EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODEL (ATM) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PANGKAT TAK SEBENARNYA (Studi Pada Siswa Kelas IX SMP IT Ar- Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017)
Skripsi
Oleh RIFKI AMALIA
PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODEL (ATM) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PANGKAT TAK SEBENARNYA Studi Pada Siswa Kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 Oleh RIFKI AMALIA
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung tahun pelajaran 2016/ 2017. Sampel penelitian adalah siswa kelas IX C dan IX D yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes berupa tes uraian. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Mann Whitney U, menunjukkan bahwa pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa. Namun, pada kelas yang menggunakan pembelajaran ATM, kemampuan pemahaman konsep siswa meningkat dari pembelajaran sebelumnya.
Kata kunci: Efektivitas, Pemahaman Konsep Matematis, Alqurun Teaching Model.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODEL (ATM) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PANGKAT TAK SEBENARNYA (Studi Pada Siswa Kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017)
Oleh
RIFKI AMALIA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Pakis, Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tanggal 4 Mei 1996. Penulis merupakan anak pertamaa dari dua bersaudara pasangan Bapak Purwadi dan Ibu Sriwahyuni.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Margodadi pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Sumberejo pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Sumberejo pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2013 pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Kuto Winangun, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah dan praktek mengajar melalui Praktik Profesi Kependidikan (PPK) di SMP Negeri 1 Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi internal kampus. Diantaranya sebagai anggota divisi pengembangan Medfu (Mathematics Education Forum Ukhuwah), anggota biro BBQ FPPI (Forum Pembinaan dan
Pengkajian Islam) FKIP Unila, Adiv Kerohanian Himasakta FKIP Unila, KMB Birohmah, serta turut aktif sebagai anggota Pansus (panitia penyelenggara pesta demokrasi di FKIP) pada periode 2013/2014. Pada periode 2014/2015 penulis aktif sebagai anggota biro BBQ FPPI dan anggota departemen Akademik dan Profesi Birohmah, serta sempat mengikuti organisasi eksternal kampus menjadi volunteer roadshow GoGo Campus. Selanjutnya pada periode 2015/2016 menjabat sebagai bendahara Biro BBQ FPPI. Terakhir pada periode 2016, penulis menjabat sebagai sekretaris komisi II DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) FKIP Unila.
MOTTO
“Ridho Allah bergantung pada ridho orangtua, dan murka Allah bergantung pada murka orangtua” (H.R Tirmidzi)
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh sesuatu selain apa yang telah diusahakan” (Qs. An-Najm: 39)
“Don’t look down yourself” (Rifki Amalia)
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Shalawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Nabi Muhammad SAW Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada: Ibu (Sriwahyuni) dan bapak (Purwadi) tercinta, yang telah mengorbankan segalanya untukku. Bagaimana mungkin aku melupakan hari-harimu yang penuh pemberian, pengorbanan, dan kasih sayang yang kalian tunjukkan kepadaku. Semoga Allah membalas jasa besar kalian kepadaku dengan sebaikbaik balasan. Adikku Terkasih (Niken Lestari) serta seluruh keluarga besarku di Tanggamus maupun di Kediri yang terus memberikan semangat, dukungan, dan doanya kepadaku. Mbah Kakung dan Mbah Putri tercinta yang telah menaruh harapan besar pada cucumu ini untuk bisa sekolah sampai Perguruan Tinggi. Guru SMA ku (Nanang Istanto, M. Pd.) yang senantiasa berbagi semangat, motivasi, dan inspirasi semasa SMA hingga hari ini. Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang telah diberikan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat. Sahabat- sahabatku yang senantiasa membersamai dan menguatkan kala suka dan duka. Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah atas Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Pangkat Tak Sebenarnya . (Studi Pada Siswa Kelas IX SMP IT Ar- Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Kedua orang tuaku, Ibu Sriwahyuni dan bapak Purwadi yang tidak pernah lelah memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan berkah dan kasih saying-Nya untuk hidup putrimu. 2. Adikku, Niken Lestari, Rifdah R. A, Dinda Maharani, M. Agis Maulana, Nur Hidayat, dan Calon Adikku yang masih berada di dalam kandungan Terima Kasih telah memberikan secercah harapan, dukungan, semangat, dan doa.
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik dan selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan motivasi, kritik, dan saran. 6. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya. 7. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA. 8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 9. Bapak Kamsuri, S.Pd., selaku guru mitra di SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung yang telah memberikan arahan dan kemudahan selama penelitian. 10. Siswa/siswi kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017, atas partisipasi dan kerjasama yang telah terjalin. 11. Keluarga Besarku: Mbah Putri, Mbah Kakung, Bik Tatik, Bik Yani, De Men, De Ren, Lek Man, Lek Ti, Lek Huda, Mas Atok, Paman Narto, Mbak Rani, Dek Yuni, Mbah Kaji Sulinem yang senantiasa menguatkan.
12. Sahabat Seperjuangan Skripsi (Alqurun Teams) : Awit Febriansari dan Ariesta Yanada Putri, Annisa Vibra Lestari, dan Diah Nur Hafifah. 13. Sahabat-sahabatku tercinta Purnama Dewi, Ayu Setiana S, Stefani Silvi A, Siti Ningrum, Hunaifi, Siti Hotijah, Retno Kurnia, Ana Wahyu N, Amaturrahman N.F, Rizkana Fitri, dan Melina A.P yang telah menularkan virus-virus semangat perjuangan. 14. Tentor dan teman-teman belajarku: Shinta, Hadi, Husain, Yuni, Rizky hari, Yuli, Humedi, Amel, Aaf, Chintya, Sekar dan Fitri atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. 15. Teman-teman pendidikan Matematika angkatan 2013 kelas A dan B. 16. Kakak-kakak tingkatku angkatan 2011 dan 2012, serta adik-adik tingkatku angkatan 2014 dan 2015 terima kasih atas kebersamaannya dan doanya. 17. Ummi dan Sahabat-sahabat di Daa Irotul Mahabbah dan Lu’lu um Maknuun terima kasih atas dukungan, perhatian, motivasi, dan doa yang telah diberikan. 18. Mbak- Mbakku: Mbak Esy, Mbk Nurul, Mbak Dian, Mbak Iik, Mbak Hani, Mbak Desy, Mbak Ayu, Mbak Ana, Mbak Sella, dan Mbak Nan yang telah membimbing dan mengarahkan perjalanan kuliahku. 19. Saudari- saudariku di FPPI, pimpinan 1516 tercinta Ama, Ana, Putri, Dewi, Dewi yul, Aulia, Uswatun, Dini, Hunai, Anisa, Bee, dan Inayah, Ismah, dan Elya. Semoga kelak terbangun menara cahaya tempat kita bercengkerama di Syurga. 20. Rekan- rekan anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Periode 2016 : Bimo Aul, Kinasih, Niken, Imah, Udin, Renna, Baiti, Ardi, Ceti, Inay, dan Zia atas kebersamaan dalam mengemban amanah.
