Dua Peselam UNAIR Raih Emas pada PON XIX UNAIR NEWS – Janis Rosalitas Supriyanto atlet selam yang mewakili Jawa Timur pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX berhasil membawa pulang tiga emas di cabang olahraga selam. Janis menyabet emas di nomor pertandingan 100 meter surface putri, 200 meter surface putri, dan 4 x 100 estafet bifin Putri. Perlombaan digelar di kolam renang Catherine Surya, Kota Cirebon, Minggu (18/9). Yang lebih membanggakan, Janis berhasil memecahkan rekor baru di nomor 100 meter surface putri dan 200 meter surface putri dengan catatan waktu 40,35 detik, dan 1 menit 31,24 detik. Mahasiswa yang menempuh Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga ini mengatakan, dirinya sudah gemar dengan olahraga renang sejak usia 7 tahun. Karena kegemarannya itu, ia tergabung di salah satu klub renang di Surabaya. “Baru umur 10 tahun aku pindah dari renang ke selam atau finswimming itu,” ujar Janis bercerita mengenai kegemarannya dengan olahraga renang dan selam sejak masih kecil. Masih dalam cabang olahraga yang sama, Dio Novandra Wibawa mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UNAIR juga berhasil mengalungi satu emas di nomor pertandingan 100 meter surface putra dan satu perak di nomor pertandingan surface putra untuk Jawa Timur. Dio, panggilan akrabnya, mencatat waktu di nomor pertandingan 100 Meter Surface dengan 37,72 detik. Sedangkan di nomor pertandingan 200 meter surface mencatat waktu 1.29 detik. Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh UNAIR NEWS, juara umum untuk cabang olahraga selam diraih oleh Jawa Timur dengan perolehan Medali 11 emas, 9 perak, dan 5 perunggu. (*)
Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Imunisasi adalah Hak untuk Hidup Sehat UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi di ujung timur Pulau Jawa, Universitas Airlangga bersama dengan United Nations for Children Fund (UNICEF) dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, menyelenggarakan seminar “Diseminasi Hasil Evaluasi Kegiatan Quick Reference”, Jumat (27/1). Seminar diselenggarakan di Hotel Premier Inn. Pertemuan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan beberapa puskesmas. Dosen dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR yang juga hadir dalam acara tersebut menjadi pembicara di antaranya Hario Megatsari, S.KM., M.Kes dan Arief Hargono, drg., M.Kes. Dalam paparan yang disampaikan oleh Hario, UNAIR turut berkontribusi dalam kegiatan akselerasi imunisasi di Jatim. Kontribusi yang dilakukan UNAIR di antaranya pembuatan Buku Strategi Operasional Imunisasi, Panduan Cepat Imunisasi, Capacity Building dan Reaching Every Community. Buku Strategi Operasional Imunisasi dibuat untuk menurunkan missed opportunity (hilangnya kesempatan untuk mendapatkan imunisasi). Selain itu, lembar balik buku Panduan Cepat Imunisasi berisi tentang informasi singkat mengenai program imunisasi sebagai rujukan petugas kesehatan dan media promosi tentang pentingnya imunisasi. Terobosan-terobosan ini merupakan upaya baru dalam akselerasi cakupan imunisasi.
