HASIL DAN PEMBAHASAN Elemen Utama dalam Permukiman Madura Pola Permukiman Masyarakat Madura Permukiman tradisional masyarakat Madura dibentuk dari kelompok– kelompok rumah yang saling terpisah satu sama lain (Gambar 33). Setiap kelompok rumah biasanya dibatasi oleh pagar hidup yang mengelilingi komplek sehingga akan tampak dari luar seperti pulau–pulau hijau yang tersebar, terpisah oleh tanah pertanian, pohon-pohon, atau halaman. Di dalam pagar hidup tersebut biasanya terdapat kompleks perumahan keluarga yang terdiri dari beberapa rumah dengan kepala keluarga di masing-masing rumah (keluarga mandiri), tetapi masih mempunyai pertalian darah satu sama lain.
Gambar 33 Permukiman masyarakat Madura Secara umum, kebudayaan Madura mengenal dua jenis pola permukiman keluarga, yaitu pola kampung mejhi dan taneyan lanjhang. Kampung mejhi merupakan jenis permukiman masyarakat Madura yang berada di daerah terpencil dan terpisah dari perkampungan lain. Kampung mejhi biasanya dimiliki oleh masyarakat kurang mampu sehingga hanya terdiri dari bangunan inti. Sebaliknya, permukiman dengan jenis taneyan lanjhang umumnya dimiliki oleh masyarakat Madura dengan tingkat ekonomi baik (kaya). Perbedaan mendasar pada kedua jenis permukiman ini terletak pada kemampuan kepala keluarga dalam mengembangkan halamannya dengan membangunkan rumah untuk anak
51
perempuan. Perbedaan mendasar pada kedua jenis permukiman ini terletak pada kelengkapan elemennya, sedangkan pola ruangnya relatif sama (Tabel 4 dan Gambar 34). Tabel 4 Perbandingan komponen pada taneyan lanjhang dan kampung mejhi Elemen
Taneyan Lanjhang
Kampung Mejhi
Pagar hidup
Ada
Ada
Langghar
Ada
Ada
Rumah induk
Ada
Ada
Rumah anak
Ada
Tidak ada, anak tinggal bersama orang tua
Dapur
Ada
Ada atau menyatu dengan rumah
Kandang
Ada
Tidak ada
Akses
Antar taneyan saling berdekatan
Antar taneyan terpisah jauh oleh ladang, permukiman terpencil dan menyendiri
Data tersebut diperoleh dari narasumber seorang budayawan Madura bernama Bapak Sulaiman Sadik yang berdomisili di Pamekasan. Konsep kampung mejhi yang dijelaskan memiliki perbedaan dengan yang dijelaskan dalam literatur
Taneyan lanjhang Rumah
langghar
Kampung mejhi Rumah
taneyan
Dapur dan kandang
langghar
taneyan
Dapur
Gambar 34 Pola permukiman masyarakat Madura
52
Wiyata (2002). Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan dan perkembangan zaman yang memungkinkan perubahan pola pada kampong mejhi. Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa terdapat kemiripan komponen yang dimiliki oleh taneyan lanjhang dan kampung mejhi. Namun, dalam penelitian ini pembahasan diarahkan pada taneyan lanjhang dengan pertimbangan pada kelengkapan komponennya. Elemen Penyusun Taneyan Lanjhang Taneyan lanjhang (halaman panjang) terdiri atas beberapa elemen yang disusun menurut pola tertentu. Pola ini bersifat tetap sejak dahulu dan diwariskan secara turun temurun. Adapun elemen–elemen utama penyusun taneyan lanjhang dikelompokkan menjadi hardscape dan softscape. Hardscape atau elemen keras dalam taneyan lanjhang terdiri dari beberapa bangunan yang memiliki fungsi dan lokasi yang spesifik. Elemen keras tersebut adalah sebagai berikut. 1. Rumah Tinggal Rumah tinggal masyarakat madura dibangun sejajar dengan arah pertumbuhan taneyan menurut orientasi barat-timur. Adanya perbedaan peruntukan rumah menurut hierarki keluarga menunjukkan adanya perbedaan perlakuan pada keluarga yang lebih tua atau lebih muda. Orang tua merupakan orang yang paling dihormati dalam taneyan dan memiliki kedudukan serta wewenang layaknya seorang raja. Tingkat berikutnya ditempati oleh anak perempuan tertua yang rumahnya berada di sebelah timur rumah induk, dan begitu seterusnya. Dalam kebiasaan masyarakat madura terdapat suatu kesepakatan bahwa apabila orang tua telah meninggal, hak tinggal roma tongghu (rumah induk) ada pada anak perempuan tertua. Dengan demikian, akan terjadi pergeseran kepemilikan rumah. Konsepsi ini menyebabkan rumah tinggal dalam komplek taneyan tidak memiliki hak kepemilikan yang jelas. Perihal pewarisan rumah tinggal dan taneyan secara otomatis menjadi hak penuh anak perempuan, sedangkan harta lainnya yang berupa tanah ladang di sekitar komplek dibagi rata atau dibagi menurut hukum waris sesuai syariat islam.
53
Rumah tinggal masyarakat Madura memiliki beragam bentuk, diantaranya yang paling sering dipakai adalah rumah bangsal dan rumah pegun (Gambar 35). Walaupun demikian, saat ini rumah–rumah tradisional tersebut mulai jarang digunakan. Biasanya rumah tradisional masih bertahan di daerah–daerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan telah berganti dengan rumah–rumah beton dengan gaya modern. Jumlah rumah yang dibangun dalam taneyan pun telah jauh berkurang. Umumnya taneyan lanjhang menampung ± 20 rumah tinggal, tetapi saat ini taneyan lanjhang yang masih ada hanya terdiri dari 5–7 rumah tinggal dengan luasan ±25 m2 setiap rumah. Kondisi taneyan lanjhang terbaik terdapat di Kabupaten sumenep yang memiliki 12 rumah tinggal. Rumah tinggal dibangun sejajar dengan taneyan sehingga memberikan penekanan horizontal pada lanskap taneyan yang cenderung datar. Penekanan horizontal ini menciptakan keharmonisan antara bangunan rumah tinggal dengan lanskap/lingkungan sekitarnya.
Rumah bangsal Rumah bangsal
Rumah pegun
Gambar 35 Tipe rumah tradisional Madura (Sumber: Dimensi edisi Juli 2005)
54
2. Langghar Langghar merupakan penanda suatu taneyan yang mandiri (Gambar 36). Sebagai suatu pusat aktivitas dan elemen penting dalam taneyan, langghar menjadi point of interest dan tujuan utama bagi orang yang bertamu ke rumah masyarakat Madura. Pada masa mataram hindu, masyarakat madura mengenal langghar sebagai kobbung, yaitu pendapa bagi taneyan. Namun, fungsi pendapa tersebut bertambah sebagai tempat ibadah setelah agama islam masuk ke Madura sehingga menjadi langghar. Langghar merupakan bangunan tunggal yang terletak di ujung taneyan sehingga secara spasial tampak sebagai suatu objek yang dapat dilihat dari sisi depan sejak masuk ke taneyan.
Selain itu keberadaan langghar juga
memberikan penekanan vertikal pada taneyan sehingga tampak sebagai focal point. Bentuk bangunan langghar cenderung lebih tinggi dari bangunan lainnya. Hal ini menunjukkan tingkat kesakralan langghar sebagai suatu tempat ibadah yang dihormati.
Gambar 36 Langghar
3. Dapur dan Kandang Dapur dan kandang merupakan elemen pendukung dalam taneyan (Gambar 37). Keberadaan kedua elemen ini cenderung berubah-ubah sesuai kebutuhan
55
pemilik taneyan. Dapur dapat dibangun di depan, samping, atau belakang rumah, sedangkan kandang biasanya dibangun di selatan halaman berhadapan dengan rumah, atau tidak dibangun sema sekali. Keberadaan kandang umumnya menyesuaikan dengan mata pencaharian pemilik taneyan. Apabila kandang dan dapur dibangun di depan rumah, biasanya keduanya dibangun berdampingan. Secara visual kedua elemen ini juga memberikan penekanan horizontal pada taneyan sehingga menambah keharmonisan dalam taneyan.
Gambar 37 Dapur dan kandang
4. Taneyan Taneyan merupakan ruang terbuka di antara bangunan yang melingkupinya. Bentukan lahan taneyan cenderung datar dan menjadi bidang dasar bagi bangunan-bangunan diatasnya. Keberadaan taneyan menyatukan elemen bangunan sehingga menimbulkan harmonisasi antar elemen. Ruang dengan bentukan datar pada taneyan memberikan kesan terbuka, netral, dan stabil. Taneyan menjadi ruang publik yang tidak ada privasi di dalamnya. Pada perkembangannya, masyarakat Madura yang berprofesi selain petani menghiasi taneyan dengan berbagai jenis tanaman dalam pot yang disusun secara bebas (Gambar 38). Meskipun demikian, berbagai tanaman dalam pot tersebut disusun dengan tetap menyisakan ruang kosong di bagian tengah halaman. Ruang ini biasanya digunakan sebagai ruang untuk mengadakan ritual adat atau hajatan keluarga.
56
Softscape atau elemen lunak dalam taneyan lanjhang merupakan material tanaman yang ada dalam taneyan dan umumnya memiliki fungsi tertentu. Kondisi iklim yang cenderung kering menyebabkan keragaman vegetasi dalam taneyan rendah sehingga sedikit jenis tanaman yang tumbuh. Secara umum, vegetasi dalam taneyan berfungsi sebagai berikut.
Taneyan petani Taneyan non-petani Gambar 38 Pemanfaatan taneyan
1. Pagar Hidup Pagar hidup merupakan barisan pohon atau semak yang tumbuh rapat. Pagar hidup ini sengaja ditanam di sekeliling taneyan dan dibiarkan tumbuh hingga besar dan rapat. Pagar hidup ini menjadi batas area sekaligus menjadi pelindung taneyan dari bahaya luar seperti musuh atau binatang buas. Vegetasi yang biasa digunakan sebagai pagar hidup adalah bambu duri (Bambusa bambos). Bambu ini ditanam di sisi–sisi taneyan dan dibiarkan merumpun hingga mengelilingi taneyan (Gambar 39). Karakteristiknya yang tumbuh rapat dimanfaatkan sebagai pagar alami yang sangat efektif membentengi taneyan. Apabila dilihat dari jauh akan tampak seolah–olah hanyalah rumpun bambu yang lebat, padahal di dalam rumpun bambu tersebut terdapat permukiman taneyan lanjhang. Selain menanam bambu, tanaman dari jenis semak tinggi juga kadangkala di pakai. Vegetasi yang seringkali digunakan sebagai tanaman pagar antara lain
57
bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), pohon jaran (Dolichandrone spathacea) dan sarikaya (Annona squamosa). 2. Tanaman pamengkang Pamengkang dalam taneyan lanjhang terletak di belakang rumah tinggal dan merupakan kebun pekarangan. Menurut hasil wawancara dengan salah seorang peneliti ahli LIPI, Bapak Ahmad Mien Rifai, masyarakat Madura biasa mengambil kebutuhan sehari-hari dari pamengkang yang terletak di belakang rumah ini.
Gambar 39 Vegetasi yang digunakan sebagai pagar hidup Tanaman pekarangan dalam taneyan merupakan tanaman yang ditanam di sekeliling taneyan tapi di luar komplek bangunan. Biasanya masyarakat Madura memelihara tanaman yang memang sudah tumbuh di halamannya, jarang sekali mereka sengaja menanam. Kondisi iklim yang relatif kering menyebabkan sedikitnya jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik. Jenis vegetasi yang tumbuh di halaman rumah Madura umumnya berupa pohon atau Bambusa bambos semak tinggi yang tahan kering. Beberapa jenisHibiscus vegetasirosa-sinensis yang terdapat dalam halaman rumah masyarkat Madura dapat dilihat pada Tabel 5. 3. Tanaman hias Masyarakat Madura menyukai tanaman-tanaman berbau harum. Oleh karenanya masyarakat Madura lebih suka menanam beberapa jenis tanaman hias bunga di halamannya (Tabel 5). Salah satu jenis tanaman hias yang banyak ditanam adalah bunga melati (Jasminum nitidum). Bagi masyarakat
58
Madura tidak hanya dimanfaatkan aroma wanginya tetapi juga digunakan sebagai rangkaian bunga untuk hiasan pada upacara pernikahan atau kematian. Tanaman hias ini biasanya ditanam dalam pot dan diletakkan di teras rumah sehingga dapat dinikmati saat bercengkrama. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa tanaman yang tumbuh dalam taneyan memiliki ciri fisik berupa bentuk tajuk yang bulat, oval, dan spread. Tekstur tanaman bervariasi dari tekstur kasar hingga halus. Tanaman dengan tekstur halus biasanya ditanam di sekeliling taneyan lanjhang sebagai pagar hidup sehingga memberi kesan meluas. Selain itu, warna tanaman umumnya dominan warna hijau dengan sedikit aksen warna hangat dari bunga yang berkembang. Tabel 5 Jenis vegetasi yang biasa terdapat di halaman rumah masyarakat Madura. Jenis Vegetasi Pohon
Semak dan Perdu
Nama Lokal Jaran Nangka Sarikaya Kenanga Jambu Mangga Kelor Turi Cempaka
Nama Latin Dolichandrone spathacea Artocarpus integra Annona squamosa Cananga odorata Psidium guajava Mangifera indica Moringa oleifera Aeschynomene grandiflora Michelia champaca
Bunga sepatu Melati Mawar Bambu Beluntas Landep
Hibiscus rosa-sinencis Jasminum nitidum Rosa sp. Bambusa bambos Pluchea indica Barleriae prionitis
Permukiman Masyarakat Madura Masa Kini Budaya asli masyarakat Madura menempatkan taneyan lanjhang sebagai simbol kekayaan seseorang. Semakin panjang suatu taneyan menunjukkan bahwa pemilik taneyan memiliki kekuasaan besar. Langghar menjadi tempat yang
59
dihormati dan menjadi pusat aktivitas taneyan. Pagar hidup dibuat sebagai bentuk pertahanan dari bahaya di luar taneyan sehingga bentuknya melingkupi dan menutup hampir seluruh bagian taneyan. Pada masa kini masyarakat Madura telah mengikuti pemikiran baru. Bentuk permukimannya tidak lagi berpola taneyan lanjhang, tetapi berupa permukiman yang praktis dan sesuai dengan kavling yang dimiliki. Rumah masyarakat Madura saat ini ada yang menyendiri, tetapi bukan kampung mejhi; ada yang berkelompok, tetapi bukan taneyan lanjhang. Pagar hidup telah beralih fungsi menjadi sekedar pembatas kepemilikan tanah. Perubahan pola permukiman ini umumnya ditemui di wilayah perkotaan, sedangkan untuk wilayah perdesaan cenderung masih mempertahankan tradisi. Taneyan lanjhang dengan pola asli dapat ditemui di sebagina wilayah Bangkalan dan Sumenep. Tingkat kecepatan perubahan pola permukiman masyarakat Madura dipengaruhi oleh karakteristik tiap kabupaten yang memang cukup berbeda. Menurut salah seorang narasumber, Pak Sulaiman Sadik, pada masa lalu Kabupaten Bangkalan dan Sampang cenderung lebih tertutup bagi orang luar. Masyarakat Bangkalan dan Sampang cenderung membangun pertahanan untuk membatasi ekspansi dari luar. Sehingga pada kedua daerah ini kita masih dapat melihat pola taneyan lanjhang yang masih asli. Penduduk Kabupaten Pamekasan cenderung lebih loyal terhadap adat masyarakat sehingga arus modernitas lebih cepat terserap di daerah ini. Kabupaten Sumenep sendiri termasuk kabupaten yang masih memiliki nilai–nilai tradisional yang murni. Hal ini disebabkan Sumenep merupakan bekas wilayah keraton Madura dan pembedaan status masyarakat di wilayah ini relatif cukup kuat. Berdasarkan observasi lapang tampak bahwa beberapa elemen taneyan tidak lagi dibangun. Terutama di perkotaan, rumah tinggal dibangun memanjang dengan orientasi yang tetap sama. Rumah induk dan rumah anak-anak perempuan menyatu. Dapur menyatu dengan rumah sementara langghar masih tetap pada posisinya. Kandang hampir tidak dibangun kecuali hanya sebuah sangkar kecil untuk unggas yang biasanya diletakkan di depan rumah. Perubahan pola taneyan lanjhang saat ini dapat dilihat pada gambar 40.
