EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016-2017)
(Skripsi)
Oleh M. KHUSNUDIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016-2017) Oleh M. Khusnudin Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model penemuan terbimbing ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandarlampung tahun pelajaran 2016-2017 yang terdistribusi dalam dua belas kelas, dengan sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas VII J sebagai sampel penelitian. Desain penelitian ini adalah one group pretest posttes design. Analisis yang digunakan dalan penelitian ini menggunakan uji wilcoxon. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Kata kunci: Efektivitas, Komunikasi Matematis, Penemuan Terbimbing,
EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016-2017)
Oleh M. KHUSNUDIN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wono Agung, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, pada 22 Juni 1995, merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Rasidi dan Ibu Siti Ngatiyah. Penulis memiliki enam orang kakak bernama Fahrurroji, Mungamilah, Siti Roisah, Nur Jannah, Siti Napsiyah, dan Siti Farida serta adik bernama Laily Maghviroh.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN 2 Wono Agung dan lulus pada tahun 2007, SMPN 2 Rawajitu Selatan dan lulus pada tahun 2010, SMAN 1 Banjar Margo dan lulus pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2013, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam, FKIP Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung menjadi Eksakta Muda dan Anggota Divisi Himasakta Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Generasi Muda dan Anggota Bidang Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) bidang Hubungan Masyarakat (Humas) FKIP Unila periode 2013-2015, Sekretaris Umum FPPI FKIP Unila periode 2015-2016, dan Ketua Komisi II (Komisi Keuangan) Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKIP Unila periode 2016.
MOTO BISMILLAH.... “ Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong agama ALLAH, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu ” ( Q.S Muhammad : v ) “Beribadah dan bekerjalah semata-mata hanya untuk mencari Ridho Allah SWT serta Berlombalomba kamu dalam kebaikan ”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan kerendahan hati dan ucapan syukur kehadirat Allah SWT serta dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Bapak, Ibu, Mbak, Aang, Adikku serta Keluarga Besar Bapak Rasidi dan Ibu Siti Ngatiyah tercinta, yang senantiasa mendoakanku dan tidak pernah letih memberikan semangat, kasih sayang, serta melakukan yang terbaik demi kesuksesanku. Mbah, Mbok, Mbak Lena, Kang Awik, Mbak Rani, dan Kang Tur yang sudah memberkan dukungan berupa doa, motivasi, dan finansial sehingga bisa melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Keluarga Besar FPPI FKIP, DPM FKIP, Himasakta, dan IKAMM TUBA Semua Kakak, Adik, dan Sahabat seperjuangan selama di kampus tercinta Unila yang selalu memberikan banyak sekali inspirasi dan pembelajaran baik akademik maupun nonakademik. Almamater tercinta.
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Penemuan Terbimbing ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 19 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016-2017).”
Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu diucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua Orang tuaku tersayang, kakak dan adik-adikku tercinta atas do’a, semangat, dan kasih sayang yang tak pernah berhenti mengalir. 2. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi akademik, memberikan perhatian, dan memotivasi selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. 3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk konsultasi, bimbingan, memberikan wawasan, perhatian, dan motivasi sehingga skripsi ini selesai. 4. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta Wakil Dekan dan stafnya. 6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA. 7. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan menjadi inspirasi dalam menuntut ilmu. 9. Ibu Siti Chaeratini, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian. 10. Ibu Eka Andawati, S.Pd, MM, selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan penelitian. 11. Keluarga besar FPPI FKIP Unila Periode 2015-2016 terutama untuk pimpinan FPPI seperti : Dani, Ama, Ana, Mustofi, Aulia, Anas, Dewi Yul, Aji, Inayah, Dayat, Septian, Yahya, Baiti, Arsyad, Dewi Pur, Dwi, Hunai, Anisa, Uswatun, Humedi, Doris, Putri, dan Rifki keluarga selama di kampus yang pernah berjuang bersama dalam dakwah di FKIP Unila. 12. Anggota Bidang dan Generasi Muda FPPI 2015-2016 : Zulkarnain, Hendi, Bimo, Sandy, Jamal, Lutfi, dan lainnya yang sudah berjuang bersama di periode 2015-2016. 13. Keluarga besar DPM FKIP Unila 2016 : Bimo, Aulia, Rifki, Renna, Ken, Niken, Inayah, Zia, Imah, Baiti, Ardi, dan Ceti yang telah berjuang bersama sebagai legislator muda FKIP Unila 2016.
14. Kawan-kawan IKAMM TUBA yang sudah memberikan banyak sekali pengalaman dan pembelajaran berharga selama di kampus. 15. Eksakta Muda Himasakta 2013-2014 : Saputra Wijaya, Ken, Adam, Dede, Dessy, Rizky, dan Ama yang telah memberikan arti dunia kampus di awal menjadi semester baru. 16. Sahabat seperjuangan Al-Fatih 7 yang banyak sekali memberikan sumbangsih kebahagiaan, motivasi, dan ilmu tentunya. 17. Sahabat-sahabat KKN Desa Sendang Rejo yang kece : Ferry, Baiti, Yessi, Wiji, Elin, Praba, Melisa, Devita, dan Lisa. 18. Seluruh Pengurus dan Alumni FPPI FKIP Unila 2013-2015 yang sudah menjadi kakak sekaligus keluarga di FKIP Unila. 19. Teman-teman seperjuangan, pendidikan Matematika 2013 yang sudah membersamai selama kurang lebih empat tahun di Pendidikan Matematika FKIp Unila. 20. Kakak-kakak angkatan 2009 - 2012 dan adik-adik angkatan 2014-2016 yang telah menemani perjuanganku. 21. Guru dan teman SMAN 1 Banjar Margo yang telah memberikan motivasi untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu. 22. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT mudahan ini bermanfaat. Aamiin.
