PENGARUH PENERAPAN TERAPI OKUPASI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDA USIA ANUGRAH SURABAYA Erika Untari Dewi,S.Kep.,Ns.,M.Kes
[email protected]
ABSTRAK Terapi okupasi pada lansia merupakan salah satu alternatif non farmakologi yang mudah dilakukan, mudah dibuat dan mudah digunakan tetapi memberikan manfaat yang besar dalam menurunkan depresi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap penurunan depresi pada lansia di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian bersifat pra – experimental (one – grup pre – post test desing). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penghuni Panti Werda Usia Anugrah Surabaya,yang berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel digunakan dengan cara Probality sampling (simple random sampling), dengan jumlah sampel 19 orang. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi tingkat depresi dengan skala Holmes dan Rahe.variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) adalah terapi okupasi dan variabel terikat (dependen) tingkat depresi. Sebelum dilakukan terapi okupasi 19 (100%) responden memiliki tingkat depresi dengan kategori sedang, setelah dilakukan terapi okupasi 8 (42%) responden tingkat depresi rendah, sedangkan 11 (58%) responden masih dalam kategori depresi sedang. Analisa data yang digunakan yaitu dengan uji wilcoxon, hasil yang diperoleh adalah p = 0,005 dengan nilai (p<0,005), yang berarti ada pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. Sejauh ini banyak orang tua belum mengetahui terapi untuk menurunkan tingkat depresi pada dirinya, dengan adanya terapi okupasi, seseorang dibantu untuk mengatasi atau menghindari tingkat depresi yang berkepanjangan. Kata Kunci : Lansia, Depresi, Terapi Okupasi. ABSTRACT Occupational therapy in the elderly is one of the non-pharmacological alternatives are easy to do, easy to make and easy to use but offer significant benefits in reducing depresis. The purpose of this study was to determine the effect of the application of occupational therapy is to decrease the depresis on the elderly in Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. This study uses a study design is a pre - experimental (one - group pre - post test desing). The population in this study are all inhabitants of Panti Werda Usia Anugrah Surabaya, which numbered 20 people. Sampling is used in a way probality sampling (simple random sampling), with a sample of 19 people. The collection of data through observation of this study depresis levels by Holmes and Rahe.variabel scale used in this study is the independent variable (independent) is occupational therapy and the dependent variable (dependent) depresis levels. Prior to occupational therapy 19 (100%) of respondents have moderate depresis levels by categories, occupational therapy after 8 (42%) of respondents low depresis levels, while 11 (58%) of respondents are still in the category of moderate depresis. Analysis of the data used is the Wilcoxon test, the results are obtained with a value of p = 0.005 (p <0.005), which means that there is the influence of the application of occupational therapy on the level of depresis in the elderly in Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. So far many parents do not know the therapy to decrease the level of depresis on him, in the presence of occupational therapy, a person is helped to overcome or avoid prolonged depresis level.
Keywords: Elderly, Depresis, Occupational Therapy.
69
bahagia, berdaya guna dan produktif (Pasal 19 UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan). Menurut Claude Bernad, 1867 (Potter dan perry,1997) perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dapat menggangu fungsi organisme sehingga penting bagi organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap depresior agar dapat bertahan. Depresior merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang menimbulkan depresi dan depresi, jika lansia tidak bisa mengatasi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan – perubahan yang terjadi pada masa tua, maka lansia tersebut akan memikirkan dan memiliki persepsi yang buruk dan muncul gejala – gejala seperti pusing, mudah lelah, sulit tidur, dan lain sebagainya. Menurut data Word Health Organization (WHO), Indonesia dengan jumlah lansianya menduduki urutan ke – 18. Dinegara maju seperti Amerika serikat pertambahan lansia diperkirakan 1.000 per hari,pada tahun 2001 berdasarkan hasil penelitian Kinsella dan Velkof, bahwa sepanjang tahun 2000, populasi dunia tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan (Papalia,2008: 843), dan diperkirakan lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada saat itu terdapat lebih dari 800 juta orang berusia diatas 65 tahun, dua pertiga dari mereka berada di negara berkembang (Papalia, 2008: 843). DiIndonesia jumlah lansia mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebanyak 15.262.199 jiwa dengan prosentase 7,28%, tahun 2005 menjadi 17.767.709 jiwa dengan prosentase 7,97%, dan pada tahun 2010 meningkat juga menjadi 19. 936.895 jiwa dengan prosentase 8,48%, (Padila,2013), dan jumlah lansia yang berada di Jawa timur adalah 4.113.847 orang atau sekitar 11 % dari total penduduk Jawa timur (Birohumas.jatimprov,2015),di kota Surabaya jumlah lansia sekitar 300 ribu lansia, atau 10 % dari total penduduk Surabaya. Hasil wawancara yang telah dilakukan penulis kepada pengurus Panti werda Anugrah didapatkan data dari 20 lansia, 12 diantaranya kadang masih aktif dalam mengikuti kegiatan yang ada di panti werda seperti doa bersama setiap sore di panti, penuh semangat saat ditanyakan hobi atau kegemaran semasa
