EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP Elizabeth Cahya Kristina1, Caswita2, M. Coesamin2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This experimental research aimed to know the effectiveness of mathematics learning with contextual approach viewed by student conceptual understanding. The sample of this research was all population that was students of grade 8th of SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung in academic year of 2013/2014, as many as 48 students that was distributed into 2 classes, that were VIII-A and VIII-B. According to the hypothesis testing with significant level 5%, it found that the percentage of students mastery learning already exceeded 70%. The conclusion of this research was mathematics learning with contextual approach was effective to be applied viewed by student understanding of mathematical concept. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual ditinjau dari pemahaman konsep siswa. Sampel penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yaitu seluruh kelas VIII SMP Sejahtera 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 48 siswa yang terdistribusi dalam 2 kelas yaitu kelas VIII-A dan VIII-B. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh bahwa persentase siswa tuntas sudah melampaui 70%. Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
Kata kunci: efektivitas, pemahaman konsep matematis, pendekatan kontekstual
prestasi
PENDAHULUAN
belajar
menjadi
lebih
meningkat. Pendidikan kebutuhan
merupakan
yang
pembangunan
mutlak
masyarakat
bagi suatu
negara, sebab pendidikan merupakan dasar
bagi
perkembangan
pembangunan nasional yang harus didukung
oleh
manusia
cerdas,
terampil, berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Melalui pendidikan, seorang siswa diharapkan
bisa
mengembangkan
potensi dirinya dan menerapkan apa yang telah ia dapatkan dari kegiatan pembelajaran ke dalam kehidupan nyata, sehingga kemampuan yang ia miliki berguna dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
dunia
pendidikan
adalah
kegiatan pembelajaran.
Pada saat
kegiatan
pembelajaran,
rangkaian
kegiatan
belajar
didesain
untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi tetapi juga dituntut untuk
menguasai
ilmu dasar yang telah berkembang pesat pada umumnya lebih bersifat abstrak.
Agar
mempelajari matematika seorang
strategi-strategi
dalam penyampaian materi tersebut. Apabila guru berhasil meningkatkan pemahaman konsep materi pelajaran, maka pada akhirnya mengakibatkan
siswa
dan
guru
dapat
memahami
dengan
baik,
harus
maka mampu
menyelenggarakan
kegiatan
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa
mendapatkan
pengalaman
pengalaman-
belajar
memunculkan
yang
kesan
dapat bahwa
matematika itu mudah. Djahiri
(dalam
Kunandar,
2007:287) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
Salah satu proses yang penting dalam
Matematika sebagai salah satu
prinsip
utamanya
adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaan
bagi
dirinya
dan
kehidupan saat ini dan saat yang akan datang (life skill). Berdasarkan pernyataan diharapkan
tersebut, terlibat
aktif
siswa dalam
kegiatan pembelajaran dan mampu mengaitkan diperoleh
antara dengan
materi
yang
pengalaman-
pengalamannya dalam kehidupan, baik di sekolah maupun luar sekolah.
Dengan demikian, siswa terlatih
dengan mengaitkan
dalam memecahkan masalah yang
sedang
mereka hadapi dalam dunia nyata
masalahan di kehidupan sehari-hari
dengan
secara berkelompok dan di akhir
menerapkan
pengetahuan
yang telah mereka terima. karena
itu,
dalam
Oleh
kegiatan
pembelajaran diperlukan pengaitan
dipelajari
pembelajaran
siswa
materi
yang
kepada
per-
mengerjakan
lembar kerja siswa. Sutikno
(dalam
Wijaya,
menyatakan
bahwa
antara materi matematika dengan
2009:9)
dunia nyata.
pembelajaran efektif adalah suatu
Pembelajaran matematika yang
pembelajaran yang memungkinkan
dikaitkan dengan kehidupan nyata
siswa untuk dapat belajar dengan
siswa akan lebih mudah dipahami
mudah, menyenangkan, dan dapat
dan diingat oleh siswa.
mencapai tujuan pembelajaran sesuai
Pengaitan
materi matematika dengan kehidupan
dengan yang diharapkan.
nyata
(2001,171)
dapat
membantu
siswa
Hamalik
menyatakan
bahwa
mengonstruksi pengetahuan mate-
pembelajaran dikatakan efektif jika
matika mereka sendiri.
pembelajaran tersebut memberikan
materi
ini
Pengaitan
menjadikan
siswa
kesempatan
belajar
sendiri
dan
mengetahui kegunaan matematika
beraktivitas seluas-luasnya kepada
dalam kehidupan nyata, sehingga
siswa untuk belajar, dengan kata lain
siswa merasa perlu untuk belajar
pembelajaran
matematika.
terlibat aktif selama kegiatan belajar.