Bandarlampung, Penulis,
M. Khusnudin
Juni 2017
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii I. PENDAHULUAN .......................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
7
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ..................................
9
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................
9
1. Efektivitas Pembelajaran.................................................................... 2. Model Penemuan Terbimbing............................................................ a. Pengertian Model Penemuan Terbimbing..................................... b. Fase-Fase dalam Model Penemuan Terbimbing ........................... c. Kelebihan Pembelajaran melalui Penemuan Terbimbing ............ 3. Kemampuan Komunikasi Matematis.................................................
9 10 10 11 12 13
B. Kerangka Pikir ................................................................... .................... 15 C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 18 D. Hipotesis ................................................................................................. 18 III. METODE PENELITIAN.............................................................................. 19 A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 19
B. Desain Penelitian .................................................................................... 19 C. Data Penelitian ........................................................................................ 20 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 20 E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 21 F. Prosedur Penelitian.................................................................................. 28 G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...................................... 30 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 35 A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 35 B. Pembahasan............................................................................................. 38 V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 46 A. Simpulan................................................................................................... 46 B. Saran ......................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47 LAMPIRAN........................................................................................................ 51
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Fase-Fase dalam Model Penemuan Terbimbing .............................. 11 Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 19 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Penilaian Kemampuan BKM Siswa ............... 22 Tabel 3.3 Kriteria reliabilitas............................................................................ 25 Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda............................................................... 26 Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ........................................................ 27 Tabel 3.6 Hasil Tes Uji Coba Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ..... 27 Tabel 3.7 Hasil Tes Uji Coba Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis..... 28 Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ............................................... 31 Tabel 4.1 Data Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ............ 35 Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 36 Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Akhir KMS........................... 37 Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Komunikasi Matematis Siswa ....................... 38
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ................................................................ 51 Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................. 58 Lampiran A.3 Lembar Kerja Pesera Didik (LKPD) ......................................... 88 Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal KMS ............................ 111 Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Awal KMS............................................. 113 Lampiran B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal KMS ................... 115 Lampiran B.4 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal KMS ........................... 116 Lampiran B.5 Form Validasi Soal Tes Kemampuan Awal KMS..................... 119 Lampiran B.6 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Akhir KMS............................ 121 Lampiran B.7 Soal Tes Kemampuan Akhir KMS ............................................ 123 Lampiran B.8 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Akhir KMS................... 125 Lampiran B.9 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Akhir KMS........................... 126 Lampiran B.10 Form Validasi Soal Tes Kemampuan Akhir KMS .................... 128 Lampiran C.1 Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan KMS ....................... 130 Lampiran C.2 Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ................ 134 Lampiran C.3 Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ..................... 136 Lampiran C.4 Skor Per indikator Kemampuan Awal KMS ............................. 137 Lampiran C.5 Skor Per Indikator Kemampuan Akhir KMS ............................ 139 viii
Lampiran C.6 Normalitas Data Kemampuan Awal KMS ................................ 141 Lampiran C.7 Normalitas Data Kemampuan Akhir KMS................................ 145 Lampiran C.8 Uji Perbedaan Kemampuan KMS.............................................. 149 Lampiran C.9 Uji Proporsi Data Kemampuan KMS ........................................ 154 Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian.................................................................. 156 Lampiran D.2
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................. 157
ix
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah indikator terpenting suatu bangsa dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (2014), tiga indikator utama untuk menilai indeks pembangunan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Tambak (2013), bahwa pendidikan merupakan suatu bidang yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena menekankan pada usaha yang penting untuk memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan keberadaan SDM. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, pendidikan di Indonesia dibagi kedalam pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal dilakukan dalam beberapa jenjang, dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal inilah yang terstruktur dan sistematis sebagai sarana untuk mencerdaskan anak bangsa serta mengembangkan bakat peserta didik. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut.
2 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan pembelajaran mata pelajaran wajib yang terdapat di kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu yang perlu dikuasai oleh peserta didik baik di tingkat pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Matematika dianggap penting karena sangat berguna dalam kehidupan sebagai ilmu ukur dan ilmu hitung. Hal ini sesuai dengan tujuan pelajaran matematika seperti dijelaskan dalam lampiran Permendikbud nomor 58 tahun 2016 sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3 Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika, guru diharapkan mampu mengembangkan berbagai kemampuan matematis siswa. Kemampuan matematis siswa diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika itu sendiri. Adapun tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan National Council of Teachers of Mathematics (NCTM,2000) yaitu belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections), dan pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics). Salah satu kemampuan matematis yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Komunikasi matematis adalah cara siswa menyatakan atau memperjelas gagasangagasan matematika dalam bentuk lisan maupun tulisan baik berupa simbol, tabel, diagram, atau media lain. Dalam Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang standar
kompetensi
lulusan
diungkapkan
bahwa
komunikasi
matematis
merupakan cara mengungkapkan gagasan dengan tabel, diagram, gambar, dan grafik untuk memperjelas keadaan atau masalah. Kemampuan komunikasi matematis sangat dibutuhkan siswa dalam pembelajaran matematika mengingat ilmu matematika memuat banyak simbol, tabel dan diagram. Hal ini menuntut siswa mentransformasikan simbol-simbol dan media matematika lain dalam bentuk gagasan yang jelas.
