Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MENTAL KASIH DI DESA TURI KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Moh. Saifudin*, Widarti** _______________________________________________________________________________ …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .…. Depresi merupakan suatu perasaan sedih dan pesimis berhubungan dengan suatu penderitaan. Berdasarkan survey awal di Panti Werdha Mental Kasih Turi Lamongan, 50% depresi ringan, 40% depresi sedang dan 10% depresi berat. Untuk menurunkan tingkat depresi lansia perlu diberikan terapi tertawa. Tujuan penelitian menganalisa pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lanjut usia di panti Werdha Mental Kasih Turi Lamongan. Desain penelitian ini Pra Eksperimen One Group Pretest-Postest. Variabel independent terapi tertawa, variabel dependent tingkat depresi. Metode sampling purposive sampling. Populasi : Seluruh lansia di Panti Werdha Mental Kasih Turi Lamongan Tahun 2013 sebanyak 60 lansia. Sampel 10 responden memenuhi kriteria inklusi. Data penelitian menggunakan IDB dan observasi SAK. Setelah ditabulasi, kemudian dianalisis menggunakan uji wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil menunjukkan sebelum diberi intervensi terapi tertawa, lansia lebih dari sebagian mengalami depresi sedang yaitu 60%, hampir sebagian mengalami depresi ringan yaitu 40% dan setelah diberikan intervensi terapi tertawa sebagian mengalami depresi ringan yaitu 50%, sebagian kecil mengalami depresi sedang yaitu 10%. Sedangkan dari uji wilcoxon sign rank test, nilai signifikansi ( p sign = 0,003 ) dimana hal ini berarti p sign < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia. Melihat hasil penelitian ini maka tenaga kesehatan bisa menerapkan terapi tertawa pada lansia untuk menurunkan tingkat depresi. Kata kunci : Terapi Tertawa, Depresi dan Lansia Abstract Depression is a feeling of sadness and pessimism associated with an affliction. Based on the initial survey at the Children's Werdha Mental Kasih Turi Lamongan, 50% mild depression, 40% and 10% of depression is major depression. To reduce the level of depression elderly should be given therapy laugh. The purpose of the study to analyze the effect of a decrease in levels of laughter therapy depression in the elderly in nursing homes Mental Kasih Turi Lamongan. The design of this study Pre Experiment One group pretest-posttest. Laughter therapy independent variables, dependent variable levels of depression. Purposive sampling method of sampling. Population: All the elderly in nursing homes Mental Kasih Turi Lamongan In 2013 as many as 60 elderly. Sample 10 respondents met the inclusion criteria. IDB research data and observations SAK. Once tabulated, and analyzed using the Wilcoxon signed rank test test with significance level 0.05. Results showed before given therapeutic intervention laugh, more than most elderly depressed was that 60%, almost half experiencing mild depression is 40% and after a given therapeutic intervention laugh most mild depression is 50%, a small portion being depressed is 10%. While the test Wilcoxon signed rank test, significance values (p sign = 0.003) where this sign means p <0.05 so that H1 is accepted meaning that there are significant decline in the level of laughter therapy on depression in the elderly. Seeing the results of this research, the health worker can apply laugh therapy in the elderly to lower levels of depression. Keywords: Laughter Therapy, Depression and the Elderly
SURYA
1
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
PENDAHULUAN. … … .