Dari perlu
permasalahan
dicari
Berdasarkan
jika
pernyataan
di
siswa
atas,
alternatif
dapat disimpulkan bahwa efektivitas
pendekatan pembelajaran yang efek-
pembelajaran adalah ketepatgunaan
tif
pembelajaran
dalam
solusi
tersebut
efektif
melaksanakan
proses
dari
suatu
proses
pembelajaran di kelas.
Salah satu
interaksi antara siswa dengan siswa
alternatifnya
adalah
pendekatan
maupun antara guru dan siswa dalam
pembelajaran
dengan
pendekatan
situasi
kontekstual.
Dengan pendekatan
kontekstual,
siswa
memahami
konsep
diajak
edukatif
untuk
mencapai
tujuan pembelajaran.
untuk
Kunandar (2007:296) menyata-
matematika
kan bahwa Contextual teaching and
learning
(CTL)
belajar
yang
adalah
konsep
memecahkan suatu masalah, bergelut
guru
dengan ide-ide, dan menemukan
membantu
menghubungkan
antara
materi
sesuatu yang berguna bagi dirinya.
pelajaran yang diajarkannya dengan situasi
dunia
mendorong
nyata
siswa
siswa
Sihono (2004 : 76) menyatakan
dan
bahwa
membuat
bagian
menemukan inti
merupakan
dari
kegiatan
hubungan antara pengetahuan yang
pembelajaran berbasis kontekstual
dimilikinya
yang
dengan
penerapannya
berpendapat
bahwa
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
pengetahuan dan keterampilan yang
Sihono (2004:74) menyatakan bahwa
diperoleh siswa diharapkan bukan
pendekatan kontekstual memiliki 7
dari hasil mengingat seperangkat
komponen
fakta-fakta,
utama,
yaitu
(1)
tetapi
hasil
dari
konstruktivisme, (2) inquiiry, (3)
menemukan sendiri.
questioning, (4) learning community,
selalu merancang kegiatan
(5) modelling, (6) refleksi, dan (7)
merujuk pada kegiatan menemukan,
authentic assessment.
apa pun materi yang diajarkannya.
Konstuktivisme
Guru harus yang
merupakan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang
landasan berpikir bagi pendekatan
juga dapat bermula dari kegiatan
kontekstual yang menyatakan bahwa
bertanya.
pengetahuan dibangun oleh manusia
adalah suatu strategi yang digunakan
sedikit demi sedikit yang hasilnya
secara
diperluas
menganalisis
melalui
konteks
yang
Bertanya (questioning)
aktif
oleh dan
siswa
untuk
mengeksplorasi
terbatas dan tidak secara langsung.
gagasan-gagasan. Sihono (2004 : 77)
Sihono (2004:75) menyatakan bahwa
menyatakan bahwa bertanya dalam
pengetahuan bukanlah seperangkat
pembelajaran
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
kegiatan guru untuk mendorong,
siap untuk diambil dan diingat.
membimbing,
Manusia
kemampuan berpikir siswa. Bagi
harus
mengkonstruksi
dipandang
menilai
pengetahuan itu dan memberi makna
siswa
melalui
menggali informasi, mengkonfirmasi
pengalaman
nyata.
