HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI DUSUN TURI DESA TURI KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Evi Zuroidah* Moh. Saifudin**, Arfian Mudayan***
…………......……….……
……
. .….ABSTRAK…… … ......…
……. …… …… . .….
Depressed represent most health problem of significant representing society health problem which is at most became of by old. Coping individual wich is not effective and also the social enveronment and family role which less support will be ableto make depressed of at old progressively heavily even can be heppened by the sucide. To assist to improve x’self belife and also self-esteem of besides good coping individual from within individual x’self is by x’self needed by a role and motivation and also familly in assisting to instruct and support in order to can behave from mal adaptive become adaptive. Design of research used by is analytik of cross sectional. Method of sampling used by is sample random sampling. Simply us much 131 responder that is family and old in orchard of Turi of countryside Turi of sub district of Turi of regency Lamongan. Data taken by useing sheet of queesioner for familyand old.after tabulation of analyzed to existing data use test of renk spearman correlation with lefel of meaning 0,05. Result of research show role of family which is a lot of given by family to old with good category as much 85 people (64,9 %), category enough as much 36 (27,5%), and the category less as much 10 people (7,6%). Lefel of depressed of at old with category do not depressed as much 65 old (49,6%) category of light depressed as much 37 old (28,2%), category of depressed as much 24 people (18,8%), and catagory heavy depressed as much 5 people (3,8%). While result of obtained by statistic examination of result there is relation which significant of between role of family with level of depressed old with value of correlation coefficient of equal to 0,833 with level of significance 0,000 (p<0,01). See result of this research hence the family roles have to be more be improved in order to mount depressed of at old do not progressively heavily. Keyword: family role, mount depressed old.
PENDAHULUAN. …… .
… .
keluarga akan dapat memperberat masalah pada lansia yang dapat memicu terjadinya depresi (depsos , 2009). Depresi merupakan gangguan kejiwaan pada Alam perasaan (affective/mood disorder) yang di tandai dengan kemurungan, kelesuhan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Dadang Hawary, 2008;85). Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2020 jumlah lansia di perkirakan akan mencapai 1,2 miliyar jiwa. Kenaikan pesat tersebut berkait dengan usia harapan hidup lansia, dengan peningkatan
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbanyak diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Wahjudi Nugroho, 2002:48). Proses menua pada lansia merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat di hindarkan, Dengan peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak begitu banyak terjadi penurunan fungsi pada lansia, Penurunan fungsi tersebutlah yang dapat mengakibatkan masalah-masalah pada lansia, kurangnya dukungan dan peran
SURYA
48
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia usia harapan hidup tentunya akan banyak masalah yang timbul terbesar adalah gangguan depresi (Wahjudi Nugroho,2002;1). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan prevalensi Depresi pada Lansia di dunia berkisar sekitar 8-15 %. Dan dari metaanalisa negara-negara di dunia mendapat prevalensi rata-rata Depresi pada lansia adalah 13,5 % dengan perbandingan wanita dan pria 14,1 : 8,6 adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan sekitar 30-45 %. Perempuan lebih banyak menderita depresi (psikologi infogue, 2009). Menurut sebuah penelitian di Amerika hampir 10 juta orang di Amerika mengalami depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, Ras dan budaya. Angka depresi meningkat derastis di antara lansia-lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50-75 % mengalami gejala depresi ringan sampai sedang. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan yang paling signifikan yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat di obati dan dapat kembali sehat (Herman,2006; 142). Secara demografis berdasarkan sensus penduduk di indonesia tahun 2000 jumlah lansia meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 18,3 juta jiwa (8,6%). pada tahun 2005-2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar (9%) dari jumlah total penduduk yang ada, bahkan pada tahun 2020-2025 di perkirakan indonesia akan menduduki perigkat ke 4 di dunia dengan jumlah lansia yang paling banyak setelah RRC, India dan USA (Wahjudi Nugroho, 2002;2). Sementara itu jumlah lansia yang terlantar di perkirakan pada tahun 2020 jumlah nya mencapai 28,8 juta jiwa.) Berdasarkan Pusat Biro Statistik (BPS) Propinsi Ja-Tim jumlah lansia umur 60 tahun keatas tahun 2007 sebanyak 4.209.817 orang dengan rincian laki-laki 1.811.995 orang dan perempuan 2.397.822 orang dari jumlah tersebut di atas 2.7 juta
SURYA
yang terlantar. Di Lamongan pada tahun 2005 jumlah lansianya adalah 19.458 orang Sementara berdasarkan survey awal yang di lakukan oleh penulis di Desa Turi, Kec Turi, Kab. Lamongan dengan menggunakan Beck Depressio Inventory (BDI) dengan 20 pertanyaan di peroleh data dari 203 jumlah lansia yang tinggal di dusun turi desa Turi ada 199 orang lansia yang tinggal bersama keluarganya dan dari 15 orang yang di berikan pertanyaan 8 orang menunjukkan adanya gejala-gejala depresi ringan, 5 orang depresi sedang dan 2 mengalami depresi berat yang kesemuanya tersebut membutuhkan dukungan sosial dari masyarakat, lingkungan Dan keluarga termasuk bagaimana peran keluarga terhadap lansia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi depresi meliputi Faktor Fisik dan faktor Psikologis. Faktor fisik ini dapat berupa: 1). Faktor genetik, Dalam faktor genetik di jelaskan bahwa seseorang yang dalam keluarganya menderita depresi berat mempunyai resiko lebih besar menderita depresi karena gen yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya ( Mc kenzie, 1999). 2) Susunan kimia otak dan tubuh, beberapa bahan kimia di otak dan tubuh memegang peranan yang beser dalam mengendalikan emosi kita, pada orang depresi ditemukan perubahan pada bahan kimia tersebut ( kompas, 2008). 3) Usia, golongan usia muda dan remaja dapat mengalami depresi lebih banyak (wilkinson,1995). 4) Jenis kelamin, wanita dua kali lebih banyak mengalami depresi di banding dengan pria hal itu disebabkan karena wanita sulit untuk mengkomunikasikan masalahnya dengan orang lain ( pease & pease, 2001). 5) Gaya hidup, banyak kebiasaan dan gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit yang mana penyakit tersebut dapat memicu kecemasan bahkan depresi (Hendranata, 2004). 6) Penyakit fisik, perasaan terkejut karena mengetahui kita menderita penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri juga depres (Ebrahem, 1987). 7) obat-obatan dan obat-
49
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia obatan terlarang, obat-obatan terlarang telah terbukti dapat mempengaruhi kimia otak dan menimbulkan ketergantungan, menghentikan pengobatan dapat mengakibatkan depresi (Mc kenzie, 1999). 8) Cahaya matahari untuk penyakit SAD cahaya matahari sangat dibutuhkan jika dalam satu hari tidak terkena cahya mata hari maka dapat lebih mudah terkena depresi. Sementara faktor psikologis yang dapat mempengaruhi di antaranya adalah: 1) Kepribadian, kepribadian seseorang yang cenderung mempunyai fikiran negatif, pesimis dan tipe kepribadian introvet cenderung mengalami depresi (Retno Wati 1990). 2) Pola pikir, sesorang yang negatif terhadap dirinya sendiri rentan terkena depresi (Mc William dan Bloomfield 3) Harga diri, harga diri yang rendah dapat memicu terjadinya depresi (Maslow dalam Petri, 2008). 4).Stres, kehilangan seseorang yang sangat di cintai dapat memicu stress yang berkepanjangan yang menyebabkan depresi (Mc Kanzie, 1999). 