PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA Eko Andrianto Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya ABSTRAK Latar Belakang: Depresi adalah gangguan mental yang paling sering terjadi dan paling mudah diatasi pada kehidupan usia lanjut, namun sering kali kondisi ini tidak terdiagnosis dan tidak diatasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tingkat depresi pada lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Metode: Desain Penelitian dengan Pra Experimental rancangan Onegroup pre-post test design. Populasi penelitian adalah lanjut usia yang mengalami depresi. Sampel menggunakan Simple Random Sampling didapatkan 30 responden. Penelitian menggunakan instrumen standar operasional prosedur terapi relaksasi otot progresif dan lembar wawancara. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank-Test (p<0,05). Hasil: Penelitian menunjukkan dari 30 responden rata-rata mengalami depresi ringan sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan rata-rata mengalami penurunan tingkat depresi. Hasil uji Wilcoxon Sign Rank-Test menunjukkan p=0,000 karena p=0,05 berarti ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tingkat depresi pada lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Kesimpulan: Penelitian terapi relaksasi otot progresif ini berpengaruh terhadap tingkat depresi, sehingga terapi ini bisa dijadikan kegiatan yang dilaksanakan secara terjadwal. Kata Kunci : Terapi Relaksasi Otot Progresif, Lanjut Usia, Tingkat Depresi.
mengalami kemunduran, misalnya
PENDAHULUAN Menua
atau
menjadi
tua
kemunduran
yang
dengan
dalam
rambut memutih, gigi mulai ompong,
Memasuki
usia
manusia. tua
berarti
pendengaran 1
yang
ditandai
adalah suatu keadaan yang terjadi di kehidupan
kulit
fisik
mengendur,
kurang
jelas,
2
penglihatan
semakin
memburuk,
tahun 1971 (5,3 juta jiwa) menjadi
gerakan lambat, dan figure tubuh
9,77% pada tahun 2010 (23,9 juta
yang tidak proposional (Nugroho,
jiwa). Bahkan pada tahun 2020
2008: 11). Masyarakat lanjut usia
diprediksi
juga tidak terhindar dari depresi
jumlah
(Lubis,
11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa.
2009:
6).
Menurut
Depression Guideline Panel (1993).
akan
terjadi
penduduk
lansia
Di
ledakan sebesar
negara-negara
Depresi adalah gangguan mental
berkembang, WHO (World Health
yang paling sering terjadi dan paling
Organization) bahwa pada tahun
mudah diatasi pada kehidupan usia
2020 nanti depresi akan menjadi
lanjut, namun sering kali kondisi ini
salah satu penyakit mental yang
tidak terdiagnosis dan tidak diatasi
banyak dialami dan depresi berat
(Mass, et al. 2011: 704).
akan
Saat
ini
penyebab
kedua
dunia,
terbesar kematian setelah serangan
jumlah lanjut usia diperkirakan lebih
jantung. Berdasarkan data WHO
dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang
(World Health Organization) tahun
berusia lebih dari 60 tahun), pada
1980, hampir 20%-30% dari pasien
tahun
rumah sakit di negara berkembangan
2025,
mencapai
1,2
diseluruh
menjadi
lanjut milyar
usia
akan
(Nugroho,
mengalami
gangguan
mental
2008: 1). Menurut Makmur Sunusi
emosional seperti depresi (Lubis,
(2006) dalam Fatmah (2010: 4)
2009: 2). Menurut survei yang
dalam dua dekade terakhir ini, terjadi
dilakukan Persatuan Dokter Spesialis
peningkatan
Kesehatan
populasi
penduduk
lansia di Indonesia dari 4,48 % pada
menyebutkan
Jiwa sekitar
(PDSKJ) 94%
3
masyarakat
Indonesia
mengidap
menurun), pikiran-pikiran tentang
depresi dari tingkat ringan hingga
kematian dan bunuh diri. Menurut
paling berat (Lubis, 2009: 2).
Lubis
Menurut
Teddy
Hidayat
(2011: 127). Walaupun
banyak orang yang depresi tidak
(2008) dalam Yosep (2009: 277),
bunuh
depresi
ditandai
gejala
ditangani dapat meningkatkan resiko
berikut:
kemurungan,
kesedihan,
percobaan bunuh diri. Sangat sering
dengan
diri,
depresi
bagi
tidak ada semangat dan merasa tidak
depresi
berdaya,
atau
bunuh diri. Perasaan kesepian dan
berdosa, tidak berguna, putus asa,
ketidakberdayaan adalah faktor yang
nafsu
sangat besar seseorang melakukan
makan
bersalah
dan
berat
badan
menurun, sulit kosentrasi dan daya
yang
tidak
kelesuan, kehilangan gairah hidup,
perasaan
individu
yang
memiliki
mengalami
pikiran
untuk
bunuh diri.