Berdasarkan pernyataan
tersebut,
siswa
perlu
dibiasakan
untuk
apa
kegiatan
dan
sebagai
yang
sudah
bertanya
diketahui
untuk
dan
menunjukkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
bahwa refleksi adalah cara berpikir
Sihono (2004:77–78) menyatakan
bahwa
Sihono (2004 : 79) menyatakan
konsep
tentang apa yang baru dipelajari atau
learning
berpikir ke belakang tentang apa-apa
community menyarankan agar hasil
yang sudah kita lakukan di masa lalu.
pembelajaran
Siswa mengendapkan apa yang baru
diperoleh
dari
kerjasama dengan orang lain. Oleh
dipelajarinya
karena
guru
pengetahuan yang baru, yang me-
melaksanakan
rupakan pengayaan atau revisi dari
kelompok-
pengetahuan sebelumnya. Refleksi
Hasil belajar
merupakan respon terhadap kejadian,
diperoleh dari diskusi antara teman,
aktivitas, atau pengetahuan yang
dan antar kelompok, dari yang tahu
baru diterima. Kunci dari kegiatan
ke yang belum tahu.
refleksi adalah bagaimana pengeta-
itu,
disarankan
dalam selalu
pembelajaran
kelas
dalam
kelompok belajar.
Baik orang-
orang di dalam kelas, sekitar kelas,
Pemodelan dalam pendekatan kontekstual
dapat
demonstrasi,
pemberian
berbentuk
struktur
huan itu mengendap di benak siswa.
maupun luar kelas, semua adalah anggota dari masyarakat belajar.
sebagai
Johnson
(dalam
Supinah,
2008:10)
menyatakan
bahwa
penilaian
yang
(authentic
sesungguhnya
assessment),
ditujukan
contoh
pada motivasi siswa untuk menjadi
tentang konsep atau aktivitas belajar.
unggul di era teknologi, penilaian
Dengan kata lain, contoh model itu
sesungguhnya
bisa berupa cara mengoperasikan
tujuan,
sesuatu,
garis
tangan, penerapan, dan kerjasama
sejajar, cara menggambar kubus, dan
serta pemikiran tingkat tinggi yang
sebagainya.
berulang-ulang. Pembelajaran yang
cara
menyatakan pembelajaran
menggambar
Faridah (2012 : 9) bahwa kontekstual,
bukan satu-satunya model.
dalam guru Model
ini
berpusat
melibatkan
benar
pada
keterampilan
memang
seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa
agar
dapat dirancang dengan melibatkan
sesuatu,
siswa.
diperolehnya informasi
mampu
bukan
di
mempelajari
ditekankan
pada
sebanyak
mungkin
akhir
periode
pembelajaran.
Kemajuan belajar
Pemahaman
konsep
siswa
dinilai dari proses, bukan hanya
dapat dilihat dengan tercapainya
hasil, dan dengan berbagai cara. Tes
indikator dari pemahaman konsep.
hanya salah satu dari cara menilai.
Pada penjelasan teknis Peraturan
Itulah
Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
hakekat
penilaian
yang
sebenarnya.
506/C/Kep/PP/2004
Menurut Gagne (2011), konsep adalah
ide
abstrak
yang
(dalam
Wardhani 2008:10) indikator dari pemahaman
konsep
yaitu:
(1)
memungkinkan kita mengelompok-
menyatakan ulang suatu konsep; (2)
kan objek ke dalam contoh dan
mengklasifikasikan
bukan contoh.
menurut
Dalam matematika,
objek-objek
sifat-sifat
tertentu;
(3)
konsep adalah suatu ide abstrak yang
memberi contoh dan noncontoh dari
memungkinkan
konsep;
seseorang
untuk
(4)
menyajikan
konsep
menggolongkan suatu objek atau
dalam berbagai bentuk representasi
kejadian.
matematika;
Jadi pemahaman konsep
(5)
mengembangkan
adalah pengertian yang benar tentang
syarat perlu dan syarat cukup suatu
suatu rancangan atau ide abstrak.
konsep; (6) menggunakan, meman-
Kemampuan
pemahaman
faatkan dan memilih prosedur atau
konsep matematika adalah salah satu
operasi tertentu; (7) mengaplikasikan
tujuan penting dalam pembelajaran,
konsep atau algoritma pemecahan
memberikan
masalah.
pengertian
bahwa
Jadi pemahaman konsep
materi-materi yang diajarkan kepada
berpengaruh
siswa bukan hanya sebagai hafalan,
prestasi belajar. Dari uraian di atas
namun dengan pemahaman siswa
dapat disimpulkan bahwa pema-
dapat lebih mengerti akan konsep
haman konsep merupakan kemampu-
materi pelajaran itu sendiri. Hal ini
an siswa dalam menguasai materi
sesuai
pembelajaran.
dengan
Hudoyo
(dalam
terhadap
tercapainya
Herdian, 2010: 5) yang menyatakan tujuan
mengajar
adalah
agar
METODE PENELITIAN
pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian terhadap total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester
genap SMP Sejahtera I Bandar
persentase siswa yang tuntas belajar.