Selanjutnya Arief Hargono, drg., M.Kes. menjelaskan mengenai program REC. REC merupakan program baru yang baru diimplementasikan di Surabaya. Kegiatan ini meliputi identifikasi masyarakat risiko tinggi, perencanaan kesehatan di puskesmas, menjalin kerjasama puskesmas dengan kelompok risiko tinggi, pemantauan masyarakat risiko tinggi secara rutin, dan penguatan sumber daya. “Pada prinsipnya (imunisasi) adalah kesetaraan. Tidak melihat status sosial, semua anak memiliki hak untuk hidup sehat sehingga juga punya hak untuk imunisasi,” pesannya. (*) Penulis: Rekha Finazis Editor: Defrina Sukma S
LPI UNAIR Prakarsai Pelatihan Publikasi Ilmiah Populer di Media Massa UNAIR NEWS – Dalam rangka untuk meningkatkan publikasi ilmiah populer di media massa, Lembaga Penelitian dan Inovasi (LPI) Universitas Airlangga menyelenggarakan workshop, Jumat (7/4) kemarin. Puluhan dosen dan peneliti di Universitas Airlangga ambil bagian dalam acara yang bertema ”Workshop Diseminasi Hasil Penelitian dan Pemikiran Kritis Melalui Publikasi Ilmiah Populer di Media Massa” ini. Dalam acara di ruang sidang utama Lantai 2 Gedung Kahuripan, Kampus C UNAIR, itu dibuka oleh Ketua LPI UNAIR Prof. Drs. Hery Purnobasuki, M.Sc., Ph.D. Menghadirkan tiga nara sumber yaitu Agus Muttaqin, Redaktur Opini Jawa Pos, sosiolog dan kolumnis FISIP UNAIR Dr. Drs. Bagong Suyanto, M.Si., dan Ketua
Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR Badri Munir Sukoco, SE., MBA., Ph.D. Dilaksanakannya kegiatan ini, seperti dijelaskan Prof. Hery Purnobasuki, bahwa hasil penelitian dari para dosen dan peneliti Universitas Airlangga ini relatif banyak, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Memang lebih banyak dilaporkan sebagai jurnal ilmiah, padahal selain itu juga memungkinkan ditulis menjadi artikel ilmiah populer yang bisa dikonsumsi masyarakat lebih luas. ”Mudah-mudahan setelah mengetahui metodologinya atau cara dan trik-trik yang harus ditulis, setelah acara ini akan banyak dosen dan peneliti UNAIR yang menulis artikel ilmiah populer di media massa,” kata Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR ini berharap. Pada sesi pertama, Agus Muttaqin, Redaktur Opini Jawa Pos membeberkan “rahasia dapurnya”. Misalnya, bagaimana naskah dari penulis memenuhi persyaratan yang ditentukan redaksi surat kabar, bagaimana mengungkapkan ide/gagasan sebagai barang termahal dari penulis, pengetahuan yang dipaparkan baik bahasa, diksi pemilihan kata-kata, argumen gagasan, dan teknik penulisannya. “Penulis opini di media harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca sekarang ini ingin membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna,” kata Agus Muttaqin.
PESERTA Workshop Diseminasi Hasil Penelitian dan Pemikiran Kritis Melalui Publikasi Ilmiah Populer di Media Massa”, Jumat (7/4). (Foto: Bambang Bes) Yang harus diperhatikan oleh penulis opini, tambahnya, antara lain tidak plagiat, kalau mengutip gagasan pihak lain harus disebutkan sumbernya. Tidak perlu menggunakan ghostwritter, dan jangan mengirim tulisan sama ke media lain. Pada naskah opini harus ada peg (cantolan), angle yang menarik, dan orisinal. Sedangkan Bagong Suyanto juga menambahkan trik-trik bagaimana agar opini diterima sebagai naskah layak muat di media massa. Antara lain tidak perlu mengungkap banyak ide dalam suatu bahasan sebagai solusinya, faktor penyebab diangkatnya angle tulisan, dan tidak menuliskan sesuatu yang bersifat normatif banyak-banyak agar tidak menyita gagasan yang ditawarkan. “Yang termahal dalam persiapan membuat artikel adalah ide orisinal, sehingga jangan sampai terjebak oleh rutinitas kebiasaan dalam hidup bersosial yang dianggapnya sudah biasa. Gali ide-ide yang diluar kebiasaan itu,” kata dosen FISIP UNAIR ini. Sedangkan Badri Munir Sukoco memaparkan makalah dengan tema