ingat menurun, gangguan tidur (sulit
Penatalaksanaan depresi pada
tidur atau tidur berlebihan) disertai
lanjut usia salah satunya yang akan
mimpi-mimpi
tidak
digunakan adalah terapi modalitas.
menyenangkan, misal mimpi orang
Menurut Perko dan Kreigh (1988)
yang sudah meninggal. Agitasi atau
dalam
retardasi
modalitas adalah suatu metode atau
yang
motorik
perlambatan
(gelisah
gerakan
atau
motorik),
teknik
Susana
terapi
(2011:
yang
3)
terapi
menggunkan
hilang perasaan senang, semangat
pendekatan secara spesifik yang
dan
hobi,
didasarkan pada bangunan teori.
produktivitas
Pendekatannya bersifat langsung dan
menurun, gangguan seksual (libido
fasilitatif untuk suatu perubahan bagi
minat,
kreativitas
meninggalkan dan
4
klien
(individu)
yaitu
dengan
indikasi dari terapi relaksasi otot
menyediakan sarana yang efektif
progresif,
yang memungkinkan klien berpindah
mengalami insomnia, klien sering
atau berubah menuju kondisi yang
stres,
lebih baik dalam konteks psikososial.
kecemasan, klien yang mengalami
Salah
umum
depresi. Pada latihan relaksasi ini
digunakan adalah program relaksasi
perhatian individu diarahkan untuk
progresif
membedakan
perasaan
saat
dengan instruktur atau melalui alat
kelompok
dilemaskan
dan
perekam.
dan
dibandingkan ketika otot-otot dalam
Widodo (2008) dalam Setyoadi dan
kondisi tegang. Setelah otot-otot
Kushariyadi (2010: 107). teknik
terbiasa
relaksasi otot progresif merupakan
keadaan rileks bisa didapatkan dan
suatu terapi relaksasi yang diberikan
ini bisa menciptakan pikiran positif
kepada klien dengan menegangkan
yang berpengaruh pada penurunan
otot-otot
tingkat depresi.
satu
teknik
baik
yang
secara
Menurut
langsung
Kustanti
tertentu
dan
kemudian
yaitu:
klien
klien
yang
otot
dengan
yang
mengalami
relaksasi
maka
relaksasi. Relaksasi progresif adalah
Tujuan penelitian ini adalah
salah satu cara dari teknik relaksasi
untuk menganalisa adanya pengaruh
yang mengombinasikan latihan napas
Terapi
dalam dan serangkaian seri kontraksi
terhadap tingkat depresi pada lanjut
dan relaksasi otot tertentu.
usia di Panti Werdha Hargo Dedali
Menurut Kushariyadi
Setyoadi
(2011:
108)
METODE PENELITIAN
dan bahwa
Relaksasi
Surabaya.
Otot
Progresif
5
Pada
penelitian
menggunakan
metode
ini desain
Hargo
Dedali
Surabaya.
Besar
sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian Pra Experimental dengan
penelitian ini adalah 30 lansia yang
rancangan One-group pre-post test
telah
design peneliti melakukan observasi
perhitungan besar sampel. Teknik
pengukuran tingkat depresi lansia
sampling yang digunakan dalam
sebelum
intervensi
penelitian ini adalah Probability
kemudian di observasi lagi dengan
Sampling. Teknik yang digunakan
mengukur tingkat
adalah Simple Random Sampling
dilakukan
depresi
lansia
sesudah 4 kali sesi intervensi terapi
kali
seminggu
4
selama
dalam minggu.
melalui
rumus
Instrumen Penelitian
relaksasi otot progresif. Pemberian terapi dilakukan 1
dihitung
Prosedur terapi relaksasi otot progresif digunakan sebagai alat ukur
variabel
independen
yakni
Penelitian ini dilaksanakan selama 4
terapi relaksasi otot progresif dan
minggu dimulai pada tanggal 28
setiap langkah-langkah yang ada di
April – 28 Mei 2015 di Panti Werdha
prosedur
Hargo Dedali Surabaya.
progresif merupakan indikatornya
Populasi dan Sampel
yang akan digunakan saat intervensi
Jumlah
populasi
pada
penelitian ini adalah 33 lansia yang
terapi
relaksasi
otot
dilaksanakan Pengumpulan
data
pada
mengalami depresi di Panti Werdha
penelitian ini akan dilakukan dengan
Hargo Dedali Surabaya. Sampel
menggunakan kuesioner GDS 30
diambil peneliti dari sebagian lansia
untuk mengetahui tingkat depresi
dengan depresi di Panti Werdha
yang terdiri dari 30 pertanyaan.