PENDAHULUAN Tahapan menjadi dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel – sel yang ada dalam tubuh, sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan – lahan itulah yang dikatakan sebagai proses penuaan (Constantinides,2008). Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain (Ponto,Bidjuni,Karundeng,2015). Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (R.Siti Maryam, Mia F. Ekasarid,2008). Menurut UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia ≤ 60 tahun. Dikatakan lansia atau menjadi tua ditandai dengan adanya perubahan yang terlihat sebagai gejala – gejala perubahan fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lelah, gerakan lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbuanan terutama diperut dan pinggul. Perubahan psikologis yang sering dijumpai lansia antara lain perasaan yang tidak berguna, mudah sedih, insomnia, depresi, depresi, ansietas dan dimensia. Dari beberapa masalah tersebut depresi merupakan salah satu faktor yang paling tinggi untuk memicu kegagalan seseorang dalam mempertahankan keseimbangan terhadap suatu kondisi sehingga menyebabkan depresi. Depresi adalah respon adaptif dipengaruhi karakteristik individual atau proses psikologi, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan perubahan fisik dan psikologis terhadap seseorang (Ivancevich dan Matteson,1980 dalam Kreitner dan Kinicki,2004). Depresi merupakan akumulasi dari perasaan cemas yang berkepanjangan. Depresi sering terjadi atau datang setelah mengalami proses kekecewaan yang berlarutlarut dan panjang (Prasetyono, 2007). Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ketahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, 70
muda, masih merasa mampu dan mandiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau aktivitasnya (mandi, makan, minum, BAB, BAK) walaupun sebenarnya membutuhkan bantuan pengurus panti ,terkadang tidak lansia selalu berpikiran negatif dalam menanggapi keadaan yang dilihatnya, selalu mengeluh atau murung jika sedangkan memikirkan sesuatu, sedangkan 6 lansia yang lain selulu merasa cemas dan takut, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, sering mengalami gangguan pencernaan, selalu menyendiri di kamar, murung, sering bersedih, dan sering panik jika tidak pengurus sedang keluar panti untuk melakukan kegiatan diluar panti. Setiap orang pernah mengami depresi, dan orang normal dapat beradaptasi dengan depresi jangka panjang atau depresi jangka pendek sehingga berlalu. Depresi adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang, bahkan depresi dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Sumber depresi disebut dengan depresior dan ketegangan yang di akibatkan karena depresi, disebut strain. Depresi dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Sumber depresior dapat berasal dari internal (diri sendri) dan ekstrernal (keluarga, masyarakat, dan lingkungan), (A.Aziz Alimul H,2006). Depresi berat dapat menyebabkan seseorang lumpuh bahkan sampai pada kematian, karena merasa tidak bahagia seolah – olah tidak lagi berdaya atas dirinya (Tay Swee Noi dan Peter J.Smith,1991). Tingkat depresis lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan yang dirasakan atau dialami oleh lansia sebagai akibat dari depresior berupah perubahan – perubahan baik fisik, mental, maupun sosial dalam kehidupan yang lansia alami. Penilaian individu terhadap depresior akan mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan pecegahan terhadap depresior yang membuat depresi (Safari dan Saputra, 2009). Menurut peneliti Graff (2007) salah satu cara dalam pengembalian fungsi mental seseorang atau pada lansia adalah
dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan, serta mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Selain itu terapi ini juga dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi atau memperbaiki ketidaknormalan (kecacatan), serta memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan (Setyoadi dan Kushariyadi,2011). Jenis kegiatan yang dapat dilakukan dari terapi okupasi adalah latihan gearak badan, olah raga, kerapian pribadi, pekerjaan sehari – hari (mengajarkan merapihkan tempat tidur, melipat baju sendiri, menyapu atau menata kamar), selain itu terapi juga mengajarkan seni (tari, musik, atau drama), diskusidengan topik tertentu, berita, surat bakar, televisi, kedaan lingkungan (Muhaj,2009). Depresi yang terjadi pada lansia harus segera diatasi dan secepatnya untuk dicegah, karena jika ditangani dengan cepat, maka akan menyebabkan kematian. Dalam mengatasi dan menurunkan depresi yang terjadi pada lansia pengobatannya tidak harus mahal. Terapi Okupasi pada lansia merupakan salah satu alternative non farmakologi yang mudah dilakukan, mudah dibuat dan mudah digunakan tetapi memberikan manfaat yang besar dalam menurunkan depresi. Adapun beberapa tujuan dari terapi okupasi adalah sebagai berikut: menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan kemampuan untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya, membantu klien melepaskan dorongan emosionalnya secara wajar, membantu klien untuk menemukan kegiatan yang sesuai bakat dan kondisi klien, membantu dalam pengumpulan data, terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak sendi, otot, dan koordinasi gerakan, mengajarkan aktivitas sehari – hari (ADL) seperti makan, berpakaian, berbelanja, menggunakan alat tertentu,dan lain – lain, membantu klien untuk menyesuaikan diridengan pekerjaan rutin ditempat 71
tinggalnya (rumah, panti, dll). Hal ini dilakukan sebagai bentuk peran perawat dalam meminilmalkan angka kejadian kasus peningkatan depresi dari setiap tahunnya yang terus meningkat. Dari fenomena tersebut menjadi dasar peneliti untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap penurunan depresis pada lansia di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya.
dilakukan observasi perbedaan tingkat depresi masing – masing responden per harinya (post test atau observasi setelah dilakukan tindakan), kemudian masukan kedalam tabel observasi. Apabila data pre dan post terapi okupasi sudah terkumpul seluruhnya maka akan dilakukan uji wilcoxon untuk menentukan adanya pengaruh atau tidak.
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi,2007). Berdasarkan tujuan penelitian, rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat pra – experimental (one – grup pre – post test desing). Ciri tipe ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akhibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menggungkapkan hubungan antara pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap tingkat depresi dengan cara melibatkan satu kelompok subjek yaitu lansia di panti Werda Usia Anugrah. Variabel Bebas (Indenpenden) dalam penelitian ini adalah terapi okupasi, Variabel terkait dalam penelitian ini adalah tingkat depresi.,Pada penelitian ini populasinya adalah lansia yang mengalami depresi di panti Werda Usia Anugrah Surabaya yang mengalami depresi sebanyak 20 orang, sampel yang diambil 19 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan simple random sampling, Proses pengumpulan dan analisa data pada penelitian ini para responden dilakukan intervensi terapi okupasi selama 1 minggu (10 – 30 menit saat jam kegiatan panti), sebelum intervensi dilakukan para responden terlebih dahulu dikaji tentang berapa kali responden melakukan kegiatan yang digemari atau hobi dari responden selama 1 minggu (pra test atau observasi sebelum tindakan), berikutnya dilakukan intervensi terapi okupasi selama 1 minggu (10 – 30 menit selama kegiatan panti), setelah dilakukan intervensi kemudian
Tabel 1. Data distribusi frekuensi tingkat depresi sebelum dan sesudah terapi okupasi, Terapi Okupasi
Prose
Sebelum Prosentasi
Sesudah
0
0%
0
0%
Rendah
0
0%
8
42%
Sedang
19
100%
11
58%
Tinggi
0
0%
0
0%
TOTAL
19
100%
19
100
Tingkat
ntasi
depresi Tidak Signifika n
% Hasil Uji Wilcoxon : p = 0,005 Berdasarkan data distribusi tabel diatas dapat diketahui bahwa semua responden yang diteliti memilki kategori tingkat depresi sedang sebelum dilakukan terapi okupasi sebanyak 19 orang (100%) dan setelah dilakukan terapi okupasi didapatkan semua responden mengalami penurun tetapi masih dalam kategori sedang 11 orang (58 %) dan yang masuk kedalam kategori rendah sebnyak 8 orang (42%). Berdasarkan uji statistik wilcoxon yang didapatkan, bahwa nilai p < 0,05 sedangkan hasil yang diperoleh yaitu p = 0,005 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang memiliki arti ada pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya. Berdasarkan hasil 72
penelitian yang dilakukan peneliti, dari item – item masalah atau kejadian yang dialami menurut skala Holmes dan Rahe, ada beberapa item yang mengalami perubahan diantaranya adalah perubahan pola tidur, perubahan pola ktivitas keagamaan,sendirian di hari libur, perubahan kondisi tempat tinggal. Menurut Alimul, aziz (2012) kebutuhan tidur pada tingkat perkembangan masa dewasa tua yaitu 6 jam/hari,dengan tujuan dan fungsi tidur untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, dan mengurangi depresi, jika dikaitan dengan teori dan kasus nyata sebelum dilakukan terapi okupasi lansia di panti hampir keseluruhan mengalami susah tidur hal ini dikarenakan mindset bahwa saya tidak bisa tidur, dan ada rasanya cemas memikirkan hari tuanya, dan setelah dilakukan terapi okupasi lansia diberi arahan, jika susah tidur lansia dapat melakukan slah satu jenis kegiatan terapi okupasi yang telah peneliti ajarkan (merangkai bunga) yang nantinya dapat memancing rasa ngatuk untuk segera beristirahat. Pada perubahan aktivitas keagamaan menurut Alimul, Aziz (2012), menjelaskan bahwa adanya macam – macam didepresis spiritual, salah satunya adalah spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat, jika dikaitkan antara teori dan kasus nyata sebagian lansia di panti werda masih merasakan kehilangan dari orang yang mereka cintai walaupun itu sudah bertahun – tahun lamanya, dengan adanya terapi okupasi lansia diajak untuk