LAPORAN TAHUNAN 2016
I. PENDAHULUAN BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu proaktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian, khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberikan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahanpermasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah. Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, Tanaman
Perkebunan,
Pengembangan
Usaha
Tanaman Agribisnis
Hortikultura, Perdesaan
Kawasan
(PUAP),
Peternakan,
Katam,
Analisis
Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian, KBI dan KBD mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung. Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung selama Tahun 2016 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahunan ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu keberhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan BPTP Lampung pada TA. 2016.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
1
LAPORAN TAHUNAN 2016
II. ORGANISASI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/ 2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan fungsi : (1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan. (4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan
hasil
pengkajian,
perakitan
dan
pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003, BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumberdaya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP), dan Kelji Sosial Ekonomi. Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari : a.
Subbagian Tata Usaha
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
2
LAPORAN TAHUNAN 2016 Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga. b.
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan, dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
c.
Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KEPALA BPTP
Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Pelaporan dan Sarana Pengkajian
Pendayagunaan Hasil Pengkajian
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
Kasubbag Tata Usaha
Koordinator Rumah Tangga
Koordinator Kepegawaian
Koordinator Program dan Evaluasi Kepala KP. Natar
Kepala KP. Tegineneng
Kelji Budidaya
Kepala Lab Diseminasi Masgar
Kelji Sumberdaya
Kelji Sosial Ekonomi
Kelji MTHP
Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
3
LAPORAN TAHUNAN 2016
III. KELEMBAGAAN A.
PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI
Visi Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat. Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2015 Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika berkelanjutanl.” Misi Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan misinya yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan mendiseminasikan
inovasi
pertanian
tropika
unggul
dalam
rangka
peningkatan scientific recognition dan impact recognition. Tujuan Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran akan mem-berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai. Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
4
LAPORAN TAHUNAN 2016 tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP Lampung ke depan. Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced
technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika iklim. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional. Sasaran
Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi
untuk
mencapai
sasaran
tersebut
adalah
melalui
penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi. Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
5
LAPORAN TAHUNAN 2016 Sasaran 3: Tersedianya model-model pertanian bioindustri spesifik lokasi
pengembangan
inovasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT lingkup
Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang
pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis sumberdaya lokal. Sasaran 4: Rumusan rekomendasi percepatan pembangunan pertanian pertanian spesifik lokasi
kebijakan mendukung wilayah berbasis inovasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian. Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan sub kegiatan yaitu: 1.
Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian
2.
Penguatanmanajemen
mencakup
perencanaan
dan
evaluasi
kegiatanserta administrasi institusi 3.
Pengembangan kompetensi SDM
4.
Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008
5.
Peningkatan pengelolaan laboratorium
6.
Peningkatan pengelolaan kebun percobaan
7.
Peningkatan kapasitas instalasi UPBS
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
6
LAPORAN TAHUNAN 2016 8.
Jumlah publikasi nasional dan internasional
9.
Peningkatan pengelolaan data base dan website.
Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2016 mencakup kegiatan manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil pengkajian. Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2016 terdiri atas: 1)
Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,
2)
Dokumen Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan,
3)
SPI dan WBK
4)
Peningkatan Layanan Perkantoran,
5)
Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,
6)
Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,
7)
Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,
8)
Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen Satuan Kerja BPTP Lampung,
9)
Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang (Pendampingan),
10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian, 11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan, 12) Pengelolaan website/database/kepustakaan. Kegiatan penelitian, diseminasi hasil litkaji dan Model Bioindustri BPTP Lampung tahun 2016 tercakup dalam 11 RPTP dan 20 RDHP sebagai berikut: (1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung, (2) Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung, (3) Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air Pada Laan Sub Optimal untuk Mendukung Swasembada Kedelai di Lampung, (4) Kajian Sistem Usaha Tani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian Swasembada Padi,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
7
LAPORAN TAHUNAN 2016 (5) Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji, (6) Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG), (7) Tingkat Akurasi Teknologi Kalender Tanam Terpadu di Lampung, (8) Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Spesifik pada Komoditas Unggul di Provinsi Lampung, (9) Kajian Adaptasi Tiga Varietas Kedelai di Lahan Masam Lampung Selatan yang di Phosfat, (10) Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT pada Lahan Kering Masam di Lampung, (11) Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati Beberapa Varietas Ubikayu (12) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan, (13) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan, (14) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura, (15) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan Sapi, (16) Kalender Tanam, (17) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan (18) Pendampingan PUAP, (19) Kebun Bibit Inti dan Kebun Bibit Desa (20) Taman Agro Inovasi (21) Taman Sain Pertanian (22) Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi dan Penyuluh, (23) Visitor Plot, (24) Perpustakaan, Majalah dan Pencetakan Buku, (25) Taman Agro Inovasi,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
8
LAPORAN TAHUNAN 2016 (26) Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih di Lampung (27) Produksi Benih Padi (28) Produksi Benih Kedelai, (29) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing, (30) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi (31) Model Pertanian Bio Industri Berbasis Integrasi Tanaman Lada dan Ternak Terpadu LASA di Lampung B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP LAMPUNG Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Selain SPI ada juga Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari Monev Ex ante, On going dan Ex post. Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan mutu yang telah disusun.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
9
LAPORAN TAHUNAN 2016 C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA C.1. Anggaran Tahun 2016 Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2016 didukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM) sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp. Rp. 22.931.274.000,(Dua puluh dua milyar sembilan ratus tiga puluh satu juta dua ratus tujuh puluh empat ribu rupiah) setelah revisi selama 6 (enam) kali pagu anggaran berubah menjadi Rp. 22.292.973.000,- (Dua puluh dua
milyar dua ratus
sembilan puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah), karena ada anggaran yang diblokir Rp. 877.201.000,- (Delapan ratus tujuh puluh tujuh juta dua ratus satu ribu rupiah) sehingga pagu anggaran yang bisa digunakan hanya Rp 21.415.772.000,- (Dua puluh satu milyar empat ratus lima belas juta tujuh ratus tujuh puluh dua ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut : - Belanja pegawai
Rp. 7.994.813.000,-
- Belanja barang operasional
Rp. 1.577.800.000,-
- Belanja barang non operasional
Rp. 8.619.169.000,-
- Belanja modal
Rp. 3.223.990.000,-
Realisasi anggaran per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 20.630.222.426,- (Dua puluh milyar enam ratus tiga puluh juta dua ratus dua puluh dua ribu empat ratus dua puluh enam rupiah) atau 96,33% dari pagu anggaran, dengan rincian : - Belanja pegawai
Rp. 7.322.748.199,- (91,59%)
- Belanja barang operasional
Rp. 1.546.341.152,- (98,01%)
- Belanja barang non operasional
Rp. 8.577.295.475,- (99,51%)
- Belanja modal
Rp. 3.183.837.600,- (98,75%)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
10
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2016 Realisasi
Anggaran
Uraian
(Rp)
(Rp)
%
1. Realisasi Pendapatan Negara -
-
-
68.635.000,-
327.104.688
476,58
-
-
-
21.415.772.000
20.630.222.426
96,33
7.994.813.000
7.322.748.199
91,59
1.577.800.000
1.546.341.152
98,01
8.619.169.000
8.577.295.475
99,51
3.100.090.000
3.087.061.600
99,58
123.900.000
96.776.000
78,11
- Penerimaan Pajak - Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) - Penerimaan hibah 2. Realisasi Belanja Negara A. Rupiah Murni - Belanja Pegawai - Belanja Barang Operasional - Belanja Barang Non Operasional - Belanja Modal B. Pinjaman Luar Negeri (PLN) -
Belanja Modal
C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2016 Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 327.104.688,- atau mencapai 394% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk tahun 2016 yaitu sebesar Rp.83.000.000. Realisasi ini berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan, gedung dan bangunan berupa sewa mess; sewa rumah dinas/rumah negara; penerimaan kembali ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun 2016 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
11
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 2. Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2016 Perkiraan Target Penerimaan
URAIAN
Realisasi
%
Penerimaan Fungsional Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Pendapatan Laboratorium
53.000.000
256.050.000
483
10.000.000
60.756.000
608
Pendapatan Sewa Mess
10.000.000
3.990.000
40
73.000.000
320.796.000
439
8.000.000 2.000.000 0
4.884.688 0 0
61,06 0,00 0,00
0
0
0,00
0
1.424.000
100
10.000.000
6.308.688
63,09
83.000.000
327.104.688
394
Jumlah Penerimaan Penerimaan Umum Sewa rumah dinas Lelang Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro Penerimaan Kembali ganti rugi atas kerugian Negara Penerimaan Kembali Belanja lainnya TAYL Jumlah Penerimaan Total Pendapatan dan Hibah
C.3. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2016, PNS di BPTP Lampung berjumlah 94 orang tidak termasuk tenaga kontrak sebanyak 14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja No 1. 2. 3. 4.
Unit kerja BPTP Lampung-Hajimena KP Natar KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar Jumlah
IV 19 19
Golongan (orang) III II 37 17 3 10 3 3 1 43 31
Jumlah
I 1 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
74 13 3 4 94
12
LAPORAN TAHUNAN 2016 PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 5 orang, S2 berjumlah 19 orang, dan S1 berjumlah 24 orang (Tabel 4). Proporsi jumlah tenaga
berdasarkan
kriteria
pendidikan
tersebut
belum
mencukupi
persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu yang dibutuhkan. Tabel 4. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2016 No
Gol/ruang
1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
IV/e IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a I/d I/c JUMLAH
S3 1 1 3 5
S2 1 1 1 6 2 1 2 5 19
S1 1 1 1 2 2 9 8 24
D4 1 1 1 3
Tingkat Pendidikan SM D3 D2 D1 2 1 1 1 1 1 6 1 -
SLTA 4 4 2 9 6 4 29
SLTP 2 1 3
SD 3 1 4
JUMLAH 1 3 3 7 5 3 6 20 14 3 11 7 9 1 1 94
Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 52 orang tenaga fungsional, terdiri dari 33 orang peneliti, 12 orang penyuluh, 5 orang litkayasa, dan 2 orang arsiparis (Tabel 5). Tabel 5. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2016 No. 1.
2.
Jabatan Fungsional Peneliti: Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Jumlah Penyuluh: Penyuluh Pertanian Madya Penyuluh Pertanian Muda Penyuluh Pertanian Pertama Calon Penyuluh Pertanian Pertama
Jumlah 3 10 5 13 33 3 6 2 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
13
LAPORAN TAHUNAN 2016 3.
4.
Jumlah Litkayasa: Teknisi Litkayasa Penyelia Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan Teknisi Litkayasa Pelaksana Calon Litkayasa Pemula Jumlah Arsiparis: Arsiparis Pertama Arsiparis Terampil Pelaksana Jumlah TOTAL
12 0 2 1 2 5 1 1 2 52
C.4. Fasilitas Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barangbarang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas 738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III, tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit bangunan gedung tempat kerja lainnya, 2 unit screen house, 1 unit gedung display, 1unit gedung pelatihan, 1 unit gedung pasca panen, 40 unit rumah negara golongan II, dan 3 unit mess permanen. C.4.1. Kebun Percobaan (KP) BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng, dan Masgar. Kebun Percobaan Natar yang sekarang berganti nama Taman Sains Pertanian (TSP) merupakan salah satu dari 3 kebun milik BPTP
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
14
LAPORAN TAHUNAN 2016 Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha. KP. Natar berada di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, berjarak sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di Bandar Lampung. Kebun berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai jenis tanah latosol dan sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf vulkan, mempunyai tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang dikembangkan pada jenis tanah ini antara lain untuk tanaman perkebunan (karet, kakao, kopi robusta, lada, panili, lada perdu dan jarak pagar), tanaman pangan lahan kering (jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman hortikultura (nanas, pepaya dan
cabai,
buah
naga),
serta
tanaman
obat-obatan
(temu-temuan,
solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP. Natar dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Penggunaan Implasement kantor/perumahan Lahan rumput pakan Lahan kandang ternak sapi Lahan kandang ternak ayam Tanaman Perkebunan Tanaman koleksi Tanaman Pangan Hortikultura Lahan kerjasama penelitian Lahan embung Lahan timbunan embung Jalan kebun dan parit
Luas 75.000 m2 10.000 m2 5.000 m2 2.500 m2 211.100 m2 19.250 m2 184.000 m2 17.500 m2 20.000 m2 30.000 m2 15.000 m2
KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 15 ha terdiri dari 7 ha digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian, 5 ha untuk tanaman kedelai, 1 ha untuk kegiatan visitor plot, 0,32 ha untuk tanaman karet, 0,14 ha koleksi tanaman jambu mete, 0,50 ha embung, 0,50 ha tanaman kacang hijau, 0,59 ha lahann kerjasama klon ubi kayu, o,66 jalan kebun, 0,05 ha rumah dinas dan 0,20 ha implasement kantor dan gudang. Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik merah kuning, dan pH 4,5-5,5.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
15
LAPORAN TAHUNAN 2016 Lab
Diseminasi
Masgar
berlokasi
di
Desa
Masgar,
Kecamatan
Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2, dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2. C.4.2. Laboratorium Teknis Laboratorium
teknis
BPTP
Lampung
bertugas
untuk
melayani
permintaan analisis dari peneliti lingkup BPTP Lampung, instansi pemerintah lainnya, perusahaan swasta, para peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dan petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik, analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air. Tahun 2016 ini telah dilakukan penyusunan Dokumen Sistem Mutu untuk Percepatan Akreditasi Laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025 : 2008, Dokumen Sistem Mutu Laboratorium yang telah disusun adalah Panduan Mutu (Level I), Dokumen Prosedur (Level II), Instruksi Kerja (Level III) dan Formulir Kerja (Level IV).
C.4.3. Perpustakaan Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pendukung kegiatan
Balai
dalam
mem-berikan
layanan
informasi
hasil-hasil
penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas. Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
16
LAPORAN TAHUNAN 2016 C.4.4. Website Peroses update dan Upload data paling banyak pada data Berita sebanayak 69 berita.
Pada data SDM professional telah diinput data
sebanyak 51 data SDM Profesional BPTP Lampung.
Untuk info teknologi
telah diinput sebanyak 14 data info teknologi sepanjang 2016. Website BPTP Lampung telah dimigrasi dari joomla versi 1.5 ke versi 3.4.1 dengan berbagai module tambahan.
Website BPTP Lampung telah responsive dan mobile
friendly. Berbagai media social BPTP Lampung berupa facebook, youtube, tweeter, instagram telah dihubungkan dengan website BPTP lampung.
Gambar 2. Tampilan Facebook dan Tweeter BPTP Lampung
Gambar 3. Tampilan Youtube dan Instagram BPTP Lampung C.4.5. Kendaraan dinas Pada tahun 2016, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 9 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
17
LAPORAN TAHUNAN 2016 gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2016 No.
Nama Kendaraan
Tahun Perolehan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pick UP Grandmax Toyota Hilux Pick Up Nissan X-Trail Toyota Kijang Inova Toyota Hilux Double Cabin Daihatsu Espass Toyota Kapsul LGX Toyota Kapsul LSX Toyota Kapsul LX Toyota Kijang Super Suzuki Carry Pick Up Suzuki APV
2013 2013 2013 2011 2010 2005 1999 1998 1997 1993 2015
Kondisi (Baik/Rusak) Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN Pada Tahun 2016 BPTP Lampung mengadakan 1 unit PC, 3 unit laptop, 3 unit printer, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
8. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2015 Nama Peralatan Volume Komputer PC 1 unit Laptop 3 unit Printer 3 unit AC 3 unit Portable water pump 1 unit Scanner 1 unit Lemari Penyimpan 7 unit Lemari kayu 15 unit Filling cabinet besi 1 unit Meja kerja kayu 13 unit Kursi besi 16 unit Kursi kayu 7 unit
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
18
LAPORAN TAHUNAN 2016 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. D.
Sice Kasur/Springbed Lemari Es Sound system Dispenser Karpet Gordyn Meja gambar Kamera udara Microscope Water Distilling Apparatus Stabilizer/UPS Layar proyektor Jalan khusus lain Instalasi air sumber Instalasi lain-lain Jaringan listrik lainnya Hewan ternak (kambing) Bangunan fasilitas umum lainnya Pagar permanen Bangunan gudang terttutup permanen Bangunan gedung instalasi lainnya Bangunan kandang Rumah negara golongan II Tipe permanen
1 unit 7 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 7 buah 1 unit 1 unit 1 buah 3 buah 2 buah 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 30 ekor 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG Pada tahun 2016 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP
Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kerjasama penelitian dengan instansi No Judul Kerjasama 1. Uji Efektivitas Penggunaan Pupuk Kayabio terhadap pertumbuhan dan produksi pada tanaman padi di lahan sawah 2. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru 3. Uji Efektivitas pupuk hayati Bioripah pada tiga varietas kedelai dalam memperbaiki pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan sub-optima
lain, tahun 2016 Mitra Kerjasama PT Petrokimia Gresik
PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim PT. PUSRI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
19
LAPORAN TAHUNAN 2016
IV. HASIL PENGKAJIAN A.
ANALISIS KEBIJAKAN PROVINSI LAMPUNG
PEMBANGUNAN
PERTANIAN
DI
1.
Issue terhadap serangan hama wereng pada tanaman padi di Lampung dan Rekomendasi Kebijakan Serangan hama wereng di Propinsi Lampung menjadi issue sangat
sensitif pada saat ini tahun 2016 dalam upaya mengejar peningkatan produksi padi sawah di Lampung. Pada saat itu dirasakan serangan hama tersebut menunjukkan tingkat serangan yang cukup mengkhawatirkan bagi masyarakat petani padi. Serangan wereng pada tanaman padi di Lampung meningkat dibanding masa tanam sebelumnya yaitu tahun 2014/2015. Peningkatan serangan tersebut diidentifikasi karena (a) dampak pola pemanfaatan lahan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa jeda (istirahat) sehingga penanaman padi di semua sentra produksi terus menerus dilakukan, (b) penggunaan pestisida yang berlebihan atau berlangsung lama pada lahan yang sama, (c) kondisi lingkungan yang mendukung berupa kondisi lembab dan panas mendukung reproduksi hama. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain: (a) melakukan pengolahan tanah lewat penggunaan bahan-bahan organik agar bisa menetralkan kandungan pH (keasaman) tanah yang rata-rata sudah dalam ambang batas tidak
wajar
sehingga
memberikan
lingkungan
yang
optimal
untuk
perkembangan tanaman, (b) melakukan jeda tanam padi atau melakukan pemutusan pola tanam yang sama secar terus menerus untuk memutus perkembangan hama atau memperkecil ruang perkembangan hama, (c) penggunaan musuh alami ataupun pestisida ramah lingkungan, (d) melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (e) pada daerah endemik hama wereng dilakukan pemberantasan secara masal dengan tingkat
penaggulangan
secara
ekstreem
yaitu
mengisolasi
kemuadia
dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida yang tepat dosis, tepat sasaran, tepat waktu sehingga hama wereng langsung mati.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
20
LAPORAN TAHUNAN 2016 Pihak-pihak yang dapat dilibatkan antara lain dengan memberdayakan petugas lapangan yang ada, seperti penyuluh, KCD, POPT, dan staf laboratorium hama penyakit secara maksimal serta peran aktif para petani. Selain itu diperlukan rumusan kebijakan dari Pemerintah Daerah maupun instansi yang berwenang di bidang pertanian seperti antara lain Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan Perikanan dan Kehutanan di wilayah Propinsi Lampung, badan penelitian dan pengembangan Pertanian bersama dengan instansi yang bergerak di bidang pertanian untuk merumuskan kebijakan yang mendukung upaya tersebut. Kedepan untuk mengendalikan hama tersebut perlu upaya kebijakan antara lain: (a) Segera melakukan indentifikasi dan memetakan daerahdaerah endemik hama wereng yang menyerang padi sawah, (b) Mengisolasi daerah yang terkena serangan hama wereng untuk selanjutnya dilakukan tindakan pemberantasan secara intensif dengan berbagai cara antara lain penggunaan pestisida tepat sasaran agar kedepan tidak terjadi resurjensi hama wereng, (c) Untuk daerah-daerah yang belum terkena serangan hama wereng diupayakan untuk dilakukan antisipasi berupa penggunaan pestidia nabati yang aman bagi lingkungan, (d) Perlu dibangkitkan dan diprogramkan kembali sekolah lapangan pengendalian hama terpadu di wilayah Propinsi Lampung, (e) Perlu keterpaduan koordinasi antar instansi pemerintah yang bergerak pada bidang pertanian dalam upaya mengatasi hama wereng, (f) Perlu digalakkan kembali kinerja satuan tugas pengamat hama dan penyakit tanaman (POPT) secara intensif di seluruh wilayah Propinsi Lampung. 2.
Issue tentang kondisi irigasi dan sumberdaya air di Lampung dan Rekomendasi Kebijakan. Saran Rekomendasi kebijakan dalam mengantisipasi permasalahan
kebutuhan pemenuhan air irigasi mendukung produksi padi di Provinsi Lampung : a. Identifikasi sumber air baru yang berpotensi lestari memberikan tambahan sumber irigasi bagi pembukaan lahan pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
21
LAPORAN TAHUNAN 2016 b. Revitalisasi saluran tersier, pembuatan talud, dan pembuatan saluran drainasi oleh Pemerintah daerah khususnya Dinas Pengairan PU Propinsi Lampung. c. Pembuatan bangunan bendungan baru, embung
dan atau sumber air
irigasi baru mampu mengairi minimal 500 ha oleh Kementerian Pekerjaan Umum. d. Pembuatan sumur dalam maupun sumur bor skala sedang untuk mengairi sawah apabila kekurangan air dimusim gadu dengan biaya darin pemerintah daerah dengan melibatkan tenaga swadaya masyarakat. e. Penciptaan inovasi teknologi budidaya padi hemat air spesifik wilayah. B.
Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung
a.
Penangkaran dengan media tanah sawah dalam pot besar.
Tabel 10. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada pertanaman umur 2 bulan dalam pot. Nama Padi Lokal
Padi SiRenik-Tanggamus Padi Hitam Lampung-Pringsewu Padi Rawa -Mesuji Padi Umbul-Umbul80 Padi Pandan Wangi-T.Bawang Padi SiCantikPardasuka(P.sewu) Padi Sumber Baru-L.Tengah
Rataan Pertumbuhan Tinggi Jumlah Anakan Tanaman(cm) 124,50 15,50 112,42 21,75 123,83 19,33 106,34 19,42 140,58 18,10 124,17 18,34 121,92
19,0
Pertumbuhan tinggi tanaman yang ditanam dalam pot dengan media tanah sawah (tersedia banyak air/terendam), dengan umur 2 bulan, tanamannya tumbuh tinggi rata-rata di atas 100 cm baik pada tanaman yang biasa ditanam di tegalan/lahan kering maupun yang biasa di sawah dan juga di rawa. b.
Penangkaran dengan media lahan kering (langsung tanam di lahan kering)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
22
LAPORAN TAHUNAN 2016 Ada perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman di tegalan/lahan kering. Bagii pertanaman (materi padi lokal) yang biasa ditanam di sawah rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah seperti padi umbul-umbul (kurang dari 60 cm) dibandingkan dengan tanaman padi lokal yang biasa ditanam di tegalan /lahan kering seperti pandan wangi dan Sicantik,Si Renik,padi Sumber Baru yang tumbuh lebih dari 80 cm. Tabel 11. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada pertanaman umur 2 bulan di lahan kering Nama Padi Lokal
Padi SiRenik-Tanggamus Padi Hitam Lampung-Pringsewu Padi Umbul2 Terbanggi Besar Padi Umbul-Umbul80 Padi Pandan Wangi-T.Bawang Padi SiCantikPardasuka(P.sewu) Padi Sumber Baru-L.Tengah Inpago 9 (Pembanding)
Rataan Pertumbuhan Tinggi Jumlah Anakan Tanaman(cm) 89,10 18,80 63,50 24,70 57,80 26,20 56,20 26,10 109,60 13,00 107,60 15,90 84,60
19,30
63,7
16,6
C.
Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air Pada Lahan Sub Optimal untuk mendukung Swasembada Kedelai di Lampung
a.
Kajian Peningkatan produktivitas padi pada lahan rawa pasang surut dengan kombinasi pupuk anorganik dan pemanfaatan pembenah tanah (pupuk organik) Rata-rata tanaman tertinggi diperoleh Varietas Inpara 2 dengan
perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupuk anorganik rekomendasi 75 %(130,2 cm), bila dibandingkan dengan tinggi tanaman Varietas pembanding (Ciherang) lebih tinggi sekitar 21 %. Perlakuan dekomposer juga memberikan jumlah malai dan jumlah gabah/malai terbanyak baik pada Varietas Inpara 2 maupun Inpari 30. Pengaruh pupuk anorganik (rekomendasi) dan pembenah tanah (biochar) serta dekomposer terhadap pertumbuhan dan komponen hasi padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2 disajikan pada tabel berikut :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
23
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 12.
Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2 Tinggi Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Varietas Pupuk (cm) malai malai gabah Hampa
Inpari 30
Inpara 2
Ciherang
Rekomendasi
109,5
21,3
25,2
157,8
15,3
Biochar
114,1
20,5
24,3
156,9
22,2
Dekomposer
115,3
21,3
25,2
176,2
15,3
Rekomendasi
128,5
24,8
24,5
188,7
24,9
Biochar
129,1
20,6
25,2
190,5
22,8
Dekomposer
130,2
27,8
24,8
203,3
23,8
Kontrol
102,9
13,6
22,8
150,5
28.7
Hasil analisis statistik pada petak utama (varietas) menunjukkan Inpara 2 nyata lebih tinggi tanamannya dibandingkan dengan Inpari 30, sementara terhadap komponen hasil jumlah malai dan panjang malai tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah gabah/malai Inpara 2 nyata lebih banyak (18,7 %) dibanding Inpari 30. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2) terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan pada tabel berikut : Tabel 13. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2) terhadap pertumbuhan dan, komponen hasil padi Tinggi Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Varietas (cm) malai malai gabah Hampa Inpari 30
112,96 b
21,03 a
24,9 a
163,63 b
17,6 b
Inpara 2
129,27 a
24,4 a
22,8 a
194,17 a
23,8 a
Perlakuan pupuk organik (dekomposer) nyata terhadap jumlah malai dan jumlah gabah/malai, tetapi untuk parameter tinggi tanaman dan panjang malai
tidak
nyata.
Perlakuan
dekomposer
4
l
t/ha
+
pupukanorganikrekomendasi 75 % nyata meningkatkan jumlah malai sekitar 20 % dibandingkan perlakuan biochar + pupukanorganikrekomendasi 75 %,dan nyata meningkatkan jumlah gabah/malai tanaman sekitar 10 % dibandingkan perlakuan pupuk anorganik 100 %. Pengaruh pupuk dan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
24
LAPORAN TAHUNAN 2016 pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan dalam tabel berikut. Tabel 14.
Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan, komponen hasil padi. Perlakuan Tinggi Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pupuk (cm) malai malai gabah Hampa
Rekomendasi
119,05 a
23,09 ab
24,85 a
173,25 b
20,1 a
Biochar
121,61 a
20,55b
24,75 a
173,71 b
22,5 a
Dekomposer
122,75 a
24,55 a
25,05 a
189,75 a
19,6 a
Perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupukanorganikrekomendasi 75 % pada Varietas Inpara 2 memberikan hasil tertinggi(8,29 t/ha), dimana lebih tinggi 9,4 % dibandingkan dengan hanya pupuk anorganik atau 29,1 % dibandingkan produktivitas Ciherang. b.
Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai Spesifik Lahan Rawa Pasang Surut. Pengaruh pengelolaan hara tanaman kedelai terhadap pertumbuhan
dan bobot brangkasan tanaman kedelai menunjukkan jumlah cabang dan bobot brangkasan basah (BB) dan bobot brangkasan kering (BK) tanaman berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Namun tinggi tanaman, dan panjang akar tidak berbeda. Perlakuan NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg K2O)/ha memberikan pertumbuhan vegetatif dan bobot brangkasan tertinggi, disusul PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) tidak berbeda dengan perlakuan PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)/ha dan PHSL-3 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha dan dosis pupuk rekomendasi umum (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
25
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 15.
Pengaruh Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Bobot Brangkasan Kedelai Tinggi tanaman (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Akar (cm)
BB (kg)
BK (g)
PK (72 kg P2O5; 72 kg K2O)
30,8 a
0,7 ab
18,7 a
44,0 a
9,4 a
NK (45 kg N; 120 kg K2O)
29,8 a
0,7ab
17,2 a
33,3 a
7,8 a
NP (45 kg N; 72 kg P2O5) NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg K2O) PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O) PHSL-3 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O) Rekomendasi Umum (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)
34,3 a
0,1 a
17,7 a
46,0 ab
10,0 ab
39,8 a
1,1 b
21,8 a
62,0 b
13,3 b
31,7 a
1,0 ab
17,6 a
50,7 ab
11,1 ab
31,8 a
0,6 ab
16,7 a
34,0 a
7,1 a
32,9 a
0,4 ab
17,1 a
42,7 a
9,8 a
32,8 a
0,4 ab
19,9 a
40,7 a
9,7 a
Perlakuan
c.
Kajian Efisiensi Pemupukan Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa pasang surut. Analisis statistik menunjukkan bahwa taraf pupuk pada kondisi jenuh air
hanya
berpengaruh
terhadap
parameter
tinggi
tanaman,
tapi
tidak
berpengaruh terhadap parameter jumlah cabang, panjang akar dan bobot brangkasan (Tabel 8). Perlakuan P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) dan P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan tanaman tertinggi namun hanya berbeda dengan perlakuan P5 (50% P1 + Kapur + Pupuk Hayati). Secara umum perlakuan P1; P4; dan P6 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan bobot brangkasan basah dan kering terbaik. Tabel 16.
Pengaruh Pemupukan pada kondisi Jenuh air terhadap pertumbuhan vegetatif dan brangkasan tanaman Kedelai. Perlakuan
P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) P2 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur P3 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + kapur + pupuk hayati P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati) P5 (50% P1 + Kapur + Pupuk
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Akar (cm)
BB (g)
BK (g)
38,2 a
0,9 a
18,1 a
61,3 a
12,3 a
34,2 ab
0,8 a
17,7 a
70,7 a
12,9 a
34,3 ab
0,8 a
18,0 a
46,7 a
9,4 a
38,2 a
0,6 a
22,8 a
62,7 a
12,2 a
30,5 b
0,6 a
19,2 a
43,3 a
8,6 a
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
26
LAPORAN TAHUNAN 2016 Hayati) P6 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk 36,4 ab Hayati) P7 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg 33,1 ab K2O) + Kapur + Pupuk Hayati P8 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg 32,5 bc K2O) + Kapur + Pupuk Hayati). Keterangan : BB = bobot bahan basah; BK= Bobot
D.
1,0 a
24,7 a
62,0 a
13,3 a
0,9 a
19,1 a
64,7 a
11,1 a
0,8 a
24,0 a
56,0 a
9,7 a
bahan kering
Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji, Pertumbuhan tanaman padi utama yang dikaji untuk selanjutnya akan
dilakukan ratunisasi yaitu varietas Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan Cilamaya muncul pada musim Januari- April 2016 tidak optimal, dikarenakan fluktuasinya musim yang cenderung berada pada kondisi air curah hujan rendah dan kering (anomali iklim dan tidak normal) sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman tidak sesuai harapan atau tidak optimal. Pada saat yang sama saat dilakukan ratunisasi terjadi ledakan serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan ratun tidak tumbuh atau mati dan kering sehingga pada musim tersebut terjadi kegagalan (daya tumbuh ratun kurang dari 60%). Untuk itu dilakukan penanaman padi utama pada musim berikutnya yaitu periode Juni-September 2016 dengan varietas yang sama yaitu Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan Cilamaya Muncul. Titik kritis implementasi teknologi ratun di lahan rawa pasang surut Kabupaten Mesuji adalah pada umur panen tanaman padi utama. Bahwa pemotongan ratun harus segera dilakukan tepat disaat kondisi pertanaman padi telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, 80% padi telah berisi. Pemupukan dilakukan sebelum pemotongan ratun dengan dosis ½ dari dosis tanaman utama. Pemotongan ratun dilakukan 3-7 hari setelah panen padi utama. Panjang pemotongan ratun terbaik di lahan rawa pasang surut Kabupaten Mesuji adalah 5-10 cm, karena adanya kondisi terjadinya genangan di lahan rawa pasang surut.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
27
LAPORAN TAHUNAN 2016 Varietas yang potensial digunakan untuk ratun di lahan rawa pasang surut Kabupaten Mesuji adalah Inpara 2 dan Cilamaya Muncul. Preferensi dan tanggapan petani terhadap kedua varietas padi tersebut juga sangat baik. Teknologi ratun memberikan peningkatan indeks panen tambahan dan produksi padi dalam kurun waktu 1,5 – 2 bulan setelah tanam padi utama dilakukan. Teknologi tersebut sangat mungkin dan sesuai dicoba-terapkan di lahan berpengairan terbatas pada musim tanam kedua. Di lahan rawa pasang surut Kabupaten Mesuji, teknologi ratun memberikan rata-rata tambahan produksi pada padi varietas Dendang sebesar 29,86% dan varietas Banyuasin sebesar 37,78 %, sedangkan varietas Inpara-2 sebesar 75,53%. Dimasa mendatang apabila para petani akan menerapkan teknologi ratun disarankan untuk menghitung dengan tepat umur panen padi karena ratun akan mempunyai daya tumbuh dengan baik apabila tidak terlambat dalam melakukan panen. Pemotongan ratun yang baik adalah pada saat padi telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, dan padi telah berisi. Selain itu perlu memperhatikan kondisi lahan sawah harus tetap lembab tetapi tidak tergenang. E.
Kajian Optimasi Pupuk Fosfat Pada Tiga Varietas Kedelai Di Lahan Masam Lampung Selatan, Secara umum kebutuhan tanaman akan pupuk ditentukan oleh jenis
bagian tanaman yang akan dipanen. Tanaman yang diambil bunga,buah, atau
bijinya
disamping
membutuhkan
unsur
N
untuk
pertumbuhan
vegetatifnya juga memerlukan banyak unsur P untuk pertumbuhan generatif (pembentukan bunga, buah dan biji). Batas antara kecukupan dan defisiensi unsur hara N untuk tanaman kedelai sebesar 4.2% dan untuk unsur hara P sebanyak 0.26% (Sanchez, 1976). Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa untuk kandungan hara N berdasarkan hasil analisis daun emnujukkan rata-rata kandungan hara N adalah 3.41%, sedangkan untuk unsur P rata-rata 0.29%. Berdasarkan hasil analisis kandungan hara N dan P pada tiga varietas kedelai yang diuji (Grobogan, Anjasmoro dan Gepak Kuning) tidak terdapat pengaruh tunggal varietas terhadap kandungan hara N dan P, akan tetapi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
28
LAPORAN TAHUNAN 2016 pengaruh perlakuan dosis pupuk P dalam bentuk SP-36 dan Rock Phosfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan hara N dan P pada analisis jaringan daun tamanan kedelai pada fase vegetatif maksimum dibandingkan tanpa pemberian pupuk P. Pemberian 264 kg Rock Phosphate menunjukkan kandungan hara N dan P pada daun kedelai lebih tinggi dan berbeda
nyata
dibandingkan
pemberian
222
kg
SP-36,
hal
ini
mengindikasikan bahwa penyerapan unsur N dan P oleh tanaman dalam bentuk batuan fosfat lebih banyak diserap oleh tanaman dibandingkan penyerapan unsur P dalam bentuk SP-36. Batuan fosfat (Rock Phosphate) dengan kadungan P205total sebesar 30,28% dengan ukuran partikel yang lebih halus makin mudah digunakan oleh tanaman. F.
Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati beberapa Varietas Ubi Kayu Sirup glukosa dapat dibuat dengan melalui dua tahap utama yaitu
likuifikasi dan sakarifikasi.
Proses likuifikasi dan sakarifikasi untuk
mendapatkan glukosa dilakukan secara enzimatis, selanjutnya dilakukan pemucatan dan penyaringan. Tahap pembuatan sirup glukosa disajikan pada Gambar berikut Tapioka
Bubur pati
Likuifikasi (90ºC, 60 menit) Pendinginan
Air (perbandingan 1:3)
α amylase (1,5 ml/kg) )pati) Amiloglukosidase (1,5 ml/kg)
Sakarifikasi (60oC, 60 menit)
Pemanasan
)pati)
Arang aktif (1%)
Pendinginan dan penyaringan Penguapan
Gambar 4. Tahapan Pembuatan Sirup
Sirup glukosa
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
29
LAPORAN TAHUNAN 2016 Pembuatan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu yaitu; pati ubikayu varietas kasetsart, pati ubikayu varietas Barokah, pati ubikayu varietas Manado, dan pati ubikayu varietas campuran. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penggunaan pati dari varietas ubikayu yang berbeda, ternyata menghasilkan sirup glukosa yang berbeda, baik dari kuantitas maupun kualitasnya. Secara visual sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu varietas barokah lebih jernih dan endapannya sedikit, sehingga rendemennya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.
Gambar 5. Penampilan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu Untuk mengetahui kualitas sirup glukosa yang dihasilkan telah dilakukan uji mutu dan nilai gizi di laboratorium. Tabel 17.
Data rata-rata rendemen sirup glukosa dari pati beberapa varietas ubikayu Varietas Berat tapioka (g) Rendemen glukosa ml (%) Kasetsart/UJ 5 (A) 2.000 1.415 70,77 (b) Barokah (B) 2.000 1.272 63,59 (c) Manado (C) 2.000 1.668 83,38 (a) Campuran (D) 2.000 1.231 61,54 (c) Pembuatan sirup glukosa dilakukan secara enzimatis dengan 2 tahap yaitu tahap likuifikasi dengan penambahan enzim alfa amylase, dan tahap sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase. Pati ubikayu varietas Manado menghasilkan rendemen sirup glukosa yang tertinggi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
30
LAPORAN TAHUNAN 2016 (83,38%), dibandingkan dengan varietas ubikayu lainnya. Hal ini disebabkan karena sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu varietas Manado memiliki endapan yang paling sedikit sehingga sirup glukosa yang dihasilkan lebih banyak. Sementara sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu varietas campuran memiliki endapan yang sangat banyak, sehingga setelah proses penyaringan sirup glukosa yang dihasilkan lebih sedikit. Tabel No. 1. 2. 3. 4.
18. Data rata-rata kadar amilosa dari pati 4 varietas ubikayu Perlakuan Kadar Amilosa (%) Varietas Kasetsart/UJ5 28,08 (a) Varietas Barokah 25,49 (b) Varietas Manado 24,05 (c) Varietas Campuran 27,27 (a) Kadar amilosa pati ubikayu varietas kasetsart/UJ 5 lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar pati ubikayu varietas lainnya. Kadar amilosa yang tinggi biasanya diikuti dengan kandungan pati tinggi dan diduga pati tersebut memiliki rantai α 1,4 Dglikosida yang lebih panjang dibandingkan dengan ubi kayu lainnya, karena semakin panjang rantai α 1,4 D-glikosida yang terkandungdidalam pati, maka semakin tinggi kadar amilosa yang terkandung didalamnya. Data rata-rata kadar air, total padatan terlarut, gula reduksi, pH, dan total mikroba, dari sirup glukosa 4 varietas ubikayu dengan pembanding sirup sukrosa (gula tebu) disajikan pada tabel berikut. Tabel 19.
Data kadar air, Total padatan terlarut, gula Mikroba Varietas Kadar air Gula TPT Reduksi o (%) (%) Brix Kasetsart/UJ5 52,79 (c) 15,66 (b) 46,10 (b) Barokah 43,75 (d) 22,55 (a) 54,10 (a) Manado 43,75 (d) 22,55 (a) 54,10 (a) Campuran 60,10 (b) 23,36 (a) 40,13 (c) Larutan sukrosa/ 68,35 (a) 0,72 (c) 30,80 (d) gula tebu (1:5)
reduksi, pH, dan total pH
Total Mikroba
5,12 (c) 5,77 (b) 5,77 (b) 5,33 (bc) 6,74 (a)
CFU/ml 4,3 x 103 (d) 2,7 x 104 (b) 3,3 x 103 (d) 6,4 x 103 (c) 5,2 x 104 (a)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
31
LAPORAN TAHUNAN 2016 Sirup glukosa yang dibuat dari bahan baku pati ubikayu varietas Manado mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lainnya, karena memiliki kadar air terendah (43,75%), total mikroba yang terendah (3,3x103 CFU/ml), gula pereduksi yang tertinggi (22,55%) dan total padatan terlarut yang tertinggi (54,10o Brix). Kadar air yang rendah ini menyebabkan sirup glukosa lebih awet dan tidak cepat rusak, hal ini terlihat juga dari kandungan mikroba sirup glukosa dari varietas Manado lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya. Sedangkan total padatan terlarut yang lebih tinggi menunjukkan bahwa sirup glukosa yang dihasilkan lebih manis, sehingga lebih potensial untuk dijadikan sebagai substitusi gula tebu (sukrosa). Gula pereduksi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa sirup glukosa tersebut mempunyai sifat mereduksi yang lebih, sementara untuk sukrosa (gula tebu) bukan merupakan gula pereduksi sehingga hasil analisa gula reduksi sukrosa sangat rendah yaitu hanya 0,72%. Tabel 20. Data rata-rata analisa Indeks Glikemik (IG) sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu dengan pembanding gula sukrosa (gula tebu) No. Varietas Nilai Indek Glikemik (IG) 1. Glukosa standar 100 2. Varietas Kasetsart/UJ5 90,64 (a) 3. Varietas Barokah 79,01 (d) 4. Varietas Manado 80,05 (d) 5. Varietas Campuran 87,98 (b) 6. Larutan Sukrosa/gula tebu (1:5) 81,79 (c) Nilai Indeks Glikemik (IG) sirup glukosa dengan bahan baku ubikayu varietas Barokah (79,01) dan Manado (80,05) lebih rendah dibandingkan dengan nilai IG sukrosa/gula tebu (81,79) yang digunakan sebagai pembanding, sementara untuk varietas Kasetsart dan varietas campuran nilai IG nya lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa ubikayu varietas Barokah dan Manado memiliki peluang yang baik untuk digunakan sebagai pemanis alternatif karena memiliki nilai IG yang lebih rendah dibandingkan dengan sukrosa, sehingga tidak terlalu cepat menaikkan kadar gula darah di dalam tubuh manusia.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
32
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 21. Data rata-rata kadar energi sirup glukosa dari pati 4 varietas Ubikayu dengan pembanding gula sukrosa (gula tebu) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Varietas
Kadar energi (kal/g)
Kasetsart/UJ5 Barokah Manado Campuran Larutan Sukrosa/ gula tebu (1:5)
97,71 (a) 61,32 (b) 44,55 (c) 44,26 (c) 41,41 (d)
Kadar energi yang terendah justru terdapat pada sukrosa gula tebu (41,41 kal/g) yang diencerkan dengan perbandingan 20 g gula tebu +80 ml air, tapi angka ini tidak terlalu berbeda dengan sirup glukosa yang dibuat dari pati ubikayu varietas Manado dan varietas campuran. Sementara sirup glukosa dengan bahan baku pati ubikayu varietas kasetsart memiliki kandungan energi yang sangat tinggi yaitu 97,71 kal/g. G.
Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT Pada Lahan Kering Masam di Lampung Dengan penerapan komponen PTT lada ada penambahan jumlah
cabang 234% dibanding tanpa penerapan komponen PTT pada tanaman lada umur 9 bulan. Penerapan komponen PTT lada dapat menurunkan serangan hama penggerek batang lada sebesar 43,31% dibanding tanpa penerapan komponen PTT pada tanaman lada yang berumur lebih dari 2 (dua) tahun. Pengendalian HPT mampu menurunkan serangan hama penggerek batang sebesar 78% dan busuk pangkal batang 82%, hama dan penyakit lainnya berkisar
52-80%.
Perkembangan
dan
pertumbuhan
tinggi
tanaman
meningkat 87% dari komponen petani dan proses pembungaan serta jumlah bunga per malai meningkat 65%. Kendala yang dihadapai yaitu kondisi iklim dan cuaca (mendung dan hujan) menghalangi pelaksanaan kegiatan di lapangan. H.
Kajian Sistem Usahatani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian Swasembada Padi Keberadaa
alat
dan
mesin
pertanian
yang
ada
di
daerah
survei/pengkajian telah sesuai dengan kemauan petani baik dari segi jenis
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
33
LAPORAN TAHUNAN 2016 dan macam alat, maupoun segi kegunaan atau manfaatnya. Penggunaan alat dan mesin pertanian seperti traktor bajak, mesin tanam transplanter, mesin pemanen power threser dan combine harvester nyata mudah dipelajari, diamati, dipraktekkan dan diaplikasikan di lapangan oleh para petani. Penggunaan alat dan mesin seperti traktor untuk pengolahan tanah, mesin threser dan combine harvester untuk membantu panen, penggunaan mesin tanam (transplanter) memberikan nilai kemudahan, efisien dan efektifnya membantu usahatani yang dilakukan sehingga sebagain besar petani memberikan penilaian bahwa penggunaan alat dan mesin tersebut relatif menguntungkan petani. Penggunaan combine harvester dalam proses panen padi dapat mengurangi susut sampai 50% dibandingkan manual (non mekanisasi). Penggunaan full mekanisasi lebih menguntungkan dan layak diaplikasikan pada usahatani padi. I.
Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Pada Komoditas Unggul di provinsi Lampung Hasil analisis tanah menunjukkan variasi perbedaan kandungan unsur
hara P dan K yang ada di lahan sawah di Kabupaten Pringsewu. Pada tiaptiap
kecamatan
memiliki
perbedaan
kelas
status
hara
sehingga
mempengaruhi dosis rekomendasi pemupukan yang disarankan. Tabel 22. Hasil analisis P potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi pemupukan P di Kabupaten Pringsewu Kecamatan
Pagelaran
Ambarawa
Desa
Kadar P Potensial (mg P2O5/100 g)
Kelas Status Hara
Dosis Rekomendasi Pemupukan P (SP36/ha)
Lugusari 1 Lugusari 2 Pamenang 1 Pamenang 2 Gumukrejo Tanjung Dalam Kresno Mulyo Sumber Agung Kresno Mulyo Ambarawa Barat 1
18.90 19.44 42.56 40.51 19.86 55.22 59.49 33.26 34.79 62.15
Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
100 kg 100 kg 50 kg 50 kg 100 kg 50 kg 50 kg 75 kg 75 kg 50 kg
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
34
LAPORAN TAHUNAN 2016
Sukoharjo
Banyumas Adi Luwih Pringsewu
Pardasuka
Gadingrejo
Ambarawa Barat 2 Ambarawa Timur 1 Ambarawa Timur 2 Sukoharjo 3 Sukoharjo 3 barat Panggungrejo Sukoyoso Sukoharjo 1 Sukoharjo 2 Banyumas 1 Banyumas 2 Sri Katon Adi Luwih Fajar Agung Fajar Esuk Bumi Ayu Bumi Arum Pujodadi Sukorejo Pardasuka Timur Pardasuka Selatan Pardasuka Induk Wonodadi Wonosari Tegalsari Blitarejo Bulukarto Mataram
54.99
Tinggi
50 kg
17.73
Rendah
100 kg
26.22
Sedang
75 kg
15.62 30.91 8.66 8.44 11.72 24.32 21.16 15.03 37.61 37.82 29.79 11.80 14.54 49.45 36.64 58.35 24.79 29.73 39.85 59.43 61.91 66.93 90.65 29.31 12.52
Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah
100 kg 75 kg 100 kg 100 kg 100 kg 75 kg 75 kg 100 kg 75 kg 75 kg 75 kg 100 kg 100 kg 50 kg 75 kg 50 kg 75 kg 75 kg 75 kg 100 kg 100 kg 100 kg 100 kg 75 kg 50 kg
Tabel 23. Hasil analisis K potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi pemupukan K di Kabupaten Pringsewu Kecamatan
Pagelaran
Ambarawa
Desa
Lugusari 1 Lugusari 2 Pamenang 1 Pamenang 2 Gumukrejo Tanjung Dalam Kresno Mulyo Sumber Agung Kresno Mulyo Ambarawa Barat 1 Ambarawa Barat 2
Kadar P Potensial (mg P2O5/100 g)
Kelas Status Hara
Dosis Rekomendasi Pemupukan P (SP36/ha)
8.20 5.75 4.11 13.23 7.68 14.32 20.00 19.99 22.26 6.39 17.40
Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang
100 kg 100 kg 100 kg 50 kg 100 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 100 kg 50 kg
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
35
LAPORAN TAHUNAN 2016
Sukoharjo
Banyumas Adi Luwih Pringsewu
Pardasuka
Gadingrejo
J.
Ambarawa Timur 1 Ambarawa Timur 2 Sukoharjo 3 Sukoharjo 3 barat Panggungrejo Sukoyoso Sukoharjo 1 Sukoharjo 2 Banyumas 1 Banyumas 2 Sri Katon Adi Luwih Fajar Agung Fajar Esuk Bumi Ayu Bumi Arum Pujodadi Sukorejo Pardasuka Timur Pardasuka Selatan Pardasuka Induk Wonodadi Wonosari Tegalsari Blitarejo Bulukarto Mataram
24.66 17.83 7.88 19.90 14.90 10.18 9.94 17.86 21.88 12.72 6.08 15.53 11.40 28.94 12.31 35.05 35.48 19.79 39.27 35.10 38.89 13.18 21.88 12.92 38.13 23.39 11.67
Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang
50 kg 50 kg 100 kg 50 kg 50 kg 50 kg 100 kg 50 kg 50 kg 100 kg 100 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg 50 kg
Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Hasil inventarisasi/pelaksanaan kegiatan diperoleh kurang lebih 130-
an
jenis tanaman yang menyebar hampir di seluruh pekarangan petani
kooperator berupa tanaman pangan local (jenis umbi-umbian), jenis sayuran, tanaman buah-buahan dan tanaman obat-obatan serta tanaman perkebunan. Hasil ini menyebar di hampir seluruh Kabupaten terutama di dataran rendah. Sedangkan di dataran tinggi lebih didominasi dengan tanaman sayuran dan perkebunan terutama di luar pekarangan. Seperti di Lampung Barat yang merupakan daerah dataran tinggi di Provinsi Lampung, lahan pekarangannya lebih banyak ditanamani dengan tanaman hias atau malah dibiarkan kosong. Di lokasi kebun koleksi sudah diidentifikasi dan karakterisasi beberapa jenis tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian (aneka jenis ubi jalar seperti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
36
LAPORAN TAHUNAN 2016 Ubi Cilembu, Ubi Sablah Manohara, Ubi Toyota, Ubi Malang Hijau, Ubi Malang Ungu, Ubi Tanggamus putih, Ubi Tanggamus ungu, Ubi Sekincau, Ubi local Natar dan Ubi Papua, ganyong, garut, suwek, uwi biru, gadung, gembili dan talas). Sementara tanaman buah berupa Alpokad, Durian, Manggis, Sirsak juga sudah dilakukan karakterisasi sesuai dengan umur tanaman yang ada (data informasi pertumbuhan vegetative). Tanaman perkebunan seperti Lada, Kopi, Vanili masih dalam proses karakterisasi ulang. Juga sudah dilakukan penelusuran keberadaan tanaman buah unggul lokal Manggis dan Durian di Kabupaten Tanggamus. Salah satu kegiatan yang agak sulit dilakukan adalah pemeliharaan untuk evaluasi padi Ampai yang merupakan padi rawa, komoditas yang akan didaftarkan sebagai salah satu tanaman yang spresifik loksi karena diinformasikan kalau berasnya dapat atau bagus dikonsumsi oleh penderita Penyakit kencing manis atau Diabetes dan mempunyai karakeristik khusus karena ditanam hanya di rawa Kabupaten Mesuji. Hasil karakterisasi Padi Ampai seperti pada Tabel berikut ini. Tabel 24. Hasil Karakterisasi Padi Ampai Nama komo ditas
Nama aksesi
Nama kolektor
Padi Lokal
Padi ampai
Mulyadi
Asal
Status aksesi
Umur panen
Desa Sungai Badak Kec. Mesuji Kab. Mesuji Lampu ng
Kultifar Lokal
6 bulan
Tipe budi daya Padi Rawa
Tipe beras
Beras Merah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
Catatan
Jumlah anakan 10-24 Panjang malai 29,3 cm Jumlah gabah/malai 269,3 butir Jumlah gabah hampa/ malai 16,3 butir Persentase gabah isi/malai 94% Tinggi tan. 110190 cm Umur panen 5-6 bulan Potensi Hasil 10 ton/ha Jenis beras pera
37
LAPORAN TAHUNAN 2016
V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri sendiri,
melainkan
merupakan
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi. A. 1.
Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi Penyuluhan Dalam Rangka Percepatan Inovasi Pertanian Di Provinsi Lampung Bimbingan Lanjut Petani, Penyuluh Dan Sosialisasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementan Dan Balitbangtan Bimbingan penerapan teknologi budidaya bawang merah dengan
tujuan untuk perluasan adopsi teknologi dilakukan dengan tahapan kegiatan diantaranya pelatihan petani dan penyuluh pendamping lapangan, sekolah lapang/praktek
lapangan,
Demontrasi
plot/percontohan,
anjangsana/kunjungan ke petani secara individu atau kelompok, a.
Pelatihan Peserta pelatihan meliputi petani dan penyuluh pendamping kelompok
tani penerima bantuan benih bawang merah sejumlah 50 orang berasal dari Kecamatan Gisting, Gunung Alip, Pugung, Pulau Panggung, Sumber Rejo. Materi yang disampaikan yaitu teknologi budidaya bawang merah, teknik perbenihan, pengendalian hama penyakit, pembinaan kelembagaan, dan dinamika kelompok, dengan narasumber berasal dari peneliti/penyuluh BPTP
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
38
LAPORAN TAHUNAN 2016 Lampung dan praktisi usahatani bawang merah. Metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi serta tukar pengalaman diantara peserta tentang budidaya bawang merah. Peserta pelatihan sangat merespon materi yang disampaikan dari narasumber, yang ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan dan saran dari peserta terkait dengan rencana penerapannya di lapangan dengan harapan dapat mencapai keberhasilan usahatani bawang merah. b.
Sekolah Lapang Sekolah lapang (SL) dilaksanakan pada beberapa tahap budidaya
yaitu persiapan bibit, pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman (penyiangan, penyiraman, pengendalian hama penyakit), panen dan pacsa panen. SL dilaksanakan 2 - 3 kali pertemuan dengan jumlah peserta 30 – 40 orang/pertemuan berasal dari petani pelaksana demplot, petani dan petugas, penyuluh pertanian lapangan di beberapa sentra produksi bawang merah di Kabupaten Tanggamus meliputi Kecamatan Gisting, Gunung Alip, Sumber Rejo, Pulau Panggung, Pugung. Lokasi SL di hamparan demplot/percontohan di Kelompok Tani “Tani Makmur” Pekon Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam membudidayakan bawang merah, maka setiap saat atau disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
petani,
maka
setiap
2
–
3
minggu
sekali
dilakukan
anjangsana/kunjungan untuk pembinaan teknis dan non teknis kepada pelaksana demplot terkait dengan usahatani bawang merah. c.
Demonstrasi Plot Luas demplot/percontohan budidaya bawang merah 2 ha dengan
melibatkan 5-8 petani kooperator masing-masing seluas 0,25 – 0,5 ha. Teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas unggul yang diminati petani/pasar yaitu “Bima Brebes”, pemupukan berimbang dengan dosis: Urea 150 kg/ha + SP-36 150 kg/ha +NPK Phonska 100 kgh/ha + ZA 400 kg/ha + KCl 150 kg/ha + Pupuk kandang sapi 15 ton/ha atau Ayam 6 ton/ha + Dolomit 500 kg/ha + Pupuk hayati melalui bibit, pengendalian organisme pengganggu tanaman secara terpadu dikombinasikan dengan pestisida yang
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
39
LAPORAN TAHUNAN 2016 disesuai
dengan
tingkat
serangan,
pemeliharaan/penyiraman
sesuai
kebutuhan tanaman. Adapun Teknologi budidaya bawang merah yang dilaksanakan di lokasi demplot berdasarkan petunjuk teknis budidaya bawang merah Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit terpadu sedikit terkendala karena pengetahuan dan sikap petani mengenai pengendalian HPT yang masih tergantung pada pestisida. Walaupun demikian, perangkap kuning untuk mengendalikan trips tetap digunakan dalam demplot. Selain itu komponen teknologi yang tidak dapat dilaksanakan secara optimal lainnya adalah sortasi/selekasi bibit dan pengeringan setelah panen. Bibit yang digunakan dalam demplot adalah bibit bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tanggamus yang bersumber dari Kabupaten Brebes dengan Varietas “Bima Brebes” Adapun produktivitas bawang merah di lokasi demplot dengan penerapan teknologi introduksi dan di luar demplot sebagai pembandingnya dengan penerapan teknologi yang umumnya diterapkan oleh petani, sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Tabel
25. Produktivitas Bawang Merah dalam dan luar Demplot di Kabupaten Tanggamus, 2016 Produktivitas di Luar Produktivitas di Dalam Demplot Demplot No Produktivit Produktivit Peningkatan Nama . as Umbi as Umbi Petani Varietas Varietas Kering Kering Sampel (Kg/ha) (Kg/ha) 1 Sunarno Bima 7,850 Bima 7,400 Brebes Brebes 2 Riyanto Bima 9,958 Brebes 3 Suherman Bima 10,288 Brebes 4 Ngatiman Bima 10,750 Brebes 9,712 Jumlah 7,400 2,312 kg/ha (31.24 %)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
40
LAPORAN TAHUNAN 2016 d.
Pengetahuan dan Sikap Petani Salah satu tujuan pelaksanaan bimbingan lanjut budidaya bawang
merah adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani terhadap teknologi budidaya bawang merah, sehingga mereka mau dan mampu menerapkan teknologi tersebut sesuai dengan kondisi agroekosistem pada lahan usahatani yang mereka miliki. Adapun tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani terhadap teknologi budidaya bawang, sebagaimana disajikan dalam Tabel 5. Tabel 26. Tingkat Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Petani terhadap Teknologi Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus, 2016 Uraian Tingkat Pengetahuan Keterampilan Sikap Mean 3,67 3,67 4,02 Min 1 2 1 Max 5 5 5 Median 4 4 4 Keterangan: Kategori rendah (1,00-2,33), sedang (2,34-3,67), tinggi (3,68- 5,00
e.
Tingkat Penerapan Teknologi Untuk mengetahui tingkat penerapan petani terhadap teknologi
budidaya bawang merah di wilayah pengembangan kawasan bawang merah Kabupaten Tanggamus dilakukan survei petani di Wilayah Kecamatan Gisting, Sumber Rejo, Gunung Alip dan Pulau Panggung sebanyak 40 responden. Adapun tingkat penerapan petani terhadap teknologi budidaya bawang merah secara keseluruhan dalam kategori sedang dengan skor 3,67 (Tabel 6). Tabel 27. Tingkat Penerapan Petani terhadap Teknologi Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus, 2016 Tingkat No Komponen Teknologi PTT Penerapan 1 Pemilihan bibit 3,2 2 Perlakuan bibit sebelum tanam 4,0 3 Persiapan lahan 4,1 4 Penanaman 4,0 5 4,1 Waktu pemupukan 6 7
Dosis dan cara pemupukan Pengendalian Gulma
3,7 3,7
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
41
LAPORAN TAHUNAN 2016 No 8 9 10 11
Tingkat Penerapan 4,0 3,2 3,9 3,4 3,67
Komponen Teknologi PTT Pengairan/penyiraman Pengendalian hama penyakit terpadu Panen Pengeringan Rata-rata
Keterangan: Tingkat penerapan rendah (1,00 – 2,33), sedang (2,34 – 3,67), tinggi (3,68 – 5,00)
2.
Temu Teknis Penyuluh, Peneliti Dengan Stakeholder
a.
Kabupaten Tanggamus Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Kabupaten dalam bentuk sosialisasi
Teknologi dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2016, di Gedung Pertemuan Serumpun Padi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, dengan jumlah peserta 60 orang terdiri dari kordinator penyuluh dan PPL yang berasal dari beberapa Kecamatan antara lain: Semaka 2 orang, Pugung 7 orang, Gisting 7 orang, Gunung Alif 6 orang, SumberRejo 6 orang, Talang Padang 7 orang, Kota Agung Timur 4 orang, Kota Agung 4 orang, Pulau Panggung 4 orang, Wonosobo 1 orang, P. Sawa 3 orang, Semoung 2 orang
dan
penyuluh
BP4K 7 orang. Selain itu acara ini juga di hadiri Ka. Bidang Ketenagaan (Ir. Santoso) dan Ka. Bidang Penyelenggaraan BP4K Tanggamus (Ir. Ediyanto) dan penyuluh/peneliti BPTP. Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati bersama antara tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Tanggamus. Tabel 28. Materi dan Narasumber Sosialisasi di Kabupaten Tanggamus No. Materi 1 Alih fungsi lahan tanaman perkebunan yang dijadikan lahan tanaman pangan/hortikultura 2. Teknologi Budidaya Padi dengan Jarwo Super 3. Teknologi Budidaya Jambu Kristal dan Pepaya 4. Teknologi Budidaya Ayam KUB
teknologi
acara temu Teknis
Narasumber Dr.Ir. Arivin Rivaie, M.Sc
Ir. Bambang Wijayanto, MP. Dr. Ir. Nila Wardani, M.Si. Reli Hevrizon, SPt
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
42
LAPORAN TAHUNAN 2016 Penyampaian materi menggunakan metode ceramah yang diikuti dengan diskusi. Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pengembangan sistem tanam jajar legowo sampai saat ini masih terbatas, diperkirakan barui 25 persen petani yang menerapkannya, hal ini disebabkan keterampilan penanam yang masih terbatas dan memerlukan biaya lebih tinggi dibandingkan sistem tanam biasa /tegel.
2.
Penggunaan alsintan transplanter belum banyak digunakan petani, hal ini terkendala pada (1) ketersediaan alat yang terbatas, (2) kurangnya keterampilan dalam mengoperasionalkan alat tersebut.
3.
Sebagian besar tanaman pepaya mengalami serangan hama dan penyakit dengan terdapat bercak-bercak cokelat sampai hitam pada buah yang disebut penyakit Antraknosa. Beberapa tindakan yang harus dilakukan yaitu: menjaga kondisi lingkungan agar tidak lembab dan lakukan penyemprotan dengan fungisida.
4.
Dalam budidaya ternak ayam yang menjadi permasalahan sebagian besar
peternak
adalah
masalah
pakan
terutama
dalam
hal
perhitungan komposisi pakan. Kandungan pakan ideal untuk ternak ayam meliputi protein kasar, energi, serat kasar, metionin dan lisin yang dapat diperoleh dari dedak, menir jagung, tepung ubikayu dll. Hasil evaluasi terhadap peserta
terhadap penyelenggaraan temu
teknis, materi dan narasumber dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Sebagian besar Peserta (60 %) belum pernah mengikuti sosialisasi teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP.
2.
Teknologi yang pernah disosialisasikan oleh BPTP meliputi: a. Budidaya bawang merah b. Pengolahan hasil tanaman hortikultura c. Budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo dan PTT padi sawah d. Kalender tanam terpadu (Katam) e. Salibu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
43
LAPORAN TAHUNAN 2016 f. Pembuatan pupuk kompos g. Teknologi budidaya jagung h. Penangkaran benih padi 3.
100 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang disosialisasikan oleh BPTP telah dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4.
83,76 % peserta menyatakan bahwa materi yang diberikan oleh BPTP sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan.
5.
73,3 % peserta menyatakan teknologi yang disampaikan oleh narasumber mudah dipahami.
6.
79,17 persen peserta menyatakan penyelenggaraan temu teknis memuaskan.
7.
75 persen peserta menyatakan penguasaan materi narasumber dalam kategori baik.
8.
91,67 persen peserta menyatakan cara penyampaian materi oleh narasumber berada dalam kategori baik.
9.
75 persen peserta menyatakan dalam hal Interaksi dengan peserta, narasumber berada dalam kategori baik.
10.
Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: budidaya buah manggis, pemupukan berimbang.
11.
Beberapa saran peserta antara lain: acara temu teknis bagi penyuluh secara kontinyu dilakukan, materi yang disampaikan sebaiknya teknologi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BPTP, Adanya tindak lanyut dari acara temu teknis berupa
demplot
di wilayah
binaan. b.
Kabupaten Pesawaran Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Kabupaten dalam bentuk sosialisasi
Teknologi di Kabupaten Pesawaran berlangsung pada hari Kamis, tanggal 16 Juni 2016.
Lokasi pertemuan di Balai Desa Kutoarjo Kecamatan Gedung
Tataan, Kabupaten Pesawaran, dengan jumlah peserta 60 orang terdiri dari kordinator penyuluh, PPL, THL dan penyuluh swadaya yang berasal dari
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
44
LAPORAN TAHUNAN 2016 beberapa Kecamatan antara lain: Gedong Tataan 8 orang, , Kedondong 4 orang, Padang Cermin 5 orang, Tegineneng 5 orang, Negeri Katon 6 orang, Way Ratai 8 orang, Waylima 5 orang, Way Khilau 3 orang, Teluk Pandan 4 orang, Punduh Pidada 5 orang, Kutoarjo 2 orang serta 5 penyuluh BP4K Kabupaten Pesawaran. Hadir pula Ka. Bidang Penyelenggaraan, KJF BP4K Pesawaran serta tim peneliti dan penyuluh dari BPTP Lampung. Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati bersama antara tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Pesawaran. Tabel 29. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi acara temu Teknis di Kabupaten Pesawaran No. Materi Narasumber 1 Pengelolaan lahan pekarangan Dr. Ir. Arivin Rivaie, M.Sc 2 Teknologi Budidaya Padi dengan Jarwo Ir. Kiswanto, MP. Super 3 Teknologi Budidaya Kakao, fokus Ir. Firdausil AB, M.S pengendalian HPT dan sambung samping 4 Teknologi pembuatan pakan ternak sapi Ir. Elma Basri dari kulit kakao dan perkandangan 5
Budidaya sayuran di pekarangan
Ir. Nasriati, MP
Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Peremajaan tanaman kakao dapat melalui sistem sambung samping dan sambung pucuk. Teknologi sambung samping dan sambung pucuk, duaduanya baik, yang harus diperhatikan adalah ketika embuat irisan pada batang, semakin panjang irisan maka semakin lengket, semakin bagus dan pilihlah batang utama yang lurus.
2.
Kecamatan Way Khilau tahun 2015 mendapatkan bantuan alat tanam padi transplanter, tetapi sampai saat ini alat belum digunakan karena belum ada pelatihan, bagaimana solusinya? Penggunaan Alsin terutama transplanter harus sudah mulai digunakan mengingat tenaga kerja yang semakin berkurang. Solusi agar alat dapat digunakan, petani diminta menyiapkan
lahan
dan
benih
yang
akan
ditanam,
nanti
akan
mengundang operator yang sudah terampil dari Seputih Raman untuk
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
45
LAPORAN TAHUNAN 2016 melatih petani yang akan menjadi operator, dengan persy aratan petani yang akan menjadi operator harus bisa mengoperasikan alat tersebut. 3.
Bagaimana mengatasi serangan hama wereng dan Varietas inpari apa saja yang tahan hama wereng? Untuk mengatasi serangan hama wereng adalah melakukan penanaman serempak untuk satu hamparan yang sama, jika terjadi keterlambatan perbedaan waktu tanam maksimal 14 hari. Varietas Inpari yang tahan hama wereng adalah inpari 13, inpari 30 dan inpari 33.
4.
Temu teknis ini diharapkan dapat dilaksanakan setiap tahun mengingat pentingnya informasi teknologi bagi para penyuluh selaku inisiator dan fasilitator bagi petani.
Hasil evaluasi terhadap peserta
terhadap penyelenggaraan temu teknis,
materi dan narasumber dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Sebagian besar Peserta (54 %) belum pernah mengikuti sosialisasi teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP.
2.
Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi: a. Teknologi budidaya padi b. Teknologi budidaya pala c. Kalender tanam (Katam) terpadu d. PTT padi sawah e. Budidaya jagung f. Pengendalian hama/penyakit tanaman kakao
3.
91,67 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4.
58,34 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 41,67 persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.
5.
73,3
%
peserta
menyatakan
teknologi
yang
disampaikan
oleh
narasumber mudah dipahami
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
46
LAPORAN TAHUNAN 2016 6.
61,67 persen peserta menyatakan penyelenggaraan temu teknis
memuaskan 7.
66,12 persen peserta menyatakan penguasaan materi narasumber berada dalam kategori baik
8.
50,92 persen peserta menyatakan cara penyampaian materi oleh narasumber berada dalam kategori baik
9.
55,56 persen peserta menyatakan narasumber dalam Interaksi dengan peserta, berada dalam kategori cukup baik
10. 71, 3 persen peserta menyatakan narasumber dalam penggunaan alat bantu berada dalam kategori baik 11. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: budidaya buah manggis, pemupukan berimbang spesifik lokasi pada tanaman padi sawah 12. Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh dalam bentuk sosialisasi teknologi hendaknya dilakukan juga dengan metode praktek. c.
Kota Bandar Lampung Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Provinsi berlangsung di Taman
Sains Pertanian (TSP) Kebun Percobaab Natar dalam bentuk sosialisasi Teknologi, sebanyak 2 kali. (1) berlangsung pada hari selasa, tanggal 20 September, dengan jumlah peserta 80 orang terdiri dari penyuluh Lampung Timur 15 orang, Lampung Barat 10 orang, Lampung Utara 15 orang, Tanggamus 10 orang, Way Kanan 10 orang,
Sekretariat Bakorluh 2
orang,Penyuluh dan Litkayasa BPTP 15 orang dan Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP) 3 orang.
Materi yang disampaikan fokus pada komoditas
perkebunan yang merupakan unggulan daerah Lampung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
47
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 30. Materi dan Narasumber Pelatihan teknologi acara Temu Teknis di Taman Sains Pertanian (TSP) KP Natar. No. Materi Narasumber 1
Status Teknologi Tanaman Lada pada
Dr. Jekvy Hendra, M.Si
Lahan Kering Masam 2
Pengelolaan
Tanaman
dan Ir. Firdausil AB, M.S
Sumberdaya Terpadu Kopi 3
Teknologi Pasca Panen Kopi
Dra. Alvi Yani, M.Si
4
Teknologi Pasca Panen Lada
Ir. Ratna Wylis Arief, M.TA
Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Permasalahan di Lampung Utara banyak kopi yang dipetik hijau sehingga menyebabkan mutu
kurang baik, pemetikan muda dilakukan
banyaknya pencurian. Peran
karena
Untuk itu kerjasama kelompok perlu
ditingkatkan dalam hal keamanan, dengan sistim piket jaga. 2.
Untuk memutus rantai tataniaga kopi dari mapia, diperlukan lembaga yang
memayungi
tataniaga
komoditas
perkebunan
yang
dapat
membantu meningkatkan pendapatan petani kopi. 3.
BPTP Lampung dapat menjalin kerjasama dengan Balitkopi di Jember untuk mendapatkan informasi yang terbaru mengenai varietas-varietas kopi. Saat ini sudah ada varietas Kopi Super dengan hasil 2 ton/ha.
4.
Kesulitan lantai jemur saat panen yang dialami petani perlu dukungan pemerintah berupa bantuan terpal/lantai jemur.
Untuk itu perlu
koordinasi dengan Dinas terkait. 5.
Akibat penyakit busuk pangkal batang lada, setiap panen buah tidak berisi.
Untuk itu petani perlu membedakan penyakit busuk pangkal
batang dan penyakit kuning pada lada karena gejala yang ditimbulkan sama. Ada 3 penyakit utama lada yaitu:
busuk Pangkal Batang
(Phytophthora
dan
capsici),
penuakit
kuning
Penyakit
kerdil
penyebabnya adalah virus (Cucumber mosaic virus (CMV)) dan Piper
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
48
LAPORAN TAHUNAN 2016 yellow mottle virus (PYMoV). Saat ini BPTP telah mengembangkan tanaman lada perdu . Hasil evaluasi terhadap peserta sebagai berikut: 1.
Sebagian besar Peserta (76 %) belum pernah mengikuti sosialisasi teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP dan sisa nya 24 persen yang pernah mengikuti.
2.
Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi: budidaya padi jajar legowo dan teknologi budiaya bawang merah.
3.
100 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4.
40 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 60 persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.
5.
Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: Pengendalian hama penyakit lada dan kopi,
praktek sambung samping kopi /kakao,
pengolahan hasil kopi dan kakao. 6.
100 %
peserta menyatakan kegiatan sosialisasi/pelatihan ini sangat
diperlukan penyuluh. 7.
Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh dalam bentuk sosialisasi/pelatihan teknologi hendaknya dilakukan juga dengan metode praktek dan dilakukan tidak hanya satu hari. Temu Teknis yang ke-2 berlangsung pada hari selasa, tanggal 27
September, dengan jumlah peserta 80 orang terdiri dari penyuluh Lampung Timur 10 orang, Lampung Selatan 10 orang, Lampung Tengah 10 orang, Pringsewu 5 orang, Pesawaran 5 orang, Bandar Lampung 5 orang, Tanggamus 10 orang, Way Kanan 5 orang, Bakorluh 2 orang, penyuluh dan Litkayasa BPTP 15 orang dan staf pengajar Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP) 3 orang.
Materi yang disampaikan fokus pada komoditas padi yang
merupakan unggulan daerah Lampung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
49
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 31. Materi dan Narasumber Pelatihan teknologi acara Temu Teknis di Taman Sains Pertanian (TSP), Kebun Percobaan Natar. No. Materi Narasumber 1
Teknologi Budidaya Padi Jajar
Ir. Bambang Wijayanto, MP
Legowo Super 2
Pengembangan
Varietas
Unggul Ir. Rr. Ernawati, M.TA
Baru (VUB) Padi 3
Hama Utama pada Tanaman Padi Dra. Dewi Rumbaina dan Pengendaliannya
Mustikawati
Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Teknologi hemat air yang BPTP introduksikan ke petani adalah teknologi pengairan secara intermiten yaitu pengairan basah kering / pemberian air dilakukan sesuai kebutuhan tanaman 2.
Dalam penggunaan jarwo transplanter jarak tanam sering tidak konsisten,
biasanya terjadi pada tanah bergelombang atau karena
operator kurang menguasai cara menggunakan alat jarwo transplanter tersebur.
Untuk itu perlu dilakukan pelatihan bagi operator dalam
mengoperasionalkan alat tersebut,
dan untuk mengatasi tanah
bergelombang, setelah digaru tanahnya perlu diratakan. 3.
Pengendalian hama tikus dan wereng bisa dengan musuh alami, cara nya dengan mengembangkan burung hantu, menanam tanaman/bunga sehingga dapat mengundang musuh alami, tetapi jika sudah endemi mau tidak mau harus menggunakan karbofuran. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, beberapa upaya dapat dilakukan antara lain: sanitasi, melakukan penanaman tepat waktu dan serentak untuk satu hamparan yang sama jika terjadi keterlambatan perbedaan waktu tanam maksimal 14 hari, gunakan varietas tahan hama penyakit, pemantauan secara rutin dan penyemprotan dengan insektisida nabati secara tepat.
4.
Upaya peningkatan produktivitas padi terkendala hama wereng coklat dan penggerek batang. BPTP diharapkan dapat membuat percontohan berupa demplot pengendalian HPT dengan musuh alami.
Sementara
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
50
LAPORAN TAHUNAN 2016 saat ini demplot yang dilakukan dan menjadi tugas BPTP adalah mendesiminasikan VUB, sampai dengan tahun 2014 Inpari yang telah dilepas Inpari 1 – Inpari 37 dan
varietas yang tahan hama wereng
adalah inpari 12,13, 31,33,34 dan 35. Jadi memang tidak ada demplot yang khusus untuk pengendalian hama penyakit dengan menggunakan musuh alami. Hasil evaluasi terhadap peserta sebagai berikut : 1.
Sebagian besar Peserta (57,57 %) pernah mengikuti sosialisasi teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP dan sisa nya 42,42 persen belum pernah mengikuti
2.
Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi: budidaya padi jajar legowo Budidaya ayam KUB Budidaya jagung Budidaya kedelai Katam
3.
87,87 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4.
75 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 25 persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.
5.
Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: Pengendalian OPT padi Katam Alsintan Pestisida nabati Pemupukan berimbang Pengenalan varietas padi
6.
100 %
peserta menyatakan kegiatan sosialisasi/pelatihan ini sangat
diperlukan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
51
LAPORAN TAHUNAN 2016 7.
Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh dalam bentuk sosialisasi teknologi hendaknya dilakukan di lapang dan langsung praktek Dilakukan secara kontinyu dan materi sesuai kebutuhan
3.
Penyebaran Informasi melalui media Media Cetak yang dilakukan berupa leaflet, buku serta
melalui
penyebaran informasi melalui media Koran. a.
Leaflet
Leaflet yang dibuat dalam beberapa judul yaitu : •
Mengenal Hama Wereng Batang Coklat (WBC) dan cara penanggulangan sebanyak 1000 eks
•
Pembibitan Lada Perdu 1000 eks.
•
Budidaya Ayam KUB sbnyak 1250 eks.
•
Agroinovasi spesifik lokasi untuk memantapkan ketahanan pangan pada era masyarakat ekonomi asean sebanyak 1000 eks,
•
Teknologi Jajar Legowo (jarwo) Super Tanaman Padi sebanyak 1000 eks.
b. Buku • Teknologi Produksi Benih Sumber Kedelai sebanyak 200 ekslempar. •
Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi sawah Irigasi sebayak 300 eks
c. •
Koran Pelayanan Informasi Pertanian di Taman Sains Pertanian (TSP) Natar (11 agustus 2016)
•
Berita Diseminasi : BPTP Kenalkan Teknologi Baru padi Jarwo Super (31 Agustus 2016)
•
Berita BPTP Gelar Tanama Perdana Jarwo Super (8 September 2016)
•
Berita Seminar Agroinovasi tampilkan aneka produk hasil pertanian (19 Oktober 2016)
•
Berita Pemprov Lampung Akan buat harga dasar singkong
dalam
ekspose dan workshop agroinovasi 2016 (20 oktober 2016)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
52
LAPORAN TAHUNAN 2016 Penyebaran informasi melalui media elektronik antara lain kaset CD dan siarab radio. Penyebaran informasi melalui kaset CD yaitu : •
Temu Lapang Jarwo Super Menuju Pertanian Modren, di kec. Sekampung lamtim
•
Pelatihan Teknologi Bagi PPL Lada dan Kopi di TSP Natar
•
Teknologi Jarwo Super untuk memperkuat ketahanan pangan
•
Agroinovasi Spesifik lokasi untuk memantapkan ketahanan pangan
Penyebaran informasi melalui radio antara lain : •
Inseminasi Bautan pada Ternak Sapi
•
Cara pembuatan amonia tongkol jagung untuk pakan ternak
•
Penanganan penyakit Scabies (penyakit kulit; kudis menular) pada kambing
•
Pembuatan silase kulit pisang
•
Pembuatan silase kulit pisang
•
Pengendalian hama wereng batang coklat
•
Asap casir tempurung kelapa sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan
•
Perawatan pada ternak domba
•
Pembuatan Pupuk Kompos
•
Mengenal pepaya carvita agrihorti
4.
Percontohan Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Program Strategis Kementan dan Balitbangtan Percontohan penggunaan Jarwo transplanster dilakukan di 2 (dua)
lokasi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah. a.
Percontohan di Kabupaten Lampung Timur Percontohan tekonologi dilaksanakan di lahan petani di Rama Endra,
Kecamatan Raman Utara.
Percontohan yang diperkenalkan adalah sistim
tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Sebagai pembanding adalah sistim tanam yang biasa dilakukan petani, yaitu jejer
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
53
LAPORAN TAHUNAN 2016 tegel. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas Inpari-30. Keragaan hasil Percontohan teknologi penggunaan Jarwo transplanter disajikan pada tabel 1. di bawah ini. Tabel 32. Pertumbuhan Dan Komponen Hasil Tanaman Padi Dengan Jarwo Transplanter Dan Tegel No
1 2
Sistim Tanam
Legowo 2:1 dengan Transplanter Tegel manual
Tinggi Tanam an (cm)
Jumlah anakan Produktif
Panjang malai (cm)
Jumlah bulir/malai Isi Hampa
Hasil (ton/ha)
110,5
15,2
28,5
180
50,2
6,225
105
12,5
26
150
46,5
5,400
Untuk mengetahui atau mengukur kelayakan teknologi introduksi dalam member nilai tambah terhadap teknologi petani digunakan Marginal
Benefit Cost Ratio (MBCR), yaitu perbandingan antara keuntungan dan biaya marginal. Perhitungan MBCR menjelaskan kalau nilainya lebih kecil dari 1, berarti teknologi inntroduksi tidak berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan. Sebaliknya kalau lebih besar 1, artinya teknologi tersebut berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan. Analisis usahatani disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Analisis Usahatani Sistim Tanam Padi dengan jarwo transplanter dan Tegel Uraian Sistim Tanam Legowo Dengan Tegel Manual Transplanter Benih (Rp) 210.000 280.000 Pengolahan tanah (Rp)
1.200.000
1.200.000
Penyemaian (Rp)
200.000
150.000
Perawatan semai (Rp)
150.000
150.000
Cabut benih (Rp)
50.000
Menggaris (Rp)
150.000
Menggulung benih (Rp)
100.000
Tanam (Rp)
600.000
800.000
Pemupukan (Rp)
300.000
300.000
Penyiangan (Rp)
300.000
300.000
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
54
LAPORAN TAHUNAN 2016 Penyemprotan (Rp) Panen (Rp) Penyusutan dapog/musim (Rp)
400.000
400.000
2.000.000
2.540.500
250.000
Pupuk Organik (Rp)
1.125.000
1.125.000
725.000
725.000
1.080.000
1.080.000
Furadan (Rp)
200.000
200.000
Kensida (Rp)
525.000
525.000
Fertera (Rp)
575.000
575.000
Reng (Rp)
750.000
Waring (Rp)
545.000
Jumlah (Rp)
11.235.000
10.550.500
Produksi (kg)
6.225
5.400
Harga (Rp)
4.200
4.200
Nilai (Rp)
26.145.000
22.680.000
R/C Rasio
2,33
2,15
Pupuk Urea (Rp) Pupuk Phonska (Rp)
MBCR
5,06 Dari tabel 2 dapat terlihat ahwa nilai MBCR sistim tanam jejer legowo
dengan menggunakan jarwo transplanter di Lampung Timur 5,06. Hal ini berarti bahwa teknologi baru tersebut dapat dikembangkan di Kabupaten Lampung Timur, khususnya di Desa Rama Endra, Kecamatan Raman Utara. b.
Percontohan di Kabupaten Lampung Tengah Percontohan dilaksanakan di lahan petani di Mataram Ilir, Kecamatan
Seputih Surabaya. Teknologi yang digelar adalah sistim tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Adapun digunakan
adalah
varietas
Inpara-2
dan
Inpari-20.
varietas yang Keragaan
hasil
Percontohan penggunaan Jarwo transplanter disajikan pada tabel 3. di bawah ini.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
55
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 34. Komponen Pertumbuhan dan hasil Padi Varietas Inpari-30 Inpara-2 No
Varietas
dan
Tinggi
Jumlah
Panjang
Jumlah
Hasil
Tanaman
anakan
malai
bulir/malai
(ton/ha)
(cm)
Produktif
(cm)
Isi
Hampa
1
Inpara-2
100,50
16,2
27,5
174
45,2
6,20
2
Inpari-30
104,00
18,5
28,0
185
50,5
6.80
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa varietas Inpari-30 memberikan nilai R/C ratio 2,27, sedangkan Inpara-2 hanya 2,21. Hal ini berarti Varietas Inpari-30 yang ditanam dengan menggunakan Jarwo transplanter lebih menguntungkan dibandingkan dengan varietas Inpara-2. Tabel 35. Analsisis Usahatani Padi Varietas Inpari-30 dan Inpara-2 Uraian
Varietas
Benih (Rp)
Inpara-2 280.000
Inpari-30 280.000
Pengolahan tanah (Rp)
1.000.000
1.000.000
Penyemaian (Rp)
200.000
200.000
Perawatan semai (Rp)
150.000
150.000
Menggulung benih (Rp)
100.000
100.000
Tanam (Rp)
600.000
600.000
Pemupukan (Rp)
300.000
300.000
Penyiangan (Rp)
300.000
300.000
Penyemprotan (Rp)
350.000
500.000
2.000.000
2.000.000
150.000
150.000
1.300.000
1.300.000
725.000
725.000
Pupuk Phonska (Rp)
1.110.000
1.110.000
Kaptan (Rp)
1.500.000
1.500.000
Provide (Rp)
580.000
580.000
Beka (Rp)
340.000
340.000
Reng (Rp)
300.000
300.000
Panen (Rp) Penyusutan dapog/musim (Rp) Pupuk Organik (Rp) Pupuk Urea (Rp)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
56
LAPORAN TAHUNAN 2016 Waring (Rp)
545.000
545000
Jumlah (Rp)
11.830.000
11.980.000
Produksi (kg)
6.200
6.800
Harga (Rp)
4.000
4.000
Nilai (Rp)
24.800.000
27.200.000
R/C Rasio
2,1
2,27
Untuk mengetahui respon petani terhadap penggunaan alat tanam jarwo transplanter telah dilakukan FGD. FGD dilakukan terhadap petani kooperator dan anggota kelompok tani pelaksana percontohan. Dari hasil FGD diketahui bahwa:
Penggunaan dapat mempercepat waktu tanam dan mengurangi biaya tanam. Sebagai contoh untuk menanam padi secara manual memerlukan tenaga tanam sebanyak 15-20 orang dengan waktu 8 jam. Sedangkan dengan
menggunakan
jarwo
transplanter
cukup
3
orang
dan
memerlukan waktu 5-6 jam tergantung ketrampilan operator.
Jumlah bibit yang keluar tidak teratur, kadang-kadang kosong kadangkadang lebih 3 bibit per lubang
Barisan tanam kurang teratur (tidak lurus)
Harga tranplanter dirasakan masih mahal oleh petani
5.
Pameran Inovasi Pertanian Pada tahun 2016, BPTP Lampung mengikuti 3 (tiga) event pameran di
Provinsi Lampung yaitu dalam rangka pelaksanaan PEDA KTNA (Pekan Daerah Kelompok Tani dan Nelayan Andalan) XV Provinsi Lampung pada tanggal 25-28 Juli 2016 di Tulang Bawang, Pameran Ekspose dan Workshop Agroinovasi sebagai pengganti Pameran Pembangunan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI yang ditiadakan, dan Pameran dalam rangka HUT Kabupaten Lampung Selatan, serta 1 (satu) event pameran di luar provinsi yaitu pameran dalam rangka HPS XXXVI di Boyolali Jawa Tengah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
57
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 36. Materi dan Media yang digunakan dalam Pameran PEDA KTNA dan Pameran Ekspose dan Workshop Agroinovasi. No. Materi Inovasi Media 1. Komoditas Tanaman Pangan Padi Leaflet, display/miniatur jajar legowo, poster, bahan tanaman beberapa VUB, display benih beberapa VUB, benih dalam kemasan UPBS Jagung Leaflet, display tongkol jagung VUB Kedelai Leaflet, display benih beberapa VUB, benih dalam kemasan UPBS Ubikayu Leaflet, pasca panen (sirup glukosa, pangan lokal oyek, beras) 2. Tanaman Perkebunan Kopi Leaflet, kompos dari kulit kopi, pasca panen (kopi lada) Lada Leaflet, bibit lada perdu dan lada panjat, bahan tanam lada perdu Kakao Buah beberapa varietas/klon kakao 3. Tanaman Hortikultura Cabai Leaflet, bahan tanaman Bawang Merah Bibit/umbi, bahan tanaman Lainnya Display vertikultur 4. Peternakan Kambing Poster, leaflet, kompos Sapi Kompos Ayam Leaflet, poster 5. Alat Mesin Transplanter, Alat caplak jajar legowo bongkar pasang B.
Taman Agro Inovasi Kegiatan Taman Agro Inovasiuntuk tahun Anggaran 2016 ini
lokasinya dilaksanakan di Kantor BPTP Lampung yang berada di Rajabasa, sedangkan pada tahun anggaran 2015 dilaksanakan di Laboratorium Diseminasi Masgar Kabupaten Pesawaran.
Dari letak posisi Taman Agro
Inovasi ini sangat strategis sekali, karena terletak di Kota Madya dan posisi di pinggir jalan utama sehingga dapat dilihat oleh pengunjung yang melintas di seputaran kantor.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
58
LAPORAN TAHUNAN 2016 Taman ini dibentuksebagai media pembelajaran budidaya hortukultura dan tanaman hias dengan berbagai macam teknologi inovasi pertanian mendukung pertanian perkotaan antara lain hidroponik, vertiminaponik, wall
gardening dengan sistem paralon, pot plant, dan modul atau partisi dalam wahana diseminasi taman agroinovasi BPTP Lampung. Konsep Taman Agro Inovasi ini dibangun dengan memanfaatkan lahan pekarangan sempit yang ada di halaman kantor BPTP Hajimena dengan harapan dapat menghadapi polemik di bidang pertanian akan keindahan pandangan dari kepenatan dalam menghadapi suasana kerja dan tuntutan tugas yang semakin banyak dan menuntut kinerja yang tinggi.
Selain itu
jugadengan dibangunnya Taman Agro Inovasi ini diharapkan dapat dijadikan keindahan dan suasana alam yang alami sebagai salah satu kebutuhan di era modernisasi saat ini, mengingat keindahan dan kesejukan pandangan akan mempengaruhi perkembangan daya fikir dan imajinasi para pekerja yang juga membutuhkan refresh otak dalam kepenatan bekerja terutama untuk lahan disekitar perkantoran yang kebanyakan di penuhi oleh gedung-gedung dengan sedikit areal tanam atau hijauan. Respon masyarakat yang berkunjung ke Taman Agro Inovasi ini sangat antusias sekali, karena cocok untuk daerah perkotaan. Mereka akan mencoba membuat dan menerapkannya di rumah masing-masing. Selain itu juga khusus untuk karyawan yang ada di kantor BPTP Lampung, mereka juga akan mencontoh membuat di pekarang rumah masing-masing. Letak posisi kantor BPTP Lampung sangat strategis sekali karena terletak di komplek perkantoran Dinas Pertanian tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dan Dinas Kehutanan BKSDA Lampung, sehingga karyawan yang melewati mampir untuk melihat-lihat Taman Agro Inovasi, sehingga mereka sangat antusis sekali dengan tanaman yang di displaykan, dan mereka sangat mendukung sekali untuk menerapkan konsep pertanian perkotaan dibidang hortikultura untuk lahan sempit atau tidak mempunyai sekali lahan pekarangan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
59
LAPORAN TAHUNAN 2016 C.
Pengembangan Model Kawasan Sekolah Lapang Mandiri Benih Padi Di Lampung Berdasarkan hasil koordinasi dengan dinas instansi terkait lingkup
pertanian Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang, maka telah ditetapkan lokasi kegiatan SL Mandiri Benih Terintegrasi dengan Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, sebagaimana disajikan dalam Tabel 37. Tabel 37. Lokasi Sekolah Lapang Mandiri Benih Terintegrasi dengan Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, 2016 No 1.
2.
Lokasi (Kab, Kec, Desa, Klp Tani)
Luas Sawah (Ha)
Luas LL (Ha)
Lampung Tengah, Seputih Surabaya, Sumber Baru, Sopo Jadi 2 Tulang Bawang, Banjar Baru, Panca Mulya, Sumber Pangan Total
474
2
Inpari 30 (1) Mekongga (1)
13
Mekongg a (3) Ciliwung (10 )
225
2
Inpari 30 (1) Inpara 2 (1)
-
-
4
Varietas (Ha)
Luas SL (Ha)
Varietas
13
Pelatihan Tahapan pelaksanaan pelatihan dilakukan secara periodik yaitu diawali dengan pelatihan pendahulun tingkat kelompok tani, dilaksanakan paling lambat 2 minggu sebelum SL. Pelatihan pendahuluan ini dilaksanakan dalam kelas, pesertanya adalah kelompok tani calon penangkar internal desa dan eksternal desa atau kecamatan, dengan jumlah peserta masing-masing kabupaten 40 - 50 orang berasal dari petani dan penyuluh pendamping program Desa Mandiri Benih. Adapun materi yang disampaikan dalam pelatihan pendahuluan ini, sebagaimana disajikan pada Tabel 38.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
60
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 38. Materi Pelatihan Pendahuluan Kegiatan SL Benih di Lampung, 2016 No Lokasi Materi Pelatihan/Waktu 1. Kab. Lampung Program Perbenihan Tengah, Kec. Seputih Padi di Kab. Surabaya, Desa Lampung Tengah Sumber Baru, Klp Tani Proses Sertifikasi “Sopo Jadi 2”, tanggal dalam Penangkaran 28 April 2016 Benih Padi
2.
Ka. Tulang Bawang, Kec. Banjar Baru, Desa Klp Tani “Panca Mulya, Sumber Pangan”, tanggal 29 – 30 April 2016
Teknik Penangkaran Benih Bermutu Budidaya Padi dengan Penerapan Teknologi Jarjar Legowo Super Program Perbenihan Padi di Kab. Tulang Bawang Proses Sertifikasi dalam Penangkaran Benih Padi Teknik Penangkaran Benih Bermutu Budidaya Padi dengan Penerapan Teknologi Jarjar Legowo Super
Model Desa Mandiri Narasumber Ir. Edi Daryanto (Dinas TPH Kab. Lampung Tengah). Ir. Suroso (BPSB Wilayah Kerja Pengawas Benih Kab. Lampung Tengah) Ir. Rr. Ernawati, MTA (BPTP Lampung) Ir. Kiswanto, MP (BPTP Lampung) Siswanto, SP (Dinas TPH Kab. Tulang Bawang) Teguh Marsapto (BPSB Wilayah Kerja Pengawas Benih Kab.Tulang Bawang dan Mesuji) Ir. Rr. Ernawati, MTA (BPTP lampung) Ir. Kiswanto, MP (BPTP Lampung)
Tahap pelaksanaan pelatihan berikutnya adalah kegiatan Sekolah Lapang (SL). Peserta SL terdiri dari petani pelaksana (kooperator dan non kooperator) dalam wilayah program Desa Mandiri Benih dan penyuluh pendamping lingkup kecamatan Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang dengan jumlah peserta masing-masing 25 – 35 orang setiap SL. Adapun materi pelatian yang disampaikan dalam kegiatan SL, sebagaimana disajikan dalam Tabel 39.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
61
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 39. Materi Sekolah Lapang Desa Mandiri Benih Padi di No Lokasi SL ke Materi Pelatihan/Waktu 1. Kab. Lampung I 1. Pemupukan N Tengah, Kec. (20-30 dengan indikator Seputih Surabaya, HST) bagan warna Desa Sumber Baru, daun (BWD) ke I Klp Tani “Sopo Jadi 2. Rouging/seleksi 2”. tanaman I 3. Pengamatan hama penyakit secara umum II (35-45 HST)
III (60-75 HST)
2.
Kab. Tulang Bawang, Kec. Banjar Baru, Desa Klp Tani “Panca Mulya, Sumber Pangan”.
1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke II 2. Rouging/seleksi tanaman ke II 3. Pengendalian hama penggerek batang dan kepinding tanah 1. Rouging/seleksi tanaman ke III 2. Pengendalian hama WBC dan penyakit blas
IV 1. Rouging/seleksi (90-105 tanaman ke IV HST) 2. Teknik prosesing produksi benih I 1. Pemupukan N (20-30 dengan indikator HST) bagan warna daun (BWD) ke I 2. Rouging/seleksi tanaman I 3. Pengamatan hama penyakit secara umum II 1. Pemupukan N (35-45 dengan indikator
Lampung, 2016 Asal Narasumber 1. BPTP Lampung
2. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah 3. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak 1. BPTP Lampung
2. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah 3. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak 1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah 2. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak 3. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah 4. BPTP Lampung 1. BPTP Lampung
2. BPSB Wilayah Kab. Tulang Bawang 3. BPTP Lampung dan Petugas POPT Kec. Banjar Baru 1. BPTP Lampung
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
62
LAPORAN TAHUNAN 2016 HST) 2. 3.
III (60-75 HST)
1. 2.
IV 1. (90-105 HST) 2. Setelah
kegiatan
pelatihan
bagan warna daun (BWD) ke II Rouging/seleksi 2. BPSB Wilayah Kab. tanaman ke II Tulang Bawang Pengendalian 3. BPTP Lampung dan hama WBC, Petugas POPT Kec. penggerek Banjar Baru batang dan kepinding tanah Rouging/seleksi 1. BPSB Wilayah Kab. tanaman ke III Lampung Tengah Pengendalian 2. BPTP Lampung hama WBC, dan Petugas POPT kepinding tanah dan penyakit blas Rouging/seleksi 1. BPSB Wilayah Kab. tanaman ke IV Lampung Tengah Teknik prosesing 2. BPTP Lampung produksi benih dan
pendahuluan
dan
sekolah
lapang,
dilanjutkan kegiatan pertemuan terkait dengan prosesing benih yaitu penjemuran,
sortasi,
pengukuran
kadar
air,
pengemasaan,
strategi
penyaluran/penyaluran benih dan penguatan kelembagaan kelompok tani penangkar benih dll, dengan jumlah peserta 20 – 30 orang berasan dari petani kooperator penangkaran benih, penyuluh pendamping, koordinator penyuluh pertanian dan petugas POPT kecamatan, pengurus kelompok tani internal dan eksternal desa/kecamatan dll. Penyediaan Benih Adapun produksi benih yang dihasilkan model desa mandiri benih di Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang diperoleh dari lokasi LL dan LL, sebagaimana disajikan dalam Tabel 40.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
63
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 40. Penyediaan Benih Bersertifikat Model Desa Mandiri Benih di Lampung MT II, 2016 Desa, Kecamatan, Kabupaten
Sumber Baru, Kec. Seputih Banyak, Kab. Lampung Tengah Panca Mulya, Kec. Banjar Baru Kab. Tulang Bawang
Penyediaan Benih Bersertifikat klas ES (kg) Kebutuha n benih LL SL sebar Kemandirian Ciliwun Jumlah (kg) Inpari 30 Mekongga Mekongga g
23,700
3.,00
3,000
8,437.5
Gagal panen
2,000 (Jabal)
4,150
7,800
17,950
Kurang (5,750)
2,000
Kurang (6,437.5)
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Selanjutnya salah satu tujuan kegiatan SL desa mandiri benih padi adalah adalah untuk mempercepat adopsi varietas unggul spesifik lokasi sesuai dengan preferensi petani. Untuk mengetuhi sejauhmana adaposi verietas tersebut dapat dilihat dari penyaluran benih yang telah diproduksi oleh SL desa mandiri benih, sebagaimana disajikan dalam Tabel 41. Tabel 41. Penyaluran Produksi Benih Model Desa mandiri Benih di Lampung MT II, 2016 No
1
Desa, Kecamatan, Kabupaten
Desa Sumber Baru, Kec. Seputih Banyak, Kab. Lampung Tengah
Pemanfaatan
Internal desa sendiri
Pemasaran/ Penyaluran
Kelompok Tani
Varietas (Kg)
Inpari 30 Mekongga
Kelompok Tani
800 1.800
Ciliwung
1.200 3.800
Inpari 30
1.000
Jumlah 1 Eksternal desa
Jumlah (Kg)
Mekongga Jumlah 2
1.950 Penangkar
Jumlah 3 Jumlah 1,2,3
950
Inpari 30
1.200
Ciliwung
6.000 7.200 12,950
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
64
LAPORAN TAHUNAN 2016 Belum tersalur
Dimanfaatkan MH (Jan 2016)
Mekongga
5.000
Gabah konsumsi
0
Total 2.
Panca Mulya, Kec. Banjar Baru Banyak, Kab. Tulang Bawang
17.950
Internal desa sendiri Eksternal desa
Kelompok Tani
Inpara 2
1.000
Kelompok Tani Penangkar
Gabah konsumsi
0 Inpara 2
Total
1.000 2.000
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Dalam pelaksanaan pendampingan kegiatan SL model desa mandiri benih padi, telah ditemukan beberapa permasalahan baik teknis dan non teknis, sebagaimana disajikan dalam Tabel 42 . Tabel 42. Permasalahan yang Dihadapi dalam Kegiatan SL Mandiri Benih Padi di Lampung, 2016 No
Masalah
Pemecahan masalah
1.
Serangan hama (Kepinding Pengedalian dengan prinsip PHT, jika tanah, Wereng Batang tingkat serangan di atas ambang Coklat, Penggerek Batang) kendali, menggunakan kimia/insektisida
2.
Serangan penyakit kerdil rumput, pelepah)
3.
Kapasitas alat prosesing terbatas terutama lantai jemur Benih belum tersalurkan secara keseluruhan, dikarenakan adanya bantuan benih bersubsidi melalui Pihak Ketiga dan tidak melibatkan penangkar lokal Modal kelompok tani terbatas
4.
5.
(Blas, Pemupukan sesuai dengan kebutuhan hawar tanaman dan dibantu dengan penggunaan fungisida kimia Prosesing benih secara bertahap atau pinjam kelain pihak Sisa benih akan disalurkan di internal desa pada musim MH (bulan Januari 2017)
Menggunakan dana talangan yang bersumber dari pengurus kelompok tani dan Bank/BRI (KUR)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
65
LAPORAN TAHUNAN 2016 D.
Pengembangan Model Kawasan Sekolah Lapang Mandiri Benih Kedelai Di Lampung Jumlah anggota kelompok yang ikut serta dalam kegiatan Sekolah
Lapang Mandiri Benih Kedelai pada musim tanam Pertama bulan
Mei dan
Juni seluas 2 dengan jumlah peserta 6 orang, pada musim tanam kedua dilakukan bulan Agustus dan september seluas 2,5 ha dengan jumlah peserta 7 orang (termasuk lokasi Laboratorium Lapang 1 ha) Tabel 43. Nama petani dan luas lahan kegiatan SLMBK No Nama Luas Lahan Varietas Petani (ha) 1. Roni 0,5 Anjasmoro 2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 3. Muryani 0,5 Anjasmoro 4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 5. Setioko 0,25 Anjasmoro 6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak ijo 7. Wardi 0,25 Lokal 8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 9. Wasiman 0,25 Lokom 10. Sukatman 0,25 Lokon 11. Roni 0,5 Anjasmoro 12. Samingan 0,25 Anjasmoro 13. Muryani 0,25 Anjasmoro
Tanggal Tanam 15 Mei 2016 20 Mei 2016 20 Mei 2016 22 Mei 2016 4 Juni 2016 9 Juni 2016 25 Agust 2016 1 Sep 2106 1 Sep 2016 3 Sep 2016 4 Sep 2016 5 Sep 2016 7 Sep 2016
4,5 ha Penyediaan Benih Sumber Benih sumber klas BP (Benih Pokok) label ungu varietas Anjasmoro berasal dari UPBS BPTP Lampung. Sedangkan benih varietas Lokon dan Gepak Ijo merupakan benih yang berasal dari petani setempat. Pendampingan dan Bimbingan Teknis Produksi Benih Kedelai Keberhasilan produksi benih ditentukan oleh kesiapan benih sumber, ketepatan penerapan teknologi budidaya, ketepatan pemeliharaan mutu genetik, mutufisik, dan mutu fisiologis benih, serta distribusi benih. Di lapang, tidak ada perbedaan antara teknologi budidaya kedelai untuk keperluan produksi benih dengan tujuan untuk konsumsi. Perbedaannya adalah terletak
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
66
LAPORAN TAHUNAN 2016 pada proses penjagaan kebenaran mutugenetik dan mutu fisiologis dari benih yang dihasilkan. Benih yang diproduksi secara benar akan menjadi agen pembawa teknologi dan sekaligus akan bernilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan biji kedelai untuk konsumsi. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam produksi benih kedelai adalah: 1.
Produksi benih diusahakan pada lahan subur di sentral produksi
2.
Kedelai ditanam pada musim yang tepat, karena terlalu awal atau terlambat tanam dapat menyebabkan tanaman terserang OPT yang cukup berat
3.
Benih yang diproduksi diupayakan berasal dari varietas unggul yang jenisnya
sesuai
dengan
permintaan
masyarakat
di
wilayah
pengembangan 4.
Penanaman tepat waktu dan serempak dapat mengurangi resiko kegagalan
5.
Pengendalian gulma dan OPT harus dilakukan secara benar dan tepat waktu
6.
Penanganan
pasca
panen
diposisikan
sama
pentingnya
dengan
penanganan prapanen, karena mutu benih juga sangat ditentukan oleh penanganan pasca panen. Cepat menurunnya daya tumbuh benih kedelai ditentukan oleh proses pasca panennya. Pelatihan dan pendampingan dilaksanakan minimal sebanyak 8 kali pertemuan. Materi pendampingan dan bimbingan yang telah dilakukan antara lain: 1.
Pengenalan varietas unggul kedelai (BPTP Lampung dan Balitkabi)
2.
Budidaya kedelai spesifik agroekologi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)
3.
Pemupukan spesifik lokasi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)
4.
Pengendalian
OPT
(BPTP
Lampung,
Balitkabi,
POPT
Kecamatan
Ambarawa, PPL) 5.
Pengendalian gulma (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan Ambarawa, PPL)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
67
LAPORAN TAHUNAN 2016 6.
Teknik produksi benih sumber kedelai (BPTP Lampung, BPSB Provinsi Lampung, PPL)
7.
Jabalsim, kelembagaan dan pemasaran benih kedelai (BPTP Lampung, KUPT Kecamatan Ambarawa, PPL)
Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi Lokasi penangkaran kedelai di kedua lokasi merupakan lahan sawah. Pada lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau pertama (MK I) setelah panen padi pertama atau pada musim kemarau kedua (MK II) setelah panen padi kedua. Kedelai MK I masa tanamnya antara Februari – Juni, kedelai MK II antara Juni – September. Paket teknologi produksi kedelai pada lahan sawah MK I dan MK II sebagai berikut: 1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman. 2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah. Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm. 3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan penyakit. 4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan preferensi pasar. 5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih yang digunakan. 6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg benih).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
68
LAPORAN TAHUNAN 2016 7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg benih. 8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam. 9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong. 10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida pasca tumbuh. 11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu). 12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas yang ditanam. 13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok. Tabel 44. Data Hasil Panen SLMBK di Desa Margodadi – Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun 2016 No Nama Luas Lahan Varietas Hasil Petani (ha) 1. Roni 0,5 Anjasmoro gagal 489 2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 3. Muryani 0,5 Anjasmoro gagal 4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 225 5. Setioko 0,25 Anjasmoro 121 375 6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak Ijo 7. Wardi 0,25 Lokal 323 8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 788 9. Wasiman 0,25 Lokom 215 10. Sukatman 0,25 Lokon Gagal (Terendam)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
69
LAPORAN TAHUNAN 2016 11. Roni 12. Samingan 13. Muryani
0,5 0,25 0,25 4,5 Ha
Anjasmoro Anjasmoro Anjasmoro
625 263 217
Permasalahan yang dihadapi - Kendala faktor cuaca/curah hujan yang tinggi pada di lokasi Desa Margodadi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Curah hujan yang tinggi menyebabkan sebagian besar petani yang semula akan ikut serta dalam kegiatan SLMBK dengan menanam kedelai, beralih menanam padi. Hal ini menyebabkan target luas tanam semula pada MT I seluas 5 ha tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas 2 ha. Solusi (pemecahan masalah) yang dilakukan -
Kondisi lahan masing-masing petani berbeda- beda. Pada areal lahan yang masih memungkinkan untuk ditanam, setelah terjadi genangan, segera dilakukan pengeringan menggunakan pompa. Monitoring intensif harus dilakukan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan.
E.
Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan
1.
Pendampingan Kawasan Padi Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2
kabupaten bersinergi dengan lokasi gerakan intensifikasi padi dengan penerapan sistem tanam jajar legowo, yaitu di Kabupaten Lampung Tengah meliputi Kecamatan Bandar Surabaya, Seputih Surabaya, Bumi Nabung, Rumbia, Putra Rumbia dan Kabupaten Lampung Timur meliputi Kecamatan Sekampung, Sukadana, Batanghari Nubang, Way Bungur, Raman Utara. sebaran pendampingan pengembangan kawasan padi oleh BPTP Lampung tahun 2016 berada di Kabupaten Lampung Tengah 5 kecamatan seluas 4.200 ha dengan melibatkan 181 kelompok tani agroekosistem rawa lebak dengan pola tanam padi-padi dan bera-padi. Sedangkan di Kabupaten Lampung
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
70
LAPORAN TAHUNAN 2016 Timur meliputi 5 kecamatan seluas 3,825 ha melibatkan 153 kelompok tani, agroekosistem sawah irigasi denagn pola tanam pasi-padi. Pelatihan Petani dan Penyuluh Pendamping Materi yang disampaikan dalam pelatihan meliputi kebijakan program peningkatan produksi padi, budidaya padi melalui penerapan teknologi jajar legowo super, kelender tanam terpadu (Katam). Metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah dan diskusi kemudian dilanjutkan dengan praktek pembuatan persemaian sistem dapog/nampan Penerapan Teknologi Hasil pengamatan/survei menunjukkan bahwa, penerapan komponen teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel 45. Tabel 45. Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi di Lampung MT II, 2016
No
Komponen Teknologi
Jumlah poktan yang didampingi (poktan)
Jumlah total anggota poktan yang di dampingi (orang)
Jumlah anggota poktan yang menerapkan teknologi (orang)
Persentasi yang menerapkan teknologi (%)
334
8,350
1,670
20.00
334
8,350
8,350
100.00
334
8,350
2,875
34.43
334
8,350
1,250
14.97
334
8,350
5,000
59.88
334
8,350
8,350
100.00
Komponen Dasar 1 2 3
4
5 6
Varietas unggul baru Benih bermutu dan berlabel Pengaturan cara tanam Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya) Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD/PUTS/PUTR Pengendalian OPT prinsip PHT Pemberian Bahan Organik/pupuk
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
71
LAPORAN TAHUNAN 2016 kandang Rata-rata Komponen Pilihan 7 Pengolahan lahan yang baik 8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten) 11 Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll) 12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan Rata-rata Keterangan:
54.88 334
8,350
8,350
100.00
334
8,350
6,263
75.01
334
8,350
6,250
74.85
334
8,350
3,125
37.43
334
8,350
2,500
29.94
334
8,350
8,350
100.00 69.54
Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %) Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %) Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)
Demfarm PTT Lokasi demfarm diletakkan di dalam hamparan intensifikasi padi atau di luar tetapi berhimpitan dengan hamparan intensifikasi padi. Demfarm dilaksanakan di hamparan kelompok tani “Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah seluas 3 ha dengan menggunakan VUB Inpari 22 dan Inpara 2 dan Kelompok Tani “Ngudi Makmur” I, Desa Girikarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Tengah seluas 3 ha dengan memperkenalkan Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31 dan Inpari 33. Adapun teknologi yang diintroduksikan dalam demfarm adalah komponen PTT secara lengkap spesifik lokasi seperti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
72
LAPORAN TAHUNAN 2016 penggunaan VUB, dekomposer, pupuk organik 2 ton/ha, pupuk hayati, bibit muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1, dan 4:1 secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter,
pemupukan
berimbang
spesifik
lokasi
dengan
BWD,
PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera dirontok dengan power tresher atau combine havester. Produktivitas padi dalam demfarm dengan penerapan PTT lebih tinggi dibandingkan di luar demfarm dengan teknologi yang biasa diterapkan oleh petani, sebagaimana disajikan dalam Tabel 46. Tabel 46. Produktivitas Padi di Dalam dan di Luar Demfarm PTT di Lampung MT II, 2016 Paket Produktivitas di Produktivitas di luar teknologi dalam Demplot PTT Demplot (petani Luas No. Lokasi Demfarm yang sekitar demplot) (Ha) diterapkan1) Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha) 1
2
Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur Rata-rata
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8,9,10,11
Inpari 22 Inpara 2
64.0 82.0
Ciherang
57,0
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11
Inpari Inpari Inpari Inpari
70.3 80.7 80.2 69.2
Mekongga IR 64
52.0 60.0
3
3
22 30 31 33
74.40
56.33
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Materi teknologi yang diterapkan: 1. Benih/varietas VUB 2. Penyiapan lahan 3. Dekomposer 4. Tanam bibit muda dan 1-3 bibit 5. Pupuk hayati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
73
LAPORAN TAHUNAN 2016 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pemupukan sesuai kebutuhan Pemeliharaan tanaman/Penyiangan Menerapkan PHT dalam pengendalian OPT Pengairan yang efisien/intermiten Panen dan pascapanen yang seuai Katam
Temu Lapang Temu Lapang penerapan PTT padi hanya dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 30 Agustus 2016. Temu Lapang dilaksanakan di hamparan sawah Kelompok Tani ” Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang merupakan lokasi demfarm/ percontohan penerapan PTT padi dengan teknologi jajar legowo super. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 125 orang, berasal dari petani internal dan eksternal Desa Giri Karto Kecamatan Sekampung dan petani dari desa di luar Kecamatan Sekampung. Selain itu perangkat Desa Giri Karto, Penyuluh Pertanian BP3K Sekampung dan BP3K tetangga,
petugas
Kecamatan, Koramil/TNI, Polsek Kecamatan Sekampung, Media Masa (Lampung Post) TVRI Bandar Lampung,
Dinas Instansi lingkup pertanian
Kabupaten Lampung dan Provinsi Lampung. Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Pelaksanaan
uji
adaptasi
varietas
unggul
baru
(VUB)
dalam
pendampingan pengembangan kawasan padi di Lampung diprioritaskan pada komoditas padi Inbrida. Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah
dan Lampung Timur masing-masing 5 unit
(titik) @ 1 -1.5 ha. Lokasi uji adaptasi VUB dilaksanakan di dalam atau berhimpitan dengan hamparan kelompok pelaksana gerakan intensifikasi padi. VUB yang digunakan adalah Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33 dan Inpara 2 dengan luas setiap varietas 0.25 – 0.50 ha. Sedangkan varietas pembandingnya adalah Ciherang dan Ciliwung. Teknologi yang diterapkan dalam uji adaptasi pada umumnya dengan pendekatan komponen PTT.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
74
LAPORAN TAHUNAN 2016 Adapaun produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan dalam Tabel 47. Tabel 47. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB di Lampung MT II, 2016 No
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi Display Varietas (Klp Tani Desa/Kec/Kab) Kel. Tani Sumber Rejeki I, Cempaka Putih, Bandar Surabaya, Lampung Tengah Kel. Tani Arum Dalu, Sidodadi, Bandar Surabaya, Lampung Tengah Kel Tani Harapan Makmur, Sumber Agung, Bandar Surabaya, Lampung Tengah Kel. Tani Sri Karya, Bandar Surabaya, Sumber Agung Lampung Tengah Kel. Tani Sidodadi, Seputih Surabaya, Lampung Tengah Kel.Tani Tambah Maju, Bumi Nabung Ilir, Bumi Nabung, Lampung Tengah Kel. Tani Sumber Jaya, Bina Karya Buana, Rumbia, Lampung Tengah Kel. Tani Tunas Jaya dan Subur Jaya, Putra Rumbia, Lampung Tengah Kel. Tani Ngudi Makmur I, Girikarto, Sekampung, Lampung Timur Kel. Tani Makmur I dan Makmur II, Sukadana, Lampung Timur Kel. Tani Sidomulyo, Sukadana,
Produktivitas Varietas Pembanding (kg/ha) Inpari 22
Inpari 30
Inpari 31
Inapri 33
Inpar a2
2,400
Ciher ang
Ciliwu ng
Ketera ngan
2,380
2,080
2,340
2,880
2,520
3,200
4,000
Kurang air, seranga n WBC, Tikus, Kepindin g tanah
6,200
5,700
5,600
6,500
4,000
Kurang air
6,01 6
6,064
5,920
6,000
6,240
5,936
Kurang air
5,840
5,920
5,760
6,080
4,960
4,900
4,100
6,080
8,070
8,020
4,800
4,300
4,700
6,920
5,120
Kurang air
6,000
5,200
4,100
4,025
4,175
Kurang air
3,930
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
Seranga n WBC
75
LAPORAN TAHUNAN 2016 Lampung Timur
8
9
10
Kel. Tani Makmur, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur Kel. Tani Harapan, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur Kel. Tani Desa Rejo Katon I, Raman Utara, Lampung Timur Batanghari Nuban, Lampung Timur Rata-rata
Gagal panen karena seranga n hama WBC
Belum panen 4,773
5,405
5,985
5,060
5,384
4,217
4,123
Keterangan: Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36 Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19 *). Varietas pembanding Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas VUB Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33 dan Inpara 2 cukup beragam secara berurutan yakni 4,773 kg/ha, 5,405 kg/ha, 5,985 kg/ha, 5,060 kg/ha, dan 5,384 kg/ha.
Adapun rata-rata produktivitas tertinggi dari beberapa VUB
tersebut adalah Inpari 31, kemudian diikuti Inpari 30 dan Inpara 2. Sistem Tanam Jajar Legowo Perkembangan tingkat adopsi teknologi jajar legowo di Lampung berjalan lambat, dikarenakan menurut pendapat tenaga kerja tanam merasa lebih sulit, rumit dan memerlukan waktu tanam lebih lama sehingga biaya tanam lebih mahal 20 – 30 % dibandingkan cara tanam tegel. Hal ini tidak beda dengan kondisi di lokasi gerakan intensifikasi padi pada lokasi pendampingan pengembangan kawasan padi di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur yang tergolong masih rendah yaitu 2.885 ha (35.95 %) dari luas total 8.025 ha. Adapun sistem tanam jajar legowo yang diterapkan oleh petani belum semuanya sesuai anjuran (jarwo 2:1), melainkan cukup
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
76
LAPORAN TAHUNAN 2016 beragam yaitu jajar legowo 2:1, 4:1 dan 6:1, akan tetapi sebagian besar yang terapkan adalah legowo 6:1. Hal ini penyebab utamanya adalah keterbatasan tenaga kerja tanam, tingkat pemahaman petani terhadap sistem tanam legowo jajar masih rendah/negatif dan biaya yang diperlukan relatif tinggi dibandingkan dengan tanam jajar tegel. Tabel 48. Luas Tanam Jajar Legowo dan Produktivitas Padi di Lampung MT II, 2016 Luas Produktivitas (kg/ha GKP) Kabupaten Kecamatan Jarwo Jarwo Tegel Lainnya (Ha) 5,900 Rumbia 75 5,140 Bandar Surabaya 125 6,400 5,700 Lampung 6,150 Bumi Nabung 150 5,900 Tengah 4,700 Putra Rumbia 140 4,100
Lampung Timur
Seputih Surabaya
100
5,000
4,250
Sekampung
480
6,390
5,600
Sukadana
375
4,625
4,050
Batanghari Nuban
450
5,450
5,125
Way Bungur
540
5,725
5,200
Raman Utara
450
5,500
5,150
2.885
5,584
5,022
Jumlah / Rata-rata Distribusi Materi Diseminasi
Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan intensifikasi padi dengan penerapan sistem tanam jajar legowo berupa media informasi dalam bentuk media cetak dan elektronik. Peyebarluasan media informasi dalam bentuk media cetak berupa leaflet, brosure, booklet dan buku teknologi, dan media elektronik berupa CD teknologi, kalender tanam terpadu. Perkembangan distribusi media informasi, sebagaimana disajikan dalam Tabel 49.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
77
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 49. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Padi di Lampung, 2016 Jenis Tiras publikasi No Judul Publikasi Penerima (Expl) yang disebarkan 1. Petunjuk Teknis Pengelolaan 80 Brusure Kab. Lampung Tanaman Terpadu Padi Tengah Sawah Irigasi (BP3K Seputih Surabaya, Bandar 2. Petunjuk Teknis Menanam 20 Buku surabaya, Padi Sawah Menggunakan Rumbia, Putra Indo Jarwo Transplanter Rumbia, Bumi 3. Pengelolaan Tanaman 100 Leaflet Nabung) dan Terpadu Padi Sawah Irigasi Kab. Lampung 4. Teknologi Kalender Tanam 100 Leaflet Timur Terpadu (BP3K 5. Persemaian Padi dengan 50 Leaflet Sekampung, Dapok untuk Indo Jarwo Sukadana, way Transplanter Bungur, Raman 6. Mesin Tanam Padi Indo 50 Leflet Utara dan Jarwo Transplanter Batanghari 7. Mengenal Penyakit Blas dan 50 Leaflet Nuban) Strategi Pengendaliannya 8. Meningkatkan Produksi Padi 50 Leaflet dengan Cara Tanam Jejer Legowo 9. Pengendalian Hama Wereng 50 Leaflet Batang Coklat Tanaman Padi Produksi Benih Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih sesuai dengan yang diminati oleh petani dengan tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu dan harga lebih murah, maka kelompok tani pelaksana demfarm PTT padi dibina dan difasilitasi
menjadi calon penangkar sampai penangkar formal untuk
memproduksi benih padi yang berkualitas. Hal ini bertujuan untuk mempercepat adopsi VUB spesifik lokasi dan meningkatkan kemampuan kelompok tani untuk memproduksi benih varietas unggul baru yang diminati secara mandiri. Adapun dampak dari pendampingan ini, Kelompok Tani “Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah dan Kelompok Tani “Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
78
LAPORAN TAHUNAN 2016 Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur resmi menjadi Penangkar Formal benih padi untuk memenuhi kebutuhan benih di desanya bahkan di kawasan pengembangan padi wilayahnya. Adapun produksi benih padi bersertifikat yang dihasilkan, sebagaimana disajikan pada Tabel 50. Tabel 50. Produksi Benih Berserttifikat Kelompok Tani Pelaksana Demfarm PTT Padi di Lampung MT II, 2016 Produksi Benih No 1.
2
Lokasi
Varieatas
Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah Jumlah Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur Jumlah
Inpari 22 Inpara 2
Jumlah (kg) 2,000 6,000
Kelas Benih ES ES
Inpari 30 Inpari 31 Inpari 22
8,000 2,335 1,400 650
ES ES ES
4,385
Tersalur (kg)
Sisa /stok (kg)
850 1,000
1,150 5,000
1,850 1,335 100 250
6,150 1,000 1,300 400
1,685
2,700
Permasalahan Beberapa
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pelaksanaan
pendamping pengembangan kawasan padi mendukung program gerakan intensifikasi padi padi antara lain: Pada MT II 2016 sebagian sawah petani mengalami kekurangan air, sehingga menimbulkan masalah pertumbuhan tanaman tidak optimal. Pertanaman padi juga ada yang mengalami serangan hama penyakit seperti wereng batang coklat, penggerek batang padi, kepinding tanah, penyakit blas dan hawar daun bakteri. Selain itu petani juga terjadi kelangkaan pupuk pada waktu diperlukan terutama NPK Phonska. Untuk mengatasi masalah kekeringan yang dihadapi petani jika tersedia sumber air dengan melakukan pompanisasi baik untuk mengairi lahan sehingga bisa diolah dan ditanam maupun untuk mengairi pertanaman padi. Untuk mengatasi serangan hama
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
79
LAPORAN TAHUNAN 2016 wereng batang coklat, penggerek batang dan kepinding tanah sudah dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau pupuk seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak sesuai anjuran Benih yang diproduksi penangkar di lokasi pendampingan tersebut, belum tersalurkan secara keseluruhan (sisa) yang disebabkan adanya program bantuan benih oleh pemerintah yang tidak melibatkan penangkar lokal sehingga bisa menjadi Kompetitor. Untuk mengatasi hal tersebut, sisa benih yang ada untuk penyediaan kebutuhan benih pada MT II dan akan disalurkan internal dan eksternal desa, dan selanjutnya untuk keberlanjutan produksi benih oleh penangkar lokal, maka benih yang diproduksi dapat digunakan untuk penyediaan program pengembangan kawasan padi seperti UPSUS, benih berbantuan. Selanjutnya agar penangkar benih lokal dapat berkelanjutan, maka perlu adanya mitra kerja dengan BUMN Perusahaan benih yang difasilitasi oleh pemerintah. 2.
Pendampingan kawasan ubi kayu Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua)
metoda, yaitu pelatihan dan display atau demonstrasi plot. Pelatihan petani dilaksanakan sebelum penanaman. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan ,materi pelatihan yang disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada tabel 51. Tabel 51. Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu No
1.
Tempat
Waktu
Desa Bandaragung
24 November 2016
Materi
PTT Ubikayu Dinamika Kelompok
Jumlah Peserta (orang) 30
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
80
LAPORAN TAHUNAN 2016 Pada tabel 51 dapat dilihat bahwa
kegiatan pelatihan baru
dilaksanakan pada 24 November 2016, hal ini dikarenakan menunggu daftar calon kelompok tani atau petani yang dibina oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Lampung Tengah yang sedang diproses. Disamping itu, turunnya harga ubikayu yang sebelumnya mencapai Rp 1.450,- /kg menjadi Rp 550,-/kg menyebabkan petani menunda waktu panen dan tanamnya. Adapun materi pelatihan yang diberikan antara lain PTT Ubikayu dan dinamika Kelompok. Nara sumber berasal dari BPTP Lampung, BP3K Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah. Percontohan Percontohan dilaksanakan dengan menerapkan budidaya ubikayu dengan pendekatan PTT pada lahan seluas 1 (satu) hektar. Adapun komponen teknologi yang dilakukan meliputi komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen dasar meliputi varietas unggul baru, bibit berkualitas, penyiapan lahan, pengaturan populasi tanaman, dan pemupukan. Sementara komponen pilihan meliputi waktu tanam, pengendalian opt, pengairan dan pembuatan saluran drainase serta panen. 3.
Pendampingan kawasan kedelai Hasil
koordinasi
dan
sinkronisasi
meliputi
penetapan
lokasi
pendampingan kawasan tanaman kedele di Lampung Timur yaitu kecamatan Labuhan Ratu dengan luas 3 ha, mencakup 3 desa yaitu Desa Raja basa Lama, Labuhan Ratu dan labuhan Ratu 2 dengan melibatkan 3 kelompok tani.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
81
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 52. Lokasi kawasan kedele di kabupaten didampingi
Kabupat en 1. Lampung Timur
Luas (ha) Sekampung Udik
211
Bandar sribawono
Way Jepara
Braja Selebah
Labuhan Ratu
Sukadana
28
306
101
12
94
105
yang
Jumlah poktan terlibat per desa (poktan ) 2
Jumlah anggota per Poktan (orang/po ktan) 25
4
25
30
2
25
Bumi Mulyo
55
3
25
Purwokencono
26
2
25
Bumi Nabung Udik
12
2
25
Sukadana
7
3
25
Bumi Ayu
4
2
25
Pakuan Aji Bandar Aagung
5
1
25
1
25
Desa
Banjar Agung Pugung Raharjo Sidorejo
Labuhan Maringai
Lampung Timur
Lua s (ha ) 65 35
10
Sri Pendowo
25
2
25
Mekar Jaya
0
4
25
Waringin Jaya
0
2
25
Braja Asri
45
2
25
Braja dewa
34
2
25
Jepara
10
2
25
Sri rejosari
12
2
25
2
25
Gemilang
2
Mulya
4
2
25
Kencana
6
2
25
2
25
2
25
2
25
2
25
2
25
labuhan ratu Labuhan Ratu 2 Raja basa Lama Bumi Ayu Terbanggi marga
27 43 24 25 60
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
82
LAPORAN TAHUNAN 2016 20
Muara jaya batang Hari nuban
Raman Utara
Waybungur
306
315
a.
25
2
25
Tulung Balak
0
0
25
Trisno Mulya
0
0
25
Suka Cari
0
0
25
2
25
20
Rahayu
36
Penerapan Komponen Agroekologi
20
Bumi Jawa
2
Raman Aji
0
0
25
Rejo Binangun
0
0
25
Rantau Fajar Tanjung kecono
0
0
25
1
25
12
Toto projo
9
2
25
Tambah Subur
15
3
25
Teknologi
Budidaya
Kedelai
Spesifik
Penerapan Teknologi Komponen dasar penerapannya hampir sama di semua lokasi,
sedangkan komponen teknologi pilihan penerapannya spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat. Adapun Penerapan Teknologi yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman. 2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah. Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm. 3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan penyakit. 4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan preferensi pasar.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
83
LAPORAN TAHUNAN 2016 5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih yang digunakan. 6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg benih). 7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg benih. 8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam. 9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong. 10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida pasca tumbuh. 11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu). 12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas yang ditanam. 13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
84
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 53. Penyelenggaraan Uji Adaptasi VUB Kedele di Lampung Timur MT II 2016 Nama Luas No Desa Kelompo Lahan Varietas Produksi/ton/ha Tani (ha) Labuhan Ratu Harapan 1 1,2 Anjasmoro 1.8 2 Jaya Raja Basa Tani Gagal Panen 2 0.8 Anjasmoro Lama Makmur Terendam air Gagal Panen 3 Labuhan Ratu Sri Rejeki 1 Anjasmoro Terendam air Jumlah 3 b.
Distribusi Materi Diseminasi Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan
intensifikasi kedele berupa media informasi dalam bentuk media cetak dan elektronik. Peyebarluasan media informasi dalam bentuk media cetak berupa leaflet, brosure, booklet dan buku teknologi, dan media elektronik berupa CD teknologi, kalender tanam terpadu. Sasaran pengguna media informasi tersebut adalah petani dan penyuluh pendamping di lapangan, dengan harapan
dapat
khususnya
meningkatkan
komponen
PTT
penegtahuan,
kedele
untuk
sikap
dan
digunakan
keterampilan,
sebagai
bahan
penyuluhan dan praktek usahatani. Perkembangan distribusi media informasi, sebagaimana disajikan dalam Tabel 54. Tabel 54. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Kedele di Lampung, Tahun 2016
No.
1.
2.
Tiras (Expl)
Jenis publikasi yang disebarkan
Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedele
80
Brusure
Petunjuk Teknis Menanam
20
Judul Publikasi
Buku
Penerima
Kab. Lampung Timur (BP3K Labuhan Ratu )
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
85
LAPORAN TAHUNAN 2016 Kedele 3.
Teknologi Kalender Tanam Terpadu
100
Leaflet
4.
Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Kedele
50
Leaflet
Permasalahan Beberapa
permasalahan
yang
dihadapi
dalam
pelaksanaan
pendamping pengembangan kawasan kedele mendukung program gerakan intensifikasi kedele antara lain: Faktor cuaca/curah hujan yang tinggi di lokasi tiga Desa Labuhan Ratu,Raja Basa Lama dan Labuhan Ratu 2 Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur
menyebabkan sebagian besar
lahan petani terendam air sehingga petani kedele yang semula akan tanam, beralih menanam padi. Hal ini menyebabkan uji adaptasi varietas unggul Baru varietas anjasmoro pada MT II tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas 1,2 ha. Selain itu petani juga kesulitan untuk mendapatkan pupuk pada waktu diperlukan terutama NPK Phonska. Untuk
mengatasi masalah banjir yang dihadapi petani
melakukan pengairan drainase karena aliran sungai sama.
juga
akan tetapi tidak mampu membuang air
permukaan dengan areal tanam lebih tinggi hampir
Untuk mengatasi serangan hama penyakit pada tanaman
kedele
sudah dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau pupuk seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak sesuai anjuran.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
86
LAPORAN TAHUNAN 2016 F.
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai
merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering (GTCK) Luasan demplot 0,25 ha.
Penanaman cabai merah dimulai pada
tanggal 23Oktober 2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut: Tabel 55. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonologi yang perlu diperbaiki pada demplot cabai merah. No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan 1. 2. 3.
4.
Varietas yang digunakan adalah varietas hibrida seperti Kitaro pada kios saprodi. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik kantong plastik kecil.
Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan pola tanam cabai,
Introduksi varietas Varietas Kencana
Balitbangtan
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 78 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 70 x 60 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
87
LAPORAN TAHUNAN 2016 5.
6.
jagung. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 7 ton/ha, urea 300 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400 kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 70 kg dan umur 9 MST sebanyak 50 kg/ha.
Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger, pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.
Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap 10-15 hari sekali. Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.
Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember 2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
88
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 56. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah. No
Teknologi eksisting
Teknologi perbaikan
1.
Belum ada
Varietas yang di tanaman adalah Bima Brebes yang bersertifikat.Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari setelah tanam (tergantung varietas). Umbi sebaiknya berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.
2.
Belum ada
3.
Belum ada
Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.
4.
Belum ada
Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP (90 kg P O /ha) disebar serta diaduk rata 2
5
dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
89
LAPORAN TAHUNAN 2016 N ZA) dan K O (50-100 kg/ha). 2
Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis 5.
Belum ada
Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujanhanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah. Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
90
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 57. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura Waktu
29 September 2016
27 September 2016
14 Nopember 2016
Tempat
Peserta
Bentuk Kegiatan (Nara sumber)
Rumah ketua kelompok tani Karya Bakti, Desa Caringin Asri, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah
Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
Rumah ketua kelompok tani Karya Remaja, Desa Gisting Permai, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah
Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
Rumah ketua kelompok tani Desa Campang, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah
Pelatihan petani Bawang Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “ 2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “ 2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
91
LAPORAN TAHUNAN 2016 G.
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan Pendampingan
pengembangan
perkebunan di Lampung Tengah
kawasan
pertanian
tanaman
dilaksanakan dengan mengadakan
pelatihan tentang teknologi budidaya tebu secara terpadu dan pembuatan demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif. a.
Pelatihan
Pelatihan petani dilaksanakan di desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai
Kabupaten
Lampung
Tengah
yang
merupakan
kawasan
pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat dilihat pada tabel 58. Tabel 58. Kegiatan pelatihan petani tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah Jumlah No. Tempat Waktu Materi Peserta 1. Desa 15, 16, 29, Persiapan/pengolahan tanah, 35 orang Bandar 30 Nopember pemilihan bibit tebu, Sakti 2016 penanaman tebu, pemupukan, Terusan pengairan, pemeliharaan Nunyai, tanaman pengendalian Lampung organisme pengganggu Tengah tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), penanaman tebu juring ganda, kelembagaan petani. Dari tabel 58. Dapat dilihat bahwa pelatihan petani dilaksanakan di desa Bandar Sakti
Kecamatan Terusan Nunyai diikuti oleh 35 peserta.
Sebagai narasumber pelatihan adalah penyuluh dari BP3K Terusan Nunyai, UPTD Dishutbun dan dari BPTP Lampung. Setelah pelatihan selesai, pelaksanaan pelatihan dievaluasi, hasilnya dapat dilihat pada table tabel 59.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
92
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 59. Hasil evaluasi pelatihan budidaya tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah. Pemahaman Petani terhadap Budidaya Tebu secara Terpadu No. Komponen Teknologi Sebelum Sesudah Pelatihan (%) Pelatihan (%) 1. Persiapan/pengol. tanah 60 94 Pemilihan bibit tebu 60 85 Penanaman tebu 62 85 Pemupukan 55 88 Pengairan 60 85 Pemeliharaan tanaman 55 94 Pengendalian Organisme 60 85 Pengganggu Tanaman Panen Tebang muat angkut (TMA) Penanaman tebu juring ganda Kelembagaan petani
62 60 20
82 88 85
37
85
Dari tabel 59. dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pemahaman petani terhadap materi yang diberikan setelah mengikuti pelatihan antara 8294 %. Pemahaman petani sebelum pelatihan terhadap budidaya tebu secara umum rata-rata diatas 60 %, persentase tersebut sangat jauh jika dibandingkan pemahaman petani terhadap tanam tebu juring ganda yang hanya 20 % dan kelembagaan 37 %. Hal ini disebabkan karena petani belum banyak yang mengetahui sistim tanam juring ganda serta kelembagaan. Dengan adanya pelatihan ini pemahaman tentang hal tersebut dapat meningkat. b.
Demplot tebu Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada
areal seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot dibuat untuk mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya tebu secara intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way Pengubuan,
Lampung Tengah. Varietas yang diganakan untuk demplot
adalah varietas PS 862. Pengeprasan pada akhir bulan September 2016.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
93
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 60. Rata-rata pertumbuhan vegetatif demplot tanaman tebu varietas PS 862 umur 2 bulan No. Jumlah Jumlah Tinggi Jumlah Diameter rumpun tanaman tanaman ruas (cm) (cm) (10 m) (10 m) (cm) 1. H.
18,02
236,06
168,56
6
1,94
Kebun Bibit Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI)
Penguatan Kebun benih Inti (KBI) KBI, Laboratorium Masgar dibangun
tahun 2015.
Kondisi KBI
sampai saat ini masih terawat dengan baik yang dikelola oleh Ka. KP . Lab. Masgar dkk. Berdasarkan informasi dari pengelola KBI, beberapa bulan ini tanaman yang dikembangkan adalah tanaman yang dianggap dapat bertahan di musim penghujan yaitu: daun selederi, bawang daun, cabai caplak, dan terong. Namun demikian pengelola mencoba kembali membibitkan kembang kol, tomat, pakchoy, selada, sawi dll. Permasalahan yang dihadapi secara teknis dalam penanaman yaitu: banyaknya serangan ulat dan adanya serangan penyakit bercak daun coklat pada tanaman selederi, akibatnya tanaman tidak tumbuh
normal. Selain itu tempat pembibitan /bedengan
kondisinya sudah mulai rusak, atap bolong, kerangka bangunan yang terbuat dari bambu mulai rapuh. penguatan
KBI
Rencana perbaikan dan yang dibutuhkan untuk
yaitu:
(1)
perbaikan
bangunan
persemaian/pembibitan, pupuk organik, polibag, pot gantung , pot
tempat biasa,
benih sayuran ( kembang kol, kol, sawi, kangkung, bayam) . Rencana khusus tahun 2016, KBI akan menambah ragam tanaman dengan membibitkan tanaman rempah dan obat-obatan seperti: kunyit, laos, jahe, kumis kucing dll.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
94
LAPORAN TAHUNAN 2016
Gambar 6. Kondisi tanaman di KBI, Lab. Masgar Tegineneng setelah penataan Jenis sayuran yang ditanam di dalam bangunan KBI terdiri dari: pakchoy,daun seledri, daun bawang , kembang kol, cabai, terong dan sayuran kol, yang siap dipanen untuk konsumsi segar. Saat ini KBI belum menghasilkan dan memproduksi benih,
baru mampu memasarkan sayuran
segar dan bibit (sewaktu-waktu ). Selain tanaman sayuran, KBI juga akan mengoleksi beberapa jenis tanaman toga (sereh, jahe, kunyit) dan tanaman pangan lokal
seperti suweg, gembili, ganyong, mantang ungu dan umbi-
umbian lainnya.
Gambar 7. Kondisi tanaman disekitar bangunan KBI Untuk meningkatkan pengelolaan KBI, dan menambah wawasan pengelola, telah dilakukan pembinaan dan perbaikan terutama dalam hal : (a) Pembagian tugas yang jelas bagi pengelola di lapangan, (b) Tahap awal KBI siap memproduksi benih sayuran yang non hibrida : tomat, terong ungu, cabe, bayam, bawang daun, kangkung dan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
95
LAPORAN TAHUNAN 2016 terong bulat, (c)
Meningkatkan wawasan pengelola dengan memberika materi : proses pembenihan tanaman sayuran, pengemasan produk sayuran, dengan label organik.
Penguatan Kebun Bibit Desa (KBD) KWT Bunga Lestari dibentuk pada tahun 2013, dengan jumlah anggota awal 20 peserta KRPL saat ini berjumlah 26 anggota. Hasil koordinasi pertama di tahun 2016, aktifitas yang dilakukan kelompok secara rutin
adalah :
(1) pertemuan kelompok dilakukan 1 bulan sekali, (2)
pembinaan oleh PPL cukup intensif, (3) dana kas bertambah terutama dari hasil penjualan bibit yang dihasilkan KBD dan dari tanaman dalam polibag yang dijual saat diperlukan pada acara di Kabupaten/Kecamatan. Secara fisik Kondisi KBD terawat dan tertata rapih, ada beberapa bibit sayuran yang dibibitkan antara lain: kembang kol, sawi, seledri. selain itu rumah kompos yang berada dekat KBD juga berfungsi dengan baik (termanfaatkan/ada aktifitas pembuatan kompos). Beberapa sarana
dan
prasarana yang dibutuhkan untuk penguatan KBD adalah: gentong air, polibag, benih-benih seperti: kangkung, kembang kol, sawi, selada, terong panjang, selada merah, kol dataran rendah. Komoditas yang ditanam / dibibitkan di KBD antara lain: cabai caplak, kembang kol, pakcoy, daun seledri dan daun bawang, sementara yang banyak ditanam
tanaman
di rumah-rumah anggota antara lain: cabai caplak,
kembang kol, bayam potong, pakchoy, daun selederi, daun bawang dan terong. Benih yang dihasilkan oleh KBD sebagian dibagikan kepada petani kooperator dan sebagian lagi dijual pada anggota dan masyarakat pengguna atau menjadi stock di KBD yang dijual dalam bentuk tanaman dalam pot/polybag. KBD dikelola oleh masyarakat setempat dengan membentuk suatu kelembagaan KBD sehingga bisa terkelola dengan baik. KBD di Desa Sisodadi, Way Lima dibangun secara permanen tahun 2014 yang saat ini berlokasi di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
96
LAPORAN TAHUNAN 2016 halaman rumah Bapak Sarnen (ketua KBD). Secara kelembagaan struktur organisasi yang telah terbentuk terdiri dari: ketua, sekretaris ( bendahara dan seksi-seksi pada bagian pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran hasil/humas).
Disamping itu
dalam pengelolaan KBD juga telah dibuat
jadwal piket dari mulai proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan yang melibatkan semua anggota KWT. Tiga Prinsip Pengelolaan KBD yang meliputi prinsip sosial, teknis dan ekonomi,
sudah berjalan dengan baik, dimana KBD telah berfungsi
memberikan bibit ke anggota juga sudah mulai menjual ke masyarakat sekitar yang berkeinginan memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sayuran.
Selain itu KBD juga sering menjual tanaman sayuran dalam pot
seperti selederi, bawang daun, terong, kembang kol dan tanaman lainnya saat pemda
atau masyarakat membutuhkannya.
Pada akhir bulan Juni terjadi
permasalahan dalam pengelolaan KBD, dimana muncul ketidakpercayaan anggota pada ketua KBD, yang disebabkan administrasi dalam pengelolaan hasil penjualan dari KBD tidak tercatat. Dengan adanya persoalan ini perlu ada musyawarah
dan
mufakat
yang diatur
pengurus
KWT,
yang
secara
kelembagaan lebih kuat dan berpengalaman. Untuk meningkatkan pengelolaan KBD, dan menambah wawasan anggota KWT, telah dilakukan pembinaan dan pertemuan kelompok. Pada pertemuan kelompok yang dibahas adalah : (1) Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan KBD dan kawasan, (2) menambah wawasan KWT dengan memberikan teknologi yang diperlukan baik teknologi budidaya tanaman maupun teknologi olahan hasil. I.
Kalender Tanam (KATAM) Sosialisasi KATAM yang telah dilaksanakan adalah di Kabupaten
Lampung Selatan, Mesuji, Tulang Bawang dan Kota Metro. Peserta yang terlibat adalah penyuluh pertanian yang berasal dari Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) maupun BP4K pada masing-
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
97
LAPORAN TAHUNAN 2016 masing kecamatan yang ada pada kabupaten tersebut, perwakilan Dinas Pertanian dan juga perwakilan petani (Gapoktan/Poktan) padi pada lahan rawa (Tabel 1). Materi yang disampaikan pada saat pelaksanaan sosialisasi teknologi KATAM adalah teknologi yang terintegrasi dalam KATAM, yang meliputi
waktu
tanam
potensial,
rekomendasi
varietas,
rekomendasi
pemupukan, informasi kekeringan dan kebanjiran, Informasi Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT), informasi ketersediaan alsintan dan informasi Standing Crop. Selain materi mengenai teknologi KATAM juga disampaikan materi mengenai cara penggunaan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR).
Gambar 8. Sosialisasi KATAM Terpadu MT II (MK) Tahun 2016 di Kab. Mesuji
Kegiatan verifikasi teknologi KATAM dilaksanakan dalam rangka perbaikan data-data yang terdapat pada SI KATAM yang pada saat dilaksanakan sosialisasi sering menjadi permasalahan peserta sosialisasi KATAM, seperti luas baku lahan sawah, rekomendasi pemupukan dan juga ketersediaan alat mesin pertanian (alsintan). Data-data yang dikumpulkan merupakan data sampai dengan tingkat kecamatan seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Sumber memperoleh data adalah melului Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung dan Kabupaten, serta dari Dinas Tanaman Pangan masing-masing kabupaten (yang sudah dilaksanakan Kabupaten Tanggamus, Pesisir Barat dan Lampung Barat). Selain itu juga dilakukan verifikasi terhadap waktu tanam untuk MT I 2015/2016 di Kabupaten Way Kanan, Tulang Bawang, Tulangbawang Barat dan Pesawaran, serta MT I 2016/2017 di Kabupaten Pringsewu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
98
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 61. Hasil Verifikasi MT I 2015/2016 dan MT I 2016/2017 No Kecamatan Penyimpangan
Kab. Way Kanan (14 Kecamatan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bahuga Banjit Baradatu Balambangan Umpu Buay Bahuga Bumi Agung Gunung Labuhan Negara Batin Negeri Besar Pakuan Ratu Rebang Tangkas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Banjar Agung Banjar Baru Banjar Margo Gedung Aji Baru Menggala Timur Menggala Meraksa Aji Penawar Tama Rawajitu Selatan
Tidak ada sawah 1 dasarian Tidak ada sawah Tidak ada sawah -
1 2 3 4 5 6
Gunung Agung Gunung Terang Lambu Kibang Pagar Dewa Tulang Bawang Udik Way Kenanga
1-3 dasarian Tidak ada sawah
1 2 3 4 5 6 7
Gedung Tataan Kedondong Padang Cermin Punduh Pidada Tegineneng Way Khilau Way Lima
1 dasarian 3 dasarian 3 dasarian 1 dasarian
1 2 3
Pardasuka Pringsewu Gading Rejo
2 dasarian 1 dasarian
Kab. Tulang Bawang (15 Kecamatan)
Kab. Tulangbawang Barat (8 Kecamatan)
Kab. Pesawaran (9 Kecamatan)
Kab. Pringsewu (9 Kecamatan)
1-2 dasarian 1-2 dasarian 1-3 dasarian 1-2 dasarian Tidak tanam 1-2 dasarian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
99
LAPORAN TAHUNAN 2016 Berdasarkan pengamatan singkat, media yang paling efektif untuk mengakses SI KATAM oleh peserta sosilisasi KATAM adalah sms center. Hal ini dikarenakan masih terkendalanya akses internet yang kurang baik pada daerah-daerah tertentu, terutama daerah yang masih pedalaman dimana signal telpon seluler pun masih kurang baik. J.
Taman Sains Pertanian (TSP) Natar Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang dilaksanakan
pada tahun 2016 TSP Natar yaitu: -
Renovasi pagar kantor
-
Renovasi bangunan mess
-
Renovasi bangunan kantin, exs. SIR
-
Pembangunan jaringan listrik penerangan
-
Pembangunan jaringan irigasi Bak penampungan air
-
Pembangunan rumahjaga kandang sapi
-
Pembangunan 3 unit sumur bor dan tower
-
Pembangunan gedung prosesing
-
Pembangunan kandangkambing Kunjungan ke lokasi TSP Natar antara lain tamu pusat dan daerah,
Perguruan
Tinggi,
berupa
kunjungan
dalam
rangka
sosialisasi
TSP,
monitoring kemajuan/perkembangan TSP dan penelitian. Kegiatan pelatihan dan magang pada saat ini telah telah dilakukan di TSP Natar, bekerjasama dengan BPP dan sekolah kejuruan (SMK Pertanian) disetiap kabupaten di Provinsi Lampung.
Gambar 9. Kunjungan Tamu Pusat dan Perguruan Tinggi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
100
LAPORAN TAHUNAN 2016 K.
Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing
1.
Peningkatan produktivitas ubikayu Pembuatan demplot ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani
dengan dengan luasan 0,5 ha. Inovasi teknologi yang di aplikasikan adalah sistem tanam double row, penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan per hektar (200 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang). Hasil pengamatan produktivitas ubikayu menggunakan teknologi anjuran (double row + pemupukan) menghasilkan produktivitas 52.050 kg/ha sedangkan cara petani menghasilkan produktivitas 23.260 kg/ha atau terjadi penurunan produksi sebesar 28.790 kg/ha atau 124%. Tabel 62. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu. Perlakuan
Double row
+ 2 Cabang
Double row
+ 1 Cabang
Tinggi Tanaman (cm)
Berat Brangkasan (kg)
Jumlah Umbi/phn (bh)
Panjang Umbi (cm)
Diameter Umbi (cm)
Produktivitas (kg/ha)
Penurunan Hasil (kg)
Delta Hasil (%)
317,70
2,79
16,30
29,23
5,08
52.050
-
-
315,60
1,70
15,40
25,33
4,35
31.080
20.970
39,18
-
-
-
-
-
23.260
28.790
124
Cara Petani
Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani, sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya kemampuan tanaman untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya tanaman lebih banyak menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dibandingkan dengan pertumbuhan generatif untuk menghasilkan umbi. Tabel 63. Nilai ekonomi efisiensi penerapan teknologi anjuran (sistem tanam double row). Perlakuan Cara Petani Teknologi Anjuran (Double row)
Produktivitas (ton/ha)
Luas Ubikayu/ Desa (ha)
Total Produksi (ton/Desa)
Satuan (Rp.000/kg)
Jumlah (Rp.000)
Peningkatan (%)
23,26
14.000
322.000
550
177.100
126,3
52,05
14.000
728.700
550
400.785
-
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
101
LAPORAN TAHUNAN 2016 2.
Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase Pemanfaatan limbah cair industri tapioka (Ittara) sebagai pupuk
organik/pupuk hayati telah dilakukan pada tanaman sayuran di perkarangan. Kegiatan ini dilakukan dalam mendukung kegiatan MKRPL (Model Kawasan Rumah Pangan Lastari). Setiap KK di jalan utama Desa Muara Jaya diberikan polybag dan bibit tanaman (sayuran dan hortikultura). Tanaman yang telah tumbuh diberikan pupuk cair/pupuk hayati dari limbah Ittara. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor tersebut, limbah cair tapioka tersebut belum memenuhi persyaratan sebagai pupuk organik cair, karena kandungan C-organik dan NPK yang rendah (di bawah baku mutu Permentan 70/2011), namun memiliki prospek digunakan sebagai bahan untuk pupuk hayati. Pengkayaan limbah cair tapioka dengan bakteri Lactobacillus sp. dan atau Saccaharomyces sp. memperlihatkan peningkatan jumlah populasi mikroba penambat nitrogen dan mikroba pelarut P yang berpengaruh baik bagi peningkatan serapan hara tanaman.Bila mengacu pada baku mutu yang ditetapkan oleh KLHK, maka limbah cair yang tidak berbahaya bagi lingkungan adalah limbah kolam 7 (kandungan Pb dan Fe total di bawah ambang yang ditetapkan oleh KLHK). Sehingga untuk pengembangan ke depan, limbah cair Ittara tersebut dapat digunakan sebagai sumber pupuk hayati yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara. Tabel 64. Hasil analisis kimia dan biologi limbah cair Ittara. No. Parameter Satuan Hasil Analisis Kolam 1 Kolam 7 1. 2. 3.
4.
C-organik Bahan Ikutan:(plastik dll.) Logam Berat: • As • Hg • Pb • Cd pH
% %
0,02 0,00
0,02 0,00
Standar Mutu (Permentan 70/2011) min. 6 maks 2
ppm ppm ppm ppm
td td 1,3 td 7,4
td td td td 6,5
maks 2,5 maks 0,25 maks 12,5 maks 0,5 4,0 - 9,0
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
102
Baku Mutu KLHK
0,5 0,005 0,8 0,1 6,0 - 9,0
maks 0,4
LAPORAN TAHUNAN 2016 5.
6. 7.
8.
3.
Hara Makro: • N • P2O5 • K2O Mikroba Kontaminan: • E. coli • Salmonella sp. Hara Mikro: • Fe total • Mn • Cu • Zn • B • Co • Mo Unsur Lain: • La • Ce
% ppm %
0,07 31 0,01
0,21 16 0,50
3-6 30.000 – 60.000 3-6
-
MPN/ml MPN/ml
< 30 36
36 > 30
maks 103 maks 103
maks 103 -
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
21 0,2 0,2 td 2 td 5,1
3 0,0 0,5 0,1 0,2 td 6,8
90 - 900 250 – 5.000 250 – 5.000 250 – 5.000 125 – 2.500 5 - 20 2 – 10
10 5 3 8 0,6 -
ppm ppm
0,0 0,0
0,0 0,0
0 0
-
Produksi dan pengolahan susu kambing Dari 5 ekor kambing perah betina dan 1 ekor pejantan sampai saat ini
menghasilkan ± 1,5 sampai 2 liter susu kambing per hari. Harga susu kambing tergolong mahal jika dibandingkan dengan susu sapi, karena selain produksinya lebih sedikit juga mengandung probiotik yakni bakteri yang membantu proses pencernaan sehingga susu kambing ini sangat baik untuk kesehatan pada manusia. Beberapa jenis olahan susu kambing yang telah diintroduksikan ke KWT binaan adalah: pembuatan susu kambing segar dengan aroma rempah, es krim susu kambing rasa strawberry, es krim susu kambing rasa mangga kweni, dan permen karamel susu kambing. 4.
Diversifikasi produk olahan tepung kasava. Kegiatan diversifikasi produk olahan tepung kasava yang sudah
dilakukan antara lain persiapan alat-alat kegiatan dan pelatihan cara pembuatan tepung kacasa. Kegiatan yang dilaksanakan berikutnya adalah pelatihan pembuatan tepung kasava dan produk olahan berbahan baku tepung kasava, seperti pembuatan kue, jajanan pasar, dan jenis makanan lainnya. Untuk meningkatkan nilai tambah petanu ubikayu terutama pada
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
103
LAPORAN TAHUNAN 2016 saat ketika harga ubikayu turun drastis dari Rp. 1.300 menjadi Rp.450 sampai Rp. 550 per kg, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan petani adalah pembuatan tepung kasava beserta produk olahannya. Tabel 65. Analisis nilai tambah ubikayu menjadi tepung kasava Uraian
Tepung Kasava (Rendemen 36 %) Vol Sat Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
A. Biaya Produksi (Bahan + Upah) • Bahan baku singkong segar
100
kg
500
50.000
1
bh
500
500
• Bahan tambahan ragi
100
gr
60
6.000
• Upah sawut
100
kg
250
25.000
• Upah rendam dan press
100
kg
250
25.000
• Upah jemur
36
kg
150
5.400
• Penepung
36
kg
500
18.000
• Sewa tampah
36
kg
30
1.080
• Lain-lain
100
kg
30
3.000
• Kantong packing
Total Biaya Produksi
133.980
B. Hasil •Tepung kasava
36
kg
5.500
•Total Hasil /100 kg ubikayu
198.000 198.000
•Total Pendapatan/100 kg ubikayu
64.020
•Nilai Tambah/kg ubikayu
5.
640
Pelatihan kelembagaan agribisnis. Pelatihan yang sudah dilakukan beberapa kali dengan diikuti oelh
petani pengurus/anggota poktan kooperator dan luar kooperator, KWT, penyuluh, dan aparat desa. Materi pelatihan yang diberikan antara lain peningkatan fungsi kelembagaan poktan/Gapoktan, antara lain: evaluasi kegiatan tahun 2005 dan sosialisasi kegiatan yang dilakukan pada tahun 2016,
peningkatan
fungsi
kelembagaan
Gapoktan/Poktan,
teknologi
pembuatan tepung kasava dan produk olahannya, teknologi produksi dan pengolahan susu kambing, dan agribisnis.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
104
LAPORAN TAHUNAN 2016
Gambar 10. Produk limbah cair Ittara dan tepung kasava
L.
Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung
1.
Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal untuk Pembuatan Pakan Jerami dan Kompos/Pupuk Organik Cair Bioaktivator dari mikroorganisme lokal dibuat dari campuran buah
tomat dan papaya yang sudah mulai membusuk, gula merah dan air cucian beras.
Selanjutnya MOL digunakan sebagai bioaktivator pada pembuatan
pakan fermentasi dengan cara pembuatan sama dengan cara pembuatan pakan fermentasi dari bioaktivator pabrikan. Setelah difermentasikan selama 21 hari, diambil sampel untuk dianalisis kandungan nutrisi pakan. Selain mol dari buah digunakan pula bioaktivator dari mol rumen sapi (rumensa). Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan lemak jerami yang difermentasi dengan MOL buah kandungan lemaknya lebih tinggi (2,87%) dibandingkan jerami yang difermentasikan dengan bioaktivator pabrikan/starbio (2,56%) sedangkan protein yang tinggi terlihat pada perlakuan bioaktivator pabrikan, serat kasar dan karbohidrat pada jerami yang difermentasi dengan bioaktivator MOL rumen sapi lebih tinggi dibanding yang difermentasi dengan bioaktivator MOL buah dan bioaktivator pabrikan (Tabel 66).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
105
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 66. Kandungan rata-rata nutrien jerami fermentasi No
Jenis Bioaktivator
Air
Abu
Protein
Lemak
Serat Kasar
Karbohidrat
(%) 1.
Mol buah
23,45
16,70
6,38
1,74
24,11
27,62
2.
Mol Rumen sapi
16,24
18,72
5,34
0,93
31,14
30,63
3.
Bioaktivator pabrikan 18,06
17,06
7,15
1,55
26,06
30,12
Selanjutnya jerami fermentasi tersebut diberikan pada sapi jenis PO untuk melihat pertambahan berat badan sapi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada umur 36 hari setelah pemberian pakan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi tertinggi ditunjukkan oleh pakan jerami fermentasi dengan bioaktivator MOL rumensa, sedangkan sapi yang diberi pakan jerami fermentasi dengan bioaktivator MOL buah berat badan sapi menurun. Sapi yang diberi pakan jerami yang difermentasi dengan MOL rumensa memberikan pertambahan berat badan tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya termasuk pakan rumput segar. Tabel 67. Data pertambahan berat badan ternak sapi yang diberi perlakuan Pakan Jerami dengan bioaktivator yang berbeda (selama 36 hari) Parameter Mol Buah Berat badan awal (kg) Berat badan Akhir (kg) PBBH/kg/ekor/hari
274,5 261,9 - 0,35
Perlakuan Mol Rumensa Pabrikan 315,9 328,75 0,36
261,83 266,75 0,14
Hijauan segar 318,3 329,9 0,32
Untuk pupuk organik padat, bioaktivator dari mikroorganisme lokal dibuat dari bongkol pisang, gula merah dan air cucian beras. Selanjutnya MOL digunakan sebagai bioaktivator pada pembuatan kompos jerami dengan cara pembuatan sama dengan cara pembuatan kompos dari bioaktivator pabrikan (Promi). Untuk pengujian lapang, pembuatan kompos dari bahan jerami, jerami padi+kotoran sapi dan kotoran sapi menggunakan bioaktivator pabrikan (Promi) karena mengejar waktu tanam. Pengujian lapang dilakukan pada lahan seluas 4,75 ha. Pada pengkajian ini perlakuan yang dikaji adalah pupuk organik yang dikombinasikan dengan pengendalian hama penyakit
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
106
LAPORAN TAHUNAN 2016 secara terpadu (PHT), menggunakan urin yang sudah dibiarkan selama seminggu dan disemprotkan seminggu sekali mulai umur 7 HST (hari setelah tanam) sampai umur tanaman 8 minggu, PGPR diberikan dua kali yaitu direndam selama 10 menit sebelum semai dan pada umur 5 minggu, dan corine diaplikasikan pada umur 15 HST, 30 HST, 45 HST dan 60 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diberikan perlakuan kompos jerami dan PHT intensitas serangan penyakit (kresek, bercak coklat dan blas) lebih
rendah
dibandingkan
dengan
perlakuan
kompos
jerami
tanpa
pengendalian hayati. Ditinjau dari pertumbuhan vegetatif tanaman padi, kombinasi perlakuan kompos jerami dengan pengendalian hayati (PHT1), memberikan tanaman tertinggi dan tanaman terendah terlihat pada perlakuan kompos kotoran sapi tanpa pengendalian hayati.
Sementara jumlah anakan
terbanyak terlihat pada kombinasi perlakuan kompos kotoran sapi dengan pengendalian hayati dan jumlah anakan tersedikit ditunjukkan oleh perlakuan kompos kotoran sapi tanpa pengendalian hayati (PHT0)., seperti pada Tabel 68. Tabel 68. Pertumbuhan vegetatif tanaman padi Perlakuan Kompos Jerami
Kompos kotoran sapi
Kompos jerami + k. sapi
Tinggi Tanaman
Jumlah anakan
PHT
87,77
17,17
Non PHT
84,84
17,94
PHT
81,96
18,27
Non PHT
72,61
16,75
PHT
74,02
17,54
Non PHT
73,94
16,87
Terhadap produksi, pengendalian secara terpadu memberikan produksi (5,421 ton/ha) yang lebih tinggi 0,6% dibandingkan dengan tanpa pengendalian secara terpadu (konvensional) yaitu 5,395 ton/ha. Demikian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
107
LAPORAN TAHUNAN 2016 juga produksi jerami segar untuk perlakuan pengendalian secara terpadu memberikan hasil yang lebih tinggi (20,48 ton/ha) dibandingkan perlakuan tanpa pengendalian secara terpadu (19,981 ton/ha). Pada perlakuan kompos, produksi gabah tertinggi terlihat pada perlakuan kompos kotoran sapi yaitu 6,356 ton/ha GKP (Gabah kering panen), diikuti dengan kompos jerami + kotoran sapi sebesar 6,262 ton/ha dan terendah pada perlakuan kompos jerami padi 2,848 ton/ha (Tabel 69). Produksi pakan ternak (jerami segar) tertinggi ditunjukkan perlakuan kompos jerami + kotoran sapi (20,231 ton/ha), diikuti dengan perlakuan kompos kotoran sapi sebanyak 14,020 ton/ha dan terendah oleh kompos jerami yaitu 10,245 ton/ha. Tabel 69. Produksi gabah dan jerami padi pada musim kemarau 2016 Produksi (ton/ha)
Perlakuan Kompos Jerami
Kompos kotoran sapi
Kompos jerami + k. sapi
Gabah
Jerami
PHT
3,120
10,500
Non PHT
2,575
9,990
PHT
5,952
13,496
Non PHT
6,760
14,544
PHT
6,443
20,480
Non PHT
6,080
19,981
Bila dibandingkan produksi padi pada musim gadu/kemarau 2015 (4067 kg/ha), pada musim yang sama pengendalian hayati ini meningkatkan hasil 33,45% dan non hayati 32,65% dengan peningkatan pendapatan sebesar 96,82% dan 85,17% atau Rp. 4.955.055,- dan Rp. 4.358.730. Dengan perlakuan yang sama dan pada musim yang sama terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp. 4,417,950,- atau 86%, yang disebabkan oleh penggunaa varietas unggul Inpari 30 sedangkan musim gadu tahun yang lalu varietas yang digunakan varietas hibrida (sembada dan Bisi serang) seperti terlihat pada Tabel 70.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
108
LAPORAN TAHUNAN 2016 Tabel 70. Analisis usahatani setelah kegiatan bio industri padi sapi tahun 2016 Nilai No.
Uraian Gadu 2015
2.
Gadu 2016
PHT1
PHT0
1
Saprodi (Rp/ha)
3.073.000
3.274.100
2.776.605
3.274.100
2
Tenaga Kerja (Rp/ha)
9.000.000
12.039.000
11.054.390
11.025.320
3
Biaya lain-lain (Rp/ha)
500.500
500.500
500.500
500.500
4
Jumlah Biaya Produksi
12.573.500
14.813.600
14.321.495
14.799.920
5
Produksi (kg/ha)
4.067
5.411
5421
5395
6
Harga padi (Rp/kg)
4.350
4.500
4.500
4.500
7
Penerimaan (Rp/ha)
17.691.450
24.349.500
24.394.500
24.276.600
8
Pendapatan (Rp/ha)
5.117.950
9.535.900
10.073.005
9.476.680
9
R/C ratio
1,41
1,64
1,70
1,64
Pembuatan gas bio untuk industri dan rumah tangga tani serta sosialisasi dan peningkatan kualitas briket arang sekam Instalasi gas bio sebanyak 1 unit dengan ukuran tinggi 1,8 m dan
diameter 4 m, sudah dialirkan ke rumah tangga sebanyak 5 KK (kepala keluarga) dan untuk bahan bakar mesin pencacah material kompos 1 unit. Pemakaian biogas ini sudah dimulai sejak minggu I bulan Agustus 2016. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak selama 2,2 jam sehingga belum mencukupi dan masih menggunakan tambahan bahan bakar kayu atau LPG. Sebelum menggunakan biogas, bahan bakar yang digunakan adalah LPG dan kayu bakar dengan rata-rata pengeluaran bahan bakar/bulan Rp. 87.200,- dan setelah menggunakan biogas pengeluaran bahan bakar menjadi Rp. 15.957,- atau menghemat pengeluaran bahan bakar 81,70%. Tahun 2016 dilakukan perbaikan kualitas briket. Perbaikan kualitas briket arang sekam dilakukan dengan merubah/memodifikasi alat dengan tujuan agar alat tersebut dapat menghasilkan briket arang sekam dengan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
109
LAPORAN TAHUNAN 2016 kualitas yang lebih baik dan dapat dikerjakan dengan tenaga kerja wanita (kwt). Hasil kajian menunjukka bahwa briket arang sekam yang dihasilkan sudah menghasilkan bara api yang lebih baik dari kualitas briket arang sekam sebelumnya, namun briket tersebut masih memiliki kelemahan yaitu cepat menjadi abu (Gambar 11). Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan lagi agar briket arang sekam dapat dipasarkan, yaitu dengan menambahkan bahan baku dari janggel jagung dan batok kelapa yang banyak tersedia di lokasi.
Gambar 11. Daya bakar briket arang sekam Hasil perkajian menunjukkan bahwa briket yang terbuat dari 75% arang sekam + 25% arang janggel jagung sudah memberikan bara api yang lebih baik dibandingkan 100% arang sekam. Tingkat kepadatan briket arang sekam + arang batok kelapa lebih tiggi dibandingkan dengan tingkat kepadatan briket arang sekam + arang tongkol jagung. Hal ini terlihat dari berat arang per buahnya yang menunjukkan bahwa berat briket arang sekam + arang batok kelapa 100 g/buah, sementara berat briket arang sekam + arang tongkol jagung hanya 50 g/buah. Dari hasil uji coba pembakaran arang briket menunjukkan bahwa briket arang sekam + arang tongkol jagung membutuhkan waktu 12 menit untuk terbakar dan membara, sementara briket arang sekam + arang tongkol jagung hanya membutuhkan waktu 4 menit untuk terbakar dan membara. Hasil kajian ini memberikan peluang yang besar untuk pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuat briket, karena selama tongkol jagung merupakan limbah yang tidak
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
110
LAPORAN TAHUNAN 2016 dimanfaatkan sama sekali di desa tersebut.
Sementara untuk uji coba
mendidihkan 1 liter air, dibutuhkan waktu 4 menit. Tabel 71. Uji arang sekam Perlakuan
Berat arang (g/buah)
Arang sekam
-
Arang sekam + arang batok Arang sekam + arang janggel
Daya bakar (1 l air) 10
100
4
50
4
Untuk mensosialisasikan kegiatan bioindustri berbasis integrasi padi – sapi dilakukan temu lapang dengan mengundang instansi terkait. Acara temu lapang ini dihadiri oleh Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Dinas Peternakan Provinsi Lampung, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pesawaran, BP4K Kabupatan Pesawaran, BP3K Kecamatan Negerikaton, UPTD Dinas Pertanian dan Peternakan Kecamatan Negerikaton, Camat Kecamatan Negerikaton, Kepala Desa Poncokresna, PPL Kec. Negerikaton dan petani serta wanita tani Desa Poncokresna. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 6 oktober 2016 dan dihadiri lebih dari 100 orang.
Pada acara tersebut
dipamerkan produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok tani dan kelomok wanita tani (kwt) yang dibina oleh BPTP lampung.
Produk-produk yang
dipamerkan antara lain mol bonpis, mol tomya, mol rumsa, pupuk organik urisa, briket arang sekam, gembang goyang, peyek kacang tanah dan lainlain. Pada kesempatan ini para undangan meninjau langsung instalasi pupuk organik bio urisa dan instalasi bio gas. M.
VISITOR PLOT
1.
Visitor Plot Lada Perdu Kegiatan visitor plot lada perdu dilaksanakan di Kebun Percobaan
Natar (TSP Natar), Kecamatan Natar Lampung Selatan. Pembentukan visitor plot diawali dengan penentuan titik lokasi di Taman Sains Pertanian dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, sumber air, akses lahan, dan estetika.Kegiatan visitor plot lada perdu dilaksanakan di lahan seluas 0,125 Ha, pada koordinat -5018’48”,105011’18”,610. Sumber air utama yang
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
111
LAPORAN TAHUNAN 2016 digunakan untuk pengairan berasal dari bak penampung air yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot Kegiatan utama visitor plot lada perdu sesuai namanya adalah menerima dan merespon setiap kunjungan ke lokasi visitor plot. Visitor Plot Plot lada perdu telah dikunjungi berbagai stakeholder baik instansi maupun individu antara lain Siswa sekolah, Penyuluh, Petani, dan Masyarakat umum. Tabel 72. Data Pengunjung Visitor Plot Lada Perdu Tanggal Kunjungan
Jumlah (orang)
Asal
Keterangan
21
SMKN 1 Gedong Tataan
Pelajar 18 (orang) dan guru (3 orang)
14
Kecamatan Air Naningan
Petani (11 orang), Wiraswasta (2 orang), dan guru (1 orang)
96
Stiper Kota Metro
Mahasiswa (90 orang), Dosen (1 orang), dan penyuluh (5 orang)
2 November 2016
16 Desember 2016
19 Desember 2016
Peserta kunjungan visitor plot memberikan respon terhadap hasil kunjungan dan pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengunjung. Tabel 73. Respon Pengunjung Visitor Plot Lada Perdu Indikator
STS
TS
S
SS
Rata-rata
Menambah pengetahuan dan wawasan terhadap teknologi budidaya lada perdu
0
0
10
37
Sangat Setuju (79%)
Penerapan teknologi budidaya menarik untuk dikembangkan
0
0
8
31
Sangat Setuju (66%)
Sistem irigasi yang diterapkan sudah memadai
0
1
37
9
Setuju (79%)
Pola tanam memudahkan pengunjung melakukan pengamatan pada setiap lokasi tanaman
0
0
18
29
Sangat Setuju (62%)
Selain unsur teknologi budidaya, terdapat unsur estetik yang menambah daya tarik
0
1
35
11
Setuju (74%)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
112
LAPORAN TAHUNAN 2016 Petugas dapat memberikan keterangan yang jelas terhadap teknologi yang diterapkan
0
1
19
27
Sangat Setuju (57%)
Petugas telah memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung
0
0
20
27
Sangat Setuju (57%)
Mengunjungi visitor plot lada perdu di Kebun Percobaan Natar memberikan kepuasan
0
1
30
16
Setuju (64%)
Keterangan :
2.
STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
Visitor Plot Pisang Ambon Kegiatan visitor plot pisang ambon dilaksanakan di Kebun Percobaan
Tegineneng, Kecamatan Natar Lampung Selatan.Kegiatan visitor plot pisang ambon
dilaksanakan
di
lahan
seluas
0,5
Ha,
pada
koordinat
-
5012’43”.105010’55”.96,2m0. Sumber air utama yang digunakan untuk pengairan berasal dari embung yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot. Komponen teknologi yang diterapkan pada pisang ambon mulai dari pembuatan lubang tanaman untuk tanaman sulam, pemupukan, pengairan, dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit.
Gambar 12. Penanaman dan sistem pengairan visitor plot Pisang Ambon 3.
Visitor Plot Ubikayu Kegiatan visitor plot ubikayu dilaksanakan di Lahan Laboratorium
Masgar, Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kegiatan visitor plot ubikayu dilaksanakan di lahan seluas 0,5 Ha, pada koordinat -5,15354,105,182.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
113
LAPORAN TAHUNAN 2016 Sumber air utama yang digunakan untuk pengairan berasal dari bak penampung air yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot. Komponen teknologi yang diterapkan pada lada perdu mulai dari pengolahan tanah, pembuatan bibit sehat, pola tanam, pemupukan, pengairan, dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit. Data keragaan tanaman yang di amati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah daun. Tabel 74. Keragaan Tanaman dan pengamatan produksi 2 varietas ubikayu Rata berat Jumlah tangkai Jumlah daun umbi/batang Jenis Umur (kg) Ubikayu (Bulan) Cabang Cabang Cabang Cabang Cabang Cabang 1 2 1 2 1 2 Barokah 8 66 330 4 5,5 Manggu 10 21 66 310 3,5 4
Gambar 13. Pembibitan, pengolahan tanah dan pemupukan N.
Perpustaakan, Majalah dan Pencetakan Buku
1.
Perpustakaan Kegiatan pengimputan data koleksi buku, majalah dan yang lainnya
yang dimiliki perpustakaan BPTP Lampung sudah terimput sebanyak 2058 judul buku, ke Simpetan dengan menggunakan aplikasi website Perpustakaan digital dan repository perpustakaan Badan Litbang Pertanian selama 12 bulan, Jumlah pengunjung 583 repository Badan litbang Pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
114
LAPORAN TAHUNAN 2016
Gambar 14. Proses mengimput data koleksi buku ke Simpetan 2.
Majalah dan Distribusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung berlangganan majalah
Sains
Indonesia,
majalah
disediakan
setiap bulannya
sebanyak
100
ekslempar. Jumlah majalah yang dibeli BPTP Lampung sebanyak 12 bulan x 100 eksemplar sejumlah 1200 ekslempar samapai bulan Desember 2016. Majalah disebarkan ke dinas pertanian, perkebunan, peternakan, BP4K se- Provinsi Lampung, perpustakaan BPTP Lampung, dan stakeholder.
Gambar 15. Majalah Sains dari Edisi Bulan Januari s/d Desember 2016. 3.
Pencetakaan Buku Pencetakaan buku pada kegiatan ini adalah mencetak sebuah buku
prosiding hasil-hasil penelitian dan pengkajian dari narasumber berbagai daerah yang dilakukan pada kegiatan Ekspose dan Seminar dan folder/leaflet.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
115
LAPORAN TAHUNAN 2016
Gambar 16. Folde/Leflet dan prosiding O.
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan Sapi Di Lampung Pelaksanaan
(Bintek) kegiatan pendampingan kawasan peternakan
Nasional telah dilaksanakan di tiap lokasi melibatkan 50-69 peserta yang terdiri dari 1 s/d 3 Kelompok tani ternak serta 5 PPL dan 3 Petugas Dinas Peternakan dan Inseminator. Materi Pelatihan terdiri dari Budidaya Ternak sapi Potong, Kesehatan Hewan, Insiminasi Buatan, Hijauan Pakan Ternak, dan Praktek Pembuatan Mikro Organisme Lokal di dua lokasi yaitu Lampung Selatan dan Lampung Timur sedangkan untuk Kabupaten Tulang Bawang Barat di tambah 2 materi karena di lokasi ini tidak dilakukan demplot. Materi tersebut dibuat berupa buku panduan dan berbagai informasi peternakan dalam bentuk leaflet, brosur dan CD teknologi sebagai pedoman dan petunjuk teknis. 1.
Kabupaten Lampung Selatan Salah satu program yang bersinergi dengan BPTP Lampung adalah
kegiatan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Tanjung Sari dan Kecamatan Natar.
di dua lokasi yaitu Kecamatan
Setelah dilakukan pengelompokan
terhadap 20 peternak yang menjadi peternak kooperator dengan 10 ekor induk yang diberi pakan konsentrat dan 10 ekor induk tidak diberi perlakuan (kontrol) dengan penyesuaian pakan selama 14 hari.
Konsentrat yang digunakan
merupakan Produksi kelompok Tani Ternak Karya Manunggal dengan komposisi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
116
LAPORAN TAHUNAN 2016 : Bungkil Sawit 30%; Bungkil Kelapa 20%; Tumpi Jagung 20 %; dedak 20%; kulit kopi 7%; Garam 1 %; Urea 1 %; Premix 1 % dengan Protein Kasar 13.72. Setelah dua bulan dilakukan perlakuan konsentrat anak lahir dengan bobot kisaran antara 31 – 58 kg dengan rataan bobot lahir 37.3 kg. Anak yang lahir dari 10 induk PO yang diberi perlakuan konsentrat lahir 4 ekor sapi persilangan POxSimental yang bobot lahir rataan diatas 40 kg. Sedangkan yang non perlakuan lahir sebanyak tiga ekor. Hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 dan Hasil Uji Statistiknya pada Tabel 3. Tabel 75. Uji Statistik Bobot lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian dempot Perlakuan Flushing di Lampung Selatan Parameter Bobot lahir, kg Bobot Sapih, kg Pertambahan bobot badan harian, gr/ek/hr
Lampung Selatan Flushing Non Flushing 37.3 a 35.3 b 63.6 a 59.0 b 280 a 219 b
Pelatihan budidaya ternak sapi yang dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2016. Materi Pelatihan yang disampaikan : 1. Pola Pemeliharaan Sapi Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari
BPTP
Lampung, 2. Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta potensi nya sebagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak
dan
fermentasi, di sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda Panjaitan M.Si dan 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk pakan sapi
disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung.
Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta pelatihan yang hadir sebanyak
57 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Lampung
Selatan Pak Asep beserta staff sebanyak 5 Orang , PPL 3 Orang, Kelompok peternak 40 orang, dan Narasumber Politeknik Negeri Lampung 1 Orang dan TIM dari BPTP Lampung 7 orang.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
117
LAPORAN TAHUNAN 2016 2.
Kabupaten Lampung Timur Lokasi yang direkomendasikan untuk lokasi demplot yaitu dilokasi SPR
(Sentra Peternakan Rakyat) di Desa Labuhan Ratu VII, Dususn 2 dan Dusun 3 untuk dijadikan lokasi pendampingan Kawasan Ternak Sapi yang berada di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi ini juga merupakan
salah satu lokasi
pelaksanaan kegiatan Gertak Birahi Induk Bunting (GBIB) dan Gangguan Reproduksi (Gangrep) yang dilaksanakan Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa Palembang. Penimbangan Induk Sapi dan penentuan peternak koperator dari 35 anggota kelompok ternak terpilih 16 ekor sapi PO dan 4 ekor peranakan Simental dengan PO yang dibagi menjadi dua perlakuan yaitu : 8 ekor Induk PO dan 2 ekor induk Persingan PO degan Simental yang diberi perlakuan
flushing dan 8 ekor Induk PO dan 2 ekor sapi persilangan yang tidak diberi perlakuan Flushing (kontrol). Penyesuaian pakan dilakukan selama 2 minggu. Penimbangan bobot awal induk dilakukan pada tertengahan Mei 2016 dan pra - perlakuan dimulai bulan Juni 2016 dan setelah dilakukan perlakuan selama 2 bulan sapi mulai melahirkan. Tabel 76. Uji Statistik Bobot lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian Dempot Perlakuan Flushing di Lampung Timur. Parameter Bobot lahir, kg Bobot Sapih, kg Pertambahan bobot gr/ek/hr
badan
harian,
Lampung Timur Flushing Non Flushing 30 c 29.5 c 53.3 c 49.1 d 324.8 c 288.4 a
Pelatihan budidaya ternak sapi yang dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016. Materi Pelatihan yang disampaikan : 1. Pola Pemeliharaan Sapi Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari
BPTP
Lampung, 2. Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
118
LAPORAN TAHUNAN 2016 potensi nya senagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak
dan
fermentasi, di sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda Panjaitan M.Si 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk pakan sapi disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung. Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta pelatihan yang hadir sebanyak 50 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Lampung Timur beserta staff sebanyak 2 , PPL, Kelompok peternak, dan Politeknik Negeri Lampung dan TIM dari BPTP Lampung. 3.
Kabupaten Tulang Bawang Barat Di Kabupaten Tulang Bawang Barat Pelatihan dilakukan 2 hari yaitu
pada tanggal 9 – 10 Oktober 2016 telah dilakukan pelatihan Teknologi tepat guna terhadap 3 Kelompok Tani Ternak yaitu : Kelompok Tani Ternak Budi Lestari dari Desa Wono Kerto Kecamatan Tulang Bawang Barat, Kelompok Tani Ternak Karya Makmur dan Kelompok Tani Ternak Subur Makmur yang pelaksanaannya dilakukan di Desa Wono Kerto Kecamatan Tulang Bawang Tengah di Kelompok Budi Lestari. Ada 5 materi yang dilatih oleh Narasumber sesuai bidang ke pakarannya yaitu : 1. Pola Pemeliharaan Sapi Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari
BPTP Lampung, 2.
Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta potensi nya senagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak
dan fermentasi,
di
sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda Panjaitan M.Si 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk pakan sapi disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung 4. Pemanfaatan Kotoran sapi sebagai kompos dan biogas disajikan oleh Ibu Suryani dan 5. Pemberian pakan sistem flushing yang disajikan oleh Bapak Ir. Marsudin Silalahi, M.Si dari BPTP Lampung.
Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta
pelatihan yang hadir sebanyak 69 orang yang terdiri dari 25 Peternak dari Kelompok Tani Budi Lestari, 15 orang dari Kelompok Tani TernakKarya Makmur dan 15 orang dari kelompok Tani Ternak Subur Makmur
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
119
LAPORAN TAHUNAN 2016 didampingi Kepala Bidang Produksi Ternak Bapak Supardono, SP dan Bapak Waras dari Kepala Bidang Pembibitan beserta staff sebanyak 3 Orang , PPL 3 Orang, dan Narasumber Politeknik Negeri Lampung 1 Orang dan TIM dari BPTP Lampung 5 orang. P.
UPBS Padi Pelaksanaan produksi benih UPBS padi 2016 dilakukan dalam 4 tahap
dengan varietas dan kelas benih sebagaimana pada Tabel 2. Dari tahap satu sampai ke empat semuanya memproduksi Inpari 30, hal ini dikarenakan varietas Inpari 30 ini sudah mulai banyak yang menyukaii sehingga perlu menyiapkan benih Inpari 30 lebih banyak lagi. Pelaksanaan tahap pertama memproduksi empat Tabel 77. Pelaksanaan produksi benih padi UPBS 2016 di Lampung Tahap Luas Varietas Kelas Keterangan Pelaksanaan (ha) Benih I(Februari-Mei’2016) 6 Inpari 23,29,30, BSFS Pulo PanggungInpara 2 Tanggamus II(Mei-Sept’2016) 1 Inpari10,22,23,30 FSSS Pesawaran III(Juni-Sept’2016) 8 Inpari 30,31,33. FSSS Pulo PanggungInpara2 Tanggamus IV(Sept’-Desember 26 Inpari 22,24,25, BSFS, Wonosobo2016) 30,31,32, 33 Tanggamus FSSS Varietas untuk benih kelas FS yang terdiri atas varietas Inpari 23, 29, 30 dan Inpara 2 , namun yang panen hanya varietas Inpari 30 dan Inpara 2, sedangkan Inpari 23 dan 29 tidak lulus uji lapang karena spot-spot kena blas, sehingga kedua varietas ini tidak dilakukan prosesing hasil menjadi benih bersertifikat,
dan
pelaksanaan
penangkaran
tahap
pertama
hanya
menghasikan benih varietas Inpari 30 dan Inpara 2 dengan kelas benih FS. Pelaksanaan produksi benih tahap pertama dilaksanakan dengan sistem kerjasama bagi hasil bersama petani bernama Ojen Taryana ( Ketua Kelompok Tani Mekar Mukti) di Pekon Penantian Kecamatan Pulo Panggung Kabupaten Tanggamus. UPBS BPTP Lampung mendapatkan bagi hasil panenan sebesar: 6.575 kg GKP Inpari 30, dan 1,918 kg GKP Inpara 2. Setelah dilakukan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
120
LAPORAN TAHUNAN 2016 prosesing hingga lulus uji laboratorium BPSB, menghasilkan benih yang siap diberi label/sertifikasi yaitu varietas Inpari 30: 5.200 kg, dan Inpara 2: 1.600 kg benih kelas FS (Tabel 3). Kegiatan Penangkaran Padi di Kabupaten Pesawaran seluas 1 (satu) ha dengan varietas Inpari 10, Inpari 22, Inpari 23, dan Inpari 30, hasilnya tidak memuaskan karena Inpari 10 terserang wereng ,dan yang menghasilkan adalah varietas Inpari 30, Inpari 22, dan Inpari 23, itupun hasilnya kurang memuaskan. Kegiatan penangkaran ini
dilakukan secara
kerjasama bagi hasil dengan petani bernama Ipin di Kecamatan Way RatePesawaran. Tabel 78. Hasil panen bagian UPBS BPTP Lampung dan kondisi sampai dengan akhir Desember 2016 Hasil Varietas dan Hasil UPBS BPTP Distribusi Stok Penangkaran di Kelas Benih Lampung (Kg) (Kg) (Kg) Calon Benih BerBenih sertifikat I.Pulo Panggung Inpari 30/FS 6.575 5.200 2.640 2.560 Tanggamus Inpara 2/FS 1.918 1.600 575 1.025 2.Pesawaran Inpari 30/SS 300 TL Inpari 22/SS 360 TL Inpari 23/SS 120 TL 3.Pulo Panggung Inpari 30/SS 0 0 0 0 Tanggamus Inpari 31/SS 4.550 5475* *)menung Inpari 33/SS 5.950 3637* gu hasil uji Inpara 2/SS 700 525* lab.BPSB 4.Wonosobo Inpari 22/FS 2.785 Masih Tanggamus Inpari 24/FS 1.913 tahap Inpari 25/FS 850 prsessing Inpari 30/SS 4.661 Inpari 31/FS 2.503 Inpari 31/SS 5.914 Inpari 32/FS 2.093 Inpari 32/SS 1.922 Inpari 33/FS 3.529 Inpago 8/FS 1.896 Inpago 8/SS 2.846 Hasil bagian UPBS BPTP yang dari Pesawaran hanya 820 kg namun tidak lulus uji laboratorium BPSB Provinsi Lampung karena banyak yang hitamhitam. Pelaksanaan tahap ketiga belum menghasilkan benih bersertifikat karena sekitar 9,6 ton untuk benih kelas SS masih menunggu uji laboratorium
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
121
LAPORAN TAHUNAN 2016 BPSB Provinsi Lampung, dan kegiatan penangkaran tahap empat di WonosoboTanggamus masih berupa hasil panen sekitar 30.912 kg sehingga masih tahap prosesing dan selanjutnya menunggu satu bulan masa dormansi untuk sampai uji laboratorium dalam rangka menghasilkan benih padi bermutu. Q.
UPBS Kedelai Sasaran produksi benih sumber kelas Benih Dasar (Foundation Seed)
sebanyak 4.000 kg,yang akan diperoleh dari luas tanam kedelai 4,0 hektar. Realisasi tanam tercapai 3,50 hektar dengan produksi calon benih h sumber kedelai kelas Benih Dasar sebanyak3.975 kg atau 99,38 %. Dari calon benih tersebut setelah dilakukan proses sertifikasi diperoleh benih sumber bersertifikat sebanyak 1.750 kg atau 43,75 % dari target benih sumber bersertifikat.Tidak tercapainya sasaran produksi benih sumber kelas Benih Dasar (FS) ini karena terjadi kegagalan penanganan pascapanen pada calon benih sumber varietas Grobogan sebanyak 1.625 kg yang tidak lulus sertifikasi.
Faktor
utama
yang
menyebabkan
gagalnya
penanganan
pascapanen calon benih sumber kedelai ini adalah adanya anomali iklim yang terjadi sepanjang musim tanam tahun 2016 yaitu perubahan cuaca yang tibatiba khususnya hujan lebat yang diikutidengan angin kencang sehingga menyebabkan tanaman kedelai yang sudah umur panen roboh. Akibatnya hasil panen calon benih kurang maksimal. Anomali iklim juga menyebabkan kesulitan untuk penerapan teknologi pascapanen saat penjemuran dan pengeringan polong sehingga menurunkan kualitas daya tumbuh benih. Rincian luas tanam,produksi calon benih dan benih bersertifikat menurut varietas kedelai tahun 2016 seperti tabel berikut ini : Tabel 79. Luas Tanam dan Produksi Benih Sumber Kedelai Kelas Benih Dasar (FS) UPBS BPTP Lampung Tahun 2016
No.
Varietas
1 2 3
Grobogan Anjasmoro Gepak Kuning Jumlah
Luas Tanam Produksi Calon Benih Ha % Kg % 1,25 35,71 1.625 40,88 1,25 35,71 1.750 44,03 1,00 28,57 600 15,09 3,50 100,00 3.975 100,00
Benih Bersertifikat Kg % 1.750 100,00 1.750,00 44,03
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
122
LAPORAN TAHUNAN 2016 Sasaran produksi benih sumber kedelai kelas Benih Pokok (SS) sebanyak 17.000 kg, yang akan diperoleh meallui penanaman kedelai menggunakan benih sumber kelas benih dasar (FS) seluas 17,00 hektar. Realisasi tanam mencapai 17,50 hektar atau 102,94 % dengan produksi calon benih sebanyak 12.705 kg atau 74,74% dari target benih bersertifikat. Setelah dilakukan pengujian laboratorium di BPSB, diperoleh hasil benih sumber kelas benih Pokok (SS) yang lulus sertifikasi sebanyak 2,850 kg atau 22,43% dari produksi calon benih atau 16,76 % dari asaran benih bersertifikat kelas Benih pokok (SS). Penyebab tidak lulus sertifikasi calon benih ini karena kurangnya daya tumbuh calon benih yaitu sebesar 71%, sedangkan persyaratan yang ditetapkan BPSB untuk daya tumbuh calon benih adalah lebih dari 80%. Hal ini disebabkan anomali iklim khususnya hujan lebat yang diikuti angin kencang sehingga menyebabkan tanaman kedelai yang sudah umur panen roboh sehingga mutu calon benih menjadi kurang berkualitas. Anomali iklim juga menyebabkan kesulitan penanganan pascapanen kedelai khususnya pengeringan polong sehingga mutu benih menjadi kurang optimal. Rincian luas tanam dan produksi calon benih sumber kelas Benih pokok (Stock Seed) seperti table berikut. Tabel 80. Luas Areal Tanam Kedelai Untuk Produksi Benih Pokok ( Stock Seed) Menurut Varietas dan Lokasi Tahun 2016 (MT Januri – April)
No. 1 2 3
Varietas Anjasmoro Grobogan Dena 1 Jumlah
Luas Tanam Produksi Calon Benih Ha % Kg % 10,00 57,14 8.067 63,49 6,00 34,29 3.188 25,09 1,50 8,57 1.450 11,41 17,50 100,00 12.705 100,00
Benih Bersertifikat Kg % 2.850 35,33 2.850 22,43
VI. MONITORING Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian merupa-kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada dasarnya dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
123
LAPORAN TAHUNAN 2016 langsung. Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan kegiatan ke lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan perbandingan antara rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal) dengan realita (seharusnya) berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku. Pendekatan secara tidak langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas laporan yang disampaikan oleh pelaksana baik secara reguler maupun temporer. Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian; Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008 tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung.
VII. KENDALA Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi tahun 2016 mencakup berbagai aspek sebagai berikut: (1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi belum sesuai dengan yang diharapkan,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
124
LAPORAN TAHUNAN 2016 (2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula, (3) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan.
VIII. PENUTUP BPTP Lampung sebagai salah satu melakukan
berbagai
upaya
lembaga
penelitian,
telah
dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi
yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi. Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan kelembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keberhasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang diharapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya. Bandar Lampung,
Maret 2017
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung |
125