6
Penilaiannya sebagai berikut: Skor
relaksasi
0-10
bersama-sama dengan
menunjukkkan
depresi.Skor
11-20
tidak
otot
progresif
secara
waktu
30
menunjukkan
menit. Selama intervensi responden
depresi ringan. Skor 21-30 termasuk
dibimbing satu-persatu sesuai dengan
depresi berat.
prosedur.
Terapi
Prosedur Pengumpulan Data dan
progresif
yang
Analisa Data
selama
Langkah
akan
minggu
otot
dilakukan
yang
dibagi
peneliti
menjadi 4 sesi, 1 kali pemberian
menyeleksi responden sesuai kriteria
terapi setiap satu minggunya dan
inklusi
kemudian
setiap sesi alokasi waktunya 30
peneliti memberikan informasi dan
menit, setiap responden mendapat 4
meminta persetujuan kepada calon
kali terapi dalam 4 minggu.
dan
responden.
awal
4
relaksasi
eksklusi
Pengumpulan
data
Peneliti melakukan analisa
pertama pre-test melalui kuesioner
univariate dengan analisa deskripsi
yang disebar ke responden. Peneliti
yang
mendatangi responden setiap kamar
menggambarkan setiap
dan menjelaskan juga membimbing
yang diteliti terpisah. Data yang
dalam mengisi kuesioner. peneliti
didapatkan pada saat pre test dan
dan tim mendatangi setiap kamar
post test akan dikumpulkan dan
responden
kamar
dianalisa uji Wilcoxon Signed Rank-
terdapat 3-4 lanjut usia, di kamar itu
Test menggunakan program SPSS 16
di siapkan kursi sejumlah lanjut usia
dengan nilai kemaknaan p ≤ 0,05,
kemudian di berikan intervensi terapi
maka Ho ditolak dan H1 diterima.
dimana
setiap
HASIL PENELITIAN
dilakukan
untuk variabel
7
Tabel 1 hasil uji Wilcoxon Sign Rank-Test sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot progresif pada lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya (n=30). No Responden
Pre Test Skor Tingkat Depresi 13 Ringan 12 Ringan 12 Ringan 22 Berat 13 Ringan 13 Ringan 24 Berat 14 Ringan 15 Ringan 13 Ringan 13 Ringan 14 Ringan 17 Ringan 15 Ringan 14 Ringan 15 Ringan 12 Ringan 14 Ringan 11 Ringan 14 Ringan 16 Ringan 16 Ringan 11 Ringan 12 Ringan 18 Ringan 12 Ringan 11 Ringan 21 Berat 11 Ringan 11 Ringan 14,30
Post Test Skor Tingkat Depresi 10 Tidak Depresi 8 Tidak Depresi 7 Tidak Depresi 15 Ringan 8 Tidak Depresi 9 Tidak Depresi 19 Ringan 8 Tidak Depresi 8 Tidak Depresi 8 Tidak Depresi 6 Tidak Depresi 10 Tidak Depresi 12 Ringan 10 Tidak Depresi 9 Tidak Depresi 9 Tidak Depresi 6 Tidak Depresi 8 Tidak Depresi 7 Tidak Depresi 6 Tidak Depresi 10 Tidak Depresi 9 Tidak Depresi 8 Tidak Depresi 9 Tidak Depresi 8 Tidak Depresi 10 Tidak Depresi 11 Ringan 21 Berat 8 Tidak Depresi 9 Tidak Depresi 9.53
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Mean Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank-Test p = 0,000
Berdasarkan
tabel
1
ringan
sebanyak
Perubahan Skor 3 4 5 7 5 4 5 6 7 5 7 4 5 5 5 6 6 6 5 8 6 7 3 3 10 2 0 0 3 2 4,8
27
responden
didapatkan hasil sebelum dilakukan
sedangkan
responden
terapi relaksasi otot progresif dengan
mengalami depresi berat sebanyak 3
jumlah responden 30 dengan jumlah
responden
responden yang mengalami depresi
sesudah dilakukan terapi relaksasi
dan
didapatkan
yang
hasil
8
otot
progresif
dengan
jumlah
responden 30 dengan jumlah jumlah responden yang tidak mengalami depresi
sebanyak
26
depresi pada lanjut usia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. PEMBAHASAN
responden, Berdasarkan
responden yang mengalami depresi ringan
sebanyak
sedangkan
4
responden
responden
yang
mengalami depresi berat sebanyak 1
dari
analisa
kuesioner GDS pre test dan post test didapatkan hasil untuk pre test dengan nilai tertinggi 24 responden baik yang mengalami depresi ringan
responden
maupun berat menjawab pertanyaan Berdasarkan menunjukkan
tabel
terjadi
1
penurunan
tingkat depresi sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama 4 minggu. Nilai rata-rata pre test adalah 14,30 dan pada saat post test didapatkan
nilai
rata-rata
9,53.
