EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
Ikhwanudin, Tina Yunarti, Rini Asnawati
[email protected] Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila
ABSTRAK
This research aimed to find out the effectiveness of Socrates Contextual Learning in terms of student’s mathematical conceptual understanding ability. This quasiexperimental research used one group pretest-posttest design. The population of this research was all students of grade VII of SMP Negeri 19 Bandarlampung in academic year of 2015/2016. By purposive sampling technique, it was chosen students of VII C class as the research sample. The research data were obtained by mathematical conceptual understanding ability test. Based on hypothesis testing, it can be concluded that Socrates Contextual Learning was not effective in terms of student’s mathematical conceptual understanding ability. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Pembelajaran Socrates Kontekstual ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan desain one group pretest-posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016. Dengan teknik purposive sampling terpilih siswa kelas VII C sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari tes kemampuan pemahaman konsep matematik. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa pembelajaran Socrates Kontekstual tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Kata kunci: efektivitas, pemahaman konsep matematis, Socrates Kontekstual
tingkat pemahaman konsep matematis
PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu
siswa.
dasar yang menjadi alat untuk mem-
Rendahnya pencapaian nilai
pelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena
matematika dibandingkan dengan ma-
itu, penguasaan terhadap matematika
ta pelajaran lain yang diujikan dalam
mutlak diperlukan dan konsep-konsep
UN 2015 menunjukkan bahwa ke-
matematika harus dipahami dengan
mampuan matematika siswa masih
baik sejak dini.
rendah.
Berdasarkan
laporan
hasil
Hal ini juga menunjukkan
bahwa kemampuan siswa untuk dapat
Ujian Nasional (UN) tingkat SMP
memahami
dan sederajat di
kurang.
Indonesia oleh
konsep
masih
sangat
Kemendikbud (2015), pada tahun
Selain dari hasil UN 2015, pe-
2014 rata-rata nilai UN untuk pelaja-
neliti juga telah melakukan observasi
ran matematika adalah sebesar 61,00
dan wawancara salah satu guru bi-
pada skala 0-100. Pada tahun 2015,
dang studi matematika SMP Negeri
rata-rata perolehan nilai UN untuk
19 Bandarlampung. Berdasarkan ha-
pelajaran matematika menurun men-
sil observasi dan wawancara yang
jadi 56,27 dan rata-rata nilai matema-
dilakukan pada bulan Oktober 2015,
tika ini menjadi rata-rata nilai teren-
diperoleh fakta bahwa siswa terbiasa
dah dibandingkan mata pelajaran po-
menghafal rumus sejak belajar mate-
kok lain yang diujikan, dengan stan-
matika di sekolah dasar. Selain itu,
dar nilai minimum pencapaian kom-
pembelajaran yang guru terapkan di
petensi lulusan adalah 55.
kelas berpusat pada guru. Oleh karena
Kisi-Kisi UN untuk Satuan
itu, pembelajaran yang dilakukan
Pendidikan Dasar dan Menengah
menjadikan pasif dan siswa tidak
tahun Pelajaran 2014/2015 (BSNP,
mendapatkan kesempatan untuk me-
2014) menjelaskan lima kompetensi
ngembangkan pola berpikirnya secara
utama yang diukur dalam UN 2015
mandiri.
mata pelajaran matematika tingkat
yang dilakukan guru tidak dapat men-
SMP/MTs. Dari kelima kompetensi
ciptakan suasana belajar yang dapat
tersebut poin utama yang menjadi
membangun pemahaman siswa terha-
tolok ukur ketuntasan belajar adalah
dap konsep yang diajarkan guru.
Selain itu, pembelajaran
Siswa hanya menerima konsep dari
menghubungkan dengan permasala-
guru secara langsung, sehingga siswa
han yang kompleks dengan memberi-
cenderung hanya menghafal rumus
kan
yang diberikan guru
mengarahkan siswa untuk berpikir
Berdasarkan data ujian tengah semester
ganjil
tahun
pelajaran
pertanyaan-pertanyaan
yang
kemudian dapat menemukan suatu konsep.