21. Sahabat Taat: Endah Kurnia Setia Dewi, Adila Shofia, Mbak Ulfatun Nurun, Mbak Setiana, dan Amelia Astria P. No matter if you are near or far. In my heart is where you are. 22. Ummi Masithah dan Ust. Hasan serta sahabat- sahabat MPQ Akhwat Angkatan I Laziz Al- Wasii Unila yang beberapa bulan terakhir ini telah mewarnai hari- hari dengan reriuh suara lantunan ayat suci yang mampu menggetarkan hati. Semoga hati- hati kita senantiasa tepaut kepada Al-Quran. Kun Bil Qur’aani Najman. 23. Keluarga KKN dan PPK Kuto Winangun keluarga Emak Munipah dan saudara-saudaraku Ludfia, Nita, Widya, Dwi, Gita, Intan, Ana, Reni, dan Rian atas persaudaraan dan pengertiannya. 24. Teman-teman kosan Mb Mona, Mbak Eka, Mbak Wulan, Wini, Fentri, Ari, Mbak Tazki, Mbak Nay, Dinati, Muti, Tiyah, Ngah Oktari, Mbak Taqiya, Mbak Aini, Mbak Utha, dan Mbak Etha atas persaudaraan, kasih sayang, dan bantuannya. 25. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku. 26. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Bandarlampung, Juli 2017 Penulis
Rifki Amalia NPM 1313021071
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x I.
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
7
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR.............................. 10 A. Kajian Teori ..................................................... ..................................... 10 1. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 10 2. Alqurun Teaching Model (ATM)......................................................... 11 3. Pembelajaran Konvensional................................................................ 18 4. Kemampuan Pemahaman Konsep ...................................................... 20 B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 22 C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 25 D. Hipotesis.................................................................................................. 25
vi
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 27 A. Populasi dan Sampel ................................................................................ 27 B. Desain Penelitian ..................................................................................... 28 C. Prosedur Penelitian .................................................................................. 29 D. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 30 E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 30 1. Validitas Instrumen............................................................................... 32 2. Reliabilitas ........................................................................................... 33 3. Daya Pembeda ..................................................................................... 34 4. Tingkat Kesukaran ............................................................................... 35 F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis......................................... 36 1. Uji Normalitas ..................................................................................... 37 2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 38 IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 43
A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 43 1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep ............................................... 43 2. Hasil Uji Hipotesis Pertama ................................................................ 46 3. Hasil Uji Hipotesis Kedua ................................................................... 47 B. Pembahasan ............................................................................................. 47 V.
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 56
A. Simpulan .................................................................................................. 56 B. Saran ........................................................................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran ATM ..................................................... 12 Tabel 3.1 Data Nilai Rata- rata Mid Semester Kelas IX SMP IT Ar- Raihan . 27 Tabel 3.2 Posttest Only Control Group Design ............................................... 28 Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis 31 Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal.......................................................................... 35 Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 35 Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal ......................................................... 36 Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas ATM ................................................................. 38 Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas Konvensional.................................................... 38 Tabel 4.1 Data kemampuan Pemahaman Konsep Pangkat Tak Sebenarnya Siswa................................................................................................ 43 Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Pangkat Tak Sebenarnya Siswa........................................................ 44 Tabel 4.3
Hasil Uji Non Parametrik Mann Whitney U Data Kemampuan Pemahaman Konsep Pangkat Tak Sebenarnya Siswa ..................... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep Pangkat Tak Sebenarnya Siswa........................................................ 47
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Contoh Jawaban Siswa.................................................................... 49
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A A.1 Silabus ATM......................................................................................... 64 A.2 RPP ATM .............................................................................................. 69 A.3 Silabus Konvensional ........................................................................... 94 A.4 RPP Konvensional ............................................................................... 98 A.5 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ......................................................... 114 LAMPIRAN B B.1 Kisi-Kisi................................................................................................ 148 B.2 Pedoman Penskoran .............................................................................. 151 B.3 Soal Posttest.......................................................................................... 153 B.4 Kunci Jawaban Soal Posttest ................................................................ 155 B.5 Validitas Instrumen dan Butir Item Penilaian ...................................... 159 LAMPIRAN C C.1 Analisis Uji Coba Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..................................................................................................... 162 C.2 Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ................................................ 164 C.3 Skor Total Nilai Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas ATM........................................................ 166
x
C.4 Skor Total Nilai Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas Konvensional ......................................... 168 C.5 Uji Normalitas....................................................................................... 170 C.6 Uji Mann Whitney U ............................................................................. 173 C.7Uji Proporsi ............................................................................................ 181 C.8 Hasil Analisis Per Butir Soal Sor Tes di Kelas ATM ........................... 184 C.9 Hasil Analisis Per Butir Soal Sor Tes di Kelas Konvensional.............. 187 LAMPIRAN D D.1 Izin Penelitian........................................................................................ 191 D.2 Surat telah Melakukan Penelitian........................................................... 193
xi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Selain berguna untuk mencari ilmu, pendidikan juga berguna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bersaing dalam berbagai bidang. Pendidikan merupakan sarana untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa dan negara. Menurut Poernomo (Situmorang: 2014), untuk menghadapi tantangan perkembangan IPTEK demi mewujudkan kemajuan suatu bangsa diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan tinggi, yang melibatkan motivasi, komitmen organisasi, kepuasan pelanggan, kerjasama dalam tim, dan semua itu akan diperoleh melalui pendidikan.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
2 jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan adanya pendidikan formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang tersusun secara sistematis, terstruktur dari jenjang dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 (Depdiknas, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (11) pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Berbagai mata pelajaran diajarkan di jenjang tersebut, salah satunya adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk pola pikir manusia baik meliputi kemampuan berpikir logis, sistematis, analitis, kritis, dan kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (2003: 151) yang menyatakan bahwa matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir manusia. Selain itu, matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran sangat penting dalam pendidikan, karena dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan. Hudoyo (2005: 45) juga berpendapat bahwa matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menghadapi IPTEK sehingga perlu dibekalkan pada siswa.
Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu matematika perlu diajarkan kepada siswa dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi (Depdiknas, 2006) yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa sejak
3 sekolah dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan matematis, diantaranya kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Tujuan dari pembelajaran matematika tersebut adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut (1) memahami kponsep matematika, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, (3) memecahkan masalah, (4) mengomunikasikan gagasan, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, salah satu kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah belajar matematika adalah kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Kemampuan pemahaman konsep matematika di Indonesia masih belum optimal. Hal ini terlihat dari hasil studi Programme of International Student Assesment (PISA) pada tahun 2013 yang dikemukakan OECD (2013: 19) menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara dalam mata pelajaran matematika. Sedangkan pada tahun 2015, hasil survei PISA menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara (OECD, 2015). Begitu pula hasil penelitian dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 (Mullis et al, 2012: 462) menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya diuji dengan standar rata-rata pencapaian prestasi yang digunakan TIMSS yaitu 500, skor ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Sedangkan
4 hasil survei internasional TIMSS pada tahun 2015, Indonesia berada di peringkat ke-45 dengan skor 397 dari 50 negara yang siswanya diuji dengan standar ratarata pencapaian prestasi yang digunakan TIMSS yaitu 500 (Rahmawati, 2016: 3).
Rendahnya prestasi matematika di Indonesia tersebut disebabkan oleh rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Situmorang (2014) yang menyatakan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik ini disebabkan karena peserta didik tidak sepenuhnya memahami konsep. Selain itu, rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Antasari (Situmorang: 2014) yang menjelaskan bahwa merosotnya pemahaman matematis siswa di kelas karena dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal, siswa cenderung mendengar dan menonton guru mengerjakan persoalan matematika.