60
Tata Ruang Taneyan Lanjhang Salah satu ciri khas arsitektur vernakular Indonesia adalah adanya tatanan ruang pada rumah atau ruang tinggal (Fitri 2006). Tata ruang dibentuk oleh sistem pengetahuan, nilai-nilai kemasyarakatan, norma, dan kepercayaan yang dianut secara kuat oleh masyarakat (Permana 2006). Menurut Fitri (2006) pembagian ruang juga dipengaruhi oleh sistem sosial, kosmologi, dan kondisi alam.
Dapur dan kandang telah hilang
Gambar 40 Pola taneyan lanjhang masa kini
Berdasarkan sifat penggunaannya, ruang pada taneyan lanjhang dapat dibagi secara horizontal menurut arah timur-barat (Gambar 41), yaitu sebagai berikut. 1. Ruang Depan (timur) Ruang depan merupakan ruang sosialisasi dan tempat berlangsungnya aktivitas sehari-hari. Ruang depan ini bersifat profan dan terletak di sebelah timur yang menjadi tempat matahari terbit sehingga melambangkan masa depan. Elemen yang terdapat pada ruang ini meliputi pintu masuk, taneyan, rumah tinggal anak-anak perempuan, dan kandang. Aktivitas yang dilakukan pada ruang ini, antara lain adalah aktivitas produksi (memelihara ternak, menjemur hasil pertanian,
dan
bercengkrama.
lain-lain),
bermain,
mengadakan
hajatan
keluarga,
61
2. Ruang Belakang (barat) Ruang belakang merupakan ruang ibadah dan pusat aktivitas bagi seluruh penghuni taneyan. Ruang ini bersifat sakral karena merupakan ruang yang menjadi tempat ibadah sekaligus diputuskannya setiap permasalahan yang menimpa penghuni taneyan melalui musyawarah. Ruang belakang terletak di sebelah
barat
yang
menjadi
tempat
matahari
tenggelam
sehingga
melambangkan kematian dan alam roh yang suci. Pada ruang belakang inilah orang tua yang paling dihormati tinggal, dan pada ruang ini pula dilakukan transfer nilai-nilai keagamaan dan tradisi kepada generasi muda. Elemen yang terdapat pada ruang belakang meliputi roma tongghu, langghar, dan dapur utama taneyan. Aktivitas yang biasa dilakukan pada ruang dalam ini, antara lain, beribadah, menerima tamu laki-laki, tempat tidur anak laki-laki, tempat istirahat setelah bekerja, bermusyawarah, dan memasak.
Gambar 41 Pembagian ruang pada taneyan lanjhang Pembagian ruang tersebut merupakan refleksi dari keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannaas). Adanya langghar yang menjadi lambang
62
kesakralan ruang dalam merupakan wujud religiusitas masyarakat Madura, sedangkan nilai profan tampak dalam aktivitas sehari-hari yang dilakukan pada taneyan dan sekitar ruang tinggal. Pada kenyataannya tidak ada batas fisik yang jelas antara kedua ruang ini. Oleh karena itu perlu dibuat suatu desain ruang yang dapat mendefinisikan ruang dalam ini agar lebih jelas.
Tata Letak Elemen Taneyan Lanjhang Elemen dalam taneyan lanjhang tampak disusun menurut pola berlapis (Gambar 42). Penataan seperti ini merupakan suatu bentuk pertahanan taneyan dari pihak luar (Hastijanti 2005). Selain itu, elemen juga ditata menurut aturan barat-timur dan utara-selatan. Tata letak tiap elemen adalah sebagai berikut.
Gambar 42 Penataan berlapis pada taneyan lanjhang
1.
Langghar Langghar selalu dibangun menghadap kiblat di ujung barat taneyan. Tata letak ini menyebabkan langghar juga berperan sebagai penutup komplek bangunan pada taneyan sekaligus penanda taneyan yang mandiri. Posisi langghar tersebut memudahkan pemilik taneyan dalam mengawasi keadaan seluruh taneyannya (Gambar 43).
63
Langghar hampir selalu dibangun berhadapan lurus dengan pintu masuk sehingga langsung mengarahkan perhatian pada bangunan ini sebelum ke bangunan-bangunan lainnya. Hal ini menyebabkan langghar berpotensi menjadi landmark bagi taneyan. 2.
Rumah Tinggal Rumah tinggal hampir selalu dibangun pada sisi utara taneyan dengan posisi rumah menghadap selatan. pola pembangunan rumah tinggal berjajar dari barat ke timur sehingga membentuk barisan bangunan yang linear. Secara arsitektural, penataan ini menyebabkan bangunan rumah tinggal menjadi elemen pengarah bagi pengguna untuk menuju focal point yaitu langghar.
Gambar 43 Arah pandang pemilik taneyan dari langghar 3.
Dapur dan kandang Dapur dan kandang terletak di sisi selatan taneyan dan menghadap ke utara. Tata letak dapur dan kandang dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pemilik taneyan dalam mengawasi istri dan ternaknya.
4.
Pagar hidup dan pamengkang Kedua elemen ini terletak di sekeliling taneyan sebagai bentuk pertahanan terluar dari taneyan lanjhang. Pamengkang merupakan kebun yang terletak di samping dan belakang bangunan rumah dan biasanya ditanami dengan tanaman keras berkayu berupa sayuran atau tanaman berbuah.
