Sekretariat Negara Republik Indonesia
HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009
Pangan merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya. Apabila harga pangan tak terkendali, bisa berimplikasi pada instabilitas sosial dan politik. Karena meningkatnya harga komoditas pangan akan berdampak pada naiknya angka inflasi dan selanjutnya menaikkan suku bunga. Meningkatnya suku bunga tersebut akan berdampak pada lesunya sektor riil akibat menurunnya permintaan kredit untuk investasi. Lesunya sektor riil akan merusak sendi-sendi perekonomian negara seperti meningkatnya angka pengangguran dan meningkatnya angka kemiskinan yang mendorong merebaknya kriminalitas. Dengan demikian ancaman instabilitas sosial dan politik menjadi risiko yang harus diterima.
Begitu besarnya dampak instabilitas harga komoditi pangan terhadap kenyamanan dan ketentraman masyarakat, maka pemerintah terus memantau pergerakan harga komoditi pangan di seluruh kota-kota besar Indonesia guna mencegah terjadinya gejolak harga yang dapat meresahkan masyarakat. Tugas pemantauan tersebut dilaksanakan setiap hari oleh Departemen Perdagangan, dan laporannya dipublikasikan pula setiap hari. Sebagai contoh, pergerakan harga bahan kebutuhan pokok pada 3 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 15 February, 2017, 14:46
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pada delapan hari terakhir kenaikan harga komoditi pokok terjadi pada beras sebesar Rp. 8,(0,14%), tepung terigu sebesar Rp. 10,- (0,13%), gula pasir lokal sebesar Rp. 556,- (6,32%), minyak goreng kemasan sebesar Rp. 9,- (0,10%) dan kedelai lokal sebesar Rp. 34,- (0,39%). Sedangkan penurunan harga terjadi pada komoditi minyak goreng curah sebesar Rp 26,- (0,28%) dan kedelai impor sebesar Rp. 32,(0,40%).
Dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Juli 2009, maka komoditi pokok beras, tepung terigu, gula pasir lokal, minyak goreng curah, dan kedelai lokal mengalami kenaikan harga pada 24 Agustus 2009. Penurunan harga terjadi pada minyak goreng kemasan dan kedelai impor.
Jika dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Juni 2009, maka komoditi pokok beras dan gula pasir lokal mengalami kenaikan harga pada 24 Agustus 2009. Penurunan harga terjadi pada komoditi tepung terigu, minyak goreng kemasan, minyak goreng curah, kedelai impor dan kedelai lokal.
Pergerakan harga komoditi tersebut juga dapat digambarkan melalui grafik berikut:
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 15 February, 2017, 14:46
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok pada Awal Ramadhan
Di minggu pertama bulan puasa, pasar telah merespon dengan menaikkan harga-harga kebutuhan pangan atau kebutuhan pokok. Hal ini memang selalu terjadi tiap tahun, termasuk setiap kali ada perayaan-perayaan besar keagamaan maupun nasional seperti natal dan tahun baru. Melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok pada bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri bagi masyarakat Indonesia sudah dianggap fenomena yang biasa terjadi. Keadaan ini disebabkan beberapa hal. Pertama, karena prilaku konsumtif. Menyambut bulan puasa dan menjelang hari raya, masyarakat cenderung membeli barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar, baik untuk langsung dikonsumsi maupun untuk stok keluarganya. Inilah yang menyebabkan terjadinya shock demand sehingga direspon oleh pasar dengan meningkatkan harga.
Kedua, kelangkaan barang. Pada saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, seringkali barang-barang, terutama komoditi pokok menghilang dari pasaran. Sehingga barang-barang sulit untuk dicari dan menjadi barang langka. Kelangkaan/ketiadaan barang di pasaran akan menjadi penyebab dari naiknya harga barang tersebut, karena terjadi ketidakseimbangan (inequilibrium) antara permintaan barang dan penawaran barang. Adakalanya kejadian seperti ini disebabkan oleh faktor alami dan ada pula terjadi karena faktor buatan (ulah manusia). Faktor alami lebih disebabkan oleh besarnya permintaan masyarakat terhadap suatu barang tertentu, namun tidak terimbangi oleh keberadaan atau pasokan barang tersebut di pasar. Sementara faktor buatan merupakan kesengajaan dimana pelaku pasar (pedagang) dengan sengaja menghilangkan (menimbun) barang-barang kebutuhan pokok sehingga mendongkrak harga barang tersebut. Ketika harga dirasa sudah cukup menguntungkan, para oknum penimbun baru menjualnya.
Ketiga, masalah distribusi. Distribusi barang dari daerah penghasil (produsen) ke daerah pengguna (konsumen) berkaitan erat dengan sarana dan prasarana transportasi. Jauh-dekatnya jarak dan baik-buruknya kondisi jalan dapat berpengaruh atas penentuan harga barang di pasar. Tinggi-rendahnya retribusi jalan, harga/tarif tol dan harga BBM juga menjadi bagian yang menentukan harga barang yang harus ditanggung konsumen. Semua elemen tersebut kemudian mampu mempengaruhi lancar atau tidaknya distribusi barang dari daerah produsen ke daerah konsumen. Menjelang hari raya Idul Fitri, bukanlah hal yang aneh lagi masyarakat Indonesia apabila kondisi transportasi menjadi tersendat-sendat, karena terjadi peningkatan aktivitas transportasi akibat meningkatnya mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain. Mobilitas tersebut berkaitan dengan tradisi pulang kampung dan silaturrahmi kepada sanak saudara yang berdomisili di daerah yang berbeda, menjelang bulan puasa tiba dan pada hari raya. Mobilitas masyarakat yang tinggi menyebabkan jalan raya semakin macet, apalagi jika mobil penumpang lebih diprioritaskan dari truk pengangkut sembako, maka situasi tersebut akan menjadi salah satu penyebab utama dari kelangkaan komoditi pada daerah konsumen. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa jika terjadi kelangkaan komoditi, maka permintaan tidak terpenuhi. Sesuai dengan hukum ekonomi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan, bahkan kenaikannya bisa signifikan jika disparitasnya sangat besar.
Merujuk kepada tiga alasan kenaikan harga pada saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, maka sangat penting bagi instansi-instansi terkait untuk terus waspada mengantisipasi tiga hal tersebut. Prilaku konsumtif masyarakat perlu direspon dengan meningkatkan pasokan di pasar sehingga demand dapat terpenuhi oleh pasar. Shock demand memang tidak mengkhawatirkan, karena bersifat hanya sementara. Setelah bulan puasa dan Idul Fitri berlalu, shock demand akan menghilang dan harga komoditi pokok berangsur-angsur kembali ke level normal. Sementara untuk permasalahan kelangkaan barang, instansi terkait perlu http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 15 February, 2017, 14:46
Sekretariat Negara Republik Indonesia
melakukan pemantauan yang lebih jeli agar tidak terjadi kelangkaan karena faktor buatan seperti menimbun barang. Oknum-oknum yang melakukan penimbunan barang perlu ditindak tegas dan dikenakan sanksi yang membuatnya jera. Di sisi lain, untuk kelangkaan barang karena faktor alami dapat diselesaikan dengan menjaga kelancaran pasokan dan jika barang masih langka, perlu dilakukan operasi pasar. Dengan operasi pasar, diharapkan keseimbangan pasar dapat terjaga kembali.
Komoditi Kedelai
Di luar permasalahan harga kebutuhan pokok pada bulan puasa, seputar komoditi kedelai juga tak kalah menariknya untuk dibahas. Sebagaimana dilaporkan oleh instansi berwenang bahwa konsumsi kedelai nasional selalu berfluktuatif. Selama periode tahun 2004-2008 konsumsi kedelai nasional meningkat rata-rata sebesar 1,50% per tahun, dan produksi kedelai nasional dalam kurun waktu yang sama meningkat rata-rata 6,84% per tahun. Dengan demikian secara nasional peningkatan konsumsi kedelai relatif lebih rendah dari peningkatan produksi kedelai nasional. Namun perlu diingat bahwa ini bukan berarti kita sudah mampu berswasembada kedelai karena sampai sekarang sebagian besar kebutuhan dalam negeri masih mengimpor kedelai.
Ketika terjadi krisis global pada tahun 2008, harga minyak melambung tinggi di pasar internasional. Kondisi ini mendorong orang untuk menciptakan dan mengkonsumsi energi alternatif, antara lain bio-energi yang berbahan baku jagung. Oleh karena itu, banyak lahan-lahan pertanian kedelai di Amerika Serikat beralih fungsi menjadi lahan jagung. Akibatnya pasokan kedelai dari AS berkurang sementara jumlah permintaan tidak menurun. Hal ini kemudian menyebabkan naiknya harga kedelai di pasaran internasional, bahkan kenaikan harganya sampai diluar batas kewajaran.
Harga kedelai yang mahal di pasar internasional memberikan implikasi minat yang tinggi pada petani dalam negeri untuk melakukan budidaya kedelai. Namun demikian minat budidaya tersebut perlu diarahkan sehingga dapat menciptakan produktivitas yang lebih efektif.
Departemen Pertanian (Deptan) telah mengeluarkan beberapa kebijakan dan srategi untuk mendorong produktivitas yang lebih efektif, yakni: Pertama, meningkatkan produktivitas, antara lain dengan mengadakan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kedelai dan pembinaan produktivitas. Pada tahun 2009, peningkatan produktivitas kedelai diprogramkan pada lahan seluas 480 ribu ha, seluas 100 ribu ha diantaranya menggunakan SL-PTT. Dari upaya ini diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas dari 13 kuintal menjadi 15-18 kuintal/ha, atau rata-rata produktivitasnya lebih dari 15 kuintal/ha. SL-PTT memang merupakan program andalan yang dikawal oleh penyuluh, peneliti di BPTP propinsi, dan Dinas Pertanian setempat. Dengan demikian koordinasi dan sinergi antar ketiga instansi di bawah Deptan tersebut sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan SL PTT.
Kedua, perluasan areal tanam. Antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), pengembangan lahan-lahan yang pernah ditanami kedelai namun sudah beberapa waktu tidak ditanami kedelai lagi, pemanfaatan lahan tidur, perkebunan, kehutanan, daerah transmigrasi dan lainnya. Untuk menunjang keberhasilan program ini, akan diberikan bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) sebanyak 4.800 ton benih untuk 120 ribu ha areal tanam. Perluasan arealnya ditargetkan bisa mencapai 476 ribu ha termasuk yang dianggarkan APBN-P bila memungkinkan. Pada tahun lalu melalui APBN-P sudah ada upaya khusus (Upsus) kedelai seluas 120 ribu ha dengan bantuan benih. Tahun ini Upsus diharapkan bisa menjangkau 200 ribu ha. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 15 February, 2017, 14:46
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Selain kedua stategi tersebut, Deptan juga memberikan bantuan benih Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan memberikan bantuan pupuk bio-hayati dengan kadar legium tinggi. Melalui upaya tersebut, ditargetkan swasembada kedelai bisa dicapai pada tahun 2014. Namun demikian tanpa dukungan nyata dari pihak-pihak terkait, stategi dan upaya tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu sangat diperlukan sosialisasi yang luas kepada petani, pengusaha, dan pihak-pihak yang mempunyai peran sentral dalam perkedelaian Indonesia.
( Ibnu Purna / Hamidi / Prima )
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 15 February, 2017, 14:46