…
Berdasarkan Pusat Biro Statistik (BPS) Propinsi Jatim jumlah lansia umur 60 tahun keatas tahun 2007 sebanyak 4.209.817 orang dengan rincian laki-laki 1.811.995 orang dan perempuan 2.397.822 orang dari jumlah tersebut diatas 2.7 juta terlantar. Pada tahun 2005 jumlah lansia di Lamongan adalah 19.458 orang. Tahun 2010 jumlah lansia di Lamongan adalah 3.456 jiwa. Berdasarkan survey awal pada tanggal 8 November 2013 yang dilakukan oleh penulis di Panti Werdha Mental Kasih Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan data jumlah lansia yang tinggal di Panti Werdha tersebut 60 orang. 10 orang lansia diberikan 13 pertanyaan menggunakan Inventory Depresi Beck, 5 orang (50%) menunjukkan adanya gejala-gejala depresi ringan, 4 orang (40%) depresi sedang dan 1 orang (10%) mengalami depresi berat. Fenomena tersebut menunjukkan hampir semua lansia mengalami depresi yang kesemuanya membutuhkan terapi untuk menurunkan depresi.
Lanjut usia menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, serta lingkungan, ini akan berpengaruh pada lansia beresiko terjadi depresi. Masalah tersebut secara perlahan dapat menyebabkan kerusakan fungsi dan struktur tubuh. Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh (Jaime L. Stockslager Liz Schaeffer, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan kesehatan. Pada umumnya gangguan kesehatan mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2008). Meningkatnya jumlah penduduk lansia menimbulkan masalah baik dari segi fisik, mental dan sosial. Salah satu masalah yang sering dijumpai pada lansia yaitu depresi.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi depresi meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik ini berupa: Faktor genetik, Susunan kimia otak dan tubuh, Usia, Jenis kelamin, Gaya hidup, Penyakit fisik dan Cahaya matahari. Sementara faktor psikologis yang dapat mempengaruhi di antaranya adalah: Kepribadian, Pola pikir, Harga diri, Stres dan Lingkungan keluarga (Lilik Ma’rifatul, 2011).
Tahun 2012, penduduk 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Pada Hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari sekarang. Rata-rata usia harapan hidup di Negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 (WHO, 2012).
SURYA
Stress dan tekanan kehidupan modern berdampak buruk terhadap pikiran dan tubuh manusia. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pikiran, seperti kecemasan, depresi, gangguan syaraf dan insomnia mengalami peningkatan. Depresi dapat dialami setiap orang termasuk pada lansia. Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri 2
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan sendiri atau perasaan marah yang dalam (Wahjudi Nugroho, 2008).
dikendalikan secara Nurtjahjanti, 2010).
Apabila ini terjadi dalam waktu yang lama, berlarut – larut dan panjang, maka seorang tersebut dapat mengalami depresi. Pada batas tertentu, tubuh bisa pulih sendiri, tetapi tidak seratus persen dan tentu saja tidak dalam semua kasus. Jadi makin banyak insiden yang terjadi dalam kehidupan kita, makin kecil kemungkinan tubuh kita untuk pulih. Akibatnya kita menjadi rentan terhadap penyakit dan ajal. Tapi apa yang menyebabkan kita tidak bisa sepenuhnya memulihkan kerusakan tadi, sebagian besar belum diketahui (Mukhtar B, 2005). Depresi sebenarnya hadir karena tekanan. Dengan depresi seseorang tidak mungkin bisa membangkitkan energinya untuk menghadapi masalahnya. Karena dalam kondisi depresi tersebut, kondisi mental dan fisik seseorang sedang down (Toni Setyawan, 2012). Oleh sebab itu, perlu suatu penanganan untuk mengurangi depresi. Memang mahal biaya untuk menghilangkan depresi. Banyak orang mencoba untuk melakukan relaksasi, pijat, olahraga, meditasi, liburan, piknik, yoga, rekreaksi dan jalan-jalan. Tentu saja semua metode ini menghabiskan banyak waktu dan mahal. Maka untuk membangkitkan energi disini salah satu alternatif pengobatan non farmokologis yang mudah digunakan adalah dengan pemberian terapi tertawa. Tertawa bisa membuat seseorang bisa tenang dan terhibur sehingga ia bisa melepaskan dirinya dari depresi (Toni Setyawan, 2012).
Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa atau senyuman yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan memelihara kesehatan (Andol, 2009). Terapi tertawa dapat menstimulasi pengeluaran zat endorphine, serotonine dan endorphine dalam tubuh, terutama sangat dibutuhkan otak yang membuat tubuh kita akan semakin tenang dan nyaman (Simanungkalit B, 2009). Rasa tenang dan nyaman tersebut diharapkan bisa mengurangi depresi pada lansia, terapi ini efektif dan efesien, cocok untuk lansia dipanti. Sehingga, Peneliti mencoba menerapkan terapi tertawa sebagai metode untuk pendekatan baru untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia.
(Harlina
Dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lanjut usia di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”. METODOLOGI PENELITIAN. …
….
Penelitian ini menggunakan metode pra eksperiment jenis One Group PretestPostest yaitu satu kelompok dilakukan test sebelum diberi perlakuan, kemudian diintervensi dan diberikan test kembali setelah intervensi. Sampel penelitian sebanyak 10 orang responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan memakai kriteria inklusi yaitu; Lansia yang mempunyai umur 60-70 tahun, lansia yang tidak mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran, lansia yang tidak mempunyai penyakit (hernia, wasir parah, baru menjalani operasi dan tuberkulosis), bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner Inventory Depresy Beck.
Penelitian ilmiah terbaru memperlihatkan bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak dalam pikiran, tetapi terkandung dalam otot-otot dan hormon. Tindakan menggerakkan otot-otot wajah membentuk ekspresi yang berkaitan dengan kesukacitaan dapat menghasilkan efek positif yang berdampak pada sistem saraf. Paul Ekman, peneliti utama dalam bidang ini, meyakini bahwa mekanika gerakan otot-otot wajah sangat berkaitan dengan sistem saraf otonom, yang mengatur denyut jantung, pernapasan dan fungsi yang tidak bisa
SURYA
sadar
3
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
HASIL PENELITIAN
….
No 1 2 3 4
Pendidikan Frekuensi SMA 2 (20%) SMP 1 (10%) SD/MI 5 (50%) Tidak Sekolah 2 (20%) Jumlah 10 (100%) Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 10 lansia sebagian lansia mempunyai pendidikan SD/MI yaitu 5 orang atau 50 %.
…
Tabel 1
No 1
Karakteristik Lansia Berdasarkan Umur di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014 Umur Frekuensi 60-70 10 (100%) Jumlah 10 (100%)
Tabel 5
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 10 lansia semua lansia mempunyai umur 60-70 tahun yaitu 10 orang atau 100 %.
No 1 2 3 4
Tabel 2
No 1
Karakteristik Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014 Jenis Kelamin Frekuensi Perempuan 10 (100%) Jumlah 10 (100%)
Frekuensi 4 (40%) 4 (40%) 1 (10%) 1 (10%)
10 (100%)
Tabel 6
Tabel 4.3 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pekerjaan di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014 No Pekerjaan Frekuensi Petani 3(30%) 1 Tidak Bekerja 7 (70%) 2 Jumlah 10 (100%)
No 1 2
Karakteristik Lansia Berdasarkan Riwayat Penyakit di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014 Riwayat Frekuensi Penyakit Hipertensi 6(60%) Asma 4 (40%) Jumlah 10 (100%)
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 10 lansia lebih dari sebagian lansia mempunyai riwayat penyakit hipertensi yaitu 6 orang atau 60 %.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 10 lansia lebih dari sebagian lansia tidak bekerja yaitu 7 lansia atau 70 %.
SURYA
Tinggal Bersama Suami/Istri Anak Cucu Layanan Institusi/Yayasan Panti Jumlah
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 lansia hampir sebagian tinggal bersama suami yaitu 4 orang atau 40%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 10 lansia semua berjenis kelamin perempuan yaitu 10 orang atau 100%.
Tabel 4
Karakteristik Lansia Berdasarkan Tinggal Bersama di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 201
Karakteristik Lansia Berdasarkan Pendidikan di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014 4
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan post intervensi menunjukkan sebagian mengalami depresi ringan yaitu 5 orang atau 50%.
