HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate terdiri atas lima jenis pekerjaan yaitu gawangan manual, piringan manual, gawangan kimiawi, piringan dan pasar rintis kimiawi dan oles anak kayu. Teknik pengendalian gulma dilakukan berdasarkan status tanaman, yaitu tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma secara manual terutama dilakukan pada tanaman TBM sedangkan pengendalian gulma secara kimia banyak dilakukan pada tanaman TM. Kombinasi antara pengendalian gulma secara manual dan kimia yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja, efisiensi tenaga dan bahan, serta menekan biaya.
Jenis Gulma Jenis gulma yang ada di suatu tempat sangat berkaitan dengan tanaman pesaing, kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang diterapkan. Kondisi lingkungan dan tanaman yang berbeda-beda pada perkebunan kelapa sawit menyebabkan sebaran jenis gulma yang ada tidak merata. Perkembangan gulma di perkebunan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, iklim, tanaman, dan teknik budidaya yang dilakukan. Berdasarkan analisis vegetasi yang telah dilakukan, secara umum gulma yang paling dominan di Gunung Kemasan Estate adalah Paspalum conjugatum, Scleria sumatrensis, Digitaria adscendens dan Ottochloa nodosa. Populasi Paspalum conjugatum dan Ottochloa nodosa menyebar di 60% lebih areal kebun. Populasi Scleria sumatrensis dan Digitaria adscendens hanya tumbuh di areal tertentu dengan biomassa yang banyak. Gulma lain yang terdapat di Gunung Kemasan Estate adalah Chrysopogon aciculatus, Axonopus compressus, Dicranopteris linearis, Solanum sp., Borreria laevis, dan tuba root. Populasi gulma di Gunung Kemasan Estate didominasi oleh golongan rumput. Sepuluh gulma yang dominan di Gunung Kemasan Estate dapat dilihat pada Tabel 6. Dari data tersebut dapat dilihat ada enam jenis gulma golongan
41 rumput dan empat jenis gulma golongan daun lebar yang mendominasi populasi gulma di Gunung Kemasan Estate.
Tabel 6. Nisbah Jumlah Dominansi Gulma di GKE Jenis Gulma
Golongan
NJD (%)
Paspalum cojugatum
Rumput
19.43
Scleria sumatrensis
Rumput
12.97
Digitaria adscendens
Rumput
12.71
Ottochloa nodosa
Rumput
11.40
Chrysopogon aciculatus
Rumput
6.79
Axonopus compressus
Rumput
6.75
Dicranopteris linearis
Paku-pakuan
3.71
Solanum sp.
Daun Lebar
3.25
Tuba root
Daun Lebar
3.23
Borreria laevis
Daun Lebar
3.21
Sumber: Data primer pengamatan (2008)
Sebaran gulma di Gunung Kemasan Estate dapat dibedakan berdasarkan kondisi lahan dan tanaman. Pada daerah rawa yang sering tergenang air, gulma yang dominan adalah Scleria sumatrensis (krisan). Pada daerah rendahan yang kering, gulma yang mendominasi adalah Digitaria adscendens. Pada lahan yang datar, gumla didominasi oleh Melastoma malabathricum dan Lantana camara. Pada daerah berbukit, gulma didominasi oleh jenis Solanum sp. (terongan). Pada tanaman sisip dan tanaman belum menghasilkan (TBM), gulma yang mendominasi adalah Imperata cylindrica (alang-alang), Solanum sp. (terongan) dan Lantana camara. Pada tanaman menghasilkan (TM) didominasi oleh gulma jenis rumput seperti Ottochloa nodosa, Axonopus compressus, dan Paspalum conjugatum. Gulma yang mempunyai perkembangan sangat pesat adalah Solanum sp. Solanum sp. mempunyai masa pertumbuhan yang sangat cepat. Gulma ini dapat tumbuh kembali setelah dua minggu dari kegiatan penyemprotan. Penyemprotan
42 yang tidak merata menyebabkan Solanum sp. tumbuh kembali dalam waktu yang lebih cepat dan akan menyulitkan kegiatan budidaya lainnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Gulma Perkembangan gulma dipengaruhi oleh faktor lingkungan, manusia dan tanaman. Lingkungan. Faktor lingkungan yang paling berpengruh adalah iklim, tanah dan adanya organisme lain. Faktor iklim seperti cahaya, temperatur, air, dan angin mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan distribusi gulma. Gunung Kemasan Estate berdasarkan Schmidth-Fergusson mempunyai tipe iklim B (basah) dengan curah hujan yang tinggi. Hal itu menyebabkan gulma dapat tumbuh dengan pesat. Selain itu, adanya area-area yang terbuka menyebabkan berkembangnya gulma-gulma lain. Sebagai contoh pada tanaman TBM yang tajuknya belum menutup sempurna, sisipan, atau area terbuka lainnya di Gunung Kemasan Estate populasi alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus spp.), dan gulma dengan mekanisme fotosintesis C4 lainnya dapat berkembang dengan pesat. Kondisi tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan gulma. Sebagian besar gulma mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada semua tipe tanah. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada kondisi lahan tertentu. Kondisi lahan dapat dilihat dari faktor kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, unsur hara dalam tanah, dan lain-lain. Faktor yang paling dominan di Gunung Kemasan Estate adalah kelembaban tanah. Area rawa, palung dan daerah rendahan lain didominasi oleh gulma Scleria sumatrensis. Hewan dan tumbuhan merupakan faktor biotik yang mempengaruhi perkembangan dan distribusi gulma. Di Gunung Kemasan Estate, pengaruh tersebut terlihat pada gulma Imperata cylindrica dan Lantana camara. Tanaman kelapa sawit yang tajuknya telah menutup akan menghambat pertumbuhan gulma Imperata cylindrica. Gulma Lantana camara juga akan menekan pertumbuhan gulma lain yang berada di bawahnya. Manusia. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh manusia akan mempengaruhi perkembangan gulma baik secara langsung ataupun tidak
43 langsung. Kegiatan seperti pembukaan lahan, pengolahan tanah, pemupukan, atau pengendalian gulma sendiri akan merubah komposisi dan dominansi gulma. Konsep pengendalian gulma sendiri adalah untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan gulma sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama menjadi rendah. Tanaman. Perkembangan suatu gulma dapat dipengaruhi oleh tanaman atau gulma lain. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan (competition) dalam memperebutkan objek yang sama. Persaingan terjadi apabila objek tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup bagi keduanya. Objek yang diperebutkan antara lain air, hara, dan cahaya. Persaingan juga dapat terjadi akibat pengeluaran senyawa beracun (allelopathy) oleh tanaman atau gulma tertentu. Persaingan antara gulma dengan tanaman disebut persaingan inter spesifik (inter specific competition) karena terjadi antara spesies yang berbeda, sedangkan persaingan antara gulma sejenis disebut persaingan intra spesifik (intra specific competition). Kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman yang ditanam, serta tingkat kesuburan tanah. Unsur-unsur yang diperebutkan diantaranya adalah air, hara, dan cahaya tumbuhan juga dapat bersaing dengan tumbuhan lain dengan cara interaksi biokimia, yaitu dengan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya
Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate dilakukan dengan mengkombinasikan
antara
pengendalian
gulma
kimiawi
dan
manual.
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan di sebagian besar areal kebun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan pertimbangan keefektifan dan keefisienannya. Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada tanaman TBM dan untuk gulma-gulma tertentu yang sulit dikendalikan secara kimia. Pengendalian gulma secara manual juga dilakukan di Gunung Kemasan Estate pada kondisi tertentu seperti hujan dan banjir. Pengendalian gulma secara manual dilakukan di piringan dan pasar rintis. Pengendalian gulma secara manual di piringan disebut piringan manual dan
44 pengendalian gulma secara manual di pasar rintis disebut tebas. Pengendalian gulma secara manual memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak daripada cara kimia. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan di gawangan, piringan, pasar rintis, kaki lima blok, kaki lima parit dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Teknik pengendalian gulma yang tepat dapat mengurangi kondisi gulma dari berat ke sedang, sedang ke ringan dan mempertahankan kondisi gulma yang ringan. Kondisi gulma yang tidak berubah setelah kegiatan pengendalian gulma menunjukkan adanya kesalahan dalam salah satu sub sistem pengendalian gulma yang dilakukan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Gulma Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian gulma di Gunung Kemasan Estate dan perkebunan pada umumnya adalah jenis gulma dan kondisi gulma, alat dan bahan, faktor lingkungan dan sumberdaya manusia. Faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan dan teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan di Gunung Kemasan Estate dan perkebunan lain pada umumnya. Jenis gulma dan kondisi gulma. Jenis gulma berkaitan dengan tingkat ketahanan gulma terhadap herbisida tertentu dan tingkat rejuvenasi setelah gulma dikendalikan. Gulma yang berasal dari famili Graminae dapat dengan mudah dikendalikan dengan herbisida glifosat dengan rotasi setiap 3 bulan. Jenis gulma yang mempunyai batang lunak seperti Ageratum conyzoidez dan Chromolaena odorata dapat dikendalikan dengan mudah menggunakan herbisida Gramoxone. Gulma yang sukar dikendalikan dengan cara kimia adalah gulma berkayu, tuba root dan terongan. Gulma berkayu biasanya mempunyai perakaran yang dalam, habitusnya tinggi dan permukaan daunnya keras atau ditutupi olah lapisan lilin. Oleh karena itu penyemprotan pada daun sukar dilakukan dan penyemprotan pada batang tidak akan memberikan pengaruh pada gulma tersebut. Teknik pengendalian gulma berkayu yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah dengan cara oles, yaitu memasukkan herbisida ke dalam batang gulma berkayu. Batang gulma yang akan dioles mula-mula dilukai kemudian diolesi
45 menggunakan triklopir pada luka tersebut. Pengendalian ini efektif pada semua jenis gulma berkayu dan berhabitus tinggi. Kondisi gulma pada suatu kebun berbeda-beda. Kondisi gulma pada arealareal tertentu lebih berat daripada areal lain. Gulma dengan kondisi yang lebih berat, misalnya pada areal yang berbatasan langsung dengan hutan, memerlukan teknik pengendalian yang berbeda dengan areal lain yang lebih ringan. Teknik pengendalian gulma pada areal yang berat atau sangat berat di Gunung Kemasan Estate adalah dengan mengkombinasikan pengendalian gulma secara manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dilakukan terlebih dahulu untuk memotong gulma berkayu dan melakukan kegiatan oles. Selain mengendalikan gulma berkayu, pengendalian gulma secara manual ini juga berfungsi sebagai pembuka jalan bagi pekerjaan selanjutnya. Pengendalian gulma tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyemprotan menggunakan herbisida Gramoxone. Dengan demikian efektivitas penyemprotan herbisida dapat ditingkatkan. Alat dan bahan. Penggunaan alat dan bahan yang tepat akan menjamin efektivitas dan efisiensi pengendalian gulma. Jenis gulma, tempat, cara dan waktu pengendalian
gulma
memerlukan
alat
dan
bahan
yang
tepat.
Untuk
mengendalikan gulma rumput dan gulma berdaun lebar diperlukan bahan yang berbeda. Pengendalian gulma dengan cara manual dan kimia memerlukan alat dan bahan yang berbeda. Demikian juga untuk mengendalikan gulma di daerah piringan dan gawangan diperlukan pestisida dan alat yang berbeda. Untuk mengendalikan gulma pada piringan di Gunung Kemasan Estate digunakan campuran glifosat dan fluroxypyr dengan alat semprot Micro Herbi Sprayer atau CDA. Untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berbatang lunak pada gawangan di Gunung Kemasan Estate digunakan campuran Gramoxone dan metil metsulfuron dengan alat semprot spayer gendong jenis Inter Pump. Sedangkan untuk mengendalikan gulma berkayu digunakan triklopir yang dilarutkan dalam solar dengan alat botol air mineral dan kain yang dililitkan pada potongan ranting serta parang. Penentuan dosis dan konsentrasi herbisida diperlukan untuk meningkatkan efisiensi
dan
efektivitas
herbisida.
Dosis
berkaitan
dengan
efektivitas
46 pengendalian gulma. Pengendalian gulma dengan dosis bahan yang terlalu sedikit mengakibatkan resistensi gulma sehingga pertumbuhannya tidak terkendali. Hal itu akan mengganggu kegiatan pemeliharaan lain dan pemanenan. Pada pengendalian rotasi berikutnya, kondisi gulma menjadi berat sehingga diperlukan dosis yang lebih besar untuk mengendalikannya. Pengendalian gulma dengan dosis yang terlalu besar akan membahayakan lingkungan dan menyebabkan pemborosan anggaran perusahaan. Konsentrasi
bahan
berhubungan
dengan
volume
larutan
yang
diaplikasikan. Pada dosis yang sama suatu larutan herbisida dapat diberikan dalam jumlah yang berbeda. Aplikasi dalam jumlah yang banyak menjamin semua bagian tanaman terkena larutan, sedangkan aplikasi dalam jumlah sedikit menjamin retensi (daya penetrasi) herbisida yang lebih baik. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pengendalian gulma meliputi iklim, cuaca dan topografi. Tipe iklim di Gunung Kemasan Estate menurut Schmidth and Fergusson adalah B atau basah. Curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi pengendalian gulma, khususnya pengendalian gulma secara kimia. Penyemprotan herbisida saat musim hujan harus memperhatikan cuaca pada hari itu. Jika sampai pukul 07.00 diperkirakan hari itu tidak turun hujan, maka kegiatan penyemprotan akan dilaksanakan. Hal ini dilakukan di Gunung Kemasan Estate dengan menyediakan parang untuk setiap pekerja sehingga jika suatu saat hujan turun pekerja dapat dialihkan untuk mengendalikan gulma secara manual. Penyemprotan dinyatakan efektif jika hujan tidak turun sampai satu jam setelah penyemprotan. Jika hujan turun sebelum satu jam terlewati maka penyemprotan harus diulang. Hujan
yang turun setelah penyemprotan
menyebabkan herbisida yang disemprotkan tercuci. Hal ini menyebabkan efektivitas herbisida sangat menurun dan gulma sasaran penyemprotan tidak mati. Adapun setelah satu jam dari penyemprotan, herbisida yang diaplikasikan telah berefek nyata pada gulma. Sumberdaya manusia. Faktor tenaga kerja merupakan faktor utama dalam kegiatan pengendalian gulma. Jenis kelamin, usia dan jumlah tenaga kerja dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengendalian gulma. Jumlah tenaga
47 kerja yang tersedia menjamin pengendalian gulma yang dikerjakan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Kegiatan penyemprotan di Gunung Kemasan Estate dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Hal ini disesuaikan dengan ketersediaan tenaga kerja dan sifat perempuan yang lebih teliti dan sabar dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki, dengan demikian perusahaan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia yang ada.
Organisasi Penyemprotan Pembentukan organisasi penyemprotan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyemprotan yang dilakukan. Selain itu, pengawasan terhadap proses dan hasil kerja lebih mudah dilakukan. Organisasi penyemprotan di Gunung Kemasan Estate dibagi menjadi dua tim berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan. Tim yang bertugas mengendalikan gulma di gawangan disebut tim semprot gawangan. Tim yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan TPH disebut tim semprot piringan pasar rintis. Sistem penyemprotan yang digunakan di Gunung Kemasan Estate adalah Block Spraying System (BSS). BSS adalah sistem penyemprotan yang terkonsentrasi, yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pengendalian yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan prestasi yang lebih tinggi. Pada sistem BSS ini, kegiatan pengendalian gulma lebih terpola sehingga memudahkan supervisi dan pengecekan. Penerapan BSS secara teknis di suatu kebun dapat berbeda dengan kebun lainnya tergantung dari sumberdaya yang ada dan kondisi kebun. Secara teknis, BSS dilakukan dengan membagi tenaga kerja semprot menjadi beberapa tim. Sebagian tim merupakan tim semprot gawangan dan sebagian yang lain merupakan tim semprot piringan pasar rintis. Bahan yang akan digunakan untuk menyemprot harus dicampur di gudang sentral. Jenis bahan yang digunakan harus sesuai dengan jenis gulma yang dikendalikan. Dosis dan konsentrasi bahan yang digunakan harus tepat. Kalibrasi alat dilakukan secara periodik. Penyemprotan dilakukan secara selektif. Prestasi kerja yang ditargetkan
48 adalah 5 ha/HK untuk tim semprot piringan - pasar rintis dan 3 ha/HK untuk tim semprot gawangan. Setiap tim seprot menggunakan satu unit kendaraan semprot. Kendaraan semprot merupakan unit modifikasi dari truk atau trailer cargo. Kendaraan modifikasi tersebut dirancang untuk memuat karyawan semprot, kotak peralatan, air dan herbisida. Jenis modifikasinya antara lain adanya tempat sprayer, tempat bontot (bekal makanan), tempat alat kerja sekunder/alternatif, tempat spare part alat semprot dan kendaraan serta tempat air bersih. Penggunaan kendaraan semprot memiliki beberapa keuntungan. Tenaga supervisi dapat diperkecil karena tidak memerlukan tenaga pengambil air di lapangan. Kontrol terhadap peralatan semprot dan pencurian herbisida menjadi lebih ringan karena semua alat semprot diletakkan di unit semprot dan herbisida dicampur di gudang sentral. Sumber air yang berasal dari sumur menjamin kualitas pencampuran herbisida yang lebih baik. Selain itu, mobilitas kendaraan semprot yang tinggi dapat meningkatkan hasil penyemprotan. Tim semprot piringan pasar rintis terdiri atas 13 tenaga semprot, sedangkan tim semprot gawangan masing-masing tim terdiri atas 18 tenaga semprot. Di dalam masing-masing tim semprot terdapat seorang operator kendaraaan semprot dan seorang mandor. Tim ini bertanggung jawab terhadap pengedalian gulma seluruh kebun. Seluruh tenaga semprot adalah wanita. Pemilihan tenaga kerja ini disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang ada. Selain itu, karakteristik wanita yang pada umumnya lebih teliti dan telaten diperlukan dalam jenis pekerjaan ini. Gunung Kemasan Estate menerapkan kaidah 6 tepat dalam kegiatan BSS yaitu tepat alat, tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat aman. Kaidah tersebut mutlak diperlukan pada aplikasi herbisida. Ketepatan tersebut sangat diperhatikan di Gunung Kemasan Estate. Walaupun demikian, di lapangan masih ada pekerjaan yang tidak memenuhi kaidah tersebut. Untuk itu dilakukan kegiatan supervisi intensif yang dilakukan oleh mandor semprot, mandor satu, asisten, dan manager. Tindakan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan berupa teguran dan peringatan.
49 Pengendalian Gulma di Piringan, Pasar Rintis, dan TPH Piringan adalah tempat penebaran pupuk (selain juga di gawangan) dan jatuhnya tandan buah serta brondolan yang dipanen. Piringan yang bersih memudahkan pemanen untuk menemukan tanaman yang akan dipanen dengan cara melihat jumlah brondolan yang jatuh secara alami. Oleh karena itu kebersihan piringan sangat penting dalam pekerjaan pemupukan dan pemanenan. Pengendalian gulma piringan yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan radius 1.5 m dari tanaman pada TBM dan 2 m dari tanaman pada TM. Kondisi piringan yang tidak terawat akan menyebabkan menurunnya prestasi pemanen dan meningkatnya kehilangan hasil. Pasar rintis dipakai untuk jalan panen, lansir pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, sebagai jalan kontrol, serta menjalankan aktivitas operasional lainnya. Kebersihan pasar rintis akan mempermudah pekerjaan panen, perawatan, dan pengontrolan. Pengendalian gulma pasar rintis yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan lebar 1.2 m untuk memudahkan mobilitas pekerja dan tenaga supervisi. TPH merupakan tempat pengumpulah hasil panen sebelum diangkut ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Seluruh tandan dan brondolan yang berada di TPH harus dimasukkan ke dalam truk pengangkut oleh tenaga pemuat. TPH harus dalam kondisi bebas gulma untuk mempermudah tenaga pemuat dan memperkecil kehilangan hasil. Pengendalian gulma TPH yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan lebar 4 m x 7 m. Pengendalian gulma di pasar tengah dan jalan angkong termasuk dalam pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH adalah. Pasar tengah dan jalan angkong merupakan jalan melintang yang menghubungkan dua pasar rintis. Pasar tengah terletak di tengah blok dan membagi sebuah blok menjadi dua sama luas. Jalan angkong terletak tidak teratur di dalam blok. Kedua jalan ini sama pentingnya dengan pasar rintis. Pengendalian gulma pasar tengah dan jalan angkong yang diterapkan di Gunung Kemasan Estate adalah clean weeding dengan lebar 1.2 m. Pengendalian gulma piringan, pasar rintis dan TPH di Gunung Kemasan Estate dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Pengendalian gulma tersebut
50 dilakukan secara kimia pada TM. Pada TBM, pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan 2 kali secara manual dan 2 kali secara kimia.
Pengendalian Gulma di Piringan secara Manual Pengendalian gulma di piringan secara manual di Gunung Kemasan Estate dilakukan dengan menggaruk piringan untuk membersihkan piringan dari anakan sawit, brondolan busuk, serasah dan gulma lain yang tidak mati saat disemprot. Pada TBM, piringan manual dilakukan 2 kali setahun. Pada TM, pekerjaan ini termasuk pekerjaan insidental, artinya hanya dilakukan pada saat-saat tertentu misalnya setelah panen raya atau setelah banjir. Besar kecilnya penggunaan HK pada pengendalian manual di piringan tergantung dari kondisi gulma dan topografi areal. Penggunaan tenaga kerja piringan manual tahun 2008 untuk setiap tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 7. Sanitasi tanaman termasuk bagian dalam pekerjaan piringan manual. Sanitasi tanaman bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen dan mengurangi risiko terjadinya serangan hama. Pekerjaan ini dilakukan dengan menghilangkan gulma yang menempel pada batang tanaman. Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Piringan Manual Tahun 2008 HK/ha
Tahun Tanam
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1989
-
2.67
-
-
-
1991
-
-
2.00
4.42
-
1992
-
2.00
6.00
6.92
-
1993
-
3.43
-
4.25
-
1998
-
2.80
-
4.20
4.5
2000
-
6.12
-
7.27
3.42
2005
3.01
-
-
-
2.5
Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)
51 Pengendalian Gulma di Piringan, Pasar Rintis dan TPH secara Kimiawi Pada piringan dilakukan pengendalian gulma dengan radius 1.5 m pada TBM dan 2 m pada TM. Kondisi piringan harus bersih dari gulma. Pasar rintis disemprot dengan lebar sekitar 1.2 m. Kondisi di pasar rintis harus baik, yaitu tidak menghalangi perkerjaan, namun tidak harus bersih gulma. Lumut yang berada di pasar rintis tidak disemprot karena bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan gulma dan mencegah erosi. Kondisi pasar rintis yang gundul akan menyebabkan erosi. TPH disemprot dengan ukuran 4 m x 7 m. Kondisi TPH harus bersih dari gulma. Bahan-bahan yang digunakan pada pengendalian gulma piringan, pasar rintis, dan TPH kimiawi adalah campuran Round Up (bahan aktif isopropil amina glifosat) dengan Starane (bahan aktif fluroxypyr). Glifosat merupakan bahan aktif herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide), sistemik, dan non selektif yang ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan dan bekerja menghambat proses metabolisme protein (Wikipedia, 2009). Fluroxypyr adalah bahan aktif herbisida pascatumbuh dan sistemik untuk gulma berdaun lebar. Dosis yang digunakan adalah 175 ml/ha Round Up dan 45 ml/ha Starane dengan konsentrasi masing masing bahan berkisar 1.6 % - 1.8 % dan 0.4 %. Konsentrasi dan dosis yang digunakan di Gunung Kemasan Estate lebih tinggi dari rekomendasi yang terdapat pada pedoman aplikasi, alat dan bahan yang dikeluarkan Departemen Riset pada penggunaan herbisida tunggal, yaitu 1 % untuk Round Up dan 0.2 % untuk Starane. Hal ini disebabkan tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH kimiawi juga bertanggung jawab untuk mengendalikan setiap alang-alang (Imperata cylindrica) yang berada pada blok yang disemprot. Kedua herbisida tersebut dicampur langsung dalam tangki unit semprot berukuran sekitar 1 000 l. Pelarut yang digunakan adalah air bersih yang diambil dari sumber air di traksi sehari sebelum penyemprotan. Volume air yang akan digunakan ditentukan oleh mandor semprot dengan mempertimbangkan jumlah pekerja yang akan hadir, kondisi gulma dan areal yang akan disemprot, serta cuaca. Pencampuran larutan dilakukan oleh operator unit semprot di depan gudang sentral dengan disaksikan oleh penjaga gudang. Seluruh bahan yang sudah
52 diambil dari gudang harus dicampur dan pembungkus herbisida (jika ada) harus dibuang pada tempat yang telah disediakan, sehingga kecurangan-kecurangan yang terjadi saat pencampuran herbisida dapat dihindari. Pekerjaan semprot dilakukan dengan aplikator jenis CDA (Controlled Droplet Application), yaitu Micron Herbi modifikasi jenis punggung yang berukuran 10 l. Aplikator tersebut merupakan alat semprot
elektrik yang
menggunakan tenaga aki sebesar 6 atau 12 volt tergantung dari kebutuhan tegangan listrik dinamo penggeraknya. Alat ini menyemprotkan herbisida dengan volume semprot ULV (Ultra Low Volume) 10 – 30 l/ha. Lebar semprotan adalah 1.2 m pada ketinggian cakram 20 cm dari tanah dan sudut yang terbentuk antara gagang semprot dan tanah adalah 30o – 40o. Ketepatan alat dilakukan dengan penggunaan aplikator Micron Herbi sesuai dengan standar operasional dan keamanan yang ditentukan. Kerusakan yang terjadi pada Micron Herbi akan ditangani oleh mekanik yang merangkap sebagai operator kendaraan semprot. Masalah yang sering terjadi adalah tidak adanya cadangan Micron Herbi yang dapat langsung digunakan untuk mengganti aplikator lain yang sedang diperbaiki. Hal ini menyebabkan berkurangnya prestasi penyemprot karena penyemprot harus menunggu aplikatornya yang rusak selesai diperbaiki. Selain itu, beberapa nozel yang digunakan memiliki lubang yang lebih besar daripada nozel lain sehingga menyebabkan volume semprot lebih besar. Untuk itu harus dilakukan kalibrasi ulang untuk menentukan kecepatan jalan agar tidak terjadi pemborosan herbisida. Ketepatan waktu harus diupayakan sebisa mungkin. Penyemprotan Round Up akan efektif dilakukan pada pagi hari dengan keadaan cuaca cerah dan diperkirakan tidak turun hujan dalam waktu 6 jam setelah penyemprotan (Wudianto, 1992). Penyemprotan Starane akan efektif jika tidak terkena hujan dalam waktu 1 jam setelah penyemprotan (Dow AgroSciences, 2006). Hal ini sulit dilakukan di Gunung Kemasan Estate mengingat kondisi iklim dengan intensitas curah hujan yang tinggi sehingga penyemprotan sering dilakukan saat cuaca mendung atau setelah turun hujan. Dalam hal ini, kebijakan yang diambil adalah mengulang penyemprotan pada blok yang terkena hujan kurang dari satu jam setelah penyemprotan.
53 Ketepatan jenis dan ketepatan sasaran dilakukan di Gunung Kemasan Estate dengan tetap memperhatikan efektivitas dan efisiensi dari herbisida yang dipakai. Round Up dan Starane dipakai karena efektif dalam mengendalikan gulma dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan herbisida lain yang mempunyai bahan aktif sama. Sasaran dari campuran herbisida tersebut adalah semua gulma yang tumbuh di piringan, pasar rintis, TPH, pasar tengah dan jalan angkong Upaya yang dilakukan oleh Gunung Kemasan Estate untuk mendukung terjaminnya keamanan dan keselamatan karyawan adalah dengan memberikan pakaian semprot, masker, kaca mata, sepatu boot, tempat air bersih dalam kendaraan semprot, sabun untuk cuci tangan, dan susu. Kaca mata yang telah disediakan oleh kebun tidak dipakai oleh karyawan. Penggunaan kaca mata dirasakan oleh karyawan memperlambat pekerjaan dan berisiko tersandung tunggul-tunggul tanaman karena pandangan menjadi berembun dan terbatas. Penggunaan HK pada pekerjaan ini disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel tersebut dapat dilihat penggunaan HK yang masih terlalu besar dari target yang ditentukan oleh kebun sebesar 0.22 HK/ha. Kondisi tersebut disebabkan areal yang miring, gulma yang terlalu lebat, dan alat sudah cukup lama. Selain itu, tim piringan pasar rintis juga mempunyai tugas tambahan untuk mengendalikan alangalang sehingga meningkatkan penggunaan HK. Pengecekan dan kalibrasi ulang alat diperlukan untuk mengurangi penggunaan HK yang berlebihan. Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Piringan Kimiawi Tahun 2008 HK/ha Tahun Tanam Januari Februari Maret April 1989 0.28 0.28 0.55 0.27
Mei 0.30
1990
0.29
0.31
0.50
0.28
0.30
1991
0.30
0.43
0.30
0.29
0.30
1992
0.31
0.56
0.55
-
0.40
1993
0.44
0.33
1.00
-
0.30
1996
0.27
0.34
-
-
-
1998
-
0.66
0.72
0.61
-
2000
0.45
0.57
0.80
0.62
0.70
2005
0.53
0.38
-
0.49
0.40
Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)
54 Pengendalian Gulma di Gawangan Gawangan adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Areal ini harus dikendalikan dari gulma jahat yang menjadi penghambat tanaman tanaman, tanaman inang hama, serta menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan tandan dapat lebih lancar dan penyakit tidak berkembang. Disamping itu juga memberi peluang cahaya matahari masuk ke permukaan tanah (Lubis, 1992). Tujuan dari pengendalian gulma di gawangan adalah untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, serta menekan pertumbuhan dan penyebaran hama dan penyakit. Pengendalian gulma di gawangan tidak perlu terlalu bersih atau gundul. Rumput lunak dan tanaman yang menguntungkan (beneficial plant) seperti Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., dan Turnera subulata tidak menjadi sasaran pengendalian gulma gawangan. Selain itu, tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) dapat mendorong terjadinya kelembaban tanah yang rendah dan erosi yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Pahan, 2006). Pengendalian gulma di gawangan di Gunung Batu Estate dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma pada TBM dilakukan dua kali per tahun secara manual dan dua kali per tahun secara kimia. Pada TM, pengendalian gulma dilakukan tiga kali per tahun secara kimia. Pengendalian gulma di gawangan secara manual pada TM dilakukan insidental.
Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual Pengendalian gulma di gawangan secara manual yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate terdiri dari bongkar tumbuhan pengganggu (BTP) dan tebas rendahan. Peralatan yang digunakan adalah cados, parang, dan batu asah. Kegiatan ini difokuskan di areal TBM dan palung. Pada TM, pengendalian gulma gawangan manual hanya dilakukan selektif pada tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh pengendalian gulma secara kimia atau saat hari hujan. Kegiatan BTP dilakukan dengan membongkar semua gulma berkayu sampai ke akarnya menggunakan cados. Cados adalah sejenis cangkul yang berukuran
55 lebih kecil dengan lebar mata cados 14 cm. Ukuran mata cados yang kecil memungkinkan untuk membongkar gulma berkayu yang mempunyai perakaran dangkal dengan lebih efektif dan efisien. Tanah yang terganggu akibat pembongkaran dengan cados akan lebih sempit sehingga dapat menekan efek negatif yang mungkin timbul akibat pembongkaran. Selain itu, bobotnya yang lebih ringan akan mempermudah dan mempercepat pekerjaaan sehingga prestasi pekerja dapat bertambah. Gulma sasaran BTP adalah gulma-gulma berkayu seperti Eupatorium odoratum, Melastoma malabathricum, Lantana camara, Clidemia hirta, kentosan (anakan sawit), dan sebagainya. Gulma-gulma tersebut relatif tahan terhadap pengendalian gulma secara kimia. Dalam kegiatan BTP, tidak dibenarkan menggunakan parang babat (slashing). Kegiatan pengendalian gulma secara manual yang lain di gawangan yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate adalah tebas (slashing). Tebas dilakukan dengan memotong gulma menggunakan parang setinggi sekitar 10 cm dari tanah. Tebas dilakukan untuk membuka jalur bagi pekerjaan lain atau sebagai kegiatan pengganti kegiatan semprot saat hari hujan. Penggunaan HK untuk gawangan manual di Gunung Kemasan Estate terbatas karena tidak ada tim khusus untuk hal itu. Pekerjaan ini dilakukan oleh tim oles anak kayu dan tim pengendalian gulma kimiawi di piringan serta gawangan pada kondisi tertentu. Hal ini disebabkan tidak ada tanaman baru dan gulma berkayu yang ada sudah cukup efektif dikendalikan dengan cara oles. Pada kondisi areal yang ringan, target penggunaan HK di Gunung Kemasan Estate adalah 1 HK/ha. Pada areal dengan kondisi sedang dan berat penggunaan HK akan lebih besar dari 1 HK/ha tergantung kondisi areal dan gulmanya. Untuk pengendalian gulma gawangan secara manual yang dilakukan oleh tim semprot sebagai pengganti kegiatan semprot pada saat hari hujan tidak ditentukan target penggunaan HK. Penggunaan HK untuk gawangan manual dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan HK untuk mengendalikan gulma di gawangan secara manual sangat bervariasi dari 1 HK/ha sampai 11 HK/ha.
56 Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja Gawangan Manual Tahun 2008. HK/ha
Tahun Tanam
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1989
-
4
3
-
4
1990
3
3
6
5
5
1991
-
1
6
3
-
1992
4
6
3
11
-
1993
3
3
3
4
1
1996
1
4
4
4
4
1998
1
3
3
6
4
2000
2
5
4
5
1
2005
-
3
2
2
2
Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)
Pengendalian Gulma di Gawangan secara Kimiawi Pengendalian gulma gawangan secara kimia yang dilakukan di Gunung Kemasan Estate terdiri dari kegiatan semprot gawangan dan kegiatan oles anak kayu. Kegiatan semprot gawangan dilakukan dengan rotasi tiga kali per tahun sedangkan kegiatan oles anak kayu dilakukan selektif pada areal yang masih terdapat anak kayu dengan diameter lebih dari 5 cm. Kombinasi dua teknik pengendalian gulma tersebu dapat mempertahankan gulma di gawangan selalu dalam kondisi ringan. Penyemprotan gawangan. Kegiatan penyemprotan gawangan dilakukan dengan campuran herbisida Gramoxone (bahan aktif paraquat) dan Ally 20 WDG (bahan aktif metil metsulfuron). Kedua herbisida tersebut telah terdaftar penggunaannya di Departemen Pertanian sebagai herbisida yang dapat digunakan di perkebunan kelapa sawit berdasarkan keputusan Menteri Pertanian nomor 222 tahun 2004 (Saragih, 2004). Berdasarkan keputusan Menteri tersebut, Ally merupakan satu-satunya herbisida berbahan aktif metil metsulfuron yang diizinkan untuk digunakan di perkebunan kelapa sawit. Gramoxone adalah herbisida purna tumbuh, kontak dan non selektif. Berdasarkan bentuk molekulnya, Gramoxone termasuk ke dalam herbisida
57 golongan bipyridillium (Sukman, 2002). Larutan Gramoxone yang disemprotkan akan meresap cepat di bagian hijau tanaman. Paraquat akan bereaksi apabila terkena sinar matahari dan berubah menjadi senyawa radikal bebas. Senyawa ini mengeluarkan oksigen yang akan aktif. Oksigen aktif inilah yang bereaksi dengan sel hijau tanaman sehingga tidak dapat mengikat air. Tanaman kemudian akan layu dan mati. Senyawa radikal bebas akan berubah kembali menjadi paraquat dan bereaksi berulang-ulang selama masih ada klorofil. Bila klorofil tanaman habis, maka paraquat akan terurai oleh sinar matahari menjadi Methyl Quatenery Isotonic Acid (QINA) yang kemudian terurai menjadi Methyl Amine dan karbon dioksida. Senyawa ini tidak beracun dan tidak terakumulasi. Methyl Amine adalah senyawa yang biasa terdapat pada tanaman (Zeneca, tt). Ally adalah herbisida purna tumbuh, sistemik, dan selektif. Penggunaannya dapat mengendalikan pertumbuhan beberapa gulma berkayu, gulma berdaun lebar, dan rumput setahun. Berdasarkan bentuk molekul bahan aktifnya, Ally termasuk herbisida golongan triazine dan bekerja sebagai growth regulator. Metil metsulfuron yang masuk ke dalam