Setelah melakukan penelitian pendahuluan dan dialog dengan guru matematika di SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung pada tanggal 7 Oktober 2016 ditemukan permasalahan yang sama dalam hal rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga menyebabkan siswa merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung dan akhirnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep dari materi yang sedang diajarkan. Kesulitan
dalam memahami konsep
menyebabkan siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai mid semester pada kelas IX yang
5 sebagian besar (66,5%) mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Data ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih rendah karena sebagian besar soal yang diujikan pada ulangan mid semester merupakan soal-soal pemahaman konsep.
Guru mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas siswa. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas siswa adalah dengan penggunaan desain suatu model pembelajaran yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (Situmorang: 2014) yang menyatakan bahwa guru memegang peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan hasil belajar dan kualitas siswa dalam belajar matematika dan guru benar- benar harus memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses belajar mengajar yang menarik bagi siswa, agar siswa berminat dan semangat belajar dan mau terlibat aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga pengajaran terebut menjadi efektif.
Uraian di atas hanya menjelaskan pada ranah kognitif saja. Sedangkan Permendikbud No.67 s.d. 69 tahun 2013 (Sutiarso: 2016) menjelaskan bahwa Kompetensi inti yang hendak dicapai dalam pendidikan adalah kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Jika kita amati, pelaksanaan pendidikan di Indonesia
selama ini hanya terfokus pada ranah
kognitif saja sehingga banyak guru yang lengah akan suatu hal yang tidak kalah penting bagi peserta didik, yaitu pendidikan sikap dan karakter (ranah afektif). Hal ini terlihat dari maraknya kenakalan yang terjadi pada remaja di Indonesia, khususnya para pelajar.
6
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang tidak hanya terfokus pada ranah kogntif tetapi juga memperhatikan ranah afektif. Menurut Sutiarso (2016) Alqurun Teaching Model/ATM (Model Pembelajaran Alqurun) adalah suatu model pembelajaran baru yang berusaha mencapai 4 kompetensi inti yaitu kognitif, afektif, psikomotor dan spiritual (taksonomi Bloom) pada kurikulum 2013. Tahapan pembelajaran dalam ATM disingkat Alqurun. A berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran pustaka),
Q
berati
Quest
(menyelidiki/menganalisis),
U
berarti
Unite
(menyatukan/ mensintesis), R berarti Refine (menyaring), A berarti Application (penerapan), dan N berarti Name (menamakan). Pada pembelajaran ini, siswa dituntut mencari dan membangun sendiri pengetahuannya, guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Pada penelitian ini, nama Alquran Teaching Model diganti menjadi Alqurun Teaching Model. Namun, hal tersebut tidak merubah makna dari model pembelajaran Alquran Teaching Model tersebut. Huruf A (Application) diganti menjadi huruf U (Use). Keduanya memliki arti yang sama, yaitu menerapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah penerapan ATM efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya?”
7 Dari rumusan masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apakah kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran ATM lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional? 2. Apakah persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dari jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran ATM?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) dengan kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidikan matematika berkaitan dengan kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya dan Alqurun Teaching Model (ATM) guna meningkatkan mutu proses pembelajaran.
8 2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan untuk menentukan pola dan strategi yang tepat guna meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, khususnya materi pangkat tak sebenarnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa dalam belajar matematika dan dapat menjadi masukan serta bahan kajian pada penelitian serupa di masa mendatang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari dua aspek, yaitu: a. Aspek pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya. Pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran Alqurun Teaching Model
(ATM)
lebih
tinggi
daripada
siswa
yang
menggunakan
pembelajaran konvensional? b. Aspek ketuntasan belajar siswa. Pembelajaran efektif apabila lebih dari 60% dari jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) memperoleh nilai serendah-rendahnya 75 (skala 100).
9 2.
Alqurun Teaching Model (ATM) adalah model pembelajaran yang memiliki urutan dengan memadukan antara modifikasi urutan taksonomi Bloom dan kompetensi inti kurikulum 2013. Alqurun Teaching Model (ATM) memiliki tujuh tahapan dalam proses pembelajaran, yaitu A berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran pustaka), Q berati Quest (menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite (menyatukan/ mensintesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use (penerapan), dan N berarti Name (menamakan).
3. Pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan oleh guru kelas IX SMP IT Ar- Raihan selama ini adalah ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, dan latihan soal. 4. Kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi dimana siswa tidak hanya menghafal tetapi mampu untuk menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan sifat-sifat, mempresentasikan konsep, dan menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah pada materi pangkat tak sebenarnya.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Arikunto (2004: 51) menjelaskan bahwa efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan. Secara umum, efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan pencapaian suatu tujuan. Jadi, efektivitas adalah ketercapaian atau keberhasilan suatu program atau tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya baik dari segi penggunaan materi maupun waktu. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2006: 77) yang mengatakan bahwa efektivitas dapat terjadi apabila ada kesesuaian dari semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.
Mulyasa (2006: 193) berpendapat bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membantu kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Pendapat tersebut diperkuat oleh Uno (2011: 138) yang mengatakan bahwa keefektivan pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang efektif juga erat kaitannya dengan kegiatan peserta didik di dalam kelas. Mortimore (Muijs and Reynolds, 2011: 3) menjelaskan bahwa
11 “the classroom factors contributing to effective students outcomes were structure sessions, intellectually challenging teaching, a work orientated environment, communication between teachers and pupils, and a limited focus within the sessions”. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kelas memberikan kontribusi terhadap hasil belajar peserta didik yang efektif adalah struktur pertemuan di dalam kelas, pengajaran cerdas yang menantang, lingkungan belajar yang terorientasi, komunikasi antara guru dan peserta didik, serta fokus yang terbatas pada setiap pertemuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan derajat pencapaian yang diperoleh setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Dengan kata lain suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam penelitian ini, suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya dari siswa yang mengikuti pembelajaran ATM lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Selain itu, sekurang-kurangnya 60% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran ATM memperoleh nilai serendah-rendahnya 75 (skala 100).
2. Alqurun Teaching Model (ATM)
Alqurun Teaching Model (ATM) adalah model pembelajaran yang memiliki urutan dengan memadukan antara modifikasi urutan taksonomi Bloom dan kompetensi inti kurikulum 2013. Model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Sugeng Sutiarso tanggal 19 Mei 2016 dalam Seminar Nasional
12 Mathematics, Science, and Education National Conference (MSENCo) di IAIN Raden Intan Lampung. Menurut Sutiarso (2016) Alqurun Teaching Model (ATM) memiliki urutan yang sesuai dengan hurufnya, yaitu : A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran pustaka), Q berati
Quest
(menyelidiki/menganalisis),
U
berarti
Unite
(menyatukan/
mensintesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use (penerapan), dan N berarti Name (menamakan).