“Academic Culture: Simple Thouhts”. Pada bahasannya Ketua BPP UNAIR ini mendorong para dosen dan peneliti UNAIR untuk menulis, menulis dan menulis. Dengan mendaftar dalam Google Scholar Citations, maka artikel demi artikel jurnal yang dihasilkan dalam risetnya, termasuk bersama tim, akan mengangkat reputasi indeks seperti yang diharapkan oleh universitas. (*) Penulis: Bambang Bes
79 Perawat Baru Lulusan UNAIR Siap Mengabdi untuk Masyarakat UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali meluluskan perawat yang siap berkontribusi pada bidang kesehatan Indonesia. Sebanyak 79 perawat baru dilantik dan diambil sumpahnya di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, pada Selasa (1/3). Acara pengambilan sumpah dan pelantikan ini disaksikan oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Jawa Timur Ahmad Yusuf, S.Kp, M.Kes, Dekan Fakultas Keperawatan UNAIR Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hos), Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM, Direktur Rumah Sakit UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, FINASIM, dan kerabat para lulusan. Setelah pelantikan dan pengambilan sumpah janji perawat baru, Ketua Dewan Pengurus Wilayah PPNI Jatim, secara simbolis menyematkan tanda keanggotaan organisasi kepada perwakilan lulusan yang ditunjuk. Acara dilanjutkan dengan pemberian
kenang-kenangan dari alumni kepada Dekan FKp, serta pemberian penghargaan kepada lulusan berprestasi. Pada kesempatan ini, Prof. Nursalam memberikan ucapan selamat kepada seluruh perawat baru. Dalam sambutannya, Dekan FKp menyampaikan kabar prestasi bahwa program studi Profesi Ners (perawat), dan program studi Pendidikan Ners memperoleh akreditasi A dari LAM-PTKes (Lembaga Akreditasi Mandiri – Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia) pada awal Januari 2016. Prof. Nursalam yang juga lulusan Universitas Wollongong ini juga memberikan semangat kepada perawat baru agar dapat bersaing di era MEA. “Ners harus mempunyai keberanian untuk berbuat dan berubah yang lebih baik dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan meningkatkan nasib profesi keperawatan. Keberanian bukanlah ketidaktahuan terhadap semua hal, tetapi kemenangan dalam mengatasi ketakutan pada diri sendiri,” terang Prof. Nursalam. Direktur RS UNAIR Prof. Nasronudin juga turut memberikan sambutan. Menurut Prof. Nasron, perawat baru harus siap beradaptasi dengan kemajuan teknologi kesehatan pengembangan kualitas pelayanan yang profesional.
dan
“Saat ini tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan dari para perawat juga semakin meningkat. Seiring dengan tuntutan tersebut maka para perawat harus membekali diri dengan ilmu dan pengalamannya,” papar Guru Besar Bidang Penyakit Tropik tersebut. Dalam penutupan acara pelantikan perawat baru, Wakil Rektor I UNAIR, Prof. Djoko menuturkan agar para perawat baru aktif berkontribusi pada upaya pemecahan masalah kesehatan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Millenium Development Goals. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Banyak Prestasi, AIRMUN Siap Jadi Unit Kegiatan Mahasiswa UNAIR NEWS – Untuk mewadahi mahasiswa yang ingin melatih kemampuan berdiplomasi dan bernegosiasi di tingkat global, Universitas Airlangga memiliki sebuah komunitas bernama Airlangga Model United Nation (AIRMUN) Club. Tiap tahunnya, ada banyak ajang MUN yang bisa diikuti oleh mahasiswa UNAIR. Namun, anggota AIRMUN Club sendiri hanya mengadakan seleksi bagi mahasiswa UNAIR yang ingin mengikuti Harvard National Model United Nations (HNMUN), Harvard World Model United Nations (WMUN), dan Asia-Pacific Model United Nations Conference (AMUNC). Kini, para anggota AIRMUN Club ingin mengubah bentuk dari komunitas menjadi unit kegiatan mahasiswa (UKM). Tujuannya agar komunitas yang dipimpinnya ini memiliki legitimasi di hadapan sivitas akademika UNAIR lainnya, termasuk Direktorat