64
Secara umum tata letak elemen dalam taneyan lanjhang menunjuk pada penerapan prinsip asymmetrical balance dengan poros berupa garis imajiner yang dibentuk oleh langghar dan pintu masuk (Gambar 44). Kelompok bangunan ditata secara linear sehingga membentuk ruang yang mengarahkan pada perhatian landmark.
Gambar 44 Pola asymmetrical balance pada taneyan lanjhang
Hal ini menjadi potensi untuk membentuk pola sirkulasi berupa axis pada tapak. Material tanaman diletakkan di sekeliling taneyan dan dibelakang kelompok bangunan agar tidak menghalangi pandangan ke semua bagian taneyan seperti yang tampak pada Gambar 43 sehingga pemilik taneyan dapat mengawasi semua aktivitas yang terjadi dalam taneyannya.
Arsitektur Tradisional Arsitektur tradisional Madura masih cukup banyak ditemukan di wilayah perdesaan. Biasanya bahan baku utama untuk membangun rumah tradisional adalah bambu. Hal ini disebabkan oleh bambu yang banyak tumbuh di sekitar permukiman masyarakat Madura, bahkan ada pula yang sengaja menanam sebagai pagar hidup.
65
Rumah tradisional Madura umumnya hanya terdiri dari dua ruangan utama, yaitu teras dan kamar. 1. Teras (amper) yaitu ruang luar dari rumah yang berfungsi sebagai beranda rumah (Gambar 45). Beranda ini kadang tertutup oleh tabing (kerai bambu) untuk mengurangi silau akibat sinar matahari. Umumnya amper berfungsi untuk menerima tamu perempuan sehingga seringkali difasilitasi dengan lencak (bangku dari bambu) atau kursi tamu.
Tampak luar
Tampak dalam
Gambar 45 Amper pada rumah tradisional Madura
2. Kamar adalah ruang dalam rumah yang berfungsi sebagai kamar tidur seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam rumah itu. Kamar tidur ini hanya dilengkapi dengan sebuah pintu pada sisi selatan (Gambar 46).
Gambar 46 Kamar pada rumah tradisional Madura
66
Desain rumah tradisional Madura ini tampak hanya melayani satu akses menuju rumah dan tertutup bagi orang asing sehingga menempatkan rumah sebagai ruang privat bagi pemilik. Meskipun rumah Madura memiliki pembagian ruang yang sama untuk semua rumah, terdapat variasi dari pemilihan jenis atap rumahnya. Setiap pemilik rumah yang menjadi anggota dalam taneyan lanjhang berhak untuk memilih sendiri tipe rumah yang diinginkan. Setidaknya terdapat tiga jenis rumah tradisional Madura yang dibedakan menurut tipe atapnya, yaitu roma bangsal/pacenan, roma pegun, dan roma trompesan. 1. Roma bangsal atau pacenan Roma bangsal/pacenan merupakan rumah yang bentuk atapnya mengadaptasi bangunan cina. Bentuk atapnya melimas segi empat dengan hiasan bubungan berupa jangghar/buritan perahu (Gambar 47). Rumah jenis ini biasanya dipakai oleh para bangsawan atau masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi untuk bangunan rumah tinggal dan langghar.
Gambar 47 Tipe roma bangsal
2. Roma pegun Roma pegun memiliki bentuk atap persegi empat melimas dengan bubungan bulat melebar (Gambar 48). Rumah pegun biasanya dibangun untuk rumah tinggal masyarakat dengan tingkat ekonomi rata-rata. Rumah tinggal dengan
67
tipe atap ini umumnya berbahan dasar bambu dan seringkali dihiasi dengan rancak/tabing yang memiliki ukiran atau pahatan berupa sulur-sulur tanaman atau bentukan geometris.
Gambar 48 Tipe roma pegun 3. Roma trompesan Roma trompesan memiliki bentuk atap rendah berbentuk segi empat memanjang (Gambar 49). Rumah dengan atap trompesan biasanya digunakan untuk bangunan dapur dan kandang. Namun, kadangkala rumah tinggal pun memakai jenis atap ini.
Gambar 49 Tipe roma trompesan
68
Arsitektur tradisional Madura umumnya hanya terdiri dari bambu yang dimanfaatkan untuk berbagai elemen rumah seperti pasak, tiang, dinding, pintu, tabing (kerai/teralis), dan furniture, sehingga sangat minim dengan ragam hias. Ukiran-ukiran yang ada biasanya dibuat pada perabot rumah tangga atau pada dinding amper dengan bentukan berupa sulur-sulur tumbuhan.
Konsep Desain Taman Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan dalam desain taman taneyan lanjhang adalah taman yang tidak hanya fungsional, tetapi juga estetis sesuai dengan kondisi lanskap Madura. Taman fungsional yang dimaksud adalah taman yang dapat memberikan manfaat fisik bagi pemilik taman. Manfaat fisik tersebut dapat berupa hasil produksi dari tanaman yang ada dalam taman seperti buah, sayur, ataupun aroma. Selain itu, elemen-elemen yang ada dalam taman harus dapat menunjang aktivitas penghuni. Taman estetik adalah taman yang tertata menurut prinsip-prinsip desain yang ada sehingga mampu memberikan keindahan visual bagi pemiliknya sekaligus mengangkat nilai-nilai tradisional budaya Madura.
Konsep Ruang Konsep ruang merupakan suatu konsep dalam menata dan menempatkan fungsi ke dalam ruang-ruang yang akan dikembangkan dalam tapak. Secara umum rumah tinggal dapat dibagi menjadi 4 ruang menurut pola grid, yaitu ruang publik, ruang privat, ruang semi privat, dan ruang servis (Booth 1988). Ruang publik berperan sebagai area penerimaan yang dapat diakses oleh semua orang dan terletak pada area depan. Ruang privat merupakan ruang yang hanya dapat diakses oleh pemilik/penghuni rumah dan biasanya diletakkan di belakang area publik. Ruang semi privat merupakan area yang menjadi pusat aktivitas dan hunian bagi pemilik rumah, biasanya meliputi seluruh bagian rumah hingga taman belakang. Sementara ruang servis mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan semi publik yang terletak di sisi bangunan rumah. Pembagian ruang menurut Booth dapat dilihat pada gambar 50.
69
Gambar 50 Konsep ruang rumah tinggal (Sumber: Booth 1988)
Berdasarkan hasil analisis terhadap sifat penggunaan ruang, fungsi ruang dan tata letak elemen, area dalam taneyan lanjhang dibagi dalam 5 ruang sebagai berikut. 1. Ruang privat Ruang privat merupakan ruang yang hanya dapat diakses oleh pemilik taneyan. Ruang privat mengakomodasi aktivitas pribadi seperti tidur, bercengkrama dengan keluarga inti, menerima kerabat atau tamu perempuan. Elemen pada ruang ini adalah rumah tinggal dan kebun tanaman produksi. 2. Ruang semi publik Ruang semi publik merupakan ruang yang diakses oleh orang-orang tertentu dengan seijin pemilik taneyan. Ruang ini juga menjadi pusat dan tujuan utama dalam taneyan sehingga pergerakan utama diarahkan pada ruang ini. Jenis kegiatan yang difasilitasi dalam ruang semi publik meliputi aktivitas semi pribadi dan sosial seperti ibadah, musyawarah, menerima tamu, dan istirahat. Elemen dalam ruang ini adalah langghar dan tanaman hias beraroma.
70
3. Ruang servis Ruang servis merupakan ruang yang berfungsi melayani kebutuhan penghuni taneyan dan mendukung terlaksananya aktivitas dalam taneyan. Ruang servis mengakomodasi kegiatan memasak dan memelihara ternak. Fasilitas yang disediakan dalam ruang servis ini terdiri dari dapur, kandang, serta kebun tanaman obat dan sayur. 4. Ruang publik Ruang publik merupakan ruang yang dapat diakses oleh semua orang yang berada dalam taneyan. Ruang publik bersifat profan dan mengakomodasi aktivitas produksi dan sosial meliputi kegiatan menjemur hasil pertanian, bermain, dan menyelenggarakan upacara tradisional. Elemen utama dalam ruang ini adalah taneyan (halaman), tanaman hias beraroma, dan tanaman produksi. 5. Ruang penyangga Ruang penyangga merupakan ruang yang mempengaruhi kenyamanan secara ekologis dan estetika dalam taneyan. Kenyamanan secara ekologis dicapai melalui tata hijau yang mampu menciptakan iklim mikro yang sejuk dan nyaman bagi taneyan dan menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi penghuni taneyan. Sedangkan estetika dicapai melalui pembentukan kesan arsitektural oleh material yang direkomendasikan pada ruang ini. Elemen pada ruang penyangga ini berupa vegetasi yang ditanam rapat di sekeliling taneyan. Keterkaitan
antara
kelima
ruang
ini
dalam
desain
taneyan
lanjhang
memungkinkan dibuatnya fasilitas-fasilitas untuk mengakomodasi aktivitas yang ada (Tabel 6). Konsep ruang yang direkomendasikan dalam taman rumah tradisional Madura adalah ruang publik dan semi publik berada ditengah taneyan dan diantara ruang privat dan ruang servis dimana keempat ruang ini dikelilingi oleh ruang penyangga (Gambar 51). Apabila dibandingkan dengan konsep ruang Booth (1988) tampak bahwa konsep ruang taneyan lanjhang mengakomodasi penggunaan area publik yang lebih luas. Adanya pemisahan ruang privat dan ruang servis memungkinkan adanya pelayanan langsung bagi aktivitas di ruang publik dan semi publik tanpa mengganggu aktivitas pada ruang privat. Pemanfaatan area publik dan semi publik
71
sebagai pusat aktivitas dalam taneyan ini disebabkan oleh sifat taneyan lanjhang yang merupakan permukiman kolektif sehingga memerlukan ruang publik 70 % lebih luas sebagai tempat saling bersosialisasi. Tabel 6 Rencana aktivitas dan fasilitas dalam taneyan Ruang Privat
Aktivitas Tidur, bercengkrama dengan keluarga inti, menerima kerabat perempuan
Fasilitas Rumah tinggal, kebun tanaman produksi
Semi publik
Ibadah, musyawarah, menerima tamu, istirahat
Langghar dan tanaman beraroma
Publik
Menjemur hasil pertanian, bermain, menyelenggarakan upacara tradisional atau hajatan keluarga
Halaman, tanaman hias beraroma, dan tanaman produksi
Servis
Memasak, memelihara ternak
Dapur, kandang, dan tanaman obat/sayur
Penyangga
Panen buah dan sayur
Vegetasi tahunan
Gambar 51 Konsep ruang
72
Konsep Vegetasi Konsep vegetasi berkaitan dengan kondisi dan penataan tata hijau dalam taman. Dengan mengingat bahwa masyarakat Madura termasuk masyarakat utilitarian dan taneyan lanjhang sangat minim vegetasi, maka konsep penataan vegetasi ini didasarkan pada fungsi vegetasi bagi taneyan, yaitu sebagai penyangga, produksi dan penambah estetika dalam taneyan. Hal ini berdampak pada tidak adanya simbol khusus yang dipertimbangkan selain aspek fungsionalnya. Fungsi vegetasi sebagai penyangga bagi taneyan adalah melindungi dari bahaya fisik maupun termal dengan memanfaatkan nilai fungsional dan karakteristik tanaman dalam desain penanamannya, sedangkan sebagai penambah estetika dalam taneyan dicapai dengan cara penataan vegetasi menurut prinsip desain penanaman seperti yang diuraikan Carpenter et.al (1933) dan Booth (1988). Adapun pembagian fungsi vegetasi dalam taneyan lanjhang terdiri dari : 1. Fungsi arsitektural Fungsi arsitektural yang dibentuk oleh vegetasi dalam taneyan lanjhang meliputi fungsi sebagai : a. Pembentuk ruang melalui screening (Gambar 52). Jenis vegetasi yang direkomendasikan sebagai screen adalah jenis bambu (Bambusa bambos).