Lampung tahun pelajaran 2013/2014
Pembelajaran
dengan jumlah siswa sebanyak 48
pendekatan
orang yang terbagi dalam 2 kelas
efektif apabila pembelajaran tersebut
yaitu kelas VIII-A dan kelas VIII-B.
dapat
Kelas VIII-A dan kelas VIII-B
keberhasilan
masing-masing berjumlah 24 siswa.
kurangnya 70% siswa tuntas.
matematika kontekstual
dengan dikatakan
mencapai
indikator
dengan
sekurang-
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
secara deskriptif. Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data berupa nilai pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep yang dilakukan sesudah pokok bahasan. Instrumen tes yang digunakan adalah soal tes yang sudah dinyatakan valid oleh ahli matematika.
Setelah
diujicobakan
ujicoba
data
hasil
tersebut diukur tingkat reliabilitas tes. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai r11 = 0,8299 sehingga reliabilitas dari instrumen tes tersebut dikatakan tinggi.
diperoleh dari hasil penilaian tes formatif yang dikerjakan oleh siswa. Siswa dikatakan telah tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh (X) ≥ 65 skor
maksimal.
Setelah
diperoleh data, kemudian dilakukan perhitungan
dilakukan setelah berakhirnya tahap pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa pada kelas VIII-A nilai tertinggi
untuk
mencari
adalah
100
dan
nilai
terendah adalah 30, sedangkan pada kelas VIII-B nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 36. Berdasarkan
hasil
perhitungan
diperoleh bahwa banyaknya siswa yang tuntas pada kelas VIII-A adalah 87,5% dari jumlah siswa dalam satu kelas
atau 21 dari 24 siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan
Data pemahaman konsep siswa
dari
Berdasarkan hasil tes yang
pendekatan
kontekstual,
begitu pula dengan kelas VIII-B. Akan tetapi, untuk menguji apakah pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
kontekstual
efektif
ditinjau dari pemahaman konsep metematis dilakukan uji proporsi. Dari daftar distribusi normal standar dengan α = 0,05 diperoleh z
= 1,64.
Kriteria terima H0 jika z
hitung kurang dari 1,64.
Karena
didapat zhitung 1,87 maka H0 ditolak. Hal
itu
berarti
matematika
pembelajaran
dengan
pendekatan
dengan
pendekatan
kontekstual
efektif diterapkan pada siswa kelas VIII. Salah
satu
pembelajaran
prinsip
dalam
kontekstual
adalah
kontekstual efektif diterapkan pada
masyarakat belajar. Pada saat proses
siswa
pembelajaran siswa dituntut untuk
kelas
VIII
ditinjau
dari
pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan
materi
yang
sedang
tes,
dipelajari melalui diskusi kelompok.
indikator
Melalui diskusi kelompok ini, setiap
pemahaman konsep paling tinggi di
siswa dapat membantu siswa lain
kelas
dalam
diperoleh
hasil
memahami
bahwa
VIII-A
konsep
yaitu
dalam
menyajikan
berbagai
bentuk
kelompoknya
memahami
materi
representasi matematika (88,89%)
dipelajari.
Hal itu sesuai dengan
dan menggunakan, memanfaatkan,
penyataan Sihono (2004:77-78) yang
dan memilih prosedur atau operasi
menyatakan bahwa hendaknya hasil
tertentu (88,89%).
pembelajaran
Indikator pe-
mahaman konsep paling rendah yang
yang
untuk
diperoleh
sedang
dari
kerjasama dengan orang lain.
dicapai yaitu memberi contoh dan
LKS yang diberikan tersaji
non contoh suatu konsep (22,92%).
dalam permasalahan yang berkaitan
Pada
indikator
dengan kehidupan sehari-hari siswa
pemahaman konsep paling tinggi
sehingga membantu siswa dalam
yaitu menggunakan, memanfaatkan,
menemukan
dan memilih prosedur atau operasi
sendiri
tertentu (93,06%).