4 Pada kenyataannya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil ujian nasional tingkat SMP sederajat. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya komunikasi matematis siswa diperkuat oleh Suhaedi (2012) yang mengatakan bahwa siswa kurang percaya diri dalam menyelesaikan masalah matematis yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika dan mengkomunikasikan ide-ide dalam mengerjakan soal matematika. Lebih lanjut, dikatakan bahwa salah satu penyebab adalah proses pembelajaran yang monoton dan sangat jarang mengaktifkan siswa.
Kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah juga terjadi di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi bahwa siswa sering mengalami kesulitan ketika: (1) menyatakan menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika, (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara tulisan maupun lisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar, (3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, (4) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (5) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
Berdasarkan permasalahan maka diperlukannya upaya-upaya guna meningkatkan kemampuan siswa, khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Upaya untuk meningkatkan kemampaun komunikasi matematis salah satunya adalah memilih pembelajaran
yang efektif.
Pembelajaran
yang efektif adalah
pembelajaran yang dapat menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Hakikat pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
5 memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri, aktif, dan kreatif dengan bimbingan guru sehingga tujuan pembelajaran yang ingin diinginkan dapat tercapai secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri, aktif, dan kreatif dengan bimbingan guru sehingga tujuan pembelajaran yang ingin diinginkan dapat tercapai secara optimal adalah model penemuan terbimbing.
Model pembelajaran penemuan terbimbing menurut Wahyu (2011:39) merupakan model pembelajaran yang bersifat student oriented dengan teknik trial and error, menerka, menggunakan intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan bimbingan dan petunjuk jalan dalam memabantu siswa untuk mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan yang baru.
Diperkuat oleh pendapat Bruner
dalam Prince & Felder (2006:132) belajar dengan penemuan merupakan pendekatan yang berbasis pemeriksaan. Para siswa diberi suatu pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau pengamatan pengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugas tugas, menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan temuannya, dan menemukan pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang diinginkan di dalam proses.
Pembelajaran penemuan terbimbing adalah pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual atau kecakapan berpikir terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu (Wahyudin,2008).
6 Artinya
melalui
pembelajaran
ini
siswa
diharapkan
untuk
dapat
mengkomunikasikan hal-hal yang telah dipahaminya dan yang ada dalam pemikirannya untuk membangun suatu pengetahuan yang akan diperolehnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran penemuan terbimbing ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah penerapan model penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa?” Dari rumusan masalah dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu: 1.
Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing?
2.
Apakah proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik setelah mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing lebih dari sama dengan 60 % ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui efektivitas pembelajaran penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
7
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan model penemuan terbimbing serta hubungannya dengan kemampuan komunikasi matematis siswa. 2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi praktisi pendidikan sebagai alternatif dalam memilih model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. E. Ruang Lingkup Penelitian Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara penulis dengan pembaca, yaitu: 1.
Efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
2. Model penemuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru. 3.
Kemampuan komunikasi matematis adalah proses mengungkapkan ide-ide matematika yang dapat disajikan dalam bentuk diagram, tabel, gambar, atau simbol matematika lain untuk memperjelas suatu konsep. Dalam hal ini,
8 kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menulis (written texts), menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression). 4.
Pembelajaran penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada materi perbandingan.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1.
Efektivitas Pembelajaran
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti memiliki efek, pengaruh atau akibat. Selain itu kata efektif dapat diartikan memberikan hasil yang memuaskan, sehingga efektivitas dapat diartikan keefektifan, dayaguna, dan adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui, pembelajaran dapat diartikan proses pemberian pentunjuk kepada orang agar diketahui.
Hamalik (2001:171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa agar dapat memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Sutikno (2005) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Simanjuntak (1993:80) pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa
10 yang diharapkan. Mulyasa (2006:193) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, dan mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, dan mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian bahwa penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik. Dalam penelitian ini KKM diperoleh dari KKM yang sudah ditetapkan oleh SMP Negeri 19 Bandar Lampung yaitu KKM 70 sehingga dalam penelitian ini diasumsikan setiap kemampuan matematika harus mencapai nilai 70 agar tujuan pembelajaran tercapai.
2.
Model Penemuan Terbimbing
a.
Pengertian Model Penemuan Terbimbing
Model penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat student oriented, menerka, menggunakan intuisi, menyelidiki, menarik kesimpulan, serta memungkinkan guru melakukan bimbingan dan penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan baru. (Wahyu, 2011 ) Prince & Felder (2006:132) belajar dengan penemuan merupakan pendekatan
11 yang berbasis pemeriksaan. Para siswa diberi suatu pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau pengamatan pengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugas tugas, menarik kesimpulankesimpulan yang sesuai dengan temuannya, dan menemukan pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang diinginkan di dalam proses.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru.
b.
Fase-Fase dalam Model Penemuan Terbimbing
Menurut Eggen (2012:190), fase untuk model penemuan terbimbing dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Fase-fase pembelajaran dengan model penemuan terbimbing Fase Fase 1 : Pendahuluan Fase 2 : Fase Terbuka
Fase 3 : Fase Konvergen
Fase 4 : Penutup dan Penerapan
Deskripsi Guru berusaha menarik perhatian dan menetapkan fokus pembelajaran Guru memberikan contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan mem-bandingkan contoh-contoh. Guru menayakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang komunikasi atau generalisasi Guru membimbing siswa memahami definisi suatu komunikasi atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru
12 Merujuk dari fase-fase dalam model penemuan terbimbing yang dikemukakan oleh Eggen. Pada penelitian ini untuk fase ke empat yaitu fase penutup dan penerapan terbagi atas dua bagian yang terletak pada kegiatan inti dan kegiatan penutup. Sehingga untuk proses penarikan kesimpulan terdapat pada kegiatan inti sedangkan untuk penerapan konsep terletak pada kegiatan penutup. c. Kelebihan Pembelajaran melalui Penemuan Terbimbing Adapun kelebihan-kelebihan model inkuiri yang dikemukakan oleh Roestiyah (2008:76-77) adalah sebagai berikut : 1) Dapat membentuk dan mengembangkan “Self Concept” pada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang komunikasi dasar dan ide-ide yang lebih baik. 2) Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. 5) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
13 Menurut Amin (dalam Suryanti 2009: 145), model inkuiri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa keuntungan seperti : 1) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri 2) Menciptakan suasana akademik yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa. 3) Membantu siswa mengembangkan komunikasi diri yang positif. 4) Meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri. 5) Mengembangkan bakat individual secara optimal. 6) Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.
3.
Kemampuan Komunikasi Matematis
Sardiman (Muhammad 1999:1) mengemukakan komunikasi secara konseptual yaitu memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama. Suwito (Muhammad 1999:1) menjelaskan kata komunikasi (bahasa Inggris: Communication) berasal dari kata kerja Latin “communicare”, yang berarti ”berbicara bersama, berunding, berdiskusi dan berkonsultasi, satu sama lain”. Kata ini erat hubungannya dengan kata Latin ”communitas”, yang tidak hanya berarti komunitas/masyarakat sebagai satu kesatuan, tetapi juga berarti ikatan berteman dan rasa keadilan dalam hubungan antara orang-orang satu sama lain.
Salah satu kemampuan yang diukur dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi matematis. Menurut Asikin (2013:204) yang dinamakan
14 kemampuan komunikasi matematis adalah suatu kecakapan seseorang dalam menghubungkan pesan-pesan dengan membaca ataupun mendengarkan, selanjutnya bertanya, kemudian mengkomunikasikan letak masalah serta mempresentasikan dalam pemecahan masalah. Presentasi yang dilakukan tejadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi suatu pengalihan pesan yang berisi sebagian materi matematika yang dipelajari. Komunikasi yang terjadi di lingkungan kelas ini merupakan komunikasi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dapat berupa komunikasi secara lisan maupun tertulis. Komunikasi secara lisan contohnya adalah penjelasan secara lisan yang dilakukan oleh guru kepada siswa atau sebaliknya, sedangkan komunikasi secara tertulis dapat diwakili dengan simbol-simbol atau lambang yang biasa digunakan dalam materi pelajaran matematika.
Terkait dengan komunikasi matematis, NCTM (Mahmudi, 2009) menyebutkan bahwa standar kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa adalah sebagai berikut. a.
mengelola pemikiran matematika dan mengkomunikasikan kepada siswa lain.
b.
Mengungkapkan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain dan guru.
c.
Meningkatkan pengetahuan matematika siswa dengan cara menggabungkan pemikiran dan strategi siswa satu dengan yang lainnya.
d.
Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika.
15 Adapun Kemampuan Komunikasi matematis menurut Cai Lane dan Jacobsin (Fachrurazi, 2011: 81) adalah sebagai berikut: a.
Menulis matematis (written texts). Siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis.
b.
Menggambar secara matematis (drawing). Pada kemampuan ini, siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar.
c.
Ekspresi matematis (mathematical expression). Siswa mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar sehingga perhitungan mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah proses mengungkapkan ide-ide matematika yang dapat disajikan dalam bentuk diagram, tabel, gambar, atau simbol matematika lain untuk memperjelas suatu konsep. Dalam hal ini, kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menulis (written texts), menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression).
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model penemuan terbimbing ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung tahun pelajaran 2016-2017 terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model
16 penemuan terbimbing,
sedangkan variabel
terikatnya
yaitu kemampuan
komunikasi matematis.
Penemuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru. Tahapan-tahapan model penemuan terbimbing adalah (a) pendahuluan, (b) fase terbuka, (c) fase konvergen, dan (d) penutup dan penerapan.
Pada tahap pendahuluan, Guru berusaha menarik perhatian dan menetapkan fokus pembelajaran. Hal ini mendorong siswa agar lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa yang ada di kelas tersebut memiliki orientasi untuk belajar matematika.
Pada tahap selanjutnya adalah fase terbuka yaitu guru memberikan contoh dan meminta siswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh. Pada tahap ini guru akan meningkatkan pengetahuan matematika siswa dengan cara menggabungkan pemikiran siswa melalui contoh-contoh yang telah diberikan sehingga siswa yang sudah memahami dapat mengkomunikasi dengan siswa lainnya. Pada tahap ini siswa dapat meningkatkan kemampuan menuliskan penjelasan secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis.
Selanjutnya adalah fase konvergen yaitu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang komunikasi atau generalisasi. Hal ini akan mendorong siswa untuk
17 mengelola pemikiran matematika dan mengkomunikasikan kepada siswa lain Sehingga kemampuan mengungkapkan ide-ide matematika secara koheren dan jelas melalui gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar kepada siswa lain menjadi lebih baik.
Tahap yang terakhir adalah penutup dan penerapan yaitu guru membimbing siswa memahami definisi suatu komunikasi atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar sehingga dalam melalukan perhitungan mendapatkan solusi secara lengkap dan benar melalui pengetahuan baru
berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru.
Tahapan-tahapan penemuan terbimbing tersebut masing-masing memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan menemukan sendiri pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru, bekerja sama dalam kelompok, dan mengomunikasikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain dan guru. Dengan demikian, tahapan-tahapan yang dilakukan siswa akan memberikan pengalaman sehingga siswa mampu untuk membangun sendiri pengetahuan dan kemampuan komunikasi matematis.
Berdasarkan uraian di atas, model penemuan terbimbing efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika dan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
Dengan
demikian,
akan
memungkinkan
kemampuan
komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran penemuan
18 terbimbing lebih baik daripada kemampuan komuikasi matematis siswa sebelum mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing.
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 19 Bandar Lampung tahun pelajaran 2016-2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
D. Hipotesis
1.
Hipotesis Umum : Penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung.
2.
Hipotesis Khusus : a.
Kemampuan
komunikasi
matematis
siswa
setelah
mengikuti
pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing. b.
Proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik setelah mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing lebih dari 60 %.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Turi Raya No.1 Labuhan Dalam Tanjung Senang Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 20162017 yang terdistribusi dalam 12 kelas. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, sehingga diperoleh sampel kelas VII J sebagai sampel penelitian dengan jumlah siswa 33 orang.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasi experiment (eksperimen semu). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretestposttest sesuai dengan yang dikembangkan oleh Sugiyono (2008: 111) seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain one group pretest-posttest Pretest
Perlakuan
Posttest
Y1
X
Y2
20 Keterangan: Y1
: Data kemampuan awal komunikasi matematis materi persamaan dan
X Y2
:
pertidaksamaan linear satu variabel
:
Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian Data kemampuan akhir komunikasi matematis materi perbandingan
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model penemuan terbimbing, sedangkan kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan variabel terikat. Terjadi atau tidaknya perubahan pada variabel terikat dapat dilihat dengan menganalisis hasil tes kemampuan komunikasi matematis awal (pretest) siswa dan hasil tes kemampuan komunikasi matematis akhir (posttest) siswa.
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa yang dicerminkan oleh nilai pretest-posttest yang berbentuk data kuantitatif. Data kemampuan awal komunikasi matematis dicerminkan oleh nilai pretest pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel dengan pembelajaran kontekstual. Data kemampuan akhir komunikasi matematis dicerminkan oleh nilai
posttest pada materi perbandingan dengan pembelajaran penemuan terbimbing.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang diberikan dengan pembelajaran
sebelumnya yaitu pembelajaran kontekstual dan kemampuan siswa
21 dalam
memahami
materi
dengan
pembelajaran
penemuan
terbimbing.
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes awal berupa tes kemampuan komunikasi matematis mengenai materi yang telah siswa pelajari sebelum diberi perlakuan dan tes akhir berupa tes kemampuan komunikasi matematis mengenai materi perbandingan yang diterima siswa melalui pembelajaran penemuan terbimbing.
E.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen tes, instrumen tes berupa soal-soal uraian yang digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diketahui dengan membandingkan nilai tes kemampuan awal dan akhir komunikasi matematis siswa. Dalam hal ini, instrumen tes kemampuan awal dan akhir komunikasi matematis memiliki indikator yang sama tetapi dengan materi yang berbeda. Soal-soal tes kemampuan awal berkaitan dengan materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel yang telah dipelajari siswa sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing. Sedangkan soal-soal tes kemampuan akhir berkaitan dengan materi perbandingan yang dipelajari selama penerapan model penemuan terbimbing.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik agar data yang diperoleh akurat. Prosedur yang ditempuh dalam penyusunan intrumen tes ini, yaitu: a. Menentukan tipe soal yang akan diujikan; b. Melakukan batasan materi;
22 c. Menentukan jumlah butir soal yang diujikan; d. Menentukan alokasi waktu pengerjaan soal; e. Membuat kisi-kisi soal tes kemampuan awal yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel, serta indikator kemampuan komunikasi matematis siswa; f. Membuat kisi-kisi soal tes kemampuan akhir yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran pada materi perbandingan, serta indikator kemampuan komunikasi matematis siswa; g. Menyesuaikan setiap indikator komunikasi matematis pada kisi-kisi soal tes kemampuan awal dengan kisi-kisi soal tes kemampuan akhir; h. Menyusun butir soal tes kemampuan awal komunikasi matematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat; i. Menyusun butir soal tes kemampuan akhir komunikasi matematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat; j. Menyusun kunci jawaban butir soal tes kemampuan awal komunikasi matematis berdasarkan pedoman penyekoran yang telah dibuat; k. Menyusun kunci jawaban butir soal tes kemampuan akhir komunikasi matematis berdasarkan pedoman penyekoran yang telah dibuat; l. Melakukan penilaian terhadap butir soal berdasarkan kepada pedoman penyekoran.
Menurut Puspaningtyas (2012), pedoman penyekoran setiap butir soal kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2.