Penurunan yang terjadi rata-rata 4,8 . Dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed
Rank-Test
hasil
yang
didapatkan p = 0,000 (α < 0,05) yang berarti ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap tingkat
ke 10 yaitu “Apakah bapak/ibu merasa tidak mampu berbuat apaapa” pertanyaan ini menjadi bagian dari pertanyaan favourable untuk butir soal/parameter perasaan tidak berdaya ini sesuai dengan teori menurut menurut Atkinson (1990) dalam Lubis (2009: 13), depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati,
ketidakberdayaan
yang
berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai suatu kegiatan, tak mampu mengambil keputusan
9
memulai suatu kegiatan, tak mampu kosentrasi,
tak
punya
semangat
Sedangkan untuk hasil pre test nilai terendah 4 responden baik
hidup, selalu tegang, dan mencoba
yang
bunuh
yang
maupun
fisik
pertanyaan no 27 yaitu “ Apakah
diri.
Lanjut
mengalami
usia
kemunduran
mengalami
keterbatasan
dimana
mengalami
depresi
epresi
bapak/ibu
berat
merasa
ringan
menjawab
senang
waktu
mereka membutuhkan bantuan dari
bangun tidur bangun dipagi hari?”
orang lain untuk melakukan kegiatan
pertanyaan ini menjadi bagian dari
sehari-hari
pertanyaan unfavourable untuk butir
dan
kebutuhannya.
memenuhi
Namun
tekadang
soal/parameter
minat
aktifitas
lanjut usia merasa tidak bisa apa-apa
dimana ini tidak seperti teori dimana
atau
seharusnya orang yang mengalami
tidak
keadaannya
berdaya yang
terhadap mengalami
depresi
mengalami
imsomnia
kemunduran fisik yang berpengaruh
sehingga mungkin saja kesulitan
terhadap
Beberapa
untuk bangun pagi. Menurut Priest
lanjut usia yang bisa mengatasi
(1994) Gangguan Tidur : Insomnia
dampak dari perubahan-perubahan
dan Hipersomnia Siapa saja pernah
yang dialaminya dimasa usia lanjut
mengalami susah tidur dari waktu ke
tentu akan tetap bisa menjalani
waktu,
aktivitasnya dengan tanpa bantuan
umumnya selalu mengalami susah
orang lain. Namun bila gagal maka
tidur.
mereka akan menunggu dibantu dan
beberapa bentuk berikut ini, susah
merasa
tidur walaupun sudah lelah, bangun
aktivitasnya.
tidak
melakukan apa-apa
mampu
untuk
tetapi
penderita
Gangguan
tidur
depresi
meliputi
lebih pagi dari biasa dan sering
10
bangun pada malam hari, tidur
tidak
berlebihan pada siang hari (Priest,
responden yang menjawab tetap 24
1994) dalam
responden. Dapat dijelaskan bahwa
Lanjut
Lubis (2009: 130).
usia
yang
gangguan
tidur
kemungkinan
besar
pikiran-pikiran mengganggu dalam
keadaan
mengalami imsomnia mempunyai
jelek
yang
ketika lanjut usia sendiri
hal
ini
ada
perubahan
kemunduran
fisik
jumlah
mempengaruhi
kemandirian dan aktivitas sehari-hari lanjut
usia.
mengalami
Lanjut
usia
akan
perubahan-perubahan
fisik yang mempengaruhi kondisi kesehatan seperti diketahui lanjut
berakibat munculnya kekhawatiran
usia
dan ketakutan ketika memulai untuk
kesehatan bisa disebabkan fisiknya
tidur karena bisa saja lanjut usia
yang sudah tidak seperti waktu muda
tersebut mempunyai pikiran bahwa
rentan terserang penyakit. Status
pikiran jelek tersebut akan terbawa
kesehatan merupakan
ke dalam mimpi dan memperburuk
faktor yang berkontribusi terjadinya
keadaaannya.