5). Lingkungan keluarga termasuk peran keluarga yang ada di dalamnya.masalah yang sulit diselesaikan atau peran yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mesti nya akan mengakibatkan stess peran dan dapat memicu terjadi nya depresi ( von corff, 1992). Dari beberapa faktor di atas faktor lingkungan keluarga dimana peran keluarga merupakan faktor yang sangat berperan sekali terhadap tingkat depresi pada lansia . Keluarga yang tidak mampu menerima keberadaan Lansia dan hanya mampu mengangap Lansia sebagai penyebab masalah, penolakan serta ketergantungan yang sangat tinggi terhadap keluarga dan kehilangan peran merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologi lansia. Dampak yang dapat kita temui pada individu yang mengalami depresi antara lain : pandangan kosong, kurang atau hilang nya perhatian pada diri, inisiatif menurun, ketidakmampuan berkonsentrasi, aktivitas menurun, kurangnya nafsu makan, mengeluh tidak enak badan dan kehilangan semangat sedih atau cepat leleh sepanjang waktu mungkin susah tidur di malam hari, mempunyai keyakinan bahwa hidupnya tidak
SURYA
berguna, perilaku merusak diri secara tidak langsung seperti menggunakan NAPZA serta dampak yang paling ekstrim yaitu bunuh diri (Dadang Hawary, 2001;90-92) Meningkatkan hubungan terapiutik penting untuk memiliki kontak yang bermakna dengan individu depresi dan dengan hubungan yang terapiutik bentuk kontak dengan orang lanjut usia sesering mungkin baik secara verbal maupun non verbal, berikan perhatian terus-menerus, walupun individu lanjut usia tidak mau dan tidak dapat berbicara dengan anda. Seseorang yang lanjut usia yang mengalami depresi biasanya merasa sendiri dan tidak berharga (Wahjudi Nugroho, 2002;42).Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas seoptimal mungkin akan mengurangi ketergantungan yang tidak perlu. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru dan menyusun aktivitas harian, klien yang mengalami depresi membutuhkan lingkungan yang terstruktur dan jadwal tetapi tidak menuntut. Bekerjasama dengan keluarga dalam memperbaiki fungsi dan peran keluarga yaitu sebagai pendorong, pengharmonis, inisiator, kontributor, pendamai, perawat keluarga, sahabat, penghubung dan koordinator pada lansia sehingga lansia dapat hidup dengan percaya diri dan merasa bahwa dirinya sangat berharga, tidak merasa disiasiakan serta dibuang oleh keluarganya.. Masih banyaknya lansia yang di terlantarkan oleh keluarga dapat menyebabkan lansia merasa putus asa dan rendah diri bahkan depresi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam mengenai ”Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia di Desa Turi, Kec Turi, Kab Lamongan”.
METODE PENELITIAN……..………. Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Cross Sectional. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sampelnya sebanyak 131 responden yaitu keluarga dan lansia di Dusun
50
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Data diambil dengan menggunakan lembar kuesioner untuk keluarga dan lansia. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis menggunakan uji Rank Spearman Correlation
Tabel 3.
No. 1 2 3 4 5 Jumlah
HASIL .PENELITIAN………………… Tabel 1.
Karakteristik umur keluarga yang memiliki anggota lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
No. Umur 1 21-30 Tahun 2 31-40 Tahun 3 > 40 Tahun Jumlah
Jumlah 18 61 52 131
No. 1 2 3 4 Jumlah
% 13,7 46,6 39,7 100
Tabel 4.
No. 1 2 3 Jumlah
Karakteristik pekerjaan keluarga yang memiliki anggota lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
Pekerjaan Petani PNS/TNI/Polri Swasta/Wiraswasta Tidak Bekerja
Jumlah 105 1 21 4 131
Jumlah 19 35 39 2 36 131
% 14,5 26,7 29,8 1,5 27,5 100
Karakteristik umur lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
Umur 60-74 Tahun 75-90 Tahun > 90 Tahun
Jumlah 55 47 29 131
% 42 35,9 22,1 100
Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 55 lansia (42 %), sedangkan sebagian kecil berusia > 90 tahun yaitu sebanyak 29 lansia (22,1 %).
% 80,2 0,8 16,0 3,1 100
Tabel 5.
Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 105 keluarga (80,2 %), sedangkan sebagian kecil sebagai PNS/TNI/Polri sebanyak 1 keluarga (0,8 %).
SURYA
Pendidikan SD/MI SMP/Sederajat SMA/Sederajat PT/Akademi Tidak Sekolah
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah keluarga responden berpendidikan SMA/sederajat yaitu sebanyak 39 keluarga (29,8 %), sedangkan sebagian kecil berpendidikan perguruan tinggi/akademi yaitu sebanyak 2 keluarga (1,5 %).