23 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor
Menggambar (drawing)
0
Tidak ada jawaban
1
Membuat gambar namun isi nya tidak sesuai dengan konsep
2
Membuat gambar sesuai dengan konsep namun kurang lengkap
3
Membuat gambar sesuai dan lengkap
4
Skor Maksimal
3
Ekspresi Matematika (Mathematical Expression)
Hanya sedikit dari pendekatan matematika yang benar Membuat pendekatan matematika dengan benar, namun salah dalam mendapatkan solusi Membuat pendekatan matematika dengan benar, solusi benar, namun terdapat langkahlangkah yang terlewati Membuat pendekatan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar 4
Menulis (Written Texts) Menjelaskan namun tidak sesuai dengan konsep dan tidak masuk akal Penjelasan secara matematis masuk akal namun kurang lengkap Penjelasan secara matematis masuk akal dan lengkap
3
Dalam upaya memperoleh data penelitian yang akurat maka tes yang digunakan harus merupakan tes yang baik. Suatu tes yang baik adalah tes yang paling tidak memenuhi kriteria valid dan reliabel agar kesimpulan dalam suatu penelitian tidak salah. Selain itu, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu butir tes dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat kesukaran maupun daya pembeda soal.
1. Validitas tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas pada penelitian ini didasarkan pada validitas isi. Suatu
24 tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa dikatakan memiliki validitas isi jika tes tersebut memiliki kesesuaian isi materi yang diujikan dengan indikator kemampuan komunikasi matematis dan indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen tes dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VII di SMP Negeri 19 Bandarlampung dengan daftar checklist, dengan asumsi bahwa guru tersebut memahami Kurikulum 2013 dengan baik. Suatu tes dikategorikan valid jika butir-butir tesnya sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang diukur.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data kemampuan awal dan akhir komunikasi matematis siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5, hal. 116-117 dan Lampiran B.10, hal. 125-126). Oleh karena itu, instrumen tes dapat diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
2.
Reliabilitas tes
Tes dengan reliabilitas tinggi akan meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh akan sama atau tidak jauh berbeda apabila tes dilakukan kembali. Untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2008: 109) sebagai berikut:
2 n i 1 r11 2 t n 1
25
Keterangan: r11 n 2 b
: koefesien reliabilitas yang dicari : banyaknya item : jumlah varians dari tiap-tiap item
t
: varians total.
2
Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan pendapat Arikunto (2008: 75) yang disajikan dalam Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Koefisien reliabilitas (r11) 0,80 < r11≤ 1,00 0,60 < r11 ≤ 0,80 0,40 < r11≤ 0,60 0,20 < r11≤ 0,40 0,00 < r11≤ 0,20
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas untuk tes kemampuan awal sebesar 0,62 dan 0,647 untuk tes kemampuan akhir. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tes yang digunakan memiliki kriteria reliabilitas yang tinggi.
3.
Daya Pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Dalam penelitian ini, nilai siswa dikelompokkan menjadi kelompok atas dan kelompok bawah dengan cara mengurutkan nilai siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai nilai terendah. Kemudian diambil 27% yang memperoleh nilai tertinggi sebagai kelompok atas dan 27% yang memperoleh nilai terendah sebagai kelompok bawah. Menurut Sudijono (2008: 389-390) formula untuk mengukur daya pembeda suatu butir soal adalah:
26 DP
=
Keterangan : DP JA JB IA
: Koefisien daya pembeda butir soal : Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah : Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah
Hasil perhitungan nilai daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai
Interpretasi Jelek Cukup Baik Sangat Baik Sangat Jelek
Dalam penelitian ini digunakan butir soal yang memiliki nilai daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30 yaitu soal yang memiliki daya pembeda cukup dan baik. Daya pembeda masing-masing butir soal tes kemampuan awal dan akhir komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7.
4.
Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran atau taraf kesulitan suatu butir soal. Menurut Sudijono (2011: 372), rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal adalah sebagai berikut. TK =
27 Keterangan : TK
= indeks kesukaran suatu butir soal = Jumlah skor yang diperoleh siswa pada suatu butir soal yang diperoleh = Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Kriteria tingkat kesukaran butir soal yang digunakan menurut Sudijono (2018: 372) disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran TK < 0,00 0,30 < TK ≤ 0,70 0,70 < TK
Interpretasi Sangat sukar Sedang Terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen tes kemampuan awal dan akhir komunikasi matematis seperti tersaji pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Perhitungan selengkapnya mengenai reliabilitas tes dapat dilihat pada Lampiran C.1, hal. 130-133 dan perhitungan daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal pada Lampiran C.2, hal. 134-135. Tabel 3.6 Hasil Tes Uji Coba Kemampuan Awal Komunikasi Matematis No
Validitas
Reliabilitas
1a 1b 1c 1d
Valid
0,62 (Reliabilitas Tinggi)
Daya Pembeda 0,33 ( Cukup) 0,45 (Baik) 0,38 ( Cukup) 0,46 (Baik)
2
0,30 (Cukup)
3
0,36 (Cukup)
Tingkat Kesukaran 0,48 (Sedang) 0,65 (Sedang) 0,63 (Sedang) 0,28 (Sangat Sukar) 0,71 (Telalu Mudah) 0,67 (Sedang)
Keputusan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan
Digunakan Digunakan
28 Dari Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa hasil tes uji coba kemampuan awal siswa memenuhi kriteria valid dan memenuhi reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang ditentukan. Oleh karena itu, soal tes dapat digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal komunikasi matematis. Tabel 3.7 Hasil Tes Uji Coba Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis No Soal 1a 1b 2a 2b
Validitas
Valid
Reliabilitas
0,647 (Reliabilitas Tinggi)
3
Daya Pembeda 0,39 (Cukup) 0,32 (Cukup) 0,35 (Cukup) 0,42 (Baik) 0,47 (Baik)
Tingkat Kesukaran 0,53 (Sedang) 0,72 (Sangat Mudah) 0,55 (Sedang) 0,28 ( Sangat Sukar) 0,53 (Sedang)
Keputusan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan
Dari Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa hasil tes uji coba kemampuan komunikasi matematis siswa memiliki koefisien reliabilitas dengan kriteria reliabilitas tinggi. Selain itu, soal tes telah dinyatakan valid dan memenuhi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran yang ditentukan. Oleh karena itu, soal tes dapat digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan akhir berpikir kreatif matematis.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan a. Melakukan observasi awal ke sekolah yang akan ditentukan sebagai populasi dan sampel penelitian.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja Peserta Didik (LKPD).