Kemahasiswaan. Pernyataan itu disampaikan oleh Ni Putu Indah Maharani selaku Ketua AIRMUN Club tahun 2016. “AIRMUN Club selama ini juga agak mengalami kesusahan dana karena klub ini bukanlah sebuah organisasi yang memiliki surat keputusan. Sayang kalau tidak dibikin sebagai UKM. Klub ini sebenarnya tidak hanya mewadahi teman-teman yang ingin mengikuti MUN saja, tetapi juga mengakomodasi mereka-mereka yang ingin melatih skill seperti negosiasi dan berbahasa Inggris,” tutur mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional (HI) FISIP UNAIR yang akrab disapa Rani ini. Rani ingin agar AIRMUN Club memiliki keanggotaan yang beragam. Menurutnya, mahasiswa yang berasal dari program studi selain Ilmu HI juga membutuhkan kemampuan untuk berbicara di depan
publik dan menguasai bahasa Inggris. Jadi, menurutnya, tak masalah apabila ada mahasiswa yang ingin bergabung dengan AIRMUN Club tapi tidak berminat mengikuti ajang MUN. Rani percaya bahwa komunitas yang kini tengah dipimpinnya mampu mengharumkan nama UNAIR di kancah internasional. “UNAIR katanya mau World Class University. Jadi, kalau kita (mahasiswa, -red) bisa berpartisipasi dalam ajang tersebut, mengapa tidak?,” tuturnya. Rencananya, pada April 2016 nanti komunitas AIRMUN Club akan mengadakan rekrutmen anggota dan mengadakan roadshow ke semua fakultas untuk menarik minat mahasiswa UNAIR serta mengenalkan tentang profil klub. “Mungkin orang berpikir kalau MUN itu hanya ranahnya mahasiswa HI. Padahal tidak. Di PBB sendiri ada banyak komite, misalnya WHO (World Health Organization) yang menangani masalah kesehatan. Itu, kan, cocok buat mahasiswa Fakultas Kedokteran. Ada juga UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Sebenarnya, yang paling penting adalah kita bisa belajar public speaking. Profesi apapun pasti membutuhkan skill itu. Itu semua bisa kita training di AIRMUN Club,” ujar Rani. Pernyataan Rani itu diamini oleh Citra Hennida, staf pengajar Departemen HI FISIP UNAIR. Citra juga kerap berkiprah membina mahasiswa UNAIR yang akan berangkat ke ajang MUN. Citra menekankan bahwa AIRMUN Club tidak hanya menekankan soal ajang MUN, tetapi beragam softskill yang bisa dipelajari di komunitas itu. “Perlu diingat bahwa di AIRMUN ini, kita tidak menekankan tentang MUN, tetapi bagaimana kita membekali mahasiswa itu dengan softskill yang khususnya dalam bahasa Inggris. Apalagi sekarang, kan, era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Mau anak teknik, atau apapun, kalau dia sedang berjualan, dia butuh kemampuan berbicara yang bagus, dan percaya diri. Nah, dengan
bergabung di AIRMUN, kita coba pupuk hal-hal yang seperti itu,” tutur Citra. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Binti Q. Masruroh
Kediri Sambut Baik Peserta Study Excursie UNAIR UNAIR NEWS – Sebanyak 262 mahasiswa dan perwakilan dosen Universitas Airlangga mengikuti study excursie (SE) periode tahun 2016. Rombongan secara langsung diterima oleh Bupati Kabupaten Kediri yang diwakili oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kediri, Sabtu (14/5), di Pendopo Kabupaten Kediri. Dalam sambutannya, Kepala Bakesbangpol Kabupaten Kediri Drs. Mujahid, MM, merasa terhormat dengan terpilihnya Kediri sebagai lokasi kajian lapangan Mata Kuliah Wajib Universitas (MKWU). Dengan adanya kegiatan SE yang mempelajari tentang kemajemukan, Mujahid berharap mahasiswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman dalam kehidupan sehari-hari. “Seandainya dari kalian ada yang menjadi pemimpin, tetaplah untuk memegang teguh ideologi Pancasila,” tutur Mujahid. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kediri Drs. D. Sampurno, MM, dalam sambutannya mengatakan bahwa ada banyak potensi wisata di Kota Tahu yang bisa dikembangkan. Saat ini, pihaknya tengah mengembangkan berbagai program pariwisata, baik wisata sejarah maupun wisata pendidikan.