Indikator pe-
materi yang sedang ia pelajari sedikit
mahaman konsep paling rendah yang
demi sedikit. Hal ini sesuai dengan
dicapai yaitu memberi contoh dan
prinsip
non contoh suatu konsep (37,5%).
konstruktivisme yang ada dalam
kelas
VIII-B,
dan
mengkonstruksi
pengetahuannya
penemuan
tentang
dan
pendekatan
kontekstual.
dengan hasil penelitian Hermawan
menemukan
dan
(2010:42)
sendiri pengetahuan tentang materi
Hasil
bahwa
penelitian
yang
ini
sesuai
mengungkapkan
pembelajaran
matematika
Dengan
mengkonstruksi
yang sedang dipelajari siswa akan
kelompok mempresentasikan hasil
lebih memahami materi tersebut.
diskusi kelompok, sebagai refleksi
Pemodelan merupakan salah
presentasi hasil diskusi ini ditutup
satu komponen yang penting dalam
dengan
pembelajaran
bimbingan guru.
Pemodelan
kontekstual. dapat
menggunakan
diskusi
dimaksudkan
kelas
dengan
Diskusi kelas ini
untuk
menyamakan
benda-benda yang ada di dalam kelas
pemahaman siswa antar kelompok
atau dapat berupa peragaan dari guru.
berbeda.
Pemilihan model penyajian dalam
Penyajian
materi
yang
mengaitkan materi dengan kehidupan
mengaitkannya dengan kehidupan
nyata
nyata siswa dan didukung dengan
harus
lingkungan
memperhatikan
sekitar
dan
tingkat
suasana pembelajaran berkelompok
pengalaman siswa sehingga masalah
yang
nyata tersebut memudahkan siswa
siswa untuk memahami matematika
dalam
yang bersifat abstrak.
Melalui
penyajian
menga-
memahami
materi
yang
sedang dipelajari.
menyenangkan
materi
membantu
yang
Dalam presentasi hasil diskusi
itkannya dengan masalah yang dekat
siswa harus berani menyampaikan
dengan kehidupan nyata, siswa akan
hasil
lain
mengetahui penerapan dari materi
serta
yang dipelajarinya dalam kehidupan
memberikan
nyata sehingga siswa termotivasi
tanggapan. Dengan adanya diskusi
untuk memahami materi tersebut.
dan tanya jawab baik antara guru
Jadi dengan dikaitkannya materi
dengan siswa maupun antara siswa
dengan kehidupan nyata siswa maka
dengan siswa, pembelajaran menjadi
pembelajaran
lebih aktif dan aktivitas siswa yang
pendekatan kontekstual memungkin-
tidak relevan dengan pembelajaran
kan siswa untuk belajar lebih mudah,
dapat dikurangi.
menyenangkan, dan dapat mencapai
diskusi
dan
memperhatikan bertanya
kontekstual.
presentasi
atau
Refleksi penting
siswa
menjadi
dalam
bagian
pembelajaran
Setelah
diskusi
kelompok berjalan dan perwakilan
tujuan
matematika
pembelajaran
dengan
yang
diharapkan, sehingga pembelajaran tersebut efektif untuk diterapkan.
Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan
matematika dengan kontekstual
efektif
Sihono, Teguh. 2004. Contextual Teaching and Learning (CTL) Sebagai Model Pembelajaran Ekonomi Dalam KBK. [Online]. Tersedia: https://journal.uny.ac.id (tanggal 22 Mei 2014).
apabila diterapkan pada siswa kelas VIII
SMP
Sejahtera
I
Bandar
Lampung.
DAFTAR PUSTAKA Faridah. 2012. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Kontekstual.[Online]. Tersedia: http://www.lpmpsulsel.net . (tanggal 22 Mei 2014). Gagne, Robert M. Teori Belajar Gagne. [Online]. Tersedia: http://blog.uin malang.ac.id (tanggal 16 Januari 2011). Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com (tanggal 28 Agustus 2010). Hermawan, Leonardo Agung. 2010. Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung. Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org (tanggal 22 Mei 2014). Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org (tanggal 21 Mei 2014). Wijaya, Agung Putra. 2009. Efektivitas Pembelajaran Dengan Pendekatan Matematika Realistik (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.