29 c. Mempersiapkan perangkat untuk instrumen komunikasi matematis siswa. d. Melakukan uji coba instumen tes kemampuan komunikasi matematis siswa berupa soal tes kemampuan awal dengan materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di Kelas VII J SMP Negeri 19 Bandar Lampung. e. Menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tes kemampuan awal. f. Melakukan pretest pada Kelas VII J SMP Negeri 19 Bandar Lampung sebelum diberikan perlakuan.
2. Tahap Pelaksanaan a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Penemuan Terbimbing. b. Melakukan uji coba instumen tes kemampuan komunikasi matematis siswa berupa soal tes kemampuan akhir dengan materi Perbandingan di Kelas VII J SMP Negeri 19 Bandar Lampung. c. Menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tes kemampuan akhir. d. Mengadakan posttest pada kedua kelas dengan menggunakan perangkat instrumen tes yang telah disiapkan. 3. Menganalisis hasil penelitian 4. Menyusun hasil penelitian
30 G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan sesudah penerapan model penemuan terbimbing. Data yang diperoleh sebelum penerapan penemuan terbimbing adalah nilai tes kemampuan awal komunikasi matematis siswa. Sedangkan data yang diperoleh setelah penerapan penemuan terbimbing adalah nilai tes kemampuan akhir komuniaksi matematis siswa.
Uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa dan uji proporsi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk menentukan teknik analisis data yang digunakan.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi kemampuan awal komunikasi matematis berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal dan populasi kemampuan akhir komunikasi matematis berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak tidak normal.
Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji ChiKuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut. 1. Hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2. Taraf signifikan : α = 0,05
31 3. Statistik uji x2hitung = Keterangan: = frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan 4. Kriteria uji : Terima H0 jika
dengan
Hasil uji normalitas data penelitian disajikan dalam Tabel 3.9. Perhitungan uji normalitas data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6-C.7, hal. 141-148.
Tabel. 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian Sumber Data Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Kemampuan Akhir Komuniaksi Matematis
Banyak Siswa 33
23,279
7,81
Kesimpulan H0 Ditolak
33
-11,61
7,81
Diterima
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa data kemampuan akhir komunikasi matematis siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal, tetapi data kemampuan awal komunikasi matematis siswa berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal sehingga uji prasyarat selanjutnya yaitu uji homogenitas tidak dilakukan.
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa dan uji proporsi. Berikut ini adalah penjelasan dari kedua uji tersebut :
32
a. Uji Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Berdasarkan uji prasyarat data yang diperoleh berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka dalam penelitian ini digunakan uji wilcoxon. Menurut Sheskin (2000) uji wilcoxon digunakan untuk menguji data dua sampel yang saling berkaitan (Dependen). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji wilcoxon adalah sebagai berikut : 1.
Memberikan lambang untuk tes kemampuan awal dan akhir. Tes kemampuan akhir dilambangkan dengan (X1) dan tes kemampuan awal dilambangkan dengan (X2). Selanjutnya, menentukan selisih antara nilai tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir (D = X1 – X2).
2.
Menentukan nilai mutlak D (| |). Kemudian, mengurutkan nilai | | dari nilai yang terkecil hingga yang nilai yang terbesar.
3.
Menentukan peringkat (ranking) dari nilai | |. Kemudian, memberikan tanda positif dan negatif didepan nilai | |. Tanda positif dan negatif diberikan sesuai dengan selisih nilai tes kemampuan awal dan akhir.
4.
Menghitung jumlah tanda nilai | | yang positif (Σ +) dan jumlah tanda nilai | | yang negatif (Σ −).
5.
Memilih antara (Σ +) dan (Σ
) yang bernilai lebih kecil. Nilai yang lebih
kecil tersebut kemudian dilambangkan dengan T. Nilai T tersebut selanjutnya akan digunakan dalam uji wilcoxon.
33 Adapun hipotesis yang digunakan dalam uji wilcoxon, yaitu sebagai berikut : H0 :
= 0 (Σ R+) = (ΣR −) atau tidak ada perbedaan antara kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing.
H1 :
> 0 (ΣR +) > (ΣR −) atau kemampuan matematis komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing.
Taraf signifikan yang digunakan:α = 5 %. Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak.Rumus untuk uji wilcoxon menurut Sheskin (2000) adalah sebagai berikut.
z hitung =
Keterangan: n:
Banyaknya tanda positif dan negatif dari selisih nilai tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir.