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah keluarga responden berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 61 keluarga (46,6 %), sedangkan sebagian kecil berusia 21-30 tahun yaitu sebanyak 18 keluarga (13,7 %). Tabel 2.
Karakteristik pendidikan keluarga yang memiliki anggota lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
No. 1 2 3 4 Jumlah
51
Karakteristik pekerjaan lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
Pekerjaan Petani PNS/TNI/Polri Swasta/Wiraswasta Tidak Bekerja
Jumlah 88 0 2 41 131
% 67,2 0 1,5 31,3 100
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 88 lansia (67,2 %), sedangkan tidak ada satupun lansia yang bekerja sebagai PNS/TNI/Polri. Tabel 6.
Tabel 8.
Karakteristik jenis kelamin lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
No. Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Jumlah
Jumlah 68 63 131
No. 1 2 3 Jumlah
% 51,9 48,1 100
No. 1 2
Jumlah
Tabel 9.
Karakteristik pendidikan lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
Pendidikan SD/MI SMP/Sederajat SMA/Sederajat PT/Akademi Tidak Sekolah
Jumlah 47 14 1 0 69 131
SURYA
Jumlah
%
85 36 10 131
64,9 27,5 7,6 100
Tingkat depresi lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
Depresi Pada Lansia 1 Tidak Depresi 2 Depresi Ringan 3 Depresi Sedang 4 Depresi Berat Jumlah No.
% 35,9 10,7 0,8 0 52,7 100
Jumlah
%
65 37 24 5 131
49,6 28,2 18,3 3,8 100
Berdasarkan tabel 9 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 65 lansia (49,6 %), sedangkan sebagian kecil mengalami depresi berat yaitu sebanyak 5 lansia (3,8 %).
Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden tidak sekolah yaitu sebanyak 69 lansia (52,7 %), sedangkan tidak ada satupun lansia yang berpendidikan PT/Akademi. Tabel 10
Peran Keluarga Baik Cukup Kurang
Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah keluarga responden berperan baik yaitu sebanyak 85 keluarga (64,9 %), sedangkan sebagian kecil berperan kurang yaitu sebanyak 10 keluarga (7,6 %).
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 68 lansia (51,9 %), sedangkan perempuan sebanyak 63 anak (48,1 %). Tabel 7.
Peran keluarga yang memiliki anggota lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009.
Tabel silang peran keluarga dan tingkat depresi lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tahun 2009
52
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia
Berdasarkan tabel 10 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah keluarga responden berperan baik yaitu sebanyak 85 keluarga (64,9 %), terbagi menjadi 4 kategori, dengan lansia tidak derpesi sebanyak 65 lansia (76,5 %), depresi ringan sebanyak 20 lansia (23,5 %), dan tidak memiliki lansia yang mengalami depresi sedang dan berat. Sedangkan sebagian kecil berperan kurang yaitu sebanyak 10 keluarga (7,6 %), terbagi menjadi 4 kategori, tidak ada lansia yang tidak depresi dan depresi ringan, depresi sedang sebanyak 5 lansia (50 %), depresi berat sebanyak 5 lansia (50 %).