ATM merupakan suatu model pembelajaran yang diawali atau difokuskan pada penyelesaian tugas-tugas untuk diperoleh suatu pemahaman konsep. Model pembelajaran ini di dalamnya memuat langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai 4 kompetensi inti atau taksonomi Bloom pada kurikulum 2013. Berikut tahapan-tahapan pembelajaran ATM menurut Sutiarso (2016) adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Alqurun Fase-fase
Perilaku Guru
Perilaku siswa
Fase 1 1. Guru 1. Siswa Acknowledge memberikan memperhatikan (Pengakuan) informasi, penjelasan ilustrasi, contoh, guru. dan aktivitas yang dapat membangkitkan pengakuan dan kesadaran siswa akan kebesaran Tuhan dan perlunya mendekatkan diri kepadaNya. 2. Guru 2. Siswa memberikan memperhatikan motivasi kepada penjelasan guru peserta didik dan menjawab dengan pertanyaan yang
Taksonomi Bloom
Kompetensi Initi (KI) Kompetensi Sikap Spiritual (KI 1)
Kompetensi Sikap Sosial (KI 2)
13 Fase-fase
Perilaku Guru
Perilaku Siswa
memberikan diberikan oleh penjelasan guru. tentang ,manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan guru juga melakukan apersepsi dengan tanya jawab kepada siswa. Fase 2 3. Guru 3. Siswa Literature menyediakan memperhatikan (Penelusuran literatur dalam penjelasan guru Pustaka) beberapa bentuk dan mencari terkait dengan literatur yang materi yang ditugaskan oleh dipelajai atau guru. dapat pula guru menugaskan siswa untuk mencari literatur pada sumber yang telah ditentukan oleh guru. Fase 3 4. Guru meminta 4. siswa Quest siswa untuk melakukan (Menyelidiki/ melakukan kegiatan Menganalisis kegiatan penyelidikan ) penyelidikan terhadap terhadap beberapa beberapa objek, objek, fakta, fakta, atau data atau data dari dari materi yang materi yang dipelajari. dipelajari. Fase 4 5. Guru 5. Siswa Unite memberikan melakukan (Menyatukan pengarahan dan kegiatan /Mensintesis) klarifikasi menggabungka terhadap hasil n berbagai sintesis. unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek, fakta, atau data dari
Taksonomi Bloom
Kompetensi Inti (KI)
Pengetahuan dan Pemahaman
Analisis
Kompetensi Pengetahuan (KI 3)
Sintesis
Kompetensi Pengetahuan (KI 3)
14 Perilaku Siswa materi yang dipelajari Fase 5 6. Guru 6. Siswa Refine memberikan menyaring/me (Menyaring) kesempatan milih gabungan siswa untuk unsur dari menginternalisas kegiatan unite. i (memasukkan) materi tersebut dalam pikirannya. Fase 6 7. Guru 7. Siswa Use memberikan mengimplemen (Penerapan) keleluasaan tasikan siswa untuk pengetahuan menyelesaikan dari hasil masalah/soal kegiatan tersebut dengan sebelumnya caranya sendiri. untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Fase 7 8. Guru 8. Siswa Name mengarahkan memberikan (Menamakan dan menguji nama dari cara ) efektivitas cara baru baru yang penyelesaian dinamakan masalah/soal siswa. yang paling efektif. Fase-fase
Perilaku Guru
Taksonomi Bloom
Kompetensi Inti (KI)
Evaluasi
Kompetensi Pengetahuan (KI 3)
Aplikasi
Kompetensi Keterampilan (KI 4)
Mencipta
Kompetensi Keterampilan (KI 4)
Tahap Acknowledge atau pengakuan adalah tahapan pertama atau kegiatan pendahuluan (apersepsi) dalam pembelajaran ATM. Pengakuan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (1) pengakuan terhadap kebesaran Allah yang telah memberikan ilmu, bertujuan untuk mencapai kompetensi inti 1 (Spiritual) dan (2) pengakuan terhadap kemampuan awal siswa.
Dalam dunia keilmuan pada hakikatnya tidak ada individu yang dianggap paling mengetahui atau paling pakar dalam bidangnya secara mutlak. Sebagai manusia,
15 ilmu dan kepakaran yang dimilikinya hanya bersifat sebagian kecil saja dari sejumlah ilmu Allah yang begitu luas. Hal ini diperkuat oleh pendapat Abdullah (2015: 305) menyatakan bahwa seandainya air laut itu dijadikan tinta pena untuk digunakan menulis kalimat-kalimat Allah (ilmu-Nya), hukum-hukum-Nya, ayatayat yang menunjukkan kekuasaan-Nya, niscaya akan habis air laut itu sebelum penulisan semuanya itu selesai.
Selain itu, siswa juga harus mengakui bahwa Allah lah yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia. Jika bukan karena kehendak Allah, niscaya manusia dapat
memiliki ilmu pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Abdullah (2015: 514) yang menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui sedikitpun dari ilmu Allah kecuali yang telah diajarkan dan diberitahukan atau diperlihatkan oleh Allah kepadanya.
Selanjutnya adalah pengakuan bagian kedua, yaitu pengakuan terhadap kemampuan awal siswa. Guru harus mengakui kemampuan awal siswa, sehingga guru perlu memberikan apersepi yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa yang beragam. Teori belajar terkini juga menyebutkan bahwa guru perlu memberikan pengakuan (Acknowlegdement) dari apa yang siswa miliki. Cellileo (Sutiarso: 2016) juga menyatakan bahwa ”...Strongly suggest that giving praise or recognition for someone,s perceived good work is the primary motivation for continued good work. It is a better motivator than money”
Guru sangat disarankan untuk memberikan pujian atau pengakuan untuk seseorang yang dirasakan pekerjaan yang baik adalah motivasi utama untuk
16 melanjutkan pekerjaan yang baik. Ini adalah motivator yang lebih baik daripada uang.
L (literature) atau penelusuran pustaka, Q (Quest) atau menyelidiki atau menganalisis, U (Unite) atau menyatukan/ menyintesis, dan R (Refine) atau menyaring merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran ATM.
L (literature) atau penelusuran pustaka. Penelusuran ini dilakukan oleh siswa, guru menyediakan sumber atau materi yang akan dipelajari belajar baik berupa bahan ajar, buku, artikel, video, kliping, dll. Pemberian sumber belajar ini dilakukan dengan cara guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari literatur pada sumber yang ditentukan. Tahap penelusuran ini dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran atau beberapa hari sebelum proses pembelajaran. Kegiatan literature ini dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa. Ross dalam (Sutiarso: 2016) mengatakan bahwa literature memiliki beberapa manfaat diantaranya (1) develops thinking skill, (2) develop visual literac, (3) help children deal with their problems, and (4) improves reading ability and attitudes.
Quest atau menyelidiki/menganalisis adalah kegiatan penyelidikan siswa terhadap beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang sedang dipelajari. Pada saat siswa melakukan proses penyelidikan, maka guru berperan memberikan bimbingan, bantuan, atau pendampingan. Penyelidikan oleh siswa harus dapat memilah suatu objek, fakta, atau data menjadi beberapa bagian yang lebih kecil atau sederhana. Menurut hamdani (2010: 152) analisis adalah kemampuan siswa untuk mengindentifikasi, memisahkan, dan membedakan konsep, pendapat, asumsi, hipotesis dan lain-lain. Pada tahap ini diharapkan siswa mampu
17 menunjukkan hubungan antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip yang telah dipelajari. Hasil pembelajaran pada
tahap
analisis
ini
adalah
siswa
mampu
memisahkan,
memilih,
membandingkan, menghubungkan, membagi, dan membuat.