Tabel 7
Karakteristik Lansia Berdasarkan Tingkat Depresi Pre Intervensi di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014. No Tingkat Depresi Frekuensi Ringan 4 (40%) 1 Sedang 6 (60%) 2 Jumlah 10 (100%) Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa dari 10 lansia lebih dari sebagian mengalami depresi sedang yaitu 6 orang atau 60%.
PEMBAHASAN… … .
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa dari 10 lansia lebih dari sebagian mengalami depresi sedang. Berdasarkan fakta yang terjadi, lansia lebih dari sebagian mengalami depresi sedang dikarenakan oleh beberapa faktor yang dialami diataranya adalah jenis kelamin, pendidikan, penyakit fisik dan tingkat pekerjaan. Depresi pada orang lanjut usia dimanifestasikan dengan adanya keluhan merasa tidak berharga, sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa kosong, tidak ada harapan, menuduh diri, ide-ide pikiran bunuh diri dan pemeliharaan diri yang kurang bahkan penelantaran diri (Wash, 1997 dalam Ma’rifatul Lilik, 2011). Lebih dari sebagian lansia yang berada di Panti Werdha Mental Kasih mengalami depresi sedang, hal ini terjadi karena lansia berjenis kelamin perempuan. Pola komunikasi perempuan berbeda dengan pria, wanita lebih cenderung memikirkan masalahnya dan kurang mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga emosinya labil yang sering menyebabkan depresi. Pada lanjut usia, depresi lebih banyak berhubungan dengan aktivitas sehari-hari, lansia yang mempunyai kegiatan, jarang terserang depresi dari pada lansia yang aktifitasnya kurang. Hampir seluruh lansia tinggal bersama keluarganya, lingkungan keluarga juga menjadi penyebab depresi pada lansia. Konflik dalam keluarga bisa berasal dari dalam individu itu sendiri atau dari luar yaitu anggota keluarga yang lain, masalah yang sulit diselesaikan atau peran yang tidak dapat berfungsi
Karakteristik Lansia Berdasarkan Tingkat Depresi Post Intervensi di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014. Tingkat Depresi Frekuensi Minimal 4 (40%) Ringan 5 (50%) Sedang 1 (10%) Jumlah 10 (100%)
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 10 lansia sebagian mengalami depresi ringan yaitu 5 orang atau 50%. Tabel 9
No 1 2 3
Tabel Silang Pengaruh Pre dan Post Intervensi Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tingkat Pre Post Depresi Intervensi Intervensi Minimal 4 (40%) Ringan 4 (40%) 5 (50%) Sedang 6 (60%) 1 (10%) Jumlah 10 (100%) 10 (100%)
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 10 lansia pre intervensi menunjukkan lebih dari sebagian mengalami depresi sedang yaitu 6 orang atau 60% dan SURYA
…
1) Tingkat Depresi Pre Intervensi Pada Lansia di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014.
Tabel 8
No 1 2 3
…
5
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan sebagaimana mestinya didalam keluarga apabila dibiarkan berlangsung dalam waktu yang lama akan mengakibatkan stres peran yang dapat memicu terjadinya depresi. Mencegah depresi pada lansia, dapat dilakukan perawat dengan memberikan kegiatan yang positif kepada para lansia, seperti mengajak untuk senam, tertawa bersama, berkumpul bersama sehingga terdapat komunikasi yang baik antara perawat dengan lansia.
mengurangi pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan stres dan dengan memberikan relaksasi. Tertawa juga Mengurangi bronkhitis dan asma. Tawa merupakan salah satu latihan terbaik untuk mereka yang menderita asma dan bronkhitis. Tawa meningkatkan kapasitas paru-paru dan tingkat oksigen dalam darah. Para dokter menyatakan fisioterapi dada untuk mengeluarkan lendir (dahak) dari saluran pernafasan. Meniup kedalam sebuah alat atau balon merupakan salah satu latihan yang biasa diberikan kepada penderita asma. Tawa melakukan hal yang sama dan cara ini lebih mudah dilakukan serta tanpa biaya (Kataria, 2004).
2) Tingkat Depresi Post Intervensi di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014. Tabel 8 Menunjukkan bahwa setelah diberikan terapi tertawa sebagian lansia mengalami depresi ringan.
Setelah dilakukan terapi tertawa, tingkat depresi pada lansia mengalami penurunan. Tertawa meringankan rasa khawatir. Seseorang tidak dapat tertawa dan merasa takut secara bersamaan. Secara fisik itu tidak mungkin. Tawa mengurangi rasa ingin sendiri. Sebab, tawa membuat kita ingin bersosialisasi dengan orang lain dan meringankan rasa kesendirian. Tertawa adalah sumber latihan jantung yang sehat, khususnya bagi orang yang telah berusia lanjut.
Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan memelihara kesehatan (Andol, 2009).
3) Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun 2014
Tertawa 1 menit ternyata sebanding dengan bersepeda selama 15 menit. Hal ini membuat tekanan darah menurun, terjadi peningkatan oksigen pada darah yang akan mempercepat penyembuhan. Tertawa juga melatih otot dada, pernafasan, wajah, kaki dan punggung. Selain fisik, tertawa juga berpengaruh terhadap kesehatan mental. Tertawa terbukti memperbaiki suasana hati dalam konteks sosial (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005).
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai signifikansi (p sign = 0,003) dimana hal ini berarti p sign < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia pada lansia di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Pada Tahun 2014.
Terapi tertawa dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Ada sejumlah penyebab tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, seperti faktor keturunan, kegemukan, merokok dan konsumsi lemak yang berlebihan. Tetapi stres adalah salah satu faktor yang dominan. Tawa mengontrol tekanan darah dengan SURYA
Tertawa dapat menstimulasi pengeluaran zat endorphine, serotonine, dan endorphine dalam tubuh, terutama sangat dibutuhkan otak yang membuat tubuh kita akan semakin tenang dan nyaman 6
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan (Simanungkalit B, 2007). Rasa tenang dan nyaman tersebut diharapkan bisa mengurangi depresi dialami oleh lansia, terapi ini efektif dan efesien, cocok untuk lansia dipanti. Sehingga, Peneliti mencoba menerapkan terapi tertawa sebagai metode untuk pendekatan baru untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia. Tertawa berpengaruh terhadap penurunan tingkat depresi. Tawa mengurangi rasa ingin sendiri. Sebab, tawa membuat kita ingin bersosialisasi dengan orang lain dan meringankan rasa kesendirian dan hal tersebut menurunkan tingkat depresi. Tertawa adalah proses alami yang mengurangi rasa sakit, baik secara fisik maupun emosional. Ini adalah obat alami dari tubuh sendiri. Banyaklah tertawa dan itu akan menjadikan anda merasakan ternyata hanya butuh sedikit obat untuk menikmati hidup. Perawat bisa melakukan terapi secara terus menerus, diharapkan dapat menurunkan tingkat depresi lansia dan meningkatkan respon adaptif lansia karena pada lansia di panti tidak lebih dari sakit secara fisik tetapi penekanan pada kondisi sehat jasmani dan rohani termasuk gangguan psikologi atau tingkat depresi yang dialami lansia. Adaptasi yang baik, diharapkan lansia yang mengalami depresi akan semakin menurun. KESIMPULAN DAN SARAN. …
1. Teoritis Diharapkan teori lebih dikembangkan untuk mempermudah dalam pelaksanaan terapi tertawa bagi lanjut usia yang mengalami depresi dan bisa dipergunakan sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lanjut usia. 2. Praktis Bagi Institusi Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan bisa diterapkan terapi tertawa untuk menurunkan tingkat depresi pada lanjut usia. 3. Bagi Panti Werdha, setelah penelitian ini diharapkan pengurus panti werdha mental kasih membuat klub terapi tawa dan di implementasikan sehingga dapat mengajak para lansia untuk bersamasama menerapkan terapi tawa. . 4. Bagi Peneliti lain, perlunya peneliti lebih lanjut dengan menggunakan jumlah responden yang lebih besar dan menggunakan kuesioner yang sesuai untuk mengukur tingkat depresi pada lanjut usia.