Dengan terlaksananya program SE, Direktur Pendidikan UNAIR Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si, mengatakan bahwa mahasiswa bisa menerima banyak pelajaran mengenai kemajemukan di Kediri. Prof . Nyoman juga memperkenalkan 24 mahasiswa asing program AMERTA. Mahasiswa asing tersebut berasal dari berbagai negara diantaranya Malaysia, Filipina, dan Kamboja. “Dengan adanya mahasiswa asing yang mengikuti program ini, ketika mereka kembali, mereka bisa memperkenalkan Indonesia di negara asalnya,” tutur Prof. Nyoman. Prof Nyoman juga menjelaskan, dengan adanya arus globalisasi, mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus bisa mempertahankan jati diri kebangsaan. Setelah
diterima
oleh
Pemkab
Kediri,
peserta
diajak
mengunjungi beberapa situs wisata budaya kuno dan modern. Diantaranya Gedung Teater dan Museum Kelud, pertunjukan seni jaranan, Candi Tegowangi, Sendang Kamandanu, dan Simpang Lima Gumul. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Tiga Profesor Obat Herbal
UNAIR
Bahas
UNAIR NEWS – Setelah suskes dengan gelar inovasi guru besar dengan tema “Demokrasi dan Keadilan : Mimpi yang Harus Segera Direalisasikan”, kali ini Universitas Airlangga akan menggelar acara serupa dengan tema “Back to Nature: Pengobatan Herbal sebagai Alternatif Sehat Tanpa Efek Samping”.
Tiga guru besar UNAIR yang kompeten dalam bidangnya akan dihadirkan pada acara ini. Mereka adalah Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof. Mangestuti Agil, Apt., M.S., Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. Dr. Suhartati, dr., M.S., dan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki., Drs., M.Si., Ph.D. Jalannya acara yang akan diselenggarakan di Ruang Kahuripan 300, Kamis (27/10) akan dipandu sepenuhnya oleh moderator Prof. Dr. Sukardiman, Apt., M.S. Ada beragam alasan yang mendasari Pusat Informasi dan Humas (PIH) untuk memilih topik obat herbal itu. Pertama, kekayaan biodiversitas Indonesia, khususnya tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Kedua, angka resistensi kuman terhadap obat-obatan produk industri farmasi yang kian meningkat. Itulah sebabnya, motto back to nature tengah digencarkan oleh para ilmuwan farmasi saat ini. “Tema ini dekat sekali dengan persoalan-persoalan kesehatan dan penyakit yang ada di Indonesia. Mari kita dekati lagi dengan kembali pada alam. Harapannya, kasus resistensi itu bisa diatasi,” ujar Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes, Sekretaris PIH UNAIR. Persoalan back to nature akan dibahas melalui tiga aspek. Pertama, aplikasi pemanfaatan tanaman obat untuk mengatasi persoalan kesehatan. Kedua, perkembangan riset tanaman obat herbal terbaru. Ketiga, banyaknya tanaman di Indonesia yang potensial untuk dijadikan obat herbal. Melalui gelar inovasi guru besar ini, Bimo berharap guru besar di UNAIR dapat memberikan sumbangsih pengetahuan bagi persoalan kesehatan yang selama ini ada di Indonesia. Utamanya, kasus-kasus pemalsuan obat dan resistensi yang sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan obat-obat dari alam. Selain itu, ia juga berharap masyarakat semakin menyadari bahwa Indonesia memiliki beragam tanaman yang memiliki potensi besar sebagai obat.
“Diharapkan melalui kegiatan ini profesor yang ada di UNAIR dapat memberikan sumbangsih bagi persoalan kesehatan, terutama terkait kasus resistensi dan kasus pemalsuan obat yang dapat didekati dengan obat dari alam. Menjadi hal penting ketika kita kembali ke alam, mungkin berbagai persoalan itu bisa kita hindari,” ujarnya. Peserta yang diundang dalam acara ini terdiri dari beragam elemen mulai dari tenaga kesehatan di RS se-Surabaya, pusatpusat riset tanaman obat alam di Surabaya, civitas perguruan tinggi di Surabaya baik dosen maupun mahasiswa yang menggeluti tema serupa, praktisi dalam bidang kesehatan, serta pengusaha jamu baik skala besar maupun tradisional. “Kita memperkenalkan back to nature, tapi tetap yang sehat dan yang bersih,” pungkas Bimo. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Kompetisi Menulis Passion”, Ramaikan Tahun HI ke-34
“Air Ulang
UNAIR NEWS – Mengajak kaum muda untuk berani memberikan pandangan terkait situasi terkini khususnya persoalan budaya dan globalisasi menjadi salah satu program yang ditawarkan oleh Air Passion (Airlangga International Relations Paper Competition). Air Passion sendiri merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional (HI) UNAIR untuk memeriahkan hari jadi yang ke -34 yang bertajuk WESTPHALIA (the Warmest Enactment of Social Tribute and Phenomenal Anniversary).