tanaman melalui akar dan daun kemudian ditranslokasikan dengan cepat di dalam tanaman. Metil metsulfuron bekerja menghambat pembelahan sel di akar dan pucuk sehingga tanaman akan berhenti tumbuh. Secara biologi penggunaan herbisida ini dalam kadar rendah sudah berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma (Departemen Pertanian Amerika, 2003). Penggunaan herbisida yang bersifat kontak dan sistemik pada pengendalian gulma gawangan kimawi di Gunung Kemasan Estate bertujuan untuk mempertahankan gawangan selalu dalam kondisi ringan sampai rotasi berikutnya. Gramoxone dan Ally dilarutkan dalam satu tangki unit semprot berkapasitas sekitar 4 000 l yang ditarik oleh wheel tractor. Pelarut yang digunakan adalah air bersih yang diambil dari sumber air di traksi sehari sebelum kegiatan penyamprotan. Pencampuran larutan dilakukan oleh operator unit semprot di depan gudang sentral dengan disaksikan oleh penjaga gudang. Konsentrasi larutan yang digunakan di Gunung Kemasan Estate adalah 0.2 % Gramoxone dan 0.02 % Ally 20 WDG. Aplikator yang digunakan adalah knapsack sprayer ―Inter 16 Green‖. Inter 16 Green mempunyai berat bersih 3.15 kg, kapasitas tangki 16 l, tipe pompa
58 piston dan menggunakan pengatur tekanan CFValve (Constant Flow Valve). Nozel yang digunakan adalah yellow cone nozzel yang berbentuk kerucut. Nozel tersebut mempunyai volume semprot 130 l/ha dan termasuk very low volume (VLV). Pada aplikasi dengan VLV, efektivitas herbisida Ally 20 WDG dapat ditingkatkan karena herbisida sistemik bekerja lebih baik pada volume semprot yang rendah. Ketepatan alat yang diupayakan di Gunung Kemasan Estate adalah dengan menggunakan aplikator Inter 16 Green sesuai dengan petunjuk penggunaan dan keamanannya. Aplikator cadangan terdapat satu buah dan suku cadang yang lengkap disediakan untuk mengantisipasi kerusakan pada aplikator yang sedang digunakan. Aplikator yang rusak akan diperbaiki oleh mandor semprot atau operator kendaraan semprot yang merangkap sebagai teknisi, sementara itu pekerja akan menggunakan aplikator cadangan sampai aplikator yang rusak selesai diperbaiki. Dengan demikian pekerjaan dilapangan tidak akan terhambat karena kemacetan atau kerusakan aplikator. Dosis yang digunakan adalah 0.2 l/ha Gramoxone dan 0.02 l/ha Ally 20 WDG. Pada areal dengan kondisi gulma berat atau sangat berat dosis dapat ditingkatkan sampai 0.4 l/ha Gramoxone dan 0.04 l/ha Ally 20 WDG. Ketepatan dosis ini sangat penting karena berkaitan langsung dengan biaya. Dosis yang berlebihan akan menyebabkan pembengkakan biaya pemeliharaan karena harga herbisida pada umumnya tidak murah. Dosis aktual terkadang menjadi lebih besar pada areal yang berbukit atau berpalung. Hal ini disebabkan kecepatan jalan pekerja pada areal tersebut menjadi lebih lambat sehingga somprot bertambah. Pada areal ini diperlukan pengontrolan yang lebih ketat oleh mandor semprot untuk memastikan hanya gulma sasaran yang disemprot. Herbisida paraquat sangat reaktif pada tanaman, maka tepat waktu untuk pengendalian gulma di gawangan tidak seketat pengendalian gulma pada piringan. Pengaruh Gramoxone sudah terlihat 1 - 2 jam setelah penyemprotan (Zeneca, tt). Untuk memaksimalkan hasil penyemprotan di Gunung Kemasan Estate, penyemprotan akan diulang pada areal yang terkena hujan 1 jam atau kurang setelah penyemprotan. Tepat waktu ini dilakukan dengan baik di Gunung Kemasan Estate.
59 Penggunaan HK untuk kegiatan semprot gawangan masih terlalu besar dari taget kebun sebesar 0.8 HK/ha. Hal ini disebabkan adanya pembagian tenaga kerja semprot gawangan menjadi dua tim dengan pembagian areal semprot yang tidak merata antara tim yang satu dengan yang lain. Masing-masing tim semprot gawangan berjumlah 18 karyawan. Tim semprot pertama bertanggung jawab untuk mengendalikan gulma di divisi satu dan dua dengan luas total 2 211 ha. Tim semprot gawangan kedua bertanggung jawab mengendalikan gulma hanya di divisi tiga dengan luas 1 183 ha. Dengan demikian, penggunaan HK di divisi tiga akan meningkat sampai 1.2 HK/ha sedangkan di divisi satu dan dua dengan prestasi standar 1.25 ha/HK. Luas maksimum yang dapat dikerjakan oleh karyawan hanya 22.5 ha/hari. Kondisi areal yang berbukit dan berpalung juga mempengaruhi jumlah HK yang diperlukan. Pada areal yang berbukit atau berpalung kecepatan jalan penyemprot akan berkurang sehingga prestasi tiap penyemprot akan berkurang. Prestasi penyemprot yang berkurang menyebabkan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja dan bahan yang digunakan pada kegiatan penyemprotan gawangan di Gunung Kemasan Estate disajikan pada Tabel 10. Pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat penggunaan herbisida Gramoxone dan Ally 20 WDG. Realisasi penggunaan dosis herbisida baik Gramoxone maupun Ally lebih besar dari target sebesar 0.2 l/ha. Penggunaan dosis tersebut semakin besar pada tanaman yang semakin muda. Kanopi pada tanaman tua sudah berkembang dan menutupi tanah dengan sempurna sehingga hanya sedikit cahaya matahari yang dapat masuk. Hanya gulma-gulma yang tahan terhadap naungan yang dapat berkembang. Jumlah gulma yang sedikit menyebabkan prestasi karyawan meningkat dan kebutuhan HK menjadi berkurang. Pada tanaman muda, penutupan oleh gulma lebih besar karena penutupan tajuk kelapa sawit belum sempurna sehingga banyak cahaya matahari yang masuk. Kondisi areal yang terbuka tersebut menyebabkan meningkatnya populasi gulma yang tumbuh sehingga kebutuhan HK untuk mengendalikannya menjadi meningkat.
60 Tabel 10. Output Tenaga Kerja dan Bahan yang Digunakan pada Semprot Gawangan Tahun 2008 HK/ha Bahan/ha Tahun Tanam Januari Februari Maret
April
Mei
Gramoxone Ally 20 WDG
1989
0.53
0.79
0.67
1.00
-
0.277
0.026
1990
1.89
1.07
0.74
1.27
-
0.303
0.029
1991
0.86
0.80
0.88
0.66
0.91
0.326
0.033
1992
-
0.92
1.13
1.12
1.10
0.436
0.044
1993
2.19
0.79
1.07
0.38
0.76
0.403
0.038
1996
0.91
0.84
0.83
1.33
0.52
0.340
0.032
1998
0.98
0.25
1.00
0.93
0.85
0.363
2000
0.95
0.82
1.03
1.02
0.94
0.484
0.041
2005
1.88
0.64
-
0.55
1.02
0.423
0.042
0.035
Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008)
Oles anak kayu. Pekerjaan oles anak kayu dilakukan dengan herbisida Garlon (bahan aktif triklopir) yang dilarutkan dalam solar. Konsentrasi yang digunakan adalah 5 %. Dosis standar tidak ditetapkan untuk garlon karena sebaran gulma berkayu yang tidak merata. Alat yang digunakan adalah parang dan tongkat sepanjang sekitar 30 cm yang terbuat dari ranting kayu atau bambu yang di salah satu ujungnya dililit dengan kain. Gulma yang akan dikendalikan dipotong dengan parang sekitar 10 cm dari tanah lalu diolesi dengan tongkat yang telah dicelupkan ke larutan herbisida. Penggunaan solar sebagai bahan pelarut dimaksudkan untuk menambah daya penetrasi herbisida. Pencampuran herbisida dan solar harus dilakukan di gudang sentral dan disaksikan oleh penjaga gudang untuk mencegah pencurian bahan pada saat pengaplikasian. Larutan herbisida kemudian dibagi kepada setiap karyawan oles di lapangan. Penggunaan HK untuk kegiatan oles anak kayu di Gunung Kemasan Estate sangat bervariasi tergantung dari kondisi gulma berkayu pada areal yang dikerjakan. Blok terluar yang langsung berbatasan dengan hutan biasanya masih terdapat banyak gulma berkayu yang perlu dikendalikan dengan cara oles. Tidak ada standar output untuk kegiatan ini. Berdasarkan Tabel 11, penggunaan HK
61 terendah untuk kegiatan oles anak kayu adalah 0.27 HK/ha dan tertinggi adalah 5.50 HK/ha. Dosis Garlon untuk kegiatan oles anak kayu adalah rata-rata 0.188 l/ha. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat dosis Garlon terendah yang digunakan adalah 0.040 l/ha dan dosis Garlon tertinggi yang digunakan adalah 0.375 l/ha. Tabel 11. Output Tenaga Kerja dan Bahan yang Digunakan pada Pekerjaan Oles Anak Kayu Tahun 2008 HK/ha Bahan/ha Tahun Tanam Januari Februari Maret April Mei Garlon 1989 0.27 5.50 0.283 1990 4.00 2.57 2.44 0.363 1991 2.67 0.83 0.375 1992 0.97 1.04 2.29 2.45 3.63 0.040 1993
-
1.45
2.13
1.50
-
0.044
1996
1.83
0.80
3.72
2.14
-
0.060
1998
0.63
-
1.14
1.32
5.50
0.189
2000
2.15
0.75
3.33
2.70
1.97
0.094
-
0.242
2005
2.22 2.86 Sumber: Kantor Besar Gunung Kemasan Estate (2008) Kondisi Gulma Saat Pemupukan
Kondisi gulma pada areal yang dipupuk sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemupukan yang dilakukan. Hal ini disebabkan adanya kompetisi antara gulma dengan tanaman tanaman dalam penyerapan unsur hara dalam pupuk. Kondisi gulma di gawangan dapat mempengaruhi mobilitas pemupuk sehingga kecepatan dan prestasi pemupuk juga akan terganggu. Kondisi piringan yang ideal pada saat pemupukan adalah bersih gulma. Kondisi gulma di gawangan yang ideal pada saat pemupukan adalah ringan. Kondisi tersebut sangat sulit diterapkan di lapangan karena berbagai hal. Diantaranya adalah karena persediaan pupuk di tingkat distributor yang tidak memenuhi kebutuhan kebun. Kondisi banjir pada blok tertentu juga menyebabkan pemupukan pada blok tersebut harus ditunda dan dilewati. Rotasi pengendalian gulma yang terlalu lambat juga akan mengganggu pemupukan.
62 Berdasarkan pengamatan pada saat pemupukan, sebagian areal yang dipupuk belum bersih dari gulma pada piringannya. Hal ini disebabkan adanya keterlambatan pemupupukan akibat kelangkaan pasokan pupuk di pasaran. Kelangkaan pupuk terjadi di pasaran untuk aplikasi pupuk semester pertama tahun 2008 sedangkan aplikasi untuk semester kedua harus segera dipersiapkan. Aplikasi pupuk Urea dan MOP untuk semester pertama dilakukan pada bulan Februari sampai Mei, sedangkan aplikasi untuk semester kedua harus sudah selesai pada bulan Oktober. Selang waktu antara aplikasi pupuk semester pertama dan kedua, khususnya pupuk Urea dan MOP, adalah 3 - 4 bulan. Kelangkaan pasokan pupuk tersebut menyebabkan kegiatan pemupukan tidak bisa mengikuti kegiatan pengendalian gulma yang seharusnya dilakukan sebelum pemupukan dimulai. Kelangkaan pupuk tersebut mengharuskan pihak kebun untuk mendahulukan areal yang belum terpupuk untuk semester satu walaupun kegiatan pengendalian gulma belum dilakukan pada areal tersebut. Berdasarkan lama bekerjanya, tingkat pengetahuan karyawan pengendalian gulma dan pemupukan di Gunung Kemasan Estate tergolong baik. Dilihat dari lama bekerja, tingkat pengetahuan karyawan semakin baik pada karyawan yang sudah bekerja lebih lama daripada karyawan lain. Karyawan yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan karyawan lain. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Hubungan Pengendalian Gulma dan Pemupukan Berdasarkan Lama Bekerjanya. Sampel Lama Bekerja (Tahun) Skor Tingkat Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2.29 3.33 4.20 4.31 5.36 5.38 5.38 5.54 5.66 5.66 5.75 6.89 6.89
53 55 76 52 87 80 76 76 55 45 44 80 45
baik baik sangat baik baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik cukup cukup sangat baik cukup
63 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
6.96 7.00 7.29 9.26 9.78 11.70 12.38 12.71 16.38 3.45 3.45 3.46 3.50 3.51 3.52 3.78 3.88 4.03 4.03 4.03 5.08 5.32 5.41 6.71 6.86 7.75 8.28 9.36 11.25 12.28 16.44 Rata-rata
33 67 83 46 66 59 87 36 66 54 67 66 81 88 61 56 77 78 60 62 73 38 42 45 48 68 78 80 83 80 71 64.15909
cukup baik sangat baik cukup baik baik sangat baik cukup baik baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik baik cukup cukup cukup cukup baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik baik