.
DAFTAR PUSTAKA.
1) Kesimpulan 1. Lebih dari sebagian lansia mengalami depresi sedang dan hampir sebagian mengalami depresi ringan sebelum dilakukan terapi tertawa. 2. Sebagian lansia mengalami depresi ringan dan hampir sebagian mengalami depresi ringan setelah dilakukan terapi tertawa. 3. Terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Panti Werdha Mental Kasih di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan
… ….
Andol
(2009). Terapi Tertawa. http://m.epochtimes.co.id. Diakses : 4 November 2013.
Arikunto,
Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineke Cipta
Depkes
(2012). Lansia di Indonesia http://www.skripsi.co.id pdf. Diakses : 13 November 2013.
Firmanto, M. (2006). Pengaruh terapi tawa untuk menurunkan stres kerja pada pegawai lembaga pemasyarakatan kelas I Surabaya di Desa Kebon Agung Kecamatan Porong. Skripsi.
2) Saran SURYA
7
Vol.03, No.XIX, September 2014
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tidak Diterbitkan. Universitas Airlangga.
Surabaya:
gi-lansia. Diakses : 11 November 2013
Gemilang, Jingga. (2013). Manajemen Stres & Emosi. Yogyakarta : Mantra Books.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi. Rev. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Harlina, Nurtjahjanti. (2010). Manfaat Terapi Tawa Untuk Kesehatan. http://www.tnol.co.id/bugar/21399ini-dia-8-manfaat-tertawa.html. Diakses : tanggal 3 November 2013.
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik edisi 3. Jakarta : EGC. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Iyus Yosep. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Nursalam. (2010). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Jaime L, Stockslager & Liz Seffer. (2008). Asuhan keperawatan geriantrik edisi 2. Jakarta: EGC
Rasmun. (2006). Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : Sagung seto.
Kataria, M. (2004). Laught for reason ( terapi tertawa ). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Stanley,
Ma’rifatul, Lilik. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Setyawan, Toni. (2012). Terapi Dengan Tertwa. Platinum.
Mangoenprasodjo, A. & Hidayati. (2005). Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Pradipta Publishing.
Taufan, Dyntya. (2012). Alat Ukur Inventory DepresiBeck. http://www.skripsi.co.id. Diakses : 11 November 2013
Maryam, Siti dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
WHO.
Stanley. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. jakarta : EGC
SURYA
(2012). Lansia di Indonesia http://www.skripsi.co.id pdf. Diakses : 13 November 2013.
Yenitarosaria. (2012). Masalah-Masalah Pada Lanjut Usia. http://www.blogger. Diakses : 25 November 2013.
Muhammad, A. (2011). Tertawalah biar Sehat. Jakarta: Diva Press. Mukhtar,
Sehat
Simanungkalit, H.S, dkk. (2000). Pedoman pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Jakarta Pusat Informasi dan Penelitian Bagian Ilmu Penyakit dalam FKUI.
Maria G. da Cunha. (2011). Macam-macam Penyebab Stres pada Lansia http://www.atmajaya.ac.id/content. asp?f=13&id=3571 . Diakses : tanggal 3 November 2013.
Mickey,
Mickey. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed.2Jakarta: EGC.
B.(2005). Psikologi Lansia. http://belajarpsikologi.com/psikolo 8
Vol.03, No.XIX, September 2014