi (TI) Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
20
c.
Prinsip Arsitektur Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengpenerapan kannya. TOGAF ADM terdiri dari 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle) yaitu
Architecture
Vision,
Business
Technology
Architecture,
Architecture,
Opportunities
and
Information Solution,
System
Architecture,
Migration
Planning,
Implementation Governance,dan Architecture Change Management. TOGAF ADM juga merupakan metode yang bersifat generik dan mudah di penerapan kan berdasarkan kebutuhan banyak organisasi, baik organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi (Mutyarini & Sembiring, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka, bisa dimodelkan secara umum bagaimana tahapantahapan dari TOGAF ADM tersebut dilaksanakan dalam model perancangan arsitektur enterprise, hal ini bisa dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Model perancangan arsitektur enterprise dengan TOGAF ADM (Open Group 2009c).
21
2.9
Pemilihan Architecture Enterprise Framework Untuk memilih sebuah arsitektur enterprise framework terdapat kriteria yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai acuan (Setiawan 2009b), yaitu: •
Tujuan dari arsitektur enterprise dengan melihat bagaimana definisi arsitektur dan pemahamannya, proses arsitektur yang telah ditentukan sehingga mudah untuk diikuti, serta dukungan terhadap evolusi arsitektur.
•
Input untuk aktivitas arsitektur enterprise seperti pendorong bisnis dan input teknologi.
•
Output dari aktivitas arsitektur enterprise seperti model bisnis dan desain transisional utnuk evolusi dan perubahan. Framework merupakan sebuah bagian penting dalam pendesainan arsitektur
enterprise yang seharusnya memiliki kriteria: a.
Reasoned. Framework yang masuk akal yang dapat memungkinkan pembuatan arsitektur yang bersifat deterministik ketika terjadi perubahan batasan dan tetap menjaga integritasnya walaupun menghadapi perubahan bisnis dan teknologi serta demand yang tak terduga.
b.
Cohesive. Framework yang kohesif memiliki sekumpulan perilaku yang akan seimbang dalam cara pandang dan ruang lingkupnya.
c.
Adaptable. Framework haruslah bisa beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin sangat sering terjadi dalam organisasi.
d.
Vendor-independent. Framework haruslah tidak tergantung pada vendor tertentu untuk benarbenarmemaksimalkan benefit bagi organisasi.
e.
Technology-independent. Framework haruslah tidak tergantung pada teknologi yang ada saat ini, tapi dapat menyesuaikan dengan teknologi baru.
f.
Domain-neutral. Adalah atribut penting bagi framework agar memiliki peranan dalam pemeliharaan tujuan organisasi.
22
g.
Scalable. Framework haruslah beroperasi secara efektif pada level departemen, unit bisnis, pemerintahan dan level korporat tanpa kehilangan fokus dan kemampuan untuk dapat diaplikasikan.
Perbandingan ketiga framework yang banyak digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam prakteknya EA Framework yang ada tidak ada yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan penggunaan EA framework di masing-masing enterprise bisa menjadi berbeda. Hal ini tergantung dengan karakteristik dari enterprise itu sendiri, fokus yang ingin dicapai dan lainlain. Tabel 1 Perbandingan EA Framework (Setiawan 2009b)
Definisi arsitektur dan pemahamannya Proses arsitektur yang detail Support terhadap evolusi arsitektur Standardisasi Architecture Knowledge Base Pendorong bisnis Input teknologi Desain tradisional Model bisnis Menyediakan prinsip arsitektur
FEAF
Zachman
ada
parsial
tidak
ada
ada
tidak
tidak
tidak
ada
Tidak
ada ada
parsial tidak
ada
tidak
ada hanya untuk Karakteristik FEAF
ada tidak
TOGAF Pada fase preliminary Delapan fase detail pada ADM Pada fase migration planning ada ada ada ada Pada fase migration planning ada ada
Dari hasil pemetaan kriteria tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk studi kasus enterprise dimana masih belum terdapat arsitektur enterprise dan memiliki keperluan untuk pengembangan arsitektur enterprise yang mudah dan jelasserta sesuai maka arsitektur enterprise framework yang cocok digunakan adalah TOGAF.
23
3.10 Rantai Nilai (Value Chain) Rantai nilai (value chain) Porter dapat dijadikan langkah awal dalam memodelkan bisnis dengan mendefinisikan area fungsional utama. Gambar 7 menunjukan rantai nilai Porter yang terdiri dari aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung (support activities) (Porter 1985).
Gambar 7 Value Chain Diagram (TOGAF 2009) Aktivitas utama (primary activities) pada rantai nilai ini adalah sebagai berikut: a. Inbound logistic : aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan penerimaan, penyimpanan, dan penyebaran. b. Operations : aktivitas yang mentransformasikan masukan jadi keluaran c. Outbound logistic : aktivitas yang berhubungan dengan menyebarkan produk/jasa kepada pelanggan d. Marketing dan sales : kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran dan penjualan, diantaranya penelitian pasar dan promosi. e. Service : kegiatan yang berhubungan dengan penyedia layanan untuk meningkatkan pemeliharaan produk seperti instalasi, pelatihan, perbaikan, suplai bahan, dan perawatan Aktivitas pendukung (support activities) adalah kegiatan yang mendukung aktivitas utama, tidak terlibat langsung dalam produksi, namun memiliki potensi meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Kegiatan pendukung yang digambarkan Porter adalah sebagai berikut: a. Firm Infrastructure : terdiri atas sistem dan fungsi pendukung, diantaranya finance, planning, quality control, dan general senior management.
24
b. Human Resources Management : berhubungan dengan aktivitas rekruitment, pengembangan, pelatihan, memotivasi, serta pemberian penghargaan kepada tenaga kerja. c. Technology Development : aktivitas yang terkait produk, proses perbaikan, perancangan
peralatan,
pengembangan
perangkat
lunak
komputer,
sistem
telekomunikasi, kapabilitas basis data baru, dan pengembangan dukungan sistem berbasis komputer. d. Procurement : kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana sumber daya diperoleh diantaranya fungsi pembelian input yang digunakan dalam value chain organisasi. Istilah margins menyiratkan organisasi mendapat suatu keuntungan melalui kinerja yang efektif dan efisien yang bergantung pada kemampuan untuk mengatur keterkaitan antar semua aktivitas didalam rantai nilai tersebut. Keterkaitan itu dapat berupa arus informasi, barang dan jasa, serta sisten dan prosedur untuk menjalankan aktivitas.
25