Unite atau menyatukan/ menyintesis adalah kegiatan menggabungkan unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang sedang dipelajari. Pada tahap unite ini , guru berperan memberikan arahan kepada siswa dan memberikan respon terhadap hasil sintesis yang dilakukan oleh siswa. Hamdani (2010: 152) berpendapat bahwa tahap atau kegiatan sintesis ini akan membuat siswa mampu mengategorikan, mengatur, menyusun, mendesain, menyimpulkan, dan membuat pola.
Refine atau menyaring adalah kegiatan siswa dalam menyaring dan memilih gabungan unsur dari hasil kegiatan unite. kegiatan refine ini bertujuan untuk mencari hal-hal atau bagian yang dianggap penting dalam kegiatan unite. atau secara ringkasnya tahap refine ini juga bisa disebut tahap merangkum.
A (Application) atau penerapan dan N (Name) atau menamakan adalah kegiatan penutup dalam proses pembelajaran ATM.
Application merupakan kegiatan mengimplementasikan pengetahuan yang diterima siswa dari hasil kegiatan inti. Penerapan dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Peranan guru adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya sendiri. Hamdani (2010: 151) mengatakan bahwa hasil
18 pembelajaran
dari
tahap
aplikasi
adalah
siswa
mampu
menghitung,
menghubungkan, melengkapi, menghasilkan, menyediakan, dan menyesuaikan.
Name atau menamakan adalah kegiatan siswa untuk menemukan cara baru yang dianggap efektif untuk menyelesaikan suatu masalah atau persoalan. Setelah siswa menemukan cara barunya, maka siswa akan menamakan cara barunya tersebut. Guru berperan membimbing dan menguji efektivitas cara baru yang ditemukan oleh siswa tersebut.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan suatu model pembelajaran lama yang banyak digunakan oleh guru. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini menjadikan guru sebagai tokoh utama dalam kelas. Guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, karena guru bertugas untuk menjelaskan materi kepada siswa di dalam kelas. Sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, merangkum dan mencatat materi sehingga dalam pembelajaran ini peran siswa menjadi sangat pasif dan menyebabkan siswa kurang berkembang. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hannafin (Juliantara: 2009) menjelaskan bahwa model pembelajaran
konvensional
merupakan
model
pembelajaran
yang
biasa
dipergunakan guru dalam mengajar. Guru dianggap sebagai sentral pendidikan, sedangkan siswa hanya pasif menerima penjelasannya tanpa berusaha aktif mencari tahu informasi secara mendalam. Pendapat peneliti ini pun didukung oleh pernyataan Djamarah (Juliantara: 2009) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau sering juga disebut metode ceramah, karena sejak dahulu metode ini telah dipergunakan
19 sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Sehingga menyebabkan pola pikir peserta didik menjadi sulit berkembang.
Walaupun
demikian,
Astuti
(2010)
menjelaskan
bahwa
pembelajaran
konvensional ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama (1) berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan ditempat lain, (2) menyampaikan informasi dengan cepat, (3) membangkitkan minat akan informasi, (4) mengajari siswa belajar terbaiknya dengan mendengarkan, dan (5) mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Akan tetapi, Astuti (2010) pun menjelaskan bahwa pembelajaran konvensional mempunyai lebih banyak kelemahan daripada keunggulan yang telah disampaikan sebelumnya, antara lain sebagai berikut (1) tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan, (2) sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik akan apa yang dipelajari, (3) pembelajaran tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, (4) pembelajaran tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar itu sama dan tidak bersifat pribadi, (5) kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hand-on activities), (6) pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung, (7) para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu, (8) penekananan hanya pada penyelesaian tugas, dan (9) daya serap rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
20 4. Kemampuan Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman berasal dari kata paham, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas: 2008), paham berarti mengerti benar, tahu benar, sehingga pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara atau perbuatan memahami. Sedangkan menurut Yulaelawati (2007: 72) pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk memahami materi atau bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau bahan ke materi atau bahan lain.
Berdasarkan Depdiknas (2003: 2) pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya dengan cara menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Belajar matematika merupakan suatu proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik untuk merekontruksi makna atau konsep-konsep matematika. Karena konsep-konsep dalam matematika memiliki keterikatan yang erat antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya, maka peserta didik harus memahami suatu konsep agar ia mampu memahami konsep lainnya. Misalnya ketika peserta didik ingin memahami konsep integral maka terlebih dulu ia harus mampu memahami konsep turunan suatu fungsi. Demikian juga ketika peserta didik ingin memahami konsep turunan maka terlebih dulu ia harus memahami konsep limit.
21 Lebih lanjut, Sumarmo (Karim: 2011) menyebutkan indikator pemahaman konsep dalam matematika meliputi: mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan ide matematika. Sedangkan indikator pemahaman konsep menurut Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 10 Oktober 2016 dalam Wardhani (2008: 10) diantaranya (1) menyatakan ulang suatu konsep, (2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (3) memberi contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, (6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu, dan (7) mengaplikasikan konsep atau alogaritma ke pemecahan masalah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa untuk mengenal dan memahami suatu konsep, kemudian menyatakan ulang suatu konsep dalam bentuk lain yang mudah dipahami dengan cara memilih dan menggunakan prosedur tertentu. Serta menerapkan konsep tersebut ke dalam permasalahan nyata.
Pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi pangkat tak sebenarnya yang meliputi kemampuan untuk memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar dalam suatu permasalahan, memahami operasi aljabar yang melibatkan bilangan berpangkat dan bentuk akar dalam suatu permasalahan serta membuat dan menyelesaikan model matematika dari berbagai permasalahan nyata.
22 B. Kerangka Pikir
Keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan dan tujuan dari proses pembelajaran. Mengingat kurikulum 2013 kompetensi yang harus dicapai oleh siswa tidak hanya pengetahuan, melainkan ada keterampilan dan spiritual. Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk menerapkan pembelajaran ATM guna mencapai ketiga aspek tersebut.
ATM ini berusaha memadukan antara taksonomi Bloom dengan kurikulum 2013. Pada proses pembelajaran ini, siswa dituntut aktif membangun pengetahuannya sendiri. ATM memiliki tujuh langkah pembelajaran, yaitu
Acknowledge
(pengakuan), Literature (penelusuran pustaka), Quest (menyelidiki/menganalisis), Unite (menyatukan/menyintesis), Refine (menyaring), Use (penerapan), dan Name (menamakan).
Acknowledge (pengakuan), pada tahap ini guru memberikan apersepsi berupa informasi, contoh, dan aktivitas lain yang dapat melahirkan pengakuan terhadap kebesaran Allah. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Aktivitas mendengar termasuk salah satu bagian daripada proses pembelajaran. Ketika telinga menangkap dan menyimpan suatu informasi atau pengetahuan, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Hal ini dapat memicu siswa untuk berpikir sehingga pengetahuan awal siswa pun mulai terbentuk.
23 Literature (penelusuran pustaka), siswa mencari sumber atau materi belajar dari berbagai literatur. ketika siswa mencari beberapa sumber belajar, siswa akan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. Menurut Bloom dalam Suherman (2003: 23) mengenai jenjang kognitif, tingkatan pertama (C1) adalah pengetahuan dan tingkatan kedua (C2) adalah pemahaman. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat pemahaman, terlebih dahulu siswa harus melewati tingkat pengetahuan. Pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran bisa didapat dengan cara membaca, mendengar, melihat, dan mengamati. Pada tahap literarute ini, siswa membaca beberapa sumber yang telah disediakan oleh guru.
Quest (menyelidiki/menganalisis), siswa menganalisis materi yang telah didapatkan dari berbagi sumber. Siswa berusaha memahami fakta-fakta atau data menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Kegiatan menganalisis ini akan membantu siswa untuk mencapai pemahaman konsepnya.
Unite (menyatukan/ menyintesis), setelah menganalisis sumber belajar yang telah diperoleh. Selanjutnya siswa menyatukan atau menggabungkan berbagai fakta yang memiliki kesamaan sifat atau karatketistik tertentu. Proses ini menjadikan siswa mampu mencapai salah satu indikator pemahaman konsep yaitu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
Refine (menyaring), pada tahap ini siswa meringkas atau mengambil intisari dari gabungan fakta yang telah didapatkan dari tahap unite. Kegiatan ini menjadikan siswa mampu menyatakan ulang suatu konsep dengan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.
24 Use (penerapan), pada tahap ini siswa menerapkan pengetahuan yang didapat dari tahap sebelumnya ke dalam soal. Konsep tersebut digunakan siswa untuk memecahkan sebuah permasalahan. Tahap ini menjadikan siswa mampu untuk mengaplikasikan suatu konsep atau logaritma ke dalam pemecahan masalah.
Name (menamakan), tahap menamakan ini merupakan tahap terakhir dari proses pembelajaran ATM. Setelah siswa menemukan caranya sendiri, maka siswa akan menamakan caranya barunya tersebut. Hal ini akan membuat kreativitas siswa berkembang dengan baik. Selain itu, siswa juga dapat menyajikan suatu konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
Tahapan-tahapan dalam ATM tersebut masing-masing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal, memahami, dan menganalisis sebuah konsep. Dengan demikian tahapan-tahapan tersebut akan menambah pengalaman kepada siswa sehingga siswa mampu untuk membangun pengetahuannya sendiri dan kemampuan pemahaman konsep matematisnya pun akan meningkat. Karena siswa memperoleh pengetahuan dari pengalamannya sendiri.
Pada pembelajaran konvensional tidak ditemukan tahapan-tahapan yang memicu kerja indera siswa. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, mencatat, dan mengerjakan contoh-contoh yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan tingkat pemahaman siswa menjadi rendah, karena siswa hanya menerima dari apa yang telah diberikan oleh guru.
25 Berdasarkan uraian diatas, diharapkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi pangkat tak sebenarnya berkembang lebih baik secara signifikan dengan diterapkannya pembelajaran ATM.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: 1. Semua siswa kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung tahun ajaran 20162017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum satuan tingkat pendidikan. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya selain model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil dan dapat diabaikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Hipotesis Umum
Pembelajaran ATM efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung semester ganjil tahun ajaran 2016-2017. 2. Hipotesis Khusus a. Kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran ATM lebih tinggi daripada kemampuan
26 pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. b. Lebih dari 60% dari jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran ATM memperoleh nilai serendah-rendahnya 75 (skala 100).
27
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
SMP
IT
Ar-Raihan
yang
terletak
di
Bandarlampung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX yang terdistribusi dalam empat kelas, yaitu kelas IX A sampai dengan IX D tanpa ada kelas unggulan, dengan kata lain kemampuan siswa dapat dikatakan setara. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1 mengenai nilai rata-rata mid semester seluruh kelas IX. Tabel 3.1 Data nilai rata-rata mid semester kelas IX siswa/i SMP IT Ar-Raihan No.
1
Nama Guru
Dila Saktika Negara, M. Pd.
2 3 4
Kamsuri, S. Pd.
Kelas
Jumlah
Nilai Rata-
Siswa
rata Kelas
IX A
25
55,68
IX B
27
63,40
IX C
25
52,96
IX D
27
54,65
Sumber: SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung tahun ajaran 2016/2017
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel adalah dengan mengambil kelas yang diajar oleh guru yang sama, sehingga sebelum diberikan pembelajaran ATM, siswa memperoleh perlakuan yang sama dari guru. Kemudian, dari kelas yang diajar oleh guru yang
28 sama tersebut dipilih dua kelas yang memiliki nilai rata-rata kelas relatif sama. Setelah dilakukan pengambilan sampel, terpilihlah kelas IX D dengan jumlah 27 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IX C dengan jumlah 25 siswa sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan posttest only control group design. Adapun garis besar pelaksanaan penelitian dengan menggunakan desain ini digambarkan oleh Furchan (2007: 368) dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Posttest Only Control Group Design Kelompok E K
Perlakuan X1 X2
Posttest
O1 O2
Keterangan : E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol X1 : Pembelajaran ATM X2 : Pembelajaran konvensional O1 : Skor posttest kelas eksperimen O2 : Skor posttest kelas kontrol
Pada desain penelitian ini, kelompok eksperimen memperoleh perlakuan, yaitu diterapkan pembelajaran ATM, sedangkan pada kelompok kontrol memperoleh perlakuan dengan diterapkan pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest, yaitu tes kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya yang diujikan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya.
29 C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pada penelitian ini, yaitu: 1. Tahap persiapan a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada. b. Memilih sampel penelitian. c. Menyusun proposal penelitian. d. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes sesuai dengan model yang akan digunakan selama penelitian. e. Menguji validitas instrumen penelitian. f. Merevisi instrumen penelitian jika diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan a. Melaksanakan pembelajaran ATM pada kelas eksperimen, yaitu kelas IX D dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, yaitu kelas IX C. b. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap akhir a. Mengumpulkan data hasil tes kemampuan pemahaman konsep tak sebenarnya dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Membuat kesimpulan dan kemudian menyusun laporan penelitian.
30 D. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa, berupa data kuantitatif yaitu skor posttest yang diperoleh pada sesudah mengikuti pembelajaran ATM di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik tes. Tes diberikan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya setelah siswa mengikuti pembelajaran matematika dengan
pembelajaran
ATM
pada
kelas
eksperimen
dan
pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Soal tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat soal, yang terdiri dari empat soal esai. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Penyusunan tes mengacu pada instrumen hasil belajar dan kemampuan siswa dalam memahami konsep pangkat tak sebenarnya yang dapat dilihat dari ketepatan dan kelengkapan siswa dalam menjawab soalsoal yang diberikan. Penyusunan instrumen tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
31 1. Melakukan pembatasan materi yang diujikan. 2. Menentukan tipe soal. 3. Menentukan jumlah butir soal. 4. Menentukan alokasi waktu mengerjakan soal. 5. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin dicapai pada materi pangkat tak sebenarnya dan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. 6. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, menulis butir soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat serta membuat pedoman penyekoran. Adapun pedoman penyekoran kemampuan pemahaman konsep matematis pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
No 1.
2.
4.
6.
Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Menyatakan ulang suatu konsep
Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
Menggunakan, memanfaatka dan memilih prosedur
Rubrik Penilaian
Skor
Tidak menjawab Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar Tidak menjawab Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu tetapi masih terdapat kesalahan Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu dengan benar Tidak menjawab Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika tetapi masih terdapat kesalahan Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika dengan benar
0 1
Tidak menjawab Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tetapi masih terdapat kesalahan
0
2 0 1 2 0 1 2
1
32 atau operasi tertentu 7.
Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah
Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan benar Tidak menjawab Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah tetapi masih terdapat kesalahan Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah dengan benar
2 0 1 2
Agar diperoleh data yang akurat maka tes yang digunakan adalah tes yang memiliki kriteria tes yang baik, yaitu validitas tes, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.
1. Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, validitasnya didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dari tes
pemahaman
konsep
matematis
ini
dapat
diketahui
dengan
cara
membandingkan kesesuaian isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan instrumen pembelajaran yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IX, karena guru mata pelajaran matematika kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan kurikulum 2013 dan bahasa siswa yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra dan terdapat kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa. Validitas isi ini diukur dengan menggunakan daftar cek list yang diisi oleh guru
33 mitra. Berdasarkan penilaian guru mitra ternyata instrumen tes dalam penelitian ini dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran B.5 halaman 159.
2. Reliabilitas Tes
Perhitungan reliabilitas tes dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011: 208) yang menyatakan bahwa perhitungan reliabilitas tes ditentukan dengan rumus Alpha sebagai berikut.
=
( − 1)
1−
∑
Keterangan : r 11 = Koefisien reliabilitas alat evaluasi = Banyaknya butir soal 1 = Bilangan konstan ∑ = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal = Varians total Sudijono (2011: 209) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memiliki koefisien reliabilitas ≥ 0,70, sehingga dalam penelitian ini kriteria reabilitas yang digunakan adalah lebih dari 0,70.
Tes ini dapat digunakan apabila derajat reliabilitasnya minimal sedang. Setelah soal tes diujicobakan dan dihitung koefisien reliabilitasnya dengan bantuan software Microsoft Excel diperoleh koefisien reliabilitas soal tes ini adalah 0,83 Dengan demikian derajat reliabilitas soal tes mempunyai kategori sangat tinggi, sehingga soal tes ini reliabel untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya lihat pada Lampiran C.1 halaman 162.
34 3. Daya Pembeda
Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya indeks diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda.
Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu data diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memeperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Sudijono (2011: 389) mengungkapkan bahwa perhitungan daya pembeda ditentukan dengan rumus: =
JA − JB IA
Keterangan : DP : indeks daya pembeda suatu butir soal JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah) Menurut Sudijono (2011:338) soal yang memiliki daya pembeda baik dan sangat baik adalah yang memiliki nilai daya pembeda ≥ 0,3.
Dalam penelitian ini soal yang digunakan adalah soal yang memiliki daya pembeda minimal baik. Dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel Maka diperoleh nilai daya pembeda untuk setiap butir soal sebagai berikut.
35 Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal Nomor Soal 1 2a 2b 3 4
Daya Pembeda 0,32 0,65 0,30 0,30 0,30
Interprestasi Baik Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel 3.4 maka setiap butir soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis siswa. (Lampiran C.2 halaman 164).
4. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Sudijono (2011: 372) berpendapat bahwa perhitungan tingkat kesukaran suatu butir soal ditentukan dengan rumus berikut. =
Keterangan: P B JS
: tingkat kesukaran suatu butir soal : jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal yang diperoleh : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2011: 372) seperti terlihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran 0,00 ≤ 0,15 < 0,30 < 0,70 < 0,85 <
Nilai ≤ 0,15 ≤ 0,30 ≤ 0,70 ≤ 0,85 ≤ 1,00
Interpretasi Sangat Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah
36 Setelah uji coba soal dilakukan maka diperoleh data nilai tingkat kesukaran untuk setiap butir soal sebagai berikut: Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal Nomor Soal 1 2a 2b 3 4
Tingkat Kesukaran 0,71 0,51 0,29 0,67 0,69
Interprestasi Mudah Sedang Sukar Sedang Sedang
Berdasarkan tabel 3.6, terlihat bahwa butir soal dalam penelitian ini memiliki tingkat kesukaran yang tergolong mudah, sedang, dan sukar. Perhitungan selengkapnya lihat pada Lampiran C.2 halaman 164.
Berdasarkan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang telah dilakukan, setiap butir soal sudah memenuhi syarat yang ditentukan, hasil uji coba menunjukkan setiap butir soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis siswa.
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh selanjutnya diolah untuk membuktikan hipotesis, namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, maka dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data kuantitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
37 1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menurut Russefendi (1998: 405). Berikut langkah-langkah uji normalitas: a.
Hipotesis H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b.
Taraf Signifikan: α = 0,05
c.
Statistik Uji =|
( ) − ( )|dengan z =
Xi
X
Keterangan:
s Dn Fn(xi) F(xi) d.
= angka pada data = rata-rata data = standar deviasi = nilai hitung Kolmogorov Smirnov = peluang harapan data ke i = luas kurva z data ke i
Kriteria Uji Dalam penelitian ini, uji Kolmogorov-Smirnov Z menggunakan bantuan software SPSS Statistic 17.0. Kriteria pengujian yang digunakan Trihendradi (2010: 113) adalah terima H0 jika nilai probabilitas (sig) > 0,05.
Hasil uji normalitas kemampuan pemahaman konsep kedua kelas disajikan dalam Tabel 3.7 dan Tabel 3.8.
38 Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas ATM a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Posttest E
Df
.132
Shapiro-Wilk
Sig. 27
.200
Statistic *
df
.958
Sig. 27
.339
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas Konvensional a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Posttest K
Df
.175
Shapiro-Wilk
Sig. 25
Statistic
.047
.938
df
Sig. 25
.134
Dari tabel 3.7 dan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa nilai sig pada data kemampuan pemahaman konsep kelas ATM 0.02 > 0,05. Artinya data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas konvensional, nilai sig diperoleh 0,047 < 0,05. Artinya data pada kelas konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Karena salah satu data kemampuan pemecahan konsep matematis siswa berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, sehingga langkah selanjutnya tidak perlu dilakukan uji homogenitas karena data sampel tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Hipotesis
a) Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama berbunyi “Kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran ATM lebih tinggi daripada kemampuan
pemahaman
konsep
pangkat
menggunakan pembelajaran konvensional”.
tak
sebenarnya
siswa
yang
39 Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U. Menurut Trihendradi (2005: 146) langkah-langkah pengujian hipotesis dengan statitik uji Mann-Whitney U adalah sebagai berikut. a.Hipotesis H :
1
=
2,
(tidak ada perbedaan median data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran ATM dengan median data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa
yang
menggunakan
pembelajaran
konvensional). H :
1
≠
2,
(terdapat perbedaan median data kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran ATM dengan median data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa
konvensional). b. Taraf Signifikan: α = 0.05 c. Statistik Uji =
=
+
+
(
(
2
2
+ 1)
+ 1)
−Ʃ
−Ʃ
Keterangan: =Jumlah sampel kelas ekperimen =Jumlah sampel kelas kontrol = Jumlah peringkat 1.
yang
menggunakan
pembelajaran
40 = Jumlah peringkat 2. Ʃ = Jumlah rangking pada sampel . Ʃ = Jumlah rangking pada sampel . Karena terdapat dua rumus uji 40 statistik, maka rumus uji 40 statistik yang digunakan adalah rumus uji 40 statistik yang memiliki nilai lebih kecil untuk dibandingkan dengan tabel U.