PEMBAHASAN .…
musyawarah, dengan demikian maka, akan terbentuk keluarga yang damai, sejahtera dan penuh kasih sayang yang nantinya keluarga akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik khususnya dalam meningkatkan kepercayaan diri lansia sehingga lansia merasa lebih di hargai dan diperhatikan serta tidak merasa di terlantarkan. Sebaliknya jika keluarga kurang empati dan tidak mau terlibat berhubungan dengan lansia yang kurang produktif, sudah tua dan hanya merepotkan, maka Lansia akan mengalami krisis kepercayaan diri dan merasa tidak dianggap keberadaannya oleh keluarga. Jika pemikiran ini terus berlangsung pada lansia bukan tidak mungkin lansia akan cenderung menyalahkan diri sendiri. Hal ini disebabkan oleh distorsi kognitif terhadap diri sendiri, dunia dan masa depannya sehingga dalam mengevaluasi diri dan menginterpretasikan hal-hal yang terjadi cenderung mengambil keputusan yang tidak cukup dan berpandangan negatif (Beck, 1985). Komunikasi yang baik dan hubungan interpersonal yang di bangun dengan kuat antar anggota keluarga dapat menimbulkan perasaan empati (Marylin M fredmen, 2002; 241). perasaan empati seseorang dapat terbangun apabila ada hubungan komunikasi yang kontinue antara anggota keluarga hal ini bisa dicapai dengan adanya waktu untuk bersama, toleransi perbedaan, memahami pikiran dan perasaan dan perilaku dari anggota keluarga lain. dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar keluarga dapat berperan dengan baik hal itu ditunjukan pada beberapa perilaku yang mengarah pada pemberian dukungan seta motivasi kepada lansia, serta pemahaman terhadap lansia. Lansia dengan anggota keluarga yang otoriter dan lebih memaksakan kehendak pribadi tanpa memperhitungkan keberadaan lansia biasanya lansia akan cenderung menunjukkan dua kemungkinan, berperilaku agresif atau menarik diri (Coopersmith, 1967) Oleh karena itu dalam rangka membantu lansia yang sudah tua dan kurang produktif agar dapat menjalani hidup dan sisa umur dengan lebih baik dan berguna,
.
a. Peran keluarga yang memiliki anggota lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah keluarga lansia berperan baik yaitu sebanyak 85 keluarga (64,9 %), dalam hal ini merujuk pada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang okupan peran (role occupan) dalam situasi sosial tertentu (Wahit Iqbal Mubarak,dkk., 2009;71). Sementara peran keluarga merupakan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan perilaku dari keluarga (Nasrul Effendi, 1998;34). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa keluarga yang mampu melakukan kegiatan mendorong, memuji, setuju dan menerima kontribusi dari lansia mampu merangkul lansia dan menganggap pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengarkan, memberi penghargaan, berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur serta menyatukan kembali perbedaan pendapat, selalu berusaha berubah untuk jadi lebih baik, selalu menyelesaikan konflik dengan SURYA
53
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia maka peran keluarga sangat dibutuhkan.( Mohammad Efendi, 2006; 104) Dalam hal ini bagaimanapun baiknya suatu koping dari masing masing Lansia dalam menghadapi suatu perlakuan dari anaknya tidak akan berjalan dengan evektif. Begitu juga Pola fikir, cara pandang terhadap suatu masalah, dan dukungan sosial yang tinggi serta psiko religius yang bagus jika tidak di imbangi dengan tindakan dan sikap anggota keluarga dalam hal ini anak/anggota keluarga yang lain secara konstruktif dan edukatif. Semua yang dilakukan tidak akan berjalan dengan efektif (Retno Wati, 1990; culbertson, 1997), karena efektivitas berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup lansia yang mengalami depresi akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. Pada dasarnya keberhasilan program tersebut bukan hanya merupakan tanggung jawab dari diri lansia dan lingkungan sosial saja tetapi peran keluarga yang adekuat terhadap lansia yang sudah tua dan kurang produktif juga sangat diperlukan. Peran keluarga yang adekuat terhadap lansia adalah keluarga yang mampu dan dapat, (1) Memberikan dorongan, semangat dan motivasi, (2) Memberikan teguran dan pujian atas sesuatu yang telah dilakukan, (3) Memulihkan gangguan yang mal adaptif menjadi