Acara Puncak Air Passion ini digelar Hari Jumat (18/11) lalu di Aula Soetandyo Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNAIR. Tema Air Passion tahun ini adalah “Krisis Identitas dan Globalisasi: Reaktualisasi dan Memajukan Budaya Indonesia” sejalan dengan tema besar WESTHAPHALIA yaitu “Global Cultural”. Penyelenggaraan Air Passion sendiri bertujuan untuk mendorong pemuda – pemudi Indonesia, khususnya yang berumur 16 – 25 tahun untuk bisa berpikir kritis dalam memberikan analisis dan penyelesaian terhadap masalah – masalah Budaya Indonesia di tengah maraknya globalisasi. “Karena tema besar HI Anniv tahun ini tentang budaya, jadi nyari sisi menarik buat dibahas akhirnya dikaitkan dengan globalisasi yang bikin identitas budaya Indonesia sebagai sense of belonging semakin terkikis.” Ujar Ketua Panitia Air Passion.
Noviawati Lesmana
Dari semua esai yang terkumpul untuk mengikuti kompetisi tersebut, terpilih 15 paper terbaik yang lolos untuk dipresentasikan di acara puncak Air Passion. “Kami menyeleksi esai online dari bulan Agustus hingga Oktober, hingga akhirnya terpilih 15 finalis yang akan presentasi.” ujar Tara Wardhani salah satu panitia Air Passion. Peserta yang terseleksi meliputi peserta dari kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan dari mahasiswa beberapa universitas seperti; Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Airlangga. Dalam acara tersebut, Dosen Prodi HI UNAIR Joko Susanto, S.IP., M.Sc juga menyampaikan materi yang terkait dengan globalisasi yang kemudian menjadi bahan Focus Grup Discussion (FGD) peserta agar dapat ditemukan solusi strategis bagi Indonesia dalam menghadapi krisis indentitas dan globalisasi.. Diantara kelimabelas tim tersebut, hanya tiga tim saja yang akhirnya mendapatkan penghargaan diantaranya Juara 1 Yoko (UNAIR), Juara II Radityo Akbar (UNAIR) dan Irena Lucy
(Universitas Indonesia) dan Juara III Yoshica dan Sada (UNAIR) serta satu penghargaan dengan kategori The Most Passionate (Superlative Award) yang diterima oleh Lucia dan Hanun peserta dari SMAN 11 Surabaya. Semua pemenang mendapatkan hadiah berupa uang tunai, piala, sertifikat dan buku Jurnal Hubungan Internasional. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor : Faridah Hari
Dekat dengan Tanah Air, UKM Tapak Suci Gelar Latihan Alam UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci, Universitas Airlangga, mengadakan diklat bagi para anggota baru pada Jumat-Minggu (16-18/12). Diklat bertajuk latihan alam kali ini dilaksanakan di Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan) Hizbul Wathon, Dusun Sumbersuko, Desa Kertosari, Kecamatan Purwosari, Pasuruan. Para peserta diklat mayoritas adalah mahasiswa baru. Sebagian besar adalah mahasiswa baru UNAIR. Namun ada pula yang berasal dari luar instansi dan dari siswa SMA/SMK/sederajat di sekitar Kampus C, UNAIR. Tema diklat kali ini yaitu Membangun Kader yang Berkarakter Islam dan Bersinergi dalam UKM Tapak Suci yang Berkemajuan. Output dari kegiatan ini nantinya adalah membentuk kader yang tidak hanya berkarakterkan Islam dan berkemajuan, namun juga bersinergi dengan UKM dan UNAIR. Selain diisi dengan kegiatan yang dekat dengan alam, ada pemberian materi seputar keislaman, tapaksuci, Muhammadiyah,