Jika
keduanya berjumlah ≥ 8, maka nilai statistik U akan mendekati
dan
(dianggap) berdistribusi normal, sehingga perhitungan tes statistiknya : ( )
=
Keterangan :
dengan Mean = ( ) =
dan
=
(
)
( ) = Nilai harapan mean = Standar deviasi d. Kriteria Uji Kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai – Ztabel < Zhitung < Ztabel dan tolak H0 jika sebaliknya, dengan α = 0,05.
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh Zhitung = 0,87 < 1,96 = Ztabel, maka H0 diterima. Artinya median data kemampuan pemahaman konsep pangkat tak
sebenarnya siswa yang menggunakan ATM sama dengan median data kemampuan
pemahaman
konsep
pangkat
tak
sebenarnya
siswa
yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 halaman 173.
b) Uji Hipotesis Kedua Hipotesis kedua berbunyi “Lebih dari 60% dari jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran ATM memperoleh nilai serendah-rendahnya 75 (skala 100)”. Uji
41 hipotesis kedua adalah uji proporsi. Uji proporsi pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah lebih dari 60% dari jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran ATM memperoleh nilai serendah-rendahnya 75 (skala 100).
Berikut adalah langkah-langkah uji proporsi menurut Sudjana (2005: 234). a. Hipotesis H0 :
H1 :
= 0,60 artinya persentase siswa tuntas belajar = 60% > 0,60 artinya persentase siswa tuntas belajar > 60%
b. Taraf Signifikan : α = 0,05 c. Statistik Uji
=
−
(1 −
)
Keterangan : P : x : banyaknya siswa tuntas belajar n : jumlah sampel : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
d. Kriteria Uji
Terima H0 jika
ℎ
baku dengan peluang
<
(0,5− )
(0,5− ) .
. Harga
(0,5− ) diperoleh
dari daftar normal
Dari hasil perhitungan uji proporsi diperoleh Zhitung = -2,0428 dan Ztabel = 0,17 dengan α = 0,05. Karena Zhitung < Ztabel maka H0 diterima. Artinya persentase siswa yang menggunakan pembelajaran ATM, yang memperoleh nilai serendah-
42 rendahnya 75 (skala 100) tidak lebih dari 60%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 halaman 181.
56
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ATM tidak efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pangkat tak sebenarnya siswa kelas IX SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung semester ganjil tahun ajaran 2016/2017, karena: 1. Kemampuan pemahaman konsep Pangkat Tak Sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran ATM tidak lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep Pangkat Tak Sebenarnya siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Kurang dari 60% dari jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran ATM memperoleh nilai serendah- rendahnya 75 (skala 100).
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada guru yang ingin menggunakan atau mengembangkan pembelajaran ATM disarankan agar melakukan kegiatan semacam pretest di awal proses pembelajaran untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, serta memberikan motivasi kepada siswa agar siswa ikut berpartisipasi aktif ketika pembelajaran
57 berlangsung. Selain itu, guru disarankan untuk melatih siswa berdiskusi bersama teman- temannya. 2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan hendaknya melakukan pengkajian lebih mendalam, seperti pengelolahan waktu sebaik mungkin, pengolahan kelas agar tetap kondusif, memperhatikan instrumen yang digunakan, serta melakukan penelitian dalam waktu yang lebih lama agar siswa dapat beradaptasi terlebih dahulu terhadap pembelajaran ATM. 3. Kepada guru dan peneliti yang ingin menggunakan pembelajaran ATM sebaiknya diterapkan pada siswa yang memiliki karakteristik berpikir secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2003. Lubaabut Tafsiir Min Ibni Katsiir. [Online]. Tersedia: http://www.tafsirqu.com/2015/06/pdf-ebook-tafsir-ibnu-katsir-tafsir.html. [September 2016]. Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta. Ariyunita, Noraida. 2012. Analisis Kesalahan Dalam Penyelesaian Soal Operasi Bilangan Pecahan. Dalam Naskah Publikasi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. [Online]. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id/21133/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. [Maret 2017]. Astuti, Tri. 2010. Perbandingan Metode Pembelajaran Konvensional dengan Metode Pembelajaran Hyphnoteaching. [online] tersedia di : http://www.iyas phunkalfreth.blogspot.com/2010/06/perbandinganmetode pembelajaran.html?m=1 [Oktober 2016]. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas. .2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia: http://www.inhe rent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. [September 2016]. . 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://sukabumikota.kemenag.go.id/file/ dokumen/D001661.pdf. [September 2016]. . 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dewi, Retno, dkk. 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP Pada Materi Persamaan Garis Lurus. Dalam Unnes Journal of Mathematics Education, Volume 01. Nomor. 01, Thn.2012. [Online]. Tersedia:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/download/260/306.pdf. [Maret 2017]. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Matematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. . 2005. Pengembangan Matematika. Malang: UM Press.
Kurikulum
dan
Pembelajaran
Pembelajaran
Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatanpembelajarankonven sional/. [September 2016]. Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Proceedings Simantap 2011, 1(1). Muijs, D., Reynolds, D. 2011. Efective Teaching: Evidence and Practice (3rd ed.). London: SAGE Publications. Mullis, Ina V. S., Martin, M.O., Foy, P., dan Arora, A. 2012. TIMSS 2011 International Results In Mathematics. [Online]. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu. [September 2016]. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. OECD. 2013. PISA 2012 Result In http://www.oecd.org/. [September 2016].
Focus.
[Online].
Tersedia:
. 2015. PISA 2015 Result In Focus. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-resultsinfocus.pdf. [September 2016]. Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS 2015. [Online]. Tersedia: http://puspendik.kemendikbud.go.id/seminar/upload/RahmawatiSeminar%2 0Hasil%20TIMSS%202015.pdf. [April 2017].
Rasyid, Abd. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Poso. Dalam e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 hlm 61-68. [Online]. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MitraSains/article/download/4154/3091.pdf. [Maret 2017]. Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Sasmita, Dewi. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Siagian, R. E. F. (2015). Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2). [Online]. Tersedia: http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/ Formatif/article/viewFile/93/90. [Februari 2017]. Situmorang, A. S. (2014). Desain Model Pembelajaran Based Learning Dalam Peningkatan Kemampuan Konsep Mahasiswa Semester Tiga Jurusan Pendidikan Matematika FKIP-UHN Medan. Jurnal Suluh Pendidikan FKIPUHN, 1(1), 1-9. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Suherman, E, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Sutiarso, Sugeng. 2016. Model Pembelajaran ALQURAN (Alquran Teaching Model). Dalam Prosiding Seminar Nasional Mathematics, Science, & Education National Conference (MSENCo). Bandarlampung: IAIN Raden Intan Bandarlampung. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by step SPSS 13.0 Analisis data statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas. Yulaelawati,Ella, 2007. Kukrikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya. Yuliani, N. F. (2013). Hubungan antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar Santri di Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah. SPEKTRUM PLS, 1(2).[Online].Tersedia:http://download.portalgaruda.org/article.php?art icle=100561&val=1487. [Maret 2017].