Hal ini disebabkan masyarakat Madura seringkali memanfaatkan bambu sebagai pagar hidup dan bahan baku berbagai kerajinan. Bambu sebagai screen diletakkan di sekeliling taneyan lanjhang. b. Pengarah menuju focal point melalui bordering dengan menggunakan tanaman dari jenis semak pendek atau ground cover agar tidak menghalangi pandangan ke seluruh bagian taneyan (Gambar 53). Tanaman pengarah ditanam di sepanjang sisi depan ruang servis dan ruang privat. Adapun jenis vegetasi yang direkomendasikan adalah melati (jasminum sambac) karena masyarakat Madura seringkali memanfaatkan melati sebagai rangkaian bunga untuk upacara adat kelahiran, perkawinan, dan kematian. Tanaman pengarah ini juga berfungsi ganda sebagai border antara taneyan dengan ruang lainnya sekaligus memberikan aroma wewangian bagi ruang servis dan ruang privat.
73
Gambar 52 Screening oleh tanaman
Gambar 53 Tanaman sebagai pengarah
2. Kontrol iklim mikro Fungsi vegetasi sebagai pengontrol iklim mikro dicapai melalui pembentukan zona nyaman dengan cara : a. Mengontrol suhu dan radiasi matahari melalui penanaman vegetasi di arah timur dan barat dengan ketinggian bervariasi untuk menyaring sinar matahari setiap waktu b. Mengontrol angin dan kelembaban melalui kombinasi ketinggian vegetasi dan penempatan vegetasi pada arah datangnya angin. 3. Fungsi Produksi Keberadaan vegetasi dalam taneyan juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni taneyan. Vegetasi yang dipilih merupakan vegetasi yang dapat beradaptasi pada iklim tropis kering dan dapat dimanfaatkan hasilnya baik berupa kayu, buah, maupun daunnya. Tanaman produksi diletakkan pada area servis, publik dan privat. Hal ini dimaksudkan agar hasil produksi dari vegetasi dapat dinikmati oleh semua orang yang ada dalam taneyan dimanapun posisinya. Pembagian jenis tanaman produksi menurut areanya adalah sebagai berikut :
74
a. Tanaman sayuran dan toga ditanam pada area servis b. Tanaman buah-buahan ditanam pada area publik dan privat 4. Penambah estetika pada focal point melalui penggunaan vegetasi sebagai framing bagi area semi publik (Gambar 54). Tanaman yang direkomendasikan adalah pohon cempaka gading yang seringkali dipakai sebagai hiasan pada rangkaian bunga du'remmek. Cempaka gading berfungsi sebagai pemberi aroma wangi bagi area semi publik sehingga dapat memperkuat kesan sakral pada ruang.
Gambar 54. Framing bangunan oleh vegetasi
Konsep vegetasi tersebut diterapkan pada ruang publik dan ruang penyangga. Secara umum konsep vegetasi yang ditawarkan adalah konsep pekarangan dimana vegetasi yang digunakan berupa tanaman produksi baik berupa tanaman keras ataupun herba. Vegetasi berupa tanaman keras ditata di sekitar bangunan terutama di samping dan belakang bangunan sedangkan tanaman herba rendah diletakkan di depan bangunan sebagai pembatas antar ruang (Gambar 55). Pemilihan jenis vegetasi dominan berupa tanaman produksi dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan tambahan penghuni taneyan baik kebutuhan pangan maupun kebutuhan dalam aktivitas. Konsep Sirkulasi Secara umum sirkulasi utama dalam taneyan lanjhang merupakan jalur yang menghubungkan pintu masuk dengan langghar. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi aktivitas penghuni yang menjadikan langghar sebagai tujuan
75
utama taneyan misalnya menjamu tamu, beribadah, musyawarah, dan sebagainya. Salah satu pola sirkulasi adalah axis. Axis merupakan jalur yang menghubungkan dua titik yang menjadi focal point. Axis dapat pula berupa jalur yang mengarahkan user pada elemen utama dalam taman (Simond 1983).
Gambar 55 Konsep vegetasi
Konsep sirkulasi mengatur pergerakan pada taneyan lanjhang. Sirkulasi dalam taneyan ini didasarkan pada pola ruang yang telah diusulkan dan fungsi elemen dalam taneyan lanjhang (Gambar 56). Secara umum konsep sirkulasi dalam taneyan lanjhang dibagi menjadi dua pergerakan, yaitu sirkulasi utama dan sirkulasi sekunder. 1. Sirkulasi utama Sirkulasi utama berupa axis yang menghubungkan pintu masuk dengan focal point sehingga setiap tamu yang datang akan diarahkan menuju elemen utama berupa langghar melalui jalur ini.