2015/2016, kurang dari 50% siswa
Menurut Sanjaya (2006:255),
kelas VII SMP Negeri 19 Bandar-
pendekatan kontekstual adalah suatu
lampung yang lulus standar KKM
pendekatan
pelajaran matematika. Dari data ter-
menekankan pada proses keterlibatan
sebut, jelaslah bahwa sebagian besar
siswa secara penuh untuk dapat
siswa masih mempunyai kemampuan
menemukan materi yang dipelajari
pemahaman konsep yang rendah.
dan menghubungkannya dengan situ-
Permasalahan
pemahaman
asi
pembelajaran
kehidupan
nyata
sehingga
konsep matematis siswa sangat perlu
mendorong
diatasi, karena hal tersebut merupa-
menerapkannya
kan pokok dari suatu pembelajaran.
mereka.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu
159), ada tujuh komponen pendekatan
inovasi
kontekstual
pembelajaran
yang bero-
siswa
yang
untuk
dalam
dapat
kehidupan
Menurut Riyanto (2006:
yaitu
kontruktivisme
rientasi pada pemahaman konsep ma-
(contructivisme), menemukan (inqui-
tematis siswa. Salah satu pembela-
ry), bertanya (questioning), masyara-
jaran yang mampu menciptakan sua-
kat belajar (learning community),
sana pembelajaran yang aktif
dan
pemodelan (modelling), refleksi (re-
mengembangkan berpikir siswa ada-
flection) dan penilaian sebenarnya
lah pembelajaran Socrates Konteks-
(authentic assessment) Metode
tual. Pembelajaran Socrates Kon-
Socrates
menurut
Hatta (Pahlevi, 2014 :8) adalah suatu
pembelajaran
metode pembelajaran yang dilakukan
pendekatan
dengan percakapan dan perdebatan
kontekstual dengan metode Socrates.
yang dilakukan oleh dua orang atau
pembelajaran tersebut mengarahkan
lebih yang saling berdiskusi dan
siswa pada suatu konsep kemudian
dihadapkan dengan suatu deretan
tekstual yang
merupakan
menggabungkan
pertanyaan-pertanyaan, yang dari se-
tahui efektivitas pembelajaran Socra-
rangkaian pertanyaan - pertanyaan itu
tes Kontekstual ditinjau dari kemam-
diharapkan siswa dapat menemukan
puan pemahaman konsep matematis
jawabannya, saling membantu dan
siswa kelas VII SMP Negeri 19
menemukan sebuah pertanyaan-per-
Bandarlampung semester ganjil tahun
tanyaan yang sulit. Menurut Yunarti
pelajaran 2015/2016.
(2011), metode Socrates merupakan
dikatakan efektif apabila kemampuan
salah satu metode yang tergolong
pemahaman konsep matematis siswa
dalam model discovery.
sesudah
Hal ini
mengikuti
Pembelajaran
pembelajaran
disebabkan oleh karakter pertanyaan-
Socrates Kontekstual lebih baik di-
pertanyaan Socrates yang bersifat
bandingkan sebelum mengikuti pem-
menggali untuk mendapatkan validi-
belajaran tersebut dan proporsi siswa
tas jawaban siswa
yang mengalami peningkatan pema-
tepat
Pendekatan kontekstual sangat
haman konsep matematis setelah
dipadukan
menggunakan pembelajaran Socrates
dengan
metode
Socrates. Hal ini sesuai dengan pen-
Kontekstual lebih dari 60%.
dapat Yunarti (2011: 48 dan 14) bahwa seluruh percakapan yang dila-
METODE PENELITIAN
kukan oleh guru dan siswa dalam
Populasi penelitian ini adalah
metode Socrates merupakan percaka-
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri
pan yang bersifat konstruktif dan
19 Bandarlampung tahun pelajaran
memberikan
2015/2016
pertanyaan-pertanyaan
yang terdistribusi ke
yang bersifat menggali kemampuan
dalam 12 kelas. Pengambilan sampel
siswa disertai dengan adanya per-
dilakukan menggunakan teknik pur-
tanyaan uji silang, sehingga pertanya-
posive sampling, dan didapat siswa
an-pertanyaan yang diajukan harus
kelas VII C sebagai sampel. Peneli-
berdasarkan pengalaman siswa agar
tian yang dilakukan adalah penelitian
siswa dapat menjawab pertanyaan dan
eksperimen semu dengan desain one
mengkonstruksi pengetahuan berda-
group pretest-posttest.
sarkan dialog yang terjadi. Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian untuk menge-
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diukur dengan menggunakan tes. kemampuan
Indikator dari
pemahaman
konsep
matematis siswa yang diukur dalam penelitian ini
adalah menginterpre-
tasikan (mampu menyatakan ulang suatu
konsep),
(mampu
membandingkan
mengklasifikasikan
objek
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Awal Soal 1 2
sifat tertentu sesuai dengan konsepnya), dan menjelaskan (menyatakan
3a
konsep
3b
dalam
berbagai
bentuk
representasi matematika). Data penelitian ini diambil dengan teknik tes. Tes dalam pene-
4a 4b
r11
TK 0,815 (mudah) 0,722 (mudah) 0,611 (sedang) 0,76 (tinggi) 0,315 (sedang) 0,278 (sukar) 0,185 (sukar)
DP 0,833 (mudah) 0,704 (mudah) 0,556 (sedang) 0,370 (sedang) 0,389 (sedang) 0,185 (sukar)
litian ini dilaksanakan sebelum dan setelah menggunakan pembelajaran Socrates Kontekstual.