melakukan kegiatan terapi okupasi (membuat bingkai foto dirinya dan orang yang dicintainya dari kardus) dan meletakannya pada kamar tidur lansia, sehingga lansia dapat melakukan aktivitas keagamaannya dengan perasaan yang tenang, menerima kondisi atau keberadaanya kehilangan orang yang dicintainya dengan rasa iklas. Menurut Sampao (2005) kesendirian di hari libur adalah masa dimana seseorang meluangkan waktu untuk bebas dari segala aktivitas pekerjaan pada saat hari raya,atau hari libur lainnya, terkadang masa ini seseorang merasa tidak diperhatikan oleh orang disekitarnya, serta tidak ada seseorang tempat berbagi rasa pengelaman jika dikaitan dengan kesendirian di hari libur pada item masalah atau kejadian yang dialami oleh lansia di panti werda, sebagian besar lansia pada saat hari raya atau
liburnya lainnya merasakan kesendirian di panti karena tidak memiliki lagi sanak keluarga untuk di datangi saat libur, sehingga merka hanya berada di panti, dengan aadanya terapi okupasi, maka lansia dapat mengisi waktu liburannya dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang telah diajarkan peneliti sebelumnya untuk mengurangi rasa bosan dan jenuh lansia akhibat kesendiriannya di hari libur. Secara umum dengan bertambahnya usia akan menurunkan kekuatan dan kualitas fisik juga psikologis. Depresi merupakan bentuk ketegangan fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang terlebih khusus terjadi pada orang tua.Sejauh ini banyak orang tua yang belum mengetahui terapi untuk menurunkan tingkat depresi yang ada pada dirinya. Terapi okupasi dapat dilakukan dengan cara non farmakologi, dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat memnetuhkan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut. Penting untuk diingat terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media, dengan dilakukannnya terapi okupasi perubahan tingkat depresi yang mereka alami sangat bervarian,semua responden mengalami penurunan tetapi, masih dalam kategori sedang. Tingkat depresi mengalami perubahan yang mengarah ke lebih baik, akan berpengaruh pada pola aktivitas mereka untuk mempertahankan depresi, sehingga secara perlahan terapi okupasi dapat sebagai terapi alternative non farmakologi dalam membatu mengurangi tingkat depresi, dengan kata lain responden mampu melakukan terapi okupasi secara mandiri serta dapat mengurangi angka peningkatan depresi yang terjadi pada lansia. SIMPULAN Tingkat depresi pada lansia sebelum dilakukan terapi okupasi di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya, seluruh responden dikategorikan tingkat depresi sedang. Sedangkan tingkat depresi pada lansia sesudah dilakukan terapi okupasi di Panti Werda UsiaAnugrah Surabaya, dengan kategori sedang sebanyak 11 orang (58%). Hasi penelitian menunjukkan ada pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap tingkat 73
depresi pada lansia di Panti Werda Usia Anugrah Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA Alimul Azizi. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika. ___________. 2007.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. ___________. 2008. Pengatar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Dalami Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : TIM. Kushariyadi Settyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika. Maryam Sity, Mia Fatma Ekasari.Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama. Nursalam. 2011. Kosep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Isntrumen Penelitian Perawatan. Jakarta : Salemba Medika. Padila. 2013. Keperawatan gerontik. Yogjakarta : nuha medika Ponto, Bidjuni, Karundeng. 2015. Jurnal Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Di Panti Werda Damai Ranouut Manado. Manado Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada tanggal 23 oktober jam 10.30 WIB Yosep Iyus. 2011. Keperawatan jiwa. Jakarta : Refika Aditama Murni dewi, Ludfi Djakfar. 2009. Statistika dasar. Surabaya : Srikandi Sulaiman wahid. 2004. Analisis Regresi menggunakan SPSS Contoh kasus dan pemecahannya. Yogjakarta : Andi Offset Rudiawan. 2009. Dasar – dasar Statistika. Bandung : Alfabeta
74