depresi. Menurut Caine et al. (1993
Hasil dari analisa kuesioner
yang
mengalami
gangguan
salah satu
dalam Miller, 1995) faktor resiko
GDS post test didapatkan hasil nilai
yang
berhubungan
tertinggi 24 responden baik yang
terjadinya depresi adalah penyakit
mengalami depresi ringan maupun
kronis. Kerusakan fungsi kognitif,
berat menjawab pertanyaan ke 10
penurunan fungsi sensori dan dan
“Apakah bapak/ibu merasa tidak
kerusakan
mampu berbuat apa-apa” hal ini
dapat
masih sama dengan hasil dari pre test
terjadinya fdepresi. Kondisi penyakit
fungsi
menjadi
kuat
dengan
tubug lainnya, faktor
resiko
11
kronis, serangan jantung, stroke,
perasaan, kemurungan, rasa bersalah,
fraktur,
penglihatan,
ketidakberdayaan,
otot
kesepian,
gengguan
diabetes,
penyakit
dan
keputusasaan,
harga
diri
rendah,
persendian dan prosedur operasi
kesedihan. Menurut Sunaryo (2004:
merupakan
dapat
150) perasaan adalah sesuatu tentang
meningkatkan resiko depresi pada
keadaan jiwa manusia yang dihayati
lansia
secara atau tidak senang. Rasa
kondisi
(Duckworth,
yang
2009
dalam
Suardana, 2011: 32) Untuk
bersalah (guilt) adalah motif utama
nilai
3
untuk semua aktivitas simbolik, dan
responden baik yang mengalami
Burke mendefinisikan rasa bersalah
depresi
berat
secara luas untuk mencakup berbagai
menjawab pertanyaan ke 6 “ Apakah
jenis ketegangan, rasa malu, rasa
bapak/ibu mempunyai pikiran jelek
bersalah, rasa jijik, atau perasaan
yang mengganggu terus-menerus?
yang tidak menyenangkan lainnya
pertanyaan ini menjadi bagian dari
(West dan Turner: 2008: hal 31).
pertanyaan unfavourable untuk butir
Orang
soal/parameter
menyalahkan
ringan
terendah
maupun
perasaan
bersalah.
yang
depresi dirinya
sering sendiri,
Hal ini sesuai dengan tanda dan
perasaan bersalah selalu menghantui
gejala depresi dalam perilaku yang
dirinya
berhubungan
depresi
mengalami depresi hidupnya tidak
dalam
tenang, selalu merasa gelisah dan
menurut
dengan
Keliath
(1996)
sehingga
orang
Azizah (2011: 66) salah satu aspek
menyalahkan
yaitu Afektif; kemarahan, ansietas,
biasanya perasaan bersalah muncul
apatis,
karenan dia gagal melakukan sesuatu
kekesalan,
penyangkalan
dirinya
yang
sendiri
12
dan
tanggung
jawab
yang
selanjutnya
menggunakan
desain
berbeda
untuk
menyebabkan orang lain kecewa
penelitian
sehingga dia depresi.
membedakan
KESIMPULAN DAN SARAN
responden yang mendapat terapi
otot
Ada pengaruh terapi relaksasi
relaksasi
progresif
responden
terhadap
tingkat
depresi pada lanjut usia di Panti
terapi
Werdha
terhadap
Tresna
Hargo
Dedali
Surabaya. Diharapkan untuk peneliti
otot
pengaruh
pada
progresif
dengan
yang
tidak
mendapat
relaksasi
otot
progresif
tingkat
depresi
untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Deeplublish. Efendi, F. dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Jaya, K. (2015). Keperawatan Jiwa. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. Junaidi, I. (2012). Anomali Jiwa. Yogyakarta: CV Andi Offset. Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, & Praktik Volume 1, Edisi 7. Jakarta: EGC. Lubis,
N. L. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.
Fatmah. (2010). Gizi Lanjut Usia. Jakarta: Erlangga.
Maryam, R. S., et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: FKUI.
(2010). Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
13
Mass, M. L., et al. (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis Nanda, Kriteria Hasil NOC & NIC. Jakarta: EGC. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Sadock, V. A. dan Sadock B. J. (2010). Kaplan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Suardana, I. W. (2011). Hubungan Faktor Sosiodemografi, Dukungan Sosial dan Status
.
Kesehatan Dengan Tingkat Depresi pada Agregat Lanjut Usia di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem Bali. Tesis Universitas Indonesia: Tesis Dipublikasikan Susana, S. A. dan Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Tobing, D. L. (2012). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation dan Logoterapi Terhadap Perubahan Ansietas, Depresi, Kemampuan, Relaksasi dan Kemampuan Memaknai Hidup Klien Relaksasi dan Kemampuan Memaknai Hidup Klien Kanker di RS Dharmais Jakarta. Tesis Universitas Indonesia: Tesis Dipublikasikan. West, R dan Turner, Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.