76
2. Sirkulasi sekunder Sirkulasi sekunder menghubungkan antar elemen dalam taneyan lanjhang secara imajiner. Penggunaan sirkulasi ini tidak difasilitasi secara khusus namun disediakan ruang pergerakannya.
Sirkulasi primer Sirkulasi sekunder
Gambar 56 Konsep sirkulasi Konsep Utilitas Fasilitas pendukung pada taneyan lanjhang disediakan berdasarkan pertimbangan kebutuhan taneyan terhadap fasilitas umum yang digunakan seharihari. Fasilitas yang perlu disiapkan dalam taneyan berupa sarana MCK, ruang jemur, dan drainase pembuangan air. Fasilitas berupa sarana MCK dan ruang jemur ditempatkan pada ruang publik sebagai elemen tambahan dalam taneyan sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni taneyan tanpa mengganggu aktivitas pribadi. Secara umum taneyan lanjhang tidak memiliki sistem drainase khusus sehingga perlu dibuatkan saluran pembuangan air untuk menghindari genangan. Saluran pembuangan ini mengalirkan air dari fasilitas pembuangan air seperti sarana MCK, sumur, dan tempat wudhu ke tegalan atau sungai terdekat dengan taneyan. Saluran drainase ini dibuat pada keliling luar taneyan lanjhang.
77
Konsep Desain Taman Rumah Madura Berdasarkan konsep dasar yang diajukan dan pengembangan berupa konsep ruang, konsep vegetasi, dan konsep sirkulasi yang telah dijelaskan, maka desain untuk taman rumah tinggal berbasis budaya Madura hendaknya mengacu pada konsep berikut : 1. Ruang publik berbentuk axis yang menghubungkan pintu masuk dengan ruang semi publik 2. Axis yang dibentuk merupakan ruang terbuka sehingga pandangan meluas dan tidak terhalang 3. Ruang publik dan semi publik berada diantara ruang privat dan ruang servis untuk mengakomodasi pelayanan yang bersifat umum tanpa mengganggu aktivitas pribadi penghuni 4. Desain yang diterapkan pada taneyan lanjhang sebaiknya berpola geometris sehingga harmonis dengan pola penataan elemen yang ada 5. Tata hijau berupa tanaman keras pada taneyan diterapakan pada area penyangga dan sisi samping pada ruang privat, semi publik, dan servis 6. Tata hijau berupa tanaman penutup tanah dan semak rendah dapat diterapkan pada ruang publik 7. Vegetasi utama yang direkomendasikan dalam tata hijau taneyan lanjhang adalah bambu, melati, dan tanaman keras berbuah. 8. Elemen tambahan dapat diletakkan pada ruang publik selama tidak mengganggu pola axis. Rencana konsep desain taman rumah tinggal berbasis budaya tersebut dapat dilihat pada Gambar 57.
Rekomendasi Desain Taman Rumah tinggal masyarakat Madura Berdasarkan konsep desain taman yang telah diuraikan, maka rekomendasi desain yang diusulkan untuk taman rumah tinggal berbasis budaya Madura adalah memberikan kesan semi privat dan sakral melalui penggunaan vegetasi yang produktif. Kesan semi privat diangkat sebagai konsep desain merupakan bentuk refleksi
karakter
manusia
Madura
yang
bersifat
mandiri
dan
ejhin
(keperseorangan) sekaligus apa adanya. Kesan semiprivat dicapai melalui
78
penempatan border sebagai batas ruang namun tetap terbuka dan memperluas pandangan. Selain itu perlu adanya penambahan fasilitas bersama pada ruang publik sehingga setiap kebutuhan penghuni dalam taneyan lanjhang dapat terpenuhi. Sedangkan pengangkatan kesan sakral merupakan refleksi budaya Madura yang agamis dan menghormati orang yang lebih tua. Kesan sakral diperoleh melalui desain ruang yang terbuka dengan pola formal. Dominansi bentukan geometris merupakan simbol karakter kaku dan tertib yang dimiliki masyarakat Madura. Adapun rincian rekomendasi desain bagi taman rumah masyarakat Madura dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 58.
Gambar 57. Rencana Konsep
79
Tabel 7. Rekomendasi desain taman rumah tinggal masyarakat Madura Tujuan No Rekomendasi Pembentuk kesan 1 Penggunaan vegetasi sebagai screen di sisi samping semi Privat dan belakang taneyan 2 Sisi depan taneyan dibatasi pagar massif rendah sehingga memungkinkan taneyan terlihat dari luar 3 Penggunaan vegetasi dan pavemen sebagai pembatas ruang 4 Penempatan fasilitas pelayanan pada ruang publik untuk mengakomodasi kebutuhan umum dalam taneyan Pembentuk kesan 1 Dominasi ruang terbuka sehingga memperluas sakral pandang 2 Penerapan pola desain formal dan bentukan geometrik 3 Penempatan vegetasi penghasil aroma di sekitar langghar sebagai framing untuk memperkuat focal point 4 Penataan vegetasi sebagai pembentuk latar belakang pada focal point 5 Penerapan pavemen sebagai pengarah dan memperkuat bentuk axis 6 Penggunaan vegetasi penghasil aroma secara dominan
80
Gambar 58 Rekomendasi desain taman rumah tinggal berbasis budaya madura