hingga manajemen organisasi. Tentu, hal tersebut sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan mulia yang telah tercermin dari tema yang melatarbelakangi acara. Salah satu pemateri yang mengisi materi keorganisasian adalah Febryan Kiswanto, Presiden BEM UNAIR periode 2015. Sepanjang pemberian materi, Febryan menekankan bahwa dunia kampus tidak hanya masalah IPK, tetapi lebih dari itu. “Apabila ingin memiliki banyak teman, menyelami beragam karakter orang, mencoba untuk berdamai dengan masalah, maka ikutilah beragam organisasi entah itu intra kampus maupun ekstra kampus. Karena sungguh merugi mereka yang hanya melalui rute monoton yaitu kuliah pulang kuliah pulang atau biasa disingkat kupu-kupu,” ujar Febryan. Bagi Febrian, menjadi seorang aktivis organisasi adalah sebuah hiburan tersendiri untuk melawan kejenuhan rutinitas kuliah. Pada latihan alam ini juga dilangsungkan pelantikan anggota baru dan kenaikan tingkat setelah melalui rentetan ujian fisik dan mental seperti dalam sebuah perguruan pencak silat. Di tengah-tengah sambutannya, Elok Koestantono selaku pendekar sekaligus pelatih UKM Tapak Suci UNAIR mengatakan, esensi latihan alam sebenarnya adalah untuk lebih dekat dengan tanah air tercinta. “Tidak menjadi sebuah keanehan bila kegiatan berjibaku dengan lumpur sangat ditekankan guna memaksa para peserta untuk bercengkrama dengan tanah tumpah darah yang telah melahirkan mereka,” ujar Elok. (*) Penulis : Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok Editor : Binti Q. Masruroh
Fasilitas Lengkap, Departemen Komunikasi Siap Bersaing di Dunia Global UNAIR NEWS – Departemen Komunikasi (Depkom) FISIP UNAIR dikenal memiliki banyak fasilitas pendukung perkuliahan. Terdapat sejumlah laboratorium di sana. Misalnya, laboratorium simulasi design, simulasi public relations, radio, broadcast, grafis, fotografi dan film. Selain itu, komunitas atau himpunan mahasiswanya pun beragam. Hal ini membuat para mahasiswa bebas berekspresi dan menyalurkan bakat. Dengan demikian, semangat untuk kuliah pun ikut terpompa. Himpunan mahasiswa yang dimaksud antara lain, Corat-Coret (bidang seni lukis/gambar), Commic (fotografi), Public Relation, Audio Visual, Peeping (film), Commpor (olahraga basket dan futsal), Seo (event organizer), Rocs (radio), dan Koma (jurnalistik). Tak heran, Depkom optimistis dapat bersaing di dunia global. “Kita pernah dengar jargon Pak Rektor yang berbunyi: we are going there. Maksudnya, kita sedang berproses untuk menuju level tertinggi di tingkat internasional. Departemen ini sudah siap. Bahkan, sudah berjalan sejak jauh hari,” kata Suko Widodo, salah satu dosen pengajar. Ketua Depkom Dr Yayan Sakti Suryandaru S.Sos., M.Si., membenarkan, pihaknya sudah banyak melakukan terobosan. Berbagai seminar baik nasional maupun internasional sudah dilaksanakan. Para pembicara dari luar negeri selalu dihadirkan untuk berbagi ilmu dalam beragam kesempatan. “Alumnus Depkom berkecimpung di banyak bidang baik di tingkat nasional bahkan di level internasional. Bisa disimpulkan,
lulusan departemen ini langsung berbaur di masyarakat dan diserap dunia kerja,” kata dia. Untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar, sejumlah dosen difasilitasi guna melakukan studi lanjutan. Sebagian besar menempuhnya di luar negeri. Selama ini, Depkom sudah bekerja sama dengan institusi maupun kampus asing. Contohnya, Oslo University College, University of Quensland, Edit Cowan University, dan Auckland University of Technology. (*) Penulis: Rio F. Rachman