Pedoman dalam mengambil keputusan dalam uji wilcoxon adalah tolak H0 jika nilai
≥
dan terima H0 jika nilai
<
. Hasil uji
Wilcoxon untuk data tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran C.8.
b. Uji Proporsi
Uji proporsi digunakan untuk mengetahui apakah proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis setelah dengan baik setelah mengikuti
34 pembelajaran penemuan terbimbing adalah lebih dari 60 %. Uji proporsi dalam penelitian ini menggunakan formula menurut Sudjana (2005: 234). 1. Hipotesis H0 : < 0,60 atau proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik setelah mengikuti pembelajaran Penemuan Terbimbing adalah kurang dari 60 %. H1 :
0,60 atau proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik setelah mengikuti pembelajaran Penemuan Terbimbing adalah lebih dari sama dengan 60 %.
2. Taraf Signifikan : α = 0,05 3. Statistik uji :
zhitung =
Keterangan: x
= banyaknya siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik setelah mengikuti pembelajaran Penemuan Terbimbing n = jumlah sampel 0,60 = proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik setelah mengikuti pembelajaran Penemuan Terbimbing yang diharapkan 4. Kriteria uji Terima H0 jika baku dengan peluang Lampiran C.9.
. Harga
diperoleh dari daftar normal
. Hasil uji proporsi dapat dilihat selengkapnya pada
43
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model penemuan terbimbing tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, akan tetapi kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti model penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing.
B. Saran Berdasarkan simpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tidak disarankan untuk menggunakan model penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika di kelas. 2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penerapan model penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran memperhatikan siswa untuk lebih fokus dalam meningkatkan kemampuan komuniaksi matematis pada indikator Mathematical Espression sehingga ketiga indikator komunikasi matematis yaitu drawing, Written Texts, dan Mathematical Espression dapat ditingkatkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asikin, Mohammad dan Iwan Junaedi. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Dalam Setting Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education). Jurnal Pendidikan Matematika. Unnes: Semarang. [Online].Tersedia:http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer/article/view /1483/1440. Diakses 25 Oktober 2016. Cochran, R. et al.(2007). The Impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledgeand Classroom Practice.[Online]. Tersedia: http://www.rume.org/crume2007/papers/cochran-mayer-mullins.pdf. Diakses 17 Januari 2017 Darkasyi, Muhammad. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. [online]. Diakses 10 Januari 2017 Depdiknas. 2003. UU NOMOR 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eggen, Paul dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Edisi Keenam. Jakarta Barat: PT. Indeks. E. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. [online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/8Fachrurazi.pdf. Diakses17 Oktober 2016. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hapsari, Maharani Julia. 2011. Upaya Meningkatkan Self Confidence Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Inkuiri Terbimbing.
48 Prosiding. [Online], Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/7385/1/p-30.pdf. Diakses 20 Maret 2017 Jamaluddin. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Teorema Phytagoras. [online]. Tersedia : http//jurnal.mahasiswa.unesa.ac.id/article/2396/30/pdf. Diakses 10 Maret 2017 Muhammad, Arni. 1999. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Bandung Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.54 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. 2016. Permendikbud No.58 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. 2016. Permendikbud No.23 tentang tentang standar penilaian bahwa penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mahmudi, M. Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahm udi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU% 202008%20_Komunikasi%20dlm%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf. Diakses 16 Oktober 2016. Marnoko. 2011. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil Belajar Ekonomi Mahasiswa Fe UNPAB. [Online]. Tersedia: https://library. pancabudi.ac.id/jurnal_files/63624ed5b11f5553e30f1f47dd0abe52471b1ecf _3._Marnoko.pdf. Diakses 17 Agustus 2016 Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun Self-Cofidence Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving. [Online], Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/10726/1/P%20-%203.pdf. diakses 17 Mei 2017 NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. [Online]. Tersedia:https://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSS M_ExecutiveSummary.pdf. Diakses 23 Oktober 2016 Prince, M. J. & Felder, R. M. 2006. “Inductive teaching and learning methods: Definitions, comparisons, and research bases”. Journal of Engineering Education, 95 (2). 123-138. [online]. Diakses 10 Januari 2017 Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung : Unila. Tidak diterbitkan.
49
Riska. 2015. Peningkatan Ke-mampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. [online] Tersedi :https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnaldms/article/pdf. Diakses 8 Maret 2017 Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MAT EMATIKA/195503031980021DARHIM/Makalah_Artikel/JurMalang.pdf. Diakses 17 Mei 2017 Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sheskin, David J. 2000. Handbook of Parametric and NonParametric Statistical Procedures Second Edition. USA : Western Connecticut State University. Shimada, S. 2006. Senior Secondary Education Project 2006. The Open Ended Approach. A New Tesis for Teaching Mathematics. Reston: Prentice Hall Inc. [online]. Diakses 17 Januari 2017 Simanjuntak, L. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta
Suhaedi, D. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. [Online]. Tersedia : http://eprints.uny.ac.id/7541/1/p%20-2020.pdf. Diakses 20 April 2017 Suryanti, dkk. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram: NTP Press. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FP-MIPA UPI. Indonesia. 2014.HDI values and rank changes in the 2014 Human Development Report. [Online]. Tersedia:hdr.undp.org/sites/default/files/ Country-Profiles/IDN.pdf. Diakses 17 Januari 2017
50
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiadi. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyu. 2011. Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning Pada Pembelajaran Matematika. [online ]. Diakses 17 Januari 2017 Wahyudin.(1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika.Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan. Yamin, martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group. Yates, S.M. 2002.The Influence of Optimism and Pessimism on Student Achievement in Mathematics.Mathematics Education Research Journal, [Online].Tersediahttp://www.merga.net.au/documents/MERJ_14_1_Yates.p df. Diakses 17 Mei 2017