adaptif, (4) Meningkatkan kepercayaan diri dengan membina hubungan interpersonal yang baik antar anggota keluarga dan lansia (5) Mengarahkan kepada kegiatan yang positif dan bersifat produktif (Namora Lumongga Lubis, 2009), Berdasarkan tabel 3 di atas bahwa hampir setengah keluarga lansia berpendidikan SMA/Sederajat (29,8 %), jadi semakin tinggi pendidikan keluarga maka akan semakin banyak pengalaman. Dari pengalaman tersebut maka keluarga akan lebih memahami dan mengerti apa yang terjadi dengan perkembangan lansia dan apa yang lebih dibutuhkan oleh lansia sesuai dengan kebutuhannya. Pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa keluarga dapat melakukan peran dengan baik (64,9 %), cukup (27,5 %) dan kurang (7,6 %), ini merupakan hasil yang
SURYA
lebih dari cukup untuk dapat mengetahui peran keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia. b. Tingkat depresi lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Berdasarkan tabel 9 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah lansia tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 65 lansia (49,6 %), berdasarkan pendekatan teori behavioral mengatakan bahwa depresi muncul dikarenakan seseorang kurang menerima penghargaan (Rewards) dan lebih banyak menerima hukuman (Punishment). Charles ferster seorang peneliti mengemukakan bahwa Kurangnya reinforcemen positiv dapat menyebabkan kurangnya motivasi dan menyebabkan harga diri rendah. Begitu banyaknya faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia yang terdiri dari faktor fisik yang meliputi faktor genetik, susunan kimia otak dan tubuh, faktor usia, jenis kelamin, gaya hidup, penyakit fisik, obat-obatan, obat-obatan terlarang serta cahaya matahari dan faktor psikologis yaitu kepribadian, polafikir, harga diri, stress, lingkungan keluarga. Dimana dalam lingkungan keluarga ini ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya depresi diantaranya adalah peran keluarga, kehilangan orang tua ketika anak-anak, jenis pengasuhan serta penyiksaan fisik dan seksual ketika masih kecil Faktor genetik dalam hal ini adalah jika dalam satu keluarga ada yang menderita depresi, maka resiko lebih besar terjadi depresi pada anggota keluarga yang lain daripada masyarakat pada umumnya (Mc kanzie, 1992). Susunan kimia otak dan tubuh dapat menyebabkan terjadinya depresi hal itu dikarenakan beberapa bahan kimia diotak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita (Kompas, 2008) Pada beberapa orang yang mengalami depresi terdapat perubahan pada susunan kimia tersebut. Secara biologis depresi terjadi diotak, sementara otak adalah suatu pusat komunikasi yang rumit yang dapat
54
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia mempengaruhi aktifitas dan juga emosi seseorang. Jika terjadi ketidakseimbangan bukan tidak mungkin emosi seseorang dapat terganggu dan dapat menyebabkan terjadinya depresi. Faktor usia juga mempengaruhi prevalensi terjadinya depresi. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli depresi banyak terjadi pada usia muda, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa depresi juga dapat menyerang seseorang dengan usia lanjut (wilkinson, 1995). Berbagai macam penurunan fungsi fisik serta respon emosional yang kurang bagus terhadap berbagai masalah dapat menyebabkan lansia rentan terhadap depresi. Pada Jenis kelamin, depresi banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan oleh karena kurang adanya keterbukaan dalam berkomunikasi pada wanita lebih besar ketimbang pria, sehingga depresi banyak terjadi pada wanita (Desjarlais, 1995). Komunikasi dan interaksi yang baik sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini dengan komunikasi serta keterbukaan diharapkan seseorang dapat meringankan beban sehingga tidak menimbulkan stress yang berkepanjangan yang dapat memicu terjadinya depresi. Tipe Kepribadian, orang yang mempunyai kecenderungan kepribadian introvet, pola fikir yang negatif dan pesimis sangat rentan terjadi depresi (Retnowati, 1990; Culbertson, 1997). Polafikir yang negatif terhadap diri sendiri dan selalu berfokus pada kegagalan-kegagalan dapat memyebabkan seseorang rentan terhadap depresi sehingga dalam hal ini perubahan pola fikir dan pembelajaran konstruktif mengenai kegagalan-kegagalan yang diperoleh dalam suatu proses pembelajaran sangat diperlukan. Harga diri merupakan pandangan individu terhadap dirinya atau seseorang. Harga diri dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Jika seseorang dapat menghargai dirinya secara positiv maka akan dapat menimbulkan rasa percaya diri, kuat dalam menghadapi rasa sakit (Blascovic & Tomaka, 1965). Sebaliknya jika mental seseorang lemah maka akan memandang negatif pada
SURYA
dirinya sehingga resiko terjadi depresi pada seseorang semakin tinggi terutama pada lansia dengan kondisi penurunan fisik dan fungsi intelektual dan tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari secara mandiri ditambah dengan sikap keluarga yang kurang perhatian dan kooperatif. Dari berbagai faktor tersebut diatas, peran keluarga memiliki faktor yang dominan karena (1) Keluarga adalah lingkungan dekat yang mengenal dan mengetahui kebutuhan- kebutuhan lansia, (2) Melalui komunikasi yang efektif dan keterbukaan serta pemberian motivasi yang baik dengan lansia dapat meningkatkan tingkat kemandirian serta harga diri lansia yang sempat turun oleh karena berbagai macam hal. Baik penurunan secara fisik maupun penurunan psiko sosial. Dengan keberadaan keluarga, lansia merasa lebih dihargai dan diperhatikan. Hasil sosialisasi dengan lingkungan, koping individu serta kegiatan psiko religius dapat semakin diperkuat dengan keberadaan orang terdekat yaitu keluarga, (3) Keluarga dapat menjadi media atau jembatan belajar dan aktivitas sosialisasi lansia dengan masyarakat luas, (4) Keluarga dapat menjadi tempat, pembimbing dan pendamping dalam memperbaiki tingkat kesehatan dan koping terhadap masalah-masalah yang terjadi pada lansia, (5) Keluarga dapat menjadi pendukung bagi lansia untuk meningkatkan produktifitas serta kemampuan dalam menjalankan peranannya didalam diri sendiri, keluarga maupun kelompok masyarakat. Berdasarkan tabel tabel 9 di atas menunjukkan bahwa lansia yang tidak depresi (49,6 %), depresi ringan (28,2 %,), depresi sedang (18,3 %), depresi berat (3,8%). Jadi dengan hasil tersebut tingkat depresi pada lansia dapat diperbaiki dengan meningkatkan peranan keluarga yang baik dan mengoptimalkan peranan lansia dalam keluarga mengingat banyaknya lansia yang masih produktif yaitu yang bekerja sebagai petani ( 67,2%)
55
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia 2) Tingkat depresi lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan lebih dari setengah responden tidak mengalami depresi. 3) Terdapat hubungan yang erat antara Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
c. Hubungan peran keluarga dengan tingkat depresi lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Dari hasil analisis dengan uji korelasi spearman’s rho yang menggunakan program SPSS PC for Windows versi 11,5 didapatkan hasil dengan nilai koefesien korelasi spearman (rs) 0,833 dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,01) sehingga H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara variabel peran keluarga dengan tingkat depresi pada lansia. Secara umum dapat dijelaskan bahwa peran keluarga yang baik akan dapat mempengaruhi tingkat depresi pada lansia yaitu lansia tidak depresi atau depresi ringan. Peran keluarga yang cukup juga dapat mempengaruhi tingkat depresi sedang, peran keluarga yang kurang dapat mempengaruhi tingkat depresi lansia berat. Berdasar tabel 8 di atas menunjukkan bahwa keluarga dapat melakukan peran dengan baik (64,9 %), cukup (27,5 %) dan kurang (7,6 %), dan pada tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa lansia yang tidak depresi (49,6 %), depresi ringan (28,2 %,), sedang (18,3 %), depresi berat (3,8). Dengan demikian bahwa keluarga yang mampu melaksanakan peran dengan baik ternyata sejalan dengan tingkat depresi lansia pada lansia yang tidak mengalami depresi atau depresi ringan. Dari pemaparan diatas sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang erat antara peran keluarga dengan kemampuan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Dusun Turi, Desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Namun selain peran keluarga terdapat masih banyak faktor lain yang mempengaruhi tingkat depresi pada lansia dan hal tersebut memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
2.
Saran Pemerintah hendaknya segera bergegas untuk mewujudkan kesejahteraan lansia yang dari tahun ketahun jumlahnya terus meningkat dengan banyaknya problematika yang ada baik dari segi fisik ekonomi maupun sosial dengan cara memberdayakan kelompok lansia melalui usah atau ketrampilan produktif bersama, peningkatan taraf ekonomi dengan memberikan tunjangan pada lansia-lansia dengan ekonomi rendah, jaminan kesehatan pada lansia serta program-program lain yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan lansia. Keluarga hendaknya keluarga lebih meningkatkan interaksi dengan lansia agar terjalin hubungan yang baik yang nantinya mampu membangkitkan motivasi lansia untuk dapat terus produktif. Keluarga juga dapat melakukan konseling dengan petugas kesehatan terkait dengan kondisi fisik dan psikologis lansia. Tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan penyuluhan tentang proses terjadinya depresi dan bagaimana dampak yang dapat diakibatkan kepada keluarga maupun lansia, dan memberitaukan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan bila perlu dapat bekerjasama dengan psikiater atau psikolog. Peneliti lain untuk lebih cermat dalam melakukan penelitian khususnya tentang depresi pada lansia. Selain peran keluarga masih banyak faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia, sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN………... 1. Kesimpulan 1) Peran keluarga Pada keluarga yang memiliki anggota lansia di Dusun Turi Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan lebih dari setengah dapat melakukan peran dengan baik.
SURYA
56
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia . .
.DAFTAR PUSTAKA
.
. .
Jaime L, Stockslager & Liz Seffer. (2008). Asuhan keperawatan geriatrik edisi 2. jakarta: EGC
Annete G, Luckenotte. (1996). Gerontologic nursing. Sain louis mosby year book,Inc
Long C,. (1989). Perawatan medikal bedah (suatu pendekatan proses keperawatan). Sains louis mosby year book, Inc
Budiana, keliat. (2006). Proses keperawatan kesehatan jiwa, edisi 2. jakarta : EGC
Lubis, namora lumongga. (2009). Depresi tinjauan psikologis. Jakarta : kencana
Darmojo, Boedhi dan martono hadi. (2000). Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan lanjut usia). Jakarta : FKUI
Lueckenotte. (1998). Pengkajian 102 gerontologi. Jakarta penerbit buku kedokteran : EGC
Effendy, Nasrul. (1995). Dasar keperawatan kesehatan masyarakat edisi 2. jakarta EGC
Mickey, Effendy, Nasrul. (1998). Dasar - Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta : EGC
Tanley. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktek, Edisi Kedua, Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk : (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Hardy winoto, setiabudhi, tony. (1999). Panduan gerontologi tinjauan dari beberapa aspek. Jakarta : PT Gramedia pustaka utama
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hawary, Dadang. (2001). Menejemen stress , cemas dan depresi. jakarta : FKUI
Sheila I, Videbeck. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Hawary, Dadang. (2002). Demensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi jakarta : FKUI
Soekidjo Notoatmodjo,. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hudak dan gallow. (1994). Keperawatn kritis. philadelphia lippincott company.
Sudiharto. (1997). Asuhan keperawatan kluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural. Jakarta : EGC
Ibrahim, Ayub sani. (2007). Depresi aku ingin mati. Jakarta: CV Ref graphika
Suharsimi Arikunto,. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik.Jakarta : PT Rineka Cipta.
Iyus , yosep. ( 2007). Keperawatan jiwa. Retika adhitama : Bandung
SURYA
Towensend, Mery C, (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri edisi 2. jakarta : EGC 57
Vol.01, No.V, Aprl 2010
Hubungan Peran Keluarga Dengan Tingkat Depresi Lansia Wahjudi nugroho. (1992). Keperawatan lanjut usia. jakarta penerbit buku kedokteran . Jakarta : EGC
Depsos.go.id. di akses pada tanggal 20 agustus 2009. Wahjudi nugroho, (2009). Prevalensi depresi pada lansia. http// psikologi infogue. Com. Di akses pada tanggal 21 agustus 2009.
Wahjudi nugroho. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta : EGC Wahjudi nugroho, (2008). Gangguan depresi pada lansia. http///www.
SURYA
Wahjudi nugroho, (2009), peran pada lanjut usia. http://syakira-blog.blogspot.com di akses pada tanggal 21 oktober 2009.
58
Vol.01, No.V, Aprl 2010