Sebelum pe-
ngambilan data dilakukan, instrumen tes divalidasi oleh salah satu guru
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Akhir Soal 1
matematika SMP Negeri 19 Bandarlampung. Setelah semua soal dinyatakan valid, soal diujicobakan pada siswa kelas VII D SMP Negeri 19 Bandarlampung untuk
2 3a 3b
mengetahui
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
4a
kesukaran soal.
4b
Hasilnya disajikan
r11
TK 0,815 (mudah) 0,722 (mudah) 0,611 (sedang) 0,75 (tinggi) 0,315 (sedang) 0,278 (sukar) 0,185 (sukar)
DP 0,321 (baik) 0,321 (baik) 0,321 (baik) 0,321 (baik) 0,357 (baik) 0,357 (baik)
dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Data hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis selanjutnya diolah dan dianalisis.
Analisis
yang dilakukan berupa uji hipotesis.
Tabel 3. Normalitas Data Penelitian Sumber Data Tes awal Tes akhir
Dhitung
Dtabel
H0
0,633 0,838
0,248 Ditolak 0,248 Ditolak
Sebelum dilakukan uji hipotesis, data diuji normalitasnya. Hasilnya disajikan dalam Tabel 3.
Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, data kemampuan awal dan data kemampuan akhir tidak berasal dari data yang berdistribusi
normal. Dengan demikian uji hipo-
yaitu kemampuan pemahaman konsep
tesis menggunakan uji non parametrik
matematis siswa setelah mengikuti
yaitu uji Wilcoxon dan uji Tanda
pembelajaran Socrates Kontekstual
Binomial untuk menguji proporsi.
lebih baik daripada sebelum mengikuti pembelajaran Socrates Kon-
HASIL DAN PEMBAHASAN
tekstual
Berdasarkan hasil tes awal dan
Selanjutnya, uji hipotesis 2
tes akhir kemampuan pemahaman
menggunakan uji Tanda Binomial.
konsep siswa, diperoleh hasil bahwa
Dari uji yang dilakukan diperoleh
ada peningkatan kemampuan pema-
zhitung lebih kecil dari ztabel. Dengan
haman konsep. Hasil tersebut dilihat
demikian, disimpulkan bahwa pro-
dari peningkatan rata-rata perolehan
porsi siswa yang mengalami pening-
skor tes kemampuan pemahaman
katan setelah mengikuti pembelajaran
konsep matematis. Rata-rata skor tes
Socrates Kontekstual lebih dari 60%
kemampuan
53,33
tidak tercapai, yang artinya bahwa
menjadi 61,39 pada tes kemampuan
pembelajaran Socrates kontekstual
akhir.
tidak efektif ditinjau dari kemampuan
awal
sebesar
Selain dari analisis skor hasil
pemahaman konsep matematis siswa.
tes kemampuan pemahaman konsep,
Ditinjau dari peningkatan ke-
dilakukan analisis pencapaian indi-
mampuan pemahaman konsep mate-
kator kemampuan pemahaman kon-
matis siswa, pembelajaran Socrates
sep matematis siswa.
Analisis ini
kontekstual memberikan hasil yang
dihitung melalui perolehan skor per
lebih baik karena pembelajaran yang
indikator. Hasil pencapaian indikator
dilakukan
menunjukkan bahwa terjadi pening-
memiliki tahapan-tahapan yang telah
katan pencapaian di semua indikator
disusun dengan rapi dalam rancangan
kemampuan pemahaman konsep.
pelaksanaan
dalam
penelitian
pembelajaran.
ini
Pada
Selanjutnya dilakukan pengu-
setiap awal pembelajaran siswa diha-
jian hipotesis. Dari uji hipotesis1, di-
dapkan pada suatu masalah yang
peloleh hasil bahwa zhitung > ztabel.
berkaitan dengan kehidupan sehari-
Berdasarkan kriteria uji yang di-
hari.
gunakan, keputusan uji yang diambil
siswa bertanya-tanya tentang penye-
Masalah yang ada membuat
Hal ini
siapkan pertanyaan – pertanyaaan So-
sesuai dengan pendapat Redhana,
cratic dalam menanggapi kemung-
Sudiatmika & Artawan (2009) bahwa
kinan-kemungkinan jawaban siswa
pembelajaran Socratic dimulai de-
atas suatu permasalahan yang di-
ngan masalah, dan mampu mengem-
berikan.
lesaian masalah tersebut.
sehingga
Pada tahap akhir pembelaja-
efektif untuk membimbing siswa
ran, siswa diberikan umpan balik me-
mengembangkan pemahaman konsep.
ngenai benar atau salahnya jawaban
Pada peneliti ini, siswa diberikan
siswa. Pada tahap ini, ada beberapa
pertanyaan-pertanyaan Socratic untuk
siswa yang menjadi ragu dengan hasil
lebih menuntun siswa menemukan
jawaban mereka, namun sebagian
permasalahan yang diberikan.
Na-
besar siswa yakin dengan hasil ja-
mun, sebelum siswa benar-benar me-
waban yang sudah mereka sam-
nemukan permasalahan yang diberi-
paikan.
kan di awal pembelajaran, peneliti
keyakinan siswa terhadap apa yang
menyajikan
pembelajaran
sudah mereka hasilkan. Bagi siswa
dengan batasan tidak membertahu
yang menjawab salah, pertanyaan -
langsung kepada siswa konsep materi
pertanyaan Socratic diulang dengan
yang
cara
bangkan
ide-ide
siswa
materi
seharusnya
siswa
kuasai.
Dalam tahap ini, dibangun
memberi
sedikit
ilustrasi,
Namun, dengan pendekatan konteks-
apersepsi dan sekedar meningkatkan
tual siswa dihadapkan pada permasa-
dan memudahkan berpikir siswa,
lahan – permasalahan yang kompleks,
dalam menemukan jawaban yang
kemudian peneliti kembali meng-
benar.
ajukan pertanyaan-pertanyaan Socra-
pertanyaan Socratic adalah penjelasan
tic kepada siswa agar siswa mampu
konsep-konsep dan gagasan-gagasan
menganalisis materi yang disampai-
melalui penggunaan pertanyaan-per-
kan. Dalam proses analisis ini, se-
tanyaan pancingan.
Penekanan
pertanyaan-
bagian siswa mampu dengan cepat
Meskipun dari hasil pencapai-
menganalisis permasalahan yang ada,
an indikator menunjukkan bahwa
namun tidak sedikit juga siswa yang
pembelajaran Socrates
belum dapat menganalisisnya. Oleh
lebih baik dibanding sebelum diterap-
sebab itu, peneliti sudah memper-
kan pembelajaran Socrates konteks-
kontekstual
tual, namun dari hasil uji proporsi
mandiri maupun berdiskusi kelom-
menunjukkan bahwa pembelajaran
pok. Dampak
Socrates kontekstual tidak efektif jika
lain
dari
belum
ditinjau dari kemampuan pemahaman
terbiasanya penggunaan pembelajaran
konsep matematis siswa.
Socrates Kontekstual adalah siswa
Ketidakefektifan pembelajar-
tidak berani memberikan jawaban-
an Socrates kontekstual yang diterap-
jawaban mereka terhadap pertanyaan-
kan dikarenakan siswa belum terbiasa
pertanyaan Socratic yang diajukan
menggunakan metode tersebut. Me-
peneliti. Siswa merasa takut jika ja-
tode yang digunakan
oleh guru
waban yang mereka kemukakan ter-
membuat kebiasaan siswa menjadi
nyata salah dan ketika sekali mereka
malas untuk berpikir menyelesaikan
menjawab, guru akan terus menerus
masalah.
memberikan
Ketika siswa dihadapkan
pertanyaan
mengenai
pada suatu masalah kemudian diberi-
jawaban yang ia berikan.
kan pertanyaan-pertanyaan Socratic,
akhirnya, sebagian siswa lebih me-
respon siswa sangat kurang, bahkan
milih untuk menjawab tidak tahu.
siswa enggan merespon dan hanya
Hal ini menunjukkan bahwa siswa
terdiam.
Dengan begitu, siswa ku-
belum aktif dalam melakukan proses
rang memaknai pembelajaran yang
belajar di kelas seperti pendapat
diterapkan.
Sardiman (2008: 99) bahwa
Pertanyaan-pertanyaan
Pada
siswa
bisa
yang aktif dalam belajar terdiri dari 9
mengarahkan pada konsep yang ingin
jenis aktivitas, salah satunya adalah
dicapai justru tidak direspon. Pem-
kemampuan
oral
biasaan pengunaan metode Socrates
siswa
mampu
kontekstual sangat penting karena
merumuskan,
siswa akan terbiasa dengan perta-
saran,
nyaan-pertanyaan Socratic sehingga
mengadakan wawancara, dan diskusi.
ketika diberi pertanyaan siswa akan
Kondisi ini diatasi dengan mengarah-
mudah untuk mengeksplorasi jawa-
kan siswa melalui pertanyaan tipe
ban dan kemudian tumbuh kebiasaan
asumsi-asumsi penyelidikan berupa
menganalisis
menghadapkan siswa pada situasi
Socrates
diberikan
yang
seharusnya
permasalahan
dengan
berpikir
yang secara
yang
yang
activities
menyatakan,
bertanya,
mengeluarkan
saling
yaitu
bertolak
memberi pendapat,
belakang
sehingga siswa memiliki pembanding
nyapa atau mengajak berdialog secara
dalam merumuskan pemahamannya.
langsung dalam suatu diskusi kelas
Jika siswa menjawab maka jawaban
atau diskusi kelompok.
siswa yang tanpa dipikirkan secara
Sulitnya membuat siswa tetap
mendalam atau siswa terkesan asal
fokus merupakan kendala lain yang
menjawab.
Oleh karena itu, siswa
ditemui dalam pembelajaran. Hilang-
dituntun dengan pertanyaan Socrates
nya fokus siswa mengakibatkan siswa
tipe klarifikasi, alasan-alasan dan
sulit memaknai pertanyaan Socrates
bukti penyelidikan serta implikasi dan
yang diberikan guru dan menemukan
konsekuensi penyelidikan untuk me-
hubungan antar pertanyaan-pertanya-
meriksa kebenaran jawaban siswa dan
an Socrates. Kondisi tersebut diatasi
menuntun siswa untuk menganalisis
dengan
jawabannya. Lama - kelamaan alasan
breaking untuk membangun kembali
yang dikemukakan siswa mulai logis
fokus siswa. Pemilihan kata dan into-
karena setiap jawaban yang siswa
nasi nada yang digunakan ketika
lontarkan menuntut adanya alasan-
memberikan pertanyaan Socrates juga
alasan yang mendasar.
diperhatikan untuk membuat siswa
Selain itu, pada saat diskusi kelompok maupun diskusi
kelas,
tidak seluruh siswa terlibat secara
sesekali
memberikan
ice
lebih memperhatikan dan memahami makna dan hubungan antar pertanyaan Socrates.
langsung. Bereiter (Afidah, Santosa & Indrowati, 2012: 8) menyatakan
KESIMPULAN
bahwa belajar dalam kelompok yang
`
Berdarkan hasil penelitian dan
berkolaborasi akan menjadikan siswa
pembahasan,
merasa terlibat untuk mengkonstruk
Pembelajran
konsep (pengetahuan). Hal ini terjadi
tidak efektif ditinjau dari kemampuan
karena karakteristik siswa yang be-
pemahaman konsep matematis siswa
ragam. Tindakan yang dilakukan un-
kelas VII SMP N 19 Bandarlampung
tuk mengatasi kelemahan ini yaitu
semester ganjil tahun pelajaran 2015/
selalu memantau dan memotivasi
2016. Hal ini dilihat dari proporsi pe-
siswa untuk ikut terlibat dalam setiap
ningkatan kemampuan pemahaman
dialog dan diskusi dengan cara me-
konsep matematis siswa yang tidak
disimpulan Socrates
bahwa
Kontekstual
lebih dari 60%. Namun, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah
mengikuti
pembelajaran
Socrates
kontekstual
lebih
dibandingkan
sebelum
tinggi
mengikuti
pembelajaran Socrates kontekstual. DAFTAR PUSTAKA Afidah, Ihda Nuria, Santosa, Slamet., & Indrowati, Meti. 2012. Pengaruh Penerapan Metode Socratic Circles disertai Media Gambar Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha. BSNP. 2014. Peraturan Standar Nasional Pendidikan Nomor :0027/P/BSNP/IX/2014 Tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2014/2015. [online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id. Diakses pada 17 Januari 2016 Kemendikbud. 2015. Hasil Ujian Nasional SMP tahun 2015. [online].Tersedia:http://www.ke mendiknas.go.id. Diakses pada 17 Januari 2016. Pahlevi, Septi Reza. 2014. Pengaruh Metode Socrates dalam Pembelajaran Bangun Datar terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Tahun Ajaran 2013/2014. (Skripsi). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Prihandoko, Antonius Cahya. 2005. Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan Menyajikan dengan Menarik. Jember: Dirjen Dikti. Redhana, I.W., Sudiatmika, A. Istri Agung Rai., & Artawan, I.K., 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan Socratic untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha. Riyanto, Yatim. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Raja Grasindo